• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. semata Rencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis) Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. semata Rencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis) Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat- Nya semata Rencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis) Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta tahun 2019-2023 telah terselesaikan. Renstra Bisnis Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta tahun 2019-2023 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta dalam kurun waktu lima tahun mendatang. Dengan adanya Renstra Bisnis ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengelolaan organisasi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang ditetapkan, serta mampu mengantisipasi segala perubahan dalam upaya menuju Balai sebagai trend center pengujian dan kalibrasi sarana prasarana alat kesehatan yang transparan dan akuntabel sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Penyusunan Renstra Bisnis ini melibatkan seluruh Unit Kerja baik struktural maupun fungsional di lingkungan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta. Program dan kegiatan yang tertuang dalam Renstra Bisnis Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta tahun 2019-2023 ini dihasilkan dari rapat koordinasi penyusunan Renstra Bisnis dengan memperhatikan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan persyaratan administrasi pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), yang akan digunakan sebagai bahan pedoman atau acuan pelaksanaan untuk 5 (lima) tahun kedepan.

Dengan ditetapkannya Rencana Strategis Bisnis Ini saya mengajak semua unsur yang terkait untuk saling bersinergi dan berkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan bersama

(3)

3 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

sesuai Visi yang telah kita sepakati bersama yaitu “Menjadi Center Of Excellence Di bidang Pengamanan Fasilitas Kesehatan Di Indonesia”.

Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian Rencana Strategis Bisnis ini, semoga upaya kita senantiasa mendapat rahmat, hidayah dan ridho-Nya dalam mengemban tugas yang mulia ini.

Jakarta 2019 Kepala Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta

dr. J. Prastowo Nugroho, MHA Nip. 196306121989031003

(4)

4 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

(5)
(6)
(7)
(8)

8 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

SURAT KEPUTUSAN (SK) TIM BADAN LAYANAN UMUM (BLU) ... 4

DAFTAR ISI ... 8

RINGKASAN EKSKUTIF ... 10

BAB I ... 15

PENDAHULUAN ... 15

A. Latar Belakang ... 15

B. Maksud dan Tujuan ... 18

C. Dasar Hukum Penyusunan Renstra ... 19

D. Pola Pikir Penyusunan Renstra... 20

E. Tujuan dan Asas ... 22

F. Sistematika Penyajian ... 22

BAB II ... 24

GAMBARAN UMUM ORGANISASI ... 24

A. Sejarah Singkat BPFK Jakarta ... 24

B. Visi dan Misi BPFK Jakarta ... 25

C. Tugas Pokok dan Fungsi ... 25

D. Struktur Organisasi ... 26

BAB III ... 29

KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN ... 29

A. Gambaran Umum Kinerja BPFK Jakarta Tahun Berjalan. ... 29

B. Aspek Layanan ... 29

C. Aspek Keuangan ... 36

D. Aspek Sumber Daya Manusia ... 40

E. Aspek Sarana dan Prasarana ... 44

BAB IV ... 53

ANALISIS LINGKUNGAN ... 53

(9)

9 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

B. Analisis SWOT ... 54

C. Analisis Posisi Strategis ... 57

D. Analisis TOWS ... 62

E. Analisis Langkah Strategis ... 65

BAB V ... 67

RENCANA STRATEGIS BISNIS BALAI PENGAMANAN ... 67

FASILITAS KESEHATAN ... 67 A. Visi ... 67 B. Misi ... 67 C. Tujuan BLU ... 67 D. Sasaran ... 68 E. Kegiatan ... 74 BAB VI ... 81 PROYEKSI KEUANGAN ... 81

A. Asumsi Makro dan Mikro ... 81

B. Proyeksi Laporan Aktivitas ... 97

BAB VII ... 114

P E N U T U P ... 114

A. Perbandingan BLU dan Non BLU ... 114

B. Kesimpulan ... 114

(10)

10 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

RINGKASAN EKSKUTIF

Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah naungan Direktorat Jenderal pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan.

BPFK Jakarta telah mengalami perjalanan sejarah sejarah yang cukup panjang, BPFK dimulai Pada tahun 1975 dibawah naungan Direktorat Instalasi Kesehatan Dit.Jend.pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI atas bantuan Word Health Organisation (WHO) Pelayanan Monitoring Dosis Radiasi Perorangan mulai dilakukan yang pada saat itu bernama Film Badge Service.Pada tahun 1983/184 sudah adah 2 (dua) orang staf elektro medik, namun pelayanan kalibrasi alat kesehatan masih dilakukan di Direktorat Instalasi Medik, dan nama Film Bdage Service sudah berubah menjadi Balai Pemeliharaan Peralatan Proteksi Radiasi dan Kalibrasi (BP3K)yang sudah menjadi embrio dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.Tahun 1989/1990 BPF3K menempati gedung di Jl. Percetakan Negara 23A Jakarta Pusat, dengan jumlah pegawai dan peralatan yang semakin berkembang.Tahun 1993 BP3K dan berubah nama menjadi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan anggaran yang dikelola sendiri.

Pada tanggal 3 Agustus 2000 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1164/MENKES/SK/VIII/2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan Jakarta, pelayanan kalibrasi alat kesehatan mulai dilaksanakan.Menyesuaikan pengembangan organisasi terkait perubahan struktur organisasi penambahan seksi kemitraan dan bimbingan teknis maka pada tanggal 27 April 2007 Terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan. Pada tanggal 22 November 2011 terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan. Peraturan ini mengatur kedudukan BPFK yang semula dibawah Pusat Sarana Prasarana Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi dibawah Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.Terkait Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi alat kesehatan, maka pada tanggal 10 Oktober tahun 2016 diterbitkan izin operasional Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta nomor HK 02.03/I/3324/2016 oleh Direktorat

(11)

11 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Jenderal Pelayanan Kesehatan sampai saat ini Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memberikan pelayanan pengujian, kalibrasi,inspeksi dan proteksi radiasi terhadap peralatan dan sarana prasarana fasilitas kesehatan, sehingga peralatan dan sarana prasarana fasilitas kesehatan memenuhi kualitas dan standar keselamatan dan keamanan.

Dalam menyelenggarakan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsinya ditentukan oleh kebijakan yang mencerminkan kinerja pelayanan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan sebagai satuan kerja (SATKER) atau Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian kesehatan yang jasanya tidak secara langsung kepada masyarakat melainkan melalui layanan jasa kepada penyedia jasa fasilitas pelayanan kesehatan agar keselamatan, kenyamanan dan keamanan kepada pasien yang bermutu tinggi dapat dinikmati oleh masyarakat, maka pemberian pelayanan BPFK Jakarta harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan penyedia jasa fasilitas kesehatan baik kualitas jasanya maupun penyelenggaraannya.

Rencana Strategi Bisnis BPFK Jakarta

Analisis SWOT dimulai dengan me-review kembali VISI dan MISI BPFK yang ada saat ini, kemudian menuliskan tambahan elemen-elemen Visi dan Misi untuk mendefinisikan kembali Visi dan Misi BPFK yang baru, yang nantinya akan digunakan sebagai tujuan/sasaran akhir BPFK.

Adapun visi dari BPFK Jakarta yaitu menjadi Center Of Excellence di bidang Pengamanan Fasilitas Kesehatan Di Indonesia, sedangkan misi BPFK Jakarta meliputi:

1. Memberikan Pelayanan pengamanan fasilitas kesehatanmelaluhi pengujian,kalibrasi dan inspeksi yang akurat,terpecaya,komprehensive dengan teknologi terkini;

2. Memberikan bimbingan teknis dan peningkatan kompetensi personel di bidang pelayanan pengamanan fasilitas kesehatan;

3. Mewujudkan tata kelola balai yang transparan dan akuntabel.

Saat ini, dalam melaksanakan pelayanan jasa pengujian, kalibrasi, inspeksi sarana prasarana alat kesehatan mengacu kepada peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2013 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian kesehatan.Pendapatan PNBP dari hasil pelayanan jasa BPFK Jakarta berdasarkan permintaan pelanggan dimana aliran dana yang masuk (diterima) harus segera

(12)

12 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

diikuti dengan kewajiban melaksanakan pelayanan jasa sesuai dengan yang tertuang dalam surat perintah kerja. Biaya operasional petugas BPFK untuk melakukan pelayanan di fasilitas kesehatan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur tentang Standar Biaya Masukan, sehingga pendapatan yang diterima oleh BPFK Jakarta terbagi menjadi dua jenis yaitu PNBP atas jasa layanan dan pendapatan untuk biaya operasional petugas yang tidak tercatat sebagai PNBP yang disetorkan ke kas negara tetapi langsung digunakan oleh petugas yang ditugaskan memberikan pelayanan.

