• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI KEBUDAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN BU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI KEBUDAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN BU"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TEORI KRBUDAYAAN Seradona Altiria 1306353966

S2 Ilmu Linguistik Universitas Indonesia

TEORI KEBUDAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN BUDAYA (E. K. M.Masinambow) Terdapat keragaman pandangan teoritis tentang definisi konsep kebudayaan. Pertanyaan yang mendasar yaitu apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan “ilmu pengetahuan budaya”, dan “ilmu pengetahuan sosial”, serta apa bedanya kedua bidang itu dengan “humaniora”. Perbedaan yang paling kontras terdapat pada ilmu pengetahuan budaya dengan ilmu pengetahuan alam. Pada ilmu pengetahuan budaya, manusia diposisikan sebagai makhluk budaya, hasil perkembangan historis, bukan sebagai makhluk biologis, hasil revolusi ilmiah (Ilmu Penghetahuan Alam).

Ilmu Pengetahuan Budaya dan konsep Ilmu pengetahuan sosial juga sulit dibedakan, di mana ada impilkasi kebudayaan di satu pihak dan implikasi masyarakat di pihak lainnya. Perbedaan diantara kedua hal ini, antara sistem budaya dan sistem sosial dapat pula bersumber pada perbedaan sudut pandang teoritis. Misalnya, secara tradisional, di kalangan antropologi Inggris, kebudayaan merupakan suatu aspek atau fungsi dari struktur sosial (antropologi sosial). Sedangkan dikalangan antropologi Amerika Serikat, sistem atau struktur sosial adalah bagian dari kebudayaan (antropologi budaya). Bukan hanya itu, selanjutnya, mengenai istilah human scinces, ilmu pengetahuan kemanusiaan dengan ilmu pengetahuan budaya juga mengalami tumpang tindih.

Kesukaran lainnya, yaitu membedakan kebudayaan dengan peradaban (civilization). Di sini perbedaan yang jelas dalam persepsi yang ditilik dari kedua hal tersebut. Kebudayaan berarti pengendalian alam oleh ilmu pengetahuan dan kesenian (Albion Small, 1905: 59-60). Jadi persepsi menurut pengertian peradaban mengikuti dimensi sosial sedangkan persepsi menurut pengertian kebudayaan mengikuti dimensi individual, artinya penguasaan ilmu pengetahuan dan kesenian adalah penyempurnaan budi manusia. Kemudian, istilah “budaya” dan “kebudayaan juga masih tumpang tindih penggunaannya. Tetapi di dalam Bahasa Indonesia kedua kata tersebut penggunaannya dapat ditentukan secara arbitrer karena dapat digunakan baik sebagai adjektiva maupun nomina. Tidak ada perbedaan yang berarti.

Manusia sebagai Sasaran Observasi Konkret

Terdapat lima jenis data untuk di analisis jika ditinjau dari disiplin-disiplin ilmu pengetahuan budaya; 1) artifak/artefak, yang diolah dari bahan-bahan dalam lingkungan fisik dan hayati, 2) perilaku kinetis, yang digerakkan oleh otot manusia (arsitek, linkungan alam termodifikasi, lingkungan asli), 3) perilaku verbal, yang mewujudkan diri ke dalam bentuk, 4) tuturan, terdiri atas bunyi bahasa dari pita suara dan otot-otot rongga mulut, dan 5) teks, yang terdiri atas tanda-tanda visual sebagai representasi bunyi. Teori kebudayaan adalah usaha untuk memehami pertalian antara data-data tersebut dengan manusia dan kelompok 1 Ilmu pengetahuan sosial Ilmu pengetahuan

buaday

(2)

manusia yang mewujudkannya. Dengan kata lain, teori kebudayaan adalah usaha konseptual untuk memahami bagaimana manusia menggunakan kebudayaan untuk melangsungkan hidup, bertahan hidup melalui penggarapan lingkungan alam, dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supernatural.

Keragaman Teori

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif; a) perspektif perkembangan sejarah (akibat pergeseran paradigma peralihan abad ke-19 ke abad ke-20), dan b) perspektif konseptual (bersumber pada perbedaan terhadap hubungan yang sifatnya individual dan kolektif (Masinambow, 1994). Berikut tokoh-tokoh lain dengan masing-masing teorinya:

1. Sir Henry Maine (19822-1888), Lewis Henry Morgan (1818-1888), Johann Bachoven (1815-2897), dan Edward B. Tyler (1832-1917). Aliran pemikiran dominan abad ke- 19 yang menjelaskan perkembangan manusia dan pranata sosialnya dikenal dengan evolusionisme budaya dengan buku yang terkenal, Primitive Culture (1817). Evolusionisme budaya. Kaitannya dengan hukum alam, maka Evolusi Budaya didasarkan pada rasionalitas dan kegunaan (utilitarianism). Melalui prinsip ini, evolusi manusia dan pranata sosialnya semakin sempurna jika rasionalitasnya pun meningkat dan disesuaikan dengan kegunaannya.

2. Frans Boas (antropologi amerika) (1958-1942), konsep kebudayaan bertolak dari evolusionisme adalah dan pengikutnya Hatch (1975) mengembangkan konsep kebudayaan terhadap beberapa aspek, yaitu kebudayaan bersumber pada emosi/bukan rasio, bersifat sui generis/tumbuh dan berkembang sendiri, hasil perkembangan sejarah, secara subjektif memperlihatkan dinamika dan kreativitas.

3. Ruth Benedict (ethos dan konfigurasi) dan A.L. Kroeber (value culture (sekunder) dan reality culture (primer)).

4. Julian Steward (1902-1972), kebudayaan adalah sarana penyesuaian manusia dan alam.

5. Julian Steward dan Leslie White (1900-), kajian kebudayaan di luar warga kebudayaan itu sendiri, bukan dari dalam. Leslie White juga kembali menghidupkan paham evolusi budaya yang bersifat multidimensional yang berbeda dari abada ke-19.

Keragaman Teori Idealis

Dalam karangan Keesing, kebudayaan yang ditempatkan di bawah teori-teori materialistis, misalnya Steward dan White dalam Casson (1981: 42-65), kebudayaan sebagai sistem adaptif. Kebudayaan diletakkan dibawah kategori teori-teori idealis, antaranya kebudayaan menurut, 1) Ward Goodenough, sebagai sistem kognitif (sangat dipengaruhi teori linguistik), 2) Levi –Strauss, sebagai sistem struktural (penggunaan kebudayaan dari oposisi dwipijak (binary opposition) dalam analisis aspek-aspek seperti kekerabatan dan mitos), 3) Clifford Geerts dan David Schneider, sebagai sistem simbolis (digunakannya gagasan semiotik dan interpretasi teks), dam yang terakhir 4) pendapat oleh Keesing sendiri yang mengambil jalan tengah bahwa kebudayaan itu sebagai sistem sosial-budaya (mengandung asumsi dan premis yang mendasari pola kehidupan yang disebut sistem budaya atau kebudayaan ).

(3)

Prinsip-Prinsip Dasar

Semiotik dan hermeneutik adalah dua sumber pengaruh terhadap teori kebudayaan. Pada hakikatnya prinsip-prinsip dasar teori kebudayaan adalah yang berasal dari Saussure, Pierce, dan teori interpretasi teks. Pendapat Saussure yang mencanangkan prisip penting terhadap fenomena kebudayaan sebagai berikut;

1) Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (significant, signifier, penanda) dan yang ditandai (signifie, signified, petanda). Penanda adalah gagasan atau konsep. Contohnya Pohon, pohon adalah tanda tanda yang terdiri dari citra bunyi dari pengucapan rangkaian satuan bunyi (p, o, h, n) dan terkait dengan konsep “pohon”. Sudah barang tentu citra bunyi (acoustic image) dapat diperluas dengan citra penglihatan (visual image), sehingga citra visual sebagai penanda dikaitkan dengan konsepnya sebagai petanda.

2)Langue dan Parole (language dan speech; bahasa/tuturan). Langue adalah pengethauan/kemampuan bahasa yang bersifat kolektif, yang terkognisi sama oleh semua warga masyarakat; parole adalah perwujudan langue pada individunya dan kemudian direalisasikan mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dimasyarakat agar tercipta komunikasi efektif.

Berbeda dengan Saussure, semiotik yang digagaskan Pierce mengakui eksistensi realitas objektif yang berperan dalam pembentukan tanda. Menurutnya, tanda dan acuannya berada di luar manusia yang disebut interpretant. Menurut Pierce, tanda mempunyai tiga komponen, yaitu represement; unsur realitias luar individu yang “mewakili” suatu unsur lain dari realitas termaksud yang disebutnya objek, dengan kata lain represemen berfungsi sebagai penanda dan objek berfungsi sebagai penanda. Namun fungsional ini baru terjadi jika saling dikaitkan oleh interpretan. Hermeneutik berkaitan dengan teks dan wacana. Penampilan dari teks tidak terbatas pada tulisan. Atas dasar ini, menurut Noth (1990: 331-332) teks mengungkapkan “pesan-pesan budaya” (cultural messages) yang berbeda dengan definisi teks sebagai pesan verbal (verbal messages). Maka dapat dipahami, bahwa teori kebudayaan yang dipengaruhi oleh semiotik dan hermeneutik, menempatkan kebudayaan sebagai sesuatu yang tidak berada di dalam batin manusia, tetapi di antara warga yang harus “dibaca” dan ditafsirkan. Tanda/simbol berserta acuannya berada di luar interpretan atau pembaca.

Beberapa Perkembangan Terakhir

Terdapat penolakan terhadap evolusionalisme oleh Franz Boas dalam antropologi dan Durkheim dalam sosiologi. Perkembangan teori mulai terasa setelah Perang Dunia II dan terus berkembang hingga tahun 70an dan 80an melalui peranan dan pengaruh para cendekiawan yang mulai kembali dari luar negeri dari berbagai universitas di Amerika dan Eropa. Terutama melalui linguistik dan ilmu susastra, prinsip-prinsip strukturalisme mulai diperkenalkan melalui analisis dan karya kesusastraan. Teori dan aliran yang berkembang setelahnya yaitu, pascastrukturalisme dan pascamodernisme, penamaan yang tumpang tindih karena beberapa tokohnya sama. Inti pokok dari paham itu adalah bahwa realitas sebagai sesuatu yang konkret di luar subjek tidak mempunyai wujud mandiri tetapi terbentuk oleh wacana (discourse) dalam masyarakat. Pascastrukturalisme memandang teori Saussure tidak memilki akar dalam realitas yang konkret, karena baik penanda (signifier) dan petanda (signified) merupakan unit mental.

(4)

Setelah itu, muncul pasca-modernitas, yaitu gejala kemasyarakatan masa kini, terutama di Eropa dan Amerika, yang sangat ambisius. Awal mulanya hanyalah penamaan dari ciri dan gaya arsitektur dan kesenian yang berkembang dalam dasawarsa 70an (Appleby, et.al., ed., 1996). Awalnya aliran pemikiran ini bersifat antimodernitas tetapi kisaran abad ke-19, terdapat aliran yang menentang bahwa pasca modernitas itu sebagai antimodernitas (Turner, 1990:2). Yang menjadi sasaran penolakkan paham ini adalah rasionalitas; yang diragukannya adalah prinsip bahwa dengan rasionalitas dan pragmatisme diperoleh kemampuan untuk membangun gedung-gedung yang lambat laun berpengaruh baik bagi kesejahteraan manusia. Perubahan ini harus dipandang sebagai kaitanya dengan pegembangan industrial dan kapitalis.

Modernitas berhubungan dengan “…the imperial regulation of land, the discipline of the soul, and the creation of truth”. Pascamodernitas berkembang seiring dengan perkembangan kreasi manusia dan teknologi dan industry sehingga munculnya tanda-tanda yang membentuk realitas semu. Pernyataan ini seperti yang diungkapkan oleh Foucaoult bahwa dalam setiap wacana selalu ada unsur kepentingan dan kekuasaan di dalamnya.

Pendapat Pribadi

Teori kebudayaan merupakan kajian yang luas cakupannya. Terdapat banyak teori-teori yang mendasari hal tersebut. Teori-teori-teori tersebut selalu berubah-berubah seiring perubahan dan perkembanganzaman. Teori kebudayaan ini sangatlah mendasar dan wajib untuk dijadikan mata kuliah rutin di Universitas, khususnya pada tingkatan magister dan pascasarjana serta doktoral. Dari bacaan yang telah diringkas di atas, dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa konsep dan prinsip-prinsip yang diajarkan pada teori kebudayaan merupakan asal muasal (core) dimana penemuan-penemuan ilmu pengetahuan masa kini ditemukan dan dikembangkan. Sangat menarik sekali, ketika kita mengetahui bahwa teori-teori yang dulu diciptakan ternyata masih sangat terlihat perannya dalam kehidupan kita masa sekarang.

Terkait dengan perbedaan mendasar antara Ilmu Pengetahuan Budaya, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu Humaniora, juga menjadi ketertarikan pada bacaan ini. Dapat dilihat bahwa Ilmu Pengetahuan Budaya dan Ilmu Pengetahuan Alam yang terlihat sekali perbedaannya, ternyata memiliki keterkaitan khusus satu sama lain. Dan justru ketika melihat Ilmu Pengetahuan Budaya yang dibandingkan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora yang sepintas terlihat mirip, ternyata memiliki perbedaan yang mendasar. Setelah membaca dan meringkas bacaan ini maka terlihat jelas dimana letak perbedaan, persamaan dan hubungan diantara kajian keempat ilmu pengetahuan tersebut.

Kemudian, dengan mempelajari teori-teori kebudayaan dari zaman ke zaman, mengungkap suatu gagasan bahwa ternyata pola yang tercipta dalam masyarakat dapat ditilik dari mana asalnya dan dapat dibaca arah dan polanya. Tentunya hal ini sangat menarik bagi pengamat Humaniora dan bagi yang mempelajari Ilmu Humaniora. Jelas sekali bahwa segala fenomena yang terjadi di sekitar kehidupan manusia tidak mungkin terjadi begitu saja tanpa alasan yang jelas. Dengan Teori-teori yang ada dari berbagai ilmuan dan filsuf, kita dapat melihat bahwa dunia ini merupakan objek pembelajaran yang akan terus mengalami perubahan, sehingga setiap perubahannya akan diperlukan kajian-kajian baru dan menghasilkan temuan-temuan baru untuk peradaban manusia.

Referensi

Dokumen terkait

The results of these studies allowed the initiation of colony management protocols aimed at minimizing the risk of horizontal GpSG(V transmission and enable establishment

Semangat mengamalkan nilai-nilai Islam yang berhasil kita lakukan ini harus terus dijaga, dibina dan terus ditingkatkan kualitasnya sehingga menumbuhkan kesadaran beragama

a. Mencit dikelompokan seperti yang tertera dirancangan pe nelitian. Sebelum perlakuan mencit di pelihara selama 1 minggu untuk penyesuaian. Pemaparan dilakukan

Alat alat dalam pengukuran tinggi dan diammeter pohon juga memiliki kelemahan kelemahan tertentu seperti chmeter mudah digunakan semua orang namun hasil dari pengukuran nya tidak lah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Aktivitas peserta didik kelas III SD Islam Nurul Ihsan Palangka Raya pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

Judul : PERSEPSI MASYARAKAT DESA THD TINDAK PIDANA TERORISME DI DESA JATIROGO KEC. Pengabdian

SNI ISO/ IEC 27001 yang diterbitkan pada tahun 2009 dan merupakan versi Indonesia dari ISO/ IEC 27001:2005, berisi spesifikasi atau persyaratan yang harus dipenuhi dalam

Salah satu bentuk kegiatan tersebut adalah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dalam hal ini PPL II merupakan tindak lanjut dari kegiatan orientasi sekolah latihan