• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL HIERARCHY PROCESS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL HIERARCHY PROCESS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN

METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL

HIERARCHY PROCESS

(Studi Kasus : Proyek Jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat)

ARTIKEL

EFRIZON

NPM. 1210018312002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

2

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN

METODA RISK BREAKDOWN STRUCTURE & ANALYTHICAL

HIERARCHY PROCESS

(Studi Kasus : Proyek Jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat)

Efrizon1, Zaidir2, M. Nursyaifi Yulius3

1

Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas Bung Hatta, 2Jurusan Teknik Sipil, FT-Universitas Andalas, 3Jurusan Teknik Industri, FTI-Universitas Bung Hatta

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini ditujukan untuk menjawab tiga hal utama terkait dengan permasalahan risiko pada pekerjaan perencanaan hingga pelaksanaan jalan, diantaranya: pertama mengetahui secara pasti risiko yang muncul dari masing-masing stakeholders, kedua menentukan parameter risiko pada masing-masing sumber risiko dengan menggunakan pendekatan risk breakdown structure dan analytical hierarchy process, dan ketiga mengetahui strategi respon risiko dari masing-masing stakeholders. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, penelitian ini menetapkan sepuluh orang pakar mewakili masing-masing unsur stakeholders yang dianggap mampu dan memiliki pengetahuan memadai tentang objek kasus yang diteliti. Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan menggunakan metoda risk breakdown structure dan analytical hierarchy process dapat disimpulkan bahwa pertimbangan faktor risiko masing-masing pihak adalah menurut kontraktor kontribusi risiko dari kriteria ekonomi adalah pertimbangan yang paling prioritas dengan bobot 40.3%, kriteria konstruksi sebesar 30.9% dan kriteria hukum dan kontrak sebesar 28.8%. Sementara menurut owner risiko prioritas ekonomi juga merupakan kriteria dominan sebesar ekonomi 36.8%, risiko konstruksi 31.8% dan hukum dan kontrak sebesar 31.4%. Sedangkan menurut persepsi konsultan, kriteria ekonomi memiliki bobot sebesar 41%, hukum dan kontrak sebesar 31% dan kriteria konstruksi sebesar 28%. Untuk mencegah dampak risiko yang akan timbul, masing-masing stakeholders memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam mensiasati tingkat kepentingan pencegahannya yang didasari dari adanya kemungkinan perubahan situasi masa akan datang baik yang berasal dari internal ataupun eksternal. Masing-masing stakeholders akan menyusun strategi respon risiko dengan batas sensitifitas pada rentang 5% pada setiap kemungkinan perubahan penyebab risiko di setiap stakeholders Kata Kunci : Manajemen Risiko, Dampak Risiko, Stakeholders, Sensitifitas Risiko

1. PENDAHULUAN

Rencana induk Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi

Indonesia menjelaskan bahwa pada dasarnya Indonesia memiliki potensi, ketangguhan dan keunggulan, yang

terbukti dari selamatnya Indonesia

melewati periode resesi ekonomi global. Selain itu, Indonesia oleh kalangan pengamat ekonomi dunia dinilai akan

menjadi kawasan ekonomi yang

memiliki peluang dari banyak aspek. Didalam pelaksanaannya, pemerintah telah menyusun kerangka pembangunan nasional yang dapat digunakan sebagai

acuan bagi seluruh pemangku

kepentingan, salah satunya adalah

MP3EI. Pada gilirannya kesejahteraan masyarakat Indonesia juga menjadi lebih baik, bergerak menuju masyarakat yang adil dalam kemakmuran. Salah satu yang menjadi isu didalam MP3EI tersebut

(3)

3

infrastruktur. Adalah suatu hal yang umum bila mengkaitkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan suatu negara dengan pertumbuhan infrastruktur di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 6% pada tahun 2008 lalu, tercatat sebagai salah satu

yang tertinggi di dunia. Namun

demikian, masih banyak tantangan yang harus dihadapi oleh pemerintah. Data yang dilansir oleh World Economic Forum pada tahun 2008 menempatkan Indonesia pada posisi ke 86 dari 143 negara dalam hal kondisi infrastruktur. Meningkatnya pergerakan penduduk,

terutama peningkatan pergerakan

kendaraan bermotor akan berkorelasi dengan tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan jalan. Suatu hal yang harus

dilaksanakan untuk pencapaian

optimalisasi pembangunan jalan sebagai

sarana utama kelancaran dalam

peningkatan pertumbuhan ekonomi

adalah pengelolaan pekerjaan mulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan

terutama yang terkait dengan

kemampuan pengelolaan risiko yang akan terjadi pada masing-masing tahap. Risiko merupakan suatu konsekuensi dari kondisi yang tidak pasti. Dalam

suatu proyek konstruksi

ketidakpastiannya sangat besar karena tidak dapat diprediksi secara pasti berapa keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh. Karena hal inilah maka perlu adanya manajemen risiko dari awal proyek konstruksi, untuk mengurangi risiko dan dampak dari risiko yang mungkin akan terjadi. Dalam PMBOK Guide 3rd edition (2004), dipaparkan tahapan manajemen risiko, yaitu Risk

Identification, Risk Analysis, Risk

Response, Risk Monitoring and Control.

Risiko dalam proyek konstruksi

sebenarnya dipikul oleh banyak pihak yang terlibat dalam proyek. Pada

umumnya risiko hanya diidentifikasi dari pihak owner dan kontraktor saja, padahal banyak pihak lain yang juga terlibat

dalam proyek, seperi konsultan

pengawas, konsultan perencana, dan masyarakat sekitar proyek. Penelitian tesis ini bertujuan untuk menganalisis risiko pada proyek peningkatan dan pembangunan jalan Manggopoh hingga Simpang Empat dari persepsi para stakeholders atau pemangku kepentingan dalam proyek terutama dari kontraktor, owner dan konsultan perencana. Analisis risiko ini akan dibahas baik dari segi ekonomi, teknis, sosial politik, dan lainnya. Persepsi risiko dari para stakeholders ini tidak akan sama karena

perbedaan kepentingan dan cara

pandangnya terhadap proyek.

2. PERMASALAHAN

salah satu cara mendorong

pembangunan ekonomi secara nasional

tentunya dengan mendorong

terlaksananya pembangunan yang ada didaerah. Hal ini tentunya dapat dicapai melalui pembangunan infrastruktur yang handal. Pembangunan infrastruktur yang handal dapat dicapai jika pembangunan tersebut direncanakan dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan berbagai

faktor risiko yang melekat pada

pembangunan infrastruktur tersebut.

Namun kenyataannya seringkali

didalam kajian-kajian faktor risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan infrastruktur tidak

dipertimbangkan secara lebih mendalam dan hal ini akan berdampak kepada kegagalan proyek dimasa akan datang. Lemahnya pengelolaan risiko merupakan salah satu penyebab ketidak berhasilan proyek dalam memenuhi sasaran yang diinginkan.

(4)

4 3. PERTANYAA PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang ada didalam penelitian ini, selanjutnya dapat dirumuskan tiga hal yang harus dijawab secara mendalam, yaitu :

1. Faktor-faktor risiko apa saja yang

dipertimbangkan oleh

masing-masing stakeholders dalam

perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan jalan

Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat? 2. Parameter risiko apa saja yang harus

diperhatikan oleh masing-masing stakeholders dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan jalan

Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat?

3. Bagaimanakah strategi yang dapat dilaksanakan terhadap respon risiko dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan ruas jalan Manggopoh-Padang Sawah Simpang Empat?

4. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui secara pasti risiko yang

muncul dari masing-masing

stakeholders dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan jalan Manggopoh- Padang Sawah Simpang Empat

2. Menentukan parameter risiko pada

masing-masing sumber risiko

berdasarkan pendekatan risk

breakdown structure dan analytical hierarchy process.

3. Mengetahui strategi respon risiko

dari masing-masing stakeholders

yang terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan

jalan Manggopoh-Padang Sawah

Simpang Empat.

5. TINJAUAN LITERATUR

5.1 Manajemen Risiko dalam Proyek Konstruksi

Soenarmo (2007) menjelaskan

bahwa risiko dalam konteks proyek

dapat didefinisikan sebagai suatu

penjabaran terhadap konsekuensi yang tidak menguntungkan, secara finansial

maupun fisik, sebagai hasil dari

keputusan yang diambil atau akibat kondisi lingkungan di lokasi suatu

kegiatan. Risiko dalam proyek

konstruksi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalisir dampaknya.

