• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB NEGERI TUBAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL DI SDLB NEGERI TUBAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI

BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL

DI SDLB NEGERI TUBAN

Miftahul Munir, SKM.,M.Kes STIKES NU Tuban

ABSTRAK

Dukungan keluarga merupakan dukungan yang bersifat sportif yang dilakukan antar keluarga. Pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban terjadi penurunan prestasi yang dicurigai merupakan dampak kurangnya dukungan orang tua. Orang tua yang memiliki anak retardasi mental dituntut memberikan perhatian lebih. Dalam keluarga harus saling mendukung karena pengaruh lingkungan sosial keluarga dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan jiwa dan adaptasi kesehatan anak. Oleh karena itu pelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban.

Penelitian ini bersifat analitik, menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SDLB Negeri Tuban kelompok retatrdasi mental tahun ajaran 2009-2010 dan orang tua. Tekhnik sampling menggunakan sampling jenuh dan sampel penelitian ini adalah siswa SDLB Negeri Tuban kelompok retardasi mental yang berjumlah 26 siswa dan orang tua. Tekhnik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengumpulan data sekunder. Analisa data menggunakan Spearman Rho dengan α=0,05.

Dari hasil penelitian sebagian besar orang tua memberikan dukungan yang besar yaitu sebanyak 16 responden (61,54 %), dan hampir seluruhnya prestasi belajar anak cukup yaitu 21 responden (80,77 %). Berdasarkan hasil uji Spearman dengan rs hitung = 0,443 didapatkan hasil t

hitung = 2,420 dan t tabel (α=0,05; df = 26) = 2,064 dimana p < 0,05 yang berarti (t hitung > t tabel ), yaitu2,420 > 2,064. Maka H0 ditolak dan

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban.

Dari hasil temuan penelitian disarankan orang tua dapat meningkatkan pemberian dukungan kepada anak untuk peningkatan prestasi belajar anak. Orang tua hendaknya lebih sering meluangkan waktu untuk menemani anak dan juga meningkatkan komunikasi antara anak, orang tua dan pihak SDLB Negeri Tuban.

Kata kunci : Dukungan orang tua, prestasi belajar, anak retardasi mental

PENDAHULUAN

Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya (Kliegman Arvin, Behrman, 2000)

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan untuk mata pelajaran, biasanya ditunjukkan dengan nilai test yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar seorang anak dapat mencerminkan kecerdasan serta perkembangan kognitifnya. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seorang anak adalah faktor intern dan faktor ekstern, faktor intern atau faktor dari dalam adalah semua faktor yang ada dalam diri anak, sedang faktor ekstern atau faktor dari luar adalah semua faktor yang berada di luar diri anak, salah satunya adalah faktor keluarga.

Orang-orang yang secara mental mengalami keterbelakangan mental, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. Dalam hal ini keluarga sebagai elemen utama yang memiliki fungsi penting terhadap pertumbuhan anak, dituntut untuk memiliki tingkat kecanggihan teknis maupun sensitifitas interpersonal yang besar (Kliegman Arvin, Behrman, 2000)

Pada tahun 2009 terjadi penurunan prestasi belajar anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban dibandingkan pada tahun 2008. Berdasarkan survey di SDLB Negeri Tuban tahun pelajaran 2008-2009 semester genap didapatkan 26 siswa kelas 1-6 SD dengan jenis Kecacatan Mental (Retardasi Mental),

berdasarkan penilaian kognitif terdapat 2 siswa (7,70 %) dengan nilai kognitif baik, 22 siswa (84,60 %) dengan nilai kognitif cukup, 2 siswa (7,70 %) dengan nilai kognitif kurang. Dan berdasarkan penilaian psikomotor seluruh siswa (100%) mendapat nilai cukup

Sedangkan pada tahun pelajaran 2009-2010 semester ganjil sebelum dirata-rata dapatkan 4 siswa (15,38 %) dengan nilai kognitif baik, 18 siswa (69,24 %) dengan nilai kognitif cukup, 4 siswa (15,38 %) dengan nilai kognitif kurang. Dan berdasarkan penilaian psikomotor terdapat 2 siswa (7,69 %) dengan nilai psikomotor baik, dan 24 siswa (92,30 %) dengan nilai psikomotor cukup. Untuk pengolahan data selanjutnya akan dilakukan perhitungan prestasi belajar anak setelah didapatkan hasil rata-rata belajar anak antara nilai kognitif maupun psikomotor.

Dan berdasarkan hasil survey pendahuluan mengenai dukungan orang tua, yang dilakukan dengan cara pembagian kuesioner awal pada 5 orang tua, didapatkan 3 orang tua menampakkan bentuk dukungan yang cukup dan 2 lainnya menampakkan dukungan penuh.

Pada dasarnya, meskipun anak dengan retardasi mental telah mendapatkan pendidikan di sekolah luar biasa, orang tua tetap memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan prestasi belajar anak. Sekolah luar biasa hanya merupakan sarana sedangkan pendukung utama yang dibutuhkan oleh anak tetap pada orang tua.

Setiap orang tua pasti menginginkan anak yang sehat dan cerdas. Bahkan kalau boleh berharap, semua orang pasti mendambakan anak yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Tumbuh normal, cantik, dan menyenangkan. Tapi apa yang diberikan Tuhan belum tentu sesuai dengan keinginan kita. Apa mau dikata

(2)

jika Tuhan memberikan anak yang cacat secara mental ataupun cacat fisik.

Banyak orang tua kemudian menjadi minder bahkan terkesan menyalahkan Tuhan atas kecacatan anaknya. Alhasil, mereka menyembunyikan anaknya dari publik, bahkan tak jarang orang tua merasa malu membawa anaknya ke tempat-tempat umum seperti mal, pasar, dan sebagainya.

Anak dengan retardasi mental memang membutuhkan perawatan yang berbeda dengan anak yang normal. Meskipun demikian bukan berarti anak dengan retardasi mental adalah lumpur yang menjijikkan. Mereka adalah aset dan tidak mustahil mereka akan menjadi berlian yang berkilau dengan keterbatasannya. Anak dengan cacat mental memang membutuhkan perhatian ekstra. Tapi bukan berarti membutuhkan pengawasan yang berlebihan. Yang perlu diketahui adalah bahwa jika anak dengan keterbelakangan mental dirawat dan dijaga dengan baik, merekapun bisa tumbuh seperti anak normal yang lainnya.

Setelah diagnosis retardasi mental ditegakkan, maka pada keluarga akan timbul suatu tahapan-tahapan perubahan sikap. Tahapan pertama yaitu tahap penolakan/penyangkalan, kemudian tahap duka cita dan kesedihan yang mendalam, dan yang terakhir tahap penerimaan. Orang tua secara kenyataan menerima keadaan ini, baik secara sadar maupun secara terpaksa. Dalam tahapan-tahapan tersebut jelas seluruh keluarga terutama otang tua dilanda stres yang cukup berat. Bila hal ini tidak dapat teratasi dengan baik, maka akan menimbulkan efek ketidaktentraman dalam keluarga. Hal ini jelas akan mengganggu/menghambat perkembangan anak retardasi mental itu sendiri, yang kemudian akan berdampak pada prestasi belajar anak.

Orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Jalan kerjasama perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian dan memberikan dukungan yang serius dalam upaya peningkatan prestasi belajar anak. Perhatian dan dukungan orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar. Demikian pula sebaliknya, jika orang tua tidak dapat memberikan dorongan dan motivasi maka anak tidak dapat belajar dengan tekun dan berdampak pada turunnya prestasi anak.

Komunikasi dengan keluarga adalah sangat penting. Keluarga membutuhkan informasi yang jelas agar mereka dapat memahami semua informasi mengenai aspek positif maupun negatif keadaan anak. Dalam hal ini pihak sekolah luar biasa telah memiliki suatu program untuk mendekatkan anak dengan orang tua.Yaitu dengan menyertakan orang tua dalam suatu proses pembelajaran khusus yang dilaksanakan setiap semesternya dan pengumpulan orang tua dalam suatu forum untuk berbagi informasi mengenai kondisi para anak.

Berdasarkan survey pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh dukungan

orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian korelasional, dengan menggunakan pendekatan Cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDLB Negeri Tuban kelompok retardasi mental tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 26 siswa beserta orang tua. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDLB Negeri Tuban kelompok retardasi mental tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 26 siswa beserta orang tua. Tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “dukungan orang tua”, sedangkan variabel terikatnya adalah “prestasi belajar anak retardasi mental.”

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dibagikan kepada orang tua dan pengumpulan data sekunder yaitu dari nilai raport seluruh siswa kelas 1-6 SDLB Negeri Tuban Kelompok Retardasi Mental Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini akan dilakukan di SDLB Negeri Tuban pada bulan Juli 2010.

Setelah data terkumpul, kemudian data tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian, kemudian angka-angka hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlah kemudian dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa prosentase.

HASIL DAN ANALISA DATA

Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk data umum dan data khusus. Data umum meliputi distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir dan pekerjaan orang tua. Sedangkan data khusus meliputi dukungan orang tua pada anak retardasi mental, prestasi belajar anak retardasi mental, dan hubungan dukungan orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan interpretasi data antara variabel independent dan dependent untuk mengetahui hubungan signifikan Antara variabel

1. Hasil

Pada bagian ini akan disajikan mengenai hasil tabulasi variabel yang diukur antara lain sebagai berikut :

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Orang Tua pada Anak Retardasi Mental di SDLB Negeri Tuban Tahun Ajaran 2009-2010

No Dukungan Orang Tua Jumlah Responden Prosent ase (%) 1. 2. 3. Sangat Mendukung Cukup Mendukung Kurang Mendukung 16 10 0 61,54% 38,46% 0% Jumlah 26 100%

(3)

Berdasarkan tabel 3 di atas dari 26 responden menunjukkan, bahwa sebagian besar orang tua menunjukkan memberikan dukungan yang besar pada anak retardasi mental yaitu sebanyak 16 responden (61,54 %) dan tidak satupun orang tua yang menunjukkan pemberian dukungan yang kurang.

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar Anak Retardasi Mental di SDLB Negeri Tuban Tahun Ajaran 2009-2010 Semester Ganjil

No. Prestasi belajar Jumlah Responden Prosentase (%) 1. 2. 3. Baik/Sangat Baik Cukup Kurang 3 21 2 11,54% 80,77% 7,69% Jumlah 26 100%

Berdasarkan tabel 4 di atas dari 26 responden menunjukkan bahwa prestasi belajar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010 adalah hampir seluruhnya prestasi belajar anak cukup yaitu sebanyak 21 responden (80,77 %). Dan sebagian kecil menunjukkan prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 2 responden (7,69%).

Tabel 5 Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Prestasi Belajar pada Anak Retardasi Mental di SDLB Negeri Tuban Tahun Ajaran 2009-2010

Dukungan orang tua

Prestasi Belajar Total

Baik/sangat Baik Cukup Kurang N % n % n % n % Sangat mendukung Cukup mendukung Kurang mendukung 3 0 0 18,75 0 0 13 8 0 81,25 80 0 0 2 0 0 20 0 16 10 0 100 100 0 Jumlah 3 11,54 21 80,77 2 7,69 26 100

Berdasarkan tabel 5 tentang dukungan orang tua dengan prestasi belajar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban, bahwa pada kategori orang tua sangat mendukung menunjukkan hampir setengahnya prestasi baik yaitu 13 responden (50 %), dan kategori dukungan orang tua cukup menunjukkan setengahnya prestasi cukup yaitu 8 responden (30,77%) , dan tidak satupun orang tua yang menunjukkan pemberian dukungan kurang.

Berdasarkan hasil uji Spearman dengan rs hitung

= 0,443 didapatkan hasil t hitung = 2,420 dan t tabel (α= 0,05 ; df = 26) = 2,064 dimana p < 0,05 yang berarti (t hitung > t tabel ), yaitu2,420 > 2,064. Maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara dukungan

orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental.

PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan, bahwa sebagian besar orang tua menunjukkan memberikan dukungan yang besar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010, yaitu sebanyak 16 responden (61,54 %) dan tidak satupun orang tua yang menunjukkan pemberian dukungan yang kurang.

Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah dukungan antar keluarga yang bersifat sportif yang dapat berupa bantuan langsung yang berkesinambungan dan terus-menerus sepanjang kehidupan

Menurut teori yang dikemukakan oleh Ryan dan Aussin yang dikutip Friedman (1998), secara spesifik bantuan keluarga yang kuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit sebagai fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi, disamping itu dukungan keluarga mempunyai pengaruh positif dan pada penyesuaian terhadap kejadian pada kehidupan yang penuh dengan stres.

Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan ayah maupun ibu, atau dukungan dari saudara kandung. Disini keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan kesehatan dan pengurangan resiko.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa sebagian besar orang tua menunjukkan memberikan dukungan yang besar pada anak retardasi mental yaitu sebanyak 16 responden (61,54 %), namun melihat bahwa dukungan tersebut ditujukan untuk anak berkebutuhan khusus, dalam kasus ini adalah anak dengan retardasi mental maka angka tersebut masih tergolong rendah, diharapkan hampir seluruhnya orang tua harus menunjukkan pemberian dukungan yang penuh. Friedman (1998) mengemukakan bahwa, di dalam suatu keluarga harus saling mendukung diantara seluruh anggota keluarga, orang yang hidup di lingkungan yang bersifat sportif kondisi kesehatan jiwa lebih baik dari pada mereka yang hidup tanpa adanya dukungan dari keluarga karena pengaruh lingkungan sosial keluarga dapat berefek pada adaptasi kesehatan seseorang.

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010 adalah hampir seluruhnya prestasi belajar anak cukup yaitu sebanyak 21 responden (80,77 %) dan sebagian kecil menunjukkan prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 2 responden (7,69%).

Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Sedangkan menurut Arif Gunarso (1993:77) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupn

(4)

kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa prestasi belajar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010 semester ganjil sebagian kecil menunjukkan prestasi belajar kurang yaitu sebanyak 7, 69 % responden. Seharusnya diharapkan anak mendapatkan nilai minimal cukup, melihat bahwa tidak ada satupun orang tua yang menunjukkan pemberian dukungan yang kurang. Hal ini semakin menguatkan pernyataan sebelumnya yang mengemukakan bahwa dukungan cukup saja kurang bisa memenuhi kebutuhan anak retardasi mental, diharapkan keseluruhan orang tua dapat memberikan pemberian dukungan yang lebih.

Berdasarkan hasil uji Spearman dengan rs hitung

= 0,443 didapatkan hasil t hitung = 2,420 dan t tabel (α= 0,05 ; df = 26) = 2,064 dimana p < 0,05 yang berarti (t hitung > t tabel ), yaitu2,420 > 2,064. Maka Ho ditolak artinya ada hubungan antara dukungan

orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental.

Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern yaitu : kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi. Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan teru-menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut Winkel (1996:24) minat adalah kecenderungan yang menetap pada subyek untuk merasa tertarik dengan bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, dukungan keluarga, lingkungan sekitar, dan sebagainya. Menurut Slameto (1995:60) faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat

tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Dalam hal ini Hasbullah (1994:46) mengatakan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan bimbingan dan pendidikan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus, menaruh perhatian dan memberikan dukungan yang serius dalam upaya peningkatan prestasi belajar anak. Perhatian dan dukungan orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk belajar. Sekolah, merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan prestasi belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. (Sunartombs, 2009).

Berdasarkan hasil uji Spearman menunjukkan t hitung = 2,420 dan t tabel = 2,064, dengan demikian t hitung > t tabel. Hal ini berarti ada hubungan antara dukungan orang tua dengan prestasi belajar anak retardasi mental. Sehingga semakin kuat dukungan dari orang tua, maka semakin baik anak retardasi mental dalam berprestasi.

Namun perlu diperhatikan bahwa banyak faktor yang juga dapat mempengaruhi prestasi belajar anak retardasi mental baik faktor intern maupun faktor ekstern. Oleh karena itu tugas orang tua tidak berhenti sebatas pemberian dukungan, tetapi juga harus meyakinkan dan mengusahakan anak berada pada lingkungan dan sekolah yang juga mendukung.

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Hasbullah (1994), mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan bimbingan dan pendidikan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga, sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar orang tua anak menunjukkan memberikan dukungan yang besar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010

(5)

2. Sampir seluruhnya Prestasi belajar pada anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010 prestasi belajar anak cukup 3. Ada hubungan antara dukungan orang tua dengan

prestasi belajar anak retardasi mental di SDLB Negeri Tuban tahun ajaran 2009-2010

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman, dkk (2007). Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.Percetakan Info Medika. Jakarta

Ahira, Anne (2008). Perkembangan Anak Kamis 20 November 2008.

http://www.AsianBrain.com

Alimul Hidayat, A.Aziz (2007). Metode Penelitian Kebidanan & Tekhnik Analisis Data. Penerbit Salemba Medika. Jakarta. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .

Rineka Cipta.Jakarta

Effendy, Nasrul (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta

Kliegman Arvin, Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol.1. ECG. Jakarta.

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta Sugiyono, (2008). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta.Bandung Sunartoms, (2009). Pengertian Prestasi Belajar Rabu 23 Desember

2009.http://www.google.com

Supartini, Yupi (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga.EGC. Jakarta Sowden, Linda A & Betz, Cecily L (2005). Keperawatan Pediatri.

Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta

Wiguna, Tjhin (2009). Retardasi Mental Senin 14 Agustus 2009.

(6)

Gambar

Tabel  3  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Dukungan  Orang  Tua  pada  Anak  Retardasi  Mental  di  SDLB  Negeri Tuban Tahun Ajaran 2009-2010
Tabel  4  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Prestasi  Belajar  Anak  Retardasi  Mental  di  SDLB  Negeri  Tuban  Tahun  Ajaran  2009-2010  Semester  Ganjil

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji Mann Whiney U Test pada perkembangan bahasa dengan nilai signifikan 0,01 (P&lt;0,05), dan perkembangan motorik halus dengan nilai 0,061 (p&gt;0,05) dapat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi keuangan yang terjadi pada seluruh

Pentanahan peralatan adalah tindakan pengamanan dengan cara menghubungkan badan peralatan atau instalasi yang diproteksi dengan hantaran netral yang

Walaupun kegiatan investasi secara tidak langsung yakni dengan jalan membeli sejumlah saham bank berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas, kurang mendapatkan

Pengukuran praktik dapat dilakukan dengan wawancara atau dengan angket atau kuisioner yang menyatukan tentang suatu materi ingin diukur dengan subyek penelitian atau

Six sigma merupakan suatu metode pengendalian kualitas yang terdiri dari DMAIC ( define, measure, analyze, improve, control ) yang diharapkan melalui tahap tersebut

Ini sesuai dengan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti di lapangan mengenai pem- belajaran Mikro Ekonomi di program studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan