• Tidak ada hasil yang ditemukan

Termin III PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Termin III PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG: METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

L

L

A

A

P

P

O

O

R

R

A

A

N

N

H

H

A

A

S

S

I

I

L

L

P

P

E

E

N

N

E

E

L

L

I

I

T

T

I

I

A

A

N

N

Termin III

PENGELOLAAN LAHAN SAYUR MARGINAL DALAM

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI DAN DAYA

DUKUNG DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MIKRO

(Studi Kasus di Kawasan Dieng)

PAKET INSENTIF PEMANFAATAN HASIL LITBANG:

METODE, INSTRUMEN,TOOLS, STRATEGI, REKOMENDASI

Bidang Fokus

: Faktor Pendukung Sosial

Kemanusiaan

Kode Produk Target

: 9.03

Kode Topik

: 9.03.05

Peneliti Utama

: Ir. Purwanto, MSi.

KEMENTERIAN KEHUTANAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KEHUTANAN PENGELOLAAN

DAERAH ALIRAN SUNGAI

Jl. A. Yani, Pabelan Kartasura, PO BOX 295 Surakarta/57102, Telp : (0271) 716709/ 716959 Email : bpk_solo_pp@yahoo.com/ bpt.kpdas@gmail.com

(2)

ii LEMBAR IDENTITAS

Identitas Lembaga Penelitian dan Pengembangan

Nama Lembaga

Penelitian

Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan

Pimpinan Ir. Bambang Sugiarto, MP

Alamat Jl. Jend. A.Yani-Pabelan, Kartasura, PO BOX 295

Surakarta/57102. Tlp. (0271)716709/Fax (0271)716959. Email;

http://www.bpk-solo.or.id

Identitas Kegiatan

Judul Pengelolaan Lahan Sayur arginal dalam Upaya Meningkatkan Produksi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (Studi Kasus di Kawasan Dieng)

Abstraksi 1. Sebagian besar kawasan Dieng merupakan lahan pertanian sayur yang telah mengalami degradasi menjadi lahan kritis dan menjadi masalah nasional. Wilayah tersebut merupakan kantong penghasil kentang namun pengusahaan tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Akibatnya terjadi penurunan produktivitas lahan sayur, naiknya tingkat erosi (on site), pendangkalan Sungai Serayu dan Waduk Mrica (of site). Dampak negatif tersebut menunjukkan terjadinya penurunan daya dukung DAS. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan konservasi tanah, dan pemberdayaan masyarakat. Keunggulan dari kajian ini yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya serta diharapkan akan menerapkannya dalam satuan DAS mikro. Disamping itu, unit pengelolaan tersebut nantinya dapat dijadikan show window. Kajian ini dimulai dari desk analysis, survey

(3)

iii

biofisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Dari data yang diperoleh dan penggunaan formula Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) serta dilakukan analisis dengan menggunakan GIS akan dihasilkan: Peta-peta kerentanan kekritisan lahan, kekeringan, tanah longsor, pasokan air banjir, dan daerah rawan banjir. Dari informasi tersebut dipilih Sub-sub DAS (bagian Sub DAS) yang kritis dan harus diprioritaskan penangannya. Dengan pertimbangan sisial-ekonomi dan kelembagaan, lambatnya adopsi teknologi konservasi tanah dan air serta aksesibilitas yang mudah dijangkau dan mudah dilihat oleh anggota masyarakat lainnya , dipilih satu sub-sub sebagai model pengelolaan. Pada bagian Sub DAS tersebut disusun model perencanaan pengelolaan DAS mikro bersama masyarakat dan instansi yang terkait, Disamping model perencanaan juga disusun sistem monev pengelolaan DAS mikro. Pengembangan model kelembagaan pengelolaan DAS mikro dibangun sebagai subjek dalam proses pengelolaan. Dari rencana yang telah disusun dibangun plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan-lahan kritis prioritas untuk mengatasi kekritisan lahan-lahan sayur. Penelitian ini membutuhkan partispasi masyarakat (participative action research) dan proses pemberdayaan sehingga masyarakat dapat merasakan dan memahami keuntungan dari hasil penelitian ini dan menerapkannya sehingga menguntungkan mereka dan terjadi perbaikan lingkungan. Hasil sementaramenunjukkan bahwa: 1). Kerentanan kekritisan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan terdapat pada bagian hulu sampai tengah Sub DAS Tulis baik yang ada di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara dan Batang, 2). Pada awalnya masyarakat tidak mau mengikuti perbaikan konservasi tanah dan air di lahan kentang tetapi setelah dilakukan pelatihan pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan diduga tidak menimbulkan longsor dan tanah bacek serta studi banding maka masyarakat menerima lahannya dijadikan plot. Hasil studi banding membuka wawasan petani Dieng sehingga berkeinginan untuk melakukan deversifikasi usaha tani dan melakukan konservasi tanah.Karena waktu panen kentang tidak bersamaan maka pembuatan

(4)

iv

damplot konservasi tanah di lahan kentang dilakukan bertahap sesuai kesiapan lahan petani dan pada saat musim kemarau hanya sedikit yang melakukan penanaman sehingga pembuatan plot menunggu hujan turun. Ketersediaan air hanya dapat mencukupi 47,33% untuk penyiraman pada musim kemarau. Penerimaan usaha kentang sebesar Rp. 66.666.667,-/ha dan biaya Rp. 44.137.500,-/ha sehingga keuntungannya sebesar Rp. 22.529.167,-/ha.

Kata Kunci: DAS Mikro, Lahan Kritis, Pertanian Sayur

Tim Peneliti:

1. Koordinator Ir. Purwanto, M.Si

2. Alamat Jl. Jend. A.Yani-Pabelan, Kartasura, PO BOX 295

Surakarta/57102. Tlp. (0271)716709/Fax (0271)716959. Email;

http://www.bpk-solo.or.id

3. Anggota Peneliti

a. Ir. Paimin, M.Sc

b. Drs. Ugro Hari Murtiono, M.Si c. Dr. Evi Irawan

d. S. Andy Cahyono, Sp, M.Si

Waktu Pelaksanaan 01 Maret 2012 sampai 09 Oktober 2012

Lembar Pengesahan

Judul : Pengelolaan Lahan Sayur Marginal dalam Upaya Meningkatkan Produksi dan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (Studi Kasus di Kawasan Dieng)

Bidang Fokus : 9. Faktor Pendukung Sosial Kemanusiaan

Produk Target : 9.03. Pembangunan yang Berwawasan Lingkungan

Topik : 9.03.05. Kajian tentang kebijakan dan aktivitas-aktivitas institusi yang bersifat detrimental/merusak lingkungan dan kelestarian alam

(5)

v Keterangan Lembaga Pelaksana/Pengelola Penelitian

A. Lembaga Pelaksana Penelitian

Nama Peneliti Utama Ir. Purwanto, M.Si

Nama Lembaga/Institusi Kementerian Kehutanan

Unit Organisasi Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai

Alamat Jl A.Yani Pabelan Kartasura Surakarta

Jawa Tengah 57102

Telepon/HP/Faksimil/e-mail 0271 716709/ 716959/ 081393001965/

bpk_solo_pp@yahoo.com

B. Anggota Konsorsium

Nama Pimpinan Lembaga/ Mitra Industri - Nama Lembaga/ Mitra Industri -

Alamat -

Telepon/HP/Faksimil/e-mail - Rekapitulasi Biaya

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. Gaji dan Upah 100.000.000

2. Bahan Habis Pakai 36.150.000

3. Perjalanan 82.000.000

4. Lain-Lain 31.850.000

Jumlah biaya tahun yang diusulkan 250.000.000

Setuju diusulkan : Kepala Balai,

Ir. Bambang Sugiarto, MP NIP.19580924 198602 1 001

Peneliti Utama,

Ir. Purwanto, M.Si NIP. 19610729 198903 1 002

(6)

vi KATA PENGANTAR

Kawasan Dieng merupakan kawasan kritis dan menjadi permasalahan nasional. Hal ini akibat pemanfaatan lahan yang melebihi kemampuan lahan dan tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan konservasi tanah dan pemberdayaan masyarakat. Keunggulan dari kajian yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya sehingga akan menerapkan dalam satuan DAS mikro sebagai unit pengelolaan dan nantinya dapat dijadikan show window.

Output yang diharapkan dari kajian ini yakni: 1). Diperoleh informasi kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir dan sosial, ekonomi, dan kelembagaan DAS mikro, 2). Diperolehnya model perencanaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro, 3). Diperoleh sistem monev pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro, 4). Diperoleh model kelembagaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro, 5).Plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan kritisn DAS mikro Tulis, yang didominasi lahan sayur.

Terimakasih diucapkan kepada seluruh anggota Tim peneliti yang telah berperan aktif dalam penyusunan laporan termin pertama ini, Kepala Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPTKPDAS) dan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan yang mengorganisir dan mengevaluasi kegiatan penelitian ini di lingkup BPTKPDAS dan Badan Litbang Kehutanan dan Ketua Program Insentif Riset untuk Peneliti dan Perekayasa yang memberi kesempatan kepada kami untuk mengikuti kompetisi untuk mendapatkan pendanaan dan melakukan monitoring dan evaluasi kegatan penelitian ini.

Surakarta, September 2012 Ketua TIM

(7)

vii NIP. 19610729 198903 1 00 2 DAFTAR ISI Halaman LEMBAR IDENTITAS ... ii LEMBAR PENGESAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

ABSTRAK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Sasaran Penelitian ... 2

BAB II. METODOLOGI DAN MEKANISME PEMANFAATAN HASIL LITBANG ... 3

A. Metodologi ... 3

B. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang ... 8

BAB III. PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI ... 10

BAB IV. PERSONIL PELAKSANAAN KEGIATAN RISET ... 12

BAB V. JADWAL KEGIATAN ... 13

BAB VI. PROFIL MITRA LEMBAGA ... 14

BAB VII. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

A. Letak dan Luas ... 15

B. Geologi ... 17

C. Jenis Tanah ... 19

D. Curah Hujan ... 20

E. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan ... 20

F. Analisis Kerentanan Biofisik ... 22

G. Kerentanan Sosial Ekonomi dan Kelembagaan ... 27

H. Langkah-langkah Pembangunan Plot ... 64

I. Analisis Usaha Tani Kentang di Dieng ... 81

BAB VII. KESIMPULAN DAN LANGKAH SELANJUTNYA ... 81

A. Kesimpulan ... 81

(8)

viii

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA... 83

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rancangan Pengelolaan DAS Mikro Tulis ... 6

Tabel 2. Personil Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Tahun 2012 ... 12

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2012 ... 13

Tabel 4. Data Curah Hujan Maximum dan Minimum di DAS Mikro Tulis ... 20

Tabel 5. Jenis dan Luas Penggunaan Tanah ... 21

Tabel 6. Tingkat Kerentanan dan Kekritisan Lahan pada Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis ... 24

Tabel 7. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepadatan Penduduk Geografis di Sub DAS Tulis ... 27

Tabel 8. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas Lahan Pertanian, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Agraris dan Skor Kerentanannya ... 30

Tabel 9. Prilaku Konservasi Tanah Masyarakat di Sub DAS Tulis ... 33

Tabel 10. Budaya Hukum Adat Terkait Konservasi Tanah dan Air ... 35

Tabel 11. Nilai Tradisional pada Praktek Konservasi Tanah dan Air di Sub DAS Tulis ... 37

Tabel 12. Ketergantungan terhadap Lahan Masyarakat di Sub DAS Tulis ... 41

Tabel 13. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Tingkat Pendapatan Masyarakat Masing-masing Desa ... 43

Tabel 14. Kegiatan Dasar Wilayah Masyarakat di Sub DAS Tulis ... 46

Tabel 15. Peranan Kelembagaan Informal dalam Kegiatan Konservasi Tanah Dan Air di Sub DAS Tulis ... 49

Tabel 16. Kerentanan Kelembagaan Formal, Kategori dan Skor dalam Mendukung Pengelolaan Sub DAS Tulis ... 52

Tabel 17. Nama Kelompok Tani di Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis ... 56

Tabel 18. Kompilasi Hasil Analisis Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi Dan Kelembagaan di Sub DAS Tulis ... 60

Tabel 19. Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Di Sub DAS Tulis ... 63

Tabel 20. Perbandingan Penerimaan, Biaya, Keuntungan, produksi dan Erosi Tanah Usaha Tani Kentang Berdasarkan System Per Musim (Katharina, 2006) 72

(9)

ix Tabel 21. Kelas Lereng, Produktivitas dan Erosi Tanah Tanaman Kentang di Dieng

Dengan dan Tanpa Konservasi Tanah (Windaryati, 2000) ... 73 Tabel 22. Kebutuhan Air Pada Tanaman Kentang di DAS Mikro Tulis Selama Musim

Tanam-Panen (80 Hari) pada Saat Musim Kemarau ... 80 Tabel 23. Analisis Usahatani Kentang Musim Kemarau 2011 di Sub DAS Tulis Dieng 81

(10)

x DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian ... 4

Gambar 2. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang ... 9

Gambar 3. Desa-desa di Sub DAS Tulis ... 16

Gambar 4. Jenis BAtuan di Sub DAS Mikro Tulis ... 18

Gambar 5. Peta Tanah Sub DAS TUlis ... 19

Gambar 6. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di DAS Mikro Tulis ... 21

Gambar 7. Peta Kerentanan Lahan ... 23

Gambar 8. Peta Daerah Rawan Kebanjiran ... 26

Gambar 9. Penyampaian Rencana Proyek Konservasi Tanah di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar KAbupaten Wonosobo oleh Peneliti dan Teknisi BPTKPDAS ... 75

Gambar 10. Demo Perbaikan Konservasi Tanah Oleh Teknisi Yang Diikuti Perangkat Desa dan Petani (a) Kondisi Lahan Sebelum dilakukan Perbaikan Konservasi Tanah dan b). Kondisi Lahan Pada Proses Perbaikan Konservasi Tanah (Dilakukan di Luar Calon Plot Karena Pemilik Yang di Dalam Calon Plot Belum Setuju) ... 75

Gambar 11. Lokasi Calon Plot Contoh Konservasi Tanah dan Denah Kepemilikan Lahan di Desa Dieng Kulon dan Dieng ... 76

Gambar 12. Studi Banding ke Kelompok Tani Redo, Desa Dokerto, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang ... 77

(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Formulasi Banjir dan Daerah Rawan Banjir ... 89

Lampiran 2. Formulasi Kerentanan Kekeringan dan Potensi Air ... 92

Lampiran 3. Formulasi Kekritisan dan Potensi Lahan ... 94

Lampiran 4. Formulasi Kerentanan Tanah Longsor ... 97

Lampiran 5. Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi dan Kelembagaan .... 99

Lampiran 6. Nama Pemilik dan Luas Kepemilikan Lahan Petani di Subsub DAS Tulis Hulu ... 100

(12)

xii

Abstrak

Sebagian besar kawasan Dieng merupakan lahan pertanian sayur yang telah mengalami degradasi menjadi lahan kritis dan menjadi masalah nasional. Wilayah tersebut merupakan kantong penghasil kentang namun pengusahaan tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah. Akibatnya terjadi penurunan produktivitas lahan sayur, naiknya tingkat erosi (on site), pendangkalan Sungai Serayu dan Waduk Mrica (of site). Dampak negatif tersebut menunjukkan terjadinya penurunan daya dukung DAS. Berbagai upaya kajian telah dilakukan tetapi kondisinya belum menampakkan perubahan yang signifikan. Untuk itu ditawarkan alternatif kajian dengan pendekatan Daerah Aliran Sungai (DAS), penerapan konservasi tanah, dan pemberdayaan masyarakat. Keunggulan dari kajian ini yakni dilakukan dengan pendekatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Mikro (+ 1.000 ha) dan riset partisipasi (participation research) sehingga petani mengalami dan memahaminya serta diharapkan akan menerapkannya dalam satuan DAS mikro. Disamping itu, unit pengelolaan tersebut nantinya dapat dijadikan show window. Kajian ini dimulai dari desk analysis, survey biofisik, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Dari data yang diperoleh dan penggunaan formula Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) serta dilakukan analisis dengan menggunakan GIS akan dihasilkan: Peta-peta kerentanan kekritisan lahan, kekeringan, tanah longsor, pasokan air banjir, dan daerah rawan banjir. Dari informasi tersebut dipilih Sub-sub DAS (bagian Sub DAS) yang kritis dan harus diprioritaskan penangannya. Dengan pertimbangan sisial-ekonomi dan kelembagaan, lambatnya adopsi teknologi konservasi tanah dan air serta aksesibilitas yang mudah dijangkau dan mudah dilihat oleh anggota masyarakat lainnya , dipilih satu sub-sub sebagai model pengelolaan. Pada bagian Sub DAS tersebut disusun model perencanaan pengelolaan DAS mikro bersama masyarakat dan instansi yang terkait, Disamping model perencanaan juga disusun sistem monev pengelolaan DAS mikro. Pengembangan model kelembagaan pengelolaan DAS mikro dibangun sebagai subjek dalam proses pengelolaan. Dari rencana yang telah disusun dibangun plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan-lahan kritis prioritas untuk mengatasi kekritisan lahan sayur. Penelitian ini membutuhkan partispasi masyarakat (participative action research) dan proses pemberdayaan sehingga masyarakat dapat merasakan dan memahami keuntungan dari hasil penelitian ini dan menerapkannya sehingga menguntungkan mereka dan terjadi perbaikan lingkungan. Hasil sementaramenunjukkan bahwa: 1). Kerentanan kekritisan lahan, daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan terdapat pada bagian hulu sampai tengah Sub DAS Tulis baik yang ada di Kabupaten Wonosobo maupun Kabupaten Banjarnegara dan Batang, 2). Pada awalnya masyarakat tidak mau mengikuti perbaikan konservasi tanah dan air di lahan kentang tetapi setelah dilakukan demo pengolahan lahan yang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan diduga tidak menimbulkan longsor dan tanah bacek serta dilakukan studi banding maka masyarakat menerima lahannya dijadikan plot.

(13)

xiii Kata Kunci: DAS Mikro, Lahan Kritis, Pertanian Sayur

(14)

1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kawasan Dieng merupakan kawasan kritis dan menjadi permasalahan nasional. Hal ini akibat pemanfaatan lahan yang melebihi kemampuan lahan dan tidak sesuai dengan kesesuaian lahannya (Gunawan, 2008). Sebagian besar lahan di dataran Tinggi Dieng ditanami kentang. Namun karena dalam teknik budidayanya tidak memperhatikan kaidah konservasi tanah telah menyebakan lahan-lahan di kawasan tersebut menjadi kritis. Selain itu, pola bertanam dengan sistem guludan membujur ke bawah (miring keluar) dan tidak melingkar bukit (nyabuk gunung) sehingga mempercepat erosi tanah. Eksploatasi lahan yang kurang memperhatikan upaya konservasi tersebut yang menyebabkan degradasi lahan (Suara Merdeka, 19 Juni 2006). Untuk merehabilitasi kawasan Dieng, menurut Nugroho, diperlukan biaya sampai 1 trilyun lebih (Republika, 23 April 2010).

