1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Tanaman kacang tanah ialah tanaman palawija yang dimanfaatkan polongnya. Kacang tanah memiliki peranan yang cukup besar dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Tercatat bahwa bahwa kandungan protein dalam kacang tanah sebesar 25% - 30%, lemak 40% - 50%, karbohidrat 12%, serta vitamin B (Suwardjono,2004). Kacang tanah yang dimanfaatkan oleh industri dalam pembuatan margarine dan minyak goreng membuat permintaan terhadap kacang tanah meningkat terus-menerus dan sangat dibutuhkan, sehingga kacang tanah penting dibudidayakan untuk masa ke depan.
Kacang tanah awalnya didomestikasi di wilayah timur pegunungan Andes di barat daya Brazil, Bolivia, Paraguay, atau Argentina Utara, tempat yang diduga sebagai pusat asal tanaman ini (Rubatzky & Yamaguchi, 1998). Kacang tanah mulai dibudidayakan di Indonesia pada sekitar abad ke-17. Produksi kacang tanah di Indonesia setia tahunnya cenderung tidak stabil. Jumlah produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 779228.00 ton. Pada tahun 2011 jumlah produksi kacang tanah di Indoesia mengalami penurunan menjadi 691289.00 ton. Pada tahun 2012 produksi kacang tanah di Indonesia sebesar 712857.00 ton. Produksi kacang tanah di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 701680.00 ton, dan pada tahun 2014 produksi kacang tanah di Indonesia mengalami penurunan yaitu 655172.00 ton (Badan Pusat Statistik,2015). Dengan permintaan yang semakin meningkat, namun produksi semakin turun setiap tahunnya, maka budidaya terhadap kacang tanah perlu ditingkatkan.
1.2 Tujuan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Kacang Tanah
Berdasarkan klasifikasi tanaman kacang tanah terdiri atas Kingdom: Plantae (tumbuhan), Divisi: Tracheophyta, Kelas: Magnoliophyta, Ordo: Leguminales, Famili: Papilionaceae, Genus: Arachis, Species: Arachis hypogaea L. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam pola menu makanan penduduk. Di masyarakat, kacang tanah ini memiliki beberapa nama antara lain kacang cina, kacang brol, dan kacang brudul (Jawa). Kacang tanah adalah komoditas agrobisnis yang bernilai ekonomis cukup tinggi dan merupakan salah satu sumber protein dalam pola pangan penduduk Indonesia. Kebutuhan kacang tanah dari tahun ketahun terus meningkat, sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan gizi masyarakat, kapasitas industri pakan dan makanan Indonesia (Fachruddin, 2000).
Tanaman Kacang Tanah, hidup semusim berumur pendek sekitar 3,5 bulan tergantung ketinggian dan cuaca. Tanaman kacang tanah berakar tunggang dan membentuk akar serabut, batang tidak berkayu, berbulu halus, dan membentuk cabang. Tinggi batang sekitar 50 cm, ada yang bertipe tegak dan ada yang bertipe menjalar. Daun kacang tanah adalah daun majemuk bersirip genap, terdiri atas empat anak daun yang bentuknya bulat, elip atau agak lancip dan berbulu. Bunga kupu-kupu, tajuk 4daun berjumlah 5 dan 2 di antaranya bersatu berbentuk seperti perahu. Mahkota bunga berwarna kunig kemerahan. Buah berbentuk polong berada didalam tanah. Buah berisi 1-4 biji sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Pitoyo. et, al, 2003)
2.2 Syarat Tumbuh dan Fase Pertumbuhan Kacang Tanah
Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun dengan suhu harian 25-350C (Somaatmadja, 1990). Tanaman kacang tanah tumbuh baik pada keadaan pH tanah sekitar 6-6,5 (Adisarwanto, 2007). Adapun syarat-syarat benih atau bibit kacang tanah yang baik yaitu ; a) Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul, b) Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat, c) Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat, d) Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain, e) Kadar air benih berkisar 9-12 %.
3. PEMBAHASAN
3.1 Teknik Khusus Produksi Tanaman Kacang Tanah
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya. Maka dari itu, perlu adanya upaya dalam peningkatan produksi kacang tanah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil dari produksi kacang tanah yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Pupuk Kascing
Penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) dalam jangka panjang menyebabkan kadar bahan organik tanah menurun, struktur tanah rusak dan pencemaran lingkungan. Hal ini jika terus berlanjut akan menurunkan kualitas tanah dan kesehatan lingkungan. Untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, diperlukan kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik yang tepat (Isnaini, 2006).
Kascing mengandung berbagai bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu suatu hormon seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta mengandung unsur hara (N, P, K, Mg dan Ca) serta Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N non-simbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh tanaman (Zahid, 1994).
2. Pengolahan tanah
tanah adalah memperbaiki drainase dan aerase tanah yang sangat penting bagi pertumbuhan polong kacang tanah.
3. Bio-urin
Urin (air kencing) merupakan limbah yang dihasilkan oleh ternak peliharaan seperti sapi, kambing atau babi. Sekarang ini limbah tersebut pada umumnya masih belum banyak dimanfaatkan dan cenderung dianggap tidak bernilai serta tidak jarang dianggap mencemari lingkungan karena menimbulkan bau yang tidak sedap. Terbatasnya penelitian tentang penggunaan urin ternak untuk pemupukan tanaman menyebabkan urin ternak tidak banyak dimanfaatkan ditingkat petani, berbeda dengan kotoran padat (pupuk kandang) yang sudah umum pemanfaatannya (Sutari, 2010). Menurut Sutari (2010), aplikasi bio-urin berbeda dengan pupuk organik padat. Bio-urin diaplikasikan pada tanaman setelah tanaman tumbuh, karena pada saat masa pertumbuhan dan perkembangbiakkan tanaman banyak membutuhkan nutrisi. Bio-urin langsung diserap oleh tanaman dan sebagian lagi masih diuraikan. Karena bio-urin mudah menguap dan tercuci oleh air hujan. Nitrat yang terbentuk akan hilang oleh faktor cuaca, seperti hujan dan sinar matahari. Bila cuaca berawan dan udara lembab, kehilangan unsur N akan lebih kecil dibanding kondisi cuaca panas, kering dan banyak angin. Sebelum diaplikasikan ke tanaman, bio-urin perlu diencerkan terlebih dahulu agar terhindar dari plasmolisis. Plasmolisis dapat menyebabkan tanaman layu dan mati. Cara pemberian bio-urin adalah dengan cara disiramkan disekitar tanaman.
4. Pemberian Paclobutrazol
Paclobutrazol mempunyai peranan dalam mengatasi kelemahan-kelemahan pemangkasan dalam membatasi pertumbuhan vegetatif tanaman, bahkan dapat pula melibatkan perubahan fisiologis seluruh bagian tanaman sehingga pemangkasan tidak perlu dilakukan. Paclobutrazol juga mampu meningkatkan karbohidrat jaringan kayu, partisi asimilat dari daun ke akar, meningkatkan respirasi akar, dan mengurangi kehilangan air di akar. Percobaan dengan menggunakan paclobutrazol pada kacang tanah. Hasil percobaan menunjukkan adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan dengan bertambahnya jumlah polong tanaman dengan perlakuan paclobutrazol 100 dan 200 ppm sehingga meningkatkan produksi sampai 3,7 ton per ha (Senoo dan Isoda, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2007. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penerbit Penebar Swadaya.
Fachruddin, L. 2000. Budidaya Kacang Kacangan. Kanisius. Yogyakarta
Habiby, R,M., D, Sengli., and G, Jonathan. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Pada Beberapa Pengolahan Tanah Inseptisol Dan Pemberian Pupuk Kascing . 1 (4) : 1184-1185.
Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik Untuk Keuntungan Ekonomi dan Kelestarian.
Musa L., Muklis dan Rauf, A. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Foundamental of soil science). Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Nasir, Muhammad. 2014. Pengaruh Naungan Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Pada Lahan Gambut. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Pitoyo, S. 2003. Tanaman Bumbu dan Pewarna Nabati, Penerbit Aneka Ilmu Semarang
Seeno S; Isoda A. 2003. Effect paclobutrazol on podding and photosynthetic characteristics in peanut. Plant Production Science. 6 (1) : 190-194.
Somaatmadja. 1990. Kacang Tanah (Arachis hypogea L). Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal Sumarno,1997. Teknik Budidaya Kacang Tanah. Sinar Baru. Bandung.
Sumaryo dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit Dan Sp-36 Terhadap Jumlah Bintil Akar Dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. 2(2) : 55-56
Sutari, W. S. 2010. “Uji Kualitas Bio-urine Hasil Fermentasi dengan Mikroba yang Berasal dari Bahan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana.
Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Monograf Balittan malang No.12. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Hal. 9-23.
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA
Teknik Khusus Tanaman Sayuran Leguminoceae, Cucurbitaceae dan Solanaceae
“Kacang Tanah”
Oleh :
Dyah Kartika Maitimu 125040201111006
M. Muslim 125040201111025
Jamil Eko Cahya 125040201111026
Rizal Primadani 125040201111032
Nia Kharisma Amelia 125040201111051
Nia TrihayuningTyas 125040201111063