GOOD CORPORATE GOVERNANCE
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
“STRUKTUR KEPEMILIKAN” “STRUKTUR KEPEMILIKAN”
KELOMPOK : KELOMPOK : 1.
1. ANDRIK ANDRIK APRILYANTO APRILYANTO S S 15153511621515351162 2.
2. DESAK DESAK DARMAYONI DARMAYONI 15153511511515351151 3.
3. NI NI WAYAN WAYAN LIA LIA APRIANI APRIANI 13153510361315351036
FAKULTAS
FAKULTAS EKONOMI DAN
EKONOMI DAN BISNIS PROG
BISNIS PROGRAM
RAM EKSTENSI
EKSTENSI
UNIVERSITAS UDAYANA
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar BelakangLatar Belakang
Isu pemisahan pengelolaan perusahaan dari kepemilikan pertama kali Isu pemisahan pengelolaan perusahaan dari kepemilikan pertama kali dikemukakan oleh Adolf Berle dan Gardiners Means (1932) dalam karya mereka dikemukakan oleh Adolf Berle dan Gardiners Means (1932) dalam karya mereka berjudul
berjudul The Modern Corporation and Private PropertyThe Modern Corporation and Private Property. Karya ini sebenarnya. Karya ini sebenarnya menjelaskan konteks perg
menjelaskan konteks pergeseran dari sistem “kapitalisme kewirausahaan” menujueseran dari sistem “kapitalisme kewirausahaan” menuju “kapitalisme manajerial” di Amerika Serikat. Dalam sistem kapitalisme kewirausahaan, “kapitalisme manajerial” di Amerika Serikat. Dalam sistem kapitalisme kewirausahaan, pengelolaan
pengelolaan perusahaan perusahaan dilakukan dilakukan oleh oleh pemilik pemilik sehingga sehingga tidak tidak menimbulkan menimbulkan pemisahanpemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Sebaliknya dalam sistem kapitalisme manajerial, antara kepemilikan dan pengelolaan. Sebaliknya dalam sistem kapitalisme manajerial, pengelolaan
pengelolaan perusahaan perusahaan diserahkan diserahkan kepada kepada pihak pihak yang yang dinilai dinilai memiliki memiliki keahliankeahlian manajerial.
manajerial.
Pihak-pihak tersebut adalah pemimpin perusahaan modern yang umumnya Pihak-pihak tersebut adalah pemimpin perusahaan modern yang umumnya berskala
berskala relatif relatif besar besar sehingga sehingga para para pemilik pemilik merasa merasa tidak tidak mampu mampu mengelolanya mengelolanya sendiri.sendiri. Mereka ini, para eksekutif perusahaan, meskipun bukan pemilik (
Mereka ini, para eksekutif perusahaan, meskipun bukan pemilik ( shareholder shareholder ), memiliki), memiliki hak untuk mengelola secara penuh sumber daya yang ada dalam organisasi. Nampaknya, hak untuk mengelola secara penuh sumber daya yang ada dalam organisasi. Nampaknya, lahirnya kelas menengah dalam masyarakat juga sangat didukung oleh lahirnya lahirnya kelas menengah dalam masyarakat juga sangat didukung oleh lahirnya kapitalisme manajerial ini. Banyak orang yang tidak memiliki modal, tetapi memiliki kapitalisme manajerial ini. Banyak orang yang tidak memiliki modal, tetapi memiliki kompetensi, mampu memimpin perusahaan-perusahaan yang umumnya berskala besar. kompetensi, mampu memimpin perusahaan-perusahaan yang umumnya berskala besar.
Secara normatif, berfungsinya peran kelompok manajer dalam pengelolaan Secara normatif, berfungsinya peran kelompok manajer dalam pengelolaan perusahaan
perusahaan akan akan meningkatkan meningkatkan produktivitas produktivitas perusahaan. perusahaan. Namun, Namun, dalam dalam praktiknyapraktiknya kemudian, muncul perbedaan kepentingan antara “pemilik” dan “pengelola” perusahaan. kemudian, muncul perbedaan kepentingan antara “pemilik” dan “pengelola” perusahaan. Dalam sistem organisasi yang makin besar, sebagai akibat skala bisnis yang makin besar, Dalam sistem organisasi yang makin besar, sebagai akibat skala bisnis yang makin besar, timbul kerumitan masalah hubungan antara pemilik dan pengelola perusahaan.
timbul kerumitan masalah hubungan antara pemilik dan pengelola perusahaan.
Jensen dan Meckling (1976) memberi penegasan bahwa masalah utama dalam Jensen dan Meckling (1976) memberi penegasan bahwa masalah utama dalam perusahaan
perusahaan modern modern adalah adalah terjadinya terjadinya ketidakharmonisan ketidakharmonisan hubungan hubungan antara antara pemilik pemilik dandan pengelola
pengelola perusahaan perusahaan sehingga sehingga memunculkan memunculkan biaya biaya yang yang dikenal dikenal sebagaisebagai agency cost.agency cost. Jadi, secara sangat sederhana,
Jadi, secara sangat sederhana, agency costagency cost didefinisikan sebagai biaya yang munculdidefinisikan sebagai biaya yang muncul akibat pemisahan pengelolaan perusahaan dari tangan pemilik modal, atau pemegang akibat pemisahan pengelolaan perusahaan dari tangan pemilik modal, atau pemegang saham jika menyangkut perusahaan yang tercatat di bursa saham. Secara lebih kompleks, saham jika menyangkut perusahaan yang tercatat di bursa saham. Secara lebih kompleks,
agency cost
agency cost adalah biaya untuk mengawasi para eksekutif oleh para pemilik modal, adalah biaya untuk mengawasi para eksekutif oleh para pemilik modal, termasuk di dalamnya biaya residual, muncul akibat hilangnya kesempatan (
termasuk di dalamnya biaya residual, muncul akibat hilangnya kesempatan (opportunityopportunity cost).
cost).
1.2
1.2 Rumusan MasalahRumusan Masalah
1.
1. Apa saja masalah-masalah dalam model manajerial?Apa saja masalah-masalah dalam model manajerial? 2.
2. Bagaimana struktur kepemilikan perusahaan?Bagaimana struktur kepemilikan perusahaan? 3.
3. Bagaimana struktur kepemilikan perusahaan di Asia?Bagaimana struktur kepemilikan perusahaan di Asia?
1.3
1.3 TujuanTujuan
1.
1. Untuk mengetahui masalah-masalah dalam model manajerial.Untuk mengetahui masalah-masalah dalam model manajerial. 2.
2. Untuk mengetahui struktur kepemilikan perusahaan.Untuk mengetahui struktur kepemilikan perusahaan. 3.
BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN 2.1
2.1 Pemisahaan Kepemilikan dan KepengurusanPemisahaan Kepemilikan dan Kepengurusan
2.1.1
2.1.1 Keterbatasan Model Perusahaan KewirausahaanKeterbatasan Model Perusahaan Kewirausahaan
Model perusahaan kewirausahaan bercirikan para pemilik mengelola sendiri Model perusahaan kewirausahaan bercirikan para pemilik mengelola sendiri perusahaannya.
perusahaannya. Mereka, Mereka, para para wirausahawan wirausahawan ini, ini, secara secara umum umum memiliki memiliki tigatiga kepemilikan sekaligus yang meliputi:
kepemilikan sekaligus yang meliputi: 1.
1. Kepemilikan perusahaan itu sendiri yang menyangkut aset-aset yang digunakanKepemilikan perusahaan itu sendiri yang menyangkut aset-aset yang digunakan dalam proses produksi,
dalam proses produksi, 2.
2. Kepemilikan kompetensi yang meliputi kualitas sumber daya manusia, modelKepemilikan kompetensi yang meliputi kualitas sumber daya manusia, model pengelolaan,
pengelolaan, dan dan struktur struktur organisasi organisasi yang yang akan akan menentukan menentukan kualitas kualitas sertaserta kuantitas proses produksi, serta
kuantitas proses produksi, serta 3.
3. Kepemilikan atas hak remunerasi ata pengelolaan perusahaan yang umumnyaKepemilikan atas hak remunerasi ata pengelolaan perusahaan yang umumnya secara sederhana dapat dipahami sebagai fungsi dari keberuntungan perusahaan. secara sederhana dapat dipahami sebagai fungsi dari keberuntungan perusahaan.
Untuk mengatakan model ini lebih menguntungkan atau tidak dan apakah Untuk mengatakan model ini lebih menguntungkan atau tidak dan apakah model ini bisa dikatakan lebih baik dari model lain, ini sangat bergantung pada skala model ini bisa dikatakan lebih baik dari model lain, ini sangat bergantung pada skala usaha yang dikembangkan. Untuk perusahaan berskala kecil, atau perusahaan yang usaha yang dikembangkan. Untuk perusahaan berskala kecil, atau perusahaan yang masuk dalam kategori perusahaan kecil dan menengah (
masuk dalam kategori perusahaan kecil dan menengah ( small small and and mediummedium enterprises
enterprises), tentu saja model kewirausahaan ini akan menguntungkan. Begitu pula), tentu saja model kewirausahaan ini akan menguntungkan. Begitu pula dengan unit usaha yang baru mulai berkembang (
dengan unit usaha yang baru mulai berkembang ( start-up business start-up business).).
Ada dua kesulitan utama bagi perusahaan berskala besar atau perusahaan Ada dua kesulitan utama bagi perusahaan berskala besar atau perusahaan yang sedang berkembang. Pertama, perusahaan jenis ini membutuhkan dana yang sedang berkembang. Pertama, perusahaan jenis ini membutuhkan dana operasional yang besar yang sulit dipenuhi dengan modal sendiri. Bagi perusahaan operasional yang besar yang sulit dipenuhi dengan modal sendiri. Bagi perusahaan yang ingin mengembangkan usaha, kendala finansial menjadi hal yang penting yang ingin mengembangkan usaha, kendala finansial menjadi hal yang penting karena bagaimana mungkin bisa mengembangkan usaha jika pasokan finansialnya karena bagaimana mungkin bisa mengembangkan usaha jika pasokan finansialnya terbatas. Kesulitan kedua, bila memiliki skala usaha besar, perusahaan tidak mungkin terbatas. Kesulitan kedua, bila memiliki skala usaha besar, perusahaan tidak mungkin lagi dikelola secara pribadi. Dalam kondisi tertentu, dibutuhkan tenaga-tenaga lagi dikelola secara pribadi. Dalam kondisi tertentu, dibutuhkan tenaga-tenaga professional
professional yang yang memiliki memiliki tingkat tingkat kompetensi kompetensi memadai memadai untuk untuk mengelolamengelola perusahaan.
Dengan demikian, ada dua kondisi-kondisi tertentu, terutama berkaitan Dengan demikian, ada dua kondisi-kondisi tertentu, terutama berkaitan dengan skala usaha dan rencana pengembangan usaha, dimana perusahaan model dengan skala usaha dan rencana pengembangan usaha, dimana perusahaan model kewirausahaan tidak lagi bisa dipertahankan sehingga harus beralih ke perusahaan kewirausahaan tidak lagi bisa dipertahankan sehingga harus beralih ke perusahaan model manajerial.
model manajerial. 2.1.2
2.1.2 Masalah dalam Model ManajerialMasalah dalam Model Manajerial
Model manajerial ditandai dengan terpisahnya pengelolaan perusahaan dari Model manajerial ditandai dengan terpisahnya pengelolaan perusahaan dari kepemilikan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, proses pemisahan tersebut kepemilikan. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, proses pemisahan tersebut merupakan ciri pengembangan kapitalisme industrial pada awal abad ke-19, merupakan ciri pengembangan kapitalisme industrial pada awal abad ke-19, sebagaimana dijelaskan oleh Berle dan Means (1932).
sebagaimana dijelaskan oleh Berle dan Means (1932).
Dengan pemisahan tersebut, masalah yang segera muncul adalah tidak Dengan pemisahan tersebut, masalah yang segera muncul adalah tidak sinkronnya kepentingan pemilik dan pengelola. Dengan makin modernnya sistem sinkronnya kepentingan pemilik dan pengelola. Dengan makin modernnya sistem korporasi, yang salah satunya ditandai dengan makin besarnya skala usaha korporasi, yang salah satunya ditandai dengan makin besarnya skala usaha perusahaan,
perusahaan, pola pola pembiayaan pembiayaan pun pun makin makin kompleks. kompleks. Seiring Seiring dengan dengan makinmakin berkembangnya pasar finansial, pemilik perusahaan
berkembangnya pasar finansial, pemilik perusahaan pun makin anonim. Dalam pun makin anonim. Dalam kasuskasus perusahaan
perusahaan yang yang menjual menjual kepemilikan kepemilikan di di bursa bursa saham, saham, para para pemegang pemegang sahamsaham menjadi tidak saling kenal.
menjadi tidak saling kenal.
Dalam kasus perusahaan memiliki pemegang saham yang manjemuk, Dalam kasus perusahaan memiliki pemegang saham yang manjemuk, masalah keagenan (
masalah keagenan (agency problemagency problem) akan muncul bukan saja antara pemilik modal) akan muncul bukan saja antara pemilik modal dan pengelola, melainkan juga antara pemegang saham mayoritas dan pemegang dan pengelola, melainkan juga antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Untuk memudahkan pembahasan, kita bisa mengatakan ketegangan saham minoritas. Untuk memudahkan pembahasan, kita bisa mengatakan ketegangan antara pemegang saham dan pengelola perusahaan sebagai masalah keagenan tipe I, antara pemegang saham dan pengelola perusahaan sebagai masalah keagenan tipe I, sedangkan ketegangan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham sedangkan ketegangan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas sebagai masalah keagenan tipe II.
minoritas sebagai masalah keagenan tipe II.
Dalam kasus perusahaan di berbagai Negara di kawasan Asia, sebagaimana Dalam kasus perusahaan di berbagai Negara di kawasan Asia, sebagaimana terjadi pula di Negara berkembang lain, masalahnya tidak lagi terletak pada masalah terjadi pula di Negara berkembang lain, masalahnya tidak lagi terletak pada masalah keagenan tipe pertama, melainkan tipe kedua. Selain itu, tipe kepemilikan di tangan keagenan tipe pertama, melainkan tipe kedua. Selain itu, tipe kepemilikan di tangan keluarga dan Negara akan menimbulkan berbagai penyimpangan kebijakan yang keluarga dan Negara akan menimbulkan berbagai penyimpangan kebijakan yang berlawanan dengan standar etis serta moral (
berlawanan dengan standar etis serta moral (moral hazard moral hazard ).).
Ada beberapa cara atau mekanisme untuk menekan masalah keagenan tipe I, Ada beberapa cara atau mekanisme untuk menekan masalah keagenan tipe I, seperti:
1.
1. Sistem penggajian (remuneration systemSistem penggajian (remuneration system): diyakini, sistem penggajian yang baik): diyakini, sistem penggajian yang baik akan menekan sidat oportunis para pengelola perusahaan, sebagaimana akan menekan sidat oportunis para pengelola perusahaan, sebagaimana dijelaskan dalam teori biaya transaksi (
dijelaskan dalam teori biaya transaksi (transaction cost theorytransaction cost theory). Akhir-akhir ini,). Akhir-akhir ini, diterapkan pemberian kepemilikan perusahaan dalam persentasi tertentu kepada diterapkan pemberian kepemilikan perusahaan dalam persentasi tertentu kepada para
para pengelola pengelola perusahaan perusahaan sebagai sebagai salah salah satu satu cara cara menekan menekan masalah masalah keagenankeagenan tipe pertama ini. Sistem tersebut dikenal sebagai
tipe pertama ini. Sistem tersebut dikenal sebagai stock option. stock option. 2.
2. Sistem pengawasan internal: untuk mengawasi jalannya perusahaan yangSistem pengawasan internal: untuk mengawasi jalannya perusahaan yang dilakukan oleh pihak lain, para pemilik modal menugaskan dengan pengawas dilakukan oleh pihak lain, para pemilik modal menugaskan dengan pengawas yang membawahi para pengelola perusahaan di bawah CEO (
yang membawahi para pengelola perusahaan di bawah CEO (chief executivechief executive officer
officer ). Dalam sistem Anglo-Saxon yang menggunakan tata kelola sistem). Dalam sistem Anglo-Saxon yang menggunakan tata kelola sistem tunggal (
tunggal ( single-tiered single-tiered systemsystem), dewan pengawas tersebut dinamakan dewan), dewan pengawas tersebut dinamakan dewan direktur (
direktur (board of directorsboard of directors), sementara dalam sistem ganda (), sementara dalam sistem ganda (dual-tiered systemdual-tiered system)) seperti di Indonesia, dewan pengawas disebut dewan komiasaris (
seperti di Indonesia, dewan pengawas disebut dewan komiasaris (commissioner commissioner ).). Baik dalam sistem yang menggunakan dewan komisaris maupun dewan direktur, Baik dalam sistem yang menggunakan dewan komisaris maupun dewan direktur, biasanya
biasanya dewan dewan pengawas pengawas terdiri terdiri atas atas pihak pihak dari dari dalam dalam perusahaan perusahaan yangyang mewakili para eksekutif dan pihak luar yang bertugas mewakili kepentingan mewakili para eksekutif dan pihak luar yang bertugas mewakili kepentingan pemegang
pemegang saham. saham. Dalam Dalam sistem sistem dewan dewan komisaris, komisaris, wakil wakil pemegang pemegang sahamsaham minoritas biasanya disebut komisaris independen, sementara dalam kasus agak minoritas biasanya disebut komisaris independen, sementara dalam kasus agak unik yang terjadi di Jerman, para pekerja dalam pengertian buruh memiliki wakil unik yang terjadi di Jerman, para pekerja dalam pengertian buruh memiliki wakil yang duduk di dewan pengawas dengan sebutan sistem co-determinasi ( yang duduk di dewan pengawas dengan sebutan sistem co-determinasi (co- co-determination
determination).). 3.
3. Sistem pengawasan eksternal (pasar): pengawasan melalui sistem pasar bisaSistem pengawasan eksternal (pasar): pengawasan melalui sistem pasar bisa terjadi karena dua sebab. Pertama, control yang dilakukan oleh para investor itu terjadi karena dua sebab. Pertama, control yang dilakukan oleh para investor itu sendiri dengan cara jual beli kepemilikan (saham). Pada dasarnya, baik buruknya sendiri dengan cara jual beli kepemilikan (saham). Pada dasarnya, baik buruknya kinerja perusahaan akan tercermin dari tinggi rendahnya harga perdagangan di kinerja perusahaan akan tercermin dari tinggi rendahnya harga perdagangan di bursa
bursa saham. saham. Makin Makin baik baik kinerja kinerja perusahaan, perusahaan, makin makin meningkat meningkat pula pula hargaharga sahamnya di bursa. Begitu pula sebaliknya, apabila kinerja perusahaan dinilai sahamnya di bursa. Begitu pula sebaliknya, apabila kinerja perusahaan dinilai buruk,
buruk, para para investor investor cenderung cenderung melepas melepas kepemilikan kepemilikan saham saham tersebut tersebut sehinggasehingga harga perdagangan sahamnya di bursa merosot. Kedua, kontrol bisa terjadi lewat harga perdagangan sahamnya di bursa merosot. Kedua, kontrol bisa terjadi lewat mekanisme akuisisi yang dilakukan atas alasan keterpaksaaan karena kinerja mekanisme akuisisi yang dilakukan atas alasan keterpaksaaan karena kinerja perusahaan
perusahaan
perusahaan lain lain untuk untuk mengakuisisi. mengakuisisi. Mekanisme Mekanisme ini ini dikenal dikenal dengan dengan sebutansebutan hostile acquisition,
hostile acquisition, karena pada dasarnya pemilik lama, sebenarnya, tidakkarena pada dasarnya pemilik lama, sebenarnya, tidak menginginkan perusahaannya dibeli orang lain. Namun, kondisi perusahaan menginginkan perusahaannya dibeli orang lain. Namun, kondisi perusahaan yang buruk membuat mereka tidak punya pilihan selain menjual perusahaan yang buruk membuat mereka tidak punya pilihan selain menjual perusahaan tersebut ke pihak (pemilik/perusahaan) lain.
tersebut ke pihak (pemilik/perusahaan) lain. 4.
4. Pasar eksekutif: mekanisme pengawasan dan kontrol terhadap kinerja paraPasar eksekutif: mekanisme pengawasan dan kontrol terhadap kinerja para eksekutif dalam menjalankan perusahaan terjadi akibat ketatnya persaingan eksekutif dalam menjalankan perusahaan terjadi akibat ketatnya persaingan pasar para eksekutif. S
pasar para eksekutif. Semakin tinggi penawaran emakin tinggi penawaran tenaga kerja di tenaga kerja di tingkat eksekutiftingkat eksekutif tersebut, akan semakin kuat tekanan bagi para pengelola perusahaan untuk tersebut, akan semakin kuat tekanan bagi para pengelola perusahaan untuk membuktikan kinerja.
membuktikan kinerja. Jika mereka Jika mereka dinilai tidak dinilai tidak memenuhi, memenuhi, kinerja yang kinerja yang baik,baik, para pemilik
para pemilik modal modal bisa saja bisa saja memecat dan memecat dan mengganti mengganti mereka denmereka dengan pengan pengelolagelola baru.
baru. Fenomena Fenomena ini ini semakin semakin lazim lazim dengan dengan munculnya munculnya jasa jasa pencarian pencarian eksekutifeksekutif kelas tinggi atau perusahaan jasa
kelas tinggi atau perusahaan jasa head-hunter head-hunter . Globalisasi dan mobilitas tenaga. Globalisasi dan mobilitas tenaga kerja antar-negara juga meningkatkan persaingan pasar tenaga kerja eksekutif. kerja antar-negara juga meningkatkan persaingan pasar tenaga kerja eksekutif. Misalnya, banyak perusahaan di Indonesia yang memperkerjakan eksekutif dari Misalnya, banyak perusahaan di Indonesia yang memperkerjakan eksekutif dari Filipina, Malaysia, atau Singapura.
Filipina, Malaysia, atau Singapura. 5.
5. Konsentrasi kepemilikan: berbagai studi menunjukkan bahwa konsentrasiKonsentrasi kepemilikan: berbagai studi menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilikan diyakini akan meningkatkan kontrol terhadap manajer. Hal tersebut kepemilikan diyakini akan meningkatkan kontrol terhadap manajer. Hal tersebut sudah menjadi perhatian cukup lama dalam studi-studi klasik (Jensen dan sudah menjadi perhatian cukup lama dalam studi-studi klasik (Jensen dan Meckling, 1976) hingga kontemporer (Grossman dan Hart, 1980 & 1998; Meckling, 1976) hingga kontemporer (Grossman dan Hart, 1980 & 1998; Shleifer danVishny, 1986). Pengawasan dan kontrol melalui konsentrasi Shleifer danVishny, 1986). Pengawasan dan kontrol melalui konsentrasi kepemilikan dinilai paling baik untuk mengendalikan sifat oportunisme para kepemilikan dinilai paling baik untuk mengendalikan sifat oportunisme para pengelola
pengelola perusahaan. perusahaan. Dengan Dengan kata kata lain, lain, konsentrasi konsentrasi kepemilikan kepemilikan akan akan segerasegera memecahkan masalah keagenan tipe pertama. Namun, pada saat bersamaan memecahkan masalah keagenan tipe pertama. Namun, pada saat bersamaan konsentrasi kepemilikan akan segera pula memunculkan konflik kepentingan konsentrasi kepemilikan akan segera pula memunculkan konflik kepentingan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Atau dengan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Atau dengan kata lain, akan memunculkan masalah keagenan tipe kedua.
kata lain, akan memunculkan masalah keagenan tipe kedua.
2.2
2.2 Struktur KepemilikanStruktur Kepemilikan
Dalam studi Berle dan Means (1932) ditunjukkan bahwa dalam konteks Dalam studi Berle dan Means (1932) ditunjukkan bahwa dalam konteks
terutama muncul adalah tidak sinkronnya kepentingan pemilik dan pengelola perusahaan terutama muncul adalah tidak sinkronnya kepentingan pemilik dan pengelola perusahaan sebagai akibat dari pemisahan pengelolaan perusahaan dari kepemilikannya.
sebagai akibat dari pemisahan pengelolaan perusahaan dari kepemilikannya. Namun dalam perkembangan berikutnya, ternyata
Namun dalam perkembangan berikutnya, ternyata yang lebih menjadi masalah bukanyang lebih menjadi masalah bukan lagi masalah keagenan tipe pertama, melainkan tipe kedua atau konflik kepentingan antara lagi masalah keagenan tipe pertama, melainkan tipe kedua atau konflik kepentingan antara pemegang
pemegang saham saham mayoritas mayoritas dan dan pemegang pemegang saham saham minoritas. minoritas. Dalam Dalam kasus kasus di di berbagaiberbagai negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Korea, dan Indonesia, negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Korea, dan Indonesia, kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
1. Saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasusSaham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara. Dalam kasus perusahaan
perusahaan keluarga, keluarga, pemisahan pemisahan antara antara kontrol kontrol dan dan kepemilikan kepemilikan sebenarnya sebenarnya tidaktidak terjadi karena biasanya para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik terjadi karena biasanya para pengelola perusahaan adalah anggota keluarga dari pemilik perusahaan.
perusahaan. 2.
2. Pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karenaPemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, atau karena mereka menempatkan para manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya.
manajer dari anggota keluarga di perusahaan-perusahaan yang dikontrolnya. 3.
3. Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim.Kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim. 4.
4. Terdapat hubungan antara struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.Terdapat hubungan antara struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
2.3
2.3 Struktur Kepemilikan Perusahaan di Negara MajuStruktur Kepemilikan Perusahaan di Negara Maju
Menurut Sycip di kebanyakan negara industri maju seperti Inggris, Amerika, Menurut Sycip di kebanyakan negara industri maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Jerman, dan Perancis mayoritas perusahaan besar dan menengah berstatus Australia, Jerman, dan Perancis mayoritas perusahaan besar dan menengah berstatus perusahaan
perusahaan publik. publik. Sebagian Sebagian besar besar pemegang pemegang saham saham perusahaan-publik perusahaan-publik adalah adalah masyarakat.masyarakat. Separuh dari penduduk usia dewasa di Australia misalnya, memiliki saham-saham Separuh dari penduduk usia dewasa di Australia misalnya, memiliki saham-saham perusahaan publik.
perusahaan publik.
Di Negara industri maju pasar modal menjadi sumber utama pendanaan operasi Di Negara industri maju pasar modal menjadi sumber utama pendanaan operasi jangka menen
jangka menengah perusahaan. gah perusahaan. Sebagai contoh Sebagai contoh sekitar 70sekitar 70-80% saham -80% saham perusahaan-perusahaanperusahaan-perusahaan besar
besar di di Amerika Amerika dimiliki dimiliki pemegang pemegang saham saham institusional. institusional. Investor Investor orang orang peroranganperorangan menanamkan dananya melalui investor institusional seperti dana pensiun,
menanamkan dananya melalui investor institusional seperti dana pensiun, mutual fundsmutual funds atau atau perusahaam
perusahaam reksa reksa dana. dana. Oleh Oleh karena karena itu itu di di negara-negara negara-negara tersebut tersebut para para pemegang pemegang sahamsaham mengumandangkan suara yang lantang agar perusahaan-perusahaan publik menerapkan mengumandangkan suara yang lantang agar perusahaan-perusahaan publik menerapkan prinsip-prinsip
prinsip-prinsip good good corporate corporate governancegovernance secara konsekuen, termasuk melakukan evaluasi secara konsekuen, termasuk melakukan evaluasi kinerja
prinsip-prinsip
prinsip-prinsip good good corporate corporate governancegovernance tersebut adalah untuk melindungi hak dan tersebut adalah untuk melindungi hak dan kepentingan para pemegang saham.
kepentingan para pemegang saham.
2.4
2.4 Struktur Kepemilikan di AsiaStruktur Kepemilikan di Asia
Di kawasan Asia, pada umumnya pemisahan antara kepemilikan dan kepengelolaan Di kawasan Asia, pada umumnya pemisahan antara kepemilikan dan kepengelolaan perusahaan tidak terlalu
perusahaan tidak terlalu berkembang. Bisnis lebih berkembang. Bisnis lebih bersifat kekeluargaan sehinggbersifat kekeluargaan sehingga kelompok-a kelompok-kelompok usaha besar yang berkembang selalu dikendalikan oleh anggota keluarga dari kelompok usaha besar yang berkembang selalu dikendalikan oleh anggota keluarga dari hubungan darah atau hubungan perkawinan. Hal tersebut sangat terasa dalam sistem Keiretsu hubungan darah atau hubungan perkawinan. Hal tersebut sangat terasa dalam sistem Keiretsu di Jepang, Chebol di Korea, dan Konglomerasi di Indonesia.
di Jepang, Chebol di Korea, dan Konglomerasi di Indonesia.
Dalam sistem Anglo-Saxon, pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahaan Dalam sistem Anglo-Saxon, pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahaan umumnya cukup tegas. Pemilik modal menyerahkan sepenuhnya pengelolaan perusahaan umumnya cukup tegas. Pemilik modal menyerahkan sepenuhnya pengelolaan perusahaan kepada para professional. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya dukungan sistem pasar kepada para professional. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya dukungan sistem pasar modal yang kuat sehingga kepemilikan perusahaan bisa dijualbelikan dengan baik.
modal yang kuat sehingga kepemilikan perusahaan bisa dijualbelikan dengan baik.
Dalam hal ini, kepemilikan perusahaan bisa saja terjadi secara anonym lewat Dalam hal ini, kepemilikan perusahaan bisa saja terjadi secara anonym lewat pembelian
pembelian kepemilikan kepemilikan perusahaan perusahaan lewat lewat mekanisme mekanisme pasa pasa modal. modal. Umumnya, Umumnya, para para pemilikpemilik modal ini memiliki suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Para pemilik modal modal ini memiliki suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Para pemilik modal dikelompokkan dalam pemilik modal besar (
dikelompokkan dalam pemilik modal besar (blockholder blockholder ) atau pemilik modal kecil (ritel).) atau pemilik modal kecil (ritel). Pemilik modal besar memiliki hak suara cukup besar serta posisi lemah dalam menyuarakan Pemilik modal besar memiliki hak suara cukup besar serta posisi lemah dalam menyuarakan kepentingan. Bahkan, banyak diantara mereka yang merasa tidak memiliki insentif untuk kepentingan. Bahkan, banyak diantara mereka yang merasa tidak memiliki insentif untuk menyuarakan kep
menyuarakan kepentingan. Namun, dalam perusahaan dikenal sistem “komisaris independen”entingan. Namun, dalam perusahaan dikenal sistem “komisaris independen” yang bertugas melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.
yang bertugas melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.
Di Korea, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, kontrol keluarga terhadap perusahaan Di Korea, Singapura, Taiwan, dan Hongkong, kontrol keluarga terhadap perusahaan begitu
begitu tinggi. tinggi. Kontrol Kontrol para para pemilik pemilik perusahaan perusahaan dilakukan dilakukan melalui melalui struktur struktur piramida piramida dandan kepemilikan silang diantara beberapa perusahaan. Model ini nampaknya sangat umum terjadi kepemilikan silang diantara beberapa perusahaan. Model ini nampaknya sangat umum terjadi di semua negara di kawasan Asia Tenggara. Jadi pada dasarnya, pemisahan antara pemilik di semua negara di kawasan Asia Tenggara. Jadi pada dasarnya, pemisahan antara pemilik dan pengelola sangat jarang terjadi di kawasan tersebut. Ditambah lagi, pemisahan antara dan pengelola sangat jarang terjadi di kawasan tersebut. Ditambah lagi, pemisahan antara kontrol dan manajerial juga jarang terjadi karena para pemilik menguasai hak suara dengan kontrol dan manajerial juga jarang terjadi karena para pemilik menguasai hak suara dengan model kepemilikan silang yang dipertahankan untuk mempertahankan posisi suara.
BAB III BAB III PENUTUP PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.1 Kesimpulan
Model perusahaan kewirausahaan bercirikan para pemilik mengelola sendiri Model perusahaan kewirausahaan bercirikan para pemilik mengelola sendiri perusahaannya.
perusahaannya. Para Para wirausahawan wirausahawan ini, ini, secara secara umum umum memiliki memiliki tiga tiga kepemilikan kepemilikan sekaligussekaligus yang meliputi: (1) kepemilikan perusahaan itu sendiri yang menyangkut aset-aset yang yang meliputi: (1) kepemilikan perusahaan itu sendiri yang menyangkut aset-aset yang digunakan dalam proses produksi, (2) kepemilikan kompetensi yang meliputi kualitas digunakan dalam proses produksi, (2) kepemilikan kompetensi yang meliputi kualitas sumber daya manusia, model pengelolaan, dan struktur organisasi yang akan menentukan sumber daya manusia, model pengelolaan, dan struktur organisasi yang akan menentukan kualitas serta kuantitas proses produksi, serta (3) kepemilikan atas hak remunerasi ata kualitas serta kuantitas proses produksi, serta (3) kepemilikan atas hak remunerasi ata pengelolaan perusahaan yang umumnya secara sederhana dapat dipahami sebagai fungsi dari pengelolaan perusahaan yang umumnya secara sederhana dapat dipahami sebagai fungsi dari
keberuntungan perusahaan. keberuntungan perusahaan.
Dalam kasus perusahaan memiliki pemegang saham yang manjemuk, masalah Dalam kasus perusahaan memiliki pemegang saham yang manjemuk, masalah keagenan (
keagenan (agency problemagency problem) akan muncul ketegangan antara pemegang saham dan pengelola) akan muncul ketegangan antara pemegang saham dan pengelola perusahaan
perusahaan sebagai sebagai masalah masalah keagenan keagenan tipe tipe I, I, dan dan ketegangan ketegangan antara antara pemegang pemegang sahamsaham mayoritas dan pemegang saham minoritas sebagai masalah keagenan tipe II. Ada beberapa mayoritas dan pemegang saham minoritas sebagai masalah keagenan tipe II. Ada beberapa cara atau mekanisme untuk menekan masalah keagenan tipe I, yaitu: sistem penggajian, cara atau mekanisme untuk menekan masalah keagenan tipe I, yaitu: sistem penggajian, sistem pengawasan internal, sistem pengawasan eksternal (pasar), pasar eksekutif, dan sistem pengawasan internal, sistem pengawasan eksternal (pasar), pasar eksekutif, dan konsentrasi kepemilikan.
konsentrasi kepemilikan.
Di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Korea, dan Indonesia, Di kawasan Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, Korea, dan Indonesia, kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) saham mayoritas umumnya kepemilikan biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) saham mayoritas umumnya dipegang di tangan keluarga dan negara, (2) pemegang saham pengontrol memiliki hak dipegang di tangan keluarga dan negara, (2) pemegang saham pengontrol memiliki hak suara yang melebihi kepemilikan karena sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, (3) suara yang melebihi kepemilikan karena sistem kepemilikan yang bersifat pyramidal, (3) kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim, serta (4) terdapat hubungan antara kepemilikan bank secara signifikan tidak begitu lazim, serta (4) terdapat hubungan antara struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
struktur kepemilikan dengan pemilihan Dewan Pengawas.
Di kawasan Asia, pada umumnya pemisahan antara kepemilikan dan kepengelolaan Di kawasan Asia, pada umumnya pemisahan antara kepemilikan dan kepengelolaan perusahaan tidak terlalu berkembang. Bisnis lebih bersifat kekeluargaan sehingga perusahaan tidak terlalu berkembang. Bisnis lebih bersifat kekeluargaan sehingga kelompok-kelompok usaha besar yang berkembang selalu dikendalikan oleh anggota keluarga dari kelompok usaha besar yang berkembang selalu dikendalikan oleh anggota keluarga dari hubungan darah atau hubungan perkawinan. Hal tersebut sangat terasa dalam sistem hubungan darah atau hubungan perkawinan. Hal tersebut sangat terasa dalam sistem Keiretsu di Jepang, Chebol di Korea, dan
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
Prasetyantoko, A. 2008.
Prasetyantoko, A. 2008. Corporate Governance: Pendekatan Institusional Corporate Governance: Pendekatan Institusional . Jakarta: PT Gramedia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pustaka Utama.
Siswanto Sutojo, E. John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance Tata Kelola Siswanto Sutojo, E. John Aldridge. 2008. Good Corporate Governance Tata Kelola
Perusahaan Yang Sehat. Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka. Perusahaan Yang Sehat. Jakarta: PT Damar Mulia Pustaka.