• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium. dan, kejang sampai koma (Agung Nugroho 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium. dan, kejang sampai koma (Agung Nugroho 2012)."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Malaria

2.1.1 Gambaran Penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh parasit plasmodium di tularkan melalui nyamuk Anopheles sp kepada manusia. Gejala klinis utama adalah demam periodik di sertai dengan rasa menggigil, berkeringat dan sakit kepala, gejala lain seperti: badan terasa lemas dan pucat, nafsu makan berkurang, mual muntah diare, kuning pada kulit, pembesaran limpa dan, kejang sampai koma (Agung Nugroho 2012).

Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia famili plasmodiidae. Malaria adalah salah satu masalah kesehatan penting di dunia. Secara umum ada 4 jenis malaria, yaitu tropika, tertiana, ovaledan quartana. Di dunia ada lebih dari 1 juta meninggal setiap tahun (Dirjen P2Pl, 2011).

Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus plasmodium Penyakit ini secara alami ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah dimana

(2)

tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang (Andi Arsunan Arsin 2012).

Dengan semakin berkembangnya pengaruh globalisasi dan kemajuan transportasi di dunia saat ini, mengakibatkan semakin banyak orang bepergian ke segala penjuru dunia dan daerah lainnya, baik untuk berwisata maupun kegiatan tugas-tugas kedinasan. Dimana dengan kegiatan tersebut bisa menimbulkan permasalahan yaitu pencegahan penyakit-penyakit menular yang endemis di Negara atau daerah-daerah yang dikunjungi terutama di Negara-negara tropis. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang banyak ditemukan di daerah tropis dan merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Masalah pencegahan malaria penting dibahas sejalan dengan meningkatnya migrasi penduduk dari daerah nonendemis ke daerah endemis. Mereka yang dari daerah nonendemis tersebut adalah orang-orang nonimun yang sangat rentan terkena malaria dengan komplikasinya (Agung Nugroho 2012).

Malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi masyarakat di lebih dari 100 negara, yang dihuni oleh sekitar 2,4 milyar penduduk, atau 40% dari total penduduk dunia. Prevalensi penyakit ini di dunia diperkirakan sekitar 300 – 500 juta kasus klinis setiap tahun (WHO, 2005). Munculnya kembali malaria dalam beberapa tahun terakhir sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya konflik antar penduduk, migrasi manusia secara besar-besaran, perubahan iklim kawasan juga secara global dan

(3)

lingkungan, system pelayanan kesehatan yang kurang baik, serta timbulnya galur parasit malaria yang resisten terhadap obat anti malaria dan galur nyamuk anopheles yang resisten terhadap insektisida (Din Syafruddin 2012).

Malaria disebabkan oleh Protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu ; Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium terdapat di Indonesia yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria quartana dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale (T.H. Rampengan 2012).

Plasmodium penyebab malaria yang ada di Indonesia terdapat beberapa jenis yaitu plasmodium falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuran. Pada tahun 2009 penyebab malaria yang tertinggi adalah plasmodium vivax (55,8%), kemudian plasmodium falsifarum, sedangkan plasmodium ovale tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan data riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4% penyebab malaria adalah plasmodium falsifarum, dan plasmodium vivax sebanyak 6,9%.

(4)

Pada tahun 2004 dilaporkan adanya infeksi plasmodium knowlesi pada manusia yang seharusnya plasmodium ini hanya menginfeksi kera. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis plasmodium yang dikenal sebagai infeksi campuran atau majemuk (mix infection). Pada umumnya paling banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malartiae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka penularan tinggi. Resistensi terhadap obat anti-malaria telah dilaporkan semakin meluas di seluruh Indonesia. Resistensi parasit plasmodium falciparum terhadap klorokuin telah dilaporkan di seluruh Indonesia. Selain itu, dilaporkan juga adanya kasus resistensi terhadap sulfadoksin-pirimetamin di beberapa tempat di Indonesia. Penyakit tersebut

(5)

jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehidupan, tetapi pada anak yang berumur beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria tropika yang berat bahkan tertian dan kuartana dapat menyebabkan kematian terutama pada anak dengan gangguan gizi (T.H. Rampengan 2012).

2.1.2 Angka Kesakitan Penyakit Malaria

Malaria merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan pada anak-anak dan orang dewasa di negara-negara tropis. Di Indonesia, malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan dalam masyarakat. Angka kesakitan masih cukup tinggi, terutama di luar pulau Jawa dan Pulau Bali, karena di daerah itu terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah endemis dan non-endemis malaria. Di daerah-daerah tersebut sering terjadi letusan wabah malaria yang menimbulkan banyak kematian. Malaria merupakan penyakit infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh plasmodium, ditandai dengan gejala demam rekuren, menggigil, berkeringat, kelemahan, anemia, dan hepatosplenomegali (T.H. Rampengan 2012).

(6)

Gambar 2.2 Peta Stratifikasi Malaria Tahun 2008 dan 2009

Prevalensi malaria berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010, diperoleh dalam bentuk point prevalence. Point prevalence menunjukan proporsi orang di populasi yang terkena penyakit pada waktu tertentu. Data malaria dikumpulkan dengan dua cara yaitu wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan pemeriksaan darah menggunakan dipstick (Rapid Diagnostic Test/RDT). Besarnya sampel untuk pemeriksaan RDT yang merupakan subsampel dari sampel Kesehatan masyarakat adalah sejumlah 75.192 dan yang dapat dianalisis adalah 72.105 (95,9%).

(7)

Dari hasil Riskesdas diperoleh Point prevalence malaria adalah 0,6%, namun hal ini tidak menggambarkan kondisi malaria secara keseluruhan dalam satu tahun karena setiap wilayah dapat mempunyai masa-masa puncak (pola epidemiologi) kasus yang berbeda-beda. Spesies parasit malaria yang paling banyak ditemukan adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara P. falciparum dan P. Vivax. Namun data sebaran parasit perwilayah tidak diperoleh, sehingga tidak dapat diketahui jenis parasit yang dominan per suatu wilayah.

2.1.3 Siklus Hidup Plasmodium

Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, pada manusia terdapat 4 spesies yaitu P. falcifarum, P.vivax, P. malariae, P.ovale, P. facifarum menyebabkan infeksi paling berat dan angka kematian tertinggi. Dalam siklus hidupnya, plasmodium mempunyai dua penjamu untuk siklus hidup, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksual di dalam pejamu vertebrata dikenal sebagai skizogoni, sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Sporozoit yang aktif dapat ditularkan ke dalam tubuh manusia melalui ludah nyamuk, kemudian menempati jaringan parenkim hati dan tumbuh sebagai skizon (stadium ekso-eritrositer atau stadium pra-eritrositer). Sebagian sporozoit tidak tumbuh dan tetap tidur (dormant) yang disebut hipnozoit. Plasmodium falcifarum hanya terjadi satu kali stadium pra-eritrositer

(8)

sedangkan spesies lain mempunyai hipnozoit bertahun-tahun sehingga pada suatu saat dapat aktif dan terjadi relaps. Sel hati yang berisi parasit akan pecah dan terjadilah merozoit. Merozoit akan masuk ke dalam eritrosit (stadium eritrositer), tampak sebagai kromatin kecil yang dikelilingi oleh sedikit sitoplasma yang mempunyai bentuk cincin, disebut trofozoit. Tropozoit membentuk skizon muda dan setelah matang, membelah menjadi merozoit. Setelah proses pembelahan, eritrosit akan hancur, merozoit, pigmen dan sel sisa akan keluar dan berada di dalam plasma. Parasit akan difagositosis oleh RES (Retikulo Endotelial Sistem), plasmodium yang dapat menghindar akan masuk kembali ke dalam eritrosit lain untuk mengulangi stadium skizogoni. Beberapa merozoit tidak membentuk skizon tetapi memulai dengan bagian gametogoni, yaitu membentuk mikro dan makrogametosit (stadium seksual). Siklus itu disebut masa tunas intrinsik (T.H. Rampengan 2012).

Pada saat bertelur yamuk Anopheles betina meletakan telurnya sebanyak 50 sampai dengan 200 butir sekali bertelur, Telur-telur tersebut diletakan di dalam air tenang dan mengapung di tepi air. Telur tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2 sampai 3 hariakan menetas menjadi larva nyamuk Anopheles (Andi Arsunan Arsin 2012).

(9)
(10)

Dalam tubuh nyamuk, parasit berkembang secara seksual (sporogoni). Sporogoni memerlukan waktu 8 – 12 hari. Dalam lambung nyamuk makrogametosit dan mikrogametosit berkembang menjadi makrogamet dan mikrogamet yang akan membentuk zigot yang disebut ookinet. Ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan membentuk ookista yang membentuk banyak sporozoit. Kemudian sporozoit akan dilepaskan dan masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk. Siklus ini disebut masa tunas ekstrinsik. Secara umum pada dasarnya setiap orang dapat terkena malaria walaupun terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain : ras (suku bangsa), kurangnya enzim G6PD (glukosa 6 - Phosphat dehidrogenase) dan kekebalan terhadap malaria (T.H. Rampengan 2012).

(11)

Larva Nyamuk Anopheles memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki, dalam perbedaan nyamuk lainnya larva nyamuk Anopheles tidak mempunyai saluran pernafasan dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air. Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus berada di permukaan, kebanyakan larva memerlukan makan pada alga, bakteri dan mikroorganisme lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam di bawahpermukaan ketika terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada seluruh badanatau bergerak terus dengan mulut (Andi Arsunan Arsin 2012).

Larva nyamuk Anopheles dalam pertumbuhannya berkembang melalui 4 tahapan atau stadium, setelah larva mengalami metamorfisis menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium larva nyamuk Anopheles berganti kulit, larva mengeluarkan exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut. Habitat Larva ditemukan di daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih suka di air bersih. Larva pada nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang memiliki kadar garam, di sawah, rawa bakau, selokan yang ditumbuhi rumput,pinggir sungai dan kali, dan genangan air hujan. Kebanyakan dari spesies nyamuk Anopheles lebih suka hidup di habitat dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih suka di alam terbuka, genangan air yang terkena dengan sinar matahari. Sedangkan kepompong terdapat dalam air dan tidak memerlukan

(12)

makanan tetapi memerlukan udara. Pada kepompong nyamuk Anopheles belum ada perbedaan antara jantan dan betina. Kepompong menetas dalam waktu 1 sampai 2 hari menjadi nyamuk, dan pada umumnya nyamuk Anopheles jantan lebih dulu menetas dari pada nyamuk Anopheles betina. Lamanya waktu dari telur dan berubah menjadi nyamuk Anopheles dewasa bervariasi tergantung spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa berkembang dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari (Andi Arsunan Arsin 2012).

Sumber : Andi Arsunan Arsin 2012

(13)

2.2. Vektor Nyamuk Anopheles 2.2.1 Spesies Nyamuk Anopheles

Anopheles termasuk dalam bangsa diptera dan subbangsa Nematoceera yaitu suku Culicidae, dan tribe Anophelini pada klasifikasi zoology, dalam suku Anophelini genus Anopheles memiliki beberapa sub genus.

Ada sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles sp di seluruh dunia akan tetapi hanya sekitar 69 spesies yang merupakan vektor penular penyakit malaria dalam kondisi alamiah, diantaranya 30 spesies memiliki pengaruh utama. Kerentanan alamiah atau resistensi Anopheles pada infeksi dengan spesies parasit malaria tertentu sebagian besar tidak dapat dijelaskan meskipun ini tentu berhubungan dengan proses biokimia dalam tubuh nyamuk dan dengan kebutuhan nutrisionalnya (Cecep Dani Sucipto 2011).

Menurut tempat berkembang biak, vektor malaria dapat dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu berkembang biak di persawahan, perbukitan/hutan dan pantai/aliran sungai. Vektor malaria yang berkembang biak di daerah persawahan adalah An. aconitus, An. Annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An karwari, An.nigerrimus, An.sinensis, An.tesellatus, An.Vagus, An. letifer. Vektor malaria yang berkembang biak di perbukitan/hutan adalah An.balabacensis, An.bancrofti, An.punculatus, An.Umbrosus. Sedangkan untuk daerah pantai/aliran sungai jenis vekor malaria adalah An.flavirostris, An.Koliensis, An.ludlowi, An.minimus, An.punctulatus,

(14)

An.parangensis, An.sundaicus dan An. balabacensis, An. letifer An.subpictus yang merupakan spesies umum di Provinsi Kalimantan Tengah.

Waktu aktivitas menggigit vektor malaria yang sudah diketahui yaitu jam 17.00-18.00, sebelum jam 24 (20.00-23.00), sete-lah jam 24 (00.00-4.00).Vektor malaria yang aktivitas menggigitnya jam 17.00-18.00 adalah An.tesselatus, sebelum jam 24 adalah An.Aconitus, An.annullaris, An.barbirostris, An.kochi, An.sinensis, An.Vagus, sedangkan yang menggigit setelah jam 24 adalah An.farauti, An.koliensis, An.leucosphyrosis, An.unctullatus.

Perilaku vektor malaria seperti tempat berkembang biak dan waktu aktivitas menggigit ini sangat penting diketahui oleh pengambil keputusan sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan intervensi dalam pengendalian vektor yang lebih efektif (Direktorat Penyakit Bersumber Binatang, Depkes RI).

Untuk meminimalkan penularan malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control ( menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain -lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan

(15)

dinding rumah dengan insektisida (IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable, affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria (Direktorat Penyakit Bersumber Binatang, Depkes RI).

(16)
(17)

2.2.2 Bionomik Nyamuk Anopheles

Bionomik nyamuk mencakup pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur populasi, penyebaran, fluktuasi musiman serta faktor-faktor lingkungan fisik yang meliputi : musim, kelembaban, angin, matahari, atau arus air. Lingkungan kimiawi yang meliputi : kadar garam, pH. Dan juga faktor lingkungan biologic seperti tumbuhan bakau, vegetasi ganggang di sekitar tempat perindukan dan musim alami (Cecep Dani Sucipto 2011).

Sebagian siklus kehidupannya nyamuk Anopheles sp membutuhkan permukaan air sebagai tempat meletakan telurnya, permukaan air yang dibutuhkan adalah permukaaan air yang tergenang di daerah yang tidak terdapat genangan dan air yang mengalir dengan deras biasanya jarang terdapat telur Anopheles sp. Umur nyamuk merupakan parameter yang penting jika hidupnya lebih pendek dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan siklus sporogoni parasit malaria (P.vivax 9 hari, P.falcifarum 10-11 hari pada suhu 260C) sehingga tidak terjadi transmisi

malaria karena belum terbentuk sporosoit. Nyamuk yang umurnya lebih panjang berpeluang untuk terinfeksi menjadi lebih besar dan berpeluang lebih sering kontak dengan manusia, juga lebih banyak siklus gonotropik yang dapat diselesaikan tentunya pula semakin banyak keturunan yang dihasilkan (Cecep Dani Sucipto 2011).

(18)

Kondisi Rumah yang merupakan rumah adat suku Dayak di Kalimantan Tengah umumnya menggunakan bahan dasar kayu yang banyak terdapat di Kalimantan Tengah. Seperti adat Kalimantan Tengah yang biasa disebut Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.

2.2.3 Pengendalian Vektor Nyamuk Anopheles

Pengertian secara luas dari pengendalian vektor atau vector control adalah melakukan berbagai hal yang dipandang bermanfaat sehingga kehidupan arthropoda dan atau rodentia menjadi sulit untuk beraktifitas, tidak dapat berkembang biak atau dimatikan dan dengan demikian tidak akan mengganggu kesehatan masyarakat. Mengingat penyebaran keempat plasmodium malaria berbeda menurut geografi dan iklim Plasmodium Palciparum banyak ditemukan didaerah tropik beriklim panas dan basah. Plasmodium vivax banyak ditemukan didaerah beriklim dingin, sub tropik sampai daerah tropik, plasmodium ovale lebih banyak ditemukan di Afrika yang beriklim tropic dan pasifik barat. Pengendalian penyakit yang ditularkan melalui vektor pernah berlangsung secara besar-besaran dan pada skala luas, karena effektifitas dan efisiensi yang meyakinkan dari penggunaan bahan kimia insektisida golongan organochlorine,

(19)

organofosfor dan organocarbamate dalam membunuh vektor. Kejayaan insektisida tersebut berlangsung lebih kurang 30 tahun sejak penemuan golongan organochlorone pada tahun 1940. Kesulitan utama timbul karena berkembangnya resistensi pada sejumlah vektor serta gangguan sebagai akibat akumulasi bahan-bahan kimia ini yang ada di dalam lingkungan. Dengan munculnya berbagai masalah resistensi pada vektor, berakibat bagi kesehatan di masyarakat adalah timbul kembalinya penyakit yang dapat ditularkan oleh vektor yang sebelumnya telah dapat diturunkan, dan kemudian kembali menjadi masalah penting bagi Negara Indonesia dan banyak Negara lain di seluruh dunia.

Gambar 2.7 Gigitan Nyamuk Anopheles Pada Manusia

(20)

a. Mengurangi pengandung gametosit yang merupakan sumber infeksi (reservoar). Hal tersebut dapat dicegah dengan jalan mengobati penderita malaria akut dengan obat yang efektif terhadap fase awal dari siklus eritrosit aseksual sehingga gametosit tidak sempat terbentuk didalam darah penderita. Selain itu, jika gametosit telah terbentuk dapat dipakai jenis obat yang secara spesifik dapat membunuh gametosit (obat gametosida).

b. Memberantas nyamuk sebagai vektor malaria, Memberantas nyamuk dapat dilakukan dengan menghilangkan tempat-tempat perindukan nyamuk, membunuh larva atau jentik dan membunuh nyamuk dewasa. Pengendalian tempat perindukan dapat dilakukan dengan menyingkirkan tumbuhan air yang menghalangi aliran air, melancarkan aliran saluran air dan menimbun lubang-lubang yang mengandung air. Jentik nyamuk diberantas dengan menggunakan solar atau oli yang dituangkan ke air, memakai insektisida, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk (ikan kepala timah atau Gambusia Affinis), memelihara Crustaceakecil pemangsa jentik (Genus Mesocyclops) atau memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis yang menginfeksi dan membunuh jentik nyamuk. Untuk negara-negara berkembang, telah ditemukan teknologi sederhana untuk mengembangbiakkan bakteri di atas dengan memakai air kelapa sebagai media kulturnya.

(21)

2.3.Hutan Di Indonesia Dan Hutan Di Kalimantan Tengah 2.3.1 Hutan Di Indonesia

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 tentang Pengukuhan Kawasan Hutan yang dimaksud dengan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Penataan batas kawasan hutan adalah kegiatan yang meliputi pembuatan peta trayek batas, pemancangan batas sementara, pengumuman hasil pemancangan batas sementara, inventarisasi, identifikasi dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga, pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas sementara dan peta lampiran tata batas, pemasangan tanda batas dan pengukuran batas, pemetaan hasil penataan batas, pembuatan dan penandatanganan berita acara tata batas dan peta tata batas.

Pengukuhan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan penunjukan, penataan batas, dan penetapan kawasan hutan.

Pengukuhan kawasan hutan dilakukan melalui tahapan: a. penunjukan kawasan hutan;

b. penataan batas kawasan hutan; dan c. penetapan kawasan hutan.

(22)

Tahapan pengukuhan kawasan hutan ditindaklanjuti dengan kegiatan: a. penunjukan dengan Keputusan Menteri;

b. pelaksanaan tata batas;

c. pembuatan Berita Acara Tata Batas Kawasan Hutan yang ditandatangani oleh Panitia Tata Batas atau pejabat yang berwenang; d. penetapan dengan Keputusan Menteri.

Dimasa depan hutan dan lahan di dalam dan di luar kawasan diharapkan mampu memberi ruang tanaman berkayu yang semakin diperluas, dengan penegasan bagi hasil kayu yang meningkatkan kesejahteraan petani pengelola, sedangkan tanaman berkayu milik pemerintah tetap dipertahankan sebagai kontribusi pemerintah untuk membentuk lingkungan yang sehat bagi warganya. Hal ini terkait langsung dengan fungsi pemerintah untuk menyediakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat sebagai implementasi perubahan kebijakan pengelolaan hutan pada era reformasi. Pada posisi tersebut pemerintah harus lebih menonjolkan manfaat lingkungan diantaranya untuk pelestarian biodiversitas, pengelolaan tata air dan fungsi karbon. Sedangkan masyarakat akan memperoleh manfaat ekonomi dari pengelolaan hutan negara. Pendekatan yang diambil harus mempertimbangkan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa yang akan dating. Pertimbangan tersebut akan menentukan ruang pola tanam bagi tanaman semusim dan tanaman berkayu dalam pengelolaan hutan Negara. Sehingga pilihan yang dapat diambil

(23)

untuk saat ini adalah perluasan ruang tanam tumpangsari bagi petani (Ayu Dewi Utari 2012).

2.3.2 Hutan Di Kalimantan

Secara geografis, Provinsi Kalimantan Tengah terletak di daerah lintasan katulistiwa yaitu pada posisi 00° 44’ 54” Lintang Utara – 03° 47’ 07” Lintang Selatan dan 110° 43’ 19” – 115° 47’ 36” Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah Utara berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat.

Penunjukkan kawasan hutan Provinsi Kalimantan Tengah didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 759/KPTS/Um/10/1982 tanggal 12 Oktober 1982 tentang Penunjukkan Areal Hutan diWilayah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Tengah seluas 15.300.000 Ha (Lima Belas Juta Tiga Ratus Ribu Hektar) sebagai Kawasan Hutan, yang kemudian lebih terkenal dengan sebutan TGHK 1982. Adapun komposisi kawasan hutan berdasarkan TGHK 1982 sebagaimana pada tabel berikut :

(24)

Tabel 2.3 Komposisi Kawasan Hutan Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 1982

Sumber : Profil Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah

Vegetasi hutan di Kalimantan Tengah merupakan jenis hutan dengan variasi vegetasi yang beragam jenis vegetasi lokal dan jumlah vegetasinya, Kerapatan vegetasi dapat diukur dengan melakukan pendataan jenis dan jumlah vegetasi yang ada di suatu kawasan selanjutnya dapat ditentukan kerapatan suatu vegetasi di suatu daerah. Kerapatan vegetasi dapat dijadikan sebagai Breeding Places atau Resting Places nyamuk.

2.4. Alih Fungsi Hutan

2.4.1 Alih Fungsi Hutan Menjadi Perkebunan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun 2010 Tentang tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dijelaskan bahwa Sesuai dengan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakat, pada prinsipnya kawasan hutan dapat diubah peruntukan atau fungsinya. Untuk menjaga terpenuhinya keseimbangan manfaat lingkungan, manfaat sosial budaya, dan manfaat ekonomi, maka perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan harus berasaskan optimalisasi distribusi fungsi dan

(25)

manfaat kawasan hutan secara lestari dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan kecukupan luas kawasan hutan dalam daerah aliran sungai, provinsi, atau pulau, sehingga lahan pengganti kawasan hutan juga harus terletak dalam daerah aliran sungai, provinsi, atau pulau yang sama. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, Pemerintah Daerah menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang menjadi pedoman dalam pemanfaatan ruang.

Dalam penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota terdapat perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan yang belum mengacu pada perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan hasil penelitian terpadu sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004. Perubahan peruntukan tersebut mengakibatkan perbedaan peruntukan ruang antara Rencana Tata Ruang Wilayah dengan peruntukan dan fungsi kawasan hutan.

Perbedaan peruntukan ruang tersebut di atas mengakibatkan perbedaan acuan dalam pemanfaatan ruang sehingga menimbulkan ketidakpastian pemanfaatan ruang. Perbedaan acuan dalam pemanfaatan ruang tersebut harus diselesaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 41

(26)

Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mencabut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, maka Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, wajib menyesuaikan melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang harus disesuaikan dengan rencana tata ruang melalui kegiatan penyesuaian pemanfaatan ruang. Sehingga semua kegiatan usaha perkebunan yang izinnya diterbitkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang ditetapkan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, namun berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 areal tersebut merupakan kawasan hutan dengan fungsi hutan produksi, pemegang izin wajib mengajukan permohonan perubahan peruntukan kawasan hutan kepada Menteri.

Deforestasi dan degradasi kawasan hutan dan ekosistemnya telah menyebabkan kehancuran hutan Negara yang dapat mengakibatkan banana dalam berbagai hal. Meluasnya lahan kritis, menurunnya populasi

(27)

keragaman hayati, perubahan tata nilai budaya masyarakat, menurunnya produktifitas hutandan kualitas DAS serta ekosistem. Tentunya kondisi yang semakin memburuk tersebut menimbulkan kerugian kehidupan yang tak ternilai. Fungsi dan kemampuan ekosistem hutan sebagai penyangga kehidupan mengalami kerusakan sehingga air bersih untuk masyarakat, irigasi pertanian dan industri menjadi semakin sulit didapatkan, banjir dan tanah longsor bisa terjadi diberbagai daerah, meningkatnya laju kepunahan beberapa jenis hewan dan tumbuhan di suatu kawasan (Ayu Dewi Utari 2012).

Gambar 2.8 Proses Deforestasi di Kalimantan Tengah untuk Lahan Perkebunan Kelapa Sawit

Upaya penyelamatan hutan negara dari kehancuran melalui rehabilitasi kawasan hutan masih terasa sulit untuk dilaksanakan. Sementara itu contoh

(28)

kasus sebagian besar kerusakan DAS di luar Pulau Jawa yang disebabkan oleh praktik pengelolaan hutan yang tidak benar dan melanggar aturan yang berlaku memang telah dicoba dikendalikan dengan segala upaya, namun demikian, sampai saat ini belum memberikan indikasi positif. Potret kehancuran hutan negara akan menjadi sempurna manakala upaya-upaya penyelamatan yang lebih strategis tidak dilakukan. Strategi pengelolaan hutan berbasis sosial adalah komponen terpenting dari perencanaan kehutanan sosial dalam perspektif pemanfaatan. Strategi ini diyakini akan dapat memaksimalkan fungsi ekologis dan peranan ekonomis hutan. Pemanfaatan suatu fungsi hutan akan berdampak dandipengaruhi oleh pemanfaatan fungsi hutan lainnya atau bersifat mutual exlcusive (Ayu Dewi Utari 2012)

Telah cukup lama tumbuh kesadaran di kalangan banyak pihak, bahwa krisis kehutanan lokal dan nasional salah satu bentuknya dapat ditenggarai dari kehancuran hutan Negara. Kehancuran bermula dari pilihan paradigma pembangunan berbasis Negara atau state based resources development yang sentralistik. Dari sanalah kontribusi besar terhadap kehancuran kawasan hutan Negara berasal. Paradigma berbasis masyarakat atau community based resources development dan dalam praktik kehutanan sering diidentikkan dengan kehutanan sosial kemudian diyakini sebagai alternatif pilihan. Namun demikian ketika paradigma kehutanan sosial dipilih kekurangan basis pengetahuan untuk meningkatkan keberhasilan

(29)

dan produktivitas kawasan hutan Negara kerap kali menjerumuskan ke dalam retorika yang dipenuhi jargon yang bersifat sloganistik belaka (Ayu Dewi Utari 2012).

2.4.2 Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usaha tani kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta, perkebunan Negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan perkebunan negara (inti – plasma) (Kiswanto 2008).

(30)

Gambar 2.9 Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0 - 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o (Kiswanto 2008).

2.5. Kerangka Berfikir

Malaria merupakan salah satu penyakit yang dapat mengancam jiwa, malaria disebabkan oleh parasit yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui

(31)

gigitan nyamuk Anopheles yang merupakan vector malaria, yang terutama menggigit manusia pada malam hari mulai maghrib (dusk) sampai fajar (dawn). Banyak faktor yang berperan penting dalam menimbulkan dan menyebarkan malaria pada manusia, Penyebaran malaria disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : Lingkungan alami seperti : Rawa-rawa, sungai, danau, genangan air. Lingkungan Buatan yaitu lingkungan fisik alami yang berubah akibat pengaruh deforestasi lahan hutan seperti timbulnya perindukan nyamuk baru. Perilaku masyarakat seperti : menjaga kebersihan lingkungan, penggunaan kelambu dan obat anti nyamuk. Kondisi ekonomi meliputi : rata-rata tingkat pendapatan masyarakat. Kondisi iklim di lokasi penelitian meliputi : suhu, curah hujan, kelembaban yang ideal untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles.

Perubahan lingkungan yang tidak terkendali yang dapat menimbulkan tempat perindukan nyamuk malaria, Banyaknya nyamuk Anopheles sp yang telah dikonfirmasi sebagai vektor malaria. Lingkungan hidup yang terdiri dari lingkungan alami, lingkungan buatan dan lingkungan sosial sangat berpengaruh pada penyebaran malaria, lingkungan alam sebagai tempat perindukan (breeding places) nyamuk anopheles sp antara lain sungai, danau, rawa-rawa juga mata air alam. Penularan akan lebih intensif terjadi di daerah dimana nyamuk dapat hidup dalam waktu lama (yang memungkinkan plasmodium dapat berkembang biak menjadi infektif di dalam tubuh nyamuk) dan nyamuk lebih menyukai darah manusia dibanding darah hewan.

(32)

Gambar 2.10 Analisis Ekososial Antara Lingkungan Alami, Lingkungan Buatan dan Lingkungan Sosial

2.6.Kerangka Teori

Pengaruh perubahan iklim global (climate change) terhadap lingkungan baik secara langsung atau tidak langsung juga dapat berpengaruh terhadap derajat kesehatan manusia, penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang sangat

LINGKUNGAN ALAM

Rawa, sungai, danau, iklim, sawah

LINGKUNGAN

BUATAN

Kandang ternak, kolam ikan

LINGKUNGAN SOSIAL

-

Penduduk miskin

- kebiasaan memakai kelambu, anti nyamuk - Pendapatan masyarakat MALARIA - Penebangan pohon - Migrasi nyamuk ke pemukiman - Peningkatan angka kesakitan

- Breeding places nyamuk bertambah

- Populasi nyamuk bertambah - Perpindahan nyamuk dari

hutan ke pemukiman

- Kepadatan nyamuk Anopheles meningkat

(33)

dipengaruhi oleh perubahan iklim, dengan adanya perubahan iklim yang mempengaruhi suhu dan kelembaban serta kondisi ekologi yang mendukung seperti banyaknya genangan air dipermukaan tanah danau / kolam, sungai, rawa, mata air, dan lain-lain. Kondisi tersebut mengakibatkan vektor nyamuk Anopheles mampu berkembang biak dengan baik pada gilirannya nyamuk yang infected dapat menularkan malaria pada orang lain. Tingginya angka pencari kerja dan rendahnya pendapatan di kabupaten Barito Utara, mendorong masyarakat (dalam sistem sosial) melakukan migrasi yang mengakibatkan migrasinya penyakit malaria, selain itu juga perilaku dengan melakukan penebangan pohon yang dapat terjadi genangan-genangan baru serta migrasi nyamuk ke pemukiman penduduk, menambah kepadatan nyamuk sehingga kepadatannya dengan nyamuk yang infected dapat menularkan malaria pada orang lain.

Gambar

Gambar 2.1 Plasmodium Penyebab Malaria
Gambar 2.2 Peta Stratifikasi Malaria Tahun 2008 dan 2009
Gambar 2.4 Larva Nyamuk Anopheles, Aedes, dan Culex
Gambar 2.5 Daur Hidup Nyamuk Anopheles
+7

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi remaja usia 14-16 tahun terhadap peranan perawatan dengan menggunakan gigi tiruan dinilai masih

b. Pengesahan Hibah Langsung yang bersumber dari Dalam Negeri dalam bentuk uang sebesar yang telah diterima dan belanja yang bersumber dari hibah langsung yang bersumber dari

2206112011 Konteks : Di sebuah los kecil yang menjual beberapa jenis burung telah terjadi percakapan antara seorang laki-laki penjual burung dengan pembeli yang

Karena pemuaian panas minyak isolasi lebih tinggi dibandingkan dengan pemuaian volume dari kabel, tidak akan cukup tempat didalam selubung logam untuk mengakomodasi jumlah

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga penerima program konversi minyak tanah ke LPG, (2) mengidentifikasi persepsi dan sikap ibu

Terbitan tahun 2014 ini lebih fokus ke 2 Provinci yaitu Jawa Tengah & Jawa Timur dan merupakan hasil up-dating dari direktori sebelumnya dan tambahan beberapa perusahaan

Pada bagian ruang lingkup unit kerja, penulis akan menjelaskan tentang ruang lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bagian processing di PT. Memproses dan

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata variabel X siswa 69,96 berkategori “cukup” kemudian setelah diterapkan model discovery