Tutorial
Sistem Informasi Geografis
ArcView
Disusun Oleh :
NURHAKIM
STUDIO PERENCANAAN DAN PERMODELAN TAMBANG
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
PENGANTAR
Alhamdulillah, La haula wala quwwata illa billah, Subhanakallah, La ‘ilma lana illa ma allamtana
Sejak dimulainya era otonomi daerah, banyak daerah yang dengan sigap melakukan inventarisasi data / informasi dan peluang serta memperkirakan dampak dari pembangunan. Dalam hal ini, tak dapat dipungkiri lagi bahwa SIG telah memainkan peranan dan menjadi salah satu tumpuan. Akan tetapi, walaupun SIG telah banyak digunakan, seringkali kemampuannya tidak / belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan kurangnya bahan bacaan yang mendukung penggunaan SIG tersebut, terutama yang berbahasa Indonesia. Dalam rangka mengantisipasi masalah di atas, penyusun menganggap perlu disusun sebuah tutorial ringkas seperti yang saat ini ada di tangan pembaca.
Pada kesempatan ini, disampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan tutorial ini, terutama Ketua Program Studi dan rekan-rekan di Teknik Pertambangan Unlam. Terima kasih dan salam takzim disampaikan khusus untuk Umi dan Ade.
Harus diakui, dalam tutorial ini sangat banyak kekurangan dan kekhilafan. Untuk itu, diharapkan adanya saran konstruktif dari segenap pembaca. Saran dan kritik dapat disampaikan via e-mail ke [email protected].
Akhirnya, Semoga tutorial ini dapat bermanfaat. Amin.
PENGENALAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DEFINISI SIG
SIG (Sistem Informasi Geografis) adalah terjemahan dari terminologi berbahasa Inggeris Geographical Information System (Eropa) atau Geographic Information System (Amerika Utara) yang biasa disingkat GIS. SIG biasanya dikaitkan dengan suatu sistem berbasis komputer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, menganalisa, dan menampilkan informasi spasial. Informasi spasial sendiri dapat didefinisikan sebagai informasi yang mengandung, sebagai karakteristik kunci, lokasinya pada, dibawah, ataupun di atas permukaan bumi, dimana lokasi tersebut didefinisikan dalam suatau sistem koordinat terkait bumi (Groot, 1991 dalam Abidin, 2000).
Demikian berkembangnya SIG sehingga di samping definisi di atas, berkembang pula beberapa definisi yang lain (Abidin, 2000), antara lain : ♦ A system for capturing, storing, checking, manipulating, analysing, and
displaying data which are spatially referenced to the Earth (DoE, 1987). ♦ A system of capturing, storing, checking, integrating, analysing, and
displaying data about the Earth that is spatially referenced. It is normally taken to include a spatially referenced database and appropriate applications software (Dale & McLaughlin, 1988).
♦ An Information technology which store, analyses, and displays both spatial and non-spatial data (Parker, 1988).
♦ An institutional entity, reflecting an organizational structure that integrates technology with a database, expertise and continuing-financial support overtime (Carter, 1989).
♦ Computer hardware and software system designed to collect, manage, manipulate, analyse and display spatially referenced data (US Federal Integratency Coordinating Committee on Digital Cartography).
♦ Suatu sistem berbasis komputer, yang dipergunakan untuk menyimpan, mengolah, mengelola dan menganalisa data, baik data spasial maupun non-spasial serta menyajikannya sebagai informasi yang bermanfaat (Aziz, 1999).
Burroughs (1986), mendefinisikan SIG sebagai A powerful set of hardware and software tools for collecting, storing, retrieving at will, transforming, and displaying spatial data from the real world. Sedangkan Aronoff (1989) mendefinisikannya sebagai Computer-based system that provide the following four sets of capabilities to handle geo-referenced data : input, data management (data storage and retrieval), manipulation and analysis, and output.
KOMPONEN UTAMA SIG
Meskipun banyak definisi yang menjelaskan pengertian SIG, namun pada prinspnya pekerjaan SIG mencakup lima komponen yang dapat diidentifikasikan sebagai komponen utama pembangun SIG, yaitu : perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), basis data, operator/pelaksana (sumberdaya manusia yang mengoperasikannya) , dan prosedur atau metoda yang digunakan (diilustrasikan pada gambar berikut).
dari server komputer yang terpusat sampai komputer pribadi yang berdiri sendiri atau yang terkonfigurasi dalam jaringan.
Perangkat lunak (software), Perangkat lunak SIG menyediakan fungsi dan alat yang dibutuhkan untuk menyimpan, menganalisa dan menampilkan informasi geografis. Komponen utama dari perangkat lunak adalah :
♦ Perangkat untuk memasukkan dan memanipulasi informasi geografis ♦ Sistem manajemen basis data (DBMS)
♦ Perangkat yang mendukung query, analisis dan visualisasi geografis ♦ Antarmuka pengguna grafis ( GUI) untuk kemudahan akses
Operator, Teknologi SIG akan menjadi sangat terbatas tanpa adanya sumberdaya manusia yang dapat menangani sistem dan merencanakannya untuk dapat diterapkan di dunia nyata.
Metoda yang digunakan, Pengoperasian SIG yang sukses tergantung pada pemilihan metoda dan perencanaan yang baik, tergantung pada keunikan setiap organisasi.
Data, baik data spasial maupun non-spasial, merupakan faktor penting dalam SIG. Tanpa kuantitas dan kualitas data yang memadai, sebaik apapun ke-empat komponen lainnya, SIG tersebut tidak akan dapat berfungsi secara efektif dan efisien. Sedemikian pentingnya basis data dalam SIG, sehingga dikenal istilah garbage in garbage out artinya jika kualitas data masukan jelek, akan menghasilkan informasi (keluaran) yang jelek juga.
Data spasial merupakan data yang dapat diamati dan diidentitifikasi di lapangan (permukaan bumi). Ada 3 tipe data spasial yaitu berupa titik, garis dan poligon. Data-data spasial diorganisasikan dalam bentuk layer-layer peta. Layer peta adalah lembaran peta yang berisi fitur-fitur dengan tema tertentu. Data non-spasial merupakan keterangan untuk melengkapi data spasial, baik secara statistik numerik maupun deskriptif, umumnya berupa tabel, diagram, atau buku-buku deskripsi. Kedua data tersebut dikaitkan dengan sistem pengkodean melalui identifier atau sentroid.
SIG bekerja dengan dua jenis model yang secara fundamental berbeda, yaitu model vektor dan raster. Pada model vektor, data diwakili oleh gambaran ruang dimensi yang kontinyu. Informasi tentang titik, garis
dan poligon ditandai dan disimpan sebagai kumpulan koordinat (x,y) dalam sistem kartesian. Lokasi yang berbentuk titik, seperti lubang bor, dapat ditunjukkan oleh koordinat (x,y) tunggal. Bentuk garis, seperti jalan dan sungai, dapat disimpan sebagai kumpulan dari beberapa koordinat titik. Bentuk poligon, seperti teritorial dan daerah tangkapan hujan (catchment area), dapat disimpan sebagai suatu koordinat yang melingkar.
Gambar Jenis model dalam SIG (Sumber : ESRI, 1998)
Model vektor sangat berguna untuk menggambarkan bentuk diskret, tetapi kurang dapat digunakan untuk menggambarkan bentuk-bentuk yang kontiniu, seperti jenis tanah. Model raster dikembangkan untuk model yang berkesinambungan. Dalam model raster, data diwakili oleh ruang yang dibagi dalam sel / grid / piksel yang menggambarkan ruang 2 dimensi sebagai matriks (array).
Kedua jenis model, baik raster maupun vektor, mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam menyimpan data geografis, karenanya SIG modern
MEMPEROLEH DATA SIG
Sumber data SIG dapat berupa citra satelit atau data foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi (scanning). Data lain yang juga dapat digunakan adalah peta dasar terdigitasi.
Sedikitnya ada lima metode untuk mendapatkan data digital yang dikenal saat ini :
1. Digitasi dengan digitizer 2. Scanning
3. Peta foto digital
4. Masukan data koordinat secara manual 5. Transfer dari sumber data digital
Metode digitasi dapat dilakukan secara manual dengan alat digitizer atau menggunakan perangkat lunak dengan teknik digitasi on-screen (screen dig). Perangkat lunak yang dapat digunakan untuk digitasi ini antara lain AutoCAD , R2V dan lain-lain. Perangkat keras lain yang dapat digunakan sebagai alat bantu digitasi adalah scanner. Scanner mengubah gambar analog menjadi data digital, untuk selanjutnya diolah dengan SIG.
SIG DENGAN ArcView
ArcView merupakan piranti lunak pengolah data spasial yang mempunyai keunggulan yang dapat dioptimasi oleh para pengguna. Piranti lunak ini dibuat oleh ESRI (Environmental Systems Research Institute, Inc) yang berkantor pusat di Redlands, California USA. ESRI sendiri berdiri sejak tahun 1969, dan merupakan provider SIG yang terkemuka di dunia. Pada tahun 2001, ESRI digunakan oleh 220 negara dan menguasai 35% pasar piranti lunak SIG dunia (rangking kedua diduduku oleh Intergraph yang memegang 13% pasar). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang ESRi silahkan kunjungi situs resmi mereka di www.esri.com.
MEMULAI SIG DENGAN ArcView
Untuk memulai penggunaan piranti lunak ArcView, panggil program ini dari menu start.
4Start
4Program
4ESRI
4ArcViewGIS 3.1
4ArcViewGIS Version 3.1
Setelah langkah di atas dilaksanakan, akan muncul tampilan berikut :
Bila saudara klik pada button OK, maka akan tampil :
Pemilihan pembuatan proyek baru akan membuka ArcView dengan isi proyek kosong. Isi proyek terdiri dari Views, Tables, Charts, Layouts, dan Scripts.
Seluruh isi dari proyek tersebut saling terkait, tetapi masing-masing memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Berikut disajikan fungsi dari masing-masing isi proyek.
View berfungsi untuk mempersiapkan data spasial dari peta yang akan dibuat atau diolah. Dari View, data dapat di-input dengan digitasi atau pengolahan data spasial. View dapat pula menerima image dari berbagai format, disamping itu juga dapat menerima data citra satelit. Selain input data, pada View dapat pula dilakukan modifikasi simbol-simbol yang digunakan untuk tampilan data, dll.
- TABEL (TABLES)
Tabel digunakan untuk menampilkan atribut dari data spasial. Data atribut ini digunakan sebagai dasar analisis dari data spasial tersebut. Dalam table, pengguna dapat memasukkan atribut baru, memilih data berdasarkan kriteria tertentu, membuat ikhtisar, dll.
- GRAFIK (CHARTS)
Grafik merupakan alat penyaji data yang efektif. ArcView memiliki berbagai macam variasi grafik. Masing-masing grafik memiliki sifat atau karakteristik terhadap tipe data yang disajikan. Secara umum dapat dikatakan bahwa Charts berfungsi untuk menampilkan unsur-unsur dari atribut pada table dalam bentuk diagram.
- LAYOUT
Layout merupakan fasilitas yang terdapat dalam ArcView yang berguna untuk mengatur tata letak dan rancangan peta akhir. Dengan demikian pada Layout, pengguna dapat melakukan pekerjaan :
- Membuat presentasi grafis dari peta
- Menampilkan satu atau beberapa tampilan - Memberi judul, menambahkan legenda, dll
- SCRIPTS
Script berfungsi untuk membuat dan menjalankan makro (kode perintah) pada ArcView. Macro yang dibuat pada Script akan dapat memperluas abilitas yang dimiliki oleh ArcView. Program yang dibuat dengan script ini dapat melakukan pekerjaan seperti merubah garis (line) menjadi poligon, mengetahui luasan, dll
PETA PERTAMA
Pada bagian ini, saudara akan dituntun untuk belajar membuat peta Indonesia dengan inset peta dunia.
Langkah 1 : Membuat Proyek Baru Langkah 2 : Membuat Peta Dunia
Langkah 3 : Menentukan Posisi Indonesia Langkah 4 : Membuat Peta Indonesia Langkah 5 : Membuat Layout
Langkah 1 : Membuat Proyek Baru
Silahkan jalankan program ArcView saudara, sampai muncul tampilan berikut :
Setelah tampilan di atas muncul, buatlah View yang baru, akan muncul tampilan View1 seperti tampilan berikut :
Selamat... saudara telah berhasil membuat proyek baru.
Langkah 2 : Membuat Peta Dunia
Tambahkan peta tematik (theme) baru dengan salah satu cara berikut yang saudara anggap paling mudah.
Alt + V A 4View 4Add Theme... 4 Ctrl + T
Pilih beberapa nama file peta tematik, lalu klik OK. Untuk latihan pertama ini, saudara dipersilahkan memilih country, rivers, dan world30 yang terdapat pada folder c:\esri\esridata\world.
Setelah itu, tekan ENTER atau klik OK. Sekarang pada window View terdapat tiga peta tematik, seperti tampilan berikut.
Agar peta tematik yang telah dipilih tadi dapat ditampilkan, klik kotak kecil yang terdapat di depan nama file tematik Country.shp. File ini merupakan sebuah file tematik yang mencakup semua negara di dunia, yang masing-masing ditunjukkan dengan warna yang berbeda.
Untuk mengubah warna tersebut, silahkan buka window Legend Editor
dengan cara klik ganda pada nama theme, akan muncul tampilan berikut :
Secara otomatis ArcView akan menampilkan data berupa warna untuk setiap negara. Ubah tampilan tersebut dengan memilih Single Symbol pada
Untuk mengubah warna yang mewakili seluruh negara, saudara dapat meng-klik ganda pada kotak berwarna, dan akan muncul Window Palette Editor,
Silahkan pilih abu-abu muda untuk Foreground dan putih untuk
Background. Pilih ketebalan 1 untuk Outline dalan Fill palette. Setelah itu klik pada Apply.
Selanjutnya, saudara dipersilahkan untuk mencoba merubah tampilan
World30.shp menjadi berwarna biru muda dengan garis berwarna hitam.
Apa yang terjadi? Ternyata yang terlihat hanya World30.shp saja. Hal ini disebabkan World30.shp tidak transparan sehingga menutupi country.shp
yang berada di bawahnya. Agar country.shp dapat terlihat, saudara harus meletakkannya di atas world30.shp, dengan cara men-drag nama theme
country.shp ke atas nama theme world30.shp.
@ drag adalah klik-tahan pada nama peta tematik dan memindahkan nama theme tersebut ke lokasi baru
Silahkan lakukan hal yang sama pada peta tematik river.shp. Ubah warna garis sungai menjadi biru tua, dan letakkan peta tematik sungai di atas ketua peta tematik terdahulu.
Nama peta tematik yang ada dalam kotak daftar isi bisa jadi kurang jelas karena namanya sama dengan nama file *.shp-nya. Bila ingin, saudara dapat merubah nama tersebut tanpa merubah nama file-nya. Caranya dengan mengaktifkan peta tematik, lalu pilih Properties pada menu Theme.
Ganti tulisan Rivers.shp pada Theme Name, menjadi Sungai Utama Dunia, lalu klik OK. Ganti pula Country.shp menjadi Negara, dan
World30.shp menjadi Dunia.
@ Perlu dipahami bahwa pekerjaan di atas hanya merubah nama yang ada di tampilan View, namun tidak merubah namafile.
Langkah 3 : Menentukan Posisi Indonesia
Cara Memilih dengan Kriteria Tertentu pada Suatu Peta Tematik
Sebelum memulai langkah ini, silahkan buat duplikat dari peta tematik Negara, dengan cara berikut :
- Aktifkan peta tematik Negara, - 4Edit 4Copy Themes
- 4Edit 4Paste
Sekarang saudara telah memiliki duplikat dari peta tematik Negara. Selanjutnya ganti nama peta tematik tersebut menjadi Indonesia, dengan cara berikut :
- Aktifkan peta tematik duplikat, - 4Theme 4Properties
- Klik icon palu pada menu definition, window query builder akan
ditampilkan, selanjutnya lakukan
- 44[Cntry_name] - 4=
- 44Indonesia
Tampilan query builder akan menjadi seperti berikut :
- 4OK
Jika menghendaki agar yang tampil hanya Indonesia, silahkan sembunyikan peta tematik Negara, seperti tampilan berikut :
@ - bila data berbentuk koordinat geografis, pilih decimal degrees
dalam map unit dan meters dalam distance unit.
- bila data berbentuk koordinat UTM, pilih meters dan meters
Langkah 4 : Membuat Peta Indonesia
Pembuatan Peta Utama
Supaya tidak mengganggu pekerjaan sebelumnya, saudara dipersilahkan membuat
View yang baru, kemudian kopi seluruh peta tematik di View1 ke dalam View2. Caranya sebagai berikut :
- Pada View1, pilih seluruh peta tematik.4Edit 4Copy Themes - Melalui window Project pilih a new view.
- 4Paste
Sekarang tampilan peta berubah, sehingga peta tematik Indonesia
memenuhi layar.
Selanjutnya, silahkan menambahkan nama masing-masing Pulau besar di Indonesia dengan bantuan tool Text. Jenis, ukuran dan warna teks tersebut dapat dirubah dengan Pallete Editor.
Untuk latihan selanjutnya, tambahkan informasi populasi penduduk dengan menambahkan peta tematik Cities.shp yang terdapat pada folder yang
Population pada Classification Field. Ubah jenis simbol menjadi lingkaran dengan warna merah garis hitam. Ubah ukuran minimum menjadi 6 dan ukuran maksimum 48.
@ Jangan lupa untuk mengatur map unit dan distance unit pada setiap View.
Langkah 5 : Membuat Layout
Mendesain peta sesuai hasil yang diinginkan
- Buat Layout baru
Untuk mempermudah kerja, ganti View1 menjadi Dunia, dan View2
menjadi Indonesia.
Klik pada salah satu icon ini untuk memasukkan objek ke dalam Layout = View = Legenda = Sekala = Arah Utara = Grafik = Tabel = Gambar
Kerjakan sesuai petunjuk untuk mendapatkan Layout seperti ditampilkan pada ilustrasi berikut :
DIGITASI DATA SPASIAL
Pada bagian ini, saudara akan dituntun untuk meng-input data spasial, yang sering diistilahkan dengan digitasi.
Langkah 1 : Menampilkan peta hasil scan Langkah 2 : Digitasi elemen titik “point”
Langkah 3 : Menambahkan fitur ke dalam atribut Langkah 4 : Digitasi elemen garis “line”
Langkah 5 : Digitasi elemen garis “poligon”
Langkah 1 : Menampilkan Peta Hasil Scan
Buka sebuah proyek baru dalam ArcView dengan sebuah View yang baru juga.
Tambahkan peta tematik ke dalam View dengan perintah Add Themes. Pilih Image Data Source dalam kotak dialog Data Source Types
Pilih file *.TIF yang berisi peta hasil scan yang akan digunakan. File ini harus disimpan bersama file *.TFW dengan nama yang sama dalam sebuah direktori.
@ Untuk me-register raster agar dapat digunakan dalam ArcView, silahkan baca lampiran.
Langkah 2 : Digitasi Elemen Titik
Sekarang, akan dicoba untuk mendigitasi sejumlah kantor dan bangunan di Timur Laut peta.
Pada Menu View, klik New Theme.
Setelah itu akan muncul kotak dialog New Theme, pilih Point.
Berikutnya akan tampil kotak dialog yang menanyakan namafile dimana saudara akan menyimpan hasil digitasi. Untuk latihan ini, silahkan simpan di
C:\Temp\kantor.shp.
Pada bagian paling kanan toolbar muncul tombol bergambar titik. Klik pada peta, titik mana saja yang akan saudara digitasi.
Silahkan digit beberapa titik.
Langkah 3 : Menambahkan Atribut Tabel
Setelah proses digitasi, saudara akan melihat sejumlah titik pada peta, namun sampai saat ini, titik tersebut belum mempunyai informasi apapun. Untuk menambahkan atribut lakukan langkah berikut ini :
Aktifkan Kantor.shp lalu buka Attribut table dengan klik pada icon Open Theme Table.
Seperti dapat dilihat, attribut table masih kosong. Pilih Add Field pada menu Edit.
Buat field baru dengan name KANTOR, type STRING, dan width 50 seperti terlihat pada gambar berikut.
Sekarang masukkan data untuk setiap titik. Karena masih dalam taraf latiha silahkan saja memasukkan data dengan sembarang masukan.
Sekarang, saudara dapat menghentikan pengeditan dengan memilih Stop Editing pada menu Theme. Kemudian Simpanlah hasil kerja saudara.
Untuk menampilkan isi atribut tabel, dapat dilakukan dengan cara berikut :
4Theme
4Auto Label
Masukkan label field adalah KANTOR, OK, secara otomatis informasi dari field KANTOR dalam atribut tabel akan ditampilkan pada masing-masing titik.
Langkah 4 : Digitasi Elemen Garis
Sekarang, akan dicoba untuk mendigitasi sejumlah jalan / sungai di Timur Laut peta. (bila saudara ingin menggunakan peta yang lain silahkan saja). Lakukan pembuatan theme baru dengan cara
4View
4New Theme
Akan tetapi, kali ini pilih feature type-nya adalah line
Sebagaimana sebelumnya, data yang akan dibuat disimpan pada
C:\Temp\Jalan.shp.
Langkah 5 : Digitasi Elemen Poligon
Sekarang, akan dicoba untuk mendigitasi sejumlah jenis lahan di Timur Laut peta. (bila saudara ingin menggunakan peta yang lain silahkan saja).
Lakukan pembuatan theme baru dengan cara
4View
4New Theme
Akan tetapi, kali ini pilih feature type-nya adalah Polygon
Sebagaimana sebelumnya, data yang akan dibuat disimpan pada
C:\Temp\Lahan.shp.
Akan nampak satu peta tematik baru pada bagian teratas daftar isi. Selanjutnya silahkan digit peta saudara.
Selanjutnya silahkan laksanakan contoh dan instruksi yang diberikan, untuk menambah pemahaman saudara.
Pustaka
1. Abidin, H. Z., 2000, Penentuan Posisi dengan GPS dan Penerapannya, Pradnya Paramita, Jakarta
2. Aronoff, S., 1989, Geographic Information Systems : A Management
Perspective, WDL Publications, Ottawa
3. Aziz, T. L., 1992, Sistem Informasi Geografis, ITB, Bandung
4. Burrough, P.A., 1996, Principles of Geographical Information Systems
for Land Resources Assessment, Clarendon Press, Oxford
5. Irwin Febrian dan Nurhakim, 2003, Aplikasi Piranti Lunak Sistem Informasi Geografis Untuk Inventarisasi Sebaran Bahan Galian Di Kota
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Teknik Pertambangan Unlam
6. Kennedy, K. (ed.), 2001, The ESRI Press Dictionary of GIS Terminology, ESRI Inc., Redlands, California
7. Nurhakim, 2001, Estimasi Potensi Batubara Berbasis Sistem Informasi
Geografis, ITB Bandung
8. Nurhakim, 2002, Peranan Teknologi Sistem Informasi Bagi Industri
Pertambangan Di Era Otonomi Daerah, Fakultas Teknik Unlam,
Banjarbaru
9. Nurhakim, 2002, Geographic Information System Spatial Modelling as
An Alternative To Estimate Coal Resources, Research Institute of
Unlam, Banjarmasin.
10. Nurhakim, 2003, Pelatihan Penggunaan Sistem Informasi Geografis pada Intstansi Pemerintah di Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi
Kalimantan Selatan, LPM Unlam, Banjarmasin.
11. Nurhakim, 2004, Mineral Inventories and Map Digitalization as Tools to Help Local Governement to Optimize Land-Use Planning in Kota
Banjarbaru, Research Institute of Unlam, Banjarmasin
12. O’Looney, J., 2000, Beyond Maps : GIS and Decision Making in Local
Government, ESRI Press, Redlands, California
13. Anonimous, 1990, Understanding GIS, ESRI Inc., Redlands, California 14. Anonimous, 1998, ESRI’s Official Website, ESRI Inc., Redlands,
California
15. Anonimous, 1999, Getting To Know ArcView GIS, ESRI Inc., Redlands, California
LAMPIRAN
How images are registered to a map
Images are stored as raster data, where each cell in the image has a row and column number. Shapefiles and ARC/INFO coverages are stored in real-world coordinates. In order to display images with coverages or shapefiles, it is necessary to establish an image-to-world transformation that converts the image coordinates to real-world coordinates. This transformation information is typically stored with the image.
Some image formats, such as ERDAS, IMAGINE, BSQ, BIL, BIP, GeoTIFF, and grids, store the georeferencing information in the header of the image file. ArcView uses this information if it is present. However, other image formats store this information in a separate ASCII file. This file is generally referred to as the world file, since it contains the real-world transformation information used by the image. World files can be created with any editor. They can also be created using ARC/INFO’s REGISTER command.
World file naming conventions
It’s easy to identify the world file which should accompany an image file: world files use the same name as the image, with a "w" appended. For example, the world file for the image file mytown.tiff would be called mytown.tiffw and the world file for redlands.rlc would be redlands.rlcw. For workspaces that must adhere to the 8.3 naming convention, the first and third characters of the image file’s suffix and a final "w" are used for the world file suffix. Therefore, if mytown.tif were in a an 8.3 format workspace, the world file would be mytown.tfw. If redlands.rlc was in an 8.3 format workspace, its world file would be redlands.rcw.
For images that lack an extension, or have an extension that is shorter than three characters, the "w" is added to the end of the file name without altering it. Therefore the world file for the image file terrain would be terrainw; the world file for the image file floorpln.rs would be floorpln.rsw.
How the georeferencing information is accessed
The image-to-world transformation is accessed each time an image is displayed (e.g., when you pan or zoom). The transformation is calculated from one of the following sources, listed in order of priority:
· the world file
· the header file (if the image type supports one)
· from the row/column information of the image (an identity transformation)
Because a world file has higher priority, you can override the header file transformation information by creating your own world file.
World file contents
The contents of the world file will look something like this: 20.17541308822119
0.00000000000000 0.00000000000000
x1 = Ax + By + C y1 = Dx + Ey + F where
x1 = calculated x-coordinate of the pixel on the map y1 = calculated y-coordinate of the pixel on the map x = column number of a pixel in the image
y = row number of a pixel in the image
A = x-scale; dimension of a pixel in map units in x direction B, D = rotation terms
C, F = translation terms; x,y map coordinates of the center of the upper-left pixel E = negative of y-scale; dimension of a pixel in map units in y direction
Note The y-scale (E) is negative because the origins of an image and a geographic coordinate system are different. The origin of an image is located in the upper-left corner, whereas the origin of the map coordinate system is located in the lower-left corner. Row values in the image increase from the origin downward, while y-coordinate values in the map increase from the origin upward.
The transformation parameters are stored in the world file in this order: 20.17541308822119 - A 0.00000000000000 - D 0.00000000000000 - B 20.17541308822119 - E 424178.11472601280548 - C 4313415.90726399607956 - F
Note ArcView does not rotate, or warp, images. If your world file has non-zero rotation terms (D and B parameters), the image may change its position relative to vector data in the same view when you zoom or pan. Use the ARC/INFO RECTIFY command to properly rotate the image.