Proyek konstruksi merupakan

suatu hal yang unik, spesifik dan dinamik, maka setiap proyek memiliki identifikasi risikonya masing-masing, dan respon risiko yang berbeda-beda untuk meminimalisasi dampak risikonya. Donald S. Barie (1992) menganalisis risiko proyek pada proyek bangunan gedung di Indonesia dan mendapati bahwa risiko dapat berdampak tidak langsung terhadap jadwal pelaksanaan proyek. Kategori risiko dalam proyek konstruksi ini adalah risiko eksternal, risiko ekonomi dan finansial, risiko

teknis dan kontrak, serta risiko

manajerial.

5.2 Manajemen Risiko dalam Proyek Jalan

Pada dasarnya, manajemen risiko pada proyek jalan melalui beberapa tahap seperti identifikasi risiko, analisis

risiko serta respon risiko. Yang

membedakan di proyek jalan dengan proyek lainnya adalah pada risiko yang diidentifikasi. Risiko akan berbeda tergantung dari persepsi pemangku kepentingan pada proyek. Purnomo

(5)

5

identifikasi risiko pada proyek jalan yang meliputi risiko karena faktor tanah, traffic, tarif, bunga, desain, pelaksanaan, dan pemeliharaan.

5.3 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

Risiko muncul karena adanya

ketidakpastian akan suatu peristiwa yang

belum terjadi. Dalam suatu

ketidakpastian itu, risiko akan selalu berbanding terbalik dengan keuntungan.

Ketidakpastian biasanya dapat

meningkatkan faktor risiko yang dapat dilihat dari berpotensi terjadinya suatu keadaan negatif yang tidak diinginkan dari suatu peristiwa. Banyak kasus dimana semakin besar kemungkinan risikonya, maka akan semakin besar juga kemungkinan keuntungannya. Tetapi ada pula beberapa kasus dimana tingkat risikonya kecil, tetapi kemungkinan

keuntungannya besar. Kemampuan

memandang risiko dan keuntungan seseorang tidak sama satu dengan yang

lainnya, semua bergantung pada

pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Menganalisis risiko merupakan suatu hal yang penting dalam sebuah

bisnis atau usaha. Dalam bidang

konstruksi, risiko dapat dilihat dalam setiap aspek pekerjaan, seperti lokasi

kerja, resources, atau jadwal

pelaksanaan proyek. Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui dari awal kemungkinan kerugian dan keuntungan yang ada.

Gambar 1 Unsur Risiko

5.4 Risk Management Planning

Perencanaan yang hati-hati dan jelas

akan menentukan kesuksesan lima

proses manajemen risiko lainnya. Tahap ini merupakan proses untuk menentukan langkah-langkah dalam menyelesaikan risiko yang timbul dalam suatu proyek. Proses perencanaan ini penting dalam menentukan tingkat, tipe, dan visibilitas manajemen risiko apakah setara dengan risiko serta pentingnya proyek terhadap organisasi, untuk menyediakan sumber daya yang cukup, serta waktu untuk aktivitas manajemen risiko serta untuk menguatkan dasar pada persetujuan untuk mengevaluasi risiko. Perencanaan

manajemen risiko menggambarkan

bagaimana manajemen risiko disusun dan dilaksanakan dalam sebuah proyek. 5.5 Risk Identification

Langkah paling penting dalam

manajemen risiko adalah

mengidentifikasi risiko yang ada.

Keseluruhan risiko harus teridentifikasi untuk dapat dianalisis dan diketahui respon risiko yang akan ditempuh, agar

tidak berdampak negatif terhadap

proyek. Para pengambil keputusan

percaya bahwa keuntungan paling utama

dalam manajemen risiko adalah

mengidentifikasi disbanding daripada menganalisisnya. Menurut buku A Guide

KEJADIAN

AKIBAT KEMUNGKINAN

(6)

6

to the Project Management Body of Knowledge (PMBOK), langkah yang

dapat dilakukan dalam tahapan

identifikasi risiko adalah Peninjauan

Kembali Dokumen, Teknik

Mengumpulkan Informasi, Analisis

Checklist, Analisis Asumsi, dan Teknik Diagram.

6. METODOLOGI PENELITIAN 6.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan

mempelajari isu-isu strategis secara nasional terutama yang berkaitan dengan persoalan daya saing dan pertumbuhan ekonomi. Daya saing dan pertumbuhan ekonomi yang baik tentunya didukung oleh ketersediaan sarana prasarana yang memadai, seperti infrastruktur jalan.

Tepat atau tidaknya sasaran

pembangunan infrastruktur jalan ini

tentunya didukung dengan proses

perencanaan dan pelaksanaan yang

mempertimbangkan seluruh

kemungkinan risiko yang melekat

sepanjang rangkaian aktivitas tersebut. Secara skematik, kerangka penelitian dapat dilihat seperti gambar dibawah ini

Kecendrunagn Pertumbuhan Ekonomi yang lambat Dukungan Sarana Prasarana yang Memadai Jalan dan Jembatan

Proses Perencanaan dan Pelaksanaan tidak didasari dari manajemen risiko yang baik dan

benar

Lemahnya Pemahaman dan Implementasi Manajemen

Risiko Risk Breakdown Structure dan

Analytical Hierarchy Process

Gambar 2 : Kerangka Penelitian

6.2 Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah proyek pembangunan Ruas Jalan Nasional Manggopoh-Padang Sawah sepanjang 32 KM dan Ruas Jalan Padang

Sawah-Simpang Empat sepanjang 40,693

dimulai. Dalam hal ini yang dianalisis

adalah persepsi risiko dari para

stakeholders yaitu kontraktor, owner, konsultan perencana. Perbedaan cara pandang para stakeholders terhadap

proyek, mengakibatkan berbedanya

pandangan terhadap risiko proyek.

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tahapan seperti dijelaskan pada gambar 3 dibawah ini. MULAI IDENTIFIKASI & RUMUSAN MASALAH Studi Literatur, Observasi Lapangan Research Question dan Tujuan Penelitian

Identifikasi Variabel Risiko pada masing-masing sumber

penyebab Lingkup dan Batasan Penelitian Penyusunan Instrumen Penelitian Responden Penelitian Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner Perhitungan Dampak, Tingkat, Kategori dan Rangking

Analisis Respon dan Strategi Risiko

SELESAI

Analytical Hierarchy Process (AHP)

Gambar 3 : Tahapan Penelitian 6.3 Analisis Risk Breakdown

Structure

Risk breakdown structure dilakukan untuk menguraikan faktor-faktor risiko menjadi variabel-variabel yang lebih operasional hingga menetapkan strategi

respon risiko pada masing-masing

variabel. Selengkapnya tahapan ini dapat dilihat pada gambar 4 dibawah ini.

(7)

7

Rumusan Faktor-Faktor Risiko (Menurut Oberlender)

Penjajakan Opini Pakar tentang Variabel-variabel risiko berdasarkan faktor yang sudah

diketahui (kusioner 1)

Validasi Melalui Pakar guna mengukur konsistensi variabel

dengan faktor-faktor risiko (kusioner 2) Pengukuran dampak risiko yang

ditimbulkan oleh masing-masing variabel risiko berdasarkan frekuensi kejadian (kusioner 3)

Penentuan tingkat dan kategori risiko berdasarkan standar kategori menurut Sonhadji, 2011

Penentuan Rangking dan Peringkat risiko berdasarkan urutan kategori masing-masing

variabel risiko

Penentuan Strategi Respon Risiko berdasarkan Hartono dan Laksito

(2006)

Gambar 4 : Tahapan Penentuan Strategi Respon Risiko

6.4 Analisis Risiko

Setelah analisis melalui Risk

Breakdown Structure selanjutnya risiko

dikelompokkan berdasarkan akar

permasalahannya ataupun berdasarkan kategori yang dianggap penting dapat

membantu meningkatkan efektivitas

penaggulangan risiko. Untuk mengetahui risiko mana yang paling berpotensi menyebabkan kegagalan pada proyek maka digunakan pendekatan matematis

dengan metoda AHP (Analythical

Hierarchy Process) dengan tahapan seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 dibawah ini.

Variabel risiko berdasarkan hasil Risk Breakdown Structure

Penyusunan Hirarki Permasalahan

Penjajakan opini pakar tentang nilai perbandingan kepentingan antara variabe-variabel yang

telah dirumuskan Input Data dan Analisis Hasil

dengan menggunakan softaware expert choice guna mendapatkan nilai bobot dan konsistensi matrik

Pengurutan variabel-variabel risiko yang diperbandingkan berdasarkan nilai bobot yang

diperoleh

Analisis Sensitifitas Risiko guna melihat tingkat/batas kerentanan variabel risiko dari masing-masing stakeholders terhadap

situasi masa akan datang

Gambar 5 : Tahapan Penentuan Batas Sensitifitas Risiko

7. PEMBAHASAN

7.1 Analisis Risiko dari Persepsi Kontraktor dengan Metode Risk

Breakdown Structure

Identifikasi risiko dilakukan dengan mengelompokkan frekuensi kejadikan risiko dan kemudian dikonversi kedalam

standar kriteria risiko. Selanjutnya

dilakukan penilaian dampak masing-masing variabel risiko berdasarkan skala nilai dampak sesuai standar. Setelah mendapatkan probabilitas dan dampak, langkah selanjutnya adalah menghitung

tingkat risiko dengan mengalikan

probabilitas dan dampak risiko tersebut. Analisis risiko dengan metode Risk Breakdown Structure disajikan dalam tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1

Analisis Dampak dan Kategori Tingkat Risiko Berdasarkan Persepsi Kontraktor

Selanjutnya, berdasarkan tabel diatas dapat di tentukan tindakan atau respon terhadap risiko. Penentuan respon ini dibagi menjadi tiga, yaitu diterima dengan monitor dan review, mitigasi, atau dihindari. Respon terhadap risiko dari persepsi kontraktor dapat dilihat pada tabel di bawah ini

(8)

8 Tabel 2

Strategi Respon Risiko Berdasarkan Persepsi Kontraktor

7.2 Analisis Risiko dari Persepsi Kontraktor dengan Metode

Analythical Hierarchy Process

Analisis risiko juga dilakukan

dengan metode Analythical Hierarchy Process (AHP). Untuk analisis risiko dengan metode AHP ini, responden dari kontraktor diambil sepuluh orang orang yang menduduki posisi kepala proyek dan manajerial. Pengolahan dengan metode ini di dasarkan pada hierarchy seperti gambar 6

Risiko Persepsi Kontraktor

Risiko Kontrak dan Hukum (X2) Risiko Konstruksi (X3) X11 Risiko Ekonomi (X1) X12 X21 X22 X23 X31 X32 X33 X34 X35 Gambar 6

Hirarki Masalah Berdasarkan Persepsi Kontraktor

Dari hasil penjajakan opini kepada pakar

pada kelompok kontraktor ini,

selanjutnya dapat ditentukan nilai matrik berpasangan seperti ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Melalui analisis dengan menggunakan software expert choice selanjutnya dapat

ditentukan bobot prioritas

masing-masing aspek risiko pada kelompok kontraktor yaitu 40.3% adalah kriteria ekonomi, 30.9% kriteria konstruksi dan 28.8% kriteria kontrak dan hukum. Nilai inkonsistensi untuk perhitungan pada kelompok kontraktor adalah sebesar atau 0.046%, oleh karena lebih kecil dari 10%, maka bisa di simpulkan bahwa data yang diambil adalah konsisten dan dapat dipertanggung jawabkan. Proses

perhitungan selanjutnya adalah

menentukan rangking risiko pada

masing-masing variabel dengan hasil akhir seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3

Dampak dan Rangking Risiko Persepsi Kontraktor

(9)

9

7.3 Analisis Risiko dari Persepsi

Owner dengan Metode Risk Breakdown Structure

Dari identifikasi risiko yang ada,

dilakukan pembobotan terhadap

probabilitas dan dampak terhadap risiko. Selanjutnya dihitung tingkat risiko dengan mengalikan probabilitas dan dampak risiko tersebut. Analisis risiko dengan metode Risk Breakdown Structure disajikan dalam tabel di bawah ini. Adapun analisis risiko ini didapat melalui wawancara di Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional 2 Sumatera Barat Satker PJN Wilayah I Sumatera Barat.

Tabel 4

Penilaian Dampak Risiko Berdasarkan Persepsi Owner

Hasil analisis dan pembahasan dengan metoda Risk Breakdown Structure untuk kelompok stakeholders dari owner dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5

Kategori dan Tanggapan Respon Risiko Berdasarkan Persepsi Owner

7.4 Analisis Risiko dari Persepsi

Owner dengan Metode Analythical Hierarchy Process

Analisis risiko juga dilakukan dengan metode Analythical Hierarchy Process (AHP). Untuk analisis risiko dengan metode AHP ini, responden dari owner diambil sebanyak sepuluh orang yang menduduki posisi mulai dari Ka. Satker PJN-I Sumatera Barat hingga Kaur TU-PPK yang ada dilingkungan Satker PJN-I Provinsi Sumatera Barat dengan daftar sebagai berikut.

(10)

10 Gambar 7

Hirarki Masalah Berdasarkan Persepsi Owner

Dari hasil pengisian kuisioner yang dilakukan oleh sepuluh orang responden, didapat pembobotan probabilitas risiko berdasarkan persepsi owner seperti disajikan pada tabel dibawah ini

Tabel 6

Matrik Berpasangan Nilai Kepentingan Persepsi Owner

Keterangan :

X1 : Risiko Konstruksi

X2 : Risiko Ekonomi

X3 : Risiko Kontrak dan Hukum Selanjutnya data penilaian responden ini diolah dengan menggunakan software expert choice dengan memberikan hasil sebagai berikut.

Gambar 8

Nilai Bobot Faktor Penyebab Risiko Berdasarkan Persepsi Owner

7.5 Analisis Risiko dari Persepsi Konsultan dengan Metode Risk

Breakdown Structure

Dari identifikasi risiko yang ada,

dilakukan pembobotan terhadap

probabilitas dan dampak terhadap risiko. Selanjutnya dihitung tingkat risiko dengan mengalikan probabilitas dan dampak risiko tersebut. Analisis risiko

dengan metode Risk Breakdown

Structure disajikan dalam tabel di bawah ini. Adapun analisis risiko ini didapat melalui kuisioner yang diberikan pada responden dari salah satu konsultan yang ada ditunjukkan pada tabel 7 dibawah ini.

(11)

11 Tabel 7

Penilaian Dampak Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan

Selanjutnya hasil pembahasan kategori risiko dapat ditentukan tindakan atau respon terhadap risiko dengan tiga kategori, diantaranya diterima dengan monitor dan review, mitigasi, atau dihindari. Hasil analisis dan pembahasan selengkapnya ditampilkan pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8

Respon dan Strategi Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan

7.6 Analisis Risiko dari Persepsi Konsultan Perencana dengan Metode Analythical Hierarchy Process

Di bawah ini akan dianalisis risiko

dari identifikasi risiko yang ada,

menggunakan metode yang berbeda,

yaitu metode Analythical Hierarchy Process. Metoda AHP diawali dengan

menggambarkan bentuk hirarki

permasalahan yang akan dibahas seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

RESIKO DARI PERSEPSI KONSULTAN PERENCANA

RESIKO KONSTRUKSI

Data Primer dan Data Sekunder Tidak

Memadai Kualitas personil tidak

memenuhi standar Sulitnya akses ke lokasi

perencenaan Kesalahan taksir untuk

penawaran perenacanaan Hasil perencanaan kurang kompetibel dengan kondisi di lapangan Waktu penyelesaian terlalu singkat

RESIKO HUKUM DAN KONTRAK Tidak konsistennya dokumen kontrak Keterlambatan penyelesaian perencanaan RESIKO EKONOMI Pembayaran termiin terlambat Perubahan tingkat suku

bangsa

Gambar 9

Struktur Hirarki Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah penjajakan opini pakar atau ahli yang telah didefinisikan pada awal penelitian untuk kelompok stakeholder konsultan dengan menggunakan kuesioner tahap 4 diperoleh hasil perhitungan matrik berpasangan yang menjelaskan perbandingan berpasangan masing-masing variebal seperti disajikan pada tabel 9 dibawah ini. Penyajian matrik berpasangan merupakan langkah awal dalam perhitungan yang akan dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui nilai kepentingan yang diberikan oleh masing-masing pakar.

(12)

12 Tabel 9

Hasil Matrik Berpasangan Sumber Penyebab Risiko Berdasarkan Persepsi Konsultan

Keterangan :

X1 : Risiko Konstruksi

X2 : Risiko Hukum dan Kontrak X3 : Risiko Ekonomi

Selanjutnya data-data yang sudah

dihimpun melalui penjajakan kepada pakar akan diolah sedemikian rupa dengan menggunakan software expert choice untuk menentukan bobot masing-masing kriteria dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 10

Bobot Kriteria Penyebab Risiko Persepsi Konsultan

7.7 Analisis Sensitivitas pada Risiko dari Persepsi para Stakeholders

Pada tahap ini akan dibahas

mengenai analisis sensitivitas risiko dari persepsi seluruh stakeholdes. Pada analisis ini akan diketahui tingkatan

risiko apabila terdapat perubahan

kebijaksanaan dari masing-masing

stakeholders. Perubahan kebijaksanaan

ini dilakukan oleh decission maker yang dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Struktur hirarki risiko dari persepsi para stakeholders ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Risiko Proyek Pembangunan

Jalan

Kontraktor Owner Konsultan Perencana

Risiko Konstruksi Risiko Hukum dan Kontrak Risiko Ekonomi

Gambar 11

Struktur Hirarki Risiko Pada Masing-Masing Stakeholders

Berdasarkan struktur hirarki di atas, dilakukan perbandingan antar elemen dengan memperhatikan pengaruh elemen pada level di atasnya. Perbandingan ini dilakukan secara berpasangan (pairwise comparisson), atau lebih dikenal dengan metode Analythical Hierarchy Process. Bobot yang dihitung adalah elemen pada level dua dan tiga. Pada level kedua akan didapat bobot untuk masing-masing stakeholders, yaitu kontraktor, owner dan konsultan perencana. Sedangkan pada level ketiga akan didapat bobot untuk kategori risiko konstruksi, risiko hukum dan kontrak, serta risiko ekonomi masing-masing stakeholders.

Perhitungan bobot dilakukan dengan metode penyebaran kuisioner kepada sepuluh orang responden dari para ahli.

Hasil analisis yang dilakukan

berdasarkan data tingkat/penilaian

kepentingan pada masing-masing

stakeholder selanjutnya ditentukan nilai matrik berpasangan dengan hasil sebagai berikut:

(13)

13 Tabel 10

Hasil Matrik Berpasangan Berdasarkan Persepsi dari Masing-masing Stakeholder

Keterangan

X1 : Risiko Kontraktor X2 : Risiko Owner X3 : Risiko Konsultan

Hasil penilaian tersebut selanjutnya diteruskan untuk mendapatkan nilai bobot prioritas penyebab risiko

masing-masing stakeholders dengan hasil

sebagai berikut

Gambar 12

Bobot Penyebab Risiko Masing-Masing Stakeholders

Pada kondisi tingkat risiko kontraktor 33.8% maka kategori risiko ekonomi menduduki ranking pertama dengan bobot 0,395 atau 39,5%. Ranking kedua

adalah risiko hukum dan kontrak

dengan bobot 0,304 atau 30.4%.

Sedangkan risiko pada ranking ketiga adalah risiko konstruksi dengan bobot 0,301 atau 30.1%. Apabila bobot tingkat

risiko kontraktor diturunkan menjadi 0,30 maka prioritas global menjadi 38% adalah risiko ekonomi, 29.3% risiko hukum dan 28.9% risiko konstruksi. Apabila bobot tingkat risiko kontraktor diturunkan menjadi 5% maka prioritas

risikonya berubah meskipun risiko

ekonomi tetap menjadi risiko terbesar dengan bobot 0.279 atau 27.9%, risiko hukum dan kontrak pada ranking kedua dengan bobot 0.221 atau 22.1%; dan konstruksi pada ranking ketiga dengan bobot 0,212 atau 21.2%. Maka dapat dikatakan bahwa bobot tingkat risiko

kontraktor sensitif ketika terjadi

penurunan dari 33.8% menjadi 5%. Langkah perhitungan ini dilakukan pada

seluruh stakeholders dengan hasil

sebagai berikut.

Tabel 11

Nilai Perubahan Bobot Terhadap Prioritas Penyebab Risiko Berdasarkan Masing-masing Stakeholder

8. PENUTUP 8.1 Kesimpulan

Hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, menyimpulkan beberapa hal diantaranya:

4. Faktor-faktor risiko yang seharusnya

diperhatikan dalam pelaksanaan

pembangunan jalan berdasarkan

persepsi masing-masing stakeholders adalah risiko yang berasal dari Aspek Konstruksi, Aspek Ekonomi, Aspek Hukum dan Kontrak Ketiga kriteria risiko ini menjadi pertimbangan yang amat penting didalam pelaksanaan pekerjaan karena akan memberikan

(14)

14

dampak pada baik buruknya kinerja organisasi.

5. Setiap peran dan fungsi stakeholders

memiliki pertimbangan yang

berbeda-beda didalam mensiasati

tingkat kepentingan pencegahan

dampak risiko. Masing-masing pihak memiliki penilaian bobot untuk setiap faktor risiko yaitu menurut kontraktor kriteria ekonomi adalah kriteri paling prioritas dengan bobot 40.3%, konstruksi sebesar 30.9% dan hukum dan kontrak sebesar 28.8%. Sementara menurut owner risiko pekerjaan disebabkan karena kriteria ekonomi 36.8%, konstruksi 31.8% dan hukum dan kontrak sebesar

31.4%. Sedangkan menurut

konsultan, risiko yang paling

dominan disebabkan oleh kriteria ekonomi sebesar 41.0%, hukum dan kontrak sebesar 31.0% dan terakhir adalah kriteria konstruksi sebesar 28.0%.

6. Perubahan situasi masa akan datang akan berpengaruh pada masing-masing respon risiko pada setiap stakeholders. Jika batas kerentanan terhadap respon tersebut berada minimal sebesar 5%, maka dapat disimpulkan bawwa risiko yang terjadi masing dapat dielakkan secara efektif dan efisien. Batas kerentanan

ini menggambarkan besarnya

perubahan kemungkinan terjadinya risiko yang disebabkan oleh masing-masing stakeholders.

8.2 Saran

1. Sebaiknya penanganan dampak

risiko diatasi dengan melakukan pendekatan manajemen risiko yang

lebih efektif salah satunya

melibatkan seluruh pemangku

kepentingan untuk mencegah

(mitigasi) dampak risiko yang akan terjadi.

2. Oleh karena lingkup stakeholders didalam penelitian ini hanya dibatasi pada tiga elemen saja, maka

penelitian selanjutnya dapat

menguraikan faktor-faktor risiko yang berasal dari komponen lain salah satunya adalah masyarakat. Keterlibatan masyarakat sebagai komponen penyebab risiko didalam proyek ini menjadi bagian yang harus diperhatikan untuk selanjutnya

disiasati langkah-langkah

pencegahannya.

9. REFERENSI

Amborowati (2004), Analisis Hirarki

Proses “Pendekatan Pengambilan

Keputusan Kriteria Majemuk”,

Jakarta

Daft, Richard L (1992), Organization Theory and Design, West Publishing Company, New York.

Donald S. Barrie (1992), Professional Construction Management, 1992.

Ervianto, W.I (2002), Manajemen

Proyek Konstruksi, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Farid, M (2005), Identifikasi

Faktor-Faktor Penyebab Permasalahan

Pengembangan Kemampuan

Kontraktor Kecil dan Menengah dalam Dinamika Otonomi Daerah (Studi kasus Kabupaten Bandung), Tesis Magister, Institut Teknologi Bandung.

Hendricson, (2000), Project

Management for contruction.

Ilyas.M. (1998), Buletin Pengawasan

No. 13 & 14 Th.1998. www.pu.go.id

Lembaga Pengembangan Jasa

Konstruksi /LPJK, (2004), Klasifikasi

dan Kualifikasi, www.lpjk.or.id

Lembaga Pengembangan Jasa

(15)

15

usaha jasa pelaksana konstruksi,

www.lpjk.or.id

Oberlender, (2000). Project

Management for Engineering and Contruction.

Pribadi K.S, Affandi. F, Firmandi.A. (1998), Jurnal Teknik Sipil Vol.5 No.1 Januari 1998, Institut Teknologi Bandung.

Singarimnbun,M. (1989), Metode

Penelitian Survey, LP3S, Jakarta. Soenarno (2003), LPJK Harus Berbenah

Diri. www.lpjk.or.id. Download

internet 10 Agustus 2008.

Tika, M.P (2005), Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Tjokrowinoto,M. (1981), Tahap – Tahap

Penelitian Sosial Dalam Metodologi

Penelitian, Lembaga Pendidikan

Doktor UGM, Yogyakarta.

Toruan, R.L (2005), Panduan Penerapan Manajemen Mutu ISO 9001:2000, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Wiryodiningrat, P. (1997), ISO 9000 Untuk Kontraktor, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gambar

Gambar 2 : Kerangka Penelitian
Gambar 4 : Tahapan Penentuan Strategi  Respon Risiko

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS RISIKO KONSTRUKSI STRUKTUR ATAS PADA PROYEK PEMBANGUNAN HARTONO LIFESTYLE MALL YOGYAKARTA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHYi.

Salah satu metode yang digunakan dalam pemilihan supplier adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan penggunaan kriterianya

Process Pada metode Analytical Hierarchy Process untuk mendapatkan bobot dari kriteria dan alternatif harus melalui proses perbandingan berpasangan yaitu dimana masing-masing

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan dalam penentuan keputusan yang kompleks dari

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analytical Hierarchy Process yang

1) Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) dapat diterapkan dalam sistem pendukung keputusan pemilihan paket internet operator telekomunikasi dengan

PENGUKURAN KINERJA SUPPLIER DENGAN MENGGUNAKAN METODE SUPPLY CHAIN OPERATION REFERENCE (SCOR) - ANALYTICAL.. HIERARCHY