• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab-1-5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Bab-1-5"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Arah kebijakan pembangunan nasional merupakan pedoman untuk merumuskan prioritas dan sasaran serta rencana program pembangunan daerah yang dilakukan melalui pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, bottom up dan top down. Keberhasilan pembangunan nasional adalah keberhasilan dari pencapaian semua prioritas dan sasaran pembangunan daerah yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan dilaksanakan secara nyata oleh semua pemangku kepentingan.

Berdasarkan Permendagri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015, Tema RKP Tahun 2015 yaitu “Melanjutkan Reformasi bagi Percepatan Pembangunan Ekonomi yang Berkeadilan”, Menyelaraskan dengan Tema RKP tahun 2015 maka pemerintah daerah menentapkan Tema pembangunan daerah tahun 2015 adalah “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat melalui Pembangunan Ekonomi Daerah dan Reformasi Birokrasi”. Sedangkan Prioritas pembangunan daerah tahun 2015 yaitu:

1. Peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama, adat dan budaya. 2. Peningkatan pembangunan pariwisata daerah.

3. Peningkatan pembangunan ekonomi melalui pembangunan pertanian, industri, perdagangan dan lembaga keuangan.

4. Peningkatan pemerataan dan kualitas pendidikan.

5. Peningkatan pemerataan dan kualitas kesehatan serta kesejahteraan sosial masyarakat. 6. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana wilayah penunjang ekonomi rakyat. 7. Peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

8. Mitigasi, penanggulangan bencana alam dan pelestarian lingkungan hidup. 9. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.

10. Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintahan.

(2)

perlu diselenggarakan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka, terpadu professional dan bertanggung-jawab demi meningkatkan perekonomian rakyat.

Ke depan pembangunan sub sektor pertanian dan perkebunan dilaksanakan melalui pendekatan sistem agribisnis. Paradigma pembangunan pertanian dan perkebunan mengalami penyempurnaan pendekatan dari pendekatan yang berorientasi produksi beralih menjadi berorientasi bisnis, yang sebelumnya bersifat sektoral menjadi lintas sektoral. Pengembangan komoditas didasarkan kepada satu kesatuan pengembangan kawasan yang diarahkan kepada pengembangan usaha agribisnis menuju kemandirian pelaku usaha.

Sumberdaya hutan merupakan sumberdaya strategis yang mempunyai manfaat nyata bagi kehidupan, baik sebagai manfaat ekonomi, sosial maupun lingkungan. Keragaman manfaat hutan yang tinggi, dalam pemanfaatan dan pengelolaannya haruslah dilaksanakan secara bijaksana. Pemanfaatan sumberdