• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA GURU DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN SISWA AUTIS SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMPLB YPAC BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA GURU DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN SISWA AUTIS SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMPLB YPAC BANDA ACEH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Corresponding Author : rinrinsartikaa@gmail.com, amsal.amri@yahoo.co.id JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 3, Agustus 2017

(1Mahasiswa, 2Pembimbing)

UPAYA GURU DALAM MEMBANGUN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL DENGAN SISWA AUTIS SAAT PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMPLB YPAC BANDA ACEH

TEACHER’S EFFORTS TO DEVELOP INTERPERSONAL COMMUNICATION WITH AUTISTIC STUDENTS DURING TEACHING AND LEARNING PROCESS AT SMPLB YPAC BANDA

ACEH

Rini Sartika1), Amsal Amri2)

Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, UniversitasSyiah Kuala

ABSTRAK- Penelitian ini berjudul “Upaya Guru Dalam Membangun

Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar di SMPLB YPAC Banda Aceh”. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui upaya guru dalam komunikasi interpersonal dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori interaksionisme simbolik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berjenis deskriptif. Pada penelitian kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada penelitian kualitatif disebut informan atau subjek penelitian. Informan atau subjek yang dipilih untuk diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian, yang terdiri dari 5 orang guru di SMPLB YPAC Banda Aceh. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa terjalin dengan efektif, strategi komunikasi efektif yang diaplikasikan oleh guru di SMPLB YPAC Banda Aceh adalah sikap menghargai, empati, dapat dimengerti, keterbukaan, dan sikap rendah hati. Komunikasi interpersonal dapat menciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan siswanya, Oleh karena itu dengan adanya kedekatan tersebut proses belajar berjalan dengan baik walaupun proses penyampaian pesan dominan menggunakan komunikasi non verbal. Faktor yang menjadi pendukung berhasilnya membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis adalah guru sebagai komunikator memiliki kemampuan atau

(2)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

kredibilitas yang tinggi dalam mengelola dan menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut mudah di pahami oleh siswa. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi interpersonal dengan siswa autis susahnya mereka dalam berkomunikasi baik komunikasi non verbal maupun verbal.

Kata Kunci: Upaya, Komunikasi Interpersonal, Anak Autis.

ABSTRACT - The study entitled “Teacher’s Efforts to Develop Interpersonal Communication with Autistic Students during Teaching and Learning Process at SMPLB YPAC Banda Aceh”. The aim of this research is to know the teacher’s efforts in interpersonal communication with students during teaching and learning process. The theory used in this research is the theory of symbolic interactionism that assumes the importance of meaning for human behavior. Human beings act toward others on the basis of a given meaning of others to them, and the meaning is created in human interaction. This is a qualitative descriptive research. The samples are called informants or research subjects. The informant or research subjects are selected to be interviewed according to the purpose of the research, which consisted of 5 teachers at SMPLB YPAC, Banda Aceh. The methods of data collection used in this study were observation, interview, and documentation. The results of this research showed that teacher’s efforts in developing the interpersonal communication with students is entwined effectively. The effective communication strategies applied by teachers at SMPLB YPAC, Banda Aceh are respect, emphatic, audible, clarity, and humble. Interpersonal communication can create intimacy and closeness between teachers and students. Therefore, with that closeness the teaching and learning process is going well, although the dominant message is delivered non-verbally. The factor that supports the success of this interpersonal communication with the autistic students is the teacher as the communicator that has high ability or credibility in managing and delivering the massage so that the students can understand it easily. While the factor that hampers the interpersonal communication with the autistic students is their difficulty in communicating both verbally and non-verbally.

(3)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 PENDAHULUAN

Pada dasarnya anak dilahirkan pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. Jika dilihat dari kenyataan, ada dua golongan yaitu anak normal dan anak berkebutuhan khusus (Difabel). Menurut John C. Maxwell (Napitupulu,2013:16), difabel adalah mempunyai kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu, atau merupakan suatu rintangan dan hambatan baginya dalam melakukan aktifitas secara layak atau normal.

Berkomunikasi merupakan hal paling mendasar bagi semua orang. Kebanyakan orang menganggap bahwa komunikasi itu hal yang paling mudah untuk dilakukan. Tidak semua manusia memiliki kemampuan komunikasi yang sempurna misalnya penderita Autis, Autis merupakan kondisi anak yang mengalami gangguan hubungan sosial yang terjadi sejak lahir atau pada masa perkembangan, sehingga anak tersebut terisolasi dari kehidupan manusia (Sugiarto, dkk: 2004).

Belajar adalah proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan yang artinya seseorang dikatakan telah belajar jika dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perilaku itu meliputi aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) (Ruswandi, 2013:50).

Pendidikan juga sering dikatakan sebagai proses komunikasi, menurut Effendy (2009:101) ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan.

Salah satu faktor pendukung tercapainya prestasi difabel, diperlukan peran komunikasi yang baik antara guru dan siswanya. Seorang guru harus mampu menyampaikan materi pelajaran sesuai kebutuhan dan kemampuannya. Kesulitan difabel dalam berinteraksi yang menyebabkan mereka sulit untuk memahami materi pelajaran pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Guru terus berupaya untuk membimbing dan mengembangkan siswanya agar percaya diri dalam berkomunikasi

dengan orang lain. Dari kesulitan-kesulitan tersebut difabel

(4)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

mengembangkan potensi diri, hidup mandiri dan melakukan berbagai upaya agar dapat melakukan berbagai upaya dalam melakukan pemenuhan hak-haknya sebagaimana masyarakat normal pada umumnya.

Berdasarkan permasalahan diatas,Penelitian ini hanya difokuskan pada upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis pada proses belajar mengajar. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah upaya yang dilakukan guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis saat proses belajar mengajar?.

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis saat proses belajar mengajar.

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian ini menggunakan Interaksionisme simbolik didasarkan pada ide-ide mengenal diri dan hubungannya dengan masyarakat. George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolik, Terdapat tiga konsep penting dalam teori yang dikemukakan Mead ini yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yang disebut “tindakan sosial” (sosial act), yaitu suatu unit tingkah laku lengkap yang tidak dapat dianalisis kedalam subbagian tertentu (Morissan, 2013:225).

Dalam (Richard dan Turner, 2008:16) mengasumsikan ada 3 tema besar dalam interaksionisme simbolik yaitu:

1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia

Teori interaksionisme simbolik berpegang bahwa individu membentuk makna melalui proses komunikasi karena makna tidak bersifat instrinsik terhadap apapun.

2. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna

(5)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

Asumsi ini menjelaskan perilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respons orang berkaitan dengan rangsangan tersebut.

3. Makna diciptakan dalam Interaksi antar manusia

Mead menekankan dasar intersubjektif dari makna. Makna dapat ada, menurut Mead, hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi yang sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi. Suatu pesan dapat tersampaikan dengan baik, apabila mereka telah memberi makna terhadap simbol-simbol yang sering mereka gunakan.

Upaya dari guru untuk membangkitkan minat dan konsentrasi pada proses belajar mengajar. Upaya membangkitkan minat tersebut diantaranya dapat dilakukan dengan mengaitkan pembelajaran dengan situasi kehidupan yang bersifat praktis. Menurut Ruswandi (2013:175), minat biasanya berkaitan dengan konsentrasi. Konsentrasi muncul akibat adanya perhatian. Konsentrasi sering ditimbulkan oleh adanya minat terhadap sesuatu materi pembelajaranyang dipelajari. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan.

Guru berusaha membangun komunikasi interpersonal dengan siswanya dalam proses belajar mengajar. Pada kenyataannya komunikasi yang dilakukan secara tatap muka akan menciptakan hubungan keakraban dengan sesama. Tidak perlu seberapa berbakatnya seorang guru, kesuksesan guru tidak akan diperoleh tanpa penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif. Wilbur Schramm (dalam Mufid, 2009:128) menyebut sebagai “the conditions of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika ingin agar pesan yang disampaikan menghasilkan tanggapan yang diinginkan.

(6)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2002:24). Perubahan itu tidak hanya berkaitan bertambahnya ilmu pengetahuan, tetapi juga berupa keterampilan, sikap, minat, dan penyesuaian diri.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Teori Interaksionisme simbolik

Upaya guru meningkatkan kemampuan siswa autis

dalam berkomunikasi

makna bahasa Pemikiran

Pembentukan perilaku Proses Pembelajaran Komunikasi efektif

(7)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017 METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SMPLB YPAC Banda Aceh, yang beralamat di Jalan Banda Aceh-Medan, Km 4,5 Desa Lueng Bata, Kecamatan Lueng Bata, Kota Banda Aceh. Dimana menurut Taher (2009:14) penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat.

Adapun objek pada penelitian ini, adalah upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal, sedangkan subjeknya merupakan Guru di SMPLB YPAC Banda Aceh yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh jawaban yang seimbang dari informan tersebut.

Sumber data dalam penelitian ini ada 2 yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Ardial (2014:359) data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi atau objek penelitian. Jadi, data primer merupakan data asli yang diperoleh oleh peneliti langsung dari sumber pertamanya. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda (Kountur, 2007:178).

Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Menurut Esterberg (dalam sugiyono, 2013: 231), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2013: 145) mengemukakan bahwa obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting yaitu pengamatan dan ingatan .. Sedangkan Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, dan kebijakan (Sugiyono, 2013: 240). Adapun teknik analisis data yang digunakan ialah teknik analisis Miles dan Huberman yang terdiri dari tiga tahap, yaitu

(8)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan atau verifikasi (Sugiyono, 2009: 92-99).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SMPLB YPAC Banda Aceh memiliki misi yaitu Membangun peserta didik Sekolah Luar Biasa yang dapat dipercaya masyarakat, mengembangkan bakat agar menjadi insan yang berakhlak mulia, bertaqwa serta terampil bersosialisasi di masyarakat.Manusia saling berhubungan satu sama lain melalui komunikasi tak terkecuali anak autis. Anak autis merupakan anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan perkembangan yang kompleks yang berkaitan dengan emosi, perilaku, interaksi sosial dan komunikasi. Pada kenyataanya anak autis memang memiliki beberapa masalah khususnya keterbatasan mereka dalam berkomunikasi verbal.

Anak autis memiliki karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi atau berinteraksi antara lain, adanya permasalahan dalam berkomunikasi, bermain dan berhubungan langsung dengan orang lain. Sebagaimana telah dipaparkan terlebih dahulu anak autis cenderung tidak konsisten

dalam berkomunikasi, terkadang anak autis menunjukkan

kemampuannya dalam berkomunikasi misalnya mengikuti perintah gurunya dan memberikan respon yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh gurunya, nama terkadang hanya diam saja dan terlalu asyik memperhatikan hal lain yang ada di sekelilingnya.

Ketika membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis, guru melakukan beragam upaya untuk memulai komunikasi dengan mereka. Upaya dilakukan dalam rangka mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar dan sebagainya misalnya membangkitkan kembali semangat mereka untuk mengikuti proses belajar mengajar. Guru harus sesering mungkin hubungan komunikasi interpersonal dengan siswa autis. Komunikasi interpersonal adalah cara yang dilakukan oleh seorang komunikator untuk mendekati komunikan dengan tujuan untuk menjalin komunikasi yang efektif.

Dalam menganalisa hasil temuan yang peneliti dapatkan di lapangan,bahwa setiap guru memiliki upaya atau cara yang berbeda

(9)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

dalam membangun komunikasi interpersonal saat proses belajar mengajar dengan siswa autis. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh guru yaitu mendekatinya terlebih dahulu, sering mengadakan kegiatan bersama misalnya makan bersama, anak autis jarang mau makan sama-sama, sering mengajak mereka berkumpul dengan kawan-kawannya. Atau sebelum memulai proses belajar mengajar berdoa dulu, ada guru yang cari tahu kegiatan mereka ke sekolah itu apa, emosinya gimana, kalau emosinya sudah stabil hubungan interpersonal kedepannya juga akan bagus. Melalui upaya tersebut itu menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti menganalisa bagaimana upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis saat proses belajar mengajar dan sejauh mana keberhasilan guru dalam membangun komunikasi yang efektif saat proses belajar mengajar. Informan yang dipilih peneliti yaitu guru di SMPLB YPAC Banda Aceh.

Upaya-upaya yang dilakukan guru tersebut sangat efektif dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis. Mencoba mendekati siswa autis ketika lagi sendiri itu ternyata sangat efektif untuk berinteraksi dengan mereka, karena sistem anak autis ini sangat sulit agar bisa dekat dengan mereka.Namun tidak bisa pungkiri dalam berkomunikasi dengan siswa autis, guru tentunya sering mengahadapi kendala atau hambatan. Bentuk hambatan yang sering terjadi tidak terlalu jauh berbeda dengan hambatan komunikasi yang sering terjadi pada umumnya. Oleh karena itu, saat akan melakukan interaksi dengan siswa autis perlu diperhatikan kemungkinan-kemungkinan akan munculnya hambatan tersebut seperti hambatan fisik, psikologis dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dan observasi di lapangan hambatan yang sering muncul ketika berkomunikasi interpersonal yaitu hambatan dalam penyandian/simbol, karena pada saat berkomunikasi dengan anak autis kosakata yang digunakan guru harus sesederhana mungkin agar mereka lebih mudah mengerti dikarenakan siswa autis tersebut sangat susah menangkap informasi yang diberikan oleh gurunya. Selain itu dalam proses belajar mengajar guru harus menggunakan alat peraga yang sering dilihat oleh siswa.

(10)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

Siswa autis juga susah dalam memahami simbol atau kode yang diberikan gurunya, ada baiknya simbol-simbol diberi kesamaan makna dulu agar mendapat respon yang baik. Adapun faktor yang sering timbul ketika berkomunikasi dengan siswa autis yaitu hambatan mereka dalam menerima pesan dan hambatan pada saat memberikan respon, jangankan merespon terkadang tatap muka sama gurunya pun tidak mau.

Dalam mengatasi hambatan yang dihadapi saat berkomunikasi dengan siswa autis, informan melakukan berbagai upaya agar membuat pesan yang disampaikan efektif. Terdapat banyak jenis strategi komunikasi yang efektif. Rumusan “reach” adalah salah satunya. Reach itu sendiri kepanjangan dari Respect,Empathc, Audible, Clarity, dan Humble (Mufid, 2009: 136).

Menurut hasil pengamatan, guru di SMPLB YPAC Banda Aceh telah melakukan kelima strategi komunikasi efektif tersebut. Sebelum melakukan komunikasi dengan siswanya terlebih dahulu guru harus mengetahui karakter siswanya, guru juga harus mengetahui emosi siswanya setiap hari, kalau emosi stabil maka hubungan interpersonal kedepannya juga akan baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Upaya guru dalam membangun komunikasi interpersonal dengan siswa terjalin dengan efektif, strategi komunikasi efektif yang diaplikasikan oleh guru adalah respect, empathic, audible, clarity, dan humble. Komunikasi interpersonal dapat menciptakan keakraban dan kedekatan antara guru dengan siswanya, karena dengan adanya kedekatan tersebut proses belajar berjalan dengan baik walaupun proses penyampaian pesan dominan menggunakan komunikasi non verbal. Ditinjau dari sisi simbolik proses penyampaian pesan guru sering menggunakan simbol-simbol, tulisan, bahasa tubuh dan sentuhan fisik si siswanya. Komunikasi interpersonal sangat memudahkan guru dalam proses penyampaian pesan kepada siswa autis, tetapi penyampaian materi pelajaran juga di sesuaikan dengan kemampuan siswa.

Faktor yang menjadi pendukung berhasilnya membangun komunikasi interpersonal dengan siswa autis adalah guru sebagai

(11)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

komunikator memiliki kemampuan atau kredibilitas yang tinggi dalam mengelola dan menyampaikan pesan sehingga pesan tersebut mudah di pahami oleh siswa. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dalam berkomunikasi interpersonal dengan siswa autis susahnya mereka dalam berkomunikasi baik komunikasi non verbal maupun verbal. Serta keterbatasan kemampuan intelegensinya dalam menerima maupun merespon pesan yang diterimanya, tetapi hambatan-hambatan tersebut bisa diatasi sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. DAFTAR PUSTAKA

Ardial. (2014). Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Effendy, Onong Uchjana. (2009). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kountur, Ronny. (2007). Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Morissan. (2013). Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta:

Kencana.

Mufid, Muhammad. (2009). Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencan. Napitupulu. 2013. Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pusat Pelayanan difabel di Yogyakarta Berdasarkan Pengolahan Sirkulasi dan Pengolahan Tata Ruang Dalam Bersuasana Homey. Skripsi. Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

(12)

Upaya Guru Dalam Membangun Komunikasi Interpersonal Dengan Siswa Autis Saat Proses Belajar Mengajar Di SMPLB YPAC Banda Aceh. (Rini Sartika,Amsal Amri)

Jurna lilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 3. Agustus 2017

Taher, Alamsyah. (2009). Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh: Siah Kuala University Press.

West, Richard, & Turner. (2008). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengujian lentur, hipotesis yang digunakan yaitu jenis kait Kayu Kamper dapat menahan beban lebih besar jika dibandingkan dengan jenis kait Bambu. PENUTUP

Pola aliran rantai pasok bawang goreng Khas Palu ada 4 aliran yang hurus dikelola dengan baik yaitu, (a) aliran produk mengalir dari petani sampai ke konsumen

Akuntansi akrual yang diusulkan akan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan dan sebagai hasilnya, telah memberi perhatian yang lebih luas

Berdasarkan pemikiran di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul :“ Hubungan Antara Pemanfaatan Fasilitas Belajar Dan Motivasi

Berikut ini adalah petunjuk pemakaian asap cair untuk dijadikan bahan pengawet pada mie basah:.. ALAT ,BAHAN , SERTA TATA

Auditor yang menyetujui keinginan klien akan dianggap tidak objektif dalam menilai klien dan ini berpengaruh juga terhadap independensi seorang auditor, sebab auditor tidak

Penggunaan model Picture and Picture terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelompokkan macam-macam tulang pada rangka manusia.Hal ini dibuktikan dengan

Berdasarkan hasil simulasi rip current, dapat diketahui bahwa kemungkinan terjadi nya rip current dengan kecepatan tinggi berada di musim barat yang disimulasikan di bulan