• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAKNAAN SEMIOTIKA PADA KARYA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PEMAKNAAN SEMIOTIKA PADA KARYA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL NAWALA VISUAL Vol. 2 No 2 - Oktober 2020

p-ISSN 2684-9798 (Print), e-ISSN 2684-9801(Online) Available Online at :

https://jurnal.std-bali.ac.id/index.php/nawalavisual

ANALISIS PEMAKNAAN SEMIOTIKA

PADA KARYA IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

Sasih Gunalan, Hasbullah

1,2Universitas Bumigora, Mataram, Nusa Tenggara Barat-Indonesia

e-mail: sasih@univeritas bumigora.ac.id1, e-mail: [email protected]

INFORMASI ARTIKEL

A B S T R A C T

Received : September, 2020 Accepted : October, 2020 Publish online : October, 2020

The process of exploring meaning in design work has an important position in understanding every message that is conveyed through a work. The research method used starts from data collection and collecting research instruments including collecting data, reducing data, analyzing and drawing complete conclusions regarding various problems in the context of the study being carried out. This analysis uses the semiotic science approach developed by Rolan Barthes as a study of signs and omens. The study of meaning in this analysis focuses on the study of verbal language and visual language. Another achievement to be analyzed in this study is the first level meaning (denotation) and the second (connotation) layer of meaning. Semiotic study is the choice of analysis because the semiotic study method is still relevant to explore various social aspects as a design representation of the outside world, which is in direct contact with itself and its responses to the surrounding environment.

Key words : Keywords: Analysis, Meaning, Semiotics

A B S T R A K

Proses penelusuran makna dalam karya desain memiliki posisi penting, dalam memahami setiap pesan yang disampaikan melalui sebuah karya. Metode penelitian yang digunakan dimulai dari pengumpulan data dan menghimpun instrumen penelitian meliputi menghimpun data, mereduksi data, menganalisa hingga menarik kesimpulan yang utuh terkait berbagai permasalah dalam konteks kajian yang dilakukan. Analisis ini menggunakan pendekatan ilmu semiotika yang dikembangkan Rolan Barthes sebagai kajian tanda dan petanda. Kajian pemaknaan dalam analisis ini terfokus pada kajian bahasa verbal dan bahasa visual, terhadap tiga poster iklan layanan masyarakat yang berjudul “lindungi aku”, save the planet dan jangan memotong pohon . capaian lain yang ingin dianalisis dalam kajian ini ialah konsep pemaknaan pemaknaan tingkat pertama (denotasi) dan lapisan pemaknaan tingkat kedua (konotasi). Kajian semiotika menjadi pilihan analisis dikarenakan metode kajian semiotika masih relevan digunakan untuk menelusuri berbagai aspek sosial sebagai representasi pedesain terhadap dunia luar, salah satunya terhadap lingkungan sekitar.

(2)

PENDAHULUAN

Manusia sebagai makhluk sosial, dalam

aktivitas dan interaksi dengan sesama

menggunakan sebuah tanda dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Penyampaian pesan dalam bentuk tanda, memerlukan sarana dalam proses penyampaiannya, baik secara verbal maupun menggunakan element visual. Terciptanya tanda dalam bahasa rupa merupakan wujud lambang dari bahasa visual yang mengandung unsur-unsur visual yang dapat dilihat oleh indra dan memiliki makna serta relasi terhadap tanda-tanda yang dihadirkan.

Keberadaan sebuah karya desain dapat dimaknai sebagai representasi pedesain terhadap dunia luar yang bersentuhan langsung dengan dirinya maupun tanggapan-tanggapanya terhadap lingkungan sekitarnya. Daya sensitifitas setiap pedesain sebagai pencipta karya dalam merespon fenomena sosial menjadi menarik untuk ditelusuri untuk mencari makna terhadap karya-karya tersebut. Salah satu melalui media iklan. Iklan sebagai media persuasi memliki peranan penting dalam memberikan informasi kepada masyarakat melalui bahasa visual yang dihadirkanya.

Proses penelusuran makna dalam karya desain memiliki posisi penting, guna memahami setiap mesagge yang disampaikan melalui sebuah karya. Gagasan penelusuran makna dalam sebuah desain iklan dan poster dapat dilihat pada karya beberapa mahasiswa Desain Komunikasi Visual yang menjadi objek analisis dalam tulisan ini. Fokus kajian tema karya iklan layanan masyarakat dalam analisis ini ialah karya iklan layanan masyarakat dengan tema tentang konservasi alam atau penyelamatan lingkungan.

Sebagai alat kajian dalam analisis ini, penulis menggunakan pendekatan teoritis ilmu semiotik. Ilmu ini, berorientasi pada tanda-tanda visual yang dihadirkan dalam bahasa verbal yang berelasi dengan makna, baik makna sebenarnya (konotasi) maupun makna kiasan (denotasi) yang digunakan. Konsep pemaknaan denotasi dan konotasi merupakan konsep pemaknaan yang menekankan pada aspek kajian hermunitika (intrpretasi) antara apresian terhadap relasi tanda yang dimaksud. Fokus kajian dalam kajian ini ialah akan secara khusus menganalisis sistem tanda meliputi objek, sistem dan makna. Analisis semacam ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi pemahaman di lingkungan akademis akan pentingnya peran semiotika dalam bidang visual seni rupa dan desain.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini ialah peneliatian kualitatif dengan pendekatan semiotik. Analisis semiotik digunakan dalam upaya mengungkap makna kontekstual dari tekstual yang dihadirkan melalui bahasa visual. Dalam teori semiotika dikenal istilah interpetasi pada aspek kode semantik, sintagtik dan pragmatik.

Cakupan tiga tahap semiotika kemudian

dikembangkan sebagai tahap inti dalam

menemukan makna simbolik dengan istilah makna denotasi dan makna konotasi dari Roland Barthes. Sebagai kelengkapan kajian dalam penelitian ini, maka penulis melakukan beberapa tahap penting yang dimulai pada tahap :

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ialah suatu kegiatan yang meliputi pengamatan variabel yang akan diteliti dengan wawancara, observasi dan kusioner guna memperoleh informasi sebagai dokumen hasil penelitian [1]. Sedangkan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, antara lain :

a. Metode Observasi

Observasi adalah pengumpulan data secara langsung yang ditata secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena penelitian, [2]. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor dalam [3], mendefinisikan “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata - kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang dapat diamati”. Metode observasi ini dapat dilakukan dengan

wawancara secara langsung terhadap

narasumber tentang data - data yang dibutuhkan. Dalam hal ini peneliti harus menggali informasi (apa yang terjadi) dan

konteks (hal yang berkaitan dengan

sekitarnya).

b. Metode Wawancara

Menurut Moleong [3], bahwa

wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu, percakapan itu dapat dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu

pewawancara (interviuwer), yang

menggunakan pertanyaan dan yang

diwawancara (interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan itu.

c. Metode Dokumentasi

Dokumen terdiri atas tulisan pribadi seperti buku harian, surat - surat, dan

(3)

dokumen resmi [4]. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal, dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan [3]. Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen, juga sangat membantu dalam hal pengumpulan data yang lengkap, dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa foto iklan layanan masyarakat yang menjadi objek kajian.

d. Studi Literatur

Mencari dan mengumpulkan literatur yang berhubungan dengan ilmu semiotika, poster, logo guna relevansi sumber dalam rangka penafsiran/interpretasi karya. Selain literatur pokok tentang semiotika, penulis juga menggunakan pustaka pendukung seperti webtografi/internet.

2. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat dalam kajian ini. Instrumen penelitian yang digunakan sangat memegang peranan penting, karena hal ini akan menyangkut data - data yang kita olah ketahap berikutnya, sedangkan untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat penulis menggunakan beberapa instrumen yaitu Lembar Pengamatan dan panduan pertanyaan. Pada tahap analisa data, penulis melakukan bereberapa tahap seperti :

a. Menghimpun Data

Sebagai langkah awal untuk menganalisis data, penulis harus menghimpun data - data yang diperoleh, berupa dokumentasi gambar maupun catatan pengamatan selama proses pengumpulan data berlangsung.

b. Mereduksi Data

Mereduksi data dapat dilakukan dengan

jalan melakukan abstraksi. Abstraksi

merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan - pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya [3].

c. Menganalisa

Analisa data ialah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain [3].

d. Menarik Kesimpulan

Setelah penulis mengumpulkan data dan mengelompokkan serta menganalisa dan

menginterpretasi berdasarkan

permasalahanya, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan dari data yang diperoleh.

PEMBAHASAN

1. Semiotika dan tanda

Semiotika biasanya dimaknai sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of signs), pada dasarnya merupakan studi atas kode-kode, yaitu sistem apa pun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai sesuatu yang bermakna. Pengembangan gagasan dalam ilmu semiotika seiring waktu tetap berkembang, dari pemikir satu kepemikir yang lainya. Salah satunya ialah Charles S. Peirce. Bagi Charles S. Peirce, semiotika tidak lain dari nama sebuah logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda. Pandangan logika dalam ilmu semiotika seperti diungkapkan Pierce memiliki posisi penting. Karena melalui tanda-tanda yang ada, manusia diajak untuk berfikir dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh semesta. Bagi Pierce tanda-tanda berkaitan erat dengan objek-objek yang menyerupainya. Keberadaanya memiliki hubungan sebab akibat dengan tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Gagasan pemikiran Pierce dalam ilmu semiotik dikenal dengan sistem triadik Pirece yang terdiri dari: interpretan, representamen dan object [5].

Selain Peirce, dalam ilmu semiotika dikenal juga istilah semiologi yang dipopulerkan oleh Ferdinand de Sausure. Semiologi dimaknai sebagai suatu ilmu umum tentang tanda-tanda dalam masyarakat [6]. Ferdinand de Saussure mendefinisikan semiotika atau semiologi di dalam Course in General Linguistics, sebagai “Ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial.”

Dalam definisi tersebut terdapat sebuah relasi, bahwa tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial, tanda juga merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Ada sistem tanda (sign system) dan ada sistem sosial (social system), yang keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini Saussure berbicara mengenai konvensi sosial, yaitu pemilihan, pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan cara tertentu, sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial.

Pengembangan gagasan ilmu semiotika juga menjadi bagian pemikiran Roland Barthes. Ia mempunyai pandangan kedudukan linguistik sebagai bagian dari semiotik. Menurutnya, semiotik merupakan bagian dari linguistik karena tanda-tanda dalam bidang lain tersebut dapat dipandang

(4)

sebagai bahasa, yang mengungkapkan gagasan yang bermakna yang tersususn dari penanda-petanda.

Pandangan Barthes sistem pemaknaan terdiri dari dua pokok, yaitu makna denotasi dan makna konotasi. Denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasi dengan ketertutupan makna, sedangkan konotasi lebih dari itu. Terdapat sebuah keterkaitan dalam pandangan tiga pemikir tentang semiotik, yaitu bahwa ilmu semiotika mengkaji tentang tanda-tanda atau, lebih tepatnya relasi atas sebuah tanda. Yang menjadi titik fokus dari kajian semiotika bukan pada tanda semata, namun lebih

pada relasi tanda-tanda tersebut dengan

maknanya.

2. Sistem Makna Konotasi dan Metabahasa

Semiotika sebagai ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda, memandang bahasa visual sebagai pembangkit makna dalam pesan. Makna bukanlah konsep mutlak dan stastis yang bisa ditemukan dalam sebuah karya. Namun makna merupakan sebuah konsep yang bersifat arbitrer yang terdiri dari penanda dan petanda. Relasi penanda dan petanda dalam ilmu semiotika , dalam tataran bahasa (language) sistem semiologilapis pertama, penanda-penanda berhubungan dengan

petanda-petanda sedemikian rupa hingga

menghasilkan tanda.

