• Tidak ada hasil yang ditemukan

DJM 12(1) 1-88 February 2013 DAMIANUS VOLUME 12, NOMOR 1, PUBLISHED SINCE 2002 February 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DJM 12(1) 1-88 February 2013 DAMIANUS VOLUME 12, NOMOR 1, PUBLISHED SINCE 2002 February 2013"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL PENELITIAN

1-7 KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS PADA DEWASA MUDA Poppy Kristina Sasmita, Herlina Uinarni, Tena Djuartina

8-15 UJI MIKROBIOLOGIS ES BATU KONSUMSI DI KANTIN SEKITAR LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

Yulia Tanti Narwati, Ignatio Rika, Dicky Adi Putra, Maria Clarissa Wiraputranto

16-24 GAMBARAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SERUM KARYAWAN RUMAH SAKIT ATMA JAYA DENGAN OBESITAS SENTRAL

Andika Surya Atmadja, Sheella R Bororing, Nanny Djaja

25-32 PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU TERHADAP KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI KECAMATAN PENJARINGAN, JAKARTA

Meiliyana Wijaya, Elsye Angella Wanda, Nelly Tina Widjaja

TINJAUAN PUSTAKA

33-41 POTENSI SEL NK UNTUK IMUNOSURvEILANS KERENTANAN, PROGNOSIS, DAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT KRONIS

Daniel Edbert Liang, Yossico Ria Wibowo

42-52 STEM CELL SEBAGAI MODALITAS TERAPI SIROSIS HEPATIS Randy Adiwinata, Ana Lucia Ekowati, Tena Djuartina

53-60 PENGHAMBATAN SPHINGOSINE KINASE 1 PADA PENGOBATAN SEPSIS Sandy Vitria Kurniawan

61-67 PERAN ANGKAK DALAM MENURUNKAN KADAR KOLESTEROL DARAH Riki Tenggara, Alice Angelina, Marissa Gondo Suwito, Andika Surya Atmadja

LAPORAN KASUS

68-81 PENATALAKSANAAN ANESTESI KASUS SINDROM PRUNE-BELLY PADA BAYI PEREMPUAN USIA 6 BULAN DI RUMAH SAKIT CIPTO MANGUNKUSUMO

Tommy Nugroho Tanumihardja

82-88 SARKOMA STROMA ENDOMETRIUM: SEBUAH LAPORAN KASUS DAN RELEvANSI DIAGNOSTIK IMUNOHISPATOLOGIKNYA

Dyonesia Ary Harjanti, Cyprianus Murtono, Matius Lesmana

ISSN 2086-4256

PUBLISHED SINCE 2002 February 2013

DJM 12(1) 1-88 F

ebruary 2013

DAMIANUS

Journal of Medicine

(2)

UJI MIKROBIOLOGIS ES BATU KONSUMSI DI KANTIN SEKITAR

LINGKUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIKA ATMA JAYA

ICE CUBE’S MICROBIOLOGICAL EXAMINATION SERVED BY FOOD VENDORS

IN SCHOOL OF MEDICINE ATMA JAYA CATHOLIC UNIVERSITY OF INDONESIA

Yulia Tanti Narwati1, Ignatio Rika2, Dicky Adi Putra3, Maria Clarissa Wiraputranto3 ARTIKEL PENELITIAN

1 Departemen Mikrobiologi, Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440

2 Departemen Fisiologi, Fakultas

Kedokteran Unika Atma Jaya, Jalan Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440

3 Fakultas Kedokteran Unika Atma

Jaya, Jalan Pluit Raya 2, Jakarta Utara 14440

Korespondensi:

Yulia Tanti Narwati. Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. E-mail: yulia_tnt@ yahoo.com

ABSTRACT

Background: Ice cubes can be easily found, especially in drinks, either from the vendor stalls, or canteen, or a fancy restaurant. The establishment of the consumption of ice cubes through many stages and each stage has the potential to be contaminated by pathogenic bacteria.

Objective: In accordance with the high consumption of food and beverages that use ice cubes in canteen of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia, the researchers conducted a screening to determine the feasibility of quality ice cubes that served.

Method: Bacterial count uses the most probable number (MPN) method for determining concentration of faecal coliform bacteria. The basic principle of this method is the indirect determination of the concentration of microorganisms in water samples using MPN statistical table. This test gives the value of the amount of bacteria in the culture of the sample results. Sampling was done once in four canteens of School of Medicine Atma Jaya Catholic University of Indonesia.

Samples were analyzed in three stages of the test, i.e., presumptive test, confirmed

test, and the complete test

Result: All samples have bacteria: samples P 1600 CFU/100 ml samples; samples L 1600 CFU/100 ml samples; samples B 1600 CFU/100 ml samples; and samples N 1600 CFU/100 ml samples.

Conclusion: The ice cubes that are used in all canteen are not in accordance with the standard of Permenkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 which requires 0 bacteria/100 ml samples in a test with the MPN method

Key Words: Coliform, ice cubes, most probable number (MPN) method

ABSTRAK

Latar Belakang: Es batu banyak ditemui pada minuman, baik dari warung kaki lima, kantin, maupun restoran mewah. Pembuatan es batu konsumsi melalui banyak tahapan dan pada setiap tahapannya memiliki potensi untuk tercemar oleh bakteri patogen.

Tujuan: Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan dan minuman yang menggunakan es batu pada kantin Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, maka dilakukan screening untuk mengetahui

(3)

Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya

kelayakan dari es batu yang dikonsumsi.

Metode: Perhitungan kandungan bakteri diperiksa menggunakan metode Most Probable Number (MPN) yang merupakan metode yang terpilih untuk menentukan kandungan bakteri fecal coliform. Prinsip dasar metode ini adalah penentuan secara tidak langsung kandungan mikroorganisme dalam sampel air dengan menggunakan tabel statistik MPN, sehingga tes ini memberikan nilai jumlah bakteri pada hasil kultur sampel. Pengambilan sampel sekaligus di empat kantin Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Sampel tersebut diuji dalam tiga tahap pengujian, yaitu uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap.

Hasil: Hasil setelah inkubasi 24 jam didapatkan sebagai berikut: sampel P 1600 unit pembentuk koloni/100 ml sampel; sampel L 1600 unit pembentuk koloni/100 ml; sampel B 1600 unit pembentuk koloni/100 ml sampel; dan sampel N 1600 unit pembentuk koloni/100 ml sampel.

Kesimpulan: Es batu konsumsi yang dipakai di kantin Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya tidak sesuai dengan standar pada Permenkes RI No. 416/Men. Kes/Per/IX/1990 yang mensyaratkan ditemukan 0 Unit pembentuk koloni/100 ml sampel pada pengujian dengan metode MPN.

Kata Kunci: Es batu, koliform, most probable number (MPN)

PENDAHULUAN

Water-borne disease berarti penyakit yang dise-barkan oleh air minum yang terkontaminasi.1

Pada tahun 2005-2006, 11 negara bagian di Amerika Serikat mencatat terjadinya 20 wabah yang disebabkan oleh patogen terkait air minum. Sebanyak 135 dari 612 orang menderita penya-kit akibat infeksi bakteri cemaran, 212 orang akibat infeksi virus, dan 51 orang akibat infeksi parasit.2 Di Indonesia sendiri, tidak ada data

yang pasti untuk water-borne disease, namun pada Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) De-partemen Kesehatan RI tahun 2007 prevalensi rerata untuk food-borne disease dari beberapa penyakit, seperti tifoid sebesar 1,6% dan diare sebesar 9%.3 Prinsip utama mikroorganisme

patogen mencapai persediaan air minum adalah kontaminasi feses (fecal contamination).4-6 Salah

satu sumber penyebaran penyakit berasal dari es batu yang tidak layak konsumsi.

Es batu merupakan komponen yang banyak dite-mui terutama pada minuman, baik dari warung kaki lima, kantin, maupun restoran mewah. Cara penyajian es batu pun beragam, baik yang di-gunakan langsung pada minuman maupun yang hanya digunakan sebagai pendingin dari luar. Es batu sendiri didapat dari berbagai tempat oleh penjual minuman, seperti pabrik pembuatan es atau dibuat sendiri.

