1 WALIKOTA PAYAKUMBUH
PROVINSI SUMATERA BARAT
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PAYAKUMBUH,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat proses pembangunan daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Payakumbuh, maka salah satu alternatif untuk maksud tersebut dibentuklah Badan Usaha Milik Daerah;
b. bahwa berdasarkan Pasal 331 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pembentukan Badan Usaha Milik Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Kecil Di Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintahan Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 19) ;
2 Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor n47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) ;
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756) ;
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4378) ;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah;
3 Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAYAKUMBUH dan
WALIKOTA PAYAKUMBUH
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Payakumbuh;
2. Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah dan berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan;
3. Perusahaan Umum Daerah yang selajutnya disingkat Perum Daerah adalah BUMD yang seluruh modalnya dimiliki oleh Daerah dan tidak terbagi atas saham.
4. Perusahaan Perseroan Daerah yang selanjutnya disingkat Persero Daerah adalah BUMD yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% (limapuluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Daerah.
5. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang mengikuti ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
6. Kepala Daerah adalah Walikota Payakumbuh sekaligus Wakil Daerah sebagai Pemilik Modal pada Perusahaan Umum Daerah;
7. Pemegang Saham adalah Daerah atau badan yang menyertakan sahamnya dalam BUMD;
8. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat RUPS adalah organ Persero Daerah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Persero Daerah dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada Direksi atau Komisaris
4 10. Dewan Pengawas organ Perum Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Perum Daerah;
11. Komisaris organ Persero Daerah yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan Persero Daerah;
12. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah Kekayaan Daerah yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero Daerah dan/atau Perum Daerah serta perseroan terbatas lainnya;
13. Restrukturisasi adalah upaya yang dilakukan dalam rangka penyehatan BUMD yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki kondisi internal perusahaan guna memperbaiki kinerja dan meningkatkan nilai perusahaan;
14. Privatisasi adalah penjualan saham Persero Daerah, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi Daerah dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat
15. Pihak ketiga adalah instansi dan/atau Badan Usaha dan atau Perseroan yang berada di luar organisasi Pemerintah Daerah, antara lain Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lain, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah Lain, Usaha Koperasi, Usaha swasta Nasional dan/atau usaha swasta asing yang tunduk pada hukum Indonesia;
BAB II
PENDIRIAN DAN BENTUK HUKUM BUMD
Pasal 2
(1) Pendirian BUMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Pendirian BUMD sebagaimana dimaksud ayat (1) didahului dengan Kajian Teknis oleh Perangkat Daerahdan/ atau Pihak Lain dengan memperhatikan kebutuhan daerah dan kelayakan bidang usaha.
Pasal 3
(1)Bentuk Hukum BUMD terdiri atas Perusahaan Perseroan Daerah (Persero Daerah) dan Perusahaan Umum Daerah (Perum Daerah)
5 BAB III
TEMPAT DAN KEDUDUKAN
Pasal 4
(1) BUMD sebagaimana dimaksud Pasal 2 berkantor pusat di Kota Payakumbuh;
(2) Dalam rangka pengembangan usaha, BUMD dapat mendirikan cabang dan/atau anak-anak perusahaan dan/atau perwakilan dalam wilayah Republik Indonesia maupun diluar negeri.
BAB IV
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 5
Maksud pembentukan BUMD adalah untuk membantu mempercepat proses pembangunan daerah dan meningkatkan Pendapatan Daerah.
Pasal 6
(1) Tujuan pembentukan BUMD adalah bertujuan untuk :
a. memberikan manfaat bagi perkembangan perekonomian Daerah pada umumnya;
b. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat sesuai kondisi, karakteristik dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan tata kelola perusahaan yang baik;
c. menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi;
d. turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat; dan
e. memperoleh laba dan/atau keuntungan yang dipergunakan sebesar-besarnya demi kemakmuran daerah.
(2) Pembentukan BUMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada :
a. Kebutuhan Daerah ;dan
6 BAB V
MODAL
Pasal 7
(1)Modal BUMD Kota Payakumbuh merupakan dan berasal dari Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
(2)Penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMD dapat bersumber dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; b. Kapitalisasi Cadangan; dan
c. Sumber lainnya.
(3)Setiap penyertaan modal Daerah dalam rangka pendirian BUMD yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(4)Setiap perubahan penyertaan modal Daerah baik berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan Daerah atas saham Persero Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(5)Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) bagi penambahan penyertaan modal Daerah yang berasal dari kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya ditetapkan dengan Keputusan RUPS untuk Persero Daerah dan Keputusan Walikota untuk Perum Daerah.
BAB VI
PERUSAHAAN UMUM DAERAH
Bagian Kesatu
Anggaran Dasar
Pasal 8
(1) Anggaran Dasar Perum Daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang pendiriannya.
(2) Perubahan anggaran dasar Perum ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (3) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mulai
7 Bagian Kedua
Organ
Pasal 9
Organ Perusahaan Umum Daerah adalah Kepala Daerah, Direksi, dan Dewan Komisaris.
Bagian Ketiga
Kepala Daerah
Pasal 10
(1)Kepala Daerah memberikan persetujuan atas kebijakan pengembangan usaha Perum Daerah yang diusulkan oleh Direksi.
(2) Kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diusulkan oleh Direksi kepada Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.
Pasal 11
Kepala Daerah tidak bertanggung jawab atas segala akibat perbuatan hukum yang dibuat Perum Daerah dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perum Daerah melebihi nilai kekayaan Daerah yang telah dipisahkan ke dalam Perum Daerah, kecuali apabila Kepala Daerah:
a. baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perum Daerah semata-mata untuk kepentingan pribadi; b. terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perum
Daerah; atau
c. langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perum Daerah.
Bagian Keempat
Direksi
Pasal 11
Pengangkatan dan pemberhentian Direksi ditetapkan oleh Kepala Daerah sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
(1) Yang dapat diangkat sebagai anggota Direksi adalah :
8 b. menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan Perseroan dinyatakan pailit;
c. orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
(2) Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggota Direksi diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan Perum Daerah.
(3) Pengangkatan anggota Direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan.
(4) Calon anggota Direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi.
(5) Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(6) Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota Direksi diangkat sebagai direktur utama.
Pasal 13
Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan Keputusan Kepala Daerah dengan menyebutkan alasannya secara patut.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi wajib mencurahkan tenaga, pikiran, dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban, dan pencapaian tujuan
Perum Daerah.
Pasal 15
Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMN, BUMD, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan;
b. jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan daerah; dan/atau
9 Bagian Kelima
Dewan Pengawas
Pasal 16
Pengangkatan dan pemberhentian anggota Dewan Pengawas ditetapkan oleh Kepala Daerah sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 17
(1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau Perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara.
(2) Selain kriteria sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anggota Dewan Pengawas diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Perum tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
(3) Komposisi Dewan Pengawas harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak secara independen.
(4) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(5) Dalam hal Dewan Pengawas terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota Dewan Pengawas diangkat sebagai ketua Dewan Pengawas.
(6) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu pendirian.
Pasal 18
10 Pasal 19
Anggota Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMN, BUMD, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; dan/atau b. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VII
PERUSAHAAN PERSEROAN DAERAH
Pasal 20
Terhadap Persero Daerah berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Bagian Kesatu
Organ
Pasal 21
Organ Persero adalah RUPS, Direksi, dan Komisaris.
Bagian Kedua
Rapat Umum Pemegang Saham
Pasal 22
RUPS terdiri atas RUPS Tahunan dan RUPS Luar Biasa
Pasal 23
(1) Kepala Daerah bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero
Daerah dimiliki oleh Daerah dan bertindak selaku pemegang saham pada Persero Daerah dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh Daerah.
(2) Kepala Daerah dapat memberikan kuasa dengan hak substitusi kepada perorangan atau badan hukum untuk mewakilinya dalam RUPS.
(3) Pihak yang menerima kuasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Kepala Daerah untuk mengambil keputusan dalam RUPS mengenai :
11 d. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pemisahan, serta
pembubaran Persero Daerah;
e. investasi dan pembiayaan jangka panjang; f. kerja sama Persero Daerah;
g. pembentukan anak perusahaan atau penyertaan; h. pengalihan aktiva.
Bagian Ketiga
Direksi
Pasal 24
Pengangkatan dan pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS.
Pasal 25
(1) Anggota Direksi diangkat berdasarkan pertimbangan keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, serta dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan Persero.
(2) Pengangkatan anggota Direksi dilakukan melalui mekanisme uji kelayakan dan kepatutan.
(3) Calon anggota Direksi yang telah dinyatakan lulus uji kelayakan dan kepatutan wajib menandatangani kontrak manajemen sebelum ditetapkan pengangkatannya sebagai anggota Direksi.
(4) Masa jabatan anggota Direksi ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(5) Dalam hal Direksi terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota Direksi diangkat sebagai direktur utama.
Pasal 26
Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
Pasal 27
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota Direksi wajib mencurahkan tenaga, pikiran dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban, dan pencapaian tujuan Persero.
Pasal 28
Dengan memperhatikan sifat khusus masing-masing Persero, Direksi dapat mengangkat seorang sekretaris perusahaan.
12 Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMN, BUMD, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan;
b. jabatan struktural dan fungsional lainnya pada instansi/lembaga pemerintah pusat dan daerah; dan/atau
c. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Komisaris
Pasal 30
(1) Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris dilakukan oleh RUPS.
(2) Dalam hal Menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan pemberhentian Komisaris ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 31
(1) Anggota Komisaris diangkat berdasarkan pertimbangan integritas, dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha Persero Daerah tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
(2) Komposisi Komisaris harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak secara independen.
(3) Masa jabatan anggota Komisaris ditetapkan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(4) Dalam hal Komisaris terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang anggota Komisaris diangkat sebagai komisaris utama.
(5) Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu pendirian.
Pasal 32
Anggota Komisaris sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
13 Komisaris bertugas mengawasi Direksi dalam menjalankan kepengurusan Persero serta memberikan nasihat kepada Direksi.
Pasal 34
Anggota Komisaris dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
a. anggota Direksi pada BUMN, BUMD, badan usaha milik swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan; dan/atau b. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB VIII
PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PENGAMBILALIHAN,
DAN PEMBUBARAN BUMN
Pasal 35
Penggabungan atau peleburan suatu BUMD dapat dilakukan dengan BUMD lain yang telah ada.
Pasal 36
Suatu BUMD dapat mengambil alih BUMD dan/atau perseroan terbatas lainnya.
Pasal 37
Pembubaran BUMD diatur dengan Peraturan Daerah tentang Pendirian masing-masing BUMD.
Pasal 38
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pembubaran BUMD, diatur dalam Anggaran Dasar Persero Daerah atau Peraturan Daerah tentang Pendirian Perum Daerah.
BAB IX
SATUAN PENGAWASAN INTERN,
KOMITE AUDIT, DAN KOMITE LAIN
Bagian Kesatu
Satuan Pengawasan Intern
14 (1) Pada setiap BUMD dibentuk satuan pengawasan intern yang merupakan
aparat pengawas intern perusahaan.
(2) Satuan pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada direktur utama.
Pasal 40
Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil pemeriksaan yang dibuat oleh satuan pengawasan intern.
Bagian Kedua
Komite Audit dan Komite Lain
Pasal 41
(1) Komisaris dan Dewan Pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris dan Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya.
(2) Komite audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada Komisaris atau Dewan Pengawas. (3) Selain komite audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Komisaris atau
Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh Menteri.
BAB X
PEMERIKSAAN EKSTERNAL
Pasal 42
(1) Pemeriksaan laporan keuangan perusahaan dilakukan oleh auditor eksternal yang ditetapkan oleh RUPS untuk Persero Daerah dan oleh Kepala Daerah untuk Perum Daerah.
(2) Jika diperlukan Kepala Daerah pada Perum dan RUPS pada Persero Daerah dapat meminta bantuan Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap BUMD.
BAB XI
RESTRUKTURISASI DAN PRIVATISASI
Bagian Kesatu
Restruturisasi
15 Restrukturisasi dilakukan untuk menyehatkan BUMD agar dapat beroperasi secara efisien, transparan, dan profesional.
Pasal 44
Restrukturisasi meliputi :
a. restrukturisasi sektoral yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebijakan sektor dan/atau ketentuan peraturan perundang-undangan; b. restrukturisasi perusahaan/korporasi yang meliputi :
1) peningkatan intensitas persaingan usaha, terutama di sektor-sektor yang terdapat monopoli, baik yang diregulasi maupun monopoli alamiah;
2) penataan hubungan fungsional antara pemerintah selaku regulator dan BUMD selaku badan usaha, termasuk di dalamnya penerapan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan menetapkan arah dalam rangka pelaksanaan kewajiban pelayanan publik.
3) restrukturisasi internal yang mencakup keuangan, organisasi/ manajemen, operasional, sistem, dan prosedur
Bagian Kedua
Privatisasi
Pasal 45
Untuk melaksanakan Privatisasi Pemerintah Daerah membentuk Komite Privatisasi yang diketuai oleh Kepala Daerah.
Pasal 46
Privatisasi dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan nilai tambah
perusahaan serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemilikan saham Persero Daerah.
Pasal 47
Privatisasi dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip kehati-hatian transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran.
BAB XII
TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN
16 (1) Setiap BUMD wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
(2) Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan kewajiban BUMD yang dianggarkan dan diperhitungan sebagai biaya BUMD yang pelasaknaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
BAB XIII
PRINSIP PENGELOLAAN
Pasal 49
Dalam pengelolaan kegiatan usaha, Perseroan wajib melaksanakan prinsip : a. Peningkatan kinerja dan produktivitas usaha perseroan;
b. Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yang meliputi :
1.Transparansi 2.Akuntabilitas 3. Rensponsibilitas 4.Kemandirian 5.Keadilan
c. Peningkatan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian usaha perseroan.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 50
Dalam waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini di undangkan, seluruh BUMD yang ada wajib untuk menyesuaikannya dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.
Pasal 51
17 Pasal 52
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, diatur lebih lanjut oleh Peraturan Daerah tentang Pendirian BUMD dalam bentuk Perum Daerah dan Anggaran Dasar Perseroan Daerah.
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 53
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh.
Ditetapkan di Payakumbuh pada tanggal 29 Mei 2015
WALIKOTA PAYAKUMBUH,
dto RIZA FALEPI Diundangkan di Payakumbuh
pada tanggal 29 Mei 2015
SEKRETARIS DAERAH KOTA PAYAKUMBUH,
dto BENNI WARLIS
BERITA DAERAH KOTA PAYAKUMBUH TAHUN 2015 NOMOR 3
18 PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 3 TAHUN 2015
TENTANG
PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH
I. UMUM
Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggungjawab dimana Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan mengelola potensi yang ada untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Payakumbuh berupaya meningkatkan pendapatan asli daerah dengan mencari sumber-sumber pendapatan baru. Sumber-sumber pendapatan asli daerah tersebut bisa berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yaitu dengan pendirian Badan Usaha Milik Daerah. Untuk mewujudkan penerimaan pendapatan asli daerah Kota Payakumbuh melalui hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan maka dilakukan dengan membentuk BUMD Kota Payakumbuh. Hal tersebut juga telah tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Payakumbuh 2013 -2017.
Pembentukan BUMD Kota Payakumbuh diharapkan ikut berperan dalam mengahsilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kota Payakumbuh. Oleh karena itu, BUMD Kota Payakumbuh bergerak dibeberapa bidang yang memiliki potensi besar untuk di kelola dan dikembangkan sehingga dapat memacu usaha-usaha ekonomi lainnya di Kota Payakumbuh bukan untuk mematikan usaha-usaha ekonomi yang telah dikelola oleh masyarakat.
Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaan BUMD ini, perlu menumbuhkan budaya profesionalisme antara lain melalui pembinaan dan pengawasan serta menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
II.PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
19 Pasal 3
Ayat (1)
Perum Daerah adalah BUMD yang penyelenggaraan usahanya bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang terjangkau berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Perseroan Daerah merupakan BUMD penyelenggaraannya ditujukan untuk menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat serta untuk mengejar keuntungan.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup Jelas Pasal 6
Cukup jelas Pasal 7
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Daerah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk dijadikan penyertaan modal Daerah pada BUMD untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.
Ayat (2) Huruf a
Termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang dikelola oleh BUMD dan/atau piutang Daerah pada BUMD yang dijadikan sebagai penyertaan modal Daerah.
Huruf b
Yang dimaksud dengan kapitalisasi cadangan adalah penambahan modal disetor yang berasal dari cadangan Perusahaan.
Huruf c
20 Pasal 8
Ayat (1)
Peraturan Daerah tentang Pendirian Perum Daerah, selain menetapkan pendirian Perum Daerah, juga sekaligus menetapkan keputusan untuk melakukan penyertaan modal negara ke dalam Perum Daerah dan Anggaran Dasar Perum Daerah
Ayat (2)
Setiap perubahan Anggaran Dasar Perum Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Ayat (3):
Cukup Jelas Pasal 9
Kepala Daerah adalah organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam Perum Daerah yang mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada Direksidan/ atau Dewan Pengawas dalam batas yang ditentukan dalam Peraturan Daerah ini dan/atau Peraturan Daerah tentang Pendiriannya.
Pasal 10 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 11
Cukup jelas Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Ayat (6)
21 Pasal 13
Direksi dapat melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal Kepala Daerah memberhentikan Direksi tidak sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 14
Cukup jelas Pasal 15
Cukup jelas Pasal 16
Cukup jelas Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Ayat (6)
Cukup jelas Pasal 18
Dewan Pengawas dapat melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal Kepala Daerah memberhentikan Dewan Pengawas tidak sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 19
Cukup jelas Pasal 21
Cukup jelas Pasal 22
Cukup jelas Pasal 23
22 Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 24
Cukup jelas Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 26
Direksi dapat melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal RUPS memberhentikan Direksi tidak sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 27 Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 28
23 Direksi dapat melakukan upaya hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal RUPS memberhentikan Direksi tidak sesuai dengan mekanisme dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 30 Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Ayat (4)
Cukup jelas Ayat (5)
Cukup jelas Pasal 32
Cukup jelas Pasal 33
Cukup jelas Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas Pasal 36
Cukup jelas Pasal 37
Cukup jelas Pasal 38
Cukup jelas Pasal 39
Ayat (1)
24 Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Ayat (3)
Cukup jelas Pasal 42
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Walaupun Keuangan Daerah merupakan bagian dari Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan tidak dapat melakukan pemeriksaan sepanjang tidak dimintakan oleh Kepala Daerah pada Perum atau RUPS pada Perseroan Daerah. Hal ini dilakukan mengingat BUMD merupakan suatu badan hukum yang mandiri yang mana kekayaan BUMD terpisah dari kekayaan Pemilik dan/ atau Pengurusnya.
Pasal 43
Cukup jelas Pasal 44
Cukup jelas Pasal 45
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas Pasal 47
Cukup jelas Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas Ayat (2)
Cukup jelas Pasal 49
Huruf a
25 Huruf b
Yang dimaksud dengan good corporate governance adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perseroan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan, kewenangan perseroan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para pemilik kepentingan (shareholders) dan para pemangku kepentingan (stakeholders) pada umumnya.
Angka 1
Yang dimaksud dengan transparansi adalah keterbukaan informasi, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perseroan. Angka 2
Yang dimaksud dengan akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perseroan, sehingga pengelolaan perseroan terlaksana secara efektif.
Angka 3
Yang dimaksud dengan responsibilitas adalah keseuaian dan kepatuhan di dalam pengelolaan perseroan terhadap prinsip korporasi yang sehat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Angka 4
Yang dimaksud dengan kemandirian adalah suatu keadaan dimana perseroan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
Angka 5
Yang dimaksud dengan keadilan adalah perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak para pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Huruf c Pasal 50
Cukup jelas Pasal 51
Cukup jelas Pasal 52
26 Cukup jelas