DAMPAK PERKEMBANGAN OPERATOR PENERBANGAN BARU TERHADAP EXISTENSI PT. GARUDA INDONESIA DISTRICT SURAKARTA
Oleh
Sunyoto dan Joko Suyanto
(Dosen tetap pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta)
ABSTRAK
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perkembangan operator-operator penerbangan baru yang ada di Surakarta terhadap existensi (operasional) PT. Garuda Indonesia district Surakarta. Penelitian ini dilakukan di PT. Garuda Indonesia Cabang Surakarta, Riyadi Palace Hotel Jl. Slamet Riyadi No. 224 Solo, disamping itu juga dilakukan di PT. Gapura Angkasa Bandara Internasional Adisumarmo Solo. Persaingan antar operator tidak mungkin bisa dihindari lagi atau bahkan diremehkan keberadaaanya, apalagi dengan masuknya penerbangan dengan konsep LCC (Low Cost Carrier) di Solo sejak awal 2004 lalu. Munculnya konsep LCC tersebut pada dasarnya memang memberikan dampak yang cukup konkrit bagi operator penerbangan kawakan seperti Garuda Indonesia. Hal ini terbukti pada awal 2004 Garuda Indonesia mengalami penurunan jumlah penumpang hingga 20 % selama tiga bulan berturut-turut. Timbulnya dampak akibat persaingan sengit dari competitor, memaksa manajemen Garuda Indonesia untuk bergerak cepat menanggapi permasalahan tersebut. Sehingga pada akhirnya manajemen Garuda Indonesia mengeluarkan kebijakan untuk memberikan variasi harga pada konsumen (Sub Classes Harga). Disamping kebijakan Sub Classes Harga, Garuda Indonesia juga memperhatikan kualitas pelayanan kepada konsumen.
Kata kunci: dampak, operator, existensi
PENDAHULUAN
Sejak dahulu kala transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat. Namun alat transportasi yang digunakan pada masa itu bukan seperti alat transportasi sekarang ini. Sebelum tahun 1800 alat pengangkutan yang digunakan adalah dengan tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam. Pengangkutan barang-barang hanya dalam jumlah kecil serta waktu yang ditempuh cukup lama sekali.
Antara tahun 1800 – 1860 transportasi sudah mulai berkembang dengan dimanfaatkannya sumber tenaga mekanis seperti kapal uap, kereta api, yang banyak digunakan dalam dunia
maupun barang. Kebutuhan transportasi udara yang berkembang pesat sekarang ini, merupakan peluang yang sangat menjanjikan bagi sebuah perusahaan penerbangan untuk meraih keuntungan bisnis tersebut, tentu semua itu harus diimbangi dengan jasa pelayanan yang baik.
PT. Garuda Indonesia merupakan salah satu maskapai penerbangan milik pemerintah Republik Indonesia yang ikut serta menyediakan sarana transportasi udara di wilayah Indonesia. Garuda Indonesia Airways (GIA, 1949) memiliki rute penerbangan yang cukup banyak dan hampir tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia. Jaringan-jaringan tersebut membuka akses kepada daerah tujuan wisata dan pusat-pusat bisnis di seluruh Nusantara. Selain rute domestik, Garuda Indonesia juga menyediakan/ memiliki rute internasional yang cukup banyak pula. Selain itu, PT. Garuda Indonesia juga memberikan berbagai pelayanan yang sangat memadai. Baik untuk kelas menengah ke atas (middle – up class) maupun untuk kategori kelas menengah ke bawah (middle – down class).
Pada hakikatnya setiap
perusahaan mengenal 3 unsur keunggulan daya saing, yaitu:
a.Keunggulan sumber, yaitu
keterampilan sumber daya serta dana. b.Keunggulan posisional, yaitu nilai bagi
pelanggan/ konsumen dan biaya yang lebih rendah.
c.Keunggulan kinerja, yaitu kepuasan dan kesetiaan atau loyalitas pelanggan/ konsumen, pangsa pasar, kemampuan berlaba.
Perkembangan dan peningkatan
jasa pelayanan perusahaan
penerbangan dari tahun ke tahun semakin menjadi perhatian masyarakat. Hal ini, dapat dilihat dari ketatnya
persaingan kualitas pelayanan, harga, promosi di antara sekian banyaknya operator/ perusahaan penerbangan.
Sejak dibukanya Bandara Adisumarmo yang kini telah berubah
statusnya sebagai Bandara
Internasional, Garuda Indonesia telah berpartisipasi mengisi jalur transportasi udara di Surakarta. Bahkan bisa dikatakan bahwa PT. Garuda Indonesia mendominasi penerbangan saat itu, meskipun ada juga kompetitor yang ikut meramaikan jalur penerbangan di kota tersebut. Peran pesawat terbang sebagai sarana transportasi menjadi sangat penting bagi dunia, yang secara langsung mendukung pariwisata dan bisnis internasional. Sejalan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang ada, saat ini Surakarta sudah dipenuhi dengan munculnya operator-operator penerbangan baru, baik itu operator domestik maupun operator asing. Beberapa maskapai penerbangan yang berada di pasar penerbangan Surakarta antara lain: Air Asia (Kuala Lumpur), Garuda Indonesia (Jakarta), Lion Air (Jakarta), Silk Air (Singapore), Sriwijaya Air (Jakarta).
Dari data tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebagai kota kecil, Solo sudah terkesan padat dengan jumlah penerbangan tersebut. Mengacu pada jumlah provider jasa penerbangan yang ada di atas, tentunya hal ini menimbulkan terjadinya persaingan antar operator penerbangan itu sendiri baik itu persaingan secara sehat ataupun persaingan yang tidak sehat. Sehingga mau tidak mau setiap operator harus bekeja ekstra keras untuk tetap dapat bertahan dan exist dalam usaha jasa transportasi udara.
penerbangan yang berkelas, namun mengingat kondisi persaingan pasar yang sedemikian ketatnya, PT. Garuda Indonesia juga harus tetap bekerja keras baik untuk mendapatkan pelanggan baru maupun untuk mempertahankan loyalitas pelanggan yang sudah ada.
TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata dan Kepariwisataan
Pariwisata dalam arti modern adalah gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta, dan pada
khususnya disebabkan oleh
bertambahnya pergaulan berbagai bahasa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan
serta penyempurna alat-alat
pengangkutan (Nyoman S. Pendit, 1999; 38).
Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari satu tempat ke tempat yang lain. Sedangkan fungsi angkutan udara adalah penyediaan jasa angkutan udara serta meningkatkan pelayanan, peningkatan armada/ pesawat udara serta keselamatan penumpang selaku pemakai jasa, dan pengembangan jasa-jasa angkutan udara atas dasar pertumbuhan ekonomi (rate of growth), (Abbas Salim, 2000; 45).
Airlines adalah suatu perusahaan atau maskapai penerbangan yang bergerak di bidang pelayanan cargo dan juga penjualan tiket. Penjualan ini dilakukan secara langsung kepada konsumen tanpa perantara sperti travel agent atau biro-biro perjalanan yang lain. (RS. Damardjati, 2000, 59). Strategi
meningkatkan kualitas jasa dapat dilakukan dengan delapan langkah, yaitu identifikasi determinan utama kualitas jasa, mengelola harapan pelanggan, mengelola bukti kualitas jasa, mendidik pelanggan, mengembangkan budaya kualitas, menciptakan automating quality,
menindaklanjuti jasa dan
mengembangkan system informasi kualitas jasa. (M.N. Nasution, 2004; 71).
Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa/ provider merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar atau sebagai strategi untuk terus tumbuh. Sedangkan kualitas pelayanan adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka
meraih keunggulan yang
berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus tumbuh. Keunggulan suatu produk jasa adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh jasa tersebut, apakah sudah sesuai dengan harapan dan keinginan pelanggan/ penumpang. (M.N. Nasution, 2004; 66)
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
itu juga dilakukan di pusat mobilitas penumpang/ pelanggan, yaitu di Bandara Internasional Adisumarmo Solo.
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tesebut, sehingga ditemukan kejadian relative, distribusi dan hubungan antar variable sosiologis maupun psikologis. (M.N. Nasution: Kerlinger; 1996) Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah survey sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengetahui dan menguraikan sifat-sifat dari suatu keadaan. Data yang diperoleh berdasarkan atas perumusan masalah.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti yang berupa jawaban terhadap pertanyaan dalam wawancara ataupun kuesioner. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain berkaitan dengan permasalahan penelitian tersebut. Yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh komponen dalam perusahaan jasa penerbangan dari PT. Garuda Indonesia dan PT. Air Asia dan Surakarta sebagai salah satu competitor. Populasi tersebut terdiri dari 5 (lima) staf Garuda Indonesia dan 3 (tiga) staf Gapura Angkasa.
Kualitas data akan ditentukan oleh akurabilitas, reliabilitas, validitas, dan variabilitasnya. Secara umum tujuan pengumpulan data adalah memperoleh fakta yang diperlukan guna mencapai tujuan penelitian yang telah dirumuskan.
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, dilakukan metode observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan, serta wawancara. Ada
beberapa faktor yang akan
mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara dan situasi wawancara.
Teknik Analisis
Dalam menganalisis data penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu untuk menjawab
perumusan masalah mengenai
bagaimana kondisi PT. Garuda Indonesia terkait dengan merebaknya operator penerbangan baru yang menjamur di pasar penerbangan Surakarta saat ini dan strategi apa yang
digunakan dalam menghadapi
persaingan dari operator penerbangan lain.
PERKEMBANGAN OPERATOR PENERBANGAN BARU
Perkembangan teknologi dan industri jasa saat ini banyak
menimbulkan berbagai segi
permasalahan, baik itu permasalahan intern maupun permasalahan extern dari suatu institusi. Sejalan dengan semakin berkembangnya kedua hal tersebut, dunia transportasi pun juga mendapat impact. Namun dalam pembahasan kali ini dikhususnya pada dunia jasa transportasi udara.
mengungkapkan bahwa moda transportasi ini merupakan moda paling cepat dan sangat efisisen.
Beranjak dari mulai merebaknya operator penerbangan yang memenuhi pasar penerbangan solo saat ini, maka sebagai operator penerbangan yang sudah lama berkecimpung di dunia usaha jasa transportasi udara, khususnya untuk wilayah Solo seperti Lion Air, Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia tentunya mendapatkan dampak dari hal tersebut. Dari ketiga operator atau perusahaan penerbangan tersebut, peneliti akan membahas tentang bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh menjamurnya operator penerbangan baru seperti Air Asia di Solo terhadap existensi ataupun operasional perusahaan PT. Garuda Indonesia sekarang.
Bandara Adisumarmo Solo saat ini
memiliki beberapa maskapai
penerbangan yang sampai pada saat ini ikut serta meramaikan jalur transportasi udara di Surakarta. Di bawah adalah
beberapa Profile Perusahaan
Penerbangan yang ada di Surakarta.
Air Asia
Air Asia adalah sebuah maskapai penerbangan bertarif murah yang berpusat di Bandara Internasional Kuala Lumpur. Awalnya Air Asia dimiliki oleh DRB-HICOM milik Pemerintah Malaysia, namun maskapai ini memiliki beban yang berat dan akhirnya dibeli oleh mantan eksekutif Time Warner, Tony Fernandes, dengan harga simbolik 1 Ringgit pada 2 Desember 2001. Tony melakukan turnaround dan Air Asia berhasil membukukan laba pada 2002 dengan berbagai rute baru dan harga promosi serendah 10 RM bersaing dengan Malaysia Airlines. Pada 2003, dibukalah pangkalan kedua di Bandara Senai, Johor Bahru dekat Singapura dan Air
Asia melakukan penerbangan
internasionalnya ke Thailand.
Sejak itu, dibukalah Thai Air Asia dan dilakukanlah berbagai penambahan rute seperti ke Singapura dan Indonesia. Penerbangan ke Makau dimulai pada Juni 2004 sedangkan penerbangan ke Manila dan Xiamen dimulai pada April 2005. Rute lain yang akan dibuka adalah ke Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Laos.
Tabel 1. Company Profile Air Asia
AirAsia
Didirikan 1993
Pangkalan Bandara Internasional Kuala Lumpur
Kota fokus / hub sekunder
Bandara Internasional Suvarnabhumi Bandara Internasional Soekarno-Hatta Bandara Internasional Kota Kinabalu
Bandara Internasional Kuching Bandara Internasional Senai
Jumlah armada 51
Tujuan 48
Markas Kuala Lumpur
Lion Air
Perjalanan panjang yang telah ditempuh Lion Air berawal dari penerbangan domestik yang kecil. Setelah 13 tahun pengalaman di bisnis wisata yang ditandai dengan kesuksesan biro perjalanan Lion Tours, kakak-beradik Kusnan dan Rusdi Kirana bertekad menjadikan impian mereka untuk memiliki usaha penerbangan menjadi kenyataan. Dibekali ambisi yang tinggi dan modal awal 10 juta dolar Amerika Serikat, Lion Air secara hukum didirikan pada bulan Oktober tahun 1999. Namun pengoperasian baru berjalan di mulai pada tanggal 30 Juni tahun 2000. Saat ini, Rusdi Kirana sebagai salah satu pemilik Lion Air memegang jabatan sebagai Presiden dan juga Direktur. Hingga pertengahan 2005, bersama dengan penerbangan internasional lainnya, Lion Air menempati Terminal
Dua Bandara Sukarno-Hatta, sedangkan perusahaan penerbangan lokal atau penerbangan domestik menempati Terminal Satu. Faktor tersebut, selain mampu memberikan para penumpang kemudahan penerbangan sambungan ke Indonesia atau dari Indonesia ke tujuan internasional lainnya, juga memberikan keuntungan lebih dari segi prestise. Tetapi kemudian Lion Air dipindahkan ke Terminal Satu, hingga saat ini. Pada 2005, Lion Air memiliki 24 pesawat penerbangan yang terdiri dari 19 seri MD80 dan lima pesawat DHC-8-301. Untuk memenuhi layanan yang rendah biaya, Armada Lion Air di dominasi oleh MD80 karena efisiensi dan
kenyamanannya. Dalam upaya
meremajakan armadanya, Lion Air telah memesan 60 Boeing 737-900ER yang akan diantar bertahap dari 2007 hingga 2010.
Tabel 2. Company Profile Lion Air
Situs web:www.airasia.com
Lion Air
IATA JT
ICAO LNI
Kode panggil Indonesia
Silk Air
Silk Air adalah anak perusahaan dari Singapore Airlines dan merupakan maskapai penerbangan yang berbasis di Singapura. Silk Air terbang dari Singapura ke tujuan-tujuan "eksotis" di Asia Tenggara, India dan Tiongkok.Silk Air bermula sebagai perusahaan penerbangan charter regional dengan nama Tradewinds Charters pada tahun 1976, menggunakan pesawat-pesawat yang sebagian besar disewa dari Singapore Airlines.
Jasa penerbangan berjadwal mulai diperkenalkan saat mereka mulai menyewa pesawat jenis McDonnell Douglas MD-87. Sebuah perubahan strategi pemasaran yang besar yang dilakukan pada tahun 1991 mengubah namanya menjadi seperti yang digunakan sekarang ini, dan mengikuti penggunaan 6 pesawat Boeing 737-300 baru yang diawali setahun sebelumnya. Pada pertengahan 1990-an, Silk Air mulai menggunakan Airbus A310-200.
Tabel 3.Company Profile Silk Air
Pangkalan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta
Kota fokus / hub sekunder -
Program frequent flyer -
Lounge Lion Air Lounge
Aliansi Wings Air
Jumlah armada 24
Tujuan 30
Markas Jakarta, Indonesia
Tokoh penting Rusdi Kirana, Direktur
Situs web:www.lionair.co.id
Silkair
IATA
MI
ICAO
SLK
Kode panggil
1.
Sriwijaya Air
Sriwijaya Air adalah sebuah maskapai penerbangan di Indonesia. Sriwijaya Air mengoperasikan antara lain 13 buah Boeing 737-200. Sriwijaya Air memiliki kode IATA SJ dan kode ICAO:
SJY, serta tanda panggil (callsign) "Sriwijaya".
Dari hasil penelitian yang dilakukan, direct route penerbangan dari bandara Internasional Adisumarmo Solo dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: 1) Route Internasional
Dalam route ini, destinasi yang dituju adalah Malaysia dan Singapura. Penerbangan dari Solo ke Singapura dilayani secara langsung oleh provider jasa penerbangan dari Singapura sendiri yaitu Silk Air dan untuk tujuan Malaysia di layani oleh Air Asia.
2) Route Domestik
Route domestik yang ditempuh adalah untuk tujuan ke Jakarta, meskipun di sisi lain setiap penerbangan juga memberikan pelayanan untuk Connecting Flight nya.
Berdasarkan pada konsep yang digunakan, Adisumarmo memiliki 2 macam jenis penerbangan, yaitu penerbangan yang berkonsep Low Cost Carrier, yaitu Sriwijaya Air, Lion Air, serta Air Asia, dan penerbangan biasa/ Reguler (Non LCC), yaitu Garuda Indonesia dan Silk Air.
Disamping perbedaan atas jenis konsep penerbangan yang diterapkan oleh masing-masing airline, maka dapat dikelompokkan pula jenis penerbangan berdasarkan pada route penerbangan yang ditempuh, yaitu penerbangan domestik dan penerbangan internasional. Didirikan 1989 (dengan nama Tradewinds)
Pangkalan Singapore Changi Airport
Program frequent flyer KrisFlyer
Lounge Silver Kris Lounge
Jumlah armada
Tujuan
Perusahaan induk Singapore Airlines Limited
Markas Singapore
Tokoh penting Mike Barclay (CEO)
Sebagai penerbangan kebanggan bangsa, Garuda Indonesia selalu memperbaiki kualitas pelayanan yang diberikan kepada seluruh konsumennya sebagai bukti kesungguhan dalam melayani. Hal ini terbukti dengan diterapkannya Garuda Frequenty Flyer (GFF). GFF adalah sebuah program layanan yang dirancang khusus bagi para konsumen/ pelanggan Garuda Indonesia yang menginginkan nilai tambah dari setiap kali penerbangan. Garuda Frequent Flyer tersebut merupakan salah satu program yang dirancang khusus oleh PT. Garuda Indonesia untuk pelanggan tetap Garuda Indonesia. Program ini berlaku untuk seluruh jaringan penerbangan, baik
domestik maupun beberapa
penerbangan internasional.
Dalam keanggotaan Garuda Frequent Flyer terdapat beberapa tingkat/ jenis keanggotaan, yaitu:
1. Kartu Anggota Blue.
Tingkatan pertama dalam Garuda Frequent Flyer adalah Blue. Sejak pelanggan selesai mengisi formulir pendaftaran, pelanggan sudah bisa mendapatkan milleage untuk penerbangan gratis, setiap pelanggan terbang bersama Garuda Indonesia. Kartu anggota Blue yang permanen dengan data pribadi dan buku panduan keanggotaan akan segera dikirimkan kepada anggota baru GFF setelah milleage penerbangan dikreditkan ke rekening pelanggan menyusul penerbanngan pertama.
2. Kartu Anggota Silver
Kartu keanggotaan jenis Silver ini adalah untuk para pemula yang ingin bergabung sebagai anggota GFF. Untuk mendapatkan kartu ini, pelanggan diharuskan telah memperoleh milleage 5.000 miles
dalam satu tahun atau melakukan 10 kali penerbangan (sekali jalan) dengan Garuda Indonesia dalam satu tahun. Keanggotaan akan direview setiap tahun tergantung jumlah perjalanan yang dilakukan, dan dapat diturunkan bila tidak mencukupi jumlah yang talah disyaratkan.
3. Kartu Anggota Gold.
Kartu keanggotaan jenis ini hanya diberikan bagi pemegang kartu Silver yang telah mempunyai akumulasi Flight Milleage sebesar 24.000 Mileage atau memiliki frekuensi terbang sebanyak 40 kali dalam satu tahun periode keanggotaan atau kurang.
4. Kartu Anggota Platinum.
Keanggotaan kelas Platinum merupakan keanggotaan dengan kelas tertinggi. Untuk dapat menjadi anggota Platinum, minimal harus sudah memiliki frekuensi terbang sebanyak 75 kali penerbangan atau memiliki akumulasi Flight Milleage sebesar 55000 mileage dalam satu tahun periode keanggotaan atau kurang.
Disamping adanya GFF, Garuda Indonesia juga memiliki program layanan/ produk unggulan lainnya yang tidak kalah kelebihannya dengan keanggotaan GFF untuk memanjakan
seluruh konsumennya. Jenis
kepuasan pelanggan antara Garuda Indonesia, Citibank dan Mastercard.
Dengan adanya produk baru yang dikeluarkan oleh Garuda Indonesia
“Garuda Indonesia Citibank Card” ini, diharapkan akan dapat memberikan pelayanan yang lebih bagi para pelanggan loyal Garuda Indonesia. Disamping itu, Garuda Indonesia
Citibank Card ini juga dapat memanjakan pelanggan, karena dengan memiliki Garuda Indonesia Citibank Card
pelanggan akan memperoleh
kemudahan-kemudahan dan prioritas utama dalam penerbangan Garuda Indonesia.
Tabel 4Klasifikasi Armada Untuk Penerbangan dari Bandara Internasional Adisumarmo Solo
No Airline Name Airline Code
Airline Series Capacity Age of Airline
1 Garuda Indonesia GIA
B737-300 110 Seat
(16 Bisnis)&(94 Ekonomi) 10 Tahun B737-400 133 seat
(16 Bisnis)&(117 Ekonomi)
B737-500 96 Seat
(12 Bisnis)&(84 Ekonomi)
2 Sriwijaya Air SJ B737-200 126 Seat
(All Economi Class)
24, 6 Tahun
4 Lion Air JT
B737-400 157 Seat
(8 Bisnis)&(149 Ekonomi) 17,2 Tahun
MD-82 164 Seat (All Economi Class)
5 Air Asia AK AB-320 180 Seat
(All Economi Class)
19,4 Tahun
6 Silk Air
AB-320 142 Seat
(16 Bisnis)&(126 Ekonomi) 17 Tahun AB-319 118 Seat
(12 Bisnis)&(106 Ekonomi) Sumber : Hasil olahan penelitian
Perkembangan dan munculnya para operator penerbangan baru di Solo
pada dasarnya tidak begitu
mempengaruhi existensi dan operasional PT. Garuda Indonesia district Surakarta. Dalam hal ini ada dua kesimpulan yang dapat diambil. Bahwa munculnya provider jasa penerbangan ini mengakibatkan jumlah kapasitas
Dasar pengambilan kesimpulan adalah dengan menghitung dan membandingkan prosentase fluktuasi penjualan tahun 2005 – 2007, dimana prosentase penjualan pada tahun 2004
menunjukkan penurunan meskipun tidak begitu besar dan tidak lama, yaitu penurunan berkisar 20% dalam kurun waktu selama 3 bulan.
Gambar 1. Grafik Fluktuasi Penjualan Tahun 2005
Sumber: Hasil olahan penelitian.
Meski pada awal-awal bulan penjualan menunjukkan penurunan kapasitas penjualan yang sangat jelas, namun penurunan tersebut berangsur membaik dan menunjukkan angka normal penjualan yaitu rata-rata penjualan mencapai 81%, (Standar target minimum penjualan 75 % dari total kapasitas). Banyaknya insiden yang menimpa airline-airline yang berkonsep
LCC mengakibatkan penjualan
berangsur pulih kembali. Disamping itu, perbedaan segmen pasar antara Garuda Indonesia dengan penerbangan lain menjadi kendala bagi konsumen atas pelayanan yang diberikan oleh maskapai lain.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Ttl Avg
83% 87% 56% 54% 63% 84% 93% 87% 94% 85% 92% 96% 81%
FLUKTUASI PENJUALAN TAHUN 2005
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
BULAN
Gambar 2 Grafik Fluktuasi Penjualan Tahun 2006
Sumber: Hasil olahan penelitian
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa fluktuasi penjualan berada pada skala stabil penjualan yaitu rata-rata 85%, (Standar target minimum penjualan 75 % dari total kapasitas). Umumnya
para target market dan segmen pasar mulai memahami harus kemana dan pelayanan yang seperti apakah yang mereka inginkan dari provider jasa penerbangan.
Gambar 3 Grafik Fluktuasi Penjualan Tahun 2007
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Ttl Avg
72% 87% 77% 82% 93% 84% 81% 79% 92% 95% 87% 93% 85%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Ttl Avg
FLUKTUASI PENJUALAN TAHUN 2006
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Bulan Prosentase (%)
FLUKTUASI PENJUALAN TAHUN 2007
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Bulan
Sumber: Hasil olahan penelitian
Sama halnya seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2007 penjualan yang diperoleh menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Grafik menunjukkan
penjualan berada pada status normal rata-rata 84%, (Standar target minimum penjualan 75 % dari total kapsitas).
Gambar 4 Grafik Rata-rata Fluktuasi Penjualan Tahun 2004 – 2007
Sumber: Hasil olahan penelitian
Grafik tersebut merupakan total rata-rata fluktuasi hasil penjulan tiap tahunnya mulai 2004 sampai 2007. Grafik menunjukkan kestabilan penjualan, meski nampak adanya penurunan pada tahun 2005.
Dari ke empat grafik dan penjelasan tersebut di atas, diketahui
bahwa perkembangan operator
penerbangan baru di Solo juga mempengaruhi prosentase penjualan PT. Garuda Indonesia, sehingga prosentase penjualan berkurang hingga 20 % selama tiga bulan berturut-turut pada awal 2005.
Dengan kata lain perkembangan operator baru di Solo mengakibatkan berpindahnya sebagian (20%) konsumen Garuda Indonesia pada perushaan jasa penerbangan lain selama kurun waktu tiga bulan pada triwulan pertama tahun 2004. Namun bila ditinjau dari segi penjualan (standar hasil penjualan dalam US $), maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan operator penerbangan baru di Solo adalah tidak berpengaruh bagi existensi Garuda Indonesia. Hal ini didasarkan pada data sebagai berikut:
87% 75% 91% 86% 82% 84% 90% 87% 89% 67% 87% 92% 84%
Rata-rata Fluktuasi Penjualan pertahun
83%
81%
85%
84%
79% 80% 81% 82% 83% 84% 85% 86%
2004 2005 2006 2007
Gambar 5 Grafik Total Hasil Penjualan Tahun 2005 - 2007
Sumber: Hasil olahan penelitian
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil penjualan pada tahun 2005 justru mencapai posisi tertinggi dibandingkan dengan tahun berikutnya.
Artinya bahwa secara umum
menjamurnya operator penerbangan baru di Solo pada awal 2005 tidak memberikan pengaruh yang berarti bagi operasional dan existensi PT. Garuda Indonesia. Hanya saja terjadi sedikit penurunan kapasitas penjualan namun hasil penjualan berbanding terbalik dengan kapasitas tersebut. Hal ini juga didukung dengan adanya pengaruh dari
perbedaan segmen pasar dari masing-masing operator penerbangan.
Bila dilihat antara jumlah hasil penjualan dengan fluktuasi penjualan selama 3 tahun terakhir grafik menunjukkan fluktuasi yang berbanding terbalik.
Garuda Indonesia memiliki konsep penerbangan non LCC, sedangkan penerbangan lain (competitors) menggunakan konsep penerbangan LCC. Dari konsep penerbangan tersebut dapat diketahui bahwa setiap konsep tentunya memiliki target market/ segmen TOTAL HASIL PENJUALAN PERTAHUN
$4,351,615.00
$4,321,669.00
$4,103,562.00
$3,950,000.00 $4,000,000.00 $4,050,000.00 $4,100,000.00 $4,150,000.00 $4,200,000.00 $4,250,000.00 $4,300,000.00 $4,350,000.00 $4,400,000.00
2005 2006 2007
pasar yang berbeda. Sebagaimana aliansi PT. Garuda Indonesia, yaitu Citilink Garuda Indonesia membedakan segmen pasar dan target marketnya dari penerbangan induknya. Sehingga konsumen tidak dibingungkan oleh jenis penerbangan yang sama dari Garuda Indonesia.
Kemudian menurunnya jumlah pengguna jasa PT. Garuda Indonesia saat itu dipengaruhi oleh rendahnya harga tiket yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan lain yang sedang menjamur di pasar penerbangan Surakarta. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa berpindahnya konsumen Garuda Indonesia pada maskapai penerbangan lain juga dipengaruhi oleh efisiensi yang didapatkan dari penerbangan lain.
Efisiensi tersebut khususnya terkait dengan direct flight untuk tujuan Intenasional, seperti Air Asia dengan tujuan ke Malaysia dan Silk Air dengan penerbangannya ke Singapura. Mensikapi hal tersebut tentunya konsumen juga berfikir kembali untuk mendapatkan efisiensi yang lebih. Yaitu disamping harga yang relatif terjangkau untuk semua kalangan, konsumen juga tidak perlu transit atau harus ganti armada untuk connecting flightnya.
Menindaklanjuti permasalahan yang timbul tersebut, manajemen mengeluarkan kebijakan dengan menetapkan Sub Classes Fare untuk semua penerbangan Garuda Indonesia. Sehingga harga yang ditawarkan lebih variatif dan kompetitif. Disamping dikeluarkannya kebijakan tersebut, beberapa strategi yang juga dilakukan oleh manajemen PT. Garuda Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Menawarkan harga promosi yaitu harga yang ditawarkan untuk periode/ waktu-waktu tertentu, misalnya untuk harga promo saat memperingati HUT kemerdekaan, menjelang lebaran, Tahun Baru dan lain-lain, (terjadwal/ ada periodenya). 2. Promosi pemberian pelayanan yang
lebih bagi member GFF.
3. Pemberlakuan Clearence Fare yaitu penetapan harga baru pada saat-saat dimana penjualan berada pada Low Season, sehingga kebijakan tersebut di ambil untuk saat itu saja (tidak terjadwal/ tanpa periode). 4. Meski secara tidak langsung
memberi pengaruh pada frekuensi penerbangan yang ada, manajemen tetap mengurangi frekuensi penerbangan yang ada menjadi 2 flight yang semula ada 3 flight. Sebenarnya pengurangan frekuensi tersebut karena faktor biaya operasional armada yang tinggi. Walaupun saat ini hanya tinggal 2 flight saja, operasional Garuda Indonesia justru merasa jauh lebih efisien dengan menggunakan 2 flight per hari. Hal ini disebabkan faktor biaya aftur yang mahal dan juga biya sewa armada yang tinggi (tingginya biaya operasional).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Munculnya operator-operator penerbangan baru di Solo secara umum tidak memberikan pengaruh pada existensi PT. Garuda Indonesia. Hal ini disebabkan karena:
a) Dasar konsep penerbangan yang digunakan berbeda. Bila operator penerbangan baru berkonsep Low Cost Carrier dengan minimum service, Garuda Indonesia memiliki konsep Non Low Cost Carrier/ sebagai penerbangan Reguler dengan Full Service.
b) Segmen Pasar dan Target Market dari masing-masing maskapai adalah berbeda. Penerbangan berkonsep LCC memiliki target market middle – down classes, sedangkan untuk penerbangan Non LCC seperti Garuda Indonesia lebih cenderung pada segmen pasar dan target market middle–up classes.
2. Strategi atau kebijakan yang dilakukan oleh manajemen PT. Garuda Indonesia untuk memerangi pasar persaingan dengan competitor yang berkonsep LCC adalah sebagai berikut;
a) Penerapan Sub Classes Fare, yaitu harga yang ditawarkan dibuat lebih variatif dan kompetitif.
b) Penerapan Clearance Fare, artinya pada masa-masa sepi (Low Season), PT. Garuda
Indonesia mengeluarkan
kebijakan penurunan harga. Sehingga meski sepi, hasil penjualan minimum masih dapat menutupi biaya operasional perusahaan.
c) Promosi melalui media elektronik ataupun surat kabar tentang keunggulan jajaran armada yang digunakan oleh PT. Garuda Indonesia. Tentunya keunggulan tersebut menjadi kelebihan tersendiri bagi PT. Garuda Indonesia.
d) Pemberian harga promo.
e) Promosi Peningkatan layanan terhadap Member Garuda Frequent Flyer dan Garuda Indonesia Citibank Card atau untuk keanggotaan EC plus. f) Peningkatan kualitas pelayanan
dengan memberikan training terhadap karyawan atau staff perusahaan. Sehingga karyawan atau staff akan memiliki kualitas SDM yang professional.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran yang kiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu bila memungkinkan maka PT. Garuda Indonesia perlu membuka International Direct Route sebagai bentuk kompetensi terhadap persaingan dari maskapai penerbangan asing seperti Air Asia dan Silk Air.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Salim, 2006. Manajemen Transportasi. Jakarta; Rajagraindo Persada.
Ahmad Munawar, 2005. Dasar-dasar Teknik Transportasi. Yogyakarta; Beta Offset.
Endar Sugiarto, 2002. Psikologi Pelayanan Dalam industri Jasa. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
Http:// www.geogle.com, Adisumarmo
International Airport; 30 Juli 2007.
Http://gff.garuda-indonesia.com, Garuda
Frequent Flyer, 28 Juli 2007.
Http://www.flyadamair.com, Adam Air; 28
Juli 2007.
J. Supranto, 1997, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta; Rineka Cipta.
Juran J.M, 1995, Merancang Mutu, Ancaman Baru Mewujudkan Mutu ke dalam Barang da Jasa. Jakarta: PPM.
M.N. Nasution, 2004. Manajemen Jasa terpadu. Bogor; Ghalia Indonesia.
Oka A. Yoeti, 1999. Psikologi Pelayanan Wisata. Jakarta; Gramedia Pustaka Utama.
_____________, 2003. Tour and Travel Marketing. Jakarta; Pradnya Paramitha.
Rahmat Darsono, 2004. Tarif dan Dokumen Pasasi. Bandung; Alfabeta.