• Tidak ada hasil yang ditemukan

appropriate organ proficiency level needs to be maintained in everyday life.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "appropriate organ proficiency level needs to be maintained in everyday life."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

“SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN PENCERNAAN MANUSIA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING PADA TELPON

SELULER BERBASIS ANDROID”

Very Kurniawan (0910651236) Very_1236@yahoo.com Jurusan Teknik Informatika,Universitas

Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Organ pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika sistem pencernaan pada manusia mengalami gangguan maka kinerja dari organ tidak akan maksimal sehingga akan mempengaruhi sistem pencernaan itu sendiri. Jadi sudah semestinya organ tesebut perlu dijaga dalam kehidupan sehari-hari.

Sistem pakar merupakan suatu bagian metode ilmu-ilmu artificial intelligence untuk dibuat suatu program aplikasi diagnosa penyakit pencernaan pada manusia yang terkomputerisasi serta berusaha menggantikan dan menirukan proses penalaran dari seorang ahlinya atau pakar dalam memecahkan masalah spesifikasi yang dapat dikatakan duplikat dari seorang pakar karena pengetahuan ilmu tersebut tersimpan di dalam suatu sistem database.

Pada penelitian ini jenis penyakit yang dapat dideteksi sebanyak 10 penyakit menggunakan metode Forward Chaining dengan memasukan gejala dari user. Pengujian yang digunakan yaitu pengujian akurasi sistem pakar dengan data uji sebanyak 5 kasus. Hasil pengujian menunjukkan uji akurasi sebesar 60% dari 5 kasus percobaan menggunakan metode Forward Chaining.

Kata kunci: Sistem Pakar,Forward Chaining, Android,Gangguan Pencernaan Manusia

ABSTRACT

The organs of the digestive system that processes a change of food and absorb nutrients in the form of nutrients needed by the body. If the human digestive system disorders of the performance will not be maximized so that the organ will affect the digestive system itself. So it is

appropriate organ proficiency level needs to be maintained in everyday life.

An expert system is a method of the sciences, artificial intelligence made an application program for the diagnosis of digestive disorders in humans are computerized and seek to replace and imitate the reasoning process of an expert or experts in solving the problem specification that can be said to be a duplicate of an expert because the science knowledge stored in a database system.

In this study, the type of disease that can be detected as many as 10 diseases using Forward Chaining by entering a symptom of the user. The test used is test the accuracy of the expert system with as many as 5 cases of test data. The results show an accuracy test at 60% of the 5 cases of experiments using Forward Chaining.

Keywords: Expert System, Forward Chaining, Android, Human Digestive Disorders

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tubuh manusia terdiri dari banyak sistem organ, salah satunya adalah sistem organ pencernaan. Bila system pencernaan mengalami gangguan dan tidak segera mendapat pertolongan pertama maka akan mengakibatkan suatu masalah yang fatal bahkan lebih membahayakan. Banyak masyarakat yang masih belum memahami gejala dini bahkan bahaya gangguan dari pencernaan seperti gastritis, radang usus buntu, diare ,sembelit dan gangguan pencernaan umum lainnya yang sering terjadi dalam berbagai kalangan masyarakat yang ditimbulkan oleh faktor – faktor tertentu.

Sistem pakar adalah bagian dari sebuah kecerdasan buatan (Artifical Intelegence) yang menggabungkan berbagai basis pengetahuan (Knowledge Base) dengan system pemberi kesimpulan (Inferensi). Dalam memproses gejala yang telah ditentukan untuk mendiagnosa gangguan pada pencernaan manusia tidak dapat dilakukan secara sembarangan hal ini dapat

(2)

meminimalkan kesalahan yang terjadi akibat data atau gejala tidak valid sehingga akan menimbulkan kerancuan dalam proses mendiagnosa dari gejala yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga diperlukanlah sebuah metode pencarian yang dapat digunakan dimulai dengan gejala yang ada dan menentukan alur penelusuran untuk memperoleh informasi atau konsultasi lebih sering disebut mesin inferensi yang akan diajukan sehingga akan menghasilkan sebuah diagnosa terhadap gangguan pencernaan.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana membangun system pakar untuk aplikasi diagnosa gangguan pencernaan pada manusia menggunakan telpon seluler yang berbasis Android.