Selanjutnya, didalam tataran mitos sistem semiologi lapis kedua, tanda-tanda pada tataran pertama tadi menjadi penanda-penanda yang berhubungan lagi dengan tanda dan petanda. Proses siginfikasi berlapis ini digambarkan melalui konseptual yang lebih familiar yaitu denotasi dan konotasi [7]. Lebih jauh lagi terhadap gagasan ini, Rolan Barthes membuat sekema seperti di bawah ini.

Tabel 1

Signifikasi sistem tanda dan petanda dalam pandangan Roland Barthes [Sumber : Buku Semiotika Visual]

Terkait kedalaman ilmu semiotika dalam pandangan Barthes, menerangkan bahwa proses

signifikasi berlapis dalam ilmu semiotika

digambarkan melalui perangkat konseptual yang lebih pemiliar, yakni denotasi dan konotasi. Pertama Barthes memebedakan lapis ekspresi (E)

dari lapis isi (C) yang dipinjam dari Hjelmslev, sebagai pengganti konsep-konsep penanda dan petanda yang digagas Sausure. Lapis ekspresi dan isi saling berelasi (R) sehingga menghasilkan signifikasi. Sistem pemaknaan tingkat pertama pada tataran ini pada gilirannya hanya akan menjadi sebuah unsur saja dari sistem tingkat kedua [5] atau dengan kata lain bahwa sistem denotasi memiliki muatan makna hanya sebatas penggambaran tanda dan petanda.

Denotasi merupakan pesan harfiah melalaui citra yang berfungsi untuk menaturalkan pesan simbolik. Sedangkan konotasi dapat dimaknai

sebagai pesan tanda atau simbol yang

keberadaanya didasarkan atas kode budaya tertentu. Kenyataan tersebut kerap dihubungkan dengan visual yang menghasilkan hal-hal terlihat dengan indera yang sebatas tekstual [7].

3. Analisis pemaknaan dalam karya Desain Komunikasi Visual

a. Lindungi Aku

Gambar. 1

Poster berjudul “LINDUNGILAH AKU MAKA AKU AKAN MELINDUNGIMU”

Karya Sapri Zohri

1) Elemen visual

Tanda Verbal, teks berbunyi

“LINDUNGILAH AKU MAKA AKU AKAN MELINDUNGIMU”. Tanda Visual, berupa pohon dengan daun yang rimbun. Pada bagian batang pohon terdapat bagian pegangan (gagang) payung, yang menyatu dengan batang pohon. Sebagai background, warna biru dengan gradasi warna putih yang menyiratkan hamparan langit yang luas. warna dapat menampilkan identitas atau citra yang ingin disampaikan[8].

(5)

2) Analisis makna denotasi dan Konotasi

Makna konotasi dalam poster iklan

layanan masyarakat dengan judul

“LINDUNGILAH AKU MAKA AKU AKAN MELINDUNGIMU” dapat dimulai dengan melihat susunan komposisi yang digunakan. Secara visual, sajian karya iklan layanan masyarakat ini sangat menarik, dengan komposisi simetris. Komposisi simetris atau berpusat mengesankan berimbang pada sisi kiri dan kanan. Pemilihan komposisi yang demikian akan menghadirkan kesan berpusat dan berfokus pada subject matter yang ingin disampaikan. Penggunaan background warna biru langit sebagai petanda sesuatu dengan hamparan yang luas.

Semiotika dalam iklan layanan masyarakat ini, dapat kita temukan pada pohon dengan warna hijau. Citra visual semacam ini dalam semiotika warna dapat dimaknai sebagai sebuah kondisi yang subur dan indah. Hal semacam ini dapat dimaknai sebagai sebuah kondisi ideal sebatang pohon untuk dapat melidungi segala mahluk yang bernaung di bawahnya. Relasi keterkaitan apresian dengan citra visual semacam ini, bahwa jika kita

melindungi dan menjaga tumbuh

kembangnya sebatang pohon, maka pohon tersebut juga akan memjaga kita. Hai ini

diperkuat dengan penggunaan teks

“LINDUNGILAH AKU, MAKA AKU AKAN MELINDUNGIMU”.

Tipografi “LINDUNGILAH AKU, MAKA AKU AKAN MELINDUNGIMU” menggunakan jenis huruf Calibri. Jenis huruf ini, merupakan jenis huruf semi formal yang mengesankan tegas namun santai dan fleksibel. Makna konotasi yang dapat dipetik dari citra visual karya ini ialah, susunan dan penggabungan dua objek yang memiliki kesamaan sifat dan kemiripan rupa (resemblance) antara pohon dengan gambar sebuah payung. Di dalam ikonisitas, hubungan representamen dan objeknya terwujud sebagai sebuah kesamaan dalam

beberapa kualitas. Tanda atau signal

ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi [9], yang dalam hal ini ialah penggabungan objek gagang payung dan sebuah pohon menjadi sebuah ikon payung.

Selain secara visual memiliki kemiripan bentuk, kontek nilai atau sifat dari beberapa

bagian objek tersebut juga memiliki

kesamaan. Seperti kedekatan sifat pohon dan payung sebagai tempat bernaung dan berteduh. Kekuatan pemaknaan terhadap

citra visual payung sebagai alat untuk melindungi diri dari terik matahari (berteduh) dan bentuk sebuah pohon yang dapat digunakan juga sebagai tempat berteduh, diperkuat lagi dengan menggunakan teks

“Lindungi Aku, maka aku akan

melindungimu”. Hal ini tentu dapat dimaknai bagaimana, adanya kesan imbalbalik terhadap sebuah peristiwa atau aktivitas.

Hubungan antara teks verbal dan citra visual yang dapat simak dari poster ini ialah bagaimana agar setiap manusia diharapkan menjaga kehidupan ekosistem hutan sebagai bagian dari kehidupan. Keterkaitan hubungan hutan dan manusia dipekuat melalui pesan verbal agar saling menjaga, dengan maksud jika kita menjaga kelestarian hutan maka kita juga akan dilindungi oleh hutan tersebut dari bencana alam kekeringan, tanah longsor dan banjir bandang.

b. Save The Planet

Gambar. 2

Poster berjudul “SAVE THE PLANET” Karya Hasrul Sani

1) Elemen visual

Tanda Verbal, teks berbunyi SKIP THE PLASTIC “ SAVE THE PLANET” AYO BANTU JAGA LAUT KITA DARI SAMPAH PLASTIK.

Tanda verbal Skip pada poster ini, mengacu pada usaha untuk melewatkan atau

membuang agar tidak sembarangan. Save

planet sebagai bahasa verbal kedua yang dipilih menjelaskan tujuan poster yaitu untuk menyelamatkan bumi. Penggunaan bilingual dalam kontek bahasa dalam karya poster ini, mengacu pada masyarakat global, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua.

(6)

Tipografi pada karya poster ini, menggunakan dua jenis yaitu. Arial, dan Comic Sans. Kedua jenis huruf ini memiliki karakter yang berbeda. Arial lebih terlihat tegas dan Comic Sans lebih cenderung santai dan fleksibel.

Tanda Visual berupa gunung, awan dan langit. Pada bagian depan terdapat hamparan laut yang tidak berwarna biru lagi. Sebagai tanda visual dari poster ini ialah adanya tumpukan sampah menyerupai gunung.

