• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tingkat pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang lain tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama

(2)

lain. Kemampuan analisis dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dinamakan sintesis. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, seperti dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan masalah yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2003) , pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun dari orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

b. Pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

(3)

c Keyakinan

Keyakinan diperoleh secara turun-menurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. d. Fasilitas

Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Akan tetapi, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Kebudayaan

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

2.2. Kehamilan

2.2.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan terjadi karena adanya pembuahan atau konsepsi. Hasil konsepsi ini nantinya akan membelah dan bergerak menuju kavum uteri (rahim). Sesampainya di kavum uteri, hasil konsepsi akan menembus endometrium dan masuk ke dalamnya. Masuknya hasil konsepsi ke dalam endometrium ini disebut dengan nidasi. Yang disebut dengan kehamilan adalah bila nidasi telah terjadi. (Wiknjosastro et al, 2005)

2.2.2. Tahap-tahap Tumbuh-Kembang Janin

Kehidupan dalam rahim dibagi menjadi tiga tahap: 1. Tahap Implantasi (saat pembuahan - 2 minggu)

Sel telur yang sudah dibuahi yang dinamakan zigot, kemudian segera membelah diri. Dalam waktu dua minggu, zigot ini melalui tuba falopi dan mengalami nidasi. Pembelahan sel tetap berlangsung. Pada saat ini dibentuklah plasenta, membrane janin, dan tali pusar (Almatsier et al, 2011).

(4)

Nidasi pada umumnya terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat fundus uteri (Wiknjosastro et al, 2005).

2. Tahap Embrio (2-8 minggu sesudah pembuahan)

Sesudah 2 minggu, zigot berubah menjadi embrio. Fase embrio ditandai dengan terjadinya diferensiasi sel. Perkembangan janin akan terganggu secara permanen bila pada saat ini terjadi infeksi atau penggunaan obat-obatan tertentu (Almatsier et al, 2011).

Pembelahan sel pada tahap embrio relatif lebih cepat dari periode lainnya, sehingga memerlukan oksigen dan zat gizi yang tinggi. Jika terjadi kekurangan gizi atau terjadi penurunan kadar oksigen pada tahap ini dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan yang permanen (Rosso, 1990 dalam Lubis Z, 2011).

3. Tahap Janin

Tujuh bulan berikutnya merupakan tahap janin. Tiap organ tubuh janin tumbuh menjadi sempurna. Pertumbuhan terjadi dengan pesat dari kurang lebih 6,0 gram pada bulan ketiga menjadi 3,0-3,5 kg pada waktu lahir. Pertumbuhan masing-masing organ terjadi dengan kecepatan berbeda. Agar pembelahan dan jumlah sel suatu organ terpenuhi, seorang ibu harus senantiasa menjaga keadaan gizi dan kesehatannya. (Almatsier et al, 2011)

Pertumbuhan dan perkembangan janin dapat juga dibagi berdasarkan trimester 1. Trimester I (0-12 minggu)

Trimester pertama ini ditandai dengan pembelahan sel (hiperplasia) dan pembesaran sel (hipertrofi) untuk proses diferensiasi. Pada akhir trimester I, sebagian besar organ telah terbentuk dan janin sudah terasa bergerak. Pada masa ini ibu mungkin kurang nafsu makan atau merasa mual dan ingin muntah, di saat-saat ini mutu gizi makanan lebih penting dari jumlah makanan (Almatsier et al, 2011). Richard dan William melaporkan bahwa pertambahan berat badan yang rendah pada trimester I tidak memberikan pengaruh terhadap

(5)

IUGR (Intrauterine Growth Restriction), namun mungkin menyebabkan efek teratogenik. (Strauss et al, 1998)

2. Trimester II (12-28 minggu)

Pada awal trimester II berat janin kurang lebih mencapai 30 gram. Pada saat ini, lengan, tangan, kaki, jari, dan telinga telah terbentuk. Janin mulai membentuk lekuk-lekuk pada rahang untuk mempersiapkan penempatan gigi. Denyut jantungnya sudah dapat dideteksi dengan stetoskop (Almatsier et al, 2011). Richard dan William melaporkan bahwa pertambahan berat badan yang rendah pada trimester II menunjukkan peningkatan resiko terjadinya IUGR. IUGR adalah faktor resiko lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (Strauss et al, 1998)

Sumber : http://www.environment.ucla.edu/reportcard/article.asp?parentid=1700

(6)

3. Trimester III (28-40 minggu)

Pada awal trimester III berat janin kurang lebih mencapai 1 kg. Pada masa kehamilan 36-40 minggu, berat bayi biasanya mencapai 2500-3500 gram dengan panjang 45-50 cm (Almatsier et al, 2011). Richard dan William melaporkan bahwa pertambahan berat badan yang rendah pada trimester III juga menunjukkan peningkatan resiko terjadinya IUGR (Strauss et al, 1998).

2.2.3. Perubahan Fisiologis selama Kehamilan yang berhubungan dengan Asupan Nutrisi

1. Metabolisme dalam kehamilan

Angka metabolisme basal (Basal Metabolic Rate) adalah energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi fisiologis normal pada saat istirahat (Kuntarti, 2006). Pada ibu hamil, angka metabolisme basal (AMB) meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada akhir kehamilan (Guyton et al, 1997). Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih banyak karena metabolismenya meningkat.

Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira di antara 6,5-16,5 kg, dengan rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan disebabkan oleh: 1) hasil konsepsi: fetus, plasenta, dan likuor amnii; dan 2) dari ibu sendiri: uterus dan mamma yang membesar, volume darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan akhirnya adanya retensi air (Wiknjosastro et al, 2005). Asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat agar peningkatan berat badan pada ibu hamil juga adekuat. Peningkatan berat badan yang kurang selama kehamilan dapat menyebabkan luaran bayi BBLR yang dapat menyebabkan kematian. Di sisi lain, obesitas ibu atau asupan nutrisi yang terlalu banyak selama kehamilan dapat menyebabkan IUGR (Guoyao et al, 2004). Oleh karena itu, pemenuhan nutrisi yang tepat sangat penting selama kehamilan.

(7)

Tabel 2.1. Tabel kenaikan berat badan berdasarkan BMI

BMI Kenaikan berat

badan total

Trimester I

Trimester II dan III (per minggu) Berat badan kurang

(BMI<19,8) 12,5-18,0 kg 2,3 kg 0,49 kg Normal (BMI

19,8-26) 11,5-16,0 kg 1,6 kg 0, 44 kg

Berat badan lebih

(BMI 26-29) 7,0-11,5 kg 0,9 kg 0,3 kg

Obesitas (BMI>29) 6,0 kg Hamil kembar 15,9-20,4 kg Triplets/multiplets >22,7 kg

Sumber: Departemen Nutrisi Universitas Sumatera Utara, 2007

2. Volume dan Komposisi Darah

Volume darah ibu sesaat sebelum hamil aterm kira-kira 30% di atas normal. Peningkatan ini terutama terjadi selama akhir kehamilan. Penyebabnya terutama adalah faktor hormonal, karena aldosteron dan esterogen menyebabkan retensi cairan, serta sumsum tulang yang aktif menghasilkan sel-sel darah merah tambahan (Guyton et al, 1997).

Peningkatan sel darah merah tidak sebanding dengan peningkatan volume plasma darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Meskipun banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah tidak berubah, namun jumlah sel darah merah dalam 100 ml plasma menurun. Hal ini menyebabkan nilai hemoglobin sebelum hamil besarnya 13-14 g% dapat turun hingga 10-11 g% pada bulan-bulan pertama kehamilan. Hal ini tidak boleh disebut anemia, karena jumlah hemoglobin pada ibu hamil lebih besar daripada sebelum hamil (Almatsier et al, 2011). Jika peningkatan jumlah sel darah ini tidak adekuat, maka dapat terjadi anemia. Theresa dan Mary melaporkan bahwa anemia selama kehamilan dapat meningkatkan resiko lahir

(8)

prematur (Scholl et al, 1994). Oleh karena itu, asupan nutrisi yang berkaitan dengan produksi sel darah pada ibu hamil sangat penting.

3. Sistem urinarius

Pada kehamilan terjadi peningkatan penyaringan glomerulus (glomerulus filtration rate) sampai 69%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan sirkulasi darah di ginjal selama kehamilan (Wiknjosastro et al, 2005). Selain itu, peningkatan penyaringan glomerulus ginjal mungkin juga disebabkan karena menurunnya tekanan osmotik. Penurunan tekanan osmotik terjadi karena adanya penurunan albumin serum selama kehamilan (Almatsier et al, 2011). Peningkatan penyaringan glomerulus ini memperberat kerja tubulus ginjal dalam penyerapan nutrisi, sehingga pada kehamilan normal dapat terjadi kehilangan glukosa dan protein dalam urin (Ciliberto et al, 1998). Oleh karena itu, asupan nutrisi pada ibu hamil harus adekuat sehingga tidak terjadi kekurangan energi dan protein.

4. Sistem pencernaan

Pada bulan-bulan pertama akan terdapat perasaan mual. Hal ini mungkin disebabkan peningkatan kadar estrogen. Tonus-tonus otot sistem pencernaan menurun, sehingga motilitasnya pun berkurang (Wiknjosastro et al, 2005). Hal ini baik untuk resorpsi, namun lebih lamanya makanan dicerna dan diserap dapat menimbulkan beberapa keluhan. Berkurangnya gerak saluran cerna dapat meningkatkan resiko arus balik ke esofagus. Pola makan selama kehamilan harus diperhatikan agar meskipun motilitas saluan cerna berkurang, refluks ke esofagus tidak terjadi. Di samping itu, absorpsi air di usus besar meningkat, sehingga feses lebih keras yang menimbulkan konstipasi (Almatsier et al, 2011). Oleh karena itu, ibu hamil perlu mengkonsumsi serat yang cukup untuk mengatasi konstipasi.

(9)

2.3. Gizi Ibu Hamil 2.3.1. Pengertian Gizi

Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi, membangun, dan memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan. Zat gizi dibagi dalam tiga kelompok menurut fungsinya dalam tubuh, yaitu:

a. Zat energi, berupa karbohidrat, lemak, dan protein b. Zat pembangun, berupa protein, mineral, dan air c. Zat pengatur, berupa protein, mineral, air, dan vitamin

(Almatsier et al, 2011)

Zat gizi juga dapat dibagi dalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein (Almatsier et al, 2011). Satu gram karbohidrat atau protein menghasilkan 4,1 kkal energi, sedangkan satu gram lemak menghasilkan 9,3 kkal energi (Kuntarti, 2006). Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (2004) menganjurkan perbandingan komposisi energi berasal dari karbohidrat, protein, dan lemak secara berurutan adalah 50-60%, 10-20%, dan 20-30%.

Zat gizi mikro terdiri dari vitamin, mineral, dan air. Vitamin dan mineral berperan dalam berbagai reaksi biokimia dalam tubuh. Air berperan sebagai pelarut dan pelumas dalam tubuh, dan sebagai alat transport zat-zat gizi serta sisa-sisa pencernaan dan metabolisme (Almatsier et al, 2011).

2.3.2. Angka Kecukupan Gizi Ibu Hamil

Perubahan-perubahan yang terjadi pada ibu hamil perlu disertai dengan bantuan makanan bergizi. Angka kecukupan gizi (AKG) antara ibu tidak hamil dan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 2.2.

(10)

Gangguan gizi ibu

Penambahan volume darah berkurang

Peningkatan curah jantung (cardiac output) kurang

Aliran darah ke plasenta berkurang

Ukuran plasenta berkurang Aliran zat gizi berkurang

Pertumbuhan janin terhambat

Gambar 2.2. Mekanisme terhambatnya pertumbuhan janin pada gangguan gizi ibu

Hal-hal yang harus dipertimbangkan selama kehamilan antara lain: 1. Energi

Kebutuhan energi pada ibu hamil dipengaruhi oleh angka metabolisme basal (AMB) dan aktivitas fisik. Penambahan energi ini hendaknya dilakukan dengan penambahan makanan padat gizi, seperti makanan dari padi-padian, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan karbohidrat yang berlebihan pada awal kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

2. Protein

Protein diperlukan dalam kehamilan untuk perkembangan badan, alat kandungan, mamma, untuk janin, dan harus disimpan untuk kebutuhan laktasi nantinya (Wiknjosastro et al, 2005). Penambahan protein dapat dilakukan dengan asupan makanan sumber protein, seperti daging, telur, susu dan produk olahannya, tahu, kacang-kacangan dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Godfrey dkk melaporkan bahwa asupan protein

(11)

yang kurang pada akhir kehamilan berhubungan dengan rendahnya berat plasenta dan berat badan kelahiran (Godfrey et al, 1995).

3. Zat gizi yang berkaitan dengan metabolisme energi dan protein

Zat gizi yang dimaksudkan di sini adalah vitamin-vitamin B, yaitu tiamin (B1), riboflavin (B2), niasin (B3), dan piridoksin (B6). Angka

kecukupan gizi untuk vitamin ini dapat dilihat dalam tabel 2.2. Makanan yang kaya akan vitamin ini contohnya daging, kacang-kacangan, serealia, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

4. Zat gizi berkaitan dengan produksi darah dan pertumbuhan sel

Semua zat gizi berperan dalam proses ini, namun kebutuhan akan asam folat (vitamin B11), kobalamin (vitamin B12), besi, dan seng memerlukan perhatian secara khusus karena memiliki peran penting dalam sintesis DNA, RNA, dan sel-sel baru.

Kebutuhan asam folat meningkat sebanyak 50%. Di samping asupan makanan kaya folat, ibu hamil juga dianjurkan untuk makan suplemen folat. Makanan kaya folat adalah buah, sayuran hijau, dan serealia tumbuk (Almatsier et al, 2011). Mukherjee mengatakan bahwa asupan asam folat mengganggu absorpsi seng, namun dari hasil penelitian Tamura dkk tidak ditemukan efek negatif asupan asam folat (Tamura et al, 1992). Theresa dkk melaporkan kurangnya asupan folat selama kehamilan dapat meningkatkan resiko kurangnya pertambahan berat badan kehamilan, bayi prematur, dan BBLR (Scholl et al, 1996).

Zat yang mengaktifkan folat adalah kobalamin. Makanan sumber kobalamin adalah daging, ikan, telur, susu, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan vitamin B12 nantinya dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan, lambatnya perkembangan psikomotor dan terkadang hal ini bisa permanen. Jika ibu hamil kekurangan asupan folat dan vitamin B12 dapat meningkatkan resiko terjadinya NTD (Neural tube defect). (Refsum, 2001)

(12)

Kebutuhan besi pada ibu hamil meningkat untuk pembentukan darah dan untuk janin sebagai simpanan. Janin memerlukan simpanan besi 4-6 bulan sesudah kelahiran karena selama itu bayi hanya mendapat asupan ASI yang miskin besi. Sumber besi adalah makanan hewani seperti hati, daging, ayan, ikan, dan telur. Makanan nabati juga merupakan sumber besi, namun kuantitasnya lebih rendah, contohnya serealia, kacang-kacangan, dan sayuran hijau. Di Indonesia, banyak wanita yang sebelum hamil sering kekurangan besi. Oleh karena itu, selain asupan makanan kaya besi, boleh ditambah dengan suplemen besi (Almatsier et al, 2011).

Seng dibutuhkan selama kehamilan untuk pembentukan protein dan pengembangan sel. Makanan sumber seng adalah hati, susu, kacang-kacangan, kerang, tiram, dan lain-lain. Pada umumnya ibu hamil tidak membutuhkan suplemen seng. Suplemen seng dianjurkan bagi ibu hamil yang mendapat suplemen besi, karena besi dapat mengganggu absorpsi dan penggunaan seng (Almatsier et al, 2011). Yasmin dan Robert melaporkan ibu hamil yang mengkonsumsi seng mempunyai berat badan bayi lahir yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi seng, namun hal ini tidak berlaku untuk wanita dengan BMI>26 (Neggers et al, 2003).

5. Zat gizi untuk pertumbuhan tulang

Zat gizi untuk pertumbuhan tulang antara lain kalsium, magnesium, vitamin D, fosfor, dan flour. Akan tetapi, kebutuhan akan fosfor dan fluor tidak meningkat selama kehamilan. Absorpsi kalsium meningkat hingga lebih dari dua kali lipat di awal masa kehamilan. Janin membutuhkan kalsium untuk kalsifikasi tulang janin yang terjadi pada trimester ke-3 kehamilan. Bila asupan kalsium dirasa kurang, maka dapat memakan suplemen kalsium. Makanan kaya kalsium contohnya susu, keju, serealia, kacang-kacangan, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

(13)

Magnesium secara umum berfungsi dalam menguatkan tulang dan gigi. Magnesium banyak terdapat dalam sayuran hijau, serealia, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Kebutuhan vitamin D juga meningkat selama kehamilan. Vitamin D dapat dibentuk di bawah kulit dengan bantuan sinar ultraviolet dari matahari. Pada tabel 2.2 dituliskan bahwa ibu hamil tidak perlu menambah asupan vitamin D selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah negara tropis, sehingga diperkirakan tidak kekurangan sinar matahari untuk pembentukan vitamin D. Selain itu, susu bubuk pun biasanya difortifikasi dengan vitamin D. (Almatsier et al, 2011). Asupan seng, kalsium, dan magnesium dapat mencegah BBLR, lahir prematur, dan hipertensi (Ramakrishnan et al, 1998).

6. Zat gizi lain

Kebutuhan vitamin A, vitamin C, yodium, selenium, dan mangan meningkat selama kehamilan. Vitamin A berperan dalam penglihatan, sistem imun, dan diferensiasi sel. Sumber vitamin A adalah makanan hewani berupa hati, lemak hewan, susu, mentega, kuning telur, serta makanan nabati dalam bentuk pro vitamin A (karoten) berupa sayuran serta buah-buahan (Almatsier et al, 2011).

Kebutuhan vitamin C meningkat selama kehamilan. Fungsi utama vitamin C dalam tubuh adalah membantu penyerapan zat besi, menjaga kondisi tulang, gigi, dan darah, serta bekerja sama dengan vitamin E dan beta karoten untuk melawan radikal bebas. Sumber vitamin C adalah sayuran hijau dan buah-buahan seperti jeruk, nenas, mangga, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan vitamin C merupakan salah satu faktor resiko kelahiran prematur (Ramakrishnan et al, 1998).

Yodium merupakan bagian penting dari hormon tiroid. Hormon tiroid berperan dalam pembentukan myelin sistem saraf sentral. Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotiroidisme. Dampak setelah lahir dapat berupa gangguan mental, pendek atau kretinisme, tuli, dan kejang-kejang. Pencegahan kekurang yodium dengan memakai garam

(14)

yang difortifikasi dengan yodium. Selain itu, yodium banyak terdapat pada ikan, udang, kerang, ganggang laut, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011). Kekurangan yodium dapat berakibat keguguran, retardasi mental dan kretinisme (Ramakrishnan et al, 1998).

Selenium dalam tubuh bekerja sama dengan enzim glutation peroksidase sebagai antioksidan yang mencegah pembentukan radikal bebas. Selain itu, selenium juga bekerja sama dengan enzim yang merubah hormon tiroid menjadi bentuk aktifnya. Selenium terdapat pada makanan hasil laut, daging, hati, dan lain-lain. Mangan berfungsi sebagai kofaktor enzim dalam metabolisme karbohidrat, metabolisme lipid, membantu sintesis ureum, dan pembetukan jaringan ikat dan tulang. Sumber mangan adalah makanan nabati, seperti kacang-kacangan, sayuran, serealia, dan lain-lain (Almatsier et al, 2011).

Tabel 2.2. Angka kecukupan gizi ibu hamil

(15)

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil

1. Umur

Hamil pada usia yang lebih muda memerlukan energi yang lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2.3.

2. Gizi ibu sebelum hamil

Gizi ibu sebelum hamil dapat dilihat dari index massa tubuhnya. Pada tabel 2.2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan kenaikan berat badan yang diharapkan pada index massa tubuh yang berbeda (Path et al, 2004 dalam Sitompul MT, 2012).

3. Jarak hamil

Jarak antara dua kelahiran kurang dari setahun merupakan resiko untuk melahirkan bayi dengan BBLR atau bayi lahir sebelum waktunya. (Almatsier et al, 2011)

4. Status kesehatan ibu hamil

Ibu hamil yang sakit memerlukan perhatian gizi yang lebih dibandingkan ibu hamil yang sehat. Picone dkk melaporkan stres dan kecemasan yang dialami wanita 6 bulan sebelum kehamilan atau saat kehamilan dapat meningkatkan resiko berbagai komplikasi, salah satunya adalah BBLR. Hal ini diduga karena stres dan cemas meningkatkan pelepasan hormon yang merangsang metabolisme, sehingga kebutuhan energi meningkat (Picone et al, 1982). 5. Pengetahuan ibu hamil tentang gizi beserta makanannya

Ibu hamil yang mempunyai pengetahuan tentang gizi akan lebih

memperhatikan makanannya dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak berpengetahuan gizi. Perilaku sadar gizi ibu hamil juga lebih bertahan lama bila didasari pengetahuan dibandingkan yang tidak (Path et al, 2004 dalam Sitompul MT, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang diterima oleh seseorang (Notoadmodjo, 2003)

6. Keadaan sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan kemiskinan, kurangnya higiene dan sanitasi, gangguan kesehatan, serta rendahya

(16)

pengetahuan. Pengaruhnya tampak pada lebih besarnya kemungkinan kematian ibu saat melahirkan atau kematian bayi sewaktu dilahirkan, atau bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). (Almatsier et al, 2011)

7. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan dikaitkan dengan kebersihan, kenyamanan dan suhu lingkungan. Suhu lingkungan yang rendah akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang memicu peningkatan metabolisme tubuh, sehingga butuh energi yang lebih besar. Selain itu, dukungan dari orang terdekat dan lingkungan yang nyaman dapat mencegah stres selama kehamilan (Path et al, 2004 dalam Sitompul MT, 2012).

8. Aktivitas

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan ibu hamil semakin besar energi yang diperlukan.

9. Kebiasaan dan pandangan wanita

Pada umumnya wanita lebih memberi perhatian khusus kepada kepala keluarga dan anak-anaknya dibandingkan dirinya sendiri. Pandangan ini pada ibu hamil dapat menyebabkan ibu hamil kurang gizi karena kurang memperhatikan gizi dirinya sendiri. Ada juga ibu hamil yang berpendapat bahwa makanan yang dikonsumsinya harus dua kali lipat dibandingkan biasanya karena sedang mengandung. Hal ini dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih besar dibandingkan yang seharusnya (Path et al, 2004 dalam Sitompul MT, 2012).

2.3.4. Asupan yang perlu dihindari selama kehamilan

1. Alkohol

Bayi yang lahir dari ibu pecandu alkohol menunjukkan lingkar kepala berukuran kecil (microcephal), kelainan-kelainan pada wajah berupa pipi kurang melengkung, retak-retak kecil pada kelopak mata, lipatan-lipatan pada sudut mata, hidung pesek, bibir tipis hingga sumbing, kelainan bentuk telinga, rahang bawah kecil, serta gangguan jantung dan sistem saraf sentral yang disertai gangguan pertumbuhan dan mental. Kondisi ini disebut fetal alcohol

(17)

syndrome (FAS). Mekanismenya mungkin karena alkohol masuk ke dalam plasenta dan menumpul dalam jumlah tinggi dalam janin. Pendapat lain mengatakan peminum alkohol sering tidak mempunyai nafsu makan sehingga kekurangan gizi selama kehamilannya (Almatsier et al, 2011).

2. Merokok

Ibu hamil yang merokok sering menghasilkan janin yang mengalami hambatan pertumbuhan. Resiko BBLR pada ibu hamil yang merokok hampir dua kali lipat daripada ibu hamil yang tidak merokok. Selain itu, pengaruh lainnya dapat berupa lahir prematur dan keguguran (Almatsier et al, 2011). Wanita yang merokok beresiko berat badan sebelum hamil rendah, pertambahan berat badan selama hamil rendah, dan BBLR. Hal ini mungkin karena merokok merangsang simpatis, sehingga meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, metabolisme dan lipolisis, sehingga menyebabkan kebutuhan energi wanita yang merokok lebih besar dari wanita yang tidak merokok. Picone dkk melaporkan bahwa ibu hamil yang merokok dan stres memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya Intrauterine Growth Restriction atau IUGR (Picone et al, 1982).

3. Kafein

Anjuran untuk mengurangi atau tidak mengkonsumsi kafein selama hamil masih merupakan hal yang kontroversial. Penelitian epidemiologis pada ibu hamil yang banyak mengkonsumsi kafein menunjukkan kemungkinan bayi lahir dengan BBLR dan keguguran. Dianjurkan agar ibu hamil membatasi minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola, dan minuman ringan lainnya (Almatsier et al, 2011).

4. Junk food dan makanan tinggi kalori lainnya

Ibu hamil lebih baik mengkonsumsi makanan yang tidak hanya tinggi kalori namun juga padat gizi. Makanan yang hanya tinggi kalori dapat meningkatkan kenaikan berat badan yang lebih besar dari yang seharusnya (Siswosuharjo et al, 2010).

(18)

5. Makanan mentah atau setengah matang

Makanan seperti ini dapat mengandung bakteri, diantaranya E. coli, salmonella, dan toksoplasma. (Siswosuharjo et al, 2010)

6. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan dalam kehamilan didasari oleh penggolongan obat berdasarkan FDA, beserta kontraindikasi obat. Penggolongan obat berdasarkan FDA yaitu:

- Kategori A: Penelitian terkontrol menunjukkan tidak ada resiko. Penelitian terkontrol dan memadai pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya resiko pada janin

- Kategori B: Tidak ada bukti resiko pada manusia. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya resiko tetapi penelitian pada manusia tidak, atau penelitian pada hewan menunjukkan tidak ada resiko tetapi penelitian pada manusia belum memadai.

- Kategori C: Resiko tidak dapat dikesampingkan. Penelitian pada manusia tidak memadai, penelitian pada hewan menunjukkan resiko atau tidak memadai.

- Kategori D: Resiko pada janin terbukti positif

- Kategori X: Kontraindikasi pada kehamilan. Pada hewan atau manusia menunjukkan resiko janin yang jelas lebih merugikan dibandingkan manfaatnya (Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, 2009)

Gambar

Tabel 2.1. Tabel kenaikan berat badan berdasarkan BMI
Gambar 2.2. Mekanisme terhambatnya pertumbuhan janin pada gangguan gizi ibu
Tabel 2.2. Angka kecukupan gizi ibu hamil

Referensi

Dokumen terkait

Jika melihat secara umum komentar masyarakat dunia maya (netizen) dalam postingan tersebut, sebagian besar menyatakan ketidaksetujuannya, namun kurang diikuti argumen logis

Penelitian ini menggambarkan, bahwa remaja putri dengan obesitas cenderung memiliki karakteristik harga diri rendah, sehingga tidak maksimal dalam mengaktualisasikan

menyetujui serta mengesahkan perubahan komposisi dan' personalia Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya Provinsi Sulawesi Barat masa bakti 2009-2015 melalui Keputusan Dewan

Hasil penelitian dental traits yang dilakukan pada etnis Jawa dengan sampel berupa cetakan gigi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, pola cusp dengan kemunculan

Pada benda uji yang diberi satu lapis Carbon Fiber Reinforced Polymer (CFRP), kuat tekan beton meningkat sebesar 15,7324 % dibandingkan dengan kuat tekan beton

dedicated server yang menggunakan resource dan bandwith yang tinggi untuk membangun server tersendiri dengan biaya yang tidak murah maka ditemukan solusi penggunaan

Dengann konsep e-Customer Relationship Management (e-crm), di mana e-crm merupakan manajemen pelanggan untuk E-bisnis yang harus berhadapan dengan kompleksitas dari

Akan tetapi, tentang keharusan adanya suatu maksud dari pelaku untuk menguntungkan diri atau orang lain secara melawan hukum, orang dapat menarik kesimpulan bahwa