1.3. Batasan Masalah

Agar tidak menyimpang terlalu jauh dari permasalahan yang dibahas. Maka ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti dalam tugas akhir ini mempunyai batasan masalah yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Mengimplementasikan layaknya seorang pakar yang memiliki pengetahuan khusus dalam bidangnya di atas rata-rata orang, di mana orang lain bisa secara resmi mengandalkan pendapat pribadi.

b. Aplikasi ini diuji coba pada telpon seluler berbasis OS Android dari versi 2.3 sampai versi 4.2 dan mampu mengimplementasi system pakar tehadap gangguan pencernaan manusia.

c. Macam-macam gangguan pencernaan yang akan dibahas adalah Gastritis, Diare, Sembelit, Disentri, Gastroenteritis, Erosi Lambung, Tukak Lambung, Sindrom Iritasi Usus, Penyumbatan Usus, dan Radang Usus Buntu.

1.4. Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan tugas akhir ini adalah membuat suatu aplikasi pakar yang dapat mendiagnosa gangguan pencernaan manusia secara dini yang berdasarkan gejala/keluhan yang terjadi pada user melalui telpon seluler berbasis Android.

1.5. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian yang telah dilakukan maka diharapkan memberi manfaat yang diantaranya dapat memberikan suatu alternative dalam memberikan informasi gangguan yang terjadi pada pencernaan pada manusia sedini mungkin.

2. METODE PENELITIAN 2.1 Rancangan Penelitian

Sistem Pakar telah sering dikembangkan dengan berbagai macam fungsi serta tujuan yang berbeda yang sesuai perkembangan teknologi yang ada saat ini. Perancangan dan pembangunan Sistem Pakar bukan mempunyai tujuan untuk menggantikan peran manusia atau pakar, melainkan membantu para pakar untuk menentukan sebuah keputusan. Sistem Pakar sendiri diharapkan mampu member dampak positif yang berpondasi dari sebuah representasi pengetahuan menggunakan proses inferensi metode Forward Chaining dengan mendiagnosa gangguan pencernaan pada manusia dengan cara memasukkan beberapa fakta yang ada sehingga dari beberapa fakta tersebut dapat memberi kesimpulan secara signifikan bagaimana mengatasi hal tersebut.

2.2 Pelaksanaan Penelitian 1. Study Literatur

Study lieratur yang akan dilakukan dalam tugas akhir meliputi beberapa hal diantara lain:

(3)

2. Menerapkan rule forward chaining pada system pakar

3. Mempelajari ilmu yang berkaitan dengan gangguan pada pencernaan manusia

2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang diperlukan untuk tugas akhir ini didapatkan dari data-data yang ada pada Klinik Batalyon Kesehatan Yonif 509 Kostrad yang berkaitan dan berhubungan langsung dengan masalah gangguan pada pencernaan sertain formasi dari pakar yang ahli secara langsung dalam penanganan terhadap gangguan pencernaan pada manusia.

3. Pengujian dan Analisis Data

Pengujian dan analisis data yang dilakukan mencakup beberapa hal antara lain.

 Pengujian rule-rule yang digunakan apakah telah sesuai dengan konsep pada system pakar yang berlaku.

 Pengujian perangkat lunak yang telah memasuki tahap akhir.

4. Metode Wawancara

Dalam membuat system pakar ini, penulis mengumpulkan keterangan dan data serta pengalaman dan kepahaman dari seorang dokter. Yaitu dengan cara wawancara atau tanya jawab dari orang-orang yang telah kompeten terhadap bidangnya guna mendapatkan lebih banyak informasi dan penjelasan lebih detail sehingga penulis juga memperoleh ilmu tambahan sebagai bahan referensi.

2.3 Perancangan dan Arsitektur Sistem Dalam pembuatan sebuah aplikasi atau perangkat lunak diperlukan beberapa langkah awal untuk memungkinkan penggunaannya lebih terorganisir. Hal ini sangat penting dikarenakan sebuah aplikasi harus memiliki suatu kejelasan dalam hal desain sebelum dimulainya pembuatan

aplikasi tersebut. Rancangan dan arsitektur dalam aplikasi system pakar diagnosa gangguan pencernaan pada manusia berbasis telpon seluler android adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Perancangan dan Arsitektur Sistem

Gambar diatas adalah gambar blok diagram keseluruhan tentang bagaimana sistem pakar mendiagnosa masalah yang menggunakan metode forward chaining dapat dijalankan pada telpon seluler berbasis Android.

a) User

Pada tahap ini keberadaan user sangat diperlukan sebagai pengguna untuk melakukan berbagai kegiatan yang telah disediakan oleh sistem.

b) Pilihan Menu

Dalam berbagai pilihan menu pada sistem disediakan banyak pilihan kategori yang bisa dipilih oleh user untuk melakukan segala aktifitas pada aplikasi itu sendiri.

c) Diagnosa

Pada menu ini user akan memberikan inputan yang berupa jawaban berdasar gejala atau keluhan yang dialami oleh user pada saat itu sehingga sistem akan mengolah jawaban yang telah diberikan oleh user.

(4)

Di dalam menu ini telah disediakan beberapa hal mengenai berbagai macam penyakit yang secara umum paling sering diderita oleh masyarakat umum. Selain berbagai macam penyakit menu ini memberikan keterangan berupa pencegahan serta pengobatan pada suatu penyakit tertentu.

e) Info Aplikasi

Menu ini memberikan keterangan bagaimana cara menjalankan sistem yang terdapat pada aplikasi tersebut.

f) Keluar

Digunakan apabila user ingin keluar dari aplikasi ini

2.4 Use Case Diagram

Use case diagram pada aplikasi ini untuk mendiagnosa gangguan pencernaan yang berdasarkan gejala atau keluhan user yang berbasis android dapat dilihat pada gambart berikut:

Gambar 3.2 Use Case Diagram

3.5 Activity Diagram

Activity Diagram atau yang disebut diagram aktifitas yang biasanya digunakan untuk menggambarkan aliran kejadian dalam use case system dengan bertujuan memudahkan mengkomunikasikan secara sederhana langkah – langkah dalam aliran kejadian. Activity terkadang tidak perlu dibuat untuk setiap aliran kejadian tapi akan sangat berguna untuk aliran kejadian secara kompleks.

bar 3.3 Activity Diagram Diagnosa

Gambar 3.3 Activity Diagram Diagnosa

Gambar 3.4 Activity Diagram Info Macam Penyakit

(5)

II. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembangunan suatu sistem aplikasi yang tergolong masih baru, maka diperlukan beberapa hal yang penting dalam bentuk penyesuaiannya, salah satunya yaitu analisis atau pengujian aplikasi tersebut yang dapat digunakan untuk menentukan seberapa baik kinerja dari aplikasi yang telah dibuat saat dijalankan atau digunakan. Sehingga akan meminimalisir segala bentuk kesalahan ketika aplikasi sedang dijalankan.

4.1 Pengujian Aplikasi

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang pengujian aplikasi dan alat-alat yang digunakan sebagai penunjang agar dapat memastikan fungsi maksimal dari aplikasi tersebut.

4.1.1 Metode uji coba

a. Distribusi file .apk (Installer) ke masing – masing handphone melalui USB

b. Installer ke handphone

c. Uji coba menjawab pertanyaan dari sistem untuk mendiagnosa gangguan pencernaan berdasarkan keluhan serta gejala dari user.

4.1.2 Pelaksanaan uji coba

Pada bagian sub-bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa step-by-step tentang pelaksanaan skenario uji coba untuk membuktikan kelayakan aplikasi tersebut yang disertakan gambar tentang kejadian-kejadian yang sedang berlangsung pada handphone.

c) Pengujian System 1) Data Uji Coba

Data yang digunakan adalah data penyakit yang diderita oleh beberapa pasien yang didapatkan dari medical record selama beberapa tahun terakhir sesuai data yang diperlukan dari Puskesmas Sumbermalang Kab. Situbondo serta referensi dari buku tentang penyakit pencernaan.

2) Perbandingan Diagnosis Real Dengan Diagnosis System

Ujicoba ini dilakukan dengan inputan yang didapatkan dari kasus untuk mendapatkan hasil diagnosis, kemudian membandingkan keluaran dari aplikasi dengan hasil diagnosis dokter. Pengujian yang dilakukan diambil nilai yang tertinggi. Salah satu kasus yang akan diuji-cobakan, penderita dengan keluhan antara lain kram perut, demam tinggi, diare disertai darah, tingkay rasa kecemasan lebih meningkat pada sebelumnya

,frekuensi napas < 20/menit, tekanan darah rendah/hipotensi, nadi > 90/mnt. Hasil diagnosis dari dokter adalah penyakit Usus Buntu, acute inflamatory diarrhea serta syok hipovolemik. Kedua penyakit hasil diagnosis dokter terdeteksi yaitu disentri basiler serta disentri amoeba tetapi tidak tampil karena penyakit tersebut bukan bagian penyakit yang berpresentase tinggi.

3) Perbandingan Diagnosis Forward Dan Backward Chaining

Uji coba ini dilakukan dengan memasukkan beberapa kemungkinan inputan untuk mendapatkan hasil

(6)

diagnosis kemudian dilanjutkan ke konsultasi. Kemungkinan inputan ini tidak sesuai dengan situasi di dunia nyata. Pada ujicoba ini aplikasi di set untuk menampilkan penyakit yang tingkat prosentase gejalanya tinggi, skenario yang diujikan antara lain inputan tepat dan lengkap pada diagnosis kemudian dibandingkan dengan dilanjutkan proses konsultasinya, inputan tepat tapi tidak lengkap, inputan gejala lebih dari satu penyakit. Pada skenario pertama ujicoba dilakukan dengan pemberian inputan dengan cara menjawab pertanyaan pada sistem yang sifatnya tepat dan lengkap, yaitu semua gejala untuk penyakit tersebut. Gejala yang diinputkan adalah semua gejala untuk penyakit Sindrom Usus Buntu terdapat 5 gejala berdasarkan MR yaitu Demam, Bengkak pada perut, Mual dan Muntah, Diare, Nyeri pada Perut kanan Bawah, Sembelit dan tidak dapat Kentut. Maka hasil diagnosis yang didapatkan dari ujicoba ini juga benar, yaitu terdeteksinya Usus Buntu dengan tingkat prosentase gejala tertinggi yaitu 60% .Sebenarnya untuk inputan yang sudah tepat dan lengkap untuk penyakit tertentu bisa saja dalam diagnosis muncul penyakit lain, namun dengan tingkat prosentase gejala yang rendah atau mempunyai nilai presentasi tidak tinggi. Hasil Kemudian skenario kedua ujicoba dengan melanjutkan ke konsultasi maka akan ditampilkan gejala-gejala lain yang berdasarkan data pakar dan referensi. Kita mencoba inputkan semua gejala maka tetap terdeteksi penyakit Sindrom Iritasi Usus, karena hanya satu penyakit hasil dari proses diagnosis

4) Pengujian Akurasi

Pengujian akurasi dilakukan untuk mengetahui performa dari sistem pakar untuk memberikan hasil diagnosa kesimpulan penyakit pada pencernaan yang diderita oleh manusia. Data yang diuji berjumlah 5 sampel data analisa pakar. Hasil rekomendasi yang diperoleh dari perhitungan di sistem pakar, dicocokan dengan hasil analisa dari pakar. Hasil pengujian akurasi sistem pakar dari 5 sampel yang telah diuji ditunjukkan pada Tabel.

Berdasarkan tabel pengujian diatas dilakukan pengujian akurasi dengan 5 sample data menghasilkan nilai akurasi sesuai perhitungan berikut :

Jika dihitung probabilitasnya , akan diperoleh

Nilai Akurasi = = 60 %

Nilai Tidak Akurat = = 40 %

Jadi dapat disimpulkan bahwa akurasi sistem pakar berdasarkan 5 data diuji adalah 60% yang menunjukkan bahwa sistem pakar ini berfungsi dengan lumayan baik sesuai dengan diagnosa pakar. Ketidak akurasian sistem pakar adalah 40% yang disebabkan karena beberapa kemungkinan yang diantara lain kesalahan dalam pemberian nilai kepercayaan gejala untuk setiap penyakit, kesalahan menerapkan perhitungan metode atau kesalahan memasukkan informasi gejala di setiap penyakit

(7)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian, analisis, perancangan sistem, pembuatan program hingga percobaan aplikasi tersebut, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1) Metode Forward Chaining untuk mendiagnosa gangguan pencernaan manusia berbasis Android ini telah berhasil diimplementasikan di Puskesmas Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo.

2) Dari uji sistem sebenarnya diperoleh persentase sebanyak 60% menggunakan metode Forward Chaining dengan data sample uji sebanyak 5 data.

4.2 Saran

Untuk pengembangan program yang dibuat pada penelitian ini terdapat beberapa saran dari penulis yang memungkinkan aplikasi tersebut lebih efektif dan komplit. Beberapa saran dari penulis adalah sebagai berikut:

1. Penambahan informasi mengenai penyakit dalam lainnya.

2. Pembuatan fitur dan design pada aplikasi yang lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arhami, Muhammad. (2004) Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC;Jakarta

Durkin ,J, (1994). Expert System Design and Development. Prentice Hall International Edition, Inc. ;London

Kusrini,2006, Sistem Pakar Teori dan Aplikasi,Yogyakarta : Andi Offset, Yogyakarta Kusumadewi, Sri.(2003) ,Artifical Intelligence ( Teknik dan Aplikasinya).Graha Ilmu; Yogyakarta Sasmito,(2010), Aplikasi Sistem Pakar Untuk Simulasi Diagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah dan Cabai Menggunakan Forward Chaining dan Pendekatan Berbasis Aturan (on-line,

eprints.undip.ac.id/26470/1/ginajar_wiro_msi.pdf diakses 4 Februari 2013)

Smeltzer, Suzanne C,(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddath).EGC;Jakarta

Winter H.Griffith (1994), Buku Pintar Kesehatan 796 Gejala, 520 Penyakit, 160 Pengobatan.,Arcan; Jakarta

https://macam-gangguan-atau-penyakit-pada-manusia.html(on-line, diakses pada 10 Januari 2013)

http://.ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/7/Andrid-Sistem-Operasi-pada-Smartphone.html (on-line diakses 15 Januari 2013)

Gambar

Gambar 3.1 Perancangan dan Arsitektur Sistem
Gambar 3.5 Activity Diagram Info Aplikasi

Referensi

Dokumen terkait

FAKTOR RISIKO Faktor risiko yang tidak dapat dirubah : 1.‘ Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi 2.‘ Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita 3.‘ Riawayat

Menurut golongan ini masuknya tanggal satu bulan Kamariah, posisi hilal harus sudah berada di atas ufuk hakiki. Sistem ini berpendapat setelah terjadi ijtima hilal sudah

context=kantorA callerid=ronald username=103 secret=103 host=dynamic [104] disallow=all allow=gsm type =friend context=kantorA callerid=ronald username=104 secret=104

Dalam hal ini untuk mengetahui peran penyuluh dalam memberikan pemahaman belajar Al- qur’an pada masyarakat di Gampong Sentosa, ataupun aktivitas apa saja yang

Fungsi mata pelajaran fiqih adalah digunakan untuk memberikan pengetahuan syari‟at islam, meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan pembiasaan yang berkaitan dengan

“takut akan Tuhan merupakan ketakutan yang kudus, dimana sikap ini adalah dampak dari pengenalan orang percaya akan Allah yang hidup.” 34 Browning juga mengatakan: “Hormat

d) Pokmas asal delapan desa di Kabupaten Selayar kesulitan menjalankan pengawasan, karena jorollo dalam keadaan rusak berat dan tidak punya handy talky.. Demikian halnya