2) Analisis makna denotasi dan konotasi

Secara keseluruhan sajian visual pada poster iklan layanan masayarakat yang berjudul “SAVE THE PLANET” ini, sangat menarik dengan komposisi berpusat. Pada bagian belakang terdapat gunung dan awan. Pada bagian depan poster ini terdapat tanda vsiual berupa hamparan es yang mulai mencair. Diantara cairnya es yang menjadi lautan, berserakan beberapa sampah. Hal ini tentu menyiratkan kondisi yang tidak lagi sehat dan membahayakan. Warna biru yang cenderung kewarna ungu (cobalt blue), sebagai petanda tidak murninya lagi air laut yang ada. Warna gunungan salju yang tidak lagi putih bersih, mengindikasikan mulai tercemarnya gunung salju tersebut.

Semiotika warna, yang dapat kita temukan dalam iklan layanan masyarakat ini ialah pada warna sampah yang menggunakan beberapa warna seperti, hitam, coklat, biru dan hijau sebagai sebuah tanda akan jenis sampah yang beragam di bumi ini yang begitu beragam. Secara keseluruhan dominasi warna dalam

iklan layanan masyarakat ini ialah

menggunakan warna cobalt blue yang dapat dimaknai sebagai kondisi warna biru yang sudah tidak lagi murni namun telah bercampur dengan berbagai polusi saah satunya, yaitu sampah.

Komposisi desain iklan layanan

masyarakat ini, menggunakan tiga layer. Pada layer pertama kita dapat melihat hamparan langit yang luas, layer kedua ialah gambar gunung sajlu dan icon gunungan sampah. Layer ketiga ialah hamparan salju yang mulai mencair dan pada beberapa bagian masih kita temukan bongkahan salju yang beum mencair.

Wacana sampah sebagai penyumbang terbesar global warming, menjadi isu kuat yang dapat kita temukan dalam iklan layanan masyarakat ini, tentang pemanasan global yang semakin parah oleh sampah dan polusi sehingga berdampak pada mencairnya salju di

kutub dan berubahnya struktur laut yang tak jarang juga mengakibatkan bencana alam.

Citra visual ini, menjadi sebuah

kekhwatiran akan kondisi bumi. “SAVE THE PLANET” adalah sebuah ajakan untuk kita sadar dan peduli dengan keadaan ini. Tataran makna konotasi sebagai makna kedua dalam ilmu semiotika dapat dilihat melalui ajakan AYO BANTU JAGA LAUT KITA DARI SAMPAH PLASTIK. Ajakan ini semacam pengingat bagi kita tentang kondisi bumi sebagai tempat segala ekosistem kehidupan beranak pinak dan berkembang, yang mulai terancam oleh

sampah. Menjaga kebersihan bumi

merupakan cara menyelamatkan bumi dari segala ancaman kepunahan, dari ancaman sampah. Budaya konsumsifisme manusia yang terus meningkat di era modern berjalan lurus dengan bagaimana sampah itu terus bertumbuh.

“SAVE THE PLANET” adalah sebuah semboyan yang mampu mengingatkan kita akan limbah sampah yang terus menggunung. Ketercemaran bumi dari sampah kini bukan hanya didarat, ketercemaran juga telah jauh menghawatirkan di ekosistem laut. Kenyataan semacam ini, menjadi landasan penciptaan

karya poster dengan tagline SAVE THE

PLANET.

Tumpukan sampah yang menggunung didaratan, dan hamparan sampah yang mengapung dilautan menjadi kenyataan yang

sangat menghawatirkan bagi

keberlangsungan bumi kita. Sampah yang menggunung dengan tumpukan melebihi sebuah gunung menjadi metafor bagaiman kondisi sampah dibumi telah mencapai fase yang membahayakan. Akibat polusi sampah yang ada, warna air laut yang biru telah keruh dan tercemar berbagai limbah sampah yang

berserakan. Hal demikian dipandang

semacam realitas yang ingin disampaikan pedesain untuk mengetuk hati setiap

penghuni bumi mengenai pentingnya

menjaga bumi dan isinya.

(7)

Gambar. 3

Poster berjudul “JANGAN MEMOTONG POHON” Karya Nia Inka Khairunisah

1) Elemen visual

Tanda verbal dalam iklan layanan masayarakat ini terbagi menjadi dua. Tanda verbal teks pertama terdapat di bagian atas sudut kiri dengan tulisan “Tidak bisa tumbuh lagi. Dimanapun hutan hujan ditebangi. Tanah tandus tetap ada. Tada verbal kedua, berupa teks yang terdapat di bagian bawah kiri degan tulisan “JANGAN MEMOTONG POHON”. Teks kedua ini merupakan teks utama sebagai judul. Dan teks kedua merupakan subjudul yang menjadi penjelas teks utama.

Tanda visual, berupa sebuah telapak tangan dengan ibu jari terpotong. Tanda visual lain, yang dapat kita temukan dalam karya ini ialah sebuah batang pohon dengan daun yang rimbun.

2) Analisis makna denotasi dan konotas

Sajian makna denotasi dalam poster iklan layanan masyarakat ini, dapat dimulai dengan melihat penataan komposisi. Penataan komposisi pada poster iklan layanan masyarakat dengan judul “ jangan memotong

pohon” ialah menggunakan komposisi

diagonal. Komposisi jenis ini, memiliki kekuatan dominasi dari objek-objeknya secara diagonal dari satu sudut dengan sudut lain, dengan kesan yang sangat dinamis. Teks jangan memotong pohon menggunakan huruf kapital sebagai judul karya. Sub judul menggunakan teks huruf kecil dengan tulisan “tidak bisa tumbuh lagi. Dimanapun hutan hujan ditebangi. Tanah tandus tetap ada”. Dominasi warna pada poster ini ialah

menggunakan warna putih sebagai latar belakang dengan objek telapak tangan dan sebuah batang pohon.

Semiotika warna dalam iklan layana masyarakat ini, dapat ditemukan tentang hijaunya pohon sebagai sebuah kondisi tumbuh subur dan asri. Kondisi semacam ini

menjadi kondisi ideal sebuah alam.

Penggunan warna putih sebagai background dapat dimaknai sebagai sesuatu yang suci. Relasi pemaknaan pada warna putih dalam poster dimaknai sebagai kondisi bersih dan bebas dari polusi dan sampah. Selain memiliki makna yang demikian, penggunaan warna putih dalam iklan layanan masyarakat ini, dapat membantu apresian dalam menyimak

point of interest dalam sebuah karya. Selain menyiratkan makna yang dapat diserap secara visual sebagai makna pertama. Dalam karya poster iklan layanan masyarakat ini juga terkandung makna kiasan, Konotasi. Makna konotasi merupkan makna yang tidak tersirat. Makna konotasi dalam karya poster ini, dapat ditelusuri mulai dari visual telapak tangan dengan salah satu jari terputus. Kemudian sebatang pohon tergeletak secara diagonal, seolah-olah menggantikan posisi salah satu jari yang terputus. Citra visual

semacam memiliki kesamaan sifat

(resemblance), tentang tangan dan pohon yag jika dibabat habis tidak bisa tumbuh. “Kecelakaan” memotong sebuah pohon memiliki kesamaan dengan “kecelakaan” memotong sebuah tangan. Dan itu akan melukai ekosistem sekitar. Secara sosial manusia menciptakan tanda maupun simbol yang dikomunikasi melalui berbagai macam media[10]. Melalui poster iklan layanan masyarakat ini, pedesain ingin membangun kesadaran kita akan pentingya ekosistem yang ada di sekitar kita. Dan memberi pesan bahwa memotong satu pohon ibarat melukai tubuh bumi.

KESIMPULAN

Semiotika sebagai ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda, memandang bahasa visual sebagai pembangkit makna dalam pesan. Makna bukanlah konsep mutlak dan stastis dalam sebuah karya. Sistem tanda dan makna merupakan sebuah nilai yang selalu melekat pada sebuah desain komunikasi visual. Seperti tanda visual yang selalu mengacu pada simbol-simbol yang dapat dilihat secara langsung dan tanda verbal berupa catatan visual yang disajikan melalui teks visual. kedua sistem tanda ini merupakan kesatuan utuh bagi apresian

(8)

dalam menemukan makna yang terdapat dalam sebuah karya desain komunikasi visual.

Tataran makna dalam karya desain komunikasi visual hadir dalam dua lapisan, yaitu lapisan pemaknaan tingkat pertama (denotasi) dan lapisan pemaknaan tingkat kedua (konotasi). Kajian semiotika sebagai sebuah metode masih relevan digunakan untuk menelusuri berbagai aspek sosial sebagai representasi pedesain terhadap dunia luar, yang bersentuhan langsung dengan dirinya maupun

tanggapan-tanggapanya terhadap lingkungan

sekitarnya. Pembacaan para desain terhadap dunia sekitar, dapat dilihat dalam karya desain yang mereka hasilkan. Baik dalam karya desain yang menyangkut isu sosial maupun isu tentang konservasi alam.

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Aktif. Jakarta: Rineka Cifta, 1993.

[2] M. Hariwijaya, Cara mudah menyusun

Proposal skripsi tesis dan Desertasi. Jakarta: Pararaton, 2008.

[3] L. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

[4] S. Nasution, Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 2003.

[5] K. Budiman, Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra, 2011.

[6] Kaelan M.S, Filsafat Bahasa Semiotika dan Hermeneutika. Yogyakarta: Penerbit Paradigma, 2009.

[7] R. Barthes, Element-Element Semiologi. Yogyakarta: Jalasutra, 2012.

[8] H. Hasbullah, H. Santosa, and I. W. Swandi, “Makna Desain Karakter ‘Si Meton’ Pada Maskot Pilkada Ntb Tahun 2018,”

ANDHARUPA J. Desain Komun. Vis. Multimed., vol. 6, no. 02, pp. 173–186, 2020, doi:

10.33633/andharupa.v6i02.3440.

[9] I. Artikel, “KAJIAN SEMIOTIKA PADA

VISUALISASI TOKOH ALL MIGHT DALAM MANGA,” vol. 1, no. 2, pp. 108–112, 2019.

[10] N. M. Yasa, “TANDA VERBAL PADA FILM

ANIMASI ‘El Empleo,’” J. Nawala Vis., vol. 2, no. 1, pp. 45–53, 2020, doi:

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar masyarakat di Kota Tebing Tinggi memaknai pesan yang terdapat pada setiap ILM tersebut, sesuai dengan apa yang disampaikan oleh tanda verbal dan

Pesan verba tulisan dalam kelompok a dan b merupakan kumpulan kata-kata yang menjadi karakteristik dari berita Hoax yang menjadi topik utama iklan. Pesan verbal tertulis

Terdapat dua buah komunikasi atau mitos politik di dalam Logo Nasional Demokrat, yang pertama yaitu mitos politik yang pertama adalah kata Restorasi Indonesia yang

Dari berbagai tanda yang digunakan dalam film Senyap ini muali dari Ikon, Indeks dan Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan seluruh rangkaian tanda yang memberikan

Karya desain komunikasi visual mempunyai tanda berbentuk verbal (bahasa) dan visual, serta merujuk bahwa teks desain komunikasi visual dan penyajian visualnya juga mengandung

Bahasa dalam ILM, selanjutnya disebut teks dikaji dalam penelitian ini dengan pendekatan deskriptif kualitatif dan dengan metode penelitian: penjaringan data (teknik unduh dan

Kesimpulan pada penelitian ini adalah kesimpulan yang didapat dari analisis data iklan layanan masyarakat BKKBN Versi “2 Anak Lebih Baik” di Televisi adalah

"ANALISIS SEMIOTIKA KOMUNIKASI ROLLAND BARTES DALAM FILM KUCUMBU TUBUH INDAHKU", Jurnal Sosial Humaniora dan Pendidikan, 2022 Publication jurnal.isbi.ac.id Internet Source