• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Tinjauan Kanker

2.1.1 Pengertian Kanker

kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk: tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis. Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.

Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Kebanyakan kanker menyebabkan kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang. Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya bisa dihindari. Di Indonesia, kanker menjadi penyumbang kematian ketiga terbesar setelah penyakit jantung. Penyebab utama kanker di negara tersebut adalah pola hidup yang tidak sehat, seperti kurang olahraga, merokok, dan pola makan yang tak sehat. Dari segi biaya, penyakit kanker merupakan penyakit nomor 2 di Indonesia, setelah hemodialisis yang banyak menghabiskan dana pemerintah.

Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan beberapa cara atau metode. Ada empat metode standar untuk pengobatan kanker : Operasi, Kemoterapi, Terapi radiasi, Immunotherapy dan terapi biologis.

2.2 Tinjauan Rumah Sakit Anak 2.2.1 Pengertian Rumah Sakit

Berdasarkan UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

(2)

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan:

• Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan; • Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan

rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;

• Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; • Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia

rumah sakit, dan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan, kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan (PERMENKES RI NO. 340/MENKES/PER/III/2010).

1. Jenis Pelayanan

Berdasarkan Jenis Pelayanannya, Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi 2 tipe yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.

a. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah Sakit ini memberi pelayanan kepada berbagai penderita, diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medis.

b. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah Rumah Sakit yang mempunyai fungsi primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang mempunyai kondisi medik khusus, misalnya Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Anak, Rumah Sakit Jantung, dan lain-lain.

2. Kepemilikan

Kepemilikan Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi dua, yaitu Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.

a. Rumah Sakit Pemerintah

Rumah sakit pemerintah adalah Rumah Sakit umum milik pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan Keamanan, maupun Badan Usaha

(3)

Milik Negara. Rumah Sakit pemerintah dapat dibedakan berdasarkan fasilitas pelayanan dan peralatan menjadi empat kelas, yaitu Kelas A, B, C, dan D.

b. Rumah Sakit Swasta

Rumah sakit swasta adalah Rumah Sakit umum milik suatu perkumpulan atau yayasan tertentu, antara lain:

1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu Rumah Sakit swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas D.

2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu Rumah Sakit swasta yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu Rumah Sakit swasta yang memberikan pelayanan medik, spesialistik dan subspesialistiksetara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

3. Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur

Sesuai SK Menteri Kesehatan No. 920/MENKES/PER/XII/1986 : a. Rumah Sakit Kelas A

Rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000 tempat tidur.

b. Rumah Sakit Kelas B

Rumah sakit kelas B dibagi menjadi:

1. Rumah Sakit B1, melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat tidur.

2. Rumah Sakit B2, melaksanakan pelayanan medik spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000 tempat tidur.

c. Rumah Sakit Kelas C

Rumah sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan medik spesialisti dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kenadungan, dan kesehatan anak dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.

d. Rumah Sakit Kelas D

Rumah sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan medik dasar dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

(4)

2.2.2 Rumah Sakit Anak

Berdasarkan jenis pelayananya, Rumah Sakit Anak termasuk Rumah Sakit Khusus karena fungsinya sebagai rumah sakit yang memberikan pelayanan pada satu bidang atau jenis perawatan berdasarkan golongan umur, yaitu anak dengan usia 0-18 tahun (SK MENTRI KESEHATAN NO.920/MENKES/PER/XII/1986). Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit anak termasuk Rumah Sakit Swasta Madya karena memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik, setara dengan Rumah Sakit Pemerintah Kelas C.

Faktor Penyebab Adanya Rumah Sakit Anak

Penyebab adanya rumah sakit anak adalah sebagai berikut: a. Takut rumah sakit

Suasana rumah sakit sering menjadi fenomena bagi anak. Jarum suntik, alat bedah, atau mungkin darah merupakan sesuatu yang sangat ditakuti oleh anak-anak.

b. Kurang rasa aman dan nyaman

Bangunan rumah sakit yang ada saat ini cenderung kurang memperhatikan unsur-unsur anak di dalamnya, sehingga anak-anak akan merasa tidak nyaman di dalamnya.

c. Kesadaran perlunya perlakuan khusus bagi anak

Dalam bidang kesehatan, anak membutuhkan perlakuan yang tidak dapat disamakan dengan orang dewasa pada umumnya. Anak yang berada dirumah sakit, cenderung mengalami reaksi-reaksi kecemasan yang perlu penanganan khusus.

Jenis Pelayanan di Rumah Sakit Anak

Pelayanan pada rumah sakit anak yang diberikan kepada pasien menurut SK MENTRI KESEHATAN NO.920/MENKES/PER/XII/1986, antara lain:

1. Preventif

Merupakan pelayanan untuk mencegah pasien terjangkit dari penyakit, hal ini dapat dilakukan dengan cara :

• Konsultasi kesehatan

• Penyuluhan tentang gizi anak • Imunisasi dan vaksin

(5)

2. Kuratif

Merupakan usaha penyembuhan pada pasien dengan cara pengobatan dan perawatan berupa:

• Pembedahan • Pengobatan 3. Rehabilitasi

Merupakan tindakan penyembuhan kondisi fisik pasien setelah melampaui masa pengobatan berupa :

• Perawatan atau pemulihan kesehatan • Perawatan bayi

Tinjauan kegiatan di Rumah Sakit Anak 1. Kegiatan Medis

a. Poliklinik

Merupakan bagian yang melayani pasien rawat jalan khususnya pasien bayi atau anak. Poliklinik biasanya erdiri dari beberapa poli, antara lain :

Poli Umum (Pediatric) Poli Gizi Anak (Odontology) THT Anak (Oto-Rino-Laringology) • Tumbuh Kembang Anak

b. Unit Gawat Darurat (UGD)

Merupakan bagian pertolongan pertama kepada pasien. Unit ini bekerja tiap hari selama 24 jam dan bersifat sementara, bisa juga merupakan unit pengganti poliklinik ketika sudah tutup. Kegiatan pelayanan di UGD meliputi :

- Pasien diterima di UGD;

- Pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter;

- Jika kondisi pasien membaik maka diperbolehkan untuk pulang, namun jika tidak maka akan di bawa ke ruang perawatan.

c. Farmasi

Penyediaan fasilitas berupa apotik serta penyediaan obat-obatan. Sasarannya adalah pasien poloklinik dan umum. Pendistribusian obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan dan penunjang secara medis.

(6)

d. Terapi

Merupakan kegiatan-kegiatan fisik yang berguna untuk memulihkan kondisi pasien. Pelayanan ini berupa penggunaan otot-otot motorik pada tingkat sederhana baik pada pasien rawat jalan maupun rawat inap.

e. Bedah. Terdiri dari bagian operasi kecil pada pasien anak. f. Perawatan

Perawatannya dibedakan antara perawatan normal dengan perawatan isolasi. Bagian ini dibedakan atas perawatan neonatus dan anak, masing-masing bagian perawatan mendapat pengawasan dari stasiun perawat. Beberapa macam perawatan antara lain :

- Perawatan umum. Perawatan kepada pasien yang bersifat umum, dalam arti tidak memiliki penyakit khusus yang harus dirujuk ke unit lain.

- Perawatan isolasi. Merawat pasien yang memiliki penyakit khusus, biasanya jenis penyakit menular. Memiliki ruangan yang serba tertutup guna menghindari persebaran penyakit.

g. ICU

Merawat pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan secara intensif karena kondisi tubuhnya tergolong kritis.

1. Kegiatan Non Medis • Kegiatan Administratif

Meliputi kegiatan pendaftaran pasien, mendata keluhan dan penyakit pasien, serta laporan perkembangan pasien.

• Kegiatan Perawatan Inap

Unit perawatan inap beserta seluruh pendukungnya. • Unit-unit pendukung pelayanan medis

Fungsi-fungsi yang terkait seperti: laboratorium, farmasi, radiologi, UGD, ICU, dan Instalasi bedah.

• Kegiatan Pendukung Non Medis Terdiri dari unit gizi, unit sterilisasi, kantor, dll. • Kelompok kegiatan Komersial dan Sosial

(7)

Fungsinya sebagai salah satu pemasukan, meliputi : area parkir, kantin, wartel, dll.

• Servis penunjang

Unit penunjang pada bagian servis antara lain dapur, pos keamanan, janitor, dll.

2.2.3 Pesyaratan Rumah Sakit Anak Persyaratan Lokasi

Pemilihan lokasi untuk pengadaan Rumah Sakit Swasta Madya menurut SK Menteri Kesehatan RI NO.725/MENKES/E/PER/VI/2004 memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi guna mendukung aktivitas Rumah Sakit dalam melayani masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan dapat di lakukan dengan optimal, ketentuan itu adalah sebagai berikut :

1. Upaya pelayanan kesehatan harus mempunyai lokasi tersendiri, tidak boleh berada satu gedung ataupun satu halaman dengan pasar, toko, supermarket, hotel, bioskop dan sebagainya karena fungsi yang sangat berbeda.

2. Tempat pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialistik harus di tempat yang sesuai dengan fungsinya.

3. Lokasi memiliki kondisi lingkungan hunian yang berdekatan dengan daerah hijau dan terbuka. Kualitas kesegaran udara serta suhu tidak terlalu panas atau dingin, sehingga dapat mendukung proses pengobatan.

Persyaratan Bangunan / Gedung

Persyaratan Bangunan untuk pengadaan Rumah Sakit Anak megadopsi persyaratan Rumah Sakit tipe C, karena memiliki kapasitas tempat tidur dan fasilitas peralatan yang setara. Menurut SK Menteri Kesehatan RI NO. 725/MENKES/E/PER/VI/2004 yaitu:

1. Bangunan RS harus memiliki beberapa ruang fungsional yang terdiri dari: a. Ruangan untuk rawat jalan dan gawat darurat

b. Ruangan instalasi penunjang medik yaitu laboratorium, radiologi dan sebagainya.

c. Bangunan pembina sarana RS yaitu gudang, bengkel, dsb. d. Bangunan rawat inap minimal 100 (seratus) tempat tidur. e. Bangunan administrasi, ruang tenaga medis dan pramedis.

(8)

f. Bangunan instalasi non medis yaitu ruang dapur, ruang cuci, dsb. g. Taman, dan Bangunan-bangunan lain yang diperlukan.

2. Luas bangunan pada Rumah Sakit adalah dengan perbandingan minimal 50 m2 (lima puluh meter persegi ) untuk satu tempat tidur.

3. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal dua kali luas tanah untuk bangunan lantai dasar.

4. Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal satu setengah kali luasbangunan yang di rencanakan.

5. Adanya lapangan parkir dan taman seluas 50 % dari luas lantai bangunan tidak bertingkat atau sama dengan luas lantai dasar untuk rumah sakit bertingkat. untuk parkir minimal 1 mobil untuk 10 tempat tidur.

6. Luas lahan untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1.5 kali luas lantai bangunan yang direncanakan, dan untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas lantai dasar.

7. Mempunyai peralatan medis, penunjang medis dan non medis. Persyaratan Ruang Rawat Inap

Pembagian Ruang Rawat Inap pada Rumah Sakit Anak sangat berbeda dengan Rumah Sakit Umum, berdasarkan klasifikasi jenis penyakitnya, bagian rawat inap di bagi atas :

1. Ruang Non-Isolasi 2. Ruang Isolasi

3. Ruang Perawatan Intensif (ICU)

Dengan adanya pertimbangan skala pertumbuhan dan perkembangan maka pelayanan di rumah sakit (kecuali perawatan di ICU karena pertimbangan kemudahan pengontrolan serta efisiensi, biaya, dan tenaga) dibedakan menurut kelompok umur yaitu:

Tabel 2. Pengelompokkan Ruang Berdasarkan Usia Anak

1. 0-1 Tahun Bayi Kelompok Bayi

2. 1-5 Tahun Usia Anak-anak

Kelompok Non Bayi 3. 5-14 tahun Usia Sekolah

(9)

Menurut Petunjuk Pelaksanaan SK Menteri Kesehatan RI NO. 920/ MENKES/PER/XII/1986, menentukan jumlah tempat tidur untuk tiap-tiap kelas ruangan hendaknya tidak melebihi prosentase berikut :

1. Kelas Utama : 5% 2. Kelas I : 15% 3. Kelas II : 15%

4. Kelas III : 40 % (termasuk golongan kurang/tidak mampu membayar, di tetapkan sebanyak 25%)

Pembagian tempat tidur menurut kelompok anak, jenis penyakit (menular atau tidak menular), dan kelas:

Tabel 3. PembagianTempat Tidur Pasien Anak

Kelompok Umur Jenis Perawatan Menurut Kelas

Tidak ada perbedaan umur

ICU (5% dari seluruh jumlah tt) Tidak ada

pengelompokkan kelas

Bayi

Non Isolasi Kelas Utama (VIP)

Kelas I Kelas II Kelas III Isolasi

Kelompok Umur Jenis Perawatan Menurut Kelas

Non Bayi

Non Isolasi Kelas Utama (VIP)

Kelas I Kelas II Kelas III Isolasi

Sumber: PERMENKES RI NO. 920/MENKES/PER/XII/1986

Untuk menciptakan ruang perawatan yang nyaman, hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Suhu ruangan yang memnuhi syarat kesehatan adalah antara 20-25°C. 2. Pencahayaan

Pencahayaan berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: • Cahaya alami

(10)

Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen didalam ruangan (Notoatmodjoyo, 2003). Penggunaan jendela untuk memasukkan cahaya alami juga berguna sebagai ventilasi udara.

• Cahaya Buatan

Index pencahayaan untuk ruang rawat inap adalah 100-200 lux pada saat pasien tidak tidur dan maksimal 50 lux pada saat pasien tidur (Kepmenkes 1204).

3. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah persentase jumlah kandungan air dalam udara (Depkes RI, 1989). Menurut indikator pengawasan, kelembaban udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam ruangan 40-60%.

4. Ketersediaan Ventilasi

Fungsi ventilasi yang pertama adalah menjaga aliran udara di dalam ruangan tetap segar sehingga terjadi keseimbangan oksigen di dalam ruangan dari bakteri-bakteri, terutama patogen. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan tetap di dalam kelembaban yang optimum. Ukuran ventilasi yang memenuhi standar kesehatan adalah 15-20% luas lantai ruang (Depkes RI, 2004).

5. Ketersediaan Air

Air bersih berasal dari air PAM atau air tanah. Tujuan penyediaan air bersih adalah untuk tetap terjaga kebersihan ruangan. Ketersediaan air yang memenuhi standar kesehatan adalah 500 liter.

2.2.4 Tinjauan Anak

Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak adalah sesorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Anak adalah individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun) hingga remaja (11-18 tahun) (Azis, 2005).

Menurut Wong (2002) periode perkembangan anak terbagi menjadi: a. Periode Prenatal

(11)

Terdiri atas fase germinal, embrio, dan fetal. Fase germinal yaitu mulai dari konsepsi sampai masa kurang lebih usia kehamilan dua minggu. Fase embrio mulai dari usia kehamilah dua minggu sampai usia kehamilan 8 minggu, dan periode fetal mulai dari 8 minggu sampai 40 minggu atau kelahiran.

b. Periode Bayi

Terdiri atas periode neonatus (0-28 hari) dan bayi (1-12 bulan) pada periode ini pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada aspek kognitif, motorik dan sosial dan pembentukan rasa percaya diri anak melalui perhatian dan pemenuhan kebutuhan dasar dari orang tua.

c. Periode Kanak-Kanak Awal

Terdiri atas anak usia 1-3 tahun yang disebut dengan toddler dan prasekolah yaitu usia 3-6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuasn aktivitas lebih banyak bergerak mengembangkan rasa ingin tahu dan tahap eksplorasi terhadap benda yang berada di sekelilingnya.

d. Periode Kanak-Kanak Pertengahan

Yang dimulai dari usia 6-11tahun atau 12tahun. Pertumbuhan anak laki-laki sedikit lebih meningkat daripada perempuan danperkembangan motorik lebih sempurna.

e. Periode Kanak-Kanak Akhir

Yang merupakan fase transisi, yaitu anak-anak mulai memasuki usia remaja, yaitu 11 atau 12 tahun sampai dengan 18 tahun. Anak perempuan mulai memasuki masa pubertas pada usia 11 tahun, sedangkan laki-laki pada usia 12 tahun. Perkembangan yang mencolok pada periode ini adalah kematangan identitas seksual dengan perkembangan organ reproduksi dan pencapaian identitas diri anak sebagai remaja yang akan meninggalkan masa kanak-kanak dan memasuki perkembangan sebagai orang dewasa terutama pada fase remaja akhir.

