• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUCI MIHARTI A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUCI MIHARTI A"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK

MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

SUCI MIHARTI A01401979

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

(2)

ii

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK

MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI

RSUD Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

SUCI MIHARTI A01401979

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

(3)
(4)
(5)
(6)

vi Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017

Suci Miharti1, Wuri Utami2

ABSTRAK

PENERAPAN FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) UNTUK MENGELUARKAN DAHAK PADA ANAK DENGAN INFEKSI SALURAN

PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG MELATI RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

Latar Belakang : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah gangguan saluran

pernapasan karena adanya sumbatan di dalam jalan nafas, yang ditandai dengan kesulitan bernafas dan Respiratory Rate (RR) meningkat.

Tujuan Penulisan : Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian fisioterapi

dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Metode Penulisan. Karya tulis ilmiah ini dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk

studi kasus dengan penerapan.

Asuhan Keperawatan : Setelah dilakukan pengkajian didapatkan klien mengalami sesak

nafas, batuk, RR meningkat, auskultasi pada paru terdengar ronchi. Masalah keperawatan yang didapatkan adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya penumpukkan sekret. Kemudian menyusun intervensi yaitu memonitor tanda vital klien yang meliputi pola nafas, RR, Nadi, auskultasi suara nafas, selanjutnya adalah kolaborasi pemberian terapi inhalasi dan tindakan fisioterapi dada (clapping). Implementasi Keperawatan yang dilakukan selama 3x7 jam dengan hasil evaluasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya penumpukkan secret pada klien teratasi.

Kesimpulan. Tindakan Fisioterapi dada (clapping) terbukti dapat mengeluarkan dahak

pada anak.

Kata kunci : ISPA, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas, fisioterapi dada.

1. Mahasiswa 2. Dosen

(7)

vii DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, July 2017

Suci Miharti1, Wuri Utami2

ABSTRACT

THE APPLICATION OF CHEST PHYSIOTHERAPY (CLAPPING) TO EXCRETE SPUTUM OF A CHILD WITH ACUTE RESPIRATORY

INFECTION (ARI) IN MELATI WARD OF DR. SODIRMAN HOSPITAL OF KEBUMEN

Background. Ineffective airway clearance is a respiratory tract disorder due to a

blockage in the airway characterized by difficulty in breathing and respiratory rate (RR) increase.

Objective. To describe a nursing care by giving chest physiotherapy (clapping) to excrete

sputum of a child with Acute Respiratory Inefection (ARI).

Method. This study is an analytical descriptive in the form of a case study with the

applicaation.

Nursing Care. The result of the assessment shows that the client had shortness of breath,

cough, RR increases, auscultation in the lung. The nursing problems found were ineffective airway clearance associated with the accumulation of secretions. Then an intervention was arranged to monitor the client’s vital sign, such as breath pattern, RR, pulse, auscultation breath sound. Besides, collaboration of inhalation therapy and chest physiotherapy (clapping) were also planned. The implementation of nursing care was conducted in 3x7 hours’ time with the result of the nursing problems evaluation was that ineffective airway clearance with thw accumulation of secretions of the client was resolved.

Conclusion. Treatment of chest physitherapy (clapping) can excrete sputum of a child.

Keywords: Acute Respiratory Inefection (ARI), ineffective airway clearance, chest physiotherapy.

1. Student 2. Lecturer

(8)

viii DAFTAR ISI

COVER i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

LEMBAR PERNYATAAN v

ABSTRAK ... vi DAFTAR ISI ... viii KATA PENGANTAR ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 3 C. Tujuan Penulisan 3 D. Manfaat Penulisan 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Teori 5

B. Konsep Fisioterapi Dada 8

BAB III METODE STUDI KASUS

A. Jenis Metode Kasus 11

B. Subyek Studi Kasus 11

C. Fokus Studi Kasus 11

D. Definisi Operasional 11

E. Instrumen Studi Kasus 12

F. Metode Pengumpulan Data 13

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus 14

H. Analisis Data dan Penyajian Data 14

I. Etika Studi Kasus 15

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Studi Kasus 17

B. Pembahasan 25

(9)

ix BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 29

B. Saran 29

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin.

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan pengetahuan selama penerapan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ujian komprehensif ini dnegan judul “Penerapan Fisioterapi Dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Ruang Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen”. Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Kedua Orangtua yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang, bimbingan, nasihat, semangat dan do’a yang tidak ada putusnya serta pelajaran berharga bagi penulis.

2. Herniyatun, M.Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKes Muhammadiyah Gombong, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan keperawatan.

3. Nurlaila, S.Kep. Ns. M. Kep selaku ketua prodi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong dan selaku dewan penguji Karya Tulis Ilmiah. 4. Wuri Utami, S.Kep. Ns. M.Kep selaku pembimbing penulisan karya tulis

komprehensif untuk melakukan ujian akhir.

5. Pembimbing ruangan beserta staf medis dan karyawan yang telah memberikan izin dan tempat untuk melaksanakan ujian akhir.

6. Teman-teman seperjuangan penulis dalam menempuh KTI jenjang DIII Keperawatan yang ikut serta dalam memberikan bantuan, semangat serta do’a untuk kelancaran tugas akhir ini.

(11)

xi

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya tulis ini, oleh sebab itu sartan dan kritik yang mendukung sangat berarti bagi penulis untuk menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan ilmu keperawatan. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Penulis

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian dan atau lebih pada saluran nafas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Gejala awal yang muncul biasanya disertai batuk pilek, kemudian diikuti dengan nafas cepat atau sesak napas. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernafas, tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun dan meninggal bila tidak segera diobati (Syair, 2009). Usia balita adalah kelompok paling rentan dengan infeksi saluran pernafasan. Kenyataannya bahwa angka morbiditas dan mortalitas akibat ISPA, masih tinggi pada balita di negara berkembang (Depkes RI, 2008).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Indonesia menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Penyakit batuk pilek yang terjadi pada balita diperkirakan 3-6 kali pertahun. Selain itu ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan dan berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di Rumah Sakit.

Menurut Mairusnita (2007), ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara berkembang. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Untuk itu dalam Millenium Decelopment Goals (MDG) telah dicanangkan komitmen bidang kesehatan yang akan menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015.

(13)

2

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2011), hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), 2002-2003 dikatakan bahwa Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia sekitar 35/1000 kelahiran hidup. Sekitar empat dari limabelas juta perkiraan kematian anak berusia dibawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20%-30%, kematian terbesar umumnya adalah pnemonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan.

Menurut laporan Riskesdas 2013, Period Prevalence tertinggi pnemonia balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%).

Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah (2010), penemuan dan penanganan penderita ISPA mengalami fluktasi yaitu sebesar 25,90% (2009) , mengalami peningkatan sebesar 40,63% (2010), menurun menjadi 25,5% (2011), kemudian mengalami penurunan menjadi 24,74% (2012) dengan jumlah kasus sebanyak 64.242 kasus. Angka ini masih sangat jauh dari target standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2010 (100%) dengan presentase tertinggi yaitu Kabupaten Kebumen (93,03%) (Dinkes Jateng, 2012).

Menurut data profil Kesehatan Kabupaten Kebumen (2012), sebanyak 12. 535 balita atau 29,7% dari total kesaitan yang disebabkan oleh ISPA. Dan dari balita yang terkena ISPA tersebut 9,11% berstatus gizi kurang dan 0,04% berstatus gizi buruk.

Banyak penyakit infeksi saluran nafas yang dikelompokkan ke dalam ISPA. Sehingga kita perlu mengetahui apa sebetulnya penyakit infeksi yang dialami anak-anak. Apakah penyakit tersebut disebabkan oleh virus atau bakteri? Diagnosis yang spesifik serta penyebabnya akan menentukan penangan selanjutnya. Apabila anak menderita pnemonia bakterial maka ia memerlukan antibiotik dan mungkin juga perlu perawatan di Rumah Sakit. Agar tidak tertular ISPA maka cara yang bisa kita lakukan adalah dengan menutup mulut dan hidung saat kita batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan

(14)

3

masker (jika anak kooperatif) dan menghindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau manular.

Beberapa dampak yang diakibatkan oleh penyakit ISPA bagi anak-anak antara lain : kesulitan bernafas, demam tinggi, kesadaran menurun, batuk dan tenggorokan terasa sakit serta anak akan mudah lelah dan aktivitas lebih terbatas tidak seperti anak-anak lainnya yang sehat. Bahkan komplikasi dari ISPA dapat mengakibatkan kerusakan permanen dan bahkan kematian.

Menurut Syair (2009), beberapa faktor yang menjadi penyebab angka kejadian ISPA pada balita tinggi antara lain yaitu, keadaan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA dibandingkan balita dengan gizi normal, karena faktor daya tahan tubuh yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi kurang, balita akan lebih mudah terserang ISPA berat bahkan serangannya lebih lama.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan fisioterai dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan ISPA?

C. Tujuan

1) Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

2) Tujuan Khusus :

a. Menggambarkan bersihan jalan nafas sebelum dilakukan fisioterapi dada (Clapping), meliputi pola nafas, frekuensi nafas, dan suara Nafas.

(15)

4

b. Menggambarkan bersihan jalan nafas setelah dilakukan fisioterapi dada (Clapping), meliputi pola nafas, frekuensi nafas, dan suara Nafas.

D. Manfaat 1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam pengaruh fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

2. Bagi Pengembangan Ilmu Teknologi Keperawatan

Menambah Keluasan ilmu dan teknologi terapi bidang keperawatan dalam pengaruh fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

3. Penulis

Memperoleh pengalaman dan mengimplementasikan pengaruh fisioterapi dada (clapping) untuk mengeluarkan dahak pada anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, S., (2009). Faktor Resiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. From : http//syair79.wordpress.com. Diaskes pada 17 Maret 2012.

Ariasti, D., (2014). Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Pasien ISPA di Desa Pucung Erpmoko Wonogiri. Wonogiri : Kosma.

Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Budiman, C., (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Indonesia.

Depkes RI, (2008). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Depkes RI, (2007). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI, (2007). Pedoman Pemberantasan Penyakit Saluran Pernapasan Akut. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinkes, Jateng. (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinkes Jateng.

Dinkes, Kebumen. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen.

Everard. (2015). Pediatric Respiratory Infection. Australia : Comersial Lisecence. Handayani isti, dkk (2009). Dokumentasi Keperawatan “DAR” Panduan Konsep

dan Aplikasi. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

Herdman T. Heather. (2015). NANDA International inc. Nursing Diagnoses : Definitions & Clasification 2015-2017. Budi Ana Keliat ... [Et al] (2015) (Alih Bahasa). Jakarta : EGC.

Hidayat, A.A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Maidartati. (2014). Pngaruh Fisioterapi Dada. Terhadap Bersihan Jalan Nafas pada Anak Usia 1-5 Tahun yang Mengalami Gangguan

(17)

Bersihan Jalan Nafas di Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung. Bandung. Bandung : Fakultas Ilmu Kedokteran. Mairusnita, (2007). Karakteristik Penedritaan Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada Balita. Medan : USU.

Marni. (2014). Buku Ajar Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Nelson. (2008). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. Diaskes : 19 Oktober 2014, dari http://www.depkes.go.id/resources/download/general/hasil%20 Riskesdas%202013.pdf.

Suharsimi, A., (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Wong Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6 Vol 2. Jakarta : Pe nerbit Buku Kedokteran EGC.

(18)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

FISIOTERAPI DADA (CLAPPING) PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN Sumber : Lisensi Youtube Standar “Dari Hati”

PENGERTIAN Tindakan untuk mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran nafas bagian bawah.

TUJUAN 1. Membersihkan jalan nafas dari akumulasi sekret. 2. Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret. KEBIJAKAN Klien dengan akumulasi sekret pada saluran nafas bagian

bawah.

PETUGAS Perawat

PERALATAN 1. Minyak kayu putih

2. Alas/perlak 3. Stetoskop

4. Air Panas dalam baskom 5. Tissue

6. Handuk kecil

TAHAP KERJA A. Tahap Pra-Interaksi

1. Melakukan pengecekan program terapi 2. Menyiapkan air panas dalam baskom

3. Menambahkan minyak kayu putih pada air panas yang akan digunakan

4. Membawa alat di dekat pasien dengan benar B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik

2. Menanyakan nama dan tanggal lahir pasien (melihat gelang pasien)

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada keluarga pasien.

(19)

keluarga pasien. C. Tahap Kerja

1. Mencuci Tangan 2. Membaca tasmiyah. 3. Menjaga privacy klien.

4. Memasang alas/perlak dan bengkok pada pangkuan dan air panas pada baskom di lantai. 5. Mengatur posisi pasien (tengkurap di

pangkuan) dengan wajah menghadap ke baskom yang berisi air panas.

6. Menutup kepala pasien dengan handuk kecil agar aroma minya kayu putih dapat terhidup dengan benar.

7. Lakukan clapping dengan cara tangan perawat menepuk punggung secara bergantian.

8. Lakukan vibrasi pada punggung pasien saat dahak keluar, kemudian bersihkan area mulut dan hidung pasien dengan tissue.

9. Berikan minyak kayu putih pada punggung dan telapak kaki pasien.

10. Melakukan auskultasi paru. 11. Merapikan keadaan pasien. D. Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan.

2. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien. 3. Merapikan alat-alat

4. Mencuci tangan.

5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)

Referensi

Dokumen terkait

iniae (perlakuan B, C, D, dan E) menunjukkan bahwa pada masa vaksinasi terjadi peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan ikan yang tidak diberi

Pendaftaran tidak menghasilkan suatu indefeasible title , “Pembukuan sesuatu hak dalam daftar buku tanah atas nama seseorang tidak mengakibatkan, bahwa orang yang

Hasil survei awal yang dilakukan pada ibu bersalin di RSIA Annisa Kota Jambi yaitu dari 7 orang ibu bersalin, 4 ibu bersalin yang mengalami peningkatan berat

Dari penelitian ini terlihat bahwa intensitas curah hujan yang tinggi lebih banyak terjadi pada fase MJO tidak aktif dibandingkan dengan fase aktif.. Perbedaan parameter DSD

Dalam hal belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan pemerintah daerah. Dalam hal ini

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Berdasarkan hasil penelitian ini, model workbook sangat membina keterampilan proses yang dibuktikan dengan tingginya angka korelasi antar. komponen keterampilan