Pengelolaan lahan yang tidak mengikuti kaidah-kaidah konservasi tanah disebabkan oleh masalah sosial, ekonomi dan teknis (Kurnia, dkk. 1999). Pada umumnya petani pengelola lahan sayur tidak menerapkan teknik konservasi tanah untuk mengendalikan erosi padahal budidaya tanaman sayuran terutama kentang dilakukan di wilayah yang berbukit dan miring. Purwanto dkk. (2010) melaporkan bahwa di dataran tinggi Temanggung, generasi dulu menerapkan teknik konservasi dengan kedokan-kedokan sempit untuk usaha tani tembakau dan sayur tetapi saat ini kedokan tersebut diperluas walaupun harus menanam pada lahan miring. Hal ini karena tidak terlalu merasakan kerusakan lahan dengan cara pemberian input pupuk kandang yang tinggi. Indikasi terjadinya erosi yang tinggi dari lahan sayur dataran tinggi yakni keruhnya air sungai sepanjang tahun dan tingginya sedimentasi di sungai Serayu, Citandui, Citarum, dll (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perairan, 1995). Indikasi lain yakni bervareasinya debit air sungai, misalnya debit air Sungai Serayu yakni 19-113 liter/detik yang menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan lingkungan di wilayah tersebut (Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, 1996). Banjir dan kekeringan merupakan cerminan kondisi tata air yang terganggu. Permasalahan tersebut tidak begitu dirasakan oleh petani karena keuntungan menanam kentang relatif tinggi yakni Rp. 28.149.000,-/ha sekali panen (Jariyah, dkk. 2002).

Kondisi di atas merupakan penurunan fungsi DAS terjadi sebagai akibat pengelolaan sumberdaya alam di dalam DAS cederung semakin agresif, eksploitatif, dan ekspansif sehingga melampaui daya dukung dan kemampuannya. Kondisi ini dikarenakan pemahaman tentang pengelolaan DAS masih lemah, khususnya tentang sifat rentan dan kapasitas yang

(15)

2 dapat ditenggang dari DAS terhadap sumberdaya alam yang ada serta intervensi manusia dalam menerapkan suatu sistem pengelolaan SDA tersebut (Paimin, dkk, 2006).

Permasalahn tersebut dapat dipecahkan melalui model pengelolaan DAS Mikro. DAS Mikro merupakan unit terkecil pengelolaan DAS dari proses perencanaan, pengembangan kelembagaan, implementasi, monitoring, dan evaluasinya. MDM (Model DAS Mikro) adalah suatu contoh pengelolaan DAS dalam skala lapang dengan luas sampai sekitar 1.000 ha yang digunakan sebagai tempat untuk memperagakan proses partisipatif pengelolaan rehabilitasi hutan dan lahan, teknik-teknik konservasi tanah dan air, sistem usaha tani yang sesuai dengan kemampuan lahan, sosial ekonomi dan kelembagaan masyarakat. Tujuan pembangunan MDM adalah: 1), tersedianya wadah kegiatan pengembangan model pengelolaan lahan yang sesuai, dan dampak hidrologi yang terukur, 2). Terwujudnya model pengelolaan lahan berkelanjutan, 3). Dihasilkannya data dan informasi mengenai pengelolaan DAS yang efektif untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas.

Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Dieng, DAS Mikro Tulis dapat dijadikan areal uji coba perencanaan, pengembangan kelembagaan, implementasi konservasi tanah dan air, serta monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS pada skala implementasi.

B. Tujuan dan Sasaran Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yakni untuk mendapatkan model pengelolaan DAS mikro (+1.000 ha) yang meliputi aspek perencanaan, monitoring dan evaluasi (monev), kelembagaan dan implementasi/penerapan konservasi tanah dan air untuk mengatasi kekritisan lahan, tanah longsor, dan meningkatkan pendapatan masyarakat pengelola lahan sayur di Kawasan Dieng.

2. Sasaran Penelitian

1) Diperoleh informasi kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir dan social, ekonomi, dan kelembagaan DAS mikro.

2) Diperolehnya model perencanaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro.

3) Diperoleh sistem monev pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro.. 4) Diperoleh model kelembagaan pengelolaan daerah tangkapan air (DAS) pada skala mikro. 5) Plot implementasi/penerapan teknik konservasi tanah dan air di lahan-lahan DAS pada

(16)

3 II. METODE DAN MEKANISME PEMANFAATAN HASIL LITBANG

A. Metode

Pengelolaan DAS merupakan sistem manajemen sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan pengembangan kelembagaan yang mengikuti proses manajemen yakni: perencanaan, pengorganisasian (pengembangan kelembagaan), implementasi, monitoring dan evaluasi. Perencanaan Pengelolaan DAS merupakan suatu proses yang bersiklus (Brooks et.al,, 1991; Devenport, 2002), secara umum meliputi:

1. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di waktu yang lampau – termasuk diidentifikasi masalah dan potensinya

2. Mengidentifikasi masalah (spesifik), – mengidentifikasi masalah-masalah utama yang ada di DTA atau SubDAS sasaran, untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dan dampaknya dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di DAS.

3. Mengidentifikasi faktor-faktor pembatas, menetapkan tujuan, dan membangun strategi, - pada tahap ini dimaksudkan untuk menetapkan tujuan dan membangun strategi untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul – analisa masalah, serta mengidentifikasi factor-faktor pembatas, a.l., terkait risiko/dampak, biaya, dan tingkat capaian dari usulan kegiatan-kegiatan yang bisa diterapkan/diimplementasikan.

4. Mengidentifikasi alternative solusi, – dari hasil identifikasi masalah akan ditemukan masalah-masalah utama yang terjadi di DAS dan atau SubDAS-SubDAS, kemudian dievaluasi untuk mempertimbangkan solusinya yang perlu dilakukan terkait dengan permasalahan yang muncul baik biofisik maupun sosial ekonomi kelembagaan. Dari proses perencanaan ini dapat ditetapkan tindakan-tindakan/upaya-uapaya spesifik apa yang bisa dilakuakan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul tersebut.

5. Dalam proses perencanaan, selain disampaikan volume kegiatan yang akan dilakukan juga akan disampaikan berapa biaya yang diperlukan, dari mana dana diperoleh, dan dengan cara seperti apa dan oleh siapa nantinya kegiatan-kegiatan yang diusulkan tersebut akan dilakukan/diimplementasikan – pengelolaan kegiatan.

(17)

4 Alur pikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Untuk itu metode yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi:

a. Analisis kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, daerah rawan banjir

Analisis kerentanan ini dimulai dari desk analysis menggunakan peta dasar digital: Rupa Bumi Indonesia (RBI), peta geologi, peta tanah, data curah hujan. Dengan menggunakan formulasi Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) dan computer dengan software arcinfo akan diperoleh peta kerawanan kekritisan lahan, peta kerwanan tanah longsor, peta kerawanan kekeringan, peta kerawanan pasokan air banjir dan peta kerawanan daerah kebanjiran. Langkah selanjutnya yakni melakukan verifikasi di lapangan (ground checki) untuk memastikan apakah hasil analisis peta sesuai dengan kondisi lapangan dan parameter kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, kerawanan pasokan air banjir dan kerawanan daerah kebanjiran. Apabila telah sesuai maka peta tersebut dapat dijadikan dasar untuk penyusunan rencana pengelolaan DAS mikro. Metode tersebut pernah diujicobakan di Mikro DAS Pronggo, Pacitan (Purwanto, dkk. 2009), dan Mikro DAS Wonosari, Temanggung (Purwanto, dkk. 2010).

Karakteristik DAS Mikro - Kekritisan Lahan - Banjir - Kekeringan - Longsor - Sosek - Kelembagaan Identifikkasi Masalah DAS

Mikro Tulis

Identifikasi Faktor Pembatas, Memantapkan Tujuan dan

Membangun Strategi Monitoring dan Evaluasi - Hidrologi - Lahan - Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Penyusunan Rencana Bersama Masyarakat Implementasi Bersama Masyarakat

(18)

5 Disamping dilakukan analisis kerentanan biofisik di atas juga dilakukan pembuatan land unit yang didasarkan pada jenis tanah, lereng dan penutupan lahan. Unit lahan ini akan digunakan untuk penerapan teknik konservasi lahan yang didasarkan pada potensi dan kerentanan biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan.

b. Analisis sosial, ekonomi dan kelembagaan.

Aspek sosial antara lain: jumlah penduduk, kepadatan penduduk geogrfis, kepaatan penduduk agraris, pertemabahan penduduk, budaya hukum adat dalam pengelolaan lahan. Kepadatan penduduk geografis dan kepadatan penduduk agraris dianalisis dari data statistik Wonosobo Dalam Angka 2012 sedangkan budaya hukum adat dalam lahan dilakukan analisis dengan pendekatan kualitatif. Informan kunci dalam kajian aspek ini adalah kepala Desa DAS MikroTulis, penyuluh, petani penggarap lahan, dan informan lain yang menurut informan sebelumnya mengetahui seluk beluk pengelolaan lahan di DAS Mikro Tulis.

Aspek ekonomi meliputi sumber mata pencaharian penduduk, pendapatan rata-rata penduduk, ketergantungan terhadap lahan, koefisien dasar wilayah (LQ) berdasarkan tenaga kerja. Apabila tersedia data Pendapatan Daerah Regional Bruto Per Kecamatan di Kabupaten Wonosobo, maka analisis dilakukan berdasarkan data PDRB 2011 tetapi bila tidak tersedia data tersebut maka dilakukan survey dengan sample dengan jumlah representatif populasi rumah tangga petani di lapangan.

Aspek kelembagaan dilakukan analisis kualitatif. Untuk kategori penelitian kualitatif (qualitative field research), keputusan untuk melakukan analisis data dimulai pada saat melakukan observasi. Teknik analisisnya dimulai dengan mencoba atau berusaha melihat sesuatu dan merepresentasikannya berdasar-kan pandangan responden (Hutapea dan Suwondo, 1989). Namun untuk sampai pada tahap ini, data-data yang diperoleh perlu diuji kembali keabsahan/validitasnya (Azwar, 2000). Untuk menguji validitas data dalam kajian ini digunakan teknik trianggulasi dengan cara; pertama, membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; kedua, membandingkan keadaan dan perspektif seorang informan kunci yang satu dengan lainnya. Ketiga, membandingkan hasil wawancara dengan data hasil perekaman data, seperti dokumen, hasil-hasil penelitian, kisah-kisah sejarah yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian (Moleong, 1999). Dokumen tersebut antara lain laporan-laporan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo, tentang kegiatan gerakan rehabilitasi lahan di Sub DAS Tulis sekitranya, Dokumen–dokumen di Bappeda Kabupaten Wonosobo, Dokumen-dokumen di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo di Yogyakarta, serta dokumen-dokumen yang terkait lainnya.

(19)

6 Langkah terakhir, data primer maupun sekunder diolah dengan pendekatan kualitatif, mereduksi data, menyajikan data yang telah tersusun, membuat hasil temuan-temuan lapangan dalam bentuk tema-tema yang saling berkaitan satu sama lainnya kemudian menarik kesimpulan.

c. Penyusunan sistem perencanaan pengelolaan DAS Pada Skala Mikro

Berdasarkan analsis kerentanan biofisik, sosial ekonomi, dan kelembagaan maka disusun Tabel potensi dan kerentanan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Rancangan Pengelolaan DAS Mikro Tulis

No . Kec/ Des a Dusu n Unit Laha n Kondisi Sosial Ekonomi Contoh Kondisi Fisik Lahan Analisis Kerentana n Contoh Usulan Kegiatan Pengelolaan 1. 1. 1.1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. a. Jumlah penduduk (jiwa). b. Kepadatan geografis (jiwa/km2). c. Kepadatan agraris (petani/ha). d. Pertumbuh an penduduk (%). e. Mata pencaharia n petani, … org, pedagang ….org, PNS/ABRI/ POLRI, … org, dll. …. Org. f. Kelembaga an kelompok tani bekembang baik atau tidak. g. Pemahama n a. Jenis tanah litosol b. Kelere ngan 25 – 65%. c. Kelas kema mpuan lahan IIIg, VIe/g, dan VIIe. d. Lahan kering, hutan rakyat, dan sawah tadah hujan. . a. Rantan kekerin gan (5) b. Rentan tanah longsor (5) c. Perilaku konserv asi (4) d. Budaya hukum adat (5) e. Nilai Tradisio nal (5) f. Keterga ntungan terhada p lahan (5) g. Tingkat pendap atan (5) h. Kegiata n dasar wilayah (5)

Untuk lahan kritis dan kering: b. Perbaikan teras dan pemberian pupuk kandang agar terjadi perbaikan agregat tanah. c. Pembuatan drop structure. d. Pengemba ngan kelembagaan.

Untuk lahan yang rawan longsor: 1. Penanaman pohon yang memiliki akar yang dalam sehingga mencapai batuan. 2. Untuk lahan dengan tanah dalam ditanami tanaman yang ringan. 3. Lahan yang

(20)

7 No . Kec/ Des a Dusu n Unit Laha n Kondisi Sosial Ekonomi Contoh Kondisi Fisik Lahan Analisis Kerentana n Contoh Usulan Kegiatan Pengelolaan masyarakat tentang kekritisan lahan, kerawanan an longsor dan banjir. h. Kebiasaan petani dalam mengelola lahan. digunakan untuk tanaman semusim dapat digunakan plastik mulsa untuk mengurangi infiltrasi dan dengan saluran pembuangan air. 4. Mengadakan penyuluhan mitigasi tanah longsor.

Berdasarkan hasil analisis potensi dan kerentanan biofisik, sosial, ekonomi dan kelembagaan serta usulan kegiatan pada setiap unit lahan, pada dusun dan desa tertentu dilakukan sosialisasi dan diskusi dengan pemilik dan penggarap lahan, perangkat desa, kecamatan, penyuluh dan istansi terkait untuk merancang pengelolaan lahan di DAS Mikro Tulis sesuai dengan prioritas penanganan, analisis ilmiah, masukan dan persetujuan dari anggota masyarakat untuk tujuan pembelajaran penyusunan perencanaan pengelolaan DAS Mikro partisipatif.

d. Penerapan konservasi tanah dan air pada lahan-lahan sesuai kerentanannya.

Teknik konservasi tanah yang dubangun di lokasi prioritas yakni yang kekritisannya tinggi, mudah dilihat masyarakat sehingga nantinya dapat dignakan sebagai show window. Demikian juga perlu disepakati teknik konservasi tanah yang dipilih atas dasar hasil diskusi, dengan persetujuan pemilik lahan, berapa luas yang akan dibangun, kapan mulai dibangun disesuaikan dengan musim tanam petani, siapa saja yang turut serta membangun sehingga dapat dijadikan transfer teknologi, biaya apa saja yang disepakati dari proyek penelitian dan dari petani.

Rancangan contoh konservasi tanah yakni dilakukan perbaikan konservasi tanah dengan pembuatan teras miring ke dalam, menanam menyabuk gunung, dan pembuatan SPA. Model ini pernah dilakukan di DAS Mikro Pronggo, Pacitan dan dapat meningkatkan

(21)

8 produksi jagung sebesar 1,8 x (Purwanto, dkk, 2009). Perlakuannya yakni dilakukan perbaikan atau tidak dilakukan perbaikan konservasi tanah. Setiap perlakukan menggunakan lahan seluas 2.000 m2 sehingga akan menmgguanakan lahan 2 ha.

e. Pengumpulan data dasar untuk monitoring dan evaluasi pengelolaan DAS mikro ke depan. Parameter monitoring dan evaluasi meliputi kuantitas dan kualitas air, produktivitas lahan, berapa masyarakat yang berubah pemikiran, sikap, dan peningkatan adopsi teknologi konservasi tanah yang di terapkan. Pengukuran parameter hidrologi dilakukan pada setiap kejadian hujan, produktivitas lahan dilakukan pada saat panen dan perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku dilakukan pada akhir tahun namun perlu dilakukan analisis awal sebagai data dasar.

f. Analisa Data

1. Untuk menentukan kerentanan biofisik, sosisal, ekonomi, dan kelembagaan dianalisis dengan menggunakan Sidik cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto, 2006) pada lampiran 1.

2. Untuk pengembangan kelembagaan datanya dianalisis dengan metode kualitatif (Azwar. 2000, Hutapea dan Suwondo, 1989 dan Moleong, 1999).

3. Data produktivitas lahan, kualitas dan kuantitas air limpasan dibandingkan antara perlakuan dan bukan perlakuan.

4. Data perubahan pemikiran, sikap, dan perilaku atau peningkatan adopsi teknologi dilakukan perbandingan sebelum dan sesudah turut serta dalam penelitian ini.

B. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang

(22)

9 Gambar 2. Mekanisme Pemanfaatan Hasil Litbang

DAS Mikro Lestari

Hasi Penelitian

Peta Potensi dan Kerentanan: Kekritisan Lahan, Tanah Longsor, Kekringan, dan Rawan

Banjir

Plot Konservasi Tanah dan DAS Mikro

Model Desa Binaan: Konservasi

Lahan Sayur

Pelatihan Analisa Kerentanan, GIS dan

Perencanaan Pengelolaan DAS Mikro

(Staf Bappeda dan Dinas terkait)

Pembangunan Plot Contoh Konservasi Tanah dan Air di Lahan Sayur (Petani

Penggarap Lahan) Pembinaan. Pemberdayaan dan Partisipasi Riset (Masyarakat Desa Binaan)

Instansi Terkait Mampu Menyusun Rencana Pengelolaan DAS Mikro

DAS

Peningkatan Produksi , Pengurangan tingkat Erosi dan Sedimentasi

Kesadaran Masyarakat Dalam

Konservasi Tanah dan Air

(23)

10 III. PRODUK TARGET YANG INGIN DICAPAI

A. Produk Target: 9.03. (Pembangunan yang berwawasan lingkungan)

B. Topik: 9.03.05. (Kajian tentang kebijakan dan dan aktivitas institusi yang bersifat detrimental/merusak lingkungan dan kelestarian alam.

C. Teknologi yang ingin dicapai:

1. Peta kerawanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, dan daerah rawan banjir, sosial, ekonomi, dan kelembagaan sangat diperlukan oleh pemerintah daerah dan masyarakat dalam memilih teknologi pengelolaan lahan dalam satuan mikro DAS. Peta-peta tersebut dalam bentuk jpg dengan skala 1 : 25.000.

2. Plot penelitian konservasi tanah dan air di lahan sayur/kentang, dengan penanaman kontur (nyabuk gunung), teras miring ke dalam, SPA, drop structure, penggunaan pupuk kandang yang telah mengalami pengomposan, dan penanaman strawbery yang ditanam pada bibir teras.

3. Dibangun kelembagaan desa dalam pengelolaan lahan sesuai kaidah konservasi tanah dan air. Untuk pengembangan kelembagaan akan dibangun satu desa binaan di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

4. Hasil penelitian dalam bentuk makalah untuk jurnal maupun prosiding akan menyumbang ilmu pengetahuan dalam pengelolaan DAS mikro dan konservasi tanah di lahan sayur/kentang.

Penelitian tentang konservasi tanah di Kawasan Dieng sudah banyak dilakukan tetapi yang didasarkan pada satuan DAS mikro dan dengan menganalisis kerentanan kekritisan lahan, tanah longsor, kekeringan, pasokan air banjir dan rawan banjir belum dilakukan karena formula tersebut dihasilkan oleh kami (Paimin, Sukresno (Alm) dan Purwanto, 2006). Disamping itu penelitian ini dilakukan bersama masyarakat sehingga diharapkan ada transfer pengetahuan dan teknologi secara langsung antara peneliti dan masyarakat.

D. Bentuk Kegiatan Pemanfaatan Hasil Litbang

Cara penerapannya yakni melalui perencaan pengelolaan DAS Mikro yang dilakukan oleh Bappeda dan Instansi terkait. Rencana tersebut disosialisasikan ke seluruh stakeholders yang terkait pengelolaan DAS mikro. Selanjutnya, dilakukan penyuluhan, pembinaan, dan pemberdayaan masyarakat untuk membangun masyarakat konservasionis dalam pengelolaan lahan. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh masyarakat, petani kentang kawasan Dieng sehigga dapat meningkatkan pendapatannya, mengurangi erosi tanah,

(24)

11 sedimentasi di alur Sungai Serayu dan Waduk Mrica sehingga umur pakai waduk dapat diperpanjang.

(25)

12 IV.PERSONIL PELAKSANA KEGATAN RISET

Personil pelaksana kegiatan penelitian meliputi nama peneliti utama, peneliti, dan pembantu peneliti, pangkat/golongan dan jabatan, kepakaran, pendidikan dan kedudukan dalam tim disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Personil pelaksana penelitian kegiatan tahun 2012

No Nama/NIP Pangkat/Gol/

Jabatan Kepakaran

Pendidikan Tugas Tim 1. Ir. Purwanto, MSi

19610729 198903 1 002 Pembina Utama/IVc/ Peneliti Madya Ekonomi Sumberdaya S2 – Studi Pembangunan Ketua Tim Peneliti 2. Ir. Paimin, MSc. 080037171 Pembina Utama/IVc/ Peneliti Madya Hidrologi dan Konservasi Tanah S2 - Tanah Meneliti lahan dan teknik konservasi tanah 3. Dr. Evi Irawan 197309171999031003 Penata/IIIc/Calon Peneliti Ekonomi Sumberdaya S3- Ekonomi Sumberdaya Meneliti sosial kelembagaan 4. Drs. Ugro H M, MSi 19560818 198603 1 007 Penata Tk I/IIId/ Peneliti Madya Hidrologi Air Permukaan S2 - Hidrologi Meneliti hidrologi 5. S. Andy Cahyono, SP, MSi 197409052001121003 Penata/IIIc/ Peneliti Muda Ekonomi Kehutanan S2- Ekonomi Pertanian dan Sedang S3 Ekonomi Kehutanan (UGM) Meneliti ekonomi 6. Edi Sulasmiko 19810504 200003 I 001 Pengatur/IIc/Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan

Hidrologi S1 - Pertanian Pem Peneliti hidrologi 7. Siswo, 198305062001121001 Pengatur Tingkat I/IId/ Teknisi Litkayasa Penyelia

Sosek S1-Pertanian Pem Peneliti Sosial Ekonomi 8. Asep Hermawan

19780424 199903 1 003

Pengatur Tingkat I/IId/ Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan

Sosek SKMA Pem Peneliti

Sosial Ekonomi 9. Y. Gunawan 195610071981031005 Penata Muda/IIIa/Teknisi Litkayasa Pelaksana. Lanjutan Konservasi Tanah STM pertanian Pem Peneliti Lahan dan Konservasi tanah 10. Ragil Bambang WMP 197907011998031001 Pengatur/IIc/Teknisi Litkayasa pelaksana

GIS S1- Pertanian Pem Peneliti GIS

(26)

13 BAB V. JADWAL KEGIATAN

Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian tahun 2012 dengan uraian kegiatannya disajikan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Bulan Pelaksanaan Tahun 2012.

N o K e g i a t a n B u l a n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 Penyusunan proposal dan

RPTP 2 S t u d i l i t e r a t u r 3 K o n s u l t a s i / k o o r d i n a s i 4 O r i e n t a s i l a p a n g a n 5 I d e n t i f i k a s i s t a k e h o l d e r s 6 I d e n t i f i k a s i m a s a l a h 7 P r a s u r v e y – b i of i s ik s o s e k 9 P e m a s a n g a n a l a t 1 0 D e s k A n a l y s i s u n t u k m e n e n t u k a n p o t e n s i d a n k e r e n t a n a n 1 1 S u r v e y b i o f i s i k d e t i l 1 2 S u r v e y s o s e k l e m b a g a d e t i l 1 3 T e m u l a p a n g / D i s k u s i d e n g a n s t a k e h o l d e r s 1 4 . P e m b u a t a n R a n c a n g a n d e f i n i t i f 1 5 . I m p l e m n e t a s i r e n c a n a d a l a m b e n t u k p l o t c o n t o h 1 6 . P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t 1 7 . P e n g a m a t a n D a m p a k 1 8 . P e n y u s u n a n l a p o r a n 1 9 . P e l a p o r a n h a s i l

(27)

14 VI. PROFIL MITRA LEMBAGA

Profil mitra lembaga yang akan turut aktif dalam penelitian ini yakni: 1. Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opek Progo, Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial, Kementerian Kehutanan, 2. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, 3. Dinas Pertaninan Tanaman Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, 4. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, 5. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah, dan 6. Masyarakat Desa Dieng Wetan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo dan masyarakat Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.

(28)

15 VII. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Letak dan Luas

Sub DAS Tulis mencakup luas 19489,638 ha yang secara geografis terletak diantara 109 42’ 44” – 109 55’ 22” BT dan 7 10’ 43” – 7 26’ 39” LS, dan secara administratif berada di 4 (empat) kabupaten yakni Wonosobo (6578,76ha), Banjarnegara (12811,11ha), Batang (83,717ha). Dan Kebumen (16,051ha). Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Wonosobo yakni: Kejajar, Watumalang, dan Sukoharjo; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara yakni : Banjarnegara, Batur, Madukara, Pagentan, Pejawaran dan Sigaluh; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Batang yakni: Bawang dan Rebang; Kecamatan yang masuk wilayah Kabupaten Kebumen yakni: Sedang. Dari kecamatan-kecamatan tersebut terdapat 84 Desa yang masuk wilayah DAS Mikro Tulis. Peta Sub DAS Tulis dengan batas wilayah kecamatan dan desa di dalamnya dapat dilihat pada Gambar 3.

(29)

16 Gambar 3. Desa-desa di Sub DAS Tulis

(30)

17 B. Geologi

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa batuan di bagian hulu DAS Mikro Tulis sebagian besar adalah batuan kuarter (Q) dengan umur batuan holosen dan pleistosen (Cahyono, 2002). Batuan tersebut antara lain: 1). endapan alluvial Qa/Qla, terdiri dari kerikil, pasir, lempung, endapan sungai dan rawa yang ditemukan di danau-danau kecil, 2). batuan Gn. Api Dieng (Qd): lava andesit kuarsa dan klastik gunung api, 3). endapan undak (Qt) yang terdiri dari pasir, lanau, tuf, konglomerat, dan breksi tufaan, dan 4). Anggota breksi Formasi Ligung (Qtlb): Breksi Gn. Api andesit, lava dan tuf.

Batuan di bagian tengah dan hilir DAS Mikro Tulis terdiri dari batuan tersier miosen dan pliosen yang terdiri dari: 1). Formasi rambatan (Tmr): serpih, napal, batuan pasir gampingan , mengandung foraminifera kecil, diendapkan dalam lingkungan laut terbuka; 2). Formasi Kalibiuk (Tpb): Napal dan batulempung, kaya molusca,diendapkan dalam lingkungan pasang surut,menjemari dengan formasi tapak; 3). Formasi halang (Tmph): Sedimen turbidit,terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat, napal, .lempung,foraminifera kecil, diendapkan pada zona batial, 4). Anggota batu gamping formasi tapak (Tptl): Batugamping terumbu dan koral, 5). Anggota Sigugur Formasi Rambatan (Tmrs): Batugamping terumbu, Foram besar, dan 6). Anggota Breksi Formasi Tapak (Tptb) : Breksi Gn Api dan Batuan Pasir tufaan.

(31)

18 Gambar 4. Jenis Batuan di DAS Mikro Tulis

(32)

19 C. Jenis Tanah

Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat tiga jenis tanah di DAS Mikro Tulis yakni di bagian hulu terdiri eutropepts dan dystrandepts sedangkan bagian hilir terdiri dari jenis tanah dystropepts. Dystrandepts merupakan great group dari sub ordo andepts dan ordo inceptisol. Menurut Foth (1994) ordo inceptisol merupakan tanah dengan horison pengubahan atau pemusatan yang berciri pedogenik tetapi tanpa akumulasi material yang mengalami pemindahan selain karbonat dan silika, biasanya lembab atau lembab selama 90 hari berturut-turut pada periode yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sub ordo andepts terdiri dari liat allophane dimana struktur longgar (BJ < 0,85), kadang mengandung zarah-zarah kaca volkan. Sebanyak 60% atau lebih dalam fraksi debu atau fraksi di atas debu, memiliki permeabilitas baik dan tidak memiliki epipedon plaggen (Haryadi, 2006) sedangkan menurut Foth (1994) merupakan tanah liat amorf atau debu vulkanik vitrik atau batu apung.

(33)

20 D. Curah Hujan

Karakteristik hujan di mikro DAS Tulis didekati dari stasiun terdekat yakni, Stasiun Vulkanologi Batur, Pejawaran, Tieng, Kejajar, Garung, dan Wanganaji. Periode pengamatan data tersebut bervareasi dari 2001 tahun s/d 2011. Data yang telah dianalisis untuk kebutuhan karakterisasi DAS seperti pada Tabel 4. Dari stasiun-stasiun tersebut, curah hujan tahunan rata-rata dan bulan kering (hujan < 100 mm/bulan): St. Vulkanologi, 2.226,8 mm, Qs = 7 bulan; St. Pejawaran, 2.584,55 mm, Qs = 4,18 bulan; St. Tieng 2.706,45 mm, 3 bulan, St. Kejajar 2.531 mm, Qs = 3,5 bulan; St. Garung 3.533 mm, Qs = 3,27 bulan, St. Wanganaji 4.256,18 mm, Qs = 3,36 bulan. Hujan 3 (tiga) hari berturut-turut di St. Vulkanologi 171,4 mm (7 s/d 9 Januari 2012), St. Pejawaran 268 mm (5 s/d 7 Februari 2001), mm, St. Tieng 174,9 mm (19 s/d 21 Januari 2010), St. Kejajar 229 mm (4 s/d 6 Januari 2003), St. Garung 247 mm (18 s/d 20 Desember 2011), St. Wanganaji 337 mm (18 s/d 20 Oktober 2000).

Tabel 4. Data Curah Hujan Maksimum-Minimum Di DAS Mikro Tulis

Tahun

St. Vulkanologi

St.

Pajawaran St. Tieng St. Kejajar St. Garung

St. Wanganaji Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min Maks Min

2001 - - 808 10 - - - - 656 100 774 9 2002 - - 447 7 - - 672 7 650 4 669 3 2003 - - 529 4 - - 668 27 753 26 712 9 2004 - - 512 8 - - - - 703 1 688 7 2005 - - 267 14 - - - - 716 56 1260 44 2006 - - 280 2 - - - - 453 17 845 5 2007 - - 638 3 - - - - 719 25 855 3 2008 - - 535 108 - - - - 634 5 740 4 2009 - - 701 46 - - - - 690 2 853 8 2010 - - 550 161 398,4 61,5 - - 648 93 944 236 2011 440,9 16,5 730 50 564 4 - - 797 14 78 8

E. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan

Berdasarkan analisis lereng, wilayah di DAS Mikro Tulis yang memiliki kelerengan 0 - 8 % (5406,048 ha), 8 – 15% (6119,294 ha), 15 – 25% (5495,968 ha), 25 – 40% (2423,123 ha), dan > 40% (45,205 ha) (Gambar 6). Di sisi lain, penggunaan lahan di DAS Mikro Tulis didominasi oleh kebun campuran (4.948,685 ha), hutan produksi terbatas (2.707,511 ha), belukar

(34)

21 (2.079,863 ha), sawah tadah hujan (1.660,441 ha), pemukiman (1.124,503 ha), dan sisanya merupakan penggunaan lahan yang lain. Sayangnya pada lahan-lahan yang memiliki kelas lereng > 25% yang seharusnya ditanami vegetasi permanen masih digunakan untuk tegalan yang ditanami sayuran.

Gambar 6. Kelas Lereng dan Penggunaan Lahan di DAS Mikro Tulis Tabel 5. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Badan air 108,466

2 Belukar 2.079,863

3 Cagar alam 48,370

4 cagar budaya 39,974

5 hutan lindung 818,911

6 hutan produksi terbatas 2.707,511

7 hutan produksi 2,578

8 kebun campur 4.948,685

9 Pemukiman 1.124,503

10 Rumput 41,000

11 Sawah irigasi 451,180

12 sawah tadah hujan 1.660,441

13 Tegalan 6.268,046

(35)

22 F. Analisis Kerentanan Biofisik

1. Kerentanan Kekritisan Lahan

Berdasarkan analisis kerentanan lahan yang didasarkan pada metode Sidik Cepat Degradasi Sub DAS (Paimin, Sukresno, dan Purwanto; 2011, ed. Revisi) dapat dilihat pada Gambar 7 dan Tabel 6. Dari hasil analisis kerentanan kekritisan lahan, Gambar 7 dan Tabel 6 di Sub DAS Tulis terdapat lahan yang tidak rentan (1) 108,457 ha, sedikit rentan (2) 164,845 ha, agak rentan (3) 9.228,320 ha, rentan (4) 5.248,677 ha dan sangat rentan (5) 4.738,339 ha. Kondisi rentan dan sangat rentan seluas 10.208,016 ha sebaiknya segera ditangani. Luas lahan kritis di masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 6.

(36)

23 Gambar 7. Peta Kerentanan Lahan

(37)

24 Tabel 6. Tingkat Kerentanan Kekritisan Lahan pada Masing-masing Desa di Sub DAS Tulis

No Kabupaten Kecamatan Desa Luas Tingkat Kerentanan Kekritisan Lahan DAS Tulis 1 – 1,80 Tidak Rentan 1,81 – 2,60 Sedikit Rentan 2,61 - 3,40 Agak Rentan 3,41 – 4,20 Rentan 4,21 – 5,00 Sangat Rentan Jumlah

1 Banjarnegara Banjarnegara Cendana 0 0 515,502 71,241 6,157 592,9 2 Banjarnegara Banjarnegara Parakancanggah 0,123 0 5,972 7,052 0 13,147 3 Banjarnegara Banjarnegara Sukanandi 6,23 1,534 112,548 62,755 0 183,067 4 Banjarnegara Banjarnegara Sukayasa 0 15,353 66,715 40,259 0 122,327

5 Banjarnegara Banjarnegara Tlagawera 0 0 217,105 24,645 0 241,75

6 Banjarnegara Batur Bakal 0 33,164 159,723 260,825 102,376 556,088

7 Banjarnegara Batur Batur 0 0 8,478 0 0 8,478

8 Banjarnegara Batur Dieng Kulon 0,544 26,162 108,05 66,554 50,683 251,993 9 Banjarnegara Batur Karangtengah 17,855 0 44,495 90,871 254,542 407,763 10 Banjarnegara Batur Kepakisan 0,05 23,034 132,426 149,451 90,961 395,922

11 Banjarnegara Batur Pasurenan 0 0 112,652 84,832 86,452 283,936

12 Banjarnegara Batur Pekasiran 0 0,936 142,095 239,611 106,446 489,088 13 Banjarnegara Batur Sumberejo 5,166 0 75,524 329,07 109,794 519,554

14 Banjarnegara Madukara Bantarwaru 3,797 0 22,992 3,592 0 30,381

15 Banjarnegara Madukara Clapar 0 0 204,616 32,973 0 237,589

16 Banjarnegara Madukara Dawuhan 2,497 0 136,955 43,446 0 182,898

17 Banjarnegara Madukara Gununggiana 0 0 31,932 1,42 0 33,352

18 Banjarnegara Madukara Karangannyar 0 0 33,032 0,032 0 33,064

19 Banjarnegara Madukara Kotayasa Lor 8,991 0 121,385 20,499 0 150,875 20 Banjarnegara Madukara Limbangan 7,791 0,007 197,352 33,196 0 238,346

21 Banjarnegara Madukara Madukara 0 0 69,256 45,893 0 115,149

22 Banjarnegara Madukara Pagelak 5,258 0 161,789 23,448 0 190,495

23 Banjarnegara Madukara Pekauman 0 0 98,21 26,753 0 124,963

24 Banjarnegara Madukara Penawangan 0 0 36,29 20,799 0 57,089

25 Banjarnegara Madukara Talunamba 0 0,547 363,947 43,926 0 408,42

26 Banjarnegara Pagentan Aribaya 0 0 37,808 101,002 0 138,81

27 Banjarnegara Pagentan Gumingsir 0 0 0,087 16,312 0 16,399

28 Banjarnegara Pagentan Kalitlaga 0 0 0 15,728 0 15,728

29 Banjarnegara Pagentan Karangnangka 0 0 125,439 151,898 0 277,337 30 Banjarnegara Pagentan Kasmaran 0 0 261,101 19,092 28,333 308,526 31 Banjarnegara Pagentan Kayuares 0 0 104,071 114,389 20,145 238,605 32 Banjarnegara Pagentan Larangan 2,935 0 103,753 163,539 0 270,227 33 Banjarnegara Pagentan Majasari 0 0 123,121 232,128 380,273 735,522 35 Banjarnegara Pagentan Pagentan 0 0 78,564 183,028 21,087 282,679 36 Banjarnegara Pagentan Plumbungan 0 0 22,148 4,446 23,221 49,815 37 Banjarnegara Pagentan Sokaraja 0 0 54,407 194,199 0,662 249,268 38 Banjarnegara Pagentan Tegaljeruk 0 0 0,265 10,55 248,622 259,437

39 Banjarnegara Pejawaran Beji 0 0 0 26,497 527,131 553,628

40 Banjarnegara Pejawaran Condongcampur 0 0,051 18,777 157,732 128,01 304,57 41 Banjarnegara Pejawaran Gembol 0 4,073 19,483 184,129 180,263 387,948

42 Banjarnegara Pejawaran Pejawaran 0 0 0 6,088 100,403 106,491

(38)

25

44 Banjarnegara Pejawaran Semangkung 0 0 15,807 12,533 303,064 331,404

45 Banjarnegara Pejawaran Sidengok 0 0 0 0,043 1,535 1,578

46 Banjarnegara Sigaluh Gembongan 5,773 0 169,791 38,534 0,003 214,101 47 Banjarnegara Sigaluh Kalibenda 4,331 3,509 74,816 24,792 0 107,448

48 Banjarnegara Sigaluh Karangmangu 0 0 90,995 22,077 0 113,072

49 Banjarnegara Sigaluh Kemiri 0 0 191,218 22,69 3,661 217,569

50 Banjarnegara Sigaluh Prigi 0,862 0 151,5 22,479 1,339 176,18

51 Banjarnegara Sigaluh Pringamba 0 0 609,138 8,437 3,359 620,934

52 Banjarnegara Sigaluh Sigaluh 4,335 0 38,965 4,396 0 47,696

53 Banjarnegara Sigaluh Singometro 7,59 0 293,233 33,56 0,753 335,136

54 Banjarnegara Sigaluh Wanacipta 0 0 40,574 8,408 0 48,982

55 Batang Bawang Pranten 0 0 0,016 0 0,946 0,962

56 Batang Reban Mojo Tengah 0 0 44,892 0,245 0 45,137

57 Batang Reban Pacet 0 1,261 25,85 5,205 5,302 37,618

58 Kebumen Sadang Kedunggong 0 0 16,051 0 0 16,051

59 Wonosobo Kejajar Campur Sari 0 0 800,9 79,868 146,53 1027,298

60 Wonosobo Kejajar Dieng 1,044 28,752 60,264 64,703 21,564 176,327

61 Wonosobo Kejajar Jojogan 0 0 14,574 3,111 32,859 50,544

62 Wonosobo Kejajar Parikesit 0 0 2,978 0,031 0 3,009

63 Wonosobo Kejajar Sembungan 0 0 1,128 3,431 12,686 17,245

64 Wonosobo Kejajar Sikunang 0 26,462 181,825 98,743 143,985 451,015

65 Wonosobo Sukoharjo Garung Lor 0 0 239,246 47,696 0 286,942

66 Wonosobo Sukoharjo Gumiwang 0 0 277,294 12,373 0,132 289,799

67 Wonosobo Sukoharjo Gunungtugel 0 0 69,899 0,105 0 70,004

68 Wonosobo Sukoharjo

Jebeng

Plampitan 0 0 127,499 148,571 0 276,07

69 Wonosobo Sukoharjo Kalibening 0 0 174,338 140,636 0 314,974

70 Wonosobo Sukoharjo Karanganyar 2,866 0 50,925 11,687 0 65,478

71 Wonosobo Sukoharjo Plondongan 1,711 0 203,046 21,091 0 225,848

72 Wonosobo Sukoharjo Pulus 0 0 33,269 1,111 0 34,38

73 Wonosobo Sukoharjo Rogojati 0,686 0 140,792 74,925 0 216,403

74 Wonosobo Sukoharjo Sempol 11,901 0 151,896 16,142 0 179,939

75 Wonosobo Sukoharjo Soroyudan 6,121 0 407,333 121,217 0 534,671

76 Wonosobo Sukoharjo Sukoharjo 0 0 127,407 14,18 0,163 141,75

77 Wonosobo Watumalang Banyukembar 0 0 0 43,903 24,052 67,955

78 Wonosobo Watumalang Binangun 0 0 39,766 33,355 266,91 340,031

79 Wonosobo Watumalang

Gumawang

Kidul 0 0 0,649 94,405 40,88 135,934

80 Wonosobo Watumalang Kalidesel 0 0 11,734 11,816 421,96 445,51

81 Wonosobo Watumalang Mutisari 0 0 10,563 8,367 162,235 181,165

82 Wonosobo Watumalang Pasuruhan 0 0 67,517 75,603 81,34 224,46

83 Wonosobo Watumalang Watumalang 0 0 8,828 270,417 33,713 312,958 84 Wonosobo Watumalang Wonosroyo 0 0 107,135 297,296 104,62 509,051

108,457 164,845 9228,32 5248,677 4739,339 19489,638

(39)

26 Berdasarkan hasil analisis kerentanan banjir, daerah yang rawan kebanjiran di Sub DAS Tulis yakni di daerah hulu (Gambar 8) disusul bagian hilir dan tengah. Di bagian hulu terutama di plateu Dieng, pada dasarnya merupakan daerah yang rawan kebanjiran. Hal ini sesuai dengan laporan masyarakat bahwa di daerah tersebut sering terjadi banjir pada musim penghujan. Masyarakat beranggapan bahwa banjir di daerah tersebut karena adanya penyumbatan akibat pembangunan jembatan oleh PT. Dipo Dieng di outlet plateu. Padahal sebenarnya daerah tersebut memang rawan terhadap banjir karena dulunya merupakan kawah gunung.

(40)

27 Gambar 8. Peta Daerah Rawan Kebanjiran Sub DAS Tulis

(41)

28 Hasil analisis dengan menggunakan formulasi Paimin, dkk. (2010), peta DEM, geologi, dan tanah dan data curah hujan 3 hari berturut-turut diperoleh peta kerawanan tanah longsor di Sub DAS Tulis yang disajikan pada Gambar 9. Berdasarkan Gambar 9 tersebut, terdapat lokasi rawan longsor yang tersebar hampir di seluruh Sub DAS Tulis namun luas setiap lokasi relatif sempit.

(42)

29 Gambar 9. Peta Kerawanan Tanah Longsor di Sub DAS Tulis

(43)

30 G. Kerentanan Sosial, Ekonomi, dan Kelembagaan

Dinamika permasalahan sosial, ekonomi dan kelembagaan sangat komplek dan berkembang cepat, sehingga untuk menyusun karakteristik Sub Das Tulis dipilah atas kriteria sosial, ekonomi dan kelembagaan. Kriteria sosial terdiri dari parameter kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, perilaku atau tingkah laku konservasi, hukum adat terkait konservasi, dan nilai tradisional berkaitan konservasi yang ada di masyarakat. Kriteria ekonomi meliputi parameter ketergantungan penduduk terhadap lahan, tingkat pendapatan dan kegiatan dasar wilayah. Adapun criteria kelembagaan meliputi parameter keberdayaan kelembagaan informal dan formal pada konservasi yang ada di masyarakat. Hasil analisis kerentanan dan potensi sosial ekonomi kelembagaan di sub DAS Tulis sebagai berikut:

a. Kerentanan Sosial

Parameter kerentanan sosial dalam Formulasi Sidik Cepat Degradasi Sub DAS adalah kepadatan penduduk geografis, kepadatan penduduk agraris, prilaku konservasi tanah, hukum adat, dan nilai tradisional.

1). Kepadatan penduduk geografis

Jumlah penduduk Sub DAS Tulis sebesar 194.711 jiwa yang terdiri dari 98.509 laki-laki dan 96.202 perempuan. Rata-rata setiap desa memiliki 1.247 laki-laki dan 1.218 perempuan. Kepadatan agraris Sub DAS Tulis mencapai 740 orang/km2 dan secara rinci untuk setiap desa disajikan pada Tabel 7 Kepadatan penduduk geografis di sub DAS Tulis sebagian besar (93,67%) tergolong padat dengan kepadatan lebih dari 400 jiwa/km2. Hanya satu desa yaitu Desa Mutisari yang memiliki kepadatan penduduk rendah (241 jiwa/km2).

Tabel 7. Nama Desa, Kecamatan, Kabupaten, Luas wilayah, Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Kepadatan Penduduk Geografis di Sub DAS Tulis

No Desa Kecamatan Luas Pria Wanita Jumlah Kepadatan Kategori Skor

(Ha) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (jiwa/km2)

I. Kabupaten Banjarnegara

1 Cendana Banjarnegara 367.086 1511 1604 3115 849 Tinggi 5 2 Tlagawera Banjarnegara 356.379 1401 1338 2739 769 Tinggi 5 3 Sokayasa Banjarnegara 182.005 1307 1279 2586 1421 Tinggi 5 4 Sokanandi Banjarnegara 215.735 2668 2610 5278 2447 Tinggi 5

(44)

31

6 Sumberejo Batur 792.932 2846 2729 5575 703 Tinggi 5

7 Pekasiran Batur 719.217 2535 2570 5105 710 Tinggi 5

8 Kepakisan Batur 526.882 1405 1427 2832 538 Tinggi 5

9

Karang

tengah Batur 488.811 2307 2381 4688 959 Tinggi 5

10 Dieng kulon Batur 337.846 1722 1567 3289 974 Tinggi 5

11 Bakal Batur 484.850 1961 1940 3901 805 Tinggi 5

12 Pasurenan Batur 154.420 1402 1354 2756 1785 Tinggi 5 13 Karanganyar Madukara 164.948 502 495 997 604 Tinggi 5

14 Clapar Madukara 354.354 1086 947 2033 574 Tinggi 5

15 Gununggiana Madukara 366.308 1193 1106 2299 628 Tinggi 5 16 Talunamba Madukara 263.564 1027 1066 2093 794 Tinggi 5 17 Penawangan Madukara 183.336 532 484 1016 554 Tinggi 5 18 Kutayasa Madukara 128.652 817 810 1627 1265 Tinggi 5 19 Bantarwaru Madukara 229.968 1562 1553 3115 1355 Tinggi 5 20 Dawuhan Madukara 317.100 1466 1485 2951 931 Tinggi 5

21 Pagelak Madukara 161.202 922 907 1829 1135 Tinggi 5

22 Pekauman Madukara 184.746 794 822 1616 875 Tinggi 5

23 Madukara Madukara 247.748 1248 1307 2555 1031 Tinggi 5

24 Larangan Pagentan 231.990 960 929 1889 814 Tinggi 5

25 Tegaljeruk Pagentan 232.000 878 899 1777 766 Tinggi 5 26 Kasmaran Pagentan 225.000 1006 988 1994 886 Tinggi 5 27 Majasari Pagentan 410.990 1419 1398 2817 685 Tinggi 5 28 Plumbungan Pagentan 312.010 1170 1107 2277 730 Tinggi 5 29 Pagentan Pagentan 370.000 2277 2260 4537 1226 Tinggi 5 30 Kalitlaga Pagentan 189.000 1015 1139 2154 1140 Tinggi 5

31 Kayuares Pagentan 203.000 895 861 1756 865 Tinggi 5

32 Gumingsir Pagentan 358.000 1167 1076 2243 627 Tinggi 5 33 Sokaraja Pagentan 216.980 1097 1117 2214 1020 Tinggi 5

34 Metawana Pagentan 224.010 952 884 1836 820 Tinggi 5

35

Karang

Nangka Pagentan 253.000 942 853 1795 709 Tinggi 5

36 Aribaya Pagentan 301.000 951 968 1919 638 Tinggi 5

37 Gembol Pejawaran 229.101 1511 1452 2963 1293 Tinggi 5 38

Condong

Campur Pejawaran 343.035 1428 1335 2763 805 Tinggi 5

39 Beji Pejawaran 210.916 577 567 1144 542 Tinggi 5

40 Semangkung Pejawaran 225.485 782 788 1570 696 Tinggi 5 41 Sidengok Pejawaran 367.278 1493 1427 2920 795 Tinggi 5 42 Pegundungan Pejawaran 366.405 794 830 1624 443 Tinggi 5 43 Pejawaran Pejawaran 502.908 2164 2230 4394 874 Tinggi 5

(45)

32

45 Wanacipta Sigaluh 26.345 224 230 454 1723 Tinggi 5

46 Gembongan Sigaluh 288.900 1677 1593 3270 1132 Tinggi 5

47 Prigi Sigaluh 528.600 2122 2023 4145 784 Tinggi 5

48 Pringamba Sigaluh 406.000 801 783 1584 390 Sedang 3

49 Singomerto Sigaluh 199.272 1217 1209 2426 1217 Tinggi 5 50 Karangmangu Sigaluh 177.365 405 421 826 466 Tinggi 5

51 Kemiri Sigaluh 225.300 472 495 967 429 Tinggi 5

52 Kalibenda Sigaluh 101.738 1006 969 1975 1941 Tinggi 5 II Kabupaten Batang

53 Mojotengah Reban 833.000 1053 1085 2138 257 Sedang 3

54 Pacet Reban 226.000 706 638 1344 595 Tinggi 5

III Kabupaten Wonosobo

55 Dieng Kejajar 282.000 1010 1025 2035 722 Tinggi 5

56 Jojogan Kejajar 126.000 694 649 1343 1066 Tinggi 5

57 Parikesit Kejajar 209.000 1049 934 1983 949 Tinggi 5 58 Sikunang Kejajar 373.900 1082 1032 2114 565 Tinggi 5 59 Campursari Kejajar 521.000 1133 1128 2261 434 Tinggi 5 60

Jebeng

Plampitan Sukoharjo 301.500 757 699 1456 483 Tinggi 5 61 Kalibening Sukoharjo 371.670 1247 1181 2428 653 Tinggi 5

62 Pulus Sukoharjo 216.930 494 461 955 440 Tinggi 5

63 Garung lor Sukoharjo 398.480 1054 1006 2060 517 Tinggi 5 64 Soroyudan Sukoharjo 278.370 1031 977 2008 721 Tinggi 5 65

Gunung

Tugel Sukoharjo 429.230 837 830 1667 388 Sedang 3

66 Gumiwang Sukoharjo 275.010 577 532 1109 403 Tinggi 5 67 Plodongan Sukoharjo 267.150 779 703 1482 555 Tinggi 5 68 Sukoharjo Sukoharjo 405.150 1668 1598 3266 806 Tinggi 5 69 Rogojati Sukoharjo 302.610 948 852 1800 595 Tinggi 5

70 Sempol Sukoharjo 129.760 588 559 1147 884 Tinggi 5

71 Limbangan Watumalang 286.357 1215 1174 2389 834 Tinggi 5 72 Kalidesel Watumalang 583.450 890 784 1674 287 Sedang 3 73 Mutisari Watumalang 539.000 661 638 1299 241 Rendah 1 74 Binangun Watumalang 777.745 3253 3203 6456 830 Tinggi 5 75 Pasuruhan Watumalang 371.000 1301 1225 2526 681 Tinggi 5 76 Watumalang Watumalang 423.232 1186 1076 2262 534 Tinggi 5 77 Banyukembar Watumalang 457.300 1300 1330 2630 575 Tinggi 5 78 Wonosroyo Watumalang 433.575 1459 1411 2870 662 Tinggi 5 79

Gumawang

Kidul Watumalang 239.300 745 688 1433 599 Tinggi 5

(46)

33 2). Kepadatan penduduk agraris

Kepadatan penduduk agraris merupakan suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk pada suatu daerah dengan luas lahan pertanian yang tersedia. Kepadatan penduduk agraris ini dinyatakan dalam satuan orang/ha yang menunjukkan daya dukung lahan pertanian untuk menyediakan pangan bagi penduduk di suatu wilayah.

Hasil analisis terhadap desa-desa yang berada di Sub DAS Tulis menunjukkan kepadatan agraris rata-rata mencapai 96 orang per ha, dengan kepadatan tertinggi di Desa Kasmaran sebesar 409 orang/ha dan terendah di Desa Jebeng Plampitan sebesar 8 orang/ha. Sebagian besar (56,96%) desa memiliki kepadatan agraris lebih dari 40 orang/ha sehingga tergolong kepadatan tinggi. Sebanyak 22 desa (27,85%) memiliki kepadatan sedang dan sisanya sebesar 12 desa (15,19%) tergolong memiliki kepadatan agraris rendah. Secara keseluruhan Sub DAS Tulis. Kepadatan penduduk agraris mencapai 39 orang per ha dan dikategorikan sedang (Tabel 8).

Analisis menunjukkan bahwa daerah hulu memiliki kepadatan agraris lebih rendah apabila dibandingkan dengan daerah hilir das. Begitu pula daerah kota memiliki kepadatan penduduk agraris yang lebih padat dibandingkan dengan daerah pedesaan atau pinggiran.

Tabel 8. Nama Desa, Kecamatan, Kabuapten, Luas Lahan Pertanian, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Agraris dan Skor Kerentanannya

No Desa Kecamatan

Lahan

pertanian Jumlah

Kepadatan

agraris Kategori Skor

(Ha) (jiwa) (orang/Ha)

I. Kabupaten Banjarnegara

1 Cendana Banjarnegara 125.247 3115 24.87 Sedang 3 2 Tlagawera Banjarnegara 152.913 2739 17.91 Rendah 1 3 Sokayasa Banjarnegara 133.757 2586 19.33 Rendah 1 4 Sokanandi Banjarnegara 153.728 5278 34.33 Sedang 3

5 Batur Batur 67.49 10948 162.22 Tinggi 5

6 Sumberejo Batur 518.707 5575 10.75 Rendah 1

7 Pekasiran Batur 19.625 5105 260.13 Tinggi 5

8 Kepakisan Batur 19.672 2832 143.96 Tinggi 5

9 Karang tengah Batur 50.711 4688 92.45 Tinggi 5

10 Dieng kulon Batur 49.896 3289 65.92 Tinggi 5

11 Bakal Batur 59.175 3901 65.92 Tinggi 5

12 Pasurenan Batur 60.511 2756 45.55 Tinggi 5

Gambar

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian
Tabel 1. Rancangan Pengelolaan DAS Mikro Tulis
Tabel 2. Personil pelaksana penelitian kegiatan tahun 2012
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dan Bulan Pelaksanaan Tahun 2012.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum 2013 adalah Kurikulum yang melakukan penyederhanaan, tematik integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu

Keterampilan belajar yang telah diterapkan oleh mahasiswa jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan meliputi aktivitas belajar rutin untuk mencapai tujuan belajar,

Kemampuan pupuk hayati berbahan baku bakteri endofit ini dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman kentang yang meliputi parameter berat basah akar, berat kering

Fasilitas untuk pengelolaan sampah di Perumahan Y di Banyuwangi telah disediakan petugas sampah yang setiap harinya akan mengumpulkan sampah dari tiap rumah warga

Jata matur Shaich Supi : ya imam Ghazali! Nora idep amba yan pastia kadi punika : Sira pangeran tan andadeken iku, kewala si sang siptane kecap amba puniku kadi

Kemampuan berkomunikasi dan interaksi dengan pimpinan, pihak luar dan juga rekan bisnis merupakan peranan yang sangat penting bagi seorang sekretaris, dia juga harus

Pati si Kapitan Tiyago ay magiging excomulgado kung hindi niya sisirain ang kasunduan ng kasal nina Maria Clara at Ibara.. Ni hindi na maaaring kausapin ng binata si Maria

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis