• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut W.H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut W.H"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Teori yang Relevan 2.1.1 Proses Belajar Mengajar

2.1.1.1 Pengertian Proses Belajar Mengajar

Belajar menurut Nana Sudjana (2005 : 24), ” merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang.” Sedangkan menurut W.H Burton yang dikutip Moh Uzer Usman (2006 : 5), ”Learning is a change in the individual due to instruction of that individual and his environment, which feels a need and makes him more capable of dealing of adequately with his environment.”

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata ”perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, atau aspek sikapnya.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada dasarnya adalah suatu proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.

(2)

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar merupakan suatu proses yang harus dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan mengajar merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar. Kedua konsep ini menjadi padu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi antara guru dan peserta didik.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Moh Uzer Usman (2006: 4) mengemukakan bahwa :

Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak dapat dipisahkan antara peserta didik yang belajar dengan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang.

2.1.1.2 Sasaran Proses Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar, apapun materinya selalu memiliki sasaran (target). Sasaran yang juga biasa disebut tujuan itu pada umumnya tertulis, walaupun ada juga sasaran tidak tertulis yang dikenal dengan objective in mind.

(3)

Sasaran yang dituju oleh PBM bersifat bertahap dan meliputi beberapa jenjang dari yang konkret dan langsung dapat dilihat dan dirasakan sampai yang bersifat nasional dan universal. Menurut Muhibbin Syah (2010: 238) sasaran PBM ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya diketegorikan dalam tiga macam, yaitu: 1. Sasaran-sasaran jangka pendek, seperti TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus). 2. Sasaran-sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan dasar, yakni untuk

mempersiapkan siswa mengikuti pendidikan menengah.

3. Sasaran-sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Akuntansi 2.1.2.1 Pengertian Akuntansi

American Accounting Association dalam Hendi Soemantri (2005) mendefinisikan akuntansi sebagai ”proses pengidentifikasian, mengkur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Menurut Ajang Mulyadi (2004:3) definisi ini mengandung beberapa pengertian, yakni:

1) Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari identifikasi, pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi.

2) Bahwa informasi ekonomi yang dihasilkan oleh akuntansi diharapkan berguna dalam penilaian dan pengambilan keputusan mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

(4)

2.1.2.2 Proses Akuntansi

Menurut Ajang Mulyadi (2004:4) bahwa untuk menghasilkan informasi ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan, analisa dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan, kemudian melaporkan hasilnya. Kegiatan akuntansi meliputi :

1. Tahap Pencatatan

Pada tahap ini, transaksi keuangan yang terjadi dicatat dalam suatu formulir pencatatan yang disebut jurnal. Pencatatan dilakukan secara kronologis (berurutan) sesuai dengan tanggal terjadinya transaksi seperti yang tertera dalam bukti transaksi. Selanjutnya jurnal tersebut dipindahbukukan (posting) ke buku besar.

2. Tahap Pengikhtisaran

Pada tahap ini, transaksi yang sudah di catat dala jurnal dipindahkan ke buku besar sehingga transaksi yang terjadi selama periode tersebut diringkas dan tergambar dalam saldo masing-masing akun yang disusun dalam neraca sisa. Pada tahap ini juga dibuat jurnal penutup, neraca sisa setelah penutupan, dan jurnal pembalik.

3. Tahap Pelaporan

Pada tahap ini, saldo akhir dari setiap akun dilaporkan dalam suatu dokumen tersendiri sehingga posisi keuangan dan hasil usaha selama periode yang bersangkutan dapat diketahui. Dokumen yang digunakan sebagai laporan akuntansi disebut laporan keuangan (financial statement).

2.1.2.3 Cakupan Materi Akuntansi

Cakupan materi akuntansi terdiri dari : a) Pemahaman konsep

Materi akuntansi membahas mengenai konsep-konsep akuntansi mulai dari persamaan akuntansi sampai tahap laporan akuntansi. Pada pemahaman konsep ini siswa diharapkan mampu memahami

(5)

konsep-konsep akuntansi secara keseluruhan sehingga siswa belajar akuntansi mencakup ranah kognitif dan afektif.

b) Vokasional

Sedangkan kecakapan vokasional mencakup bagaimana menyajikan dan membuat siklus akuntansi yang berbasis ranah psikomotorik sehingga siswa mampu mengaplikasikan konsep akuntansi.

2.1.2.4 Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Akuntansi Adapun fungsi pembelajaran Akuntansi di SMK adalah:

Fungsi pembelajaran akuntansi di SMK yaitu mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap, rasional, teliti, jujur, dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisarantransaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (Departemen Pendidikan Nasional,2003:6)

Adapun tujuan pembelajaran Akuntansi di SMK adalah:

Membekali tamatan SMK dalam berbagai kompetensi dasar berbagai kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa (Departemen Pendidikan Nasional,2003:6).

2.1.3 Metode Pemberian Tugas

2.1.3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode belajar dengan menerapkan asas ’learning by doing’ dengan memberikan tugas kepada anak didik

(6)

baik individu maupun kelompok. Metode tugas dan resitasi merupakan metode mengajar sehingga bahan pelajaran diberikan oleh guru kepada siswa mempunyai kewajiban untuk mengerjakan tugas tepat pada waktunya, tetapi siswa mempunyai kebebasan mengerjakan tugas tersebut di kelas, di halaman sekolah, di perpustakaan, di laboratorium, di rumah, ataupun dimana saja yang penting tugas tersebut dapat dikerjakan.

Pupuh Fatuhurrohman & Sobry Sutikno (2007:64) mengemukakan “Metode penugasan tidak sama dengan istilah pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lainnya”. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar baik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat dikerjakan secara individual maupun secara komunal (kelompok).

Sedangkan menurut Mulyasa (2005:113) ”Metode penugasan merupakan cara penyajian bahan pelajaran. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok”.

Adapun yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001:133) bahwa ”pemberian tugas-tugas tersebut sebagai selingan variasi teknik penyajian ataupun dapat berupa pekerjaan rumah”. Tugas semacam itu dapat dikerjakan di luar jam pelajaran, dirumah maupun sebelum pulang, sehingga dapat dikerjakan bersama teman. Pelaksanaan pengerjaan tugas oleh siswa sebaiknya dapat dipantau sehingga dapat diketahui bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh siswa sendiri terutama bila tugas itu dilakukan di luar sekolah atau di luar jam tatap muka.

(7)

Dari beberapa pendapat yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa tugas merupakan pekerjaan yang harus diselesaikan. Pemberian tugas sebagai suatu metode mengajar merupakan suatu pemberian pekerjaan oleh guru kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Dengan pemberian tugas tersebut, siswa belajar mengerjakan tugas. Dalam melaksanakan kegiatan belajar, siswa diharapkan memperoleh suatu hasil yaitu perubahan tingkah laku tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahap akhir dan pemberian tugas ini adalah resitasi yang berarti melaporkan atau menyajikan kembali tugas yang telah dikerjakan atau dipelajari. Jadi metode pemberian tugas belajar dan resitasi atau biasanya disingkat metode resitasi merupakan suatu metode mengajar dimana guru memberikan suatu tugas, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan hasil tugas tersebut.

2.1.3.2 Indikator Metode Pemberian Tugas

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:85) Ada beberapa kriteria atau indikator yang bisa digunakan dalam menilai keberhasilan metode ini pada siswa:

1. Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru 2. Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar.

3. Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

4. Siswa dapat memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru. 5. Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

6. Turut serta dan terlibat aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya. 7. Reaksi positif terhadap stimulus (dorongan) yang diberikan guru. 8. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 9. Aktif bertanya pada guru/siswa lain apabila tidak mengerti.

(8)

2.1.3.3 Tujuan Pemberian Tugas

Menurut Sudirman et al (1991:144) pemberian tugas belajar dikatakan wajar bertujuan:

1. Memperdalam pengertian siswa terhadap pelajaran yang telah diterima. 2. Melatih siswa kea rah belajar mandiri.

3. Siswa dapat membagi waktu yang teratur.

4. Agar siswa dapat memeanfaatkan waktu terluang untuk menyelesaikan tugas.

5. Melatih siswa untuk menemukan sendiri cara-cara yang tepat untuk menyelesaikan tugas.

6. Memperkaya pengalaman-pengalaman di sekolah melalui kegiatan-kegiatan di luar kelas.

Adapun yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001:133) bahwa ”teknik pemberian tugas biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi”.

Tujuan-tujuan tersebut akan mengerucut pada tujuan pengajaran yaitu pencapaian prestasi belajar yang diharapkan. Tujuan ini penting dipahami oleh guru maupun siswa karena keduanya akan tahu kemana arah pembelajaran yang mereka lakukan.

2.1.3.4 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas

Kelebihan-kelebihan metode pemberian tugas menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:219) adalah sebagai berikut:

(9)

2) Memupuk rasa tanggung jawab. 3) Memperkuat motivasi belajar.

4) Menjalin hubungan antara sekolah dengan keluarga. 5) Mengembangkan keberanian berinisiatif.

Kelebihan-kelebihan tersebut akan menciptakan siswa yang mandiri dengan permasalahan-permasalahan yang mereka hadapi karena dalam metode ini siswa diberi kebebasan dalam mengerjakan tugas, di sisi lain siswa harus dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dia kerjakan.

Selain menjelaskan kelebihan dari metode pemberian tugas, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:219) juga menjelaskan mengenai kelemahan metode tersebut. Adapun kelemahan-kelemahannya, antara lain:

1) Memerlukan pengawasan yang ketat baik oleh guru maupun orang tua. 2) Sukar menetapkan apakah tugas dikerjakan oleh siswa sendiri atau atas

bantuan orang lain.

3) Banyak kecenderungan untuk saling mencontoh dengan teman-teman. 4) Agak sulit diselesaikan oleh siswa yang tinggal bersama keluarga yang

kurang teratur.

5) Dapat menimbulkan frustasi bila gagal menyelesaikan tugas.

Sebuah kelemahan dapat menjadi suatu celah menuju kegagalan, sehingga sebaiknya seorang guru memahami betul kelemahan-kelemahan yang dimilki dari sebuah metode. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat meminimalisir kecurangan yang disebabkan oleh adanya kelemahan. Kerjasama antara sekolah dan keluarga dalam memperhatikan siswa merupakan cara yang ampuh untuk mengurangi klemahan dalam metode ini. Dalam perhatian yang cukup maka siswa akan lebih terdorong untuk mengerjakan tugas dengan serius.

(10)

2.1.4 Prestasi Belajar

2.1.4.1 Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar erat kaitannya dengan belajar, prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses belajar yang dilakukan oleh siswa dalam suatu periode waktu tertentu. Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata yang diperoleh melalui proses belajar dan indikatornya dalam bentuk nilai yang didasarkan pada hasil tes prestasi belajar.

Setiap kegiatan belajar yang dilakukan siswa akan menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya, perubahan itu meliputi kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar yang diperoleh siswa diukur berdasarkan perbedaan tingkah laku sebelum dan sesudah belajar dilakukan.

Abin Syamsudin (200:12) mengemukakan bahwa perubahan dan hasil belajar dapat dinamis prestasinya dalam wujud sebagai berikut:

1) Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta informasi, prinsip atau teori system nilai.

2) Penguasaan pola-pola perilaku kognitif seperti pengamatan proses berpikir, mengingat atau mengenal hal kecil, perilaku afektif seperti sikap, apresiasi, dan penghayatan, serta perilaku psikomotor (keterampilan) termasuk yang bersifat ekspresif.

3) Perubahan dalam sifat-sifat kepribadian

Sedangkan pengertian prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh pada waktu-waktu tes yang dinyatakan dengan nilai, yang dapat berupa nilai rapor. Hal ini berarti prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa setelah belajar, biasanya ditentukan dengan menggunakan tes. Pendapat lain tentang prestasi belajar dari Abin Syamsudin (2002:5) menjelaskan sebagai berikut:

(11)

Prestasi belajar itu merupakan suatu tingkat pencapaian usaha belajar seseorang, yaitu suatu perbaikan yang terjadi dalam diri individu yang dimanifestasikan dalam perbuatan, skill, tingkah laku dan dapat dilihat melalui hasil belajar yang diperoleh disekolah.

Kemudian lebih lanjut Engkoswara (1999:2) mengemukakan bahwa : ”Prestasi belajar itu dapat berupa penguasaan, penggunaan, dan penilaian tentang sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan dasar dalam berbagai bidang ilmu”.

Mengacu pada pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa prestasi belajar itu merupakan suatu kecakapan nyata yang meliputi daerah kognitif, afektif dan psikomotor yang dapat dilihat dari penguasaan individu setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar disekolah yang dilakukan secara sadar dan disengaja dan berlangsung dalam suatu periode tertentu. Di samping itu, hasilnya dapat diukur dengan menggunakan criteria penilaian yang berupa tes-tes tertentu.

Prestasi belajar yang dilihat dalam kenyataannya di sekolah secara konkrit adalah dilihat dari prestasi belajar dalam bentuk angka dalam rapot yaitu kumpulan hasil ujian siswa. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu periode tertentu setelah dinilai oleh gurunya dalam ujian akhir semester yang ditunjukkan dalam bentuk nilai-nilai atau angka-angka dalam rapot.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan setiap individu (siswa) dalam menguasai mata pelajaran tertentu yang

(12)

dibuktikan dalam bentuk nilai yang dipengaruhi oleh adanya faktor intern dan ekstern.

Menurut March yang dikutip oleh Abin Syamsudin (2002:20) mengungkapkan pengertian dan karakteristik prestasi belajar yaitu sebagai berikut:

1. Prestasi belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur, untuk mengukur perubahan tingkah laku tersebut dapat digunakan test prestasi belajar.

2. Prestasi belajar menunjukan kepada individu sebagai sebab, artinya individu sebagai pelakunya.

3. Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya, baik berdasarkan atas kriteria yang ditetapkan terlebih dahulu oleh panitia atau ditetapkan menurut standar yang dicapai oleh kelompok.

4. Prestasi belajar menunjukkan hasil-hasil dari kegiatan yang dilakukan secara sengaja.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kecakapan yang diperolah siswa setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar dan dapat dengan kriteria penilaian tertentu. Dan dapat diartikan sebagai taraf kemampuan actual yang bersifat terukur yang dituangkan dalam bentuk nilai atau angka kumulatif yang diperoleh siswa pada nilai akhir kenaikan.

2.1.4.2 Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah. Indikator dijadikan sebagai tolok ukur dalam menyatakan keberhasilan dalam penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hal itu, penilaian

(13)

prestasi belajar siswa menurut Tulus Tu’u (2004:75) dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah. 2. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan dan ingatan, pamahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Jadi prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari daerah kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar.

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang. Ada faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar. Sehubungan dengan hal tersebut Slameto (2003: 54-72) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

(14)

Gambar 2.1 Unsur-unsur belajar

Sumber: Djamarah, 2008: 176 (Gambar dimodifikasi)

Dalam Gambar 2.1 disajikan gagasan, bahwa dalam penelitian masukan mentah (raw input ) adalah motivasi dan minat, dalam proses belajar mengajar (learning teching process) dengan harapan dapat berubah menjadi keluaran (output) dengan kualifikasi tertentu. Di dalam proses belajar mengajar itu ikut berpengaruh sejumlah faktor lingkungan, yang merupakan masukan dari lingkungan (environmental input), yakni teman dan keadaan ekonomi keluarga dan sejumlah faktor instrumental (instrumental input), yakni fasilitas belajar, yang dengan sengaja dirancang dan dimanipulasikan guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki.

INSTRUMENTAL INPUT ENVIRONMENTAL INPUT OUTPUT LEARNING TEACHING PROCESS RAW INPUT MOTIVASI MINAT FASILITAS KEADAAN EKONOMI KELUARGA TEMAN HASIL BELAJAR PRESTASI BELAJAR KOGNITIF

(15)

Selanjutnya oleh Slemeto (2003: 54) dijelaskan lebih rinci mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

1. Faktor intern yang meliputi:

a. Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor ekstern yang meliputi:

a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, seperti metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c. Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Menurut Walgito (2004: 151) dalam Amin Johri (2006: 19) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari: kesehatan fisik, kelelahan, motivasi, minat, konsentrasi, natural curoiousity, self confidence, self discipline, intelegensi, ingatan, tempat, peralatan belajar, suasana, waktu belajar dan pergaulan.

Dari ketiga pernyataan di atas diketahui bahwa metode pemberian tugas merupakan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.

2.1.4.4 Keterkaitan Metode Pemberian Tugas dalam Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi

Dalam proses pembelajaran perlu digunakan metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Metode pemberian tugas adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat dugunakan dalam proses belajar mengajar. Metode pemberian

(16)

tugas adalah metode pemberian tugas berupa pemberian tugas-tugas tertentu kepada siswa di luar jam pelajaran dimana siswa dituntut untuk membahas dan menyelesaikan tugas sendiri untuk mempertanggungjawabkan kepada guru yang bersangkutan.

Salah satu mata pelajaran yang dapat menerapkan metode pemberian tugas ini adalah pada mata pelajaran akuntansi. Pada mata pelajaran ini guru dapat memberikan tugas mengenai materi akuntansi seperti psoses dan siklus akuntansi kepada para siswa, kemudian hasil pekerjaan siswa dievaluasi dan didiskusikan bersama.

Selama menghadapi tugas-tugas akademik, tentunya siswa memiliki persepsi tersendiri mengenai muatan dan tuntutan kemampuan yang terkandung dalam tugas-tugas akademik tersebut. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:239), ”adanya persepsi tentang sesuatu, mengakibatkan sikap menerima, menolak, atau bisa juga mengabaikan”.

Keterkaitan hubungan antara metode pemberian tugas dengan prestasi belajar mereka tentunya menjadi permasalahan untuk dijawab. Dengan mengetahui metode pemberian tugas dan dihubungkan dengan nilai prestasi siswa dalam mata pelajaran akuntansi, maka akan ditemukan gambaran bagaimana hubungan metode pemberian tugas pada pencapaian prestasi siswa pada mata pelajaran akuntansi. Apabila siswa memiliki persepsi positif dalam mengikuti metode pemberian tugas, maka selanjutnya di duga adanya hubungan positif dengan prestasi dalam mata pelajaran akuntansi. Dan sebaliknya untuk siswa yang memiliki persepsi negatif dalam mengikuti metode

(17)

resitasi maka di duga adanya hubungan negatif dengan prestasi dalam mata pelajaran akuntansi, atau dalam kata lain metode pemberian tugas kurang dapat diterima. 2.2 Kerangka Pemikiran

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menarik perhatian siswa merupakan indikator penting. Prinsipnya pengembangan metode pembelajaran bertujuan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien, menyenangkan, bermakna, dan lebih mengaktifkan siswa.

Metode pemberian tugas merupakan salah satu metode belajar dengan menerapkan asas ‘learning by doing’ dengan memberikan tugas kepada anak didik baik individu maupun kelompok.

Pengerjaan tugas bisa dilakukan secara individu atau kelompok. Pengerjaan tugas dapat dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, maka metode pemberian tugas dikalangan peserta didik Iebih dikenal dengan istilah pekerjaan rumah (PR). Dengan pemberian tugas dalam diri peserta didik akan tumbuh kreativitas dan kebiasaan untuk melakukan serangkaian latihan dan kegiatan belajar di Iuar tatap muka di samping memperoleh serangkaian pengetahuan atau keterampilan. Guru tidak dapat meninggalkan metode ini, karena untuk menguasai seluruh ruang lingkup bahan pelajaran tidak mungkin hanya dibatasi dengan proses pembelajaran di kelas saja.

Pembelajaran dengan metode pemberian tugas cenderung lebih menekankan pada keaktifan siswa, karena pada pembelajaran akuntansi siswa dituntut aktif untuk berlatih menyelesaikan soal dengan menggunakan konsep yang mereka pahami sesuai

(18)

dengan kemampuannya. Sedikit demi sedikit akan berkembang dan dengan banyaknya latihan, maka siswa akan lebih mudah dalam memahami dan mengerjakan soal.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai sesuai batas waktu yang ditentukan, maka metode inilah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya.

Untuk memahami proses pencatatan akuntansi diperlukan suatu keterampilan dan ketelitian siswa dalam menganalisa ayat-ayat penyesuaian yang pada akhirnya sangat berpengaruh dalam pembuatan laporan keuangan perusahaan. Dengan implementasi metode pemberian tugas terstruktur, siswa akan lebih memahami materi akuntansi, contohnya meteri jurnal penyesuaian, karena siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Dengan pengajuan soal tersebut akan melatih keterampilan dan ketelitian siswa dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.

Namun demikian dampak tersebut bergantung dari bagaimana penerimaan dan keterbukaan siswa dalam melaksanakan tugas itu sendiri, yang pada akhirnya akan mempengaruhi prestasi balajar siswa.

Keberhasilan seorang siswa dalam belajar dapat dilihat dari prestasi belajar siswa yang bersangkutan. Di dalam pendidikan siswa akan dinilai keberhasilannya melalui tes hasil belajar. Hasil yang diharapkan adalah prestasi belajar yang baik karena setiap orang menginginkan prestasi yang tinggi, baik siswa, guru, sekolah, maupun orang tua dan masyarakat. Namun antara siswa satu dengan siswa yang

(19)

lainnya berbeda dalam pencapaian prestasi belajar. Ada yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, namun ada juga siswa yang rendah prestasi belajarnya. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

Slameto (2003: 54-72) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai berikut:

1. Faktor intern yang meliputi:

a. Faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan.

c. Faktor kelelahan.

2. Faktor ekstern yang meliputi:

a. Faktor keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, seperti metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar penilaian di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. c. Faktor masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,

teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Bagi sebagian siswa bukanlah suatu hal yang mudah untuk mamahami suatu konsep yang abstrak, khususnya konsep-konsep dalam mata pelajaran akuntansi. Kenyataannya di lapangan mengisyaratkan bahwa prestasi belajar akuntansi siswa di negara kita khususnya Jawa Barat pada umumnya masih rendah. Berdasarkan kenyataan diatas, maka diperlukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan prestasi belajar belajar siswa dalam pelajaran akuntansi. Salah satunya yaitu dengan mengembangkan metode yang tepat dalam pembelajaran akuntansi, agar siswa mudah memahami akuntansi dengan benar dan cepat.

(20)

Indikator metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:85) Ada beberapa kriteria atau indikator yang bisa digunakan dalam menilai keberhasilan metode ini pada siswa:

1. Siswa dapat memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan guru 2. Semua siswa turut serta melakukan kegiatan belajar.

3. Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

4. Siswa dapat memanfaatkan semua sumber belajar yang disediakan guru. 5. Tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

6. Turut serta dan terlibat aktif dalam melaksanakan tugas belajarnya. 7. Reaksi positif terhadap stimulus (dorongan) yang diberikan guru. 8. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan. 9. Aktif bertanya pada guru/siswa lain apabila tidak mengerti.

Dalam penelitian ini untuk mewujudkan arah dari pemecahan dan penganalisaan masalah yang dihadapi, maka kerangka pemikiran yang digambarkan secara skematik sebagai berikut:

(21)

Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran

Keteranagan:

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Faktor Internal Faktor Eksternal Siswa Motivasi Minat Bakat Prestasi Belajar Guru Metode PBM Penggunaan Media Mengelola Kelas Menguasai Bahan Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Metode Pemberian Tugas

(22)

Berdasarkan kerangka pemikiran dapat dijelaskankan bahwa apabila metode pemberian tugas meningkat maka prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi akan meningkat, demikian pula sebaliknya. Apabila metode pemberian tugas menurun maka prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi akan menurun.

Gambar 2.3 Hubungan Variabel

Keterangan :

X : Metode pemberian tugas Y : Prestasi belajar siswa

: Hubungan antar variabel

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul (Sugiyono, 2005: 51). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Metode pemberian tugas berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa”.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Siklus I dijelaskan tentang kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan penelitian dan observasi, kegiatan refleksi. Pada siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan,

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan akuntansi sewa aktiva tetap menggunakan metode sewa operasi dimana pada akhir masa sewa aktiva tetap yang disewakan tetap menjadi

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk merancang buku sebagai media yang dapat mengedukasi masyarakat mengenai sejarah dan perkembangan uang Rupiah di Indonesia..

Jika dalam keadaan di luar kontrol Tertanggung baik kontrak pengangkutan diakhiri di suatu tempat selain dari tujuan yang telah disebutkan atau perjalanan dihentikan dengan

Keunggulan dari kajian yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research)

Kesimpulan dari penulis atas penelitian yang dilakukan sesuai dengan data hasil uji coba adalah nilai rata-rata kelas eksperimen 84,53 sedangkan untuk rata-rata kelas kontrol

Selain itu juga untuk mengetahui distribusi fleksibilitas kognitif dan kemampuan pemecahan masalah menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, kronisitas

Berdasarkan hasil data tes akhir diketahui bahwa hasil belajar ekonomi siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol.Analisis data yang telah