2.3 Tinjauan Healing Environment 2.3.1 Pengertian Healing Environment

Kata “healing” atau penyembuhan berasal dari Bahasa Anglo-Saxon Haelen yang berarti keseluruhan atau dapat pula diartikan sebagai keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

(12)

Penyembuhan tidak sama dengan pengobatan. Pengobatan terfokus pada memperbaiki masalah, memberantas penyakit, dan mengurangi gejala. Manusia dapat disembuhkan (secara psikologis) walaupun mereka tidak sembuh (secara jasmani). Misalnya, mereka yang memiliki penyakit kronis dapat belajar untuk berdamai dengan kondisi mereka sendiri. Seorang wanita yang menderita kanker payudara akan semakin tertekan bila kondisi jiwanya penuh dengan amarah dan duka. Dengan demikian, Healing Environment merupakan sebuah lingkungan yang dirancang untuk menciptakan keharmonisan antara pikiran, tubuh, dan jiwa.

Sejumlah penelitian telah menghubungkan kondisi lingkungan fisik rumah sakit dengan hasil kesehatan. Menurut Ulrich dan Zimring dalam jurnal “Role Of The Phisycal Environmeny in The Hospital of The 21st Century” tahun 2004 menyatakan, lebih dari 600 penelitian yang menggambarkan bagaimana aspek desain perawatan kesehatan dapat mempengaruhi kesembuhan pasien. Sebagian besar penelitian ini telah menunjukan bahwa rumah sakit konvensional telah dirancang dengan skema warna yang hambar, lorong-lorong yang bergema, kamar pasien yang sempit dan kaku, telah memberikan konstribusi terhadap stress.

Menurut Terri Zborowsky, R.N., Ph.D., and Mary Jo Kreitzer, Ph.D.,R.N. dalam jurnal “Creating Optimal Healing Environments in a Health Care Setting”ada lima faktor yang mempengaruhi Healing Environment, yaitu :

1. Hubungan dengan alam

Sejumlah penelitian telah mengajukan bukti kuat bahwa 3-5 menit kontak dengan alam dapat mengurangi stress, kemarahan dan ketakutan, serta meningkatkan rasa bahagia secara signifikan. Efek menenangkan ini dapat dicapai dengan memberikan pemandangan menuju alam, interior kebun atau akuarium, atau benda seni dengan tema alam.

2. Menawarkan pilihan dan memberi pasien rasa kontrol

Memberikan pasien rasa control secara signifikan dapat mengurangi stress. Rumah sakit dapat melakukan ini dengan cara memungkinkan pasien menyesuaikan sendiri pencahayaan dan suhu kamar, memilih musik yang ingin mereka dengar, memilih dimana mereka ingin duduk, dan mengontrol waktu makan.

(13)

Sebuah studi oleh Ulrich menunjukan bahwa pasien operasi jantung di unit perawatan intensif yang melihat pemandangan lanskap dilaporkan memiliki kadar kecemasan dan stress yang rendah dan membutuhkan obat nyeri yang lebih sedikit.

4. Menyediakan akses kepada dukungan sosial

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dekat dapat membantu proses penyembuhan pasien. Sebagai contoh, Uchino dan Garvey menemukan bahwa dukungan sosial mempercepat pemulihan pada pasien jantung dan meningkatkan kesejahteraan emosional dan kualitas hidup pasien kanker stadium akhir. Rumah sakit dapat meengakomodasi dukungan sosial dengan cara menyediakan ruang tunggu dan lounge dengan furnitur yang nyaman, merancang kamar pasien yang dapat menampung pengunjung, dan menyediakan fasilitas yang memudahkan anggota keluarga pasien untuk menginap.

5. Mencegah lingkungan penyebab stress

Studi terbaru menunjukan bahwa kebisingan yang berlebihan, silau, dan kualitas udara yang buruk dapat membuat stress seperti yang dibuktikan dengan peningkatan denyut jantung, meningkatkan tekanan darah dan mengurangi kadar oksigen dalam darah pasien dewasa dan bayi. Desain yang baik dapat meredam suara bising dari system keamanan, peralatan, alaram, teman sekamar, dan staff. Sehingga membuat ruang rawat inap lebih nyaman dan tenang untuk pasien.

Terri Zborowsky, R.N., Ph.D., and Mary Jo Kreitzer, Ph.D. menambahkan, dalam menciptakan suatu Healing Environment dibutuhkan penekanan desain pada rumah sakit, diantaranya:

• Kamar pribadi. Kebanyakan rumah sakit saat ini sedang membangun kamar yang mengakomodasi hanya satu pasien per kamar. Bahkan, American Institute of Architects 2006 edisi 'Pedoman untuk Desain dan Konstruksi Sarana Kesehatan, yang digunakan oleh Komisi Bersama untuk Akreditasi Kesehatan Organisasi dan beberapa lembaga federal yang meninjau desain, rencana pembangunan, dan menyelesaikan fasilitas perawatan, mencatat bahwa semua pembangunan rumah sakit baru akan mencakup satu kamar pasien. Kamar pribadi mengurangi risiko infeksi. Kamar pribadi dirancang untuk memberikan akses ke jaringan dukungan sosial pasien dan memberikan pasien rasa control yang lebih besar. Kamar pribadi memiliki fasilitas untuk orang-orang terkasih seperti sofabed, lampu

(14)

baca, dan akses Internet. Kamar pribadi juga dapat memiliki kulkas kecil untuk menyimpan makanan buatan sendiri, pencahayaan dan window blinds yang dapat dikendalikan dari tempat tidur oleh pasien, dan televisi layar datar yang terpasang di dinding.

• Kamar yang dapat beradaptasi sesuai dengan pengobatan yang dijalani pasien. Kamar ini memungkinkan pasien untuk tinggal di tempat yang sama, daripada ditransfer, sebagai kebutuhan perawatan mereka yang lebih intens. Dirancang untuk pasien tunggal, kamar ini memiliki akses ke petugas medis dan sumber daya yang dapat mendukung perawatan kritis dan peralatan portabel yang dapat dibawa masuk dan keluar sebagai kebutuhan pasien.

• Membawa alam ke dalam lingkungan rawat pasien. Standar desain saat ini mendorong penggunaan jendela besar di daerah rawat pasien yang memungkinkan pasien dan pengunjung untuk melihat di luar dan menerima manfaat dari cahaya alami. Pasien di kamar yang menerima lebih banyak sinar matahari memiliki kadar tekanan yang rendah dan memiliki waktu rawat inap yang singkat. Untuk itu, jendela sekarang dianggap sebagai komponen terapi kamar pasien.

• Mengurangi kebisingan. Rumah sakit sedang berusaha untuk mengurangi sumber-sumber kebisingan (misalnya, dengan menghilangkan (paging overhead) dan menggunakan material-material penyerap suara pada plafon dan lantai. Karpet dapat mengurangi kebisingan ambien hingga 70%. Arsitek juga berusaha untuk mengurangi kebisingan ketika merancang infrastruktur fasilitas dengan membungkus dak-dak AC, menebalkan dinding dan menggunakan material kedap suara, dan menebalkan dak beton antara lantai bawah dengan lantai atas. Desainer juga memperhatikan lokasi stasiun tabung pneumatik dan pembuat es, yang keduanya dapat menjadi sumber kebisingan 24 jam sehari.

Menurut Knecht (2010), Healing Environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), Healing Environment adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit, rawat inap, kunjungan medis, pemulihan dan berkabung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

(15)

Healing Environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis. Menurut Murphy (2008), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam mendesain Healing Environment, yaitu alam, indra dan psikologis. Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan desain.

1. Alam (Nature)

Alam merupakan alat yang mudah diakses dan melibatkan pancaindra. Alam memiliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan konstribusi bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi. Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien dapat membantu menghilangkan stres yang diderita pasien.Menurut Kochnitzki (2011), ada beberapa jenis taman/garden di dalam rumah sakit, yaitu contemplative garden, restorative garden, healing garden, enabling garden dan therapeutic garden. Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan memperbaiki semangat. Restorative garden bermanfaat untuk kesehatan dan membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik. Healing garden mengacu pada berbagai fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stres dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah sakit. Enabling garden merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia serta kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic garden merupakan sebuah taman yang mencoba meningkatkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis.

2. Indra (Senses)

Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan perasa. Masing- masing indra dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Indra pendengaran

Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung sehingga menciptakan sensasi kenikmatan yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang dapat menenangkan pikiran, antara lain:

Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan dan bersantai bagi anak-anak autis dan pasien kejiwaan. Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat membuat suasana tenang dan menciptakan rasa kesejahteraan.

(16)

Suara air mancur dapat memberikan energi spiritual dan membangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun.

b) Indra penglihatan

Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai/relax seperti peman- dangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan warna tertentu.

c) Indra peraba

Sentuhan merupakan mekanisme dasar dalam menjelajahi dunia selama masa kanak-kanak karena sentuhan menegaskan apa yang mereka lihat, cium, rasa dan dengar.

d) Indra penciuman

Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung, sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan.

e) Indra perasa

Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun menerima pengobatan. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan berubahnya rasa makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.

3. Psikologis

Secara psikologis, Healing Environment membantu proses pemulihan pasien men- jadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang diberikan memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara lain (Departement of Health, 2001): rasa kasih sayang, empati dan tanggapan terhadap kebutuhan; koordinasi dan integrasi; informasi dan komunikasi, kenyaman fisik; dukungan emosional; keterlibatan keluarga dan teman-teman.

2.3.1 Tinjauan Rancangan dengan Pendekatan Healing Environment

Rancangan dengan pendekatan Healing Environment telah diterapkan di rumah sakit-rumah sakit di dunia. Namun, masih banyak pihak pengelola rumah sakit pemerintah maupun swasta yang beranggapan bahwa pemulihan kesehatan hanya dapat dilakukan dengan jalan medis saja. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian, salah satu faktor pendukung yang dominan bagi pemulihan kesehatan

(17)

seseorang adalah faktor psikologis yang mempengaruhi penderita tersebut. Dalam praktik di lapangan tidak jarang faktor tersebut diabaikan dan dianggap tidak penting (Kaplan19, 1993). Patrick E. Linton dalam Fifth Symposium in Healthcare Design (1992)20 mengemukakan model konseptual untuk total Healing Environment. Beliau membuat sebuah matriks dengan membagi dua rangkaian kesatuan yang tumpang tindih (gambar II.16) yaitu lingkungan eksternal manusia di bagian atas, dilanjutkan pada bagian bawah yaitu lingkungan di dalam diri manusia (internal). Persimpangan dari dua rangkaian kesatuan tersebut membentuk empat kuadran sebagai model bagi total Healing Environment, yaitu sebagai berikut:

1. Kuadran pertama, berisi lingkungan fisik yang berada di luar manusia atau pasien (eksternal), yang terdiri dari elemen seperti warna, tampilan, peralatan, penampilan staf, pencahayaan dan ransangan sensorik lainnya yang berhubungan dengan desain.

2. Kuadran kedua, mengandung unsur-unsur dalam lingkungan eksternal yang bersifat psikospiritual di alam. Kuadran ini meliputi hubungan dengan dokter dan perawat, reputasi rumah sakit, perhatian staf, percakapan di tempat umum, dan bantuan dari kerabat. Kunci dari kuadran ini adalah “dampak suatu hubungan bagi penyembuhan”. Mungkin hubungan paling kuat dalam proses penyembuhan adalah hubungan manusia dengan dirinya sendiri (internal). Dalam hubungan eksternal, salah satu hubungan yang paling kuat adalah hubungan dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

3. Kuadran ketiga, adalah lingkungan dalam diri manusia atau pasien. Kuadran ini meliputi kondisi fisik pasien, keberadaan penyakit penyerta, kondisi sistem tubuh yang lain, dan pola makan pasien. Perubahan gaya hidup, pola makan dan olahraga membentuk kondisi fisik yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik, apabila terjadi gangguan pada salah satu sistem tubuh, umumnya proses penyembuhan jauh lebih baik.

4. Kuadran keempat, mungkin merupakan kuadran yang paling kuat dalam Healing Environment. Kuadran ini berkaitan dengan apa yang terjadi dalam pikiran, jiwa dan energi individu pasien atau manusia, termasuk hal-hal seperti pandangan pasien terhadap kehidupan, kondisi psikologis (mental), keinginan untuk hidup, kesediaan untuk bertanggungjawab, menerima diri sendiri, pandangan terhadp penyakitnya dan kepercayaan terhadap proses penyembuhan yang dijalani. Ini

(18)

merupakan potensi terbesar yang belum dimanfaatkan. Segala sesuatu yang dilakukan di kuadran lain mempengaruhi apa yang terjadi di kuadran ini.

Gambar 1. Aspek-aspek yang Berkontribusi Dalam Healing Environment

Sumber : Marberry, S.O., Innovations in Healthcare Design, Van Nostrand Reinhold, USA, 1995.

Masalah penyembuhan seseorang merupakan kompleksitas yang terjalin antara kondisi fisiologis dengan kondisi psikologis (inner mind) dari pasien. Keduanya mempunyai kontribusi dalam proses penyembuhan seseorang. Untuk mendukung kondisi psikologis pasien perlu diciptakan lingkungan yang nyaman, dalam arti secara psikologis lingkungan memberikan dukungan positif bagi proses penyembuhan. Dalam konteks tersebut kontribusi faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar (40%) dalam proses penyembuhan, faktor medis 10%, faktor genetis 20% dan faktor lain 30% (Kaplan,1993)

(19)

Menurut Prof. Muhammad Nasikin, Guru Besar Teknik Kimia UI, bahwa novelty adalah hasil penelitian yang dapat menyelesaikan suatu masalah yang faktual dan berkontribusi pada dunia ilmiah. Apabila sebelumnya sudah ada penelitian serupa, cek terus kebaruan dan lakukan modifikasi agar menjadi sesuatu yang baru atau disebut similarity.

Novelty dari hasil penelitian ini adalah munculnya kriteria desain dari Healing Environment pada rumah sakit kanker yang sebelumnya telah dipaparkan oleh Smith dan Watkins (2010) yang kemudian diterapkan pada lingkungan rumah sakit kanker anak melalui penelitian ini. Kriteria desain lingkungan terapetik menurut Smith dan Watkins (2010) tersebut diujikan ketersediaanya pada tiga rumah sakit yang menjadi objek perbandingan. Dari hasil studi banding tersebut kemudian dianalisa dengan teori-teori yang telah ada dan didapatkan hasil kriteria tambahan tentang lingkungan terapetik dengan pendekatan Healing Environment terhadap anak yang kemudian diterapkan pada rumah sakit kanker anak di Jakarta Barat.

(20)

Gambar

Tabel 3. PembagianTempat Tidur Pasien Anak
Gambar 1. Aspek-aspek yang Berkontribusi Dalam Healing Environment

Referensi

Dokumen terkait

1) Kesejangan antara harapan dan persepsi manajemen, manajemen tidak selalu memahami dengan tepat apa yang diinginkan pelanggan, misalnya : manajemen rumah mungkin

bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 5 Qanun Kota Subulussalam Nomor 2 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Subulussalam (Lembaran Kota

umum adalah pemasukan bahan bakar dan udara (mesin bensin) atau udara saja (mesin diesel) ke dalam silinder dengan gerakan piston turun ke TMB (syaratnya saluran masuk

indicators  yang  mencakup  kemampuan  keluarga  miskin  dalam  memperoleh  mata  pencaharian (livelihood  capabilities),  memenuhi  kebutuhan  dasar  (basic

Peran teknik dilakukan oleh fasilitator untuk menjamin bahwa PNPM MPd mengakibatkan partisipan atau masyarakat penerima program mendapat prasarana yang bermutu

Setelah sarapan pagi di hotel anda akan dijemput oleh team kami pada waktu yang disepakati untuk tour menjelajahi keindahan ujung timur pulau Lombok yang

Hipertensi kronis TD > 140/90 mmHg yang didiagnosis sebelum masa gestasi 20 minggu atau hipertensi yang didiagnosis untuk pertama kalinya selama kehamilan dan tidak

Menurut Whaley &Wong dalam Priyanto (2009), tingkat perkembangan pada seseorang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain, karena perkembangan pada seseorang