• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta 2013"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA SURAKARTA

TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA SURAKARTA

TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KOTA SURAKARTA

(2)

DAFTAR ISI

COVER... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... I -1

A. Latar Belakang ... I -1 B. Maksud Dan Tujuan ... I -4 C. Manfaat ... I -4 D. Sasaran ... I -5 E. Keluaran... I -5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II-1

A. Pengertian Ekonomi Kreatif ... II-1 B. Teori Ekonomi Kreatif ... II-2 C. Sektor Ekonomi Kreatif... II-4 D. Intensitas Sumber Daya ... II-7 E. Perkembangan Ekonomi Kreati ... II-10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... III-1

A. Desain Penelitian ... III-1 B. Populasi dan Sampel ... III-1 C. Metode Pengumpulan Data ... III-2 D. Analisis Data ... III-2

BAB IV GAMBARAN KONDISI UMUM DAERAH... IV-1

A. Geografis. ... IV-1 B. Sumber Daya Alam ... IV-2 C. Sumber Daya Manusia ... IV-2 D. Perekonomian ... IV-7 E. Transportasi ... IV-12 F. Pariwisata ... IV-15

(3)

BAB V PROFIL PELAKU EKONOMI KREATIF ... V-1

A. Sebaran Ekonomi Kreatif ... V-1 B. Sektor dan Pelaku Ekonomi Kreatif ... V-5 C. Aktivitas Komunitas Ekonomi Kreatif... V-6 D. Permasalahan Dalam Pengembangan Usaha... V-7 E. Peran Kemitaan dalam pengembangan Ekonomi Kreatif .. V-9

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... VI-1

A. Kesimpulan ... VI-1 B. Rekomendasi ... VI-2

Lampiran Daftar Pustaka

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan industri di Indonesia baik manufaktur maupun jasa terus meningkat dan berkembang, seiring dengan perkembangan industri di dunia. Salah satu strategi pembangunan ekonomi dan industri di Indonesia yaitu industri kreatif. Industri kreatif memiliki ketergantungan impor yang rendah, dan memiliki potensi ekspor, karena adanya keunggulan komparatif. Selain itu, di Indonesia juga telah memiliki beberapa kota yang di dalamnya berkembang industri kreatif yang cukup potensial, yaitu Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan Bali. Sektor kreatif akan memberikan harapan baru untuk kegiatan ekonomi (peluang usaha baru) yang mengandalkan kreativitas dan bakat individu guna menciptakan nilai tambah berupa produk atau jasa kreatif. Jika dikembangkan dan dikelola dengan baik, industri ini mampu menjadi penyumbang devisa negara apabila diekspor keluar negeri.

Mengutip dari situs resmi Kementerian Perindustrian Indonesia, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Euis Saedah mengatakan bahwa industri kreatif adalah kegiatan usaha yang fokus pada kreasi dan inovasi. UK DCMS Task Force 1998 menyebut industri kreatif sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Menyikapi perkembangan industri kreatif dalam negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah menggolongkan industri kreatif ke dalam

(5)

subsektor-subsektor yang meliputi industri media; TV dan radio; periklanan; layanan komputer dan piranti lunak; permainan interaktif; kuliner; film; video, dan foto; juga industri seni yang meliputi seni pertunjukan; arsitektur; riset dan pengembangan; penerbitan dan percetakan; musik; fesyen; desain; kerajinan; dan pasar seni dan barang antik.

Sebenarnya potensi industri kreatif masih begitu besar untuk dapat digarap oleh pelaku bisnis Indonesia khususnya yang ada di kota Solo. Produk kerajinan yang potensial, di antaranya furnitur ukir, rotan, ukiran kaca, kulit, keris, dan batik. Kota Solo masuk sebagai Kota Kreatif dengan kategori kota desain. Setelah ditetapkan menjadi Kota Kreatif oleh Kemenparekraf, selanjutnya Solo akan didaftarkan ke UNESCO sebagai Kota Kreatif Dunia. Batik Tulis Solo sudah diekspor ke mancanegara dan menjadi lambang khas Indonesia. Bahkan di Kota Solo, sentra industri batik dengan berbagai skala kini terus bertumbuh, seperti Kampoeng Batik Laweyan, Kauman, Tegalsari, Tegalayu, Tegalrejo, Sondakan, Batikan, dan Jongke. Industri kreatif juga secara nyata dapat mengurangi angka pengangguran. Indutri kreatif sendiri naik sekitar 7% setiap tahunnya. Untuk subsektor seni pertunjukan, Solo adalah gudang seniman. Ada Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 8 yang dulunya konservatorium, serta puluhan sanggar tari, teater, dan musik yang menyediakan sumber daya manusia berlimpah. Ada juga Wayang Orang Sriwedari dan Ketoprak Balekambang

Kota Solo memiliki potensi industri kreatif yang cukup besar akan tetapi belum tergarap secara maksimal. Hal ini disebabkan karena belum adanya sinergitas antara pelaku industri di bidang ini. Cara untuk melakukan sinergitas adalah

(6)

dengan menggabungkan industri ini dalam sebuah kerangka pariwisata. Persoalan utama dari pengembangan industri kreatif di Solo adalah belum adanya komunikasi yang baik antar pelaku industri di bidang ini. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperkenalkan industri kreatif seringkali tidak diketahui oleh pelaku industri pariwisata, kerajinan, maupun fashion. Dalam satu tahun sendiri ada sekitar 100 pertunjukan seni yang digelar di Solo. Acara ini dapat dimanfaatkan para pelaku industri kreatif dengan cara membuat paket-paket wisata yang menggabungkan seni pertunjukan dan pameran dalam sebuah event wisata di hotel-hotel yang ada di Solo. Masalah lain yang muncul adalah adanya miskomunikasi antar pelaku industri pariwisata dengan kalangan seniman.

Agar lebih memaksimalkan daya kreativitas masyarakat, Pemerintah Kota Solo perlu memberikan ruang yang cukup untuk berkembangnya ide-ide kreatif masyarakat yang dieksplorasi sehingga ada temuan-temuan baru dari masyarakat Solo yang dapat dijual baik ke pasar lokal, nasional bahkan internasional. Solo Techno Park ke depan bisa menjadi pusat pengembangan teknologi yang mampu menghasilkan teknologi kreatif yang diakui kompetensinya di dunia internasional.

Komitmen Pemkot Solo untuk menjadikan Solo sebagai Kota MICE (meeting, incentive, convention, exhibition) akan bersinergi dengan pembangunan ekonomi kreatif. Program MICE seharusnya diikuti dengan pertumbuhan industri kreatif sehingga multiplier effect dan spillover effect dari MICE dapat ditangkap dengan produk barang/jasa industri kreatif sehingga secara nyata perekonomian dapat bertumbuh dan pada akhirnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Solo meningkat.

(7)

B. Maksud Dan Tujuan

Kegiatan Penyusunan Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta dimaksudkan untuk melakukan pendataan ekonomi kreatif di Kota Surakarta. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi, pelaku dan stakeholder yang terlibat dalam pengambilan keputasan antar sektor dan lintas sektor dengan mendudukan masyarakat sebagai pelaku utama pemgembangan ekonomi kreatif melalui pola keterpaduan dan pemberdayaan dengan pola pendekatan sistem klasterisasi.

Sedangkan tujuan dari kegiatan Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta ini adalah:

1. Identifikasi jenis ekonomi kreatif di Kota Surakarta,

2. Identifikasi karakteristik ekonomi kreatif di Kota Surakarta, 3. Identifikasi keberadaan lokasi ekonomi kreatif di Kota

Surakarta,

4. Mengetahui permasalahan ekonomi kreatif di Kota Surakarta,

5. Mengetahui potensi dan kontribusi ekonomi kreatif untuk rencana pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

C. Manfaat

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan Penyusunan Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta adalah : 1. Tersedianya data dan informasi potensi ekonomi kreatif di

Kota Surakarta

2. Mengembangkan dan meningkatkan potensi sektor industri sebagai usaha untuk memperkenalkan produk inovatif masyarakat.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengembangan Ekonomi Kreatif.

(8)

4. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ekonomi kreatif.

5. Sebagai panduan penyusunan strategi kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Surakarta

D. Sasaran

Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya dokumen Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta yang berorientasi pada potensi keunikan industri unggulan, potensi lokal, keterpaduan, pelestarian lingkungan, peluang investasi serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ekonomi daerah.

E. Keluaran

Tersusunnya dokumen berupa Buku Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta yang digunakan sebagai bahan acuan penyusunan kebijakan pengembangan ekonomi kreatif di Kota Surakarta

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif dalam beberapa dekade terakhir telah mendapatkan tempat dalam pembangunan di beberapa negara terutama negara-negara maju. Landasan dasar dari konsep ini adalah dimana ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan input utama dalam mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang baik (good of economy growth) berbasis kesejahteraan (welfare).

Ekonomi kreatif menjadi agenda dan dasar bagi suatu negara dalam membangun ekonominya. Investment of human capital dan creative business menjadi program dan kebijakan dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Ini telah merubah paradigma pembangunan ekonomi global yang menganut prinsip bahwa kekayaan alam merupakan kunci bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa untuk bersaing dalam pembangunan global. Terbukti saat ini, negara-negara dengan sumber kekayaan alam yang sangat minim seperti Singapura, Swiss, Filandia dan beberapa negara lainnya mampu menjadi macan ekonomi dunia.

Dari konsep ekonomi kreatif, diadopsi oleh industri menjadi industri kreatif. Dimana definisi industri kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force 1998 : “Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content”. Definisi inilah yang sering

(10)

digunakan oleh beberapa negara untuk mengembangkan konsep ekonomi kreatif dalam pembangunan ekonomi.

Schumpeter dalam tesisnya mengenai creative descruction theory memberikan pemahaman bahwa diperlukan inovasi-inovasi dalam mendorong produktivitas, baik dalam skala mikro pada level perusahaan maupun dalam skala makro dalam kontek negara. Inovasi inilah yang akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, ini sangat jelas diutarakan oleh Schumpeter dalam bukunya Theory of Economic Development (1912) dan “Capitalism, Socialism and Democracy (1942)”.

B. Teori Ekonomi Kreatif

1. Teori Ekonomi Kreatif Menurut John Howkins

Istilah Ekonomi Kreatif pertama kali diperkenalkan oleh tokoh bernama John Howkins, penulis buku "Creative Economy, How People Make Money from Ideas". Jhon Howkins adalah seorang yang multi profesi. Selain sebagai pembuat film dari Inggris ia juga aktif menyuarakan ekonomi kreatif kepada pemerintah Inggris sehingga dia banyak terlibat dalam diskusi-diskusi pembentukan kebijakan ekonomi kreatif dikalangan pemerintahan negara-negara Eropa.

Menurut definisi Howkins, Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah Gagasan. Benar juga, esensi dari kreatifitas adalah gagasan. Bayangkan hanya dengan modal gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang dimaksud? Yaitu gagasan yang orisinil dan dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah penyanyi, bintang film, pencipta lagu,

(11)

atau periset mikro biologi yang sedang meneliti farietas unggul padi yang belum pernah diciptakan sebelumnya ( Nenny, 2008).

2. Teori Industri Kreatif Menurut Dr. Richard Florida

Adalah seorang Doktor dibidang Ekonomi, Dr. Richard Florida dari Amerika, penulis buku "The Rise of Creative Class" dan "Cities and the Creative Class" memperkenalkan tentang industri kreatif dan kelas kreatif di masyarakat (Creative Class). Florida sempat mendapat kritik, bila ada kelompok tertentu Universitas Sumatera Utara dilingkungan sosial yang memiliki kelas tersendiri, apakah ini terkesan elit dan eksklusif? Tidak juga. Justru menurut Florida, ia menghindari kesan tersebut karena gejala dari istilah-istilah sebelumnya seperti Knowledge Society yang dinilai elitis.

Menurut Florida "Seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia seorang pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja digang senggol yang sedang membuat musik hip-hop. Namun perbedaanya adalah pada statusnya (kelasnya), karena ada individu-individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas tersebut. Tempat-tempat dan kota-kota yang mampu menciptakan produk-produk baru yang inovatif tercepat akan menjadi pemenang kompetisi di era ekonomi ini” (Nenny, 2008) 3. Teori Industri Kreatif Menurut Robert Lucas

Adalah pemenang Nobel dibidang Ekonomi, mengatakan bahwa kekuatan yang menggerakan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat produktifitas klaster orang

(12)

orang bertalenta dan orangorang kreatif atau manusia-manusia yang mengandalkan kemampuan ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya ( Nenny, 2008)

4. Teori Industri Kreatif Menurut Visi Pemerintah

Definisi Industri Kreatif dari visi Pemerintah, sebagai berikut: Industriindustri yang mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI. (Diambil dari definisi UK Department of Culture, Media and Sport, 1999 dalam Nenny, 2008).

C. Sektor Ekonomi Kreatif

Berdasarkan studi literatur dan diskusi yang telah dilakukan, maka kelompok industri kreatif di Indonesia meliputi:

Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan,

yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanye relasi publik, tampilan iklan di media cetak dan elektronik, pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delivery advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa

desain bangunan secara menyeluruh baik dari level makro sampai dengan level mikro, misalnya: arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan

(13)

teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal.

Pasar seni dan barang antik: kegiatan kreatif yang

berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet, meliputi: barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile dan film.

Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi,

produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari: batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil.

Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Fesyen: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain

pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait

dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

(14)

Permainan interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi.

Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait

dengan dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Kelompok ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

Layanan Komputer dan piranti lunak: kegiatan kreatif

yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

Televisi & radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

(15)

dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay siaran radio dan televisi.

Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait

dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar; termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni; serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen.

Kuliner: kegiatan kreatif ini termasuk baru, kedepan

direncanakan untuk dimasukkan ke dalam sektor industri kreatif dengan melakukan sebuah studi terhadap pemetaan produk makanan olahan khas Indonesia yang dapat ditingkatkan daya saingnya di pasar ritel dan pasar internasional.Pentingnya sektor ini dilatarbelakangi bahwa Indonesia memiliki warisan budaya produk makanan khas, yang pada dasarnya merupakan sumber keunggulan komparatif bagi Indonesia.

D. Intensitas Sumber Daya

Di dalam industri kreatif, kreatifitas memegang peranan sentral sebagai sumber daya utama. Industri kreatif lebih banyak membutuhkan sumber daya ktearif yang berasal dari kreatifitas manusia daripada sumber daya fisik. Namun demikian, sumber daya fisik tetap diperlukan terutama dalam peranannya sebagai media kreatif.

(16)

Berdasarkan klasifikasi pada matriks di atas, subsektor yang dikelompokkan dengan warna yang sama akan memerlukan strategi pengembangan yang serupa karena kemiripan karakterisitik, baik dari aspek sumber daya insani maupun substansi yang harus dikembangkan. Pada umumnya industri kreatif terdiri dari tujuh kelompok atau golongan utama yang mewakili empat belas subsektor industri kreatif di Indonesia. Tujuh kelompok tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Industri Publikasi dan Presentasi Melalui Media (Media Publishing and Presence). Kelompok ini terdiri dari; Penerbitan & Percetakan dan Periklanan (warna oranye, 2 subsektor)

2. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Disampaikan Melalui Media Elektronik (Electronic Media Presentation with Cultural Content). Kelompok ini terdiri dari; TV & Radio dan Film, Video, & Fotografi (warna ungu, 2 subsektor)

3. Kelompok Industri dengan Kandungan Budaya yang Ditampilkan ke Publik baik secara langsung maupun lewat

(17)

media elektronik (Cultural Presentation). Kelompok ini terdiri dari; Musik dan Seni Pertunjukan (warna merah, 2 subsektor) 4. Kelompok Industri yang Padat Kandungan Seni dan Budaya (Arts and Culture Intensive). Kelompok ini terdiri dari; Kerajinan dan Pasar Barang Seni (warna coklat 2 subsektor) 5. Kelompok Industri Desain. Kelompok ini terdiri dari; Desain,

Fesyen, dan Arsitektur (warna hijau, 3 subsektor)

6. Kelompok Industri Kreatif dengan Muatan Teknologi (Creativity with Technology). Kelompok ini terdiri dari; Riset & Pengembangan, Permainan Interaktif, dan Teknologi Informasi & Jasa Perangkat Lunak (warna biru tua, 3 subsektor).

Kerangka kerja melalui pembagian kelompok industri kreatif ini akan berperan penting dalam menentukan strategi pengembangan. Dengan mengetahui intensitas pemanfaatan sumber daya alam di dalam industri kreatif, maka strategi pengembangan sektor tertentu harus memperhatikan aspek kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang dibutuhkan dalam industri tersebut. Selain itu, kebijakan pemerintah dari berbagai instansi yang menyentuh empat aspek dominan yang berbeda di dalam industri kreatif tersebut (Seni dan Budaya, Media, Desain, dan Iptek) akan berdampak pula pada subsektor industri kreatif bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah terhadap pengembangan industri kreatif akan bersifat lintas sektoral dan membutuhkan koordinasi antar instansi.

Rantai proses penciptaan nilai pada umumnya tidak terjadi di sektor industri kreatif. Hal ini tentunya berbeda dengan sektor manufaktur dan industri konvensional lainnya. Industri kreatif mengutamakan desain dalam penciptaan produk. Industri

(18)

kreatif membutuhkan kreativitas individu sebagai input utama dalam proses penciptaan nilai.

Pemahaman mengenai rantai penciptaan nilai dalam industri kreatif akan membantu pemegang kepentingan terkait untuk memahami posisi industri kreatif dalam rangkaian industri. Rantai nilai yang menjadi pokok perhatian dalam menentukan strategi pengembangan memiliki urutan sebagai berikut:

1. Kreasi, terdiri dari; Edukasi, Inovasi, Ekspresi, Kepercayaan Diri, Pengalaman dan Proyek, Proteksi, Agen Talenta.

2. Produksi, terdiri dari; Teknologi, Jaringan Outsourcing Jasa, Skema Pembiayaan

3. Distribusi, terdiri dari; Negosiasi Hak Distribusi, Internasionalisasi, Infrastruktur

4. Komersialisasi, terdiri dari; Pemasaran, Penjualan, Layanan

(Services), Promosi

E. Perkembangan Ekonomi Kreatif

Di beberapa negara, ekonomi kreatif memainkan peran signifikan dalam mendorong peningkatan ekonomi negaranya. Inggris merupakan pelopor pengembangan ekonomi kreatif, industri tersebut tumbuh rata-rata 9% per tahun, dan jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang 2%-3%. Sumbangannya terhadap pendapatan nasional mencapai 8,2% atau US$ 12,6 miliar dan merupakan sumber kedua terbesar

(19)

setelah sektor finansial. Industri kreatif melampaui pendapatan dari industri manufaktur serta migas. Di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 menyumbang lebih besar daripada manufaktur. Di Singapura ekonomi kreatif menyumbang 5% terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar. Ekonomi kreatif termasuk ekonomi gelombang keempat. Alvin Toffler menyebut, ekonomi gelombang pertama bertumpu pada sektor pertanian, ekonomi gelombang kedua pada sektor industri, dan ekonomi gelombang ketiga pada sektor informasi.

Di Indonesia, ekonomi kreatif cukup berperan dalam pembangunan ekonomi nasional hanya saja peran pemerintah belum optimal dalam mendukung ekonomi kreatif tersebut. Pemerintah belum menjadikan ekonomi kreatif sebagai sumber pendapatan yang penting. Pemerintah masih fokus pada sektor manufaktur, fiskal, dan agrobisnis. Menurut data Departemen Perdagangan, industri kreatif pada 2006 menyumbang Rp 104,4 triliun, atau rata-rata 4,75% terhadap PDB nasional selama 2002-2006. Jumlah ini melebihi sumbangan sektor listrik, gas dan air bersih. Tiga subsektor yang memberikan kontribusi paling besar nasional adalah fashion (30%), kerajinan (23%) dan periklanan (18%). Selain itu, sektor ini mampu menyerap 4,5 juta tenaga kerja dengan tingkat pertumbuhan sebesar 17,6% pada 2006. Ini jauh melebihi tingkat pertumbuhan tenaga kerja nasional yang hanya sebesar 0,54%. Namun, ia baru memberikan kontribusi ekspor sebesar 7%, padahal di negara-negara lain, seperti Korsel, Inggris dan Singapura, rata-rata di atas 30%.

Laju pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia terus bergeliat. Bahkan, perkembangannya lebih tinggi dari laju pertumbuhan nasional. Berdasarkan data statistik ekonomi kreatif yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), bahwa laju

(20)

pertumbuhan ekonomi kreatif pada 2013 mencapai sebesar 5,76 persen dan laju pertumbuhan nasional sekitar 5,74 persen. Sektor ini juga mampu menyedot tenaga kerja mencapai 11,872 % dari total lapangan kerja nasional.

Tiga sektor unggulan di bidang industri kreatif seperti kuliner, fesyen, dan kerajinan menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar. Kontribusi sektor tersebut dipastikan akan semakin tinggi dalam menopang perekomonian bangsa. Data BPS mencatat pertumbuhannya mencapai 5.76 persen, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5.74 persen. Kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia mencapai Rp 642 triliun setara 7 persen dari angka nasional. Bahkan perkembangan industri kreatif membidik target 8 persen untuk kontribusi industri kreatif terhadap PDB hingga 2015. Sejauh ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga fokus mendorong pertumbuhan bidang animasi, film dan video, film layar lebar untuk tv, games dan digital content.

Untuk mengembangkan ekonomi kreatif, pemerintah membuat beberapa langkah terobosan. Pertama, menyiapkan insentif untuk memacu pertumbuhan industri kreatif berbasis budaya, dengan harapan mampu menyumbangkan devisa sebesar US$ 6 miliar pada 2010. Insentif itu mencakup perlindungan produk budaya, pajak, kemudahan memperoleh dana pengembangan, fasilitas pemasaran dan promosi, hingga pertumbuhan pasar domestik dan internasional. Kedua, membuat roadmap industri kreatif yang melibatkan berbagai departemen dan kalangan. Ketiga, membuat program komprehensif untuk menggerakkan industri kreatif melalui pendidikan, pengembangan SDM, desain, mutu dan pengembangan pasar. Keempat,

(21)

memberikan perlindungan hukum dan insentif bagi karya industri kreatif.

Beberapa contoh produk industri kreatif yang dilindungi HKI-nya, di antaranya buku, tulisan, drama, tari, koreografi, karya seni rupa, lagu atau musik, dan arsitektur. Produk lainnya adalah paten terhadap suatu penemuan, merek produk atau jasa, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu dan rahasia dagang. Kelima, pemerintah akan membentuk Indonesian Creative Council yang akan menjadi jembatan untuk menyediakan fasilitas bagi para pelaku industri kreatif. Keenam, pemerintah akan menyelenggarakan lomba Indonesia Creative Idol (ICI) 2008, yang bertujuan untuk melestarikan dan mengembangkan industri kreatif. Acara ini digelar di 12 kota di Indonesia selama Juni-Agustus 2008.

(22)

Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

III-1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survei. Dalam penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, penelitian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini berbeda dari sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi (Singarimbun dan Effendi, 1989). Metode survei menurut Singarimbun (1989), adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Oleh karena itu, penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah kelompok pelaku industri Kreatif di Kota Surakarta, yaitu pengusaha UMKM yang mengembangkan inovasi berdasarkan kreatifitas untuk memberikan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Berdasarkan populasi yang ada, maka dipergunakan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel dengan kriteria tertentu, kriteria adalah UMKM yang merupakan pelaku ekonomi kreatif di Kota Surakarta Analisis Data.

(23)

Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

III-2

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan 3 metode, yaitu:

1. Survei. Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui kuisioner yang terstuktur

2. Focus group discussion (FGD). Kegiatan ini dilakukan untuk mengentahu persepsi masyarakat terhadap ekonomi kreatif

3. Indeph Interview. Dilakukan untuk mempertajam hasil survey dan FGD

D. Analisis Data

Analisis data menggunakan dua pendekatan, yaitu: 1. Analisis statistiK deskriptif

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan kondisi dari pelaku ekonomi kreatif. Meliputi profil pelaku, produk yang dihasilkan, tujuan pemasaran. Selain aspek keuangan meliputi modal, omzet atau penjualanaset yang dimiliki. Untuk pengembangan dari pelaku usaha tersebut dapat dilihat dari apa yang menjadi permasalahan dari pengembangan bisnis serta keunggulan dari produk yang dihasilkan.

2. Analisis isi (content analysis)

Analisis isi merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secar sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Berelson & Kerlinger).

Teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi

(24)

Profil Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

III-3 perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih (Budd)

3. Bagan Alir Penelitian

Analisis dan Pembahasan START Persiapan Survei Pendahuluan Pengumpulan Data Metode Sampling

Studi Pustaka Peraturan danKebijakan Pemerintah

(25)

BAB IV

GAMBARAN KONDISI UMUM DAERAH

A. Geografis.

Kota Surakarta yang sering disebut Kota Solo, secara astronomis terletak antara 110°45’15” - 110°45’35” Bujur Timur dan antara 7°36’00” - 7°56’00” Lintang Selatan, dengan luas daerah kurang lebih 4.404,0593 Ha. Secara geografis wilayah Kota Surakarta terletak pada cekungan di antara dua gunung berapi yaitu Lawu disebelah timur dan gunung Merapi di sebelah barat sehingga topografisnya relatif rendah dengan ketinggian 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan sungai Pepe, Jenes dan Bengawan Solo. Wilayah Kota Surakarta mempunyai suhu udara rata-rata 21,9C – 32,5C, kelembaban udara 71 % dan 135 hari hujan dengan curah hujan 2.231 Mm.

Batas wilayah administratif Kota Surakarta adalah : sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabpaten Boyolali, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabpaten Sukoharjo dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Wilayah administrasi Kota Surakarta terdiri dari 5 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan, Serengan, Pasarkliwon, Jebres dan Banjarsari serta terdiri dari 51 kelurahan yang mencakup 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK.

Kota Surakarta yang luas wilayah administratifnya hanya 4.404,06 ha, sebagian besar telah menjadi lahan permukiman/ perumahan yaitu seluas 2.672,21 ha dan sisanya berturut-turut untuk jasa 428,06 ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 ha, ruang terbuka 248,29 ha, pertanian (sawah/ ladang) 210,83

(26)

ha dan lain-lain (prasarana lingkungan dan fasilitas umum) 461,16 ha.

Posisi Kota Surakarta berada pada jalur strategis lalu lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan di antara Jogyakarta- Solo- Semarang (Joglo Semar) – Surabaya- Bali.

B. Sumber Daya Alam

Wilayah Kota Surakarta merupakan urban area, sehingga potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya relatif terbatas. Lahan pertanian semakin lama semakin menyempit karena beralih fungsi menjadi permukiman, perdagangan maupun industri, sehingga berdampak pada semakin menurunnya peran dan kontribusi sektor pertanian dalam mendukung produksi daerah, bahkan untuk kepentingan penyediaan hasil bumi berupa tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan peternakan, Kota Surakarta mengandalkan dari daerah sekitarnya.

Demikian pula bahan tambang, hampir tidak ada kecuali air bawah tanah dan bahan galian C, itupun relatif kecil. Namun demikian potensi air bawah tanah dan bahan galian C ini meskipun kecil dalam era otonomi daerah menjadi penting karena menjadi salah satu sumber pendapatan daerah dari sektor pajak dan retribusi, setelah urusan tersebut diserahkan Pemerintah Propinsi ke Kabupaten/Kota.

C. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan.

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2012 adalah 515.372 jiwa,berdasarkan susenas 2012 yang tersebar di lima kecamatan yang meliputi 51 kelurahan dengan daerah seluas 44,1 km2. Perbandingan kelaminnya 96,06% yang berarti setiap 100

(27)

orang wanita terdapat 96 orang laki-laki. Angka ketergantungan penduduknya sebesar 66%. Pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 10 tahun terakhir berkisar 0,565 % per tahun. Tingkat kepadatan penduduk di Surakarta adalah 11.370 jiwa/km2, yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa Tengah (kepadatan Jawa Tengah hanya 992 jiwa/km2).

Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Surakarta merupakan kota terpadat di Jawa Tengah dan ke-8 terpadat di Indonesia, dengan luas wilayah ke-13 terkecil, dan populasi terbanyak ke-22 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia.

Tabel 4.1.

Daftar Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Surakarta

No. KecamatanNama Luas % luas Penduduk Kepadatan pertumbuhanLaju

1 Banjarsari 14,81 33,63% 157.438 10.630/km2 0,25 2 Jebres 12,58 28,57% 138.624 11.019/km2 0,88 3 Laweyan 8,64 19,62% 86.315 10.002/km2 -0,21 4 Pasar Kliwon 4,82 10,95% 74.145 15.383/km2 -0,07 5 Serengan 3,19 7,24% 44.120 13.830/km2 -0,59 Berdasarkan sensus 2010 2. Pendidikan

Menurut Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2010/2011 terdapat 68.153 siswa dan 869 sekolah di Surakarta, dengan perincian: 308 TK/RA, 292 SD/MI, 97 SMP/MTs, 56 SMA/MA, 46 SMK, 54 PT, dan 16 sekolah lain. Di Solo terdapat dua universitas besar, yaitu Universitas Sebelas

(28)

Maret dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, keduanya memiliki lebih dari 20.000 mahasiswa aktif dan termasuk katagori 50 universitas terbaik di Indonesia. Demikian pula terdapat Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, Institut Seni Indonesia(ISI) Surakarta . Selain itu terdapat 52 universitas swasta lainnya seperti Unisri, Universitas Tunas Pembangunan, Universitas Setia Budi, STIKES Muhammadiyah, Universitas Islam Batik, dll. Solo juga kini menjadi tempat tujuan studi para lulusan SMA dari seluruh Indonesia

3. Budaya

Sebagai kota tua bekas ibukota kerajaan Surakarta Hadiningrat, Kota Sala kaya akan peninggalan budaya yang adiluhung baik yang berujud artefak seperti bangunan cagar budaya, Sosiofak seperti tradisi Sekaten dan Kirab Pusaka Kraton setiap 1 Syura maupun Metafak seperti laku spiritual berjaga malam (“lek-lekan”) dan tradisi upacara daur hidup. Bahkan untuk beberapa unsur budaya tertentu seperti bahasa Jawa telah memperkaya khasanah bahasa Indonesia, dan seni tari serta seni ngadisalira juga telah diapresiasi oleh masyarakat Indonesia secara luas sehingga telah memberi andil besar dalam pembentukan jatidiri bangsa.

a) Bahasa

Bahasa yang digunakan di Surakarta adalah bahasa Jawa Surakarta dialek Mataraman (Jawa Tengahan) dengan varian Surakarta. Dialek Mataraman/Jawa Tengahan juga

dituturkan di

daerah Yogyakarta, Magelang timur, Semarang, Pati, Madiun, hingga sebagian besar Kediri. Meskipun demikian, varian lokal Surakarta ini dikenal sebagai "varian halus" karena

(29)

penggunaan kata-kata krama yang meluas dalam percakapan sehari-hari, lebih luas daripada yang digunakan di tempat lain. Bahasa Jawa varian Surakarta digunakan sebagai standar bahasa Jawa nasional (dan internasional, seperti di Suriname). Beberapa kata juga mengalami spesifikasi, seperti pengucapan kata "inggih" ("ya" bentuk krama) yang penuh (/iŋgɪh/), berbeda dari beberapa varian lain yang melafalkannya "injih" seperti di Yogyakarta dan Magelang. Dalam banyak hal, varian Surakarta lebih mendekati varian Madiun-Kediri, daripada varian wilayah Jawa Tengahan lainnya.

Walaupun dalam kesehariannya masyarakat Solo menggunakan bahasa nasional bahasa Indonesia, namun sejak kepemimpinan wali kota Joko Widodo maka bahasa Jawa mulai digalakkan kembali penggunaannya di tempat-tempat umum, termasuk pada plang nama-nama jalan dan nama-nama instansi pemerintahan dan bisnis swasta.

Surakarta juga berperan dalam pembentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia. Pada tahun 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara.[53] Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:

mengganti Ejaan van Ophuysen,

(30)

menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar

dalam Badan Perwakilan.

b) Pernikahan adat

Pernikahan adat Surakarta juga memiliki ciri-ciri yang khusus, mulai dari lamaran, persiapan pernikahan, hingga upacara siraman dan midodaren.

c) Tarian

Solo memiliki beberapa tarian daerah seperti Bedhaya (Ketawang, Dorodasih, Sukoharjo, dll.) dan Srimpi (Gandakusuma dan Sangupati). Tarian ini masih dilestarikan di lingkungan Keraton Solo. Tarian seperti Bedhaya Ketawang secara resmi hanya ditarikan sekali dalam setahun untuk menghormati Sri Susuhunan Pakoe Boewono sebagai pemimpin Kota Surakarta.

d) Batik

Batik adalah kain dengan corak atau motif tertentu yang dihasilkan dari bahan malam khusus (wax) yang dituliskan atau di cap pada kain tersebut, meskipun kini sudah banyak kain batik yang dibuat dengan proses cetak. Solo memiliki banyak corak batik khas, seperti Sidomukti dan Sidoluruh.[55]Beberapa usaha batik terkenal adalah Batik Keris, Batik Danarhadi, dan Batik Semar. Sementara untuk kalangan menengah dapat mengunjungi pusat perdagangan batik di kota ini berada di Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), atau Ria Batik.

Selain itu di Kecamatan Laweyan juga terdapat Kampung Batik Laweyan, yaitu kawasan sentra industri batik yang sudah ada sejak zaman kerajaan Pajang tahun 1546. Kampung batik lainnya yang terkenal untuk para turis adalah Kampung Batik Kauman.

(31)

Produk-produk batik Kampung Kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Keunikan yang ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya, pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan batik bahkan untuk mencoba sendiri mempraktekkan kegiatan membatik.

Batik Solo memiliki ciri pengolahan yang khas: warna kecoklatan (sogan) yang mengisi ruang bebas warna, berbeda dari gaya Yogya yang ruang bebas warnanya lebih cerah. Pemilihan warna cenderung gelap, mengikuti kecenderungan batik pedalaman. Jenis bahan batik bermacam-macam, mulai dari sutra hingga katun, dan cara pengerjaannya pun beraneka macam, mulai dari batik tulis hingga batik cap

Setiap tahunnya Solo juga mengadakan Karnaval Batik Solo dan mulai tahun 2010 pemerintah kota Solo mengoperasikan bus yang bercorak batik bernama Batik Solo Trans.

D. Perekonomian

1. Kerjasama Ekonomi Antar Daerah.

Kota Surakarta yang miskin sumberdaya alam, kondisi sosial ekonominya banyak ditentukan oleh kegiatan sektor sekunder dan sektor tersier. Kinerja dari kedua sektor inipun juga sangat tergantung pada masukan produk sektor primer dari luar wilayah sekitar, khususnya dari 6 kabupaten se SUBOSUKAWONOSRATEN. Akan tetapi karena Surakarta memiliki ciri ekonomi kekotaan dengan dominasi fungsi pelayanan jasa, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan

(32)

hiburan, maka wilayah-wilayah di sekitarnya itupun dalam menjalankan roda-roda ekonominya, juga lebih banyak tergantung pada jasa pelayanan ekonomi Kota Surakarta. Dengan demikian untuk pengembangan perekonomian Kota Surakarta memerlukan kerjasama secara sinergis dengan wilayah sekitarnya.

2. Pertumbuhan Ekonomi.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta pada periode tahun 2008-2012 menunjukkan arah perkembangan pertumbuhan positif. Dilihat dari pertumbuhan pertahunannya, Kota Surakarta pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 5,76% masih lebih rendah daripada tahun 2011 yaitu sebesar 6,04%.Kemudian tahun 2010 ekonomi sSurakarta Tumbuh sebesar 5,94%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2009 sebesar 5,90%. Dan pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 5,69%.

Pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta tahun 2009 dan 2010, lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dan pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk tahun 2009-2010, Jawa Tengah tumbuh sebesar 4,70% dan 5,80% untuk tingkat nasional dan 4,6% dan 6,1%. Kondisi ini menunjukan bahwa dinamika aktivitas perekonomian Kota Surakarta sebagai basis Kota perdagangan dan Jasa sangat dinamis, baik pada skala regional, nasional maupun internasional. Di tengah recovery pertumbuhan ekonomi global yang menurun, pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta masih menunjukkan perkembangan yang lebih baik.

(33)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012.

Gambar.4.2.

PDRB Kota Surakarta Tahun 2008-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012

Gambar.4.1.

PDRB dan Inflasi Kota Surakarta Tahun 2008-2012 0 1 2 3 4 5 6 7 2008 2009 5,69 5,9 6,96

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012.

Gambar.4.2.

PDRB Kota Surakarta Tahun 2008-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012

Gambar.4.1.

PDRB dan Inflasi Kota Surakarta Tahun 2008-2012 2009 2010 2011 2012 5,9 5,94 6,04 5,76 2,63 6,65 2,35 2,87

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012.

Gambar.4.2.

PDRB Kota Surakarta Tahun 2008-2012

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2012

Gambar.4.1.

PDRB dan Inflasi Kota Surakarta Tahun 2008-2012 Laju

Pertumbuhan Ekonomi (%) Inflasi (%)

(34)

3. Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi merupakan variabel ekonomi makro paling penting dan paling ditakuti oleh para pelaku ekonomi termasuk Pemerintah, karena dapat membawa pengaruh buruk pada struktur biaya produksi dan tingkat kesejahteraan. Tingkat inflasi juga bisa menjadi daya tarik bagi investor untuk menanamkan modal di suatu daerah atau Negara. Sebab pengendalian inflasi akan memberikan kepastian tetang stabilitas ekonomi suatu daerah atau Negara. Laju angka inflasi di Kota Surakarta sangat fluktuatif jika dilihat dari perubahan dari tahun ke tahun pada periode tahun 2008-2012. Pada tahun 2008 angka inflasi mencapai 6,96%, pada tahun 2009 mengalami penurunan drastis yaitu menjadi 2,63%. Laju inflasi Kota Solo pada tahun 2010 sebesar 6,65%. Pada tahun 2011 mengaalami penurunan menjadi sebesar 2,35%. Pada tahun 2012 Inflasi mengalami kenaikan 0,52% atau menjadi 2,87%.

Tabel 4.3.

Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kota Surakarta Tahun 2008-2012

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1. PDRB:

ADHB (Juta Rupiah) 8,699,634,00 8,804,415.01 9.941.136,57 10.788.829,49 11.787.353.740 * 5.740.237.910.000

,00 ADHK 2000 (Juta Rupiah) 4.549.342,95 4.817.878,63 5.103.886,25 5.411.912,31 5.740.237.910* 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,69 5,9 5,94 6,04 5,76

3. Inflasi (%) 6,96 2,63 6,65 2,35 2,87

4. PDRB perkapita

Atas Dasar Harga berlaku (Rp) 13,220,433.14 14.665.886,47 17.366.163,33 21.154.567,62 22.888.065,51* Atas dasar harga konstan 2000 (Rp) 7.901.886.06 7.884.994,63 10.221.325,97 10.611.592,76 11.146.093,03* 5. Investasi (Rp.000) 345.959.327 1.314.957.636 1.664.210.902 2.017.196.900 2.288.065.510* 6. Ekspor (FOB US $) 44.768,9 42.790,2 50.237,5 53.823.4

-Sumber : Badan Pusat Statistik, Kota Surakarta 2011 Ket :

(35)

4. Pertumbuhan Investasi

Realisasi gabungan nilai investasi di Kota Surakarta secara umum mulai menunjukkan peningkatan, pasca krisis keuangan global akhir tahun 2008. Gabungan nilai investasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 26,56%, meningkat dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.314.957.636.108,- menjadi Rp.1.664.210.901.817,- dan pada tahun 2011 sebesar 2.017.196.000.000,-. Nilai investasi masih didominasi oleh investor dalam negeri dan investor besar, namun perkembangan investasi skala kecil dan menengah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tahun 2009-2011. Perkembangan nilai gabungan investasi di Kota Surakarta secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar.4.2.

Pertumbuhan Investasi Tahun 2009-2011

5. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita Kota Surakarta selama periode tahun 2009-2011 terus mengalami trend peningkatan yang cukup yaitu. Pada tahun 2009 dengan nilai Rp 7.884.994,63

4. Pertumbuhan Investasi

Realisasi gabungan nilai investasi di Kota Surakarta secara umum mulai menunjukkan peningkatan, pasca krisis keuangan global akhir tahun 2008. Gabungan nilai investasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 26,56%, meningkat dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.314.957.636.108,- menjadi Rp.1.664.210.901.817,- dan pada tahun 2011 sebesar 2.017.196.000.000,-. Nilai investasi masih didominasi oleh investor dalam negeri dan investor besar, namun perkembangan investasi skala kecil dan menengah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tahun 2009-2011. Perkembangan nilai gabungan investasi di Kota Surakarta secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar.4.2.

Pertumbuhan Investasi Tahun 2009-2011

5. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita Kota Surakarta selama periode tahun 2009-2011 terus mengalami trend peningkatan yang cukup yaitu. Pada tahun 2009 dengan nilai Rp 7.884.994,63

4. Pertumbuhan Investasi

Realisasi gabungan nilai investasi di Kota Surakarta secara umum mulai menunjukkan peningkatan, pasca krisis keuangan global akhir tahun 2008. Gabungan nilai investasi pada tahun 2010 tumbuh sebesar 26,56%, meningkat dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.314.957.636.108,- menjadi Rp.1.664.210.901.817,- dan pada tahun 2011 sebesar 2.017.196.000.000,-. Nilai investasi masih didominasi oleh investor dalam negeri dan investor besar, namun perkembangan investasi skala kecil dan menengah menunjukkan pertumbuhan yang meningkat tahun 2009-2011. Perkembangan nilai gabungan investasi di Kota Surakarta secara lengkap dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar.4.2.

Pertumbuhan Investasi Tahun 2009-2011

5. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita Kota Surakarta selama periode tahun 2009-2011 terus mengalami trend peningkatan yang cukup yaitu. Pada tahun 2009 dengan nilai Rp 7.884.994,63

(36)

pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan menjadi sebesar Rp 10.221.325,97. Pada tahun 2011 meningkat menjadi Rp10.611.592,76.

E. Transportasi

Kota Surakarta terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya yang strategis sebagai kota transit. Jalur kereta api dari jalur utara dan jalur selatan Jawa juga terhubung di kota ini. Saat ini sebuah jalan tol – Jalan Tol Semarang-Solo – yang menghubungkan ke Semarang sedang dalam proses pembangunan. Solo juga merupakan kota yang terkurung daratan, sehingga tidak memiliki moda transportasi air.

1. Angkutan darat a) Taksi

Taksi adalah salah satu moda transportasi yang sering dijumpai. Dari bandara, turis dapat memesan tiket dengan menyebutkan tujuannya dan membayar ongkos taksi di muka. Beberapa jasa pelayanan taksi antara lain Aravia (636468), Solo Central Taksi (728728), Kosti (664504,856300), Mahkota Ratu (655666). Sementara itu beberapa persewaan mobil juga dapat ditemu di bandara.

b) Bus

Terminal bus besar kota ini bernama Terminal Tirtonadi yang beroperasi 24 jam karena merupakan jalur antara yang menghubungkan angkutan bus dari Jawa Timur (terutama Surabaya dan Banyuwangi) dan Jawa Barat(Bandung). Selain Tirtonadi, terdapat pula dua terminal untuk angkutan lokal: Terminal Harjodaksino di sisi selatan kota (dulu merupakan terminal bus antarkota) dan Terminal Tipes di sisi barat kota. Selain itu, dua

(37)

terminal penunjang terdapat pula di sekitar kota namun berada di luar pengelolaan pemerintah kota, yaitu Terminal Kartasura di barat, yang terhubung ke Jakarta dan Surabaya, dan Terminal Palur di timur kota. Selain itu pada tahun 2010 diluncurkan angkutan umum massal bus Batik Solo Trans dengan satu rute.

c) Kereta api

Stasiun kereta api utama bernama Stasiun Solo Balapan yang merupakan salah satu stasiun besar tertua di

Indonesia (dibangun1873) yang

menghubungkan Yogyakarta (barat), Semarang (utara),dan S urabaya (timur), dan terletak berdekatan dengan terminal bus Tirtonadi, suatu hal yang jarang dijumpai di Indonesia. Hubungan perjalanan dari setasiun ini cukup baik, mencakup semua kota besar di Jawa secara langsung dan hampir dalam semua kelas. Di Kota Surakarta juga terdapat tiga stasiun kereta api lain.Stasiun Solo Jebres dipakai sebagai stasiun perhentian untuk kereta-kereta api kelas ekonomi atau kereta api relasi Semarang-Madiun. Stasiun Solo-Kota(Sangkrah) merupakan stasiun perhentian untuk jalur KA Purwosari-Wonogiri.

Stasiun Purwosari di tepi barat kota merupakan stasiun cabang menujuWonogiri (selatan). Dulu Purwosari juga merupakan stasiun pemberhentian untuk jurusan Boyolali (barat). Kereta api ekspres ke Jakarta memakan waktu tempuh 10 jam, sementara kereta api ekspres ke Surabaya memakan waktu tempuh 5 jam. Kereta api ekspres yang melalui Solo antara lain: Argo Lawu,Argo Dwipangga, Bima dan Gajayana (dari/ke Jakarta, dengan AC), Argo Wilis dan Lodaya (dari/ke Bandung), Argo Wilis

(38)

dan Sancaka (dari/ke Surabaya). Kereta bisnis malam Senja Utama Solo juga melayani transportasi dari/ke Jakarta.

Selain itu transportasi Solo juga memiliki keunikan tersendiri karena merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki rel kereta api yang paralel dengan jalan raya, tepatnya di sepanjang jalan protokol Slamet Riyadi. Di jalur ini terdapat rel Kereta api Feeder Wonogiri yang saat ini dialihfungsikan sebagai kereta api wisata Sepur Kluthuk Jaladara yang berhenti di Loji Gandrung (kantor wali kota Solo) dan Kampung Batik Kauman.

d) Lainnya

Jasa transportasi tradisional yang terkenal lainnya adalah becak, yang dikayuh dengan tenaga manusia. Angkutan umum dalam kota yang lain mencakup bus kota, angkot, dan andong.

2. Angkutan Udara

Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo (kode SOC, dulu bernama "Panasan", terletak 14 kilometer di sebelah utara kota Solo. Secara administratif banda udara ini terletak di luar batas kota Solo, tepatnya di perbatasan Kabupaten Karanganyar dan Boyolali. Bandara ini terhubung ke Jakarta (8-penerbangansehari), Kuala

Lumpur, Singapura & Bandar Seri Begawan, serta Arab Saudi(pada musim haji). Waktu tempuh perjalanan udara dengan Jakarta berlangsung sekitar satu jam. Beberapa operator penerbangan yang melayani rute dari/ke kota Solo antara lain Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, Lion Air, Malaysia Airlines, Singapore Airlines & Royal Brunei Airlines. Bandara Adisumarmo juga menjadi pusat pemberangkatan dan

(39)

penerimaan Haji dari Asrama Haji Donohudan Boyolali Indonesia.

F. Pariwisata

Solo juga dikenal sebagai daerah tujuan wisata yang biasa didatangi oleh wisatawan dari kota-kota besar. Biasanya wisatawan yang berlibur ke Yogyakarta dan candi Borobudur/Prambanan juga akan singgah di Solo, atau sebaliknya. Tujuan wisata utama kota Solo adalah Keraton Surakarta, Keraton Mangkunegaran, dan pasar-pasar tradisionalnya.

Di Solo terdapat beberapa citywalk yang ditujukan untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda, antara lain di koridor Ngarsopuro, di sepanjang jalan Slamet Riyadi sepanjang 6-7 km dan selebar 3 m, dan di sepanjang jalan Perintis Kemerdekaan. Tempat-tempat yang ditunjuk sebagai citywalk tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.

1. Wisata alam

Wisata-wisata alam di sekitar Solo antara lain Tawangmangu (berada di timur kota Solo, di Karanganyar), kawasan wisata Selo (berada di barat kota Solo, di Boyolali), agrowisata kebun teh Kemuning, Air Terjun Jumog, Air Terjun Parang Ijo, Air terjun Segoro Gunung,Grojogan Sewu, dan lain-lain. Selain itu di Kabupaten Karanganyar, tepatnya di lereng Gunung Lawu, terdapat beberapa candi peninggalan kebudayaan Hindu-Buddha, seperti Candi Sukuh, Candi Cetho, Candi Monyet, dll. Selain itu tidak jauh dari Solo juga dapat ditemui Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, Candi Kalasan, dan di Yogyakarta terdapat Candi Sambisari, Candi Kalasan, dan Candi Sari.

(40)

2. Festival dan perayaan

Setiap tahun pada tanggal-tanggal tertentu Keraton Surakarta mengadakan berbagai macam perayaan yang menarik. Perayaan tersebut pelaksanaannya berdasarkan pada penanggalan Jawa. Perayaan-perayaan tersebut antara lain:

a) Kirab Pusaka 1 Suro

Acara ini diselenggarakan oleh Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran pada malam hari menjelang tanggal 1 Suro. Acara ini ditujukan untuk merayakan tahun baru Jawa 1 Suro. Rute yang ditempuh kurang lebih sejauh 3 km yaitu Keraton - Alun-alun Utara - Gladak - Jl. Mayor Kusmanto - Jl. Kapten Mulyadi - Jl. Veteran - Jl. Yos Sudarso - Jl. Slamet Riyadi - Gladak kemudian kembali ke Keraton lagi. Pusaka- pusaka yang memiliki daya magis tersebut dibawa oleh para abdi dalem yang berbusana Jawi Jangkep. Kirap yang berada di depan adalah sekelompok Kebo Bule bernama Kyai Slamet sedangkan barisan para pembawa pusaka berada di belakangnya.

b) Sekaten

Sekaten diadakan setiap bulan Mulud untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada tanggal 12 Mulud diselenggarakan Grebeg Mulud. Kemudian diadakan pesta rakyat selama dua minggu. selama dua minggu ini pesta rakyat diadakan di Alun-alun utara. Pesta rakyat menyajikan pasar malam, arena permainan anak dan pertunjukan-pertunjukan seni dan akrobat. Pada hari terakhir Sekaten, diadakan kembali acara Grebeg di Alun-alun Utara. Upacara Sekaten diadakan pertama kali pada masa pemerintahan Kerajaan Demak.

(41)

c) Grebeg Sudiro

Grebeg Sudiro diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa-Jawa. Festival yang dimulai sejak 2007 ini biasa dipusatkan di daerah Pasar Gedhe dan Balong (di kelurahan Sudiroprajan) dan Balai Kota Solo.

d) Grebeg Mulud

Diadakan setiap tanggal 12 Mulud untuk memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Grebeg Mulud merupakan bagian dari perayaan Sekaten. Dalam upacara ini para abdi dalem dengan berbusana "Jawi Jangkep Sowan Keraton" mengarak Gunungan ( Pareden ) dari Keraton Surakarta ke Masjid Agung Surakarta. Gunungan terbuat dari berbagai macam sayuran dan penganan tradisional. Setelah didoakan oleh Ngulamadalem (Ulama Keraton), satu buah Gunungan kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat pengunjung dan satu buah lagi dibawa kembali ke Keraton untuk dibagikan kepada para abdi dalem.

e) Tinggalan Dalem Jumenengan

Diadakan setiap tanggal 2 Ruwah untuk memperingati hari ulang tahun penobatan raja. Dalam acara ini sang raja duduk diatas dampar di Pendopo Agung Sasanasewaka dengan dihadap oleh para abdi dalem keraton sambil menyaksikan tari sakral " Tari Bedoyo Ketawang " yang ditarikan oleh 9 remaja putri yang belum menikah. Para penari terdiri dari para wayahdalem, santanadalem atau kerabat dalem lainnya atau dapat juga penari umum yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan.

(42)

f) Grebeg Pasar

Grebek ini diadakan untuk merayakan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal. Acara ini berlangsung setelah melakukan salat Ied. Prosesi acaranya sama dengan Grebeg Mulud yaitu para abdi dalem mengarak Gunungan dari Keraton ke Mesjid Agung untuk didoakan oleh ulama keraton kemudian dibagikan kepada masyarakat pengunjung.

g) Syawalan

Syawalan mulai diadakan satu hari setelah hari Raya Idul Fitri dan berlangsung di Taman Satwa Taru Jurug di tepi Bengawan Solo. Pada puncak acara yaitu "Larung Getek Jaka Tingkir" diadakan pembagian ketupat pada masyarakat pengunjung. Pada acara syawalan juga diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian tradisional.

h) Grebeg Besar

Berlangsung pada hari Idul Adha (tanggal 10 Besar). Upacara sama dengan prosesi Gunungan pada Grebeg Pasa dan Grebeg Mulud.

i) Solo Batik Carnival

Karnaval Batik Solo atau Solo Batik Carnival adalah sebuah even tahunan yang diadakan oleh pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan batik sebagai bahan utama pembuatan kostum. Para peserta karnaval akan membuat kostum karnaval dengan tema-tema yang di tentukan. Para peserta akan mengenakan kostumnya sendiri dan berjalan di atas catwalk yang berada di jalan Slamet Riyadi. Karnaval ini diadakan setiap tahun pada bulan Juni sejak tahun 2008.

(43)

j) Solo Batik Fashion

Demikian pula Solo Batik Fashion adalah sebuah peragaan busana batik tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah di tempat-tempat terbuka supaya dapat dinikmati oleh segenap warga Solo. Peragaan batik ini diadakan setiap tahun pada bulan Juli sejak tahun 2009.

k) SIPA (Solo International Performing Arts)

Sebuah pergelaran seni budaya berskala International dengan materi berupa seni pertunjukan tari, musik dan teater. Penyelenggaraan SIPA di agendakan satu tahun sekali. Penyelenggaraan SIPA di ikuti oleh beberapa negara yang menampilkan seni dan budaya yang berasal dari negara peserta.

l) SIEM (Solo International Ethnic Music Festival)

Festival merupakan event musik bertaraf internasional yang menampilkan berbagai musisi dunia yang beraliran musik etnik. SIEM Festival pertama kali diselenggarakan di kota Solo ini pada tahun 2007. Acara yang masuk dalam (calender event ) pemerintah kota Surakarta ini rutin diadakan dua tahun sekali.

3. Wisata kuliner

Solo terkenal dengan banyaknya jajanan kuliner tradisional. Beberapa makanan khas Surakarta antara lain: nasi liwet, nasi timlo (racikansoun, jamur kuping, wortel, kacang kapri, kembang gayam / sosis jawa dan terakhir disiram kuah timlo), nasi gudeg (lebih manis daripada gudeg Yogyakarta), nasi gudeg cakar (gudeg dengan cakar ayam), pecel ndesa (bayam, kacang

panjang, tauge dan kenikir) yang direbus dan ditambah sambel pecel yang terbuat dari wijen dan disantap dengan nasi

(44)

merah), cabuk rambak (ketupat yang diiris tipis-tipis dan diberi bumbu di atas setiap potongan ketupatnya kemudian ditambah karak sebagai pelengkap), bestik Solo (bestik namun dengan kuah serupa dengan kuah semur, dan mengandung mustard jawa yang diolah sendiri), selat Solo, bakso Solo, srabi Solo, intip, tengkleng, bakpia Balong, roti mandarin toko kue Orion, sate buntel (sate daging kambing yang dagingnya dicincang dan dibuat satu adonan besar lalu dimasak), sate kere (bahannya bukan berasal dari daging namun dari tempe gembus, yaitu ampas tahu yang direbus)

Beberapa minuman khas Surakarta antara lain: wedang asle yaitu minuman hangat dengan nasi ketan, wedang dawet gempol pleret(gempol terbuat dari sejenis tepung beras, sedangkan pleret terbuat dari ketan dan gula merah), jamu beras kencur, yaitu jamu kesehatan yang berbeda dari jamu yang lain karena rasanya yang manis, dll. Sementara itu, koridor Gladag setiap malam diubah menjadi pusat jajanan terbesar di Kota Solo dengan nama Galabo (Gladang Langen Bogan)

4. Arsitektur dan peninggalan sejarah

Karena sejarahnya, terdapat banyak bangunan bersejarah di Surakarta, mulai dari bangunan ibadah, bangunan umum, keraton, hingga bangunan militer. Selain Keraton

Surakarta (dibangun 1675) dan Pura

Mangkunagaran (dibangun 1757), terdapat pula Benteng Vastenburg peninggalan Belanda, dan Loji Gandrung yang saat ini digunakan sebagai kediaman Walikota Surakarta. Sebelumnya, bangunan peninggalan Kolonial yang sampai saat ini masih utuh kondisinya ini selain digunakan sebagi tempat kediaman pejabat pemerintah Belanda, juga sering digunakan

(45)

untuk dansa-dansi gaya Eropa dan bangsawan Jawa, sehingga disebut sebagai “Gandrung”.

Pada tahun 1997 telah didata 70 peninggalan sejarah di Solo yang meliputi tempat bersejarah, rumah tradisional, bangunan kolonial, tempat ibadah, pintu gerbang, monumen, furnitur jalan, dan taman kota.

Lansekap kota Solo juga dikenal karena tidak memiliki bangunan pencakar langit. Namun sejak 2010, di Solo terdapat sebuah apartemen pencakar langit, yaitu Solo Paragon.

5. Museum dan perpustakaan

Museum batik yang terlengkap di Indonesia, yaitu House of Danar Hadi, dan museum tertua di Indonesia, yaitu Museum Radya Pustaka, terletak di jalan protokol Slamet Riyadi, Surakarta. Museum Radya Pustaka yang dibangun pada tanggal 28 Oktober 1980 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X, memiliki artefak-artefak kuno kebudayaan Jawa dan bertempat di kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari. Selain itu ada pula Museum Keraton Surakarta (Museum Sasana Pustaka), Museum Pura Mangkunegaran (Museum Rekso Pustaka), Museum Pers, Museum Sangiran, dan Museum Lukis Dullah.

Selain museum, terdapat pula sebuah situs budaya bernama Balai Sudjatmoko. Bangunan ini adalah rumah Sudjatmoko yang di dalamnya masih bisa dilihat karya-karya dan peninggalan Sudjatmoko baik dalam bentuk buku, kaca mata, toga, dan foto-foto asli dokumenter koleksi pribadi keluarga Sudjatmoko. Balai Sudjatmoko difungsikan oleh pengelolanya sebagai pusat apresiasi baik pementasan, pertunjukan, pameran, bedah buku dan sarasehan. Para

(46)

seniman juga diberi kesempatan luas untuk memanfaatkan Balai Sudjatmoko untuk melakukan apresiasi seni dalam bentuk pameran baik pameran lukisan, patung, kriya sampai dengan pameran pendidikan. Di samping itu, Balai ini juga dapat dijadikan sebagai alternatif wahana pembelajaran bagi orang non seni.

(47)

BAB V

PROFIL PELAKU EKONOMI KREATIF A. Sebaran Ekonomi Kreatif

Pelaku dan komunitas ekonomi kreatif di Kota Surakarta tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kota Surakarta. Kondisi suatu wilayah juga mempengaruhi munculnya kreatif dan inovasi penciptaan produk baru, hal ini dapat dilihat dari perkembangan industri suatu wilayah. Perkembangan ekonomi kreatif di Kota Surakarta mengikuti arah perkembangan suatu wilayah karena persinggungannya dengan banyak orang atau komunitas dan piha lain. Interaksi dengan banyak pihak, memunculkan kreatifitas dan inovasi produk yang menyesuaikan dengan pertumbuhan permintaan pasar. Industri akan dapat bertahan apabila mampu memunculkan kreatifitas dan inovasi terhadap produk yang dihasilkan. Beberapa Kecamatan di Kota Surakarta telah mempunyai sentra – sentra industri yang berkembang dari tahun ke tahun.

Di Kecamatan Banjarsari terdapat sentra industri mebel yang berada di pasar mebel Ngemplak dan sekitarnya. Untuk sektor ekonomi kreatif yang ada meliputi Periklanan, Pasar Seni dan Barang Antik, Kerajinan, Desain, Fesyen, Video, Film dan Fotografi, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Kuliner. Sektor Ekonomi kreatif yang potensial di Kecamatan Banjarsari adalah kerajinan (mebel), Periklanan, Desain, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan dan Kuliner.

Kecamatan Jebres terdapat sentra industri sangkar burung yang mampu menciptakan produk yang kreatif dari segi desain dan bentuk. Untuk Kecamatan Jebres Sektor yang ada meliputi

(48)

Seni Pertunjukan, Video, Film dan Fotografi, dan Kerajinan. Kecamtan mempunyai potensi untuk industri sangkar burung, kerajian dan Seni pertunjukkan karena terdapat ISI Surakarta yang mampu mencetak seniman yang handal serta menjadi wadah bagi perkembangan seni pertunjukan. Di Kecamatan Jebres juga terdapat stasiun Televisi Lokal yang merupakan satu - satunya stasiun televisi di Kota Surakarta.

Sedangkan di wilayah Kecamatan Serengan terdapat sentra periklanan yang berada di Kalilarangan. Sektor ekonomi yang terdapat di wilayah Kecamatan serengan meliputi Periklanan, Kerajinan, Fesyen, Desain, Seni Pertunjukan. Utuk sektor ekonomi kreatif yang potensial adalah Fesyen, Kerajinan dan Periklanan.

Kecamatan Laweyan merupakan sentra dari sektor Fesyen karena terdapat sentra pengrajin batik dan juga batik merupakan Icon Kota Surakarta. Selain itu, beberapa sektor yang ada di wilayah Kecamatan Laweyan seperti Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Penerbitan dan Percetakan, Musik, Permainan Interaktif, Video, Film dan Fotografi, Kerajinan, dan Periklanan. Sektor ekonomi kreatif yang potensial adalah periklanan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Penerbitan dan Percetakan. Beberapa sektor yang potensial tersebut juga berkembang karena sebagai sarana pendukung dari pengembangan kerajinan batik.

Sedangkan di Kecamatan Pasar Kliwon terdapat sentra batik Kauman yang dekat dengan Pasar Klewer sebagai pasar tektil terbesar di Jawa Tengah. Adapun sektor ekonomi kreatif yang ada meliputi Arsitektur, Kerajinan, Fesyen, Penerbitan dan Percetakan. Sedangkan sektor yang potensial adalah Fesyen, Kerajinan, Penerbitan dan Percetakan. Secara lebih terperinci untuk sebaran ekonomi kreatif di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel 5.1. dan 5.2.

(49)

Tabel 5.1.

Sebaran Sektor Ekonomi Kreatif Kota Surakarta

No Sektor Kecamatan

1 Periklanan Serengan, Banjarsari, Laweyan

2 Arsitektur Pasar Kliwon

3 Pasar Seni dan Barang

Antik Banjarsari

4 Kerajinan Banjarsari, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres, Laweyan

5 Desain Banjarsari, Serengan,

6 Fesyen Laweyan, Banjarsari, Pasar

Kliwon, Serengan

7 Video, Film dan Fotografi Jebres, Banjarsari dan Laweyan 8 Permainan Interaktif Laweyan

9 Musik Laweyan dan Banjarsari

10 Seni Pertunjukan Banjarsari, Serengan, Pasar Kliwon, Jebres, Laweyan 11 Penerbitan dan Percetakan Laweyan dan Banjarsari dan

Pasar Kliwon 12 Layanan Komputer dan

Piranti Lunak Laweyan dan Banjarsari 13 Televisi dan Radio Banjarsari,

14 Riset dan Pengembangan Jebres

15 Kuliner Banjarsari , Jebres, Pasar Kliwon

Referensi

Dokumen terkait

penerimaan yang dapat kota Surakarta hasilkan dalam sektor pajak Hotel.

Lampiran 4 Kontribusi Sektor dalam Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000,. Jawa Tengah 2005-2013 (milyar Rupiah)

Dengan melihat potensi masyarakat yang dimiliki, potensi sumber daya alam, dan kondisi sektor usaha yang ada dapat dibuatnya program pemberdayaan masyarakat

Kesimpulan penelitian dari hasil analisis Tipologi Klassen, Location Quetient , dan Shift Share dapat ditentukan potensi sektor unggulan dengan klasifikasi sektor

Hasil perhitungan WTP untuk konservasi sumberdaya air pelanggan rumah tangga di kota Surakarta adalah sebagai berikut: WTP untuk katagori R2 sebesar 58.000, R3 sebesar

Persebaran kedai kopi di Kota Surakarta tahun 2019 berkorelasi positif dengan jumlah pekerja yang mengarah pada sektor yang intensif pengetahun, yaitu sektor

Hasil dari penelitian ini adalah Kota Surakarta memiliki sektor unggulan yaitu sektor pengangkutan & komunikasi, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor keuangan,

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Surakarta memiliki karakteristik yang berbeda dari segi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mana dari segi kekuatan, meliputi destinasi wisata