Dari aspek pengelolaan keuangan, BPFK Jakarta memiliki kendala fleksibiltas pengelolaan keuangan dalam hal ketika menerima pekerjaan dari pelanggan yang mendekati akhir tahun dimana pendapatan harus disetor terlebih dahulu ke kas negara baru kemudian dapat digunakan untuk membiayai penyelesaian pekerjaan melalui mekanisme PNBP. Selain itu, tarif PNBP yang diatur dalam PP dirasa kurang fleksibel dengan kondisi dan dinamika kebutuhan pelanggan di lapangan, sebagai contoh kalibrasi alat kesehatan saat ini BPFK Jakarta telah melakukan peayanan namun pola tarifnya belum ada

Dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum beserta peraturan turunannyamaka BPFK Jakarta menemukan jalan keluar atau solusi untuk meningkatkan pelayanan melaluisistem pengelolaan yang lebih sesuai dengan kondisi dan dinamika kebutuhan pelanggan akanpelayanan jasa pengujian kalibrasi, inspeksi sarana dan prasarana alat kesehatan.

Penyusunan Rencana Strategi Bisnis BPFK Jakarta dilakukan menggunakananalisa SWOT, dan diikuti dengan formulasi strategi menggunakan matrik TOWS. Analisis diawali dengan melakukan identifikasi faktor internal berupa kekuatan (Strengths)dan kelemahan (Weaknesses) dan faktor eksternal berupa peluang (Opportunities) danancaman (Threats). Masing-masing komponen dalam faktor-faktor tersebut dipilih hal-hal yangdinilai berpengaruh untuk keberlangsungan organisasi, kemudian faktor-faktor tersebut dinilaibobot dan peringkat pengaruhnya. Selanjutnya dipilih 7 hal yang mendapat nilai terbesar darimasing-masing faktor tersebut.

Penilaian tersebut menunjukkan bahwa BPFK Jakarta memiliki kekuatan :

1.

Kedudukan sebagai Instansi milik pemerintah memposisikan BPFK sebagai rujukan

nasional;

2.

BPFK Jakarta telah memperoleh akreditasi ISO 17025 dan 17020 dari KAN;

3.

SDM yang kompeten dan tersertifikasi;

(13)

13 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

4.

Memiliki program peningkatan mutu SDM;

5.

Memiliki tarif yang kompetitif;

6.

Memiliki peralatan yang memadai dalam segi jumlah jenis dan teknologi;

7.

Memiliki ruang lingkup akreditasi terbanyak dibanding institusi sejenis.

Peluang yang dimiliki oleh BPFK Jakarta yaitu:

1.

Besarnya kebutuhan pengujian/kalibrasi dan inspeksi SPA di seluruh wilayah

Indonesia;

2.

Meningkatnya kebutuhan konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu

dan aman;

3.

Bertambahnya jumlah Fasyankes yang mengajukan akreditasi;

4.

Adanya kewajiban pengujian, kalibrasi dan inspeksi SPA;

5.

Luasnya jejaring kerja dengan stakeholder dalam bidang pengujian/kalibrasi alkes.

Berdasarkan analisis SWOT dan formulasi strategi menggunakan matriks TOWS,

maka strategi yang akan dilakukan oleh BPFK Jakarta adalah sebagai berikut :

Strategi Korporat :

Berdasarkan Analissi Strategi SWOT, Strategi korporat adalah Growth Oriented Strategy

adalah situasi yang sangat menguntungkan, memiliki Peluang dan Kekuatan, sehingga bila digabungkan akan memberikan manfaat berlipat ganda. Strategi yang harus diterapkan adalah mendukung kebijakan yang ekspansif. Tujuan utama adalahmemanfaatkan kekuatan dan peluang untuk melakukan inovasi jasa pelayanan pengujian kalibrasi dan inspeksi sarana prasarana alat kesehatan sebagai proses bisnis utama BPFK Jakarta.

Strategi Fungsional :

1. Menerapkan sistem manajemen yang lebih efektif dan efisien dengan cara

a.

Penerapan dan Sertifikasi ISO 17025,ISO 17020 dan ISO 17043;

b.

Melakukan Audit Mutu internal dan ekternal secara berkala. Strategi Bisnis:

(14)

14 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

a.

Penambahan ruang lingkup layanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan;

b.

Penambahan ruang lingkup layanan kalibrasi alat ukur standar alat kesehatan;

c.

Penambahan ruang lingkup layanan inspeksi sarana prasarana fasilitas kesehatan;

d.

Training centre untuk pelatihan petugas pelaksana di lingkungan institusi pengujian

fasilitas kesehatan;

e.

Sebagai provider Uji profisiensi / Uji banding antar laboratorium sejenis. 2. Peningkatan volume layanan

a.

Pengujian kalibrasi alat kesehatan;

b.

Uji kesesuaian pesawat X-Ray;

c.

Inspeksi sarana prasarana fasilitas kesehatan;

d.

Pemantauan dosis perseorangan;

e.

Pelatihan pengujian kalibrasi inspeksi sarana prasana alat kesehatan;

f.

Uji profisiensi/Uji Banding.

3. Peningkatan jumlah SDM yang berkualifikasi

Program yang dapat menunjang kebijakan strategis peningkatan kompetensi dan jumlah SDM sesuai dengan beban pekerjaan, tugas pokok dan fungsi sehingga diperoleh jumlah dan kualifikasi SDM yang profesional

4. Mengoptimalkan kemandirian keuangan yang dilakukan melalui pengembangan unit bisnis yang ada di BPFK

5. Meningkatkan promosi dan mengembangkan pasar untuk implementasi hasil inovasi. Strategi Pengukuran Kinerja

Menerapkan manajemen kinerja menggunakan Balance Score Card (BSC) untukmenetapkan dan memantau pencapaian indikator kinerja utama (IKU).

(15)

15 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kependudukan lainnya seperti kemiskinan karena suatu negara tanpa penduduk yang sehat tidak akan mungkin dapat membangun negaranya sendiri. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk itu sendiri.Faktor - faktor yang membuat pelayanan kesehatan di Indonesia semakin memburuk, salah satu faktor yaitu minimnya sarana kesehatan dalam hal ini adalah pemenuhan standar sarana pelayanan kesehatan serta kualitas pelayanan kesehatan yaitu salahsatunya pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Sesuai dengan amanat undang – undang bahwa Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang.
Dan banyak hal yang mempengaruhi tidak terlaksananya pelaksanaan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan tidak berjalan optimal sehingga perlu dipikirkan strategi untuk mencapai hal tersebut.

Sesuai dengan program pemerintah Nawacita nomor 5, maka pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan kualitas hidup manusia Indonesia dapat terwujud. Dalam mendukung program tersebut Kementerian Kesehatan memiliki sasaran strategis tahun 2015-2019, salah satunya meningkatkan akses dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan. Peran BPFK dalam peningkatan kualitas/mutu pelayanan kesehatan melakukan pengamanan fasilitas pelayanan kesehatanmeliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi dilingkungan pemerintah maupun swasta.

Kementerian kesehatan saat ini telah menetapkan BPFK Jakarta, BPFK Medan, BPFK Surabaya, BPFK Makassar dan LPFK Surakarta serta Banjarbaru serta 52 institusi penguji dari swasta dan daerah.

Dalam hal keselamatan pasien, pemenuhan terhadap standar keselamatan yang tinggi bukan merupakan pilihan, namun adalah keharusan.Hal ini menjadi salah satu ukuran bagi

(16)

16 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

akreditasi fasilitas kesehatan. Dengan mengacu pada standard keselamatan yang ada, maka diperlukan kesiapan yang tinggi dalam pengelolaan dan manajemen sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas kesehatan. Perkembangan teknologi di sarana prasarana alat kesehatan yang sangat cepat akan menuntut pula kesiapan Indonesia mengikuti perkembangan secara Internasional.

Terkait dengan hal diatas diatur dalam regulasi berikut ini, pertama Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 98 menyatakan “Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau”. Yang di maksud Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 16, ayat (1) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan laik pakai.Ayat (2) Peralatan medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan dan/atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang berwenang. Undang-undang tersebut dijelaskan secara teknis oleh Permenkes No.54 Tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi alat kesehatan berupa peraturan pengujian kalibrasi inspeksi sarana prasaranaPasal 4, ayat (1) Setiap Alat Kesehatan yang digunakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan lainnya harus dilakukan uji dan/atau kalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan atau Institusi Pengujian Fasilitas Kesehatan.

Kementerian kesehatan RI menugaskan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memberikan pelayanan pengujian, kalibrasi,inspeksi dan proteksi radiasi terhadap peralatan dan sarana prasarana fasilitas kesehatan, sehingga peralatan dan sarana prasarana fasilitas kesehatan memenuhi kualitas dan standar keselamatan dan keamanan.

Sebagaiorganisasi pemerintah maka dalam menyelenggarakan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsinya ditentukan oleh kebijakan yang mencerminkan kinerja pelayanan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta yang harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan sebagai satuan kerja (SATKER) atau Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian kesehatan yang jasanya tidak secara langsung kepada masyarakat melainkan

(17)

17 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

melalui layanan jasa kepada penyedia jasa fasilitas pelayanan kesehatan agar keselamatan, kenyamanan dan keamanankepada pasien yang bermutu tinggi dapat dinikmati oleh masyarakat, maka pemberian pelayanan BPFK Jakarta harus difokuskan pada pemenuhan kebutuhan penyedia jasa fasilitas kesehatan baik kualitas jasanya maupun penyelenggaraannya.

Namun karena berbagai kendala dan keterbatasan yang dihadapi pemerintah, dan di sisi lain terjadi perkembangan lingkungan strategis yang sangat pesat baik ekonomi, sosial, maupun teknologi, maka masih terdapat kesenjangan yang relatif cukup besar antara kinerja pelayanan BPFK Jakarta dengan harapan penyedia jasa fasilitas pelayanan kesehatan sebagai pengguna jasa layanan BPFK Jakarta yang utamanya saat ini adalah Balai Pengobatan, Puskesmas, Laboratorium Klinik, Rumah Sakit, agen, distributor, institusi pengujian fasilitas kesehatan, produsen alat kesehatan, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta antara lain dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Terlaksananya pengujian dan kalibrasi setiap peralatan medik di Rumah Sakit sesuai dengan UU RI No.44 Th 2009;

2. Terlaksananya pengujian, kalibrasi setiap peralatan medik dan inspeksi sarana prasarana di fasilitas kesehatan di cakupan wilayah kerja 9 (sembilan) Provinsi;

3. Kepastian memberikan pelayanan pengujian, kalibrasi dan inspeksi yang berkualitas dan tepat waktu sesuai standar pelayanan minimal;

4. Tersedianya ruang lingkup layanan sesuai dengan jenis alat kesehatan yg digunakan di Fasyankes;

5. Peningkatan kompetensi personil melaluhi pelatihan internal maupun eksternal;

6. Terlaksananya pembinaan mutu pengujiankalibrasi inspeksi Sarana Prasarana Alat kesehatan bagi institusi pengujian fasilitas kesehatan;

7. Tersedianya lembaga sertifikasi produk alat kesehatan di dalam negeri.

Harapan dan keluhan oleh pengguna jasa BPFK tersebut harus segera dicari pemecahannya secara praktis, sebagai upaya perbaikan kinerja dan kualitas pelayanan, disamping perlunya tekad (commitment) yang kuat dari semua pihak yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pelayanan di fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Pekerjaan Pembuatan Rencana Induk BPFKJakarta tahun 2014 - 2023, ditemukan terdapat banyak faktor yang menjadi permasalahan peningkatan kinerja pelayanan di masa depan, dan permasalahan utama antara lain adalah:

(18)

18 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

1.

Aspek pengelolaan keuangan yang kurang fleksibel (flexible), yaitu tidak dapat bereaksi

dengan cepat, bila ada kejadian di luar dugaan yang membutuhkan penggunaan dana.

2.

Masalah Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya pengadaan SDM yang profesional yang dibutuhkan lebih fleksibel.

Dari aspek pengelolaan keuangan, BPFK Jakarta memiliki kendala fleksibiltas

pengelolaan keuangan dalam hal ketika menerima pekerjaan dari pelanggan yang

mendekati akhir tahun dimana pendapatan harus disetor terlebih dahulu ke kas negara

baru kemudian dapat digunakan untuk membiayai penyelesaian pekerjaan melalui

mekanisme PNBP. Selain itu, tarif PNBP yang diatur dalam PP dirasa kurang fleksibel

dengan kondisi dan dinamika kebutuhan pelanggan di lapangan, sebagai contoh

kalibrasi alat kesehatan saat ini BPFK Jakarta telah melakukan peayanan namun pola

tarifnya belum ada

Dengan menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum beserta peraturan turunannya maka

BPFK Jakarta menemukan jalan keluar atau solusi untuk meningkatkan pelayanan

melalui sistem pengelolaan yang lebih sesuai dengan kondisi dan dinamika kebutuhan

pelanggan akan pelayanan jasa pengujian kalibrasi, inspeksi sarana dan prasarana

alat kesehatan.

Menjawab permasalahan tersebut, dinilai tepat di masa depan kebutuhanpengelolaan keuangan yang fleksibel dan mandiri.Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan perubahan menjadi sistem pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU). Dalam rangka menerapkan sistem PK-BLU maka BPFK Jakarta menyusun rencana strategis tahun 2019-2023.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penyusunan Renstra ini adalah memberikan arah kebijakan dan strategi pengembangan BPFK Jakarta dalam membuat perencanaan secara terpadu dan harmonis serta carapengendaliannya untuk jangka waktu 5 tahun (2019-2023).Diharapkan renstra tersebut mampu mendukung tugas pokok dan fungsi BPFK Jakartadalam meningkatkan kualitas, keamanan dan keselamatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

(19)

19 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

C. Dasar Hukum Penyusunan Renstra

Dalam rangka penerapan PK – BLU, maka rencana strategis bisnis Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan berorientasi untuk mencapai hasil selama kurun waktu 1(satu) sampai 5 (lima) tahun kedepan, dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin dapat timbul dalam proses pelaksanaan kegiatan bisnis maupun pengembangannya.Landasan hukum penyusunan rencana strategis bisnis mengacu pada :

1. Undang-Undang Nomor17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;

5. Peraturan Menteri Keuangan No.66/PMK.02/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Pengajuan Penetapan dan Perubahan Rencana Bisnis dan Anggaran Serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum;

6. Peraturan Menteri Keuangan No.92/PMK.05/2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran;

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 08/PMK.02/2006 tanggal 16 Februari 2006 Tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa Pada Badan Layanan Umum;

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 95/PMK.05/2016 Tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum;

9. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 100/PMK.05/2016 tentang Pedoman Umum Penyusunan Tarif Layanan Badan Layanan Umum;

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 136/PMK.05/2016 tentang Pengelolaan Aset pada Badan Layanan Umum;

11. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 180/PMK.05/2016 tentang Penetapan dan Pencabutan Penerapan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Pada Satuan Kerja Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2016 tentang PSAP 13 Badan Layanan Umum;

13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum;

(20)

20 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

14. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/PMK.05/2017 tentang Pedoman Remunerasi pada Badan Layanan Umum;

15. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 182/PMK.05/2017 tentang Pengelolaan Rekening Milik Satuan Kerja Lingkup Kementerian Negara/Lembaga;

16. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 200/PMK.05/2017 tentang Sistem Pengendalian Internal pada Badan Layanan Umum; dan

17. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 82/PMK.05/2018 tentang Pengelolaan Kas dan Investasi Pada Badan Layanan Umum.

18. Permenkes Nomor 63 tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Balai Layanan Umum Kementerian kesehatan;

19. Keputusan Menteri Kesehatan RI.No HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis tahun 2015 – 2019

20. Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 revisi I -2017 keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor hk.01.07/menkes/422/2017;

21. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 20/PB/2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran

22. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 47/PB/2014 tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Bendahara BLU

23. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 3/PB/2018 tentang Petunjuk Teknis Revisi DIPA BLU

D. Pola Pikir Penyusunan Renstra

Pola pikir penyusunan renstra Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta mengacu kepada Rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2015-2019 revisi I-2017 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/422/2017 dapat digambarkan dalam diagram di bawah ini :

(21)

21 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Gambar 1 Diagram alir pola pikir penyusunan RENSTRA

Rencana Strategis (Renstra) BPFK Jakarta untuk tahun 2019-2023 disusun dengan mempertimbangkan hambatan dan kendala kondisi saat ini yang berkembang meliputi pelaksanaan pengujian, kalibrasi dan inspeksi sarana prasarana alat kesehatan periodik ataupun adanya pemasangan peralatan dan instalasi baru (commissioning). Merujuk pada Sasaran Stratetgis Kemenkes 2015-2019 yaitu Meningkatkan Akses dan Mutu Fasilitas Pelayanann Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan Visi dan Misi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan yang menjadi komitmen BPFK sebagai tujuan yang perlu dicapai dan dijalankan. Oleh karena perlunya pencapaian visi dan misi makanya ditetapkan kebijakan dan langkah-langkah strategi. Untuk dapat menjalankan kebijakan strategi tersebut, dibuat program dan kegiatan yang lebih rinci, realistis dan relevan dengan tujuan pengembangan BPFK dalam lima tahun ke depan serta relevan dengan kebijakan kesehatan nasional.

(22)

22 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

E. Tujuan dan Asas

Tujuan dan asas Renstra ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan

Tujuan Umum yang hendak dicapai Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan berlandaskan kepada Tupoksi yaitu sebagai berikut :

“Peningkatan peran Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dalam melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi,proteksi radiasi dan inspeksi sarana prasarana fasilitas kesehatan dilingkungan pemerintah maupun swasta”

2. Asas

Nilai-nilai yang dikembangkan di BPFK dalam melaksanakan seiap pekerjaan adalah kerja sama tim, produktif, efisien, dan efektif. Makna yang terpenting dari keseluruhan nilai tersebut adalah adanya kebebasan bagi setiap pegawai BPFKuntuk menuangkan kemampuannya, sehingga konsekuensinya adalah semua personel memiliki kesempatan untuk meningkatkan keahlian sesuai dengan kemampuannya. Adapun asas yang digunakan adalah akuntabel dan transaparan dalam kebijakan dan operasional penyelenggaraan seluruh kegiatan.

F. Sistematika Penyajian

Rencana Strategis Bisnis ini merupakan kajian yang selanjutnya akan menjadi acuan pelaksanaan operasional bagi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan kedepan. Pelaksanaan operasional tahun berjalan dan tahun sebelumnya tetap digambarkan untuk mengkomunikasikan pencapaian dan proyeksi kinerja BPFK Jakarta pada 5 tahun yang akan datang.

Capaian kinerja (performance results) 2018 akan diperbandingkan dengan tahun sebelumnya untuk menyusun Rencana Strategis tahun 2019 hingga tahun 2023.Kajian dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan serta kekuatan dan kelemahan Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan dibutuhkan pula untuk melihat bagaimana posisi lembaga saat ini. Uraian singkat masing-masing bab adalah sebagai berikut :

(23)

23 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penyusunan rencana strategis bisnis, landasan penyusunan dan sistematika penyajian rencana strategi bisnis.

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

Memuat sejarah singkat satuan kerja, visi dan misi satuan kerja, tugas pokok dan fungsi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.

BABIII KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN

Mengungkapkan capaian Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta pada tahun-tahun sebelumnya, berisikan antara lain Kinerja Layanan, Kinerja Keuangan, Aspek SDM dan Aspek sarana prasarana.

Pada tahun terakhir diungkapkan capaian kinerja layanan dan keuangan dengan membandingkan target dengan realisasi dan anggaran dengan realisasi.

BAB IV ANALISIS LINGKUNGAN

Analisis lingkungan organisasi yang meliputi lingkungan internal untuk mengidentifikasi kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesess) maupun eksternal untuk mengidentifikasi peluang (opportunities) dan ancaman (threat) yang dihadapi oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta.

Analisis ini meliputi aspek layanan, aspek sumber daya manusia, aspek sarana dan prasarana serta aspek keuangan.

BAB V RENCANA STRATEGI SBISNIS 5 TAHUNAN

Rencana Strategis Bisnis Lima Tahunan menguraikan rencana program dan kegiatan yang akan dilaksanakan selama lima tahun yang meliputi: visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang selanjutnya dirinci ke dalam bentuk kegiatan-kegiatan selama 5 tahun kedepan dengan menetapkan capaian kinerja

output dan outcome yang terukur. BAB VI PENUTUP

Penutup menguraikan perbedaan kondisi sebelum dan sesudah BPFK Jakarta menerapkan PK-BLU.

(24)

24 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

A. Sejarah Singkat BPFK Jakarta

Pada tahun 1975 dibawah naungan Direktorat Instalasi Kesehatan Dit.Jend.pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI atas bantuan Word Health Organisation (WHO) Pelayanan Monitoring Dosis Radiasi Perorangan mulai dilakukan yang pada saat itu bernama Film Badge Service.

Pada tahun 1983/184 sudah adah 2 (dua) orang staf elektro medik, namun pelayanan kalibrasi alat kesehatan masih dilakukan di Direktorat Instalasi Medik, dan nama Film Bdage Service sudah berubah menjadi Balai Pemeliharaan Peralatan Proteksi Radiasi dan Kalibrasi (BP3K)yang sudah menjadi embrio dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan.

Tahun 1989/1990 BPF3K menempati gedung di Jl. Percetakan Negara 23 A Jakarta Pusat, dengan jumlah pegawai dan peralatan yang semakin berkembang.Tahun 1993 BP3K dan berubah nama menjadi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) dengan anggaran yang dikelola sendiri.Pada tanggal 3 Agustus 2000 Terbit Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1164/MENKES/SK/VIII/2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan Jakarta, pelayanan kalibrasi alat kesehatan mulai dilaksanakan.

Menyesuaikan pengembangan organisasi terkait perubahan struktur organisasi penambahan seksi kemitraan dan bimbingan teknis maka pada tanggal 27 April 2007 Terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan.

Pada tanggal 22 November 2011 terbit Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2351/MENKES/PER/2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.530/MENKES/PER/IV/2007 tentang Organisasi dan tata Kerja Balai Pengamanan fasilitas Kesehatan. Peraturan ini mengatur kedudukan BPFK yang semula dibawah Pusat Sarana Prasarana Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan menjadi dibawah Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.Terkait Permenkes nomor 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi alat kesehatan, maka pada tanggal 10 Oktobertahun 2016 diterbitkan izin operasional Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta nomor HK 02.03/I/3324/2016oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

(25)

25 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

B. Visi dan Misi BPFK Jakarta 1. Visi :

Mengacu pada tugas dan fungsinya, BPFK Jakarta menetapkan visinya:

“Menjadi institusi penguji fasilitas kesehatan rujukan nasional dengan pelayanan Prima”.

2. Misi

a.

Memberikan Pelayanan pengujian/kalibrasi fasilitas kesehatan yang berstandar Nasional dan Internasional ;

b.

Menyelenggarakan rujukan Nasional balai pengujian fasilitas kesehatan dan Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan;

c.

Memberikan Pelayanan pengujian/kalibrasi fasilitas kesehatan yang menjangkau seluruh fasyankes;

d.

Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yg bersih, baik, dan bertanggungjawab. C. Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Berdasarkan dasar hukumnya, dalam melaksanakan kegiatannya Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan megemban Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan sebagai berikut :

1.

Tugas Pokok

Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan yang mempunyai tugas melaksanakan pengamanan fasilitas kesehatan meliputi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan melalui pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi dilingkungan pemerintah maupun swasta.

2.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan menjalankan fungsi sebagai berikut:

a.

Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan;

(26)

26 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

c.

Pengamanan dan pengukuran paparan radiasi;

d.

Pelayanan monitoring dosis radiasi personal;

e.

Pengukuran luaran radiasi terapi;

f.

Pengendalian mutu dan pengembangan teknologi pengamanan fasilitas kesehatan;

g.

Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi, proteksi radiasi,

sarana dan prasarana kesehatan;

h.

Pelaksanaan jejaring kerja dan kemitraan;

i.

Pelaksanaan bimbingan teknis dibidang pengamanan fasilitas kesehatan;

j.

Pelaksanaan ketatausahaan.

3.

Kewenangan

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud diatas, Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta mempunyai kewenangan yang ditdalam peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan:

a.

Memberikan pernyataan LAIK PAKAI atau TIDAK LAIK PAKAI alat Kesehatan di fasilitas kesehatan;

b.

Melaksanakan kegiatan penggunaan sebagian dana PNBP, pengawasan dan pengendalian dana PNBP Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta;

c.

Mengambil langkah-langkah yang diperlukan didalam penanganan permasalahan dan tantangan yang ada di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta;

d.

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian mutu pelaksanaan kegiatan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan pada Balai Pengujian fasilitas kesehatan. D. Struktur Organisasi

Susunan organisasi Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta (BPFK) Tipe Aberdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.530/Menkes/Per/IV/2007 tanggal, 27 April 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan sebagai berikut :

1.

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan, serta perencanaan;

(27)

27 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

2.

Seksi Pelayanan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi perencanaan,

pelaksanaan pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, pengamanan dan pengukuran paparan radiasi, pelayanan monitoring dosis radiasi personal dan pengukuran luaran radiasi;

3.

Seksi Tata Operasional mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi perencanaan, pengendalian mutu dan pengembangan teknologi pengamanan fasilitas kesehatan, monitoring dan evaluasi pengujian, kalibrasi, proteksi radiasi, sarana dan prasarana kesehatan;

4.

Seksi Kemitraan dan Bimbingan Teknis mempunyai tugas melakukan penyiapan koordinasi perencanaan, jejaring kerja dan kemitraan serta bimbingan teknis di bidang pengamanan fasilitas kesehatan;

5.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Jabatan fungsional di BPFK Jakarta meliputi Jabatan fungsional teknik elektromedis, Jabatan fungsional teknikfisikawan medis danJabatan fungsional teknik radiografer.

6.

Instalasi mempunyai tugas melakukan pelayanan pengujian dan kalibrasi alat kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, pengamanan dan pengukuran paparan radiasi, pelayanan monitoring dosis radiasi personal dan pengukuran luaran radiasi. Instalasi terdiri dari:

a. Instalasi laboratorium pengujian dan kalibrasi alat kesehatan b. Instalasi laboratorium kalibrasi alat ukur standar

c. Instalasi laboratorium proteksi radiasi dan uji kesesuaian pesawat sinar x d. Instalasi laboratorium sarana dan prasarana

(28)

28 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Gambar 2 Struktur Oganisasi BPFK Jakarta

Instalasi laboratorium yang dimiliki Oleh BPFK Jakarta meliputi : a. Instalasi laboratorium pengujian dan kalibrasi alat kesehatan b. Instalasi laboratorium kalibrasi alat ukur standar

c. Instalasi laboratorium proteksi radiasi dan uji kesesuaian pesawat sinar x d. Instalasi laboratorium sarana dan prasarana

Sedangkan kelompok jabatan fungsional di BPFK Jakarta adalah :

a.

Jabatan fungsional teknik elektromedis;

b.

Jabatan fungsional teknik fisikawan medis dan;

(29)

29 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

BAB III

KONDISI KINERJA TAHUN BERJALAN

A.

Gambaran Umum Kinerja BPFK Jakarta Tahun Berjalan.

BPFK Jakarta memiliki SDM sebanyak 132 pegawai, memiliki kemampuan pelayanan pengujian, kalibrasi dan proteksi radiasi serta inspeksi sarana, prasarana dan alat kesehatan. Untuk menilai keberhasilan kinerja BPFK Jakarta dalam mewujudkan visi dan misinya, perlu dianalisa perkembangan/keberhasilan yang telah dicapai dalam empat tahun terakhir dan tahun berjalan, yaitu tahun 2014-2017, dan tahun 2018. Adapun aspek yang termasuk dalam penilaian meliputi aspek pelayanan, keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

B.

Aspek Layanan

BPFK Jakarta memberikan jasa pelayanan kepada fasilitas pelayanan kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, laboratorium kesehatan, dll) baik pemerintah maupun swasta di seluruh wilayah Indonesia. Jenis pelayanan unggulan BPFK Jakarta antara lain :

1.

Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan

Sesuai permenkes No.54 tahun 2015 definisi pengujian adalah keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik, dan pengukuran untuk membandingkan alat yang diukur dengan standar, atau untuk menentukan besaran atau kesalahan pengukuran. Sedangkan definisi kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur. Adapun alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, perkakas, dan/atau implan, reagen in vitro dan kalibratornya, perangkat lunak, bahan atau material yang digunakan tunggal atau kombinasi, untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh, menghalangi pembuahan, desinfeksi alat kesehatan dan pengujian in vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia, dan dapat mengandung obat yang tidak mencapai kerja utama pada tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi atau metabolisme untuk dapat membantu fungsi/kinerja yang diinginkan.

Hasil dari pengujian dan kalibrasi adalah pernyataan tertulis yang menerangkan bahwa alat kesehatan tersebut laik pakai atau tidak laik pakai.Adapun pengertian laik pakai adalah alat

(30)

30 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

kesehatan tersebut aman untuk digunakan, sedangkan tidak laik artinya alat tersebut tidak aman dan memerlukan tindakan perbaikan.

2.

Proteksi Radiasi dan Uji Kesesuaian Kegiatan pelayanan ini meliputi :

a. Uji Kesesuaian, yaitu pengujian yang dilakukan secara terjadwal untuk memastikan pesawat x-ray di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan standard dan memenuhi persyaratan operasional regulasi.

b. Pemantauan dosis perorangan, yaitu evaluasi pemantauan dosis radiasi yang dipakai oleh petugas yang bekerja di lingkungan radiasi. BPFK Jakarta melayani evaluasi pemantauan dosis perorangan untuk film badge dan `thermoluminescent dosemeter (TLD) badge

3.

Inspeksi Sarana dan Prasarana

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit, prasarana rumah sakit adalah utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan rumah sakit bisa berfungsi. Inspeksi sarana dan prasarana dilakukan untuk memastikan kesesuaian suatu instalasi sarana dan prasarana terhadap standar dan persyaratan yang berlaku.

4.

Kalibrasi Alat Ukur Standar dan Alat Ukur Radiasi

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan. Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur.

Untuk menentukan besaran anggaran biaya operasional dan penerimaan BPFK Jakarta, maka BPFK Jakarta menentukan interval pengujian kalibrasi alat kesehatan beserta jam pelaksanaan untuk tiap kegiatan layanan yang mengacu kepada peraturan atauregulasi yang berlaku sebagai berikut :

(31)

31 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Tabel 1 Lama proses pengujian dan kalibrasi Alat Kesehatan

No. Alat Kesehatan Lama Proses Periode Pengujian Keterangan 1 Anak timbangan 2 Jam 12 kali / tahun 1. Permenkes No. 1164

tahun 2000 2. Permenkes No. 54 tahun 2015 tentang pengujian dan kalibrasi alat kesehatan

2 Analitical balance 2.5 Jam 4 kali / tahun 3 Anesthesi unit 1 Jam 1 kali / tahun 4 Anesthesi ventilator 2 Jam 1 kali / tahun 5 Audiometer 2.5 Jam 1 kali / tahun 6 Autoclave 2.5 Jam 1 kali / tahun 7 Baby Incubator 4 Jam 1 kali / tahun 8 Bed side monitor 2.5 Jam 1 kali / tahun 9 Blood bank refrigerator 2 Jam 1 kali / tahun 10 Blood pressure monitor 1.5 Jam 1 kali / tahun 11 Cardiotocograph 1.5 Jam 1 kali / tahun 12 Centrifuge 2 Jam 1 kali / tahun 13 CPAP 2 Jam 1 kali / tahun 14 Defibrillator 2 Jam 1 kali / tahun 15 Digital manometer 1 Jam 1 kali / tahun 16 Electrocardiograph 2 Jam 1 kali / tahun 17 Electroenchepalograph 3 Jam 1 kali / tahun 18 Electrostimulator 2.5 Jam 1 kali / tahun 19 Electrosurgery Unit 2.5 Jam 1 kali / tahun 20 Fetal doppler 1 Jam 1 kali / tahun 21 Flow meter 1 Jam 1 kali / tahun 22 Infant warmer 2 Jam 1 kali / tahun 23 Infusion pump 2 Jam 1 kali / tahun 24 Incubator laboratorium 2 Jam 1 kali / tahun 25 Lampu operasi 1 Jam 1 kali / tahun 26 Medical freezer 2 Jam 1 kali / tahun 27 Medical refrigerator 2 Jam 1 kali / tahun 28 Micropipet 2 Jam 1 kali / tahun 29 Mikroskop 2 Jam 1 kali / tahun 30 Nebulizer 1 Jam 1 kali / tahun 31 Oven 2 Jam 1 kali / tahun 32 Phototherapy 1 Jam 1 kali / tahun 33 Pulse oxymeter 1 Jam 1 kali / tahun 34 Rotator 1 Jam 1 kali / tahun 35 Sphygmomanometer 1.5 Jam 1 kali / tahun 36 Spirometer 1.5 Jam 1 kali / tahun 37 Stirrer 1 Jam 1 kali / tahun 38 Suction pump 1.5 Jam 1 kali / tahun 39 Syringe pump 2 Jam 1 kali / tahun 40 Sterilisator 2 Jam 1 kali / tahun

(32)

32 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

41 Thermometer klinik 2 Jam 1 kali / tahun 42 Timbangan bayi 2 Jam 1 kali / tahun 43 Traksi 1.5 Jam 1 kali / tahun 44 Treadmill 1 Jam 1 kali / tahun 45 Ultrasonograph 2 Jam 1 kali / tahun 46 Ultrasound therapy 2 Jam 1 kali / tahun 47 UV Sterilisator 1.5 Jam 1 kali / tahun 48 Vaporizer 2 Jam 1 kali / tahun 49 Ventilator 2 Jam 1 kali / tahun

50 Waterbath 1.5 Jam 1 kali / tahun

Tabel 2Lama Proses Proteksi Radiasi

No. Alat Kesehatan Lama Proses Periode Pengujian Keterangan

1 Film Badge 1 Jam 12 kali / tahun Perka Bapeten No. 11 tahun 2015 tentang Laboratorium Dosimetri Eksternal 2 TLD Badge 1 Jam 4 kali / tahun

Tabel 3Lama Proses Uji Kesesuaian

No. Alat Kesehatan Lama Proses Periode Pengujian Keterangan 1 Uji Computed Radiography 4 Jam 1 kali / tahun

1. Peraturan Bapeten No. 2 tahun 2018

2. Permenkes No. 54 tahun 2015 2 Uji CT Scan 6 Jam 1 kali / tahun

3 Uji Dental Panoramic 4 Jam 1 kali / tahun 4 Uji Dental X-Ray 3.5 Jam 1 kali / tahun 5 Uji Digital Radiography 6 Jam 1 kali / tahun 6 Uji Fluoroscopy 5.5 Jam 1 kali / tahun 7 Uji General X-Ray 4.5 Jam 1 kali / tahun 8 Uji Mammography 6 Jam 1 kali / tahun 9 Uji Mobile X-Ray 4.5 Jam 1 kali / tahun 10 Uji MRI 5 Jam 1 kali / tahun

Tabel 4 Inspeksi sarana prasarana

No. Alat Kesehatan Lama Proses Periode Pengujian Keterangan 1 Gas Medis 24 Jam 1 kali / tahun Permenkes No. 4 Tahun2016 2 Listrik Medis 24 Jam 1 kali / tahun Permenkes No. 2306 Tahun 2011 3 Sistem Grounding 8 Jam 1 kali / tahun Permenkes No. 2306 tahun 2011

4 HVAC 24 Jam 1 kali / tahun Pedoman Prasarana RS Sistem Instalasi Tata Udara

(33)

33 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Tabel 5 lama Proses Kalibrasi Alat Ukur Standar dan Alat Ukur Radiasi

No. Alat Kesehatan Lama Proses Periode Pengujian Keterangan 1 ECG Simulator 6 Jam 1 kali / tahun

Permenkes No. 54 tahun 2015

2 Electrical Safety Analyzer 6 Jam 1 kali / tahun 3 NIBP Simulator 6 Jam 1 kali / tahun 4 Pressure Meter 6 Jam 1 kali / tahun 5 Tachometer 6 Jam 1 kali / tahun 6 Survey Meter 6 Jam 1 kali / tahun 7 Dosimeter Saku 6 Jam 1 kali / tahun

Dalam kurun waktu tahun 2016-2018 BPFK Jakarta telah melakukan pelayanan kepada pelanggan dengan data seperti tergambar pada tabel dan diagram dibawah ini:

Tabel 6 Data Pelayanan Pelanggan

Pelanggan Tahun 2016 2017 2018 Klinik 89 129 141 Instansi Lainnya 34 11 89 Puskesmas 42 36 110 Rumah Sakit 148 216 196 Total 313 392 536

Grafik 1 Data Pelayanan Pelanggan

89 129 141 34 11 89 42 36 110 148 216 196 2016 2017 2018 Klinik Instansi Lainnya Puskesmas Rumah Sakit

(34)

34 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Berdasarkan Tabel.6 Perkembangan Lingkup Kegiatan Pelayanan dari tahun

2014-2017 menunjukan peningkatan. Hal tersebut dikarenakan adanya

penambahan cakupan pelayanan, peralatan dan SDM sehingga mempengaruhi

produksi jasa BPFK dalam 4 tahun ke belakang seperti tercantum dalam tabel

di bawah ini :

Tabel 7 Perkembangan prosuksi Jasa 2014 - 2017

2014

2015

2016

2017

1.

Alat

6.392

14.387

14.656

19.357

Keterangan

Alat yang diuji dan

dikalibrasi

Jenis Layanan

Jasa

Produksi Layanan Jasa

No.

Satuan

Grafik 2 Perkembangan Produksi Jasa 2014 – 2017

6.392 14.387 14.656 19.357 -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 2014 2015 2016 2017 Alat

(35)

35 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Tabel 8 Jenis layanan jasa BPFK Jakarta tahun 2014 - 2017

No. Jenis Layanan Jasa Satuan Produksi Layanan Jasa

2014 2015 2016 2017

Alat yang diuji dan dikalibrasi

1 Pengujian kalibrasi alat kesehatan Alat 5.671 13.552 13.604 18.312 2 Inspeksi Sarana Prasarana Instalasi 71 85 101 60 3 Uji kesesuaian pesawat X-Ray Alat 650 750 970 985

Jumlah 6.392 14.387 14.656 19.357

4 Pemantauan Dosis perseorangan Unit 14,500 17,380 15.332 16,098

Grafik 3 Jenis layanan jasa BPFK Jakarta tahun 2014 - 2017

Grafik dari tahun 2014 s.d. 2017 menunjukan peningkatan produksi layanan

jasa alat yang diuji dan dikalibrasi dari tahun ke tahun.

Pengujian kalibrasi alat

kesehatan

Inspeksi Sarana

Prasarana pesawat X-RayUji kesesuaian Pemantauan Dosis perseorangan Jumlah

2014 5.671 71 650 14500 6.392

2015 13.552 85 750 17380 14.387

2016 13.604 101 970 15.332 14.656

(36)

36 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

C.

Aspek Keuangan

1.

