• Tidak ada hasil yang ditemukan

PORTOFOLIO kegawatdaruratan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PORTOFOLIO kegawatdaruratan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PORTOFOLIO

PORTOFOLIO

CEDERA KEPALA

CEDERA KEPALA

Disusun oleh : Disusun oleh : Rosatya Imanuela, dr Rosatya Imanuela, dr Pembimbing : Pembimbing : Harmawati, dr Harmawati, dr

RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM

RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM

BONTANG

BONTANG

2014

2014

(2)

Topik : Cedera kepala Tanggal kasus : 14 Mei 2014

Presenter : Rosatya Imanuela, dr Pendamping : Harmawati, dr

Deskripsi : Anak, pria, 12 tahun, kecelakaan lalu lintas, cedera kepala

Tujuan : Menambah wawasan mengenai pemeriksaan dan penatalaksanaan  pasien cedera kepala

Data Pasien

•  Nama : An. J • Umur : 12 tahun • Pendidikan : SD

• Masuk UGD : 14 Mei 2014

Data utama untuk bahan diskusi

1. Diagnosis/gambaran klinis : Cedera kepala ringan + Closed fracture femur sinistra 2. Riwayat kesehatan : tidak ada riwayat penyakit

3. Riwayat pengobatan : tidak ada riwayat mengkonsumsi obat-obatan secara rutin

4. Riwayat keluarga : Pasien menyangkal terdapat riwayat alergi atau asma pada dirinya ataupun keluarga nya

5. Riwayat pekerjaan : pelajar Daftar Pustaka :

 Cedera Kepala dalam American College of Surgeon.  Advance Trauma Life

Support 8th edition. 2008. USA

 Schwartz Principles of Surgery 9th edition

Hasil Pembelajaran :

1. Diagnosis cedera kepala

2. Assessment pada pasien cedera kepala

3. Penatalaksanaan kegawatdaruratan cedera kepala 4. Prognosis kasus cedera kepala

(3)

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subyektif : Keluhan utama berupa nyeri kepala, mual muntah, dan nyeri paha kiri. Sekitar 15 menit sebelum masuk rumah sakit, penderita dibonceng dengan sepeda motor tanpa menggunakan helm, penderita terjatuh dari sepeda motor karena menabrak trotoar. Saat terjatuh, penderita masuk ke dalam selokan dengan posisi kepala terjatuh lebih dahulu. Penderita pingsan dan muntah tanpa disertai perdarahan dari telinga, hidung dan mulut. Penderita langsung dibawa ke UGD RS Pupuk Kaltim. 2. Obyektif :

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang A. Primary Survey

A : Clear

B : VBS ki=ka, bentuk dan gerak simetris, RR= 20 x/menit

C : Bunyi jantung murni reguler, tekanan darah = 110/70 mmHg, nadi = 90x/menit + Bleeding Control

D : GCS = 15, pupil bulat isokor, RC (+/+), parese (-/-)

B. Interna

Jantung : Bunyi jantung murni reguler Paru-paru : VBS, sonor, kiri = kanan, normal Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+) normal

Hepar dan lien tidak teraba

C. Pemeriksaan Lokal

a/r glabella: tampak luka ekskoriasi a/r femur sinistra : hematom (+)

D. Pemeriksaan Neurologis 1. Kesadaran

GCS : Mata : 4 Gerakan : 6 Suara : 5

(4)

2. Tanda-tanda rangsang meningen Kaku kuduk : tak ada Brudzinsky I : tak ada Brudzinsky II : tak ada 3. Saraf Otak

Pupil :

Bentuk : Bulat Isokor : Ø 3 mm

Rangsang cahaya : Direk +/+ Indirek +/+

 N. VII : Alis mata : tak ada kelainan

Lipatan hidung : tak ada kelainan Angkat alis mata : +/+

Sudut mulut : tak ada kelainan Gerakan patologis : (-)

4. Motorik

Atrofi : (-)

Kontraksi : tak ada kelainan Fasikulasi : (-)

Kekuatan kontraksi otot : tak ada kelainan Tonus otot : tak ada kelainan Gerakan involunter : (-)

5. Saraf vegetatif

Miksi : tak ada kelainan

Defekasi : tak ada kelainan 6. Refleks-refleks :

(5)

Tungkai : KPR : +/+ APR : +/+

Patologi : Babinsky :

-/-E. Pemeriksaan Penunjang - CT Scan cranium : DBN

- X-ray femur : fraktur 1/3 proksimal femur sinistra

Assessment : Cedera kepala adalah gangguan pada otak yang bersifat non degeneratif dan non kongenital yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, yang menyebabkan terjadinya kerusakan kognitif, fisikal, dan fungsi psikososial yang permanen atau sementara, dengan disertai berkurangnya atau perubahan tingkat kesadaran.

I. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK Anamnesis

I. Identifikasi pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan) II. Keluhan utama, dapat berupa :

- Penurunan kesadaran - Nyeri kepala

III.Anamnesis tambahan :

- Kapan terjadinya ( untuk: mengetahui onset)

- Bagaimana mekanisme kejadian, bagian tubuh apa saja yang terkena, dan tingkat keparahan yang mungkin terjadi)

Berdasarkan mekanismenya, trauma dibagi menjadi : a. Cedera tumpul : - kecepatan tinggi (tabrakan)

- kecepatan rendah (terjatuh atau terpukul)

 b. Cedera tembus (luka tembus peluru atau tusukan) adanya penetrasi selaput dura menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus atau cedera tumpul.

Komplikasi / Penyulit

1. Memakai helm atau tidak (untuk kasus KLL)

(6)

3. Ada sesak nafas, batuk-batuk 4. Muntah atau tidak

5. Keluar darah dari telinga, hidung atau mulut 6. Adanya kejang atau tidak

7. Adanya trauma lain selain trauma kepala (trauma penyerta) 8. Adanya konsumsi alkohol atau obat terlarang lainnya 9.Adanya riwayat penyakit sebelumnya (Hipertensi, DM)

Pertolongan pertama (apakah sebelum masuk rumah sakit penderita sudah mendapat  penanganan). Penanganan di tempat kejadian penting untuk menentukan penatalaksanaan dan  prognosis selanjutnya.

Pemeriksaan Fisik 1. Primary Survey

A. Airway, dengan kontrol servikal:

Yang pertama harus dinilai adalah jalan nafas, meliputi pemeriksaan adanya obstruksi  jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau

maksila, fraktur laring atau trakea.

- Bila penderita dapat berbicara atau terlihat dapat berbicara - jalan nafas bebas.

- Bila penderita terdengar mengeluarkan suara seperti tersedak atau berkumur - ada obstruksi parsial.

- Bila penderita terlihat tidak dapat bernafas - obstruksi total.

 Jika penderita mengalami  penurunan kesadaran atau GCS < 8 keadaan tersebut

definitif memerlukan pemasangan selang udara.

 Selama pemeriksaan jalan nafas, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi

 pada leher.

 Dalam keadaan curiga adanya fraktur servikal atau penderita datang dengan multiple

trauma, maka harus dipasangkan alat immobilisasi pada leher, sampai kemungkinan adanya fraktur servikal dapat disingkirkan.

B. Breathing , dengan ventilasi yang adekuat

 Pertukaran gas yang terjadi saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan

(7)

 baik dari paru, dinding dada, dan diafragma.

 Pada inspeksi, baju harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan dan jumlah

 pernafasan per menit, apakah bentuk dan gerak dada sama kiri dan kanan.

 Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya udara atau darah dalam rongga pleura.  Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknva udara ke dalam paru-paru

 Gangguan ventilasi yang berat seperti tension pneumothoraks, flail chest, dengan

kontusio paru, dan open pneumothorasks harus ditemukan pada primar y survey.

 Hematothorax, simple pneumothorax, patahnya tulang iga dan kontusio paru harus

dikenali pada secondary survey

C. Circulation, dengan kontrol perdarahan a. Volume darah

 Suatu keadaan hipotensi harus dianggap hipovolumik sampai t erbukti sebaliknya.  Jika volume turun, maka perfusi ke otak dapat berkurang sehingga dapat

mengakibatkan penurunan kesadaran.

 Penderita trauma yang kulitnya kemerahan terutama pada wajah dan ekstremitas,

 jarang dalarn keadaan hipovolemik. Wajah pucat keabu-abuan dan ekstremitas yang dingin merupakan tanda hipovolemik.

  Nadi

- Periksa kekuatan, kecepatan, dan irama

-  Nadi yang tidak cepat, kuat, dan teratur : normovolemia -  Nadi yang cepat, kecil : hipovolemik

- Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan normovolemia

- Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar, merupakan tanda diperlukan resusitasi segera.

 b. Perdarahan

Perdarahan eksternal harus dikelola pada primary survey dengan cara penekanan pada luka

D. Disability

Evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran pupil dan reaksi pupil terhadap cahaya dan adanya parese.

(8)

 A : sadar (Alert)

 V : respon terhadap suara (Verbal)

 P : respon terhadap nyeri (Pain)

 U : tidak berespon (Unresponsive)

Glasgow Coma Scale adalah sistem skoring sederhana dan dapat memperkirakan keadaan penderita selanjutnya. Jika belum dapat dilakukan pada primary survey, GCS dapat diiakukan pada secondary survey.

Menilai tingkat keparahan cedera kepala melalui GCS : a. Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah) - Skor GCS 15 (sadar penuh, atentif; orientatif)

- Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya : konklusi) - Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang - Pasien dapat tnengeluh nyeri kepala dan pusing

- Pasien dapat menderita abrasi, Iaserasi, atau hematoma kulit kepala - Tidak ada kriteria cedera sedang-berat

 b. Cedera kepala sedang, (kelompok risiko sedang) - Skor GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor) - Konklusi

- Amnesia pasca trauma - muntah

- Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda Battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal)

- Kejang

c. Cedara kepala berat (kelompok risiko berat) - Skor GCS 3-8 (koma)

- Penurunan derajat kesadaran secara progresif - Tanda neurologis fokal

- Cedera kepata penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

Penurunan kesadaran dapat terjadi karena berkurangnya perfusi ke otak atau trauma langsung ke otak. Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita.

(9)

Jika hipoksia dan hipovolemia sudah disingkirkan, maka trauma kepala dapat dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran, bukan alkohol sampai terbukti sebaliknya.

E. Exposure

• Penderita trauma yang datang harus dibuka pakaiannya dan dilakukan evaluasi terhadap  jejas dan luka.

2. Secondary Survey

Adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe, examination), termasuk reevaluasi tanda vital.

• Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap yaitu GCS jika belum dilakukan pada primary survey

• Dilakukan X-ray foto pada bagian vang terkena trauma dan terlihat ada jejas.

II. PENANGANAN CEDERA KEPALA RINGAN (GCS 14-15)

Sekitar 80% dari semua pasien cedera kepala dikategorikan sebagai cedera kepala ringan. Pasien sadar tetapi mungkin mengalami hilang ingatan atas kejadian yang melibatkan cederanya. Bisa terdapat riwayat singkat terjadinya pingsan namun sulit untuk diketahui. Gambaran ini sering berhubungan dengan alcohol atau zat intoksikan lainnya.

Kebanyakan pasien dengan cedera kepala ringan sembuh tanpa penanganan berarti. Tetapi, sekitar 3% mengalami komplikasi yang tidak terduga, mengakibatkan disfungsi neuroligik  berat jika penurunan status mental terlambat dideteksi.

Pemeriksaan CT scan perlu dipertimbangkan pada semua pasien yang mengalami pingsan lebih dari lima menit, amnesia, nyeri kepala berat, dan GCS<15 atau defisit neurologic fokal yang berhubungan dengan otak. Foto cervical X-ray perlu dilakukan jika terdapat nyeri leher atau nyeri saat palpasi.

Pemerikasaan CT scan adalah metode yang lebih disukai. Jika tidak tersedia, skull X-ray bisa dilakukan terhadap cedera kepala tumpul dan penetrans. Yang harus diperhatikan pada foto kepala:

1. Fraktur linear atau depressed

(10)

3. Level udara cairan pada sinus 4. Pneumocephals

5. Fraktur fasial 6. Benda asing

Indikasi rawat pasien cedera kepala ringan yaitu : - Pingsan > 15menit

- Post Traumatic Amnesia > 1Jam - Pada observasi penurunan kesadaran - Sakit Kepala >>

- Fraktur

- Otorhoe / Rinorhoe - Cedera penyerta, - CT-Scan Abnormal - Tidak ada keluarga

- Intoksikasi alkohol / Obat-obatan.

Jika pasien asimtomatik, sadar penuh, normal secara neurologis, maka pasien diamati selama  beberapa jam, diperiksa ulang, dan jika masih normal, akan dipulangkan.

Pesan untuk penderita / keluarga, Segera kembali ke Rumah Sakit bila dijumpai hal -hal sbb : -Tidur / sulit dibangunkan tiap 2 jam

- Mual dan muntah yang terus memburuk - Sakit Kepala yang terus memburuk - Kejang

- Kelemahan tungkai & lengan (hemiparese)

- Bingung / Perubahan tingkah laku /gaduh gelisah - Pupil anisokor

- Nadi naik / turun (bradikardi)

B. Plan :

a. Diagnosis : Cedera kepala ringan + closed fracture femur sinistra  b. Pengobatan :

(11)

Umum : Observasi GCS, TNRS Head up 30o

IVFD NaCl 0,9 % 16 tpm Oksigen 3 L/menit

Imobilisasi femur sinistra Khusus : Injeksi Ranitidine ½ ampule

Injeksi Citicholine 500 mg Injeksi Novalgin 500 mg

Pendidikan :

i. Menjelaskan mengenai diagnosa

ii. Menjelaskan mengenai penatalaksanaan : farmakologis dan tindakan

 tujuan dan risiko

Referensi

Dokumen terkait

dengan perlakuan pemberian bahan organik yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif pada tanaman padi sawah. Interaksi varietas dengan

Berdasarkan hasil penelitian ini, model regresi data panel yang sesuai untuk menggambarkan pengaruh peubah-peubah yang terdapat pada laporan keuangan terhadap harga

Pengelolaan hutan kota merupakan faktor yang paling penting, Situ Cangkuang dan Situ Bagendit yang dikelola dengan baik memiliki kesehatan tegakan yang baik pula,

Tujuan penelitian untuk: (1) Mengetahui proses penerapan sebagai gambaran umum pemberian kredit pola Grameen Bank oleh Koperasi LEPP-M3 Tuban; (2)

Pengoperasian mesin secara normal mengakibatkan timbulnya bermacam-macam contamination – mulai dari partikel logam renik sampai bahan kimia korosif. Jika oli mesin tidak

Ada empat fungsi utama yang dilakukan pengembang masyarakat sebagai pemercepat perubahan (enabler), yaitu: membantu masyarakat menyadari dan melihat kondisi mereka,

Tabel 4.9 Korelasi Tingkat Kebahagiaan Dengan Tingkat Kepuasaan Hidup Correlations Tingkat Kepuasan Tingkat Kebahagiaan Spearman's rho Tingkat Kepuasan Correlation Coefficient

berdekatan dan masinis harus mengemudikan kereta dengan kecepatan maksimal. Disisi lain selain medan yang susah faktor yang menyebabkan tuntutan mental mengalami kenaikan nilai