• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN KONDISI EKOLOGI IKAN GELODOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN KONDISI EKOLOGI IKAN GELODOK"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN KONDISI EKOLOGI IKAN GELODOK (Periophthalmus chrysospilos Bleeker, 1852) DI PANTAI BALI DESA MESJID LAMA KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

Lenght Weight Relationship and Ecology Condition of Mudskipper (Periophthalmus chrysospilos Bleeker, 1852) at The Bali Beach, Mesjid Lama Village, Sub-District

Talawi, District of Batu Bara, North Sumatra Province

Sabilah Fi Ramadhani 1), Ahmad Muhtadi 2)

1)Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Darmaga, Bogor, 16680 (email : sabilafi@gmail.com)

2)Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatera Utara, Jl. Dr. Mansyur, Medan, 20155 (email : a_m_rangkuty@yahoo.co.id)

ABSTRACT

Bali beach is one of the beaches in District of Batu Bara, North Sumatra Province. There is a coastal mangrove forests in this area. Mangrove is a good habitat for mudskipper. The research aims to determine lenght weight relationship analysis and ecology condition of Periophthalmus chrysospilos. The research was conducted from March until June 2014. The Method of the research is purposive sampling. For fishing

example, the stations or area was used consisted of three transects on beach. P. chrysospilos size was 9.60 cm longest and heaviest weighing 9.50 g, b value obtained

was 3.26. These values indicate that b> 3 which means that the pattern of growth that is positive allometric. This fish is most often appear on the muddy sand sediments with the

highest density occurs at high tide and average density of 9 ind/m2.

(2)

PENDAHULUAN

Ikan gelodok merupakan ikan yang unik, ikan ini dapat bergerak menggunakan siripnya sebagai bentuk adaptasi morfologi terhadap kondisi tempat tinggalnya. Ikan ini memiliki nama internasional mudskipper. Nama lokal untuk ikan ini adalah timpakul, tembakul, tempakul, belodog, belacak, gabus laut dan lunjat di berbagai daerah Indonesia. Mudskipper adalah ikan yang mampu untuk bertahan hidup di darat. Ikan ini rata-rata berukuran kecil dan unik, sering terlihat melompat-lompat di lumpur dekat rawa-rawa bakau, sungai atau muara di sepanjang pantai Pasifik, Atlantik dan Hindia (Murdy, 1989).

Pada ekosistem mangrove ikan gelodok merupakan konsumen tingkat pertama maupun tingkat kedua dalam rantai makanan. Menurut Polgar dan Lim (2011), ikan gelodok menempati posisi konsumen primer dan sekunder dalam rantai makanan. Peran ikan gelodok bagi manusia adalah sebagai bahan pakan atau umpan untuk memancing ikan.

Daging ikan gelodok memiliki nilai gizi yang tinggi. Di Bangladesh, Cina, Jepang, Korea, Filipina, Taiwan, Thailand dan Vietnam beberapa beberapa spesies dianggap memiliki kelezatan tersendiri dan dibudidayakan secara ekstensif. Di India, ikan ini dikonsumsi oleh nelayan sebagai obat tradisional (Ravi dan Rajagopal, 2000). Menurut Purwaningsih et. al (2013) ikan gelodok memiliki kadar gizi berupa asam amino esensial. Kadar asam amino esensial tertinggi pada daging ikan gelodok segar adalah lisin, asam amino semi esensial tertinggi adalah arginin, sedangkan kandungan asam amino non esensial tertinggi baik pada daging ikan gelodok segar maupun setelah pengolahan adalah asam glutamat.

Pantai Bali merupakan salah satu pantai yang terdapat di pesisir daerah memiliki hutan mangrove yang masih alami di Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Hutan mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan gelodok, karena ikan tersebut masih banyak ditemukan disana. Tetapi ikan ini jarang dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi di daerah tersebut.

Informasi tentang kajian mengenai ikan gelodok belum cukup banyak. Analisis mengenai hubungan panjang berat dan kondisi ekologis menjadi penting sebagai informasi dasar untuk pengelolaan dan pemanfaatannya pada masa yang akan datang terutama untuk masyarakat yang berada dekat dengan daerah habitat ikan.

(3)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juni 2014 di Pantai Bali Desa Mesjid Lama Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara (Gambar 1). Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan interval waktu selama 2 minggu selama 1 bulan. Identifikasi jenis ikan menggunakan buku Kottelat et.al (1993) dilakukan di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pengukuran parameter kimia perairan dilakukan di Balai Riset Standarisasi Industri Kota Medan dan analisis tipe substrat dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah alat tangkap serok, indikator pH, refraktometer, timbangan digital Ohaus dengan ketelitian 0.01 g, cool box, plastik, tali rafia, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera, penggaris, kertas millimeter. Bahan yang digunakan adalah ikan gelodok, KOH-KI, MnSO4, Na2S2O3, H2SO4, amilum, formalin

(4)

Metode Pengambilan Contoh

Metode yang digunakan adalah Purposive Sampling yang dibagi menjadi 3 stasiun. Ukuran setiap transek adalah 10 x 10 m2. Pengambilan contoh dilakukan di bagian pantai yang masih dipengaruhi mangrove (Gambar 2).

Pantai

Gambar 2. Ilustrasi Desain Pengambilan Contoh

Pengambilan Contoh Ikan Gelodok

Pengambilan contoh ikan gelodok dilakukan dengan 3 kali ulangan untuk tiap transek. Ikan gelodok yang terdapat dalam transek diambil menggunakan alat tangkap serok dan tangan. Setelah ditangkap ikan-ikan tersebut dimasukkan ke dalam plastik yang nantinya akan diamati jenis ikan gelodok dan diukur panjang-bobot ikan gelodok. Identifikasi ikan yang diukur adalah jari-jari sirip punggung pertama dan kedua, sirip ekor, sirip perut, sirip dada, sirip anal.

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia Perairan

Parameter fisika dan kimia perairan diukur pada setiap area transek yaitu 3 kali ulangan pada tiap transek. Parameter fisika yang diukur terdiri atas suhu, sedangkan parameter kimia yang diukur adalah salinitas, pH, oksigen terlarut (DO) dan nilai N dan P. Contoh air yang telah diambil, dimasukkan ke dalam cool box yang telah terisi es batu. Selain itu, dilakukan juga pengukuran substrat untuk menganalisis nilai C-organik, nitrat, fospat dan tekstur substrat. Sampel substrat diambil menggunakan sendok semen.

Analisis Data

Hubungan Panjang Bobot dengan Faktor Kondisi

Untuk mencari hubungan antara panjang dan bobot tubuh ikan digunakan persamaan sebagai berikut (Effendie, 1997):

Stasiun 3

Stasiun 2

(5)

W = aLb Keterangan :

W = Bobot tubuh ikan gelodok (gram) L = Panjang ikan gelodok (cm) a dan b = Konstanta

Nilai b digunakan untuk menduga laju pertumbuhan kedua parameter yang dianalisis.

Hipotesis yang digunakan adalah :

1. Jika nilai b = 3 maka disebut pola pertumbuhan isometrik (pola pertumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan bobot).

2. Jika nilai b≠ 3 maka disebut allometrik yaitu :

a. Jika b> 3 disebut pola pertumbuhan allometrik positif (pertumbuhan bobot lebih dominan).

b. Jika b < 3 disebut pola pertumbuhan allometrik negatif (pertumbuhan lebar lebih dominan).

Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi (Effendie, 1997). Keterangan: FK = Faktor kondisi W = Bobot (gram) L = Panjang (cm) Kepadatan Populasi

Kepadatan populasi ikan gelodok dapat dihitung dalam per satuan luas (Krebs, 1989):

Keterangan:

D = Kepadatan populasi (individu/m2)

x = Jumlah individu pada area yang diukur (individu) m = Luas area pengambilan contoh (10 x 10 m2)

(6)

Pola Sebaran Populasi

Pola sebaran ikan gelodok dihitung dengan menggunakan indeks sebaran Morisita (Krebs, 1989) :

Keterangan:

Id = Indeks sebaran Morisita

n = Jumlah stasiun pengambilan contoh x = Jumlah individu di setiap stasiun

Kriteria hasil perhitungan Indeks Morisita adalah sebagai berikut: Id < 1 : Pola sebaran acak

Id =1 : Pola sebaran seragam Id > 1 : Pola sebaran mengelompok

Analisis Substrat

Tekstur substrat dianalisis berdasarkan perbandingan pasir, liat, dan debu pada Segitiga Millar (Gambar 3).

Gambar 3. Tipe substrat berdasarkan Segitiga Millar (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)

Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan tekstur substrat yaitu :

1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi pasir 45%, debu 30% dan liat 25%.

2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45% sejajar dengan sisi persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di titik 30%

(7)

sejajar dengan sisi persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi persentase liat 25% sejajar dengan sisi persentase pasir.

3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang dianalisis, misalnya dalam hal ini adalah lempung liat.

Pengaruh Pasang Surut dan Lingkungan Terhadap Kepadatan Ikan Gelodok

Untuk mengetahui pengaruh pasang surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok digunakan desain rancangan acak kelompok lengkap (Randomize Complete Block Design). Perlakuan yang digunakan adalah pasang-surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok dalam satu petak contoh/blok. Perhitungan menggunakan rumus Mattjik dan Jaya (2006) :

Keterangan :

i = 1,2,3 dan j = 1,2,...,r

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

µ = rataan umum

= pengaruh perlakuan ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j

ε

ij = pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Hipotesis yang dapat diuji dari rancangan di atas yaitu pengaruh perlakuan dan pengaruh pengelompokan. Bentuk hipotesisnya dapat ditulis sebagai berikut :

Pengaruh perlakuan :

Ho : = = 0 (pasang surut tidak berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok)

H1 : dan ≠ 0 (pasang surut berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok)

Pengaruh pengelompokkan :

Ho : βi = βr = 0 (substrat tidak berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok)

H1 : βi dan βr ≠ 0 (substrat berpengaruh terhadap kepadatan ikan gelodok)

Data sidik ragam pengaruh pasang surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok disajikan pada Tabel. 1.

Tabel 1. Data Sidik Ragam

Sumber Keragaman Derajat Bebas (Db) Jumlah Kuadrat (JK) Kuadrat Tengah (KT) F-hitung Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG Blok r-1 JKB KTB KTB/KTG Galat (t-1) (r-1) JKG KTG Total tr-1 JKT

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Hubungan Panjang Bobot Ikan Gelodok

Jumlah P. chrysospilos yang ditangkap selama masa penelitian adalah 50 ekor, dengan nilai b yang diperoleh adalah 3.26 (Gambar 4). Nilai tersebut menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif yaitu pertumbuhan bobot lebih dominan daripada panjang. Pada jenis P. chrysospilos ukuran yang terpanjang adalah 9.60 cm dan terberat dengan bobot 9.50 g.

Gambar 4. Hubungan Panjang dan Bobot P. chrysospilos

Faktor Kondisi

Hasil faktor kondisi (FK) ikan gelodok berdasarkan hubungan panjang dan bobot jenis P. chrysospilos merupakan ikan yang paling montok dengan nilai 1.4440 (Tabel 2).

Tabel 2. Faktor Kondisi Ikan Gelodok Berdasarkan Jenis

Jenis Rata-rata W (g) Rata-rata L (cm) FK

P. chrysospilos 2.72 6.26 1.4440

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Hasil analisis parameter fisika dan kimia pada perairan Pantai Bali Kecamatan Talawi Kabupaten Batu Bara adalah seperti Tabel 3. Parameter fisika dan kimia perairan mempengaruhi distribusi atau sebaran ikan gelodok.

y = 0.0048x3.2562 R² = 0.9766 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 B o bo t (g ) Panjang (cm)

(9)

Tabel 3. Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

Suhu (oC) 31 – 38 29 – 33 30 – 31 DO (ppm) 3.3 – 5.5 3.3 – 5.5 3.3 – 5.0 NO3-N (mg/l) 2.53 – 5.75 2.53 – 4.58 2.19 – 5.27 Ptotal (mg/l) 0.13 – 0.79 0 – 0.01 0 – 0.048 pH 8.0 – 9.0 8.0 – 9.0 8.0 – 9.0 Salinitas (0/00) 29 – 30 27 – 29 28 – 30 Kepadatan ikan

Hasil kepadatan disajikan dalam bentuk grafik batang agar terlihat perbandingan kepadatan ikan gelodok pada saat kondisi air laut pasang dan surut (Gambar 5a, b, c). Pada saat air laut pasang terlihat bahwa kepadatan ikan gelodok terbanyak terdapat pada pantai di stasiun 3 dan pada saat kondisi air laut surut kepadatan ikan gelodok terbanyak terdapat pada pantai di stasiun 3.

a. b. c. Gambar 5. Kepadatan Ikan Gelodok Saat Pengambilan Contoh (a.) Pertama (b.) Kedua

(c.) Ketiga

Pola Sebaran Populasi

Pola sebaran populasi ikan gelodok berdasarkan hasil perhitungan indeks morisita, rata-rata pola sebarannya adalah mengelompok. Nilai indeks morisita yang didapat dari ketiga stasiun bila dirata-ratakan memiliki pola sebaran mengelompok (Tabel 4). Nilai yang diperoleh sesuai dengan kriteria Indeks Morisita yaitu Id > 1 maka pola penyebaran mengelompok.

0 2 4 6 8 10 12 K e p ad atan (i n d /m 2) Lokasi 0 2 4 6 8 10 12 14 K e p ad atan (i n d /m 2) Lokasi 0 2 4 6 8 10 K e p ad atan (i n d /m 2) Lokasi

(10)

Tabel 4. Indeks Sebaran Morisita Ikan Gelodok Waktu Lokasi Indeks Morisita Perlakuan Pasang Surut Sampling I Pantai 1.02 0.99 Sampling II Pantai 1.01 1.06

Sampling III Pantai 0.99 0.97

Pengaruh Pasang Surut dan Lingkungan dengan Kepadatan Ikan Gelodok

Analisis hubungan pasang surut dengan kepadatan ikan gelodok dilakukan menunjukkan bahwa hubungan pasang surut berpengaruh nyata terhadap kepadatan ikan gelodok pada saat pengambilan contoh pertama dapat dilihat dari nilai f hitung interaksi menunjukkan 11.53. Nilai tersebut lebih besar daripada f tabel 3.41.

Pada pengambilan contoh kedua nilai f hitung < f tabel, dengan nilai 3.39. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada saat pengambilan contoh kedua pasang surut tidak berpengaruh nyata terhadap kepadatan ikan gelodok. Nilai f hitung > f tabel untuk lingkungan menunjukkan nilai 15.20 > 3.41 yang memiliki arti berbeda nyata. Pengambilan contoh terakhir yaitu pada pengambilan contoh ketiga menunjukkan nilai f hitung > f tabel dimana nilai 3.79 > 3.40. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi pengaruh nyata pasang surut dan lingkungan terhadap kepadatan ikan gelodok.

Analisis Substrat

Analisis substrat menggunakan Segitiga Millar, diperoleh hasil bahwa substrat didominasi dengan jenis lempung. Jenis substrat tidak jauh berbeda antara tiap daerah pengambilan contoh substrat, kecuali pada stasiun 3, jenis substratnya adalah lempung berdebu. Hasil analisis substrat disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis Substrat Pada Lokasi Pengambilan Contoh

Nama Lokasi Jenis Substrat N (%) P2O5 (mg/l)

C-organik (%)

Stasiun 1 Lempung 0.32 29.35 5.12

Stasiun 2 Lempung 0.39 27.34 4.90

(11)

Pembahasan

Pada P. chrysospilos diperoleh hasil analisis hubungan panjang dan bobot W = 0.0048L3,2562 dengan nilai b yang diperoleh adalah 3.26. Nilai tersebut menunjukkan bahwa b > 3 yang memiliki arti bahwa pola pertumbuhannya adalah allometrik positif. Pola pertumbuhan allometrik positif adalah pola pertumbuhan yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan daripada pertambahan panjang tubuh ikan. Jenis ini ditemukan di daerah pantai.

Lingkungan mempengaruhi hubungan panjang dan bobot ikan seperti kondisi suhu dan kualitas air, apabila dua faktor tersebut tidak sesuai dengan yang dibutuhkan ikan gelodok maka penambahan panjang dan bobot akan terhambat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan, yaitu: (1) suhu dan kualitas air; (2) ukuran; (3) umur dan jenis ikan gelodok; (4) jumlah ikan-ikan lain yang memanfaatkan sumber makanan yang sama.

Nilai R2 menunjukkan bahwa setiap penambahan bobot akan diiringi dengan penambahan panjang setiap waktu pengamatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartnoll (1982), yang menyatakan bahwa besarnya koefisien korelasi menunjukkan bahwa pertambahan panjang diikuti dengan pertambahan bobot tubuh.

Berdasarkan hasil analisis faktor kondisi (FK) ikan gelodok jenis P. chrysospilos

bernilai 1.4440. Faktor kondisi menggambarkan kondisi kemontokan ikan. P. chrysospilos tergolong kedalam ikan dengan kondisi montok. Menurut Effendie

(1997), bila nilai faktor kondisi berkisar 1 – 2 menunjukkan tubuh ikan kurang pipih. Menurut Suwarni (2009) perubahan nilai faktor kondisi dipengaruhi pada waktu gonad ikan terisi dengan jenis kelamin dan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan.

Rata-rata jumlah kepadatan populasi menunjukkan perbedaan yang cukup jelas antara saat pasang dan surut. Pada daerah pantai kepadatan ikan lebih terlihat pada saat pasang daripada saat surut. Pada saat surut kondisi suhu mulai naik karena daerah tersebut terpapar sinar matahari tanpa ada pelindung, sehingga ikan gelodok bersembunyi dibawah liang lumpur sebagai tempat tinggalnya untuk dapat menjaga suhu tubuhnya dan karena P. chrysospilos tersebut berwarna cokelat seperti lumpur menjadi tidak terlihat. Menurut Colombini et.al (1995) untuk jenis P. sobrinus yang berasal dari genus sama yaitu Periophthalmus, memiliki kebiasaan pada siang hari

(12)

berlindung disarang untuk menghindari kekeringan pada tubuhnya sedangkan pada malam hari ikan meninggalkan mereka sarang untuk mencari makan di tepi air pasang.

Pada daerah penelitian ini, ikan gelodok cukup tolerir dengan kondisi lingkungan dapat dilihat dari nilai suhu. Ikan gelodok ini terutama jenis P. chrysospilos masih mampu bertahan dengan rentang suhu 29 - 38oC sedikit berbeda dengan Colombini (1995) pada jenis P. sobrinus mampu hidup dikisaran suhu minimal 24oC dan maksimum 31 oC. Hal ini diakibatkan perubahan cuaca yang cukup signifikan dalam rentang tahun penelitian yang dilakukan.

Parameter fisika kimia perairan yang dianalisis diantaranya adalah DO dengan nilai 3.3 – 5.5 ppm, NO3-N 2.19 - 5.75 mg/l, Ptotal 0 - 0.79 mg/l, pH 8.0 – 9.0 dan

salinitas 27 – 30 0/00. Hasil analisis menggambarkan bahwa P. chrysospilos mampu

hidup dalam kondisi lingkungan yang diwakilkan dari beberapa parameter lingkungan tersebut.

P. chrysospilos lebih banyak ditemukan di pantai karena kondisi substrat di daerah tersebut pasir bercampur dengan lumpur yang kemudian dianalisis lebih lanjut menggunakan Segitiga Millar diperoleh jenis berupa lempung-lempung berdebu. Kondisi ekologi untuk ikan gelodok jenis ini menyerupai penelitian yang dilakukan Polgar dan Crosa (2009) yang menyatakan bahwa untuk P. chrysospilos merupakan spesies yang hidupnya berada di tepi laut yang dipengaruhi oleh pasang dan surut. Jenis ini dapat ditemukan diberbagai macam substrat mulai dari lumpur hingga ke pantai berpasir.

(13)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hubungan panjang bobot ikan gelodok P. chrysospilos, memiliki nilai b > 3 yang menunjukkan pola pertumbuhan allometrik positif. Pola sebaran ikan gelodok terdiri dari 2 pola yaitu pola sebaran acak dan mengelompok. Pola sebaran acak terjadi di daerah pantai pada saat surut dan pola sebaran mengelompok tejadi pada saat pasang di daerah pantai. Daerah paling sering ditemukannya ikan gelodok adalah daerah pantai kondisi daerah tersebut lebih sesuai untuk mendukung kehidupan ikan gelodok karena dipengaruhi pasang surut.

Saran

Penelitian ini adalah langkah awal untuk mengetahui jenis ikan lain yang hidup di kawasan hutan mangrove. Ikan gelodok merupakan ikan yang unik dan layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perbandingan hubungan panjang bobot berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan makanan, tingkat kematangan gonad dan kandungan yang terdapat dalam tubuh ikan. Ikan gelodok apabila dapat dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat setempat di masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Colombini, I., R. Berti, A. Ercolini, A. Nocita, dan L. Chelazzi. 1995. Enviromental Factors Influencing The Zonation and Activity Patterns of A Population of Periophthalmus sobrinus Eggert in A Kenyan Mangrove. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 190. (135-149)

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan

Tataguna Lahan. UGM Press, Yogyakarta.

Hartnoll, R. G. 1983. Growth in The Biology of Crustacea Embriology, Morfology, and Genetic. Academic Press. New York.

Kottelat, M. Anthony, J. Sri N. K. dan Soetikno, W. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Edition. Jakarta.

Krebs, C. J. 1989. Ecological Methodology. Universityof British Columbia. Harper Collins Publisher. New York.

(14)

Mattjik, A. N. dan Jaya, I. S. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB Press. Bogor.

Murdy EO. 1989. A taxonomic revision and cladistic analysis of the Oxudercine gobies (Gobiidae: Oxudercinae). Records of the Australian Museum, Supplement 11:1-93.

Polgar, G. dan Crosa, G. 2009. Multivate Characterisation of The Habitats of Seven Species of Malayan Mudskipers (Gobidaee: Oxudercinae). Journal of Marine Biology 1475-1486. Doi: 10.1007/ s00227-009-1187-0.

Polgar, G. dan R. Lim. 2011. Mudskippers: Human Use, Ecotoxicology And Biomonitoring Of Mangrove And Other Soft Bottom Intertidal Ecosystems. Institute of Biological Sciences. Institute of Ocean and Earth Sciences, Faculty of Science, University of Malaya Kuala Lumpur. Malaysia.

Puwaningsih, S., Ella, S., dan Riviani. 2013. Perubahan Komposisi Kimia, Asam Amino, dan Kandungan Taurin Ikan Glodok (Periopthalmodon schlosseri). JPHPI, Volume 16 Nomor 1. 12-21.

Ravi, V dan S. Rajagopal. 2009. Mudskippers. Centre of Advanced Study in Marine Biology. Annamalai University. 397-401.

Suwarni. 2009. Hubungan Panjang-Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Butana Acanthurus mata (Cuvier, 1829) yang Tertangkap di Sekitar Perairan Pantai Desa Mattiro Deceng, Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan. Torani. 19 (3) : 160-165.

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Gambar 2. Ilustrasi Desain Pengambilan Contoh  Pengambilan Contoh Ikan Gelodok
Gambar 3. Tipe substrat berdasarkan Segitiga Millar  (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007)
Gambar 4. Hubungan Panjang dan Bobot P. chrysospilos
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan hidup yang benar dari hati nurani manusia.kaidah ini menentukan perbuatan mana Peraturan hidup yang benar dari hati nurani manusia.kaidah ini menentukan perbuatan mana

suatu proses pengiriman pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan yang tepat Agar pasien yang tidak bisa ditangani di Puskesmas

Sedangkan untuk sisi petugas aplikasi monitoring jentik nyamuk memerlukan PC yang dapat digunakan untuk menjalankan aplikasi desktop, dari berbagai macam kebutuhan

Berdasarkan observasi dalam penelitian awal yang tertera pada tabel di atas bahwa aktivitas fisik dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan menggunakan metode

Hasil penelitian menunjukkan: Pemberian pupuk Organonitrofos dan kombinasinya dengan pupuk kimia tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan, bobot basah dan kering berangkasan, serapan

Agar tidak menyimpang dari permasalahan, Tugas Akhir ini memiliki batasan masalah antara lain aplikasi dikembangkan berbasis desktop untuk sistem operasi Windows,

Rerata trigliserida pada hewan coba kelompok III mengalami peningkatan pada akhir perlakuan yaitu 29,5 mg/dl tetapi peningkatan ini tidak sebanyak kelompok II karena selain

Khidmaat Ka Tahqueeqi Wa Tanqueedi Jaiza” , submitted to Aligarh Muslim University, Aligarh in partial fulfillment of the requirements for the award of the degree of