Proses pembuatan es batu dari air sampai ter-saji sebagai es batu untuk konsumsi, banyak tahapan produksi. Diawali pengumpulan pada sumber air, pendinginan, pendistribusian, sam-pai proses penyajian ke konsumen. Banyaknya tahapan yang dilalui ini merupakan jalan masuk dari cemaran yang dapat membahayakan ke-sehatan, salah satunya adalah cemaran bakteri patogen pencernaan yang dapat menimbul-kan penyakit, seperti diare dan demam tifoid. Mencegah penyebaran penyakit infeksi, penting

(4)

untuk memastikan bahwa es batu yang disajikan pada konsumen layak dikonsumsi, yaitu sesuai

dengan definisi mutu pangan seperti tercantum

pada Bab I pasal 13 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, yang berbunyi mutu pangan adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pa ngan, kandungan gizi, dan standar perdagangan ter-hadap bahan makanan dan minuman. 7

Sejalan dengan tingginya konsumsi makanan dan minuman yang menggunakan es batu pada kantin sekitar Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Pluit, maka perlu dilakukan screening untuk mengetahui kelayakan dari es batu yang akan dikonsumsi.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan observa-sional analitik terhadap sampel es batu, yang diambil satu kali dalam bulan Maret 2011. Sam-pel es batu yang diambil dari empat kantin yang menjual bahan konsumsi dengan es, yaitu Kantin N, Kantin B, Kantin P, dan Kantin L. Es batu yang diambil adalah es batu yang disajikan bersama minuman. Sampel diambil menggunakan wadah dan alat steril kemudian ditutup dan dibiarkan sampai mencair selanjutnya dilakukan peme-riksaan. Pengukuran dan pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode MPN.

Uji MPN dilakukan melalui tiga tahap uji, yaitu uji penduga, uji penguat, dan uji lengkap. Uji penduga digunakan media lactose broth (LB) dan dilakukan inkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C, dengan menggunakan 3 seri pengenceran masing-masing lima tabung. Hasil positif pada

uji penduga selanjutnya diuji dengan uji penguat dengan cara ditanam (diinokulasi) ke dalam media Endo Agar (EA) dan dimurnikan dengan metode penipisan streak quadrant. Uji lengkap merupakan pemeriksaan terakhir untuk memas-tikan bakteri positif pada uji penguat benar-benar merupakan bakteri koliform dengan melakukan inokulasi bakteri dari hasil penipisan uji penguat LB dengan tabung Durham dan pada agar nutrisi. Inkubasi pada suhu 35°C selama 24 jam. Penga-matan dilakukan untuk melihat hasil positif atau negatif pada bakteri yang ditumbuhkan di media LB dan dilakukan pewarnaan Gram cuplikan bakteri yang ditumbuhkan pada media nutrient agar (NA).8,9 Hasil uji positif koliform pada tiap

pengambilan sampel akan dihitung jumlah unit pembentuk koloni dengan menggunakan tabel MPN untuk mendapatkan jumlah unit pembentuk koloni tiap ml sampel.10

HASIL

Sampel diambil pada 28 Maret 2011 pada empat lokasi berbeda dengan cara membeli minuman yang dijual dan meminta es batunya dipisah, kemudian dimasukkan ke dalam wadah steril untuk dilakukan uji penduga pada es batu dan diinkubasi selama 24 jam. Hasil uji penduga dicatat dan didokumentasikan tanggal 29 Maret 2011, lalu dilanjutkan dengan uji penguat. Hasil uji penguat diamati dan dilakukan dokumentasi terhadap beberapa sampel yang mewakili pada tanggal 30 Maret 2011, kemudian dilanjutkan dengan uji lengkap. Hasil uji lengkap diwarnai dengan pewarnaan Gram pada tanggal 31 Maret 2011 dan dilakukan analisis. (Gambar 1)

(5)

Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya

Hasil positif pada uji penduga menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbonnya, ditandai de-ngan adanya pertumbuhan (positif) pada media LB, sedangkan gas yang dihasilkan dalam fer-mentasi laktosa dapat dilihat dengan adanya gas gelembung gas di dalam tabung Durham. Hasil uji penduga yang dilakukan terhadap semua sampel yang diambil diperoleh hasil yang sama, yaitu keseluruhan tabung menunjukkan hasil positif (Tabel 1). Pada seri pengenceran pertama diperoleh seluruh tabung positif, demikian juga seri pengenceran kedua dan ketiga. Data yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel MPN dan diperoleh skor 5-5-5, hal ini menun-jukkan perkiraan terdapat 1600 unit pembentuk koloni/100 mL sampel.

Uji penguat dilakukan dengan cara menanam se-luruh tabung positif ke dalam media EA dengan menggunakan metode streak quadrant. Hasil penipisan uji penduga sampel P dengan metode

streak quadrant endo agar setelah inkubasi 24 jam dengan suhu 35°C dan didapatkan pada EA koloni berwarna pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, dan hijau metalik dan terjadi perubahan warna media dari merah muda menjadi merah gelap. Hasil penipisan uji pen-duga sampel L didapatkan koloni berwarna pink

dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, dan hijau metalik dan terjadi perubahan media warna dari merah muda menjadi merah gelap. Hasil penipisan uji penduga sampel N diperoleh koloni berwarna ungu kemerahan, ungu gradasi metalik, dan hijau metalik dan terjadi perubahan

Gambar 1. Gambar uji penduga sampel L menunjukkan media lactose broth yang menjadi keruh setelah diinkubasi selama 24 jam

Tabel 1. Hasil Uji Penduga

Sampel Seri 1 Seri 2 Seri 3

P 5 5 5

L 5 5 5

N 5 5 5

(6)

warna dari merah muda menjadi merah gelap. Adapun hasil penipisan uji penduga sampel B koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu, pada media EA yang ditumbuhi koloni terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah gelap. (Tabel 2).

Uji pelengkap dilakukan dengan menginokulasi cuplikan koloni dari media EA pada LB tunggal dan media NA kemudian diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 35°C. Hasil positif pada media lactose broth ditandai dengan adanya pertumbuhan yang menandakan terdapat bakteri yang memfermentasikan laktosa dan perubahan media LB menjadi keruh yang menandakan adanya pertumbuhan bakteri. Isolat yang ditum-buhkan pada media NA diwarnai dengan Gram dan diamati di bawah mikroskop. Pada semua

sampel diperoleh hasil positif dari media LB. Hasil pewarnaan Gram didapatkan bakteri Gram negatif pada sampel P berbentuk batang, kokus, dan kokobasil; begitupula dengan sampel L di-peroleh bakteri Gram negatif berbentuk batang, kokus, dan kokobasil. Pada sampel N diperoleh bakteri Gram negatif berbentuk batang, batang pendek, dan kokus, serta bakteri Gram positif berbentuk kokus; sedangkan sampel B diperoleh bakteri Gram negatif berbentuk batang, kokus, dan kokobasil. (Gambar 2)

PEMBAHASAN

Hasil kultur setelah inkubasi 24 jam dengan suhu 35°C didapatkan perubahan warna pada media pertumbuhan EA menjadi berwarna

Gambar 2. Bakteri Gram positif berbentuk kokus (A), bakteri Gram negatif berbentuk batang (B), bakteri berbentuk kokobasil Gram negatif (D)

Tabel 2. Hasil Uji Penguat

Sampel Hasil

P Koloni pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik, terjadi perubah an warna media dari merah muda menjadi merah gelap L Koloni berwarna pink dengan bercak merah keunguan, ungu gelap, hijau metalik, terjadi perubahan media warna dari merah muda menjadi merah gelap. N Koloni ungu kemerahan, ungu gradasi metalik dan hijau metalik dan terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah gelap B Koloni berwarna metalik dan pink. Selain itu, pada media EA yang ditumbuhi koloni terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi merah gelap

(7)

Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya

ngan adanya hasil positif adanya E. coli sebagai indikator, maka ada kemungkinan pula terdapat bakteri patogen lain dalam es batu konsumsi tersebut. Cemaran ini dapat masuk pada setiap langkah pembuatan es batu mulai dari sumber-nya sampai proses pesumber-nyajian, antara lain: a. Sumber air. Terdapat dua macam sumber air

yang digunakan pada pembuatan sampel es batu, yaitu air tanah yang diproses (disaring dan diberi zat kimia untuk pembersihan) oleh pabrik pembuatan es batu dan air galon isi ulang. Potensi cemaran pada kedua sumber ini berbeda. Pada air tanah yang diproses, cemaran dapat terjadi pada sumber air ta-nahnya bila daerah sekitar tidak memenuhi standar, misalnya dekat dengan septic tank

atau limbah. Pipa saluran air yang bocor juga dapat berpotensi sebagai tempat masuknya cemaran. Air tanah dan galon isi ulang me-miliki masalah yang sama di mana proses

water treatment yang kurang memadai serta perawatan alat menjadi masalah utama pe-nyebab masuknya cemaran. Selain itu, galon yang digunakan tidak terjamin higienitasnya. b. Pembuatan es. Pada tahap pembuatan

es, masalah utama masuknya cemaran adalah kebersihan dari alat yang digunakan membuat serta menampung es yang sudah jadi. Selain itu, pada pembuatan es secara tradisional dengan kulkas, serta kebersihan orang yang membuat es juga dapat menjadi potensi masuknya cemaran.

c. Distribusi. Proses distribusi dari pabrik umumnya merupakan sumber utama ma-suknya cemaran. Balok es yang tidak ditutup akan mengalami kontak dengan banyak merah gelap di daerah yang ditumbuhi koloni

bakteri lactose fermenter. Hal ini disebabkan media EA mengandung indikator fuchsin sulphite

yang memudahkan untuk identifikasi fermentasi

laktosa. Pada uji lengkap dilakukan pewarnaan Gram dan diamati melalui mikroskop didapatkan: a) Bakteri berwarna merah (Gram negatif)

ber-bentuk batang panjang dan bakteri berwarna merah keunguan (Gram negatif) berbentuk batang pendek. Bakteri batang Gram nega-tif yang dapat memfermentasikan laktosa antara lain E. coli, Citrobacter freundii, En-terobacter aerogenes, Klebsiella pneumonia, dan Klebsiella oxytoca. Namun, bila meng-gabungkan sifat yang dapat muncul pada ketiga uji, yaitu memberi warna hijau metalik pada media agar menghasilkan gas pada fermentasi laktosa dan batang Gram negatif, maka kemungkinan besar bakteri yang dite-mukan adalah jenis E. coli yang merupakan indikator cemaran pada uji MPN.10

b) Bakteri berwarna ungu (Gram positif) ber-bentuk kokus. Contoh bakteri Gram positif berbentuk kokus, seperti Enterococcus, Peptostreptococcus, Staphylococcus, dan

Streptococcus.11,12

Hasil penelitian setelah melalui beberapa tahap, mulai dari uji penduga, uji penguat, dan uji leng-kap didapatkan bahwa semua sampel es batu konsumsi yang diambil menunjukkan hasil positif adanya cemaran bakteri E. coli. Dengan melihat hasil penelitian ini, dapat dipastikan bahwa es batu konsumsi yang terdapat di sekitar ling-kungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya tidak memenuhi standar SNI 01-3839-1995 dan Permenkes No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990.

(8)

De-hal, seperti pengungkit es yang berkarat, udara selama perjalanan, dan lainnya yang menyebabkan cemaran pada es tersebut. d. Penyimpanan. Pada tahapan penyimpanan,

wadah merupakan sumber utama cemaran. Wadah yang tidak higienis atau diletakkan pada lingkungan terbuka dapat menjadi potensi cemaran pada es batu.

e. Penyajian. Penyajian merupakan proses krusial masuknya cemaran yang disebabkan karena tangan penyaji yang tidak bersih, peralatan saji yang tidak higienis, serta proses pengolahan makanan atau minuman yang disajikan bersama es yang tidak baik, akan menjadi potensi cemaran pada sajian yang menggunakan es.13

Cemaran dalam es batu konsumsi dapat ber-dampak buruk bagi kesehatan, antara lain me-nyebabkan penyakit. Contohnya bila ditemukan bakteri E. coli dalam jumlah banyak seperti pada sampel, maka orang yang mengonsumsi es batu tersebut memiliki kemungkinan risiko terkena penyakit diare. Selain itu, dengan tingginya kadar

E. coli sebagai indikator, maka kemungkinan be-sar ada bakteri patogen lain, seperti Salmonella typhi, yang dapat menyebabkan demam tifoid bagi orang yang mengonsumsinya. Namun, bila dilihat dari realitas konsumen di lingkungan yang mengonsumsi es batu tersebut, jarang terdengar keluhan konsumen yang sakit setelah mengonsumsi minuman yang mengandung es batu. Hal ini dapat dijelaskan dengan adaptasi sistem imun manusia.

Beberapa penelitian mengenai kualitas es batu juga telah dilakukan di antaranya di daerah

Bogor menunjukkan hasil yang sama bahwa kualitas es batu yang dijual di daerah tersebut juga tidak memenuhi syarat, demikian pula de-ngan penelitian yang dilakukan di daerah Yog-yakarta.14-15 Hal ini menunjukkan bahwa kualitas

es batu yang banyak dijual di masyarakat masih memiliki kualitas yang tidak memenuhi standar, sehingga perlu untuk diperhatikan oleh semua pihak yang terkait.

KESIMPULAN

Dari empat sampel es batu yang dihitung dengan metode MPN seluruh sampel didapatkan 1600 bakteri/100 ml sampel. Hal ini menunjukkan bahwa es batu konsumsi yang dipakai di kantin Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya tidak sesuai dengan standar karena ditemukan 1600 bakteri/100 ml sampel, sedangkan pada Per-menkes RI No. 416/Men.Kes/Per/IX/1990 syarat yang diharuskan adalah ditemukan 0 bakteri/100 ml sampel pada pengujian dengan metode MPN. Namun, dalam uji ini peneliti memiliki keterba-tasan dari segi waktu, alat, dan dana penelitian, sehingga belum dapat meneliti sumber pence-maran dari es batu konsumsi, baik dari sumber air, proses produksi, distribusi, maupun penya-jian di kantin. Atas beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti menyarankan penelitian lebih lanjut dengan pengambilan sampel pada setiap langkah pembuatan es batu mulai dari sumbernya sampai proses penyajian agar dapat menemukan sumber pencemarannya. Peneliti juga menyarankan hasil kultur bakteri yang

(9)

Uji mikrobiologis es batu konsumsi di kantin sekitar lingkungan Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penerjemah EGC, editor. Kamus kedok-teran Dorland Indonesia. Ed ke-26. Jakarta: EGC; 1996.

2. Centers for Disease Control and Prevention [CDC], US Department of Health and Hu-man Services. Surveillance for waterborne disease and outbreaks associated with drinking water and water not intended for drinking — United States, 2005–2006. Sur-veillance Summaries. 2008; 57 (SS-9): 44. Available from: http://www.cdc.gov/mmwr/ pdf/ss/ss5709.pdf.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indone-sia. Laporan riset kesehatan dasar 2007. Jakarta: Depkes; 2008.

4. Morello JA, Granato PA, Mizer HE. Labora-tory manual and workbook in microbiology application to patient care 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2003.

5. World Health Organization. Water safety plans. Geneva: WHO; 2005.

6. Ashbolt NJ, Grabow WOK, Snozzi M. Indica-tors of microbial water quality. Water Series. London: IWA Publishing; 2001.

7. Badan Pengawas Obat dan Makanan Re-publik Indonesia. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: BPOM; 1996.

8. Pepper IL, Gerba CP, Brendecke JW. Environmental microbiology: A laboratory manual. 2nd ed. USA: Elsevier; 2004. 9. Benson HJ. Microbiological applications

laboratory manual in general microbiology. 8th ed. USA: McGraw-Hill; 2002.

10. World Health Organization. Guideline for drinking-water quality 2nd ed volume 3 sur-veillance and control of community supplies. Geneva: WHO; 1997.

11. Kementerian Kesehatan Nasional Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Jakarta: Depkes; 2002.

12. Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Medical microbiology. 24th ed. USA: McGraw-Hill; 2007.

13. Unus S. Mikrobiologi Air. Bandung: PT. Alumni; 2003.

14. Firleyanti AS. Evaluasi bakteri indikator sani-tasi di sepanjang rantai distribusi es batu di Bogor. J Il Pert Indon. 2006;11(2);28-36. 15. Sopacua FC, Purwijantiningsih LME,

Pra-nata S. Kandungan Coliform dan klorin es batu di Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogya-karta. Available from: http://e-journal.uajy. ac.id/4842/1/jurnal.pdf.

Gambar

Gambar 1. Gambar uji penduga sampel L menunjukkan media lactose broth yang menjadi keruh  setelah diinkubasi selama 24 jam
Tabel 2. Hasil Uji Penguat

Referensi

Dokumen terkait

Valasindo Sentra Usaha dalam memanajemen persediaan bahan baku menggunakan perhitungan yang lebih efisien yaitu melihat dari jumlah kuantitas pembelian yang optimal

meroket hingga 278% pada semester pertama 2017 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu mencapai Rp175 miliar, dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko usaha industri rengginang singkong

Kesadaran individu terhadap kenyataan bahwa dirinya mengalami kekurangan yang disertai dengan sikap pengingkaran, tidak terima, serta menyalahkan diri sendiri atau

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa sikap terhadap profesi petani selain mengandung penilaian netral (dilambangkan dengan angka 0), juga mengandung penilaian

Dalam komputasi grid digunakan Certificate Authority (CA) yang berguna untuk memastikan bahwa resource yang terhubung dalam grid atau user yang menggunakan resource komputasi

Dalam lingkungan seperti itu, pengguna harus dapat diberikan jaminan bahwa kunci publik yang digunakan untuk mengenkripsi informasi adalah benar-benar kunci publik dari penerima

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang