• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KETEPATAN MAKNA TERJEMAHAN KALIMAT AKTIF MENJADI KALIMAT PASIF DALAM NOVEL HARRY POTTER AND THE ORDER OF THE PHOENIX OLEH LISTIANA SRISANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KETEPATAN MAKNA TERJEMAHAN KALIMAT AKTIF MENJADI KALIMAT PASIF DALAM NOVEL HARRY POTTER AND THE ORDER OF THE PHOENIX OLEH LISTIANA SRISANTI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

1

ANALISIS KETEPATAN MAKNA

TERJEMAHAN KALIMAT AKTIF MENJADI KALIMAT PASIF DALAM NOVEL HARRY POTTER AND THE ORDER OF THE PHOENIX

OLEH LISTIANA SRISANTI

Oleh:

Nunun Tri Widarwati, SS.,M.Hum.

FKIP-Pend. Bahasa Inggris, Univet Bantara Sukoharjo E-mail: nununtriwidarwati@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bentuk perubahan terjemahan kalimat aktif

menjadi struktur kalimat pasif, mengidentifikasi jenis kalimat atau klausa yang mengalami perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif, serta mengetahui ketepatan terjemahan yang dihasilkan dari perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif pada novel terjemahan Harry Potter and the Order Phoenix. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan purposive technique sampling. Data penelitian adalah kalimat aktif pada Bsu yang diterjemahkan menjadi kalimat pasif pada Bahasa sasaran (Bsa) baik dalam bentuk kalimat atau klausa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua sumber data, yakni dokumen dan informan dan guna mengetahui ketepatan terjemahan, data dinilai oleh 3 pembaca ahli dengan kriteria khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalimat yang mengalami perubahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat pasif adalah kalimat yang memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Bentuk perubahanya terjadi karena subjek kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif dan objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Dari 288 data yang diteliti, ada 272 (94%) data terjadi perubahan pada tataran klausa, 16 data (6%) pada tataran kalimat. Perubahan pada tataran klausa terjadi pada tataran klausa relatif (142 data), klausa nominal (72 data), klausa adverbial (39 data) dan klausa independen (19 data). Sementara 16 data yang terjadi pada tataran kalimat terjadi pada kalimat tanya (question sentence). Ketepatan makna terjemahan menunjukkan 199 data (66%) dikategorikan sebagai terjemahan sangat tepat, 71 data (24,7%) dikategorikan sebagai terjemahan tepat dan 27 data (9,3%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang tepat.

Kata Kunci: Penerjemahan, Kalimat aktif, Kalimat pasif, Ketepatan terjemahan A TRANSLATION ACCURACY ANALYSIS

OF ACTIVE SENTENCES INTO PASSIVE SENTENCES IN HARRY POTTER AND THE ORDER OF THE PHOENIX NOVEL BY LISTIANA SRISANTI

By:

Nunun Tri Widarwati, SS., M.Hum.

FKIP-Pend. Bahasa Inggris, Univet Bantara Sukoharjo E-mail: nununtriwidarwati@gmail.com

Abstract:The focus of this research are to see the form of changes in active sentence which is translated into passive form in Harry Potter and the Order of the Phoenix novel translation, to identify the kinds of sentences or clauses in active form which is translated into passive form, and to see those translation accuracy. The method applied is descriptive qualitave research with purposive sampling technique. The data are active sentences in the source language (SL) which is translated into passive in target language (TL). In this research, the writes uses two data sources, namely document and informants. Whereas to see the translation accuracy, the data are assessed by three informan with certain criterions. The results of the research show that the active sentences which translated into passive ones are apllied in the sentences/clauses having subject, predicate, and object components. The changes are caused by the subject in active form to be object in passive form and vice versa. From 288 data, there are 272 data (94%) have changes in the clauses form and 16 data (6%) have changes in the sentence form. The changes in the clause form are as follows: 142 data are in relative clauses, 72 data are in nominal clauses, 39 data are in adverbial clauses and 19 data are in independent clauses. Whereas 16 data having changes in the sentence form just appear in the question sentences. The translation accuracy shows 199 data (66%) belong to very perfect translation, 71 data (24,7%) belong to perfect translation and 27 data (9.3%) belong to poor translation.

Key words: translation, active sentence, passive sentences, translation accuracy

(4)

2

PENDAHULUAN

Perbedaan sistem sosial dan budaya yang dimiliki oleh setiap bangsa menyebabkan perbedaan bahasa baik yang menyangkut fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik. Di dalam mengungkapkan gagasan atas pikirannya, anggota masyarakat tidak selalu menggunakan cara yang sama meskipun gagasan yang dimaksud itu sama. Ada gagasan yang diungkapkan dengan kalimat aktif dan ada pula yang disampaikan dengan kalimat pasif. Berdasarkan strukturnya, kalimat aktif berbeda dari kalimat pasif. Kalimat aktif (kalimat tindak) yaitu kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan, sedangkan kalimat pasif (kalimat tanggap) ialah kalimat yang subjeknya menderita atau dikenai pekerjaan (Doni Ariftanto, 1988: 40).

Bsu: The people had built the bridge before the leader visited it.

Bsa: Jembatan itu dibangun oleh rakyat sebelum pemimpinya berkumjung ke sana. Pada contoh di atas, kalimat bahasa sumber berstruktur aktif karena subyek the people melakukan pekerjaan yaitu had built the bridge, sedangkan kalimat bahasa sasaran berstruktur pasif, dimana subjek Jembatan itu dikenai pekerjaan yaitu membangun. Meskipun memiliki struktur yang berbeda, kedua kalimat tersebut mengandung pesan yang sama.

Penerjemah harus memahami bahwa tidak setiap struktur kalimat aktif dalam bahasa sumber selalu bisa diubah menjadi struktur kalimat pasif dalam bahasa sasaran. Kalimat aktif yang bisa diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya menggunakan kata kerja transitif (kata kerja yang membutuhkan objek), sedangkan kalimat aktif yang tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja intransitif. Dibawah ini diberikan cintoh kalimat aktif dalam bahasa Inggris yang tidak bisa diubah dalam kalimat pasif dalam bahasa sasaran.

Bsu: He always runs fast

Bsa: Dia selalu lari dengan cepat

Kalimat bahasa Inggris di atas menggunakan predikat kata kerja intransitif yaitu runs dan kata kerja tersebut tidak memiliki objek sehingga kalimat tersebut tidak bisa diubah menjadi kalimat pasif dalam bahasa Indonesia. Perubahan struktur kalimat aktif dalam bahasa sumber (BSu) menjadi struktur kalimat pasif dalam bahasa sasaran (BSa) dalam konteks penerjemahan merupakan salah satu alternatif strategi penerjemahan untuk mendapatkan kesepadanan makna antara Bsu dan Bsa dan untuk menghasilkan terjemahan yang wajar. Strategi itu bisa diterapkan apabila penerjemah tidak bisa memperoleh bentuk dan makna yang sejajar dengan Bsu-nya. Oleh karena itu, strategi tersebut bukan merupakan keharusan untuk dilakukan tetapi hanya sebagai alternatif.

Banyak pakar yang memberikan definisi tentang penerjemahan. Bell (1991: 6) menjelaskan bahwa “translation is replacement of a representative of a text in one language by a representation of an equivalent text in a second langauage”. Hanafi (1986: 24) dengan mengutip pendapat Catford mengatakan bahwa translation maybe defined as follows: “the replacement of a textual material in one language by equivalent textual material in another language”. Dari kedua definisi tersebut disebutkan bahwa penerjemahan merupakan penggantian materi teks dalam suatu bahasa dengan materi teks yang padan dalam bahasa lain. Kesepadanan merupakan aspek terpenting yang harus diperhatikan oleh penerjemah. Definisi lain yang dijelaskan

(5)

3

oleh Larson (1984: 3) mengenai penerjemahan adalah: “Translation consists of translating the meaning of the source language into receptor language. This done by going from the form of the first language to the form of a second language by way of semantic structure”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa makna merupakan aspek penting dalam kegiatan menerjemahkan. Maknalah yang harus dialihkan dan harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah. Masalah makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penerjemahan. Menerjemahkan pada dasarnya adalah mengalihkan makna atau pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nida dan Taber dalam Choliludin (2009: 3)“Translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of a source language message, firstly in terms of meaning and secondly in terms of style.”

Dari beberapa pendapat dari pakar penerjemahan di atas diatas dapat disimpulkan bahwa menerjemahkan adalah proses untuk menghasilkan padanan alami yang paling mendekati dari pesan bahasa sumber ke bahasa sasaran, pertama pada tingkat makna dan kedua pada tingkat gaya. Sebagai contoh ungkapan “good morning” bisa mempunyai makna berbeda meskipun sama-sama diucapkan oleh seorang atasan kepada pegawainya apabila situasinya berbeda. Ungkapan “good morning” berarti sapaan yang ramah jika diucapkan oleh seorang atasan kepada seorang pegawainya yang datang lebih dulu sebelum pegawai yang lain datang, akan tetapi ungkapan “good morning” berarti sebuah teguran yang sinis bila diucapkan oleh atasan kepada pegawainya yang datang terlambat.

Dalam sebuah penerjemahan tidak akan lepas dengan proses penerjemahan. Nida (2005) mengatakan bahwa proses penerjemahan berlangsung dalam tiga tahap, yaitu analysis (analisis), transfer (pengalihan) dan restructuring (penyusunan kembali). Nida menggambarkan proses tersebut sebagai berikut:

teks BSu teks BSa

analisis penyusunan kembali

isi teks BSu pengalihan isi teks BSa Gambar 1: Proses penerjemahan menurut Nida dan Taber

Pada tahap pertama, penerjemah melakukan analisis terhadap teks bahasa sumber. Pada tahap ini seorang penerjemah dihadapkan dengan sebuah teks bahasa sumber, misalnya bahasa Inggris. Pada waktu seorang penerjemah menghadapi teks bahasa sumber, dia harus memiliki latar belakang ilmu pengetahuan yang diterjemahkan, menguasai masalah pokok dari materi yang diterjemahkan dan menguasai bahasa sumber dengan baik.

Pada tahap kedua, yaitu transfer atau pengalihan, penerjemah harus melakukan pemindahan makna teks yang diperoleh dari hasil analisis pada langkah pertama. Setelah memahami isi pesan yang terdapat pada teks bahasa sumber, penerjemah mengalihkan isi pesan tersebut kedalam bahasa sasaran. Pada tahap ini penerjemah dituntut untuk menentukan padanan pesan dalam bahasa sasaran, mulai dari tiap unsur kata dalam bahasa sumber, yaitu mulai dari kata, frasa, klausa, kalimat hingga wacana.

(6)

4

Pada tahap ketiga yaitu restructuring atau penyusunan kembali, penerjemah menyusun kembali pesan atau gagasan yang sudah dialihbahasakan dari bahasa sumber kedalam bahasa sasaran. Proses penyusunan kembali ini harus dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah penulisan bahasa sasaran sehingga pesan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca dari bahasa sasaran (Soedibyo, 2004: 33).

Proses penyusunan kembali tersebut terjadi pada tataran kalimat atau klausa. Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi atau proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf lati, kalimat dimuali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!), sementara itu didalamnya disertakan pula tanda baca seperti koma (,), titik dua (:) , tanda pisah (-), dan spasi Anton M. Moeliono (2003: 311) . Dari pemaparan di atas, bisa kita lihat bahwa Moeliono tidak menyebutkan unsur kalimat harus terdiri dari subjek dan predikat. Dia hanya menekankan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang terkecil untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pikiran yang utuh. Kalimat bisa diwujudkan dengan lisan atau tulisan. Kalimat lisan ditandai dengan naik turun dan keras lembutnya suara, sedang kalimat tulisan ditandai dengan tanda baca. Sementara klausa didefinisikansebagai frase yang tediri dari unsur subjek dan predikat, atau berupa anak kalimat (Dody A.et al, 1988: 53). Meskipun klausa memiliki unsur subjek dan predikat, ia tidak bisa berdiri sebagai kalimat tanpa ada klausa yang lainnya. Dengan kata lain, klausa merupakan bagian dari suatu kalimat. Berdasarkan bentuknya, klausa dibagi menjadi dua yaitu klausa independen dan klausa subordinatif. Klausa independen adalah klausa yang memiliki satu predikat dan ia bisa berdiri sendiri sebagai kalimat tanpa diikuti oleh klausa lain. Klausa subordinatif adalah klausa yang harus dihubungkan dengan klausa independen.

Ada banyak sekali jenis kalimat diantaranya adalah kalimat aktif dan kalimat pasif yang tentunya keduanya mempunyai pola yang berbeda. Dalam berkomunikasi, masyarakat bisa mengungkapkan gagasannya baik dengan kalimat aktif maupun kalimat pasif. Apabila gagasan tersebut akan diterjemahkan ke dalam bahasa lain, belum tentu gagasan itu bisa diterjemahkan dengan pola kalimat yang sama. Artinya, apabila teks Bsu berstruktur kaliamt aktif, bisa jadi teks tersebut diterjemahkan dengan struktur kalimat pasif. Michael Swam (1988: 457) mengatakan “Not taht meaning and grammar do not alaways go together. Not all active verbs have „active‟ meanings: not all passive verbs have „passive‟ meanings. .... Some English active verbs might be translated by passive in certain other languages.” Dari kutipan tersebut terlihat jelas bahwa tidak semua kalimat aktif mempunyai makna aktif dan juga tidak semua kalimat pasif mempunyai makna pasif di babhasa lain. Hal ini sangat mungkin sekali bahwa teks Bsu berstruktur kalimat aktif dan diterjemahkan ke dalam Bsa dengan berstruktur pasif. Hal tersebut dilakukan karena sistem antara Bsu dan Bsa berbeda.

Dalam kalimat aktif, subjek adalah pelaku yang bertanggung jawab terhadap tindakan sedangkan dalam kalimat pasif, subjek adalah sesuatu yang dipengaruhi atau dikenai suatu tindakan. Agent (pelaku bagian pada kalimat pasif yang didahului “by” yang merupakan subjek dari kalimat aktif). Kata „oleh‟ bisa digunakan atau tidak tergantung struktur masing-masing bahasa. Perhatikan contoh berikut ini:

Aktif: Nigel Mansell opened the Mansell Hall in 1987 Pasif: (a) The Mansell Hall was opened in 1987

(7)

5

Mona Baker (1991: 103) mengatakan “The frequency of use of passive in languages which have a category of voice usually expresses a stylistic choice and, in some register, maybe a question of pure convention. Scientific and technical writing in English, for instance, relies heavily on passive structure”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa penggunaan kalimat pasif biasanya untuk menekankan gaya bahasa karena dipengaruhi oleh konteks dimana seseorang berkomunikasi. Selain itu ungkapan kalimat pasif mungkin merupakan ragam berkomunikasi suatu masyarakat. Penggunaan bahasa di masyarakat itu akan terasa lebih alamiah bila menggunakan kalimat pasif daripada kalimat aktif.

Sedikit berbeda denggan pendapat Mona Baker di atas, Michael Swam (1988: 457) mengatakan bahhwa pemilihan bentuk aktif atau pasif tergantung pada “ apa yang sudah dikatakan atau apa yang pendenagr sudah ketahui”. Kita sering memulai suatu kalimat dengan sesuatu yang sudah diketahui dan meletakkan informasi baru papda kalimat berikutnya. Misalnya:

a. Your little boy broke my kitchen window this morning. b. That window was broken by your little boy.

Pada contoh kalimat yang pertama, pendengar tidak tahu tentang the broken window/ jendela yang rusak, sehingga penutur menyebutnya sebagai objek kalimat. Pada kalimat kedua, pendengar sudah mengetahui bahwa jendelanya rusak dan penutur ingin menunjukkan “kondisi jendela” sehingga ia menggunakan bentuk kalimat pasif. Oleh karena itu, kata That window diletakkan di awal kalimat dan berfungsi sebagai “subjek” dan pelaku siapa yang merusak jendela tersebut diletakkan diakhir kalimat dan berfungsi sebagai “objek”.

Dalam artikel ini dipaparkan hasil penelitian dari sebuah kajian pada perubahan terjemahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat pasif dalam novel Harry Potter and the Order of the Phoenix karya J.K. Rowling yang diterjemahkan oleh Listiana Srisanti dengan judul yang sama. Pemilihan novel ini didasarkan atas beberapa pertimbangan utama diantaranya adalah novel tersebut sangat terkenal dan digemari pembaca diseluruh dunia terutama anak-anak dan pelajar, terjemahan novel tersebut sangat menarik untuk diteliti karena banyak kalimat atau klausa yang berstruktur aktif di dalam Bsu diterjemahkan menjadi struktur kalimat aktif dalam BSa.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus terpancang. Disebut sebagai penelitian kasus terpancang karena sejak awal peneliti sudah menentukan variabel penelitiannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini mendeskripsikan tentang struktur terjemahan kalimat aktif pada BSu menjadi struktur kalimat pasif dalam BSa. Penelitian deskriptif digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan proses terjadinya perubahan struktur kalimat aktif pada BSu menjadi struktur kalimat pasif pada BSa.

Data dalam penelitian ini berupa kalimat-kalimat dengan struktur kalimat aktif dalam BSu yang diterjemahkan menjadi struktur pasif dalam BSa. Untuk mendapatkan data yang akurat dan memiliki validitas tinggi, peneliti harus memperoleh data dari berbagai sumber dan harus dinilai kebenarannya oleh ahlinya. Data yang diperoleh dari sumber data yang berbeda kemudian dianalisis dalam rangka penarikan simpulan. Sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen dan informan. Dokumen yang

(8)

6

dimaksud adalah dua buah novel yang berjudul “Harry Potter and the Order Phonix” karya J.K. Rowling dan novel terjemahannya (dengan judul yang sama) yang diterjemahkan oleh Listiana Srisanti. Pada teks BSu dicari kalimat-kalimat yang berstruktur kalimat aktif yang diterjemahkan menjadi struktur kalimat pasif pada BSa. Data tersebut ditulis dan dikumpulkan berdasarkan urutan data yang diperoleh (dari bab dan halaman terkecil), kemudian diklasifikasikan dan dianalisis. Sementara informan yang dilibatkan adalah pembaca ahli. Yang dimaksud pembaca ahli disini adalah informan yang berasal dari kalangan penerjemah yang mempunyai latar belakang ilmu penerjemahan dan berpengalaman dalam menerjemahkan novel.

Penelitian ini menggunakan metode interaktif dan non-interaktif. Untuk metode interaktif, peneliti mengadakan wawancara mendalam dengan informan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan kesetiaan makna struktur kalimta aktif menjadi struktur kalimat pasif pada Bsa. Untuk metode non-interaktif, peneliti mencatat dan menganalisis data-data yang berkenaan dengan perubahan struktur kalimat aktif dari Bsu menjadi struktur kalimat pasif dalam Bsa dari terjemahan novel “Harry Potter and the Order Phoenix” oleh Listiana Srisanti. Dalam mengumpukan data, peneliti menggunakan langkah-langkah: teknik simak catat, kuesioner dan wawancara

Langkah-langkah yang dilakukan dalam teknik simak catat diataranya: membaca kedua novel tersebut kemudian peneliti memberi kode tertentu pada kalimat berstruktur aktif pada BSu yang diterjemahkan menjadi kalimat berstruktur pasif pada BSa. Selanjutnya, data tersebut dibandingkan dan dicatat dalam kartu data. Data tersebut selanjutnya dianalisis secara kritis dan teliti untuk mengetahui kesetiaan makna dan bentuk-bentuk perubahannya. Kuesionar yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka (open-ended quuestionnnaire). Artinya, setiap pertanyaan peneliti memberi ruang bagi informan untuk memberikan alternatif jawaban dan memberikan alasannya, mengapa dia memberikan alasan tersebut. Kuesioner ini diberikan kepada informan dan disertai tempat yang cukup untuk menjawab pertanyaan dan memberikan alasan-alasannya. Isi kuesioner tersebut berhubungan dengan perubahan struktur kalimat aktif pada Bsu dan diterjemahkan menjadi struktur kalimat pasif pada bsa serta kesetiaan makna pada terjemahan tersebut. Sementara wawancara yang digunakan adalah wawancara yang tidak terstruktur atau disebut juga wawancara mendalam ( in - depth interviewing) (Sutopo, 2002: 58). Wawancara jenis ini dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga informan dengan suka rela memberi informasi kepada peneliti secara jelas dan wawancara ini dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan penelitian.

Untuk mendapat validitas data, diperlukan pengecekan terhadap berbagai sumber data. Dengan demikian, data yang terkumpul adalah data yang benar-benar bisa dipercaya dan dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik trianggulasi data dan trianggulasi sumber. Trianggulasi data dimaksudkan untuk mengkaji dan menganalisis data yang berasal dari sumber yang berbeda. Dalam pengumpulan data, sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah dokumen dan informan. Data dari dokumen berupa struktur kalimat aktif dari BSu dan struktur kalimat pasif dalam BSa. Di sini, peneliti menganalisis kesetiaan makna dan bentuk perubahannya. Sementara trianggulasi sumber dilakukan dengan cara data yang diperoleh dari informan berupa hal-hal yang berkaitan dengan penilaian kesetiaan makna terhadap hasil terjemahan pada BSa. Selanjutnya peneliti mengkaji dan menganalisis data tentang struktur kalimat aktif pada teks BSu yang diterjemahkan menjadi struktur kalimat pasif dalam teks BSa. Peneliti menggunakan metode kuesioner dan wawancara kepada informan yang memiliki latar belakang ilmu

(9)

7

penerjemahan dan diharapkan bisa memberikan penilaian ketepatan makna pada terjemahan.

Terdapat tiga komponen utama yang digunakan untuk teknik analisis data yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan dan verifikasi. Reduksi data pertama-tama dilakukan dengan cara menyeleksi perubahan struktur kalimat aktif yang diterjemahkan menjadi kalimat pasif. Perubahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat pasif tersebut adalah sebagai data penelitian. Kemudian, langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data. Agar lebih mudah data proses analisis, data tersebut diberi tanda sesuai dengan sumber data yang diperoleh.Sajian data dalam penelitian ini berupa data tentang perubahan-perubahan struktur kalimat aktif dalam teks BSu yang diterjemahkan menjadi struktur kalimat pasif dalam BSa. Data-data tersebut diambil dari novel “Harry Potter and the Order Phoenix” dan terjemahannya oleh Listiana Srisanti. Data tersebut dikaji untuk mengetahui kesetiaan makna perubahan-perubahan bentuk. Selanjutnya sajian data dari informan yang pengambilannya melalui wawancara dan kuesioner dikaji dan dianalisis bersama-sama dengan data yang berasal dari dokumen novel tersebut. Sementara penarikan simpulan dan verifikasi dilakukan setelah semua informasi data yang berhubungan dengan perubahan struktur kalimat aktif dalam Bsu menjadi struktur kalimat pasif dalam bsa dikumpulkan, kemudian diadakan reduksi data dan sajian data. Selanjutnya peneliti menarik simpulan. Bila simpulan tersebut dirasakan kurang mantap atau terdapat hal-hal yang masih janggal, maka peneliti menelaah ulang langkah-langkah analisis dari reduksi data dan sajian data.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

a. Analisis Bentuk Perubahan Kalimat Aktif menjadi Kalimat Pasif

Dari 288 data menunjukkan: pertama, perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif dengan perubahan subjek (pelaku) dalam struktur aktif pada bahasa sumber (BSu) menjadi agen dalam struktur pasif dalam bahasa sasaran (BSa). Kedua betuk predikat (tindakan) struktur aktif Bsu dipengaruhi oleh tense/kala dan berawalan “me-”, sedangkan predikat struktur pasif BSa berawalan “di-”. Ketiga, struktur aktif diawali dengan pertanyaan; apa yang ia lakukan terhadap dan

terhadap apa atau siapa ia melakukan sesuatu, sedangkan sruktur pasif diawali

dengan pertanyaan ; apa yang dilakukan terhadap sesuatu dan siapa pelakunya. Perhatikan contoh berikut ini:

BSu: Had they all forgotten what he had done?

BSa: Apakah mereka semua telah melupakan apa saja yang pernah dilakukannya?

Contoh Bsu di atas merupakan klausa nominal yang berstruktur aktif yaitu, she sebagai „subjek‟ (pelaku), had done sebagai „tindakan‟ yang menunjukkan perbuatan sudah pernah dilakukan dalam Bsu, dan „sesuatu yang pernah dilakukan sebagai sasaran tindakan‟ diganti dengan penghubung „what‟ sebagai penggantinya. Sementara dalam terjemahannya, „sesuatu‟ yang merupakan sasaran tindakan diletakkan sebagai „subjek penderita‟ yang ditulis dalam Bsu what menjadi „apa saja yang‟, had done menjadi „pernah dilakukan‟, dan he menjadi „nya‟ melekat pada „dilakukannya‟.

(10)

8

b. Jenis Kalimat dan Klausa yang Mengalami Perubahan Struktur Aktif menjadi Struktur Pasif

1. Perubahan Struktur pada Tataran Klausa

a) Perubahan atruktur aktif menjadi pasif pada tataran klausa relatif

Ada 142 data yang menunjukkan perubahan struktur aktif menjadi struktur plasif pada klausa relatif, contoh:

BSu: The large dungeon he had entered was horribly familiar. BSa: Ruang bawah tanah yang dimasukinya.

Contoh di atas baik pada Bsu maupun Bsa perubahan terjadi pada klausa relatif. Pada conntoh pertama terdiri dari dua klausa yaitu The large dungeon was horribly familiar dan he entered the large dungeon. Kedua klausa ini menunjukkan struktur aktif, terutama pada klausa he entered teh large dungeon. Kemudian klausa tersebut diterjemahkan dengan struktur pasif yaitu “Ruang bawah tanah yang dimasukinya sudah dikenalinya”. b) Perubahan struktur aktif menjadi struktur pasif pada klausa nominal

Terjemahan yang menujukkan perubahan struktur aktif menjadi pasif pada klausa nominal diantaranya sebagai berikut:

BSu: Harry didn‟t need to ask what Rone meant.

BSa: Harry tak perlu bertanya apa yang dimakksud Rone.

Contoh klausa di atas yakni klausa What he had done dan What Rone meant berstruktur aktif yang diterjemahkan menjadi struktur pasif, yakni “Apakah mereka semua telah melupakan apa saja yang ernah dilakukannya?” dan “Harry tak perlu bertanya apa yang dimaksud Rone.” c) Klausa Adverbial

Terjemahaan yang menunjukkan perubahan struktur aktif menjadi struktur pasif pada klausa adverbial diantaranya sebagai berikut:

BSu: and the sound of breaking chine came from the Dursley‟s living room and as though Harry had been waiting for this signal.

BSa: Dan bunyi porselin pecah terdengar dari ruang keluarga Dursley dan seakan ini sinyal yang telah ditungguinya.

Pada contoh di atas terlihat bahwa klausa adverbial Harry had been waiting for the signal adalahs ebuah klausa berstruktur aktif, dan kemudian klausa tersebut diterjemahkan menjadi klausa pasif pada Bsa yakni “ ini sinya yang telah ditungguinya”.

d) Klausa Independen

Terjemahan yang menunjukkan perubahan struktur aktif menjadi struktur pasif pada klausa independen diantaranya sebagai berikut:

BSu: they would be sure to make a beeliner for him, and what would Dudley do then?

BSa: mereka pasti akan mendatanginya, dan kalau begitu apa yang akan dilakukan Dudley?

(11)

9

Bagian yang digarisbawahi pada klausa di atas adalah kalusa independen karena ia mempunyai kedudukan yang ebbas atau bisa berdiri sendiri dalam kalimat tersebut. Klausa independen bisa berupa penyataan, pertanyaan, permohonan atau seruan. Sangat jelas sekali bahwa contoh kalusa di atas berstruktur aktifif dalam Bsu dan kemudian diterjemahkan pasif dalan Bsa.

2. Perubahan Struktur pada Tataran Kalimat

Dari 288 data, terjemahan yang mengalami perubahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat pasif pada tataran kalimat sebanyak 16 data dan semuanya berupa kalimat Tanya. Contoh

BSu: “What did he do to you Diddy?”

BSa: “Apa yang dilakukn terhadapmu, Diddy?”

Contoh-contoh di atas menunjukkan perubahan struktur aktif menjadi pasif pada kalimat tanya. Contoh di atas merupakan kalimat tanya yang disusun berdasarkan kaidah Bsu. Terjemahan kalimat di atas menggunakan struktur pasif karena menyesuaikan kaidah pertanyaan BSa dimana terjemahan “ Apa yang dilakukan terhadapmu, Diddy?” lebih berterima daripada terjemahan “Apa yang ia lakukan terhadapmu, Diddy?” meskipun subjek “he” tidak disebutkan dalam terjemahan karena pelakunya sudah diketahui sebelumnya.

c. Ketepatan Makna Terjemahan Kalimat Aktif Menjadi Kalimat Pasif

Untuk mengetahui ketepatan penerjemahan, terjemahan kalimat aktif diklasifikasikan menjadi tiga jenis terjemahan yakni terjemahan sangat tepat, terjemahan tepat, terjemahan kurang tepat.

1. Terjemahan Sangat Tepat

Terjemahan sangat tepat dinilai berdasarkan indikator: (1) isi atau makna struktur aktif Bsu secara akurat tersampaikan ke dalam struktur pasif Bsa, (2) penyampaian makna pada bahasa sasaran tidak menambah dan mengurangi makna yang terdapat pada bahasa sumbernya, (3) hasil terjemahannya jelas, mudah dipahami dan bahasanya alamiah (sesuai kaidah Bsa) serta tidak diiperlukan penulisan kembali. Berikut ini contoh terjemahan sangat tepat.

BSu: Had they all forgotten what he had done?

BSa: Apakah mereka semua telah melupakan apa saja yang pernah dilakukan? Pada contoh di atas, klausa what he had done? berstruktur aktif dimana “he” sebagai subjek dan “had done” sebagai predikat dan klausa tersebut diterjemahkan menjadi pasif yakni “apa saja yang pernah dilakukannya?”. Meskipun terjadi perubahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat pasif, makan yang terkandung dalam Bsu bisa tersampaikan secara akurat ke Bsa.

2. Terjemahan Tepat

Suatu terjemahan dikategorikan sebagai terjemahan tepat manakala: (1) makna yang terkandung dalam struktur aktif Bsu secara akurat tersampaikan ke

(12)

10

dalam struktur pasif Bsa, (2) penyampaian makna pada Bsa tidak menambah dan mengurangi makan Bsu, (3) hasil terjemahannya jelas tetapi bahasanya kurang alamiah dan diperlukan penulisan kembali. Contoh:

BSu: and the sound of breaking chine from the Dursley‟s livingroom, and as though Harry had been waiting for this signal.

BSa: Dan bunyi porselin pecah terdengar dari ruang keluarga Dursley dan seakan ini sinyal yang telah ditungguinya.

Pada contoh di atas, makna yang terkandung pada Bsu sudah tersampaikan ke dalam Bsa dengan baik dan jelas tetapi bahasanya kurang luwes. Frase “this signal” diterjemahkan menjadi “ini sinyal”. Terjemahan frase tersebut tidak sesuai dengan kaidah Bsa yang menganut DM (diterangkan menerangkan) dan seharusnya frase tersebut diterjemahkan menjadi “sinyal ini”. Selanjutnya frase “had been waiting” akan lebih tepat jika diterjemahkan “ditunggunya” bukan “ditungguinya”. Jadi secara keseluruhan terjemahan dari contoh di atas adalah: ...dan seakan sinyal ini telah ditunggunya.

3. Terjemahan Kurang Tepat

Terjemahan kurang tepat dinilai berdasarkan indikator: (1) makna yang terkandung dalam struktur aktif Bsu tidak tersampaikan secara akurat pada struktur pasif Bsa, (2) ditemukan beberapa masala dalam pemilihan butir-butir kata, hubungan antar frasa, dan penyusunan elemen-elemen dalam Bsa, (3) terjemahannya kurang jelas dan bahasanya kurang alamiah dan dan diperlukan penulisan kembali. Contoh:

BSu: “Shame. I really fancied finding out what old Snape‟s been up to”. BSa: “Sayang sekali, aku benar-benar ingin sekali tahu apa yang dilakukan

Snape.

Kedua contoh di atas merupakan terjemahan kurang tepat karena makna yang terkandung pada kedua struktur aktif Bsu belum tersampaikan ke dalam struktur pasif Bsa dengan baik. Makna yang belum disampaikan adalah makna yang menunjukkan “telah/sudah” terjemahan dari “has” pada Snae‟s (Snape has). Predikat pada Bsu has been seharusnya diterjemahkan “telah dilakukan” bukan “dilakukan”. Terjemahan “telah dilakukan” menunjukkan bahwa kegiatan tersebut baru saja selesai dan atau kegiatan tersebut masih ada hubungannya dengan kegiatan sekarang. Sementara terjemahan “dilakukan” bisa berarti kegiatan tersebut hanya terjadi diwaktu lampau atau terjadi di waktu tertentu saja dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan waktu sekarang.

Selain maknanya kurang tepat, terjemahan diatas bahasanya juga kurang alamiah yakni terdapat pada frase “dilakukan Snape”. Agar sesuai dengan makna yang terkandung dalam BSu dan bahasanya sesuai dengan kaidah BSa, maka terjemahan frase “dilakukan Snape” seharusnya diterjemahkan menjadi “telah dilakukan oleh Snape” karena struktur kalimat pasif BSa biasanya menggunakan kata depan “oleh” sebelum objek pelaku, sehingga terjemahan

(13)

11

yang tepat seharusnya adalah “ Sayang sekali, aku benar-benar ingin sekali tahu apa yang telah dilakukan oleh Snape”.

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan di depan, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Kalimat yang mengalami perubahan struktur kalimat aktif menjadi struktur kalimat

pasif adalah kalimat yang memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. Bentuk perubahanya terjadi karena subjek kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif dan objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif.

2. Dari 288 data yang diteliti, ada 272 data (94%) terjadi perubahan pada tataran klausa, 16 (6%) data pada tataran kalimat. Perubahan pada tataran klausa terjadi pada tataran klausa relatif (142 data), klausa nominal (72 data), klausa adverbial (39 data) dan klausa independen (19 data). Sementara 16 data yang terjadi pada tataran kalimat terjadi pada kalimat tanya (question sentence).

3. Ketepatan makna terjemahan menunjukkan 199 data (66%) dikategorikan sebagai terjemahan sangat tepat, 71 data (24,7%) dikategorikan sebagai terjemahan tepat dan 27 data (9,3%) dikategorikan sebagai terjemahan kurang tepat.

(14)

12

DAFTAR RUJUKAN

Ariftanto, Doni. 1988. Kamus Istilah Tata Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit Indah. Baker, Mona. 1997. In Other Words. London: Roudledge.

Bell, Roger T. 1991. Translation and Translating: Theory and Practice. England: Longman Group.

Choliludin. 2009. The Techniques of making Idiomatic Translation. Jakarta: Kesaint Blane.

Hanafi, Nurachman. 1986. Teori dan seni Menerjemahkan. Jakarta: Hapsa et Studia. Larson, M.L. 1984. Meaning Based Translation: A Guide to Cross-Language

Equivalent. America: University of America.

Moleliono A. Anton. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Nida, E.A. & Taber. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill. Soedibyo, Mooryati. 2004. Analisis Kontrastif: Kajian Penerjemahan Frase Nomina.

Surakarta: Pustaka Cakra.

Soemarno, Thomas. 2005. Menerjemahkan itu Sulit dan Rumit. Prosiding: Kongres Nasional Penerjemahan. Fakultas sastra dan seni Rupa, UNS.

Suryawinata, Zuchridin & Sugeng Heriyanto. 2005. Translation: Bahasan Teori & Penuntun Praktis Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius.

Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS. Swan, Michael. 1988. Practical English Usage. Oxford University Press.

(15)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pemurah dan Pengasih karena atas rahmat-Nya pengelola Jurnal Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo telah beerhasil menerbitkan Jurnal Pendidikan Volume 24 Nomor 1 Maret 2015.

Jurnal pendidikan memuat dan menyebarkanluaskan tulisan tentang gagasan konseptual, hasil penelitian dan aplikasi teori, serta tulisan praktis tentang pendidikan. Perbaikan telah dilakukan dalam penerbitan Jurnal Pendidikan volume 24 nomor 1 Maret 2015, namun pengelola tetap mengharap masukan dan kritik membangun agar terbitan berikutnya akan semakin baik dan berkualitas. Apabila adanya kekurangan pada Jurnal Pendidikan ini kiranya dapat dimaklumi.

Atas perhatian dari para penulis, pembaca, bantuan mitra bestari, editor, dan editing bahasa sehingga dapat diterbitkan Jurnal Pendidikan ini. Tiada kata yang dapat kami ucapkan selain kata terima kasih atas perhatiannya.

Sukoharjo, Maret 2015

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pemberian polisakarida yang diekstrak dari alga pada ikan nila memberi pengaruh yang nyata terhadap

Selama observasi kegiatan belajar mengajar di kelas, guru dalam menyampaikan materi menjumlahkan bilangan pecahan selalu menggunakan langkah-langkah pembelajaran

Baru Klinting dari rumah mereka agar pergi menemui pamannya Dadap Putih yang berada di pantai selatan Jember, dan tinggallah Baru Klinting untuk beberapa waktu lama

1.081.783.191,- (Satu milyar delapan puluh satu juta tujuh ratus delapan puluh tiga ribu seratus sembilan puluh satu. rupiah), setelah diadakan evaluasi dan pembuktian kualifikasi

Metode dan teknik penyuluhan merupakan cara atau teknik penyampaian materi (isi pesan) penyuluhan oleh para penyuluh kepada sasaran (pelaku utama dan/atau pelaku usaha)

Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai dengan asas yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu negara tidak terikat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang

Fermentasi dapat juga didefinisikan sebagai suatu poses biokimia yang menghasilkan energi, komponen organik sebagai penerima energi. Fermentasi merupakan proses