Pagu Anggaran BPFK Jakarta

Anggaran BPFK Jakarta pada lima tahun terakhir (2014-2018) secara umum meningkat. Pada tahun 2014 pagu anggaran total sebesar Rp.22.338.668.000,00 dan pada tahun 2018 sebesar Rp.38.709.466.000,00. Rincian pagu anggaran dari tahun 2014 – 2018 terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 9 Pagu anggaran tahun 2014 – 2018

SUMBER DANA TAHUN

2014 2015 2016 2017 2018 1 Pagu APBN (Rupiah Murni) 18,190,722,000 25,277,265,000 21,074,365,000 30,316,417,000 32.700.646.000 Belanja Pegawai 4,549,722,000 8,636,265,000 6,420,609,000 6,274,425,000 11.176.811.000 Belanja Barang (Operasional + Non Operasional) 6,641,000,000 6,778,050,000 8,421,365,000 13,006,628,000 15.002.664.000 Belanja Modal 7,000,000,000 9,862,950,000 6,232,391,000 11,035,364,000 6.521.171.000 2 Pagu PNBP 4,147,946,000 5,150,400,000 7,416,585,000 5,579,600,000 6.008.800.000 Belanja Pegawai - - - - - Belanja Barang 4,147,946,000 5,150,400,000 7,416,585,000 5,579,600,000 6.008.800.000 Belanja Modal - - - - 3 Jumlah Anggaran (APBN+PNBP) 22,338,668,000 30,427,665,000 28,490,950,000 35,896,017,000 38.709.446.000

(37)

37 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Grafik 4 Pagu Anggaran BPFK Jakarta tahun 2014-2018

Dari tabel di atas terlihat bahwa setiap tahunnya pagu anggaran BPFK Jakarta berasal dari dua sumber, yaitu APBN (Rupiah Murni) dan PNBP.

2.

Realisasi Anggaran Belanja

Berdasarkan tabel 8 di bawah ini, terlihat bahwa realisasi anggaran/belanja tahun 2014 s.d 2018 adalah sebagai berikut :

a. Pada tahun 2014, anggaran sebesar Rp.22.338.668.000,- dengan realisasi Rp.21.144.456.767,- (95%).

b. Pada tahun 2015, anggaran sebesar Rp.30.427.665.000,- dengan realisasi Rp.23.639.649.624,- (78%).

c. Pada tahun 2016, anggaran sebesar Rp.28.490.950.000,- dengan realisasi Rp.23.433.585.115,- (82%).

d. Pada tahun 2017, anggaran sebesar Rp.35.896.017.000,- dengan realisasi Rp.28.752.617.263,- (80%).Terjadi kenaikan anggaran pada alokasi belanja modal untuk pembelian peralatan untuk menambah cakupan pelayanan jasa.

e. Pada tahun 2018, anggaran sebesar Rp.38.709.446.000,- dengan realisasi Rp.29.016.936.736,- (88,74%).Terjadi kenaikan belanja pegawai karena alokasi tunjangan kinerja sudah dialokasikan pada BPFK Jakarta.

2014 2015 2016 2017 2018

Pagu APBN (Rupiah Murni) 18.190.722 25.277.265 21.074.365 30.316.417 32.700.646 Pagu PNBP 4.147.946 5.150.400 7.416.585 5.579.600 6.008.800 Jumlah Anggaran (APBN+PNBP) 22.338.668 30.427.665 28.490.950 35.896.017 38.709.446 -5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 da la m ri bu R up ia h

(38)

38 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Tabel 10. Penggunaan Anggaran Belanja BPFK Jakarta tahun anggaran 2012-2018

No. SUMBER DANA TAHUN

2014 2015 2016 2017 2018 1 Realisasi APBN (Rupiah

Murni) 17,122,549,435 19,400,927,197 18,334,354,808 24,513,518,572 24.072.580.842 Belanja Pegawai 4,427,374,235 4,789,099,285 6,141,011,873 5,462,057,572 9.823.274.848 Belanja Barang (Operasional + Non Operasional) 5,881,228,300 5,608,150,606 6,672,355,592 9,017,952,130 7.790.128.890 Belanja Modal 6,813,946,900 9,003,677,306 5,520,987,343 10,033,508,870 6.459.177.104 2 Realisasi PNBP 4,021,907,332 4,238,722,427 5,099,230,307 4,239,098,691 4.944.355.894 Belanja Pegawai Belanja Barang 4,021,907,332 4,238,722,427 5,099,230,307 4,239,098,691 4.944.355.894 Belanja Modal 3 Jumlah Realisasi (APBN+PNBP) 21,144,456,767 23,639,649,624 23,433,585,115 28,752,617,263 29.016.936.736

Tabel 11 Realisasi anggaran APBN (Rupiah murni) dan PNBP

No. SUMBER DANA TAHUN

2014 2015 2016 2017 2018 1 Jumlah Anggaran (APBN+PNBP) 22,338,668,000 30,427,665,000 28,490,950,000 35,896,017,000 38.709.446.000 2 Jumlah Realisasi (APBN+PNBP) 21,144,456,767 23,639,649,624 23,433,585,115 28,752,617,263 29.016.936.736 Selisih 11,94,211,233 6,788,015,376 5,057,364,885 7,143,399,737 9.692.509.264

Grafik 5 Realisasi anggaran APBN (Rupiah murni) dan PNBP

-5.000.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 25.000.000 30.000.000 35.000.000 40.000.000 45.000.000 2014 2015 2016 2017 2018

Realisasi anggaran belanja BPFK

Jumlah Anggaran (APBN+PNBP) Jumlah Realisasi (APBN+PNBP)

(39)

39 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

3.

Pendapatan

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018) BPFK Jakarta sudah menghasilkan pendapatan PNBP sebagaimana dapat dilihat pada tabel

Tabel 12 Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2

No.

2014 1 Target PNBP 4,832,183,000

2 Realisasi PNBP 5,796,171,129

Grafik 6 Target dan realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2018

Dalam waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018), pendapatan BPFK Jakarta mengalami peningkatan, tetapi di tahun 2016 mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan

a. Adanya kegiatan peningkatan mutu inernal dan eksternal terkait akreditasi SNI ISO 17025 dan 17020 yang melibatkan seluruh personil di lingkungan BPFK

terdapat kendala aliran

Target pendapatan PNBP Realisasi Pendapatan PNBP 1.000.000.000 2.000.000.000 3.000.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 7.000.000.000 8.000.000.000 9.000.000.000 10.000.000.000 R u p i a h

Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta

Tahun Anggaran 2014 s.d 2018

R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018) BPFK Jakarta sudah menghasilkan pendapatan PNBP sebagaimana dapat dilihat pada tabel

Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2

TAHUN

2014 2015 2016

4,832,183,000 6,000,000,000 8,640,000,000 5,796,171,129 8,217,344,605 7,589,850,000

Target dan realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2018

Dalam waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018), pendapatan BPFK Jakarta mengalami peningkatan, tetapi di tahun 2016 mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan

Adanya kegiatan peningkatan mutu inernal dan eksternal terkait akreditasi SNI ISO 17025 dan 17020 yang melibatkan seluruh personil di lingkungan BPFK

terdapat kendala aliran jadwal pelayanan kepada sarana pelayanan kesehatan,

1 2 3 Target pendapatan PNBP 4.832.183.0 6.000.000.0 8.640.000.0 6.500.000.0 Realisasi Pendapatan PNBP 5.796.171.1 8.217.344.6 7.589.850.0 7.974.800.0 -1.000.000.000 2.000.000.000 3.000.000.000 4.000.000.000 5.000.000.000 6.000.000.000 7.000.000.000 8.000.000.000 9.000.000.000 10.000.000.000

Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta

Tahun Anggaran 2014 s.d 2018

R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018) BPFK Jakarta sudah menghasilkan pendapatan PNBP sebagaimana dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2018

2017 2018

6,500,000,000 7.000.000.000 7,974,800,000 7.979.040.000

Target dan realisasi Pendapatan BPFK Jakarta tahun anggaran 2014 s.d 2018

Dalam waktu lima tahun terakhir (2014 s.d 2018), pendapatan BPFK Jakarta mengalami peningkatan, tetapi di tahun 2016 mengalami penurunan. Hal tersebut dikarenakan : Adanya kegiatan peningkatan mutu inernal dan eksternal terkait akreditasi SNI ISO 17025 dan 17020 yang melibatkan seluruh personil di lingkungan BPFK, sehingga jadwal pelayanan kepada sarana pelayanan kesehatan,

4 5

6.500.000.0 7.000.000.0 7.974.800.0 8.000.655.5

Target dan Realisasi Pendapatan BPFK Jakarta

Tahun Anggaran 2014 s.d 2018

(40)

40 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

sehingga mengakibatkan pendapatan tahun 2016 tidak mencapai target yang sudah ditentukan.

b. Adanya kebijakan BPFK Jakarta untuk menghilangkan pelayanan film badge ke rumah sakit sehingga pelanggan beralih dari film badge ke TLD badge.

Pendapatan PNBP BPFK Jakarta didapat dari penerimaan jasa pelayanan pengujian, kalibrasi, proteksi radiasi dan inspeksi sarana prasaranan dan alat kesehatan, dapat dilihat pada tabel 12 dibawah ini :

Tabel 13 Pendapatan BPFK Jakarta berdasarkan jenis pelayanan

No

. Jenis Pendapatan

TAHUN

2014* 2015* 2016 2017 2018 1 Jasa pengujian dan kalibrasi

alat kesehatan N/A N/A 3,119,335,000 3,400,650,000 4.050.190.000 2 Jasa Uji Kesesuaian X-Ray N/A N/A 1,437,400,000 1,283,215,000 1.071.800.000

3 Jasa Film Badge dan TLD Badge

N/A N/A

2,927,335,000 3,181,595,000 2.778.915.000

4 Jasa Pengujian Sarana dan Prasarana

N/A N/A

105,780,000 109,340,000 78.135.000 Jumlah pendapatan 5,796,171,129 8,217,344,605 7,589,850,000 7,974,800,000 7.979.040.000 Ket *: N/A 2014 dan 2015 pendapatan tidak perjenis layanan (digabung)

D.

Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) yang mendukung kegiatan pelayanan BPFK Jakarta saat ini berjumlah 90 orang PNS, terdiri dari 47 orang pegawai dengan jabatan fungsional tertentu dan 43 orang pegawai dengan jabatan fungsional umum, serta 42 tenaga non pns. Latar belakang disiplin ilmu pada umumnya adalah Teknik Elektromedik, Teknik Elektro, Teknik Fisika, Administrasi dan Ekonomi Manajemen.

Peningkatan SDM BPFK Jakarta dilakukan melalui jalur pendidikan formal melalui tugas belajar dan ijin belajar. Selain itu, peningkatan SDM BPFK Jakarta juga dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan (diklat) yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPFK Jakarta.

1.

Pendidikan Formal

Klasifikasi kompetensi pegawai BPFK Jakarta ditetapkan berdasarkan tingkat pendidikan dan bidang keahliannya.

(41)

41 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :

Tabel 14 Jumlah Pegawai BPFK Jakarta berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2014 s.d 2018

Tabel 15 Status Pegawai BPFK Jakarta

No. Pendidikan Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 1 S.3 - - - - - 2 S.2 3 3 3 4 8 3 S.1 46 53 51 53 54 4 D.IV 2 1 1 1 3 5 D.III 20 24 23 21 34 6 D.I - - - - - 7 SLTA/SMK 7 7 7 7 25 8 SLTP 2 2 2 2 4 9 SD 2 2 2 2 4 Jumlah 82 92 89 90 132

No. Status Pegawai Tahun

2014 2015 2016 2017 2018 1 PNS a. GOL. IV 5 5 5 5 5 b. GOL. III 56 54 49 50 63 c. GOL. II 18 18 20 20 20 d. GOL. I 2 2 2 2 2 2 Non PNS a. S.2 - - - - - b. D.IV/S.1 - 6 6 6 6 c. D.III - 7 7 7 12 d. SLTA/SMK - - - - 24 Jumlah 82 92 89 90 132

(42)

42 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

Grafik 7 Jumlah Pegawai BPFK Jakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014 s.d 2018

Saat ini terdapat dua orang pegawai BPFK Jakarta yang sedang bersekolah S.2 di bidang Teknik Fisika melalui program tugas belajar.

Peningkatan SDM BPFK Jakarta telah direncanakan dan ditetapkan dalam Rencana Strategi Bisnis (RSB) dalam Indikator Kinerja Utama dan Program Kerja Strategis agar strategi yang telah ditetapkan dapat dieksekusi dengan efektif. Pendekatan ini membuat aktivitas organisasi lebih fokus dan tepat sasaran sehingga akan mendorong peningkatan kinerja yang dapat membuahkan nilai yang berkelanjutan bagi pelanggan dan stakeholder.

Komposisi pegawai berdasarkan bidang keahlian adalah sebagai berikut :

Tabel 16 Jumlah Pegawai BPFK Jakarta berdasarkan jabatan/keahlian tahun 2014 s.d 2018

No. Jabatan/Keahlian

PNS

Jabatan Struktural

1

Kepala BPFK Jakarta

1

2

Ka. Sub. Bagian Tata Usaha

1

3

Ka. Seksi Pelayanan Teknis

1

4

Ka. Seksi Tata Operasional

1

5

Ka. Seksi Kemitraan dan Bimbingan Teknis

1

Jumlah

5

Jabatan Fungsional Umum

1

Administrator Keuangan

6

3 3 3 4 8 46 53 51 53 54 2 1 1 1 3 20 24 23 21 34 7 7 7 7 25 22 22 22 22 44 0 10 20 30 40 50 60 2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Pegawai BPFK Jakarta berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 s.d 2018 S.3 S.2 S.1 D.IV D.III D.I SLTA SLTP SD

(43)

43 | R e n c a n a s t r a t e g i s B a l a i P e n g a m a n a n F a s i l i t a s K e s e h a t a n

No. Jabatan/Keahlian

PNS

2

Pengevaluasi

3

3

Penata Laporan Keuangan

2

4

Analis Kepegawaian

2

5

Perencana

2

6

Bendahara

2

7

Pengolah Data

8

8

Pengadministrasi Keuangan

2

9

Arsiparis Pemula

1

10 Pranata Hubungan Masyarakat Pemula

2

11 Pranata Komputer Pemula

3

12 Pengadministrasi Umum

1

13 Petugas Kamar Gelap

1

14 Petugas Keamanan

3

Jumlah

38

Jabatan Fungsional Tertentu

1

Teknisi Elektromedis Ahli Madya

2

2

Fisikawan Medis Ahli Muda

4

3

Radiografer Penyelia

3

4

Teknisi Elektromedis Penyelia

3

5

Teknisi Elektromedis Ahli Muda

10

6

Teknisi Elektromedis

1

7

Fisikawan Medis

6

8

Fisikawan Medis Ahli Pertama

2

9

Teknisi Elektromedis Ahli Pertama

4

10 Teknisi Elektromedis Pemula

8

11 Teknisi Elektromedis Mahir

2

12 Teknisi Elektromedis Terampil

1

13 Radiografer Mahir

1

Jumlah

47

Jumlah Total

90

Sumber daya manusia (Non - Pegawai Negeri Sipil) yang terdapat di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta sebanyak 42 orang terdiri dari :

1. Tenaga Fungsional teknis Non PNS : 12 orang

2. Tenaga Administrasi Non PNS : 15 orang

3. Tenaga Security/Keamanan Non PNS : 8 orang

4. Pramubakti Non PNS : 8 orang

Gambar

Tabel 2Lama Proses Proteksi Radiasi
Grafik 1 Data Pelayanan Pelanggan
Grafik 2 Perkembangan Produksi Jasa 2014 – 2017
Grafik 3 Jenis layanan jasa BPFK Jakarta tahun 2014 - 2017
+7

Referensi

Dokumen terkait

RS Swasta : Ketua komite Medik bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit dan /atau Pemilik Rumah Sakit sesuai posisi Komite Medik di dalam struktur

Evaluasi yang didapatkan dari tindakan keperawatan selama 3x24 jam resiko infeksi adalah data subjektif klien mengatakan rasa panas pada luka jahitan sudah berkurang,

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkah, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat

d. Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lingga Nomor Nomor 82/HK.03.01.Kpt/KPU/VII/2020 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lingga

ISMAIL ARISANDY, Jurusan Kehutanan Sekolah Tinggi Pertanian Kutai Timur Identifikasi dan Sebaran Tumbuhan Buah Di Kebun dan Hutan Pendidikan STIPER Kecamatan Karangan Desa

Buruknya keluaran tuberkulosis otak pada penelitian ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan prognosis tuberkulosis otak lebih buruk pada pasien AIDS.. Hal ini disebabkan

hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia prematur. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga

Tujuan dari tugas akhir ini adalah merancang produk S-LUCY agar dapat dikontrol secara online serta jarak jauh dengan menggunakan tiga modul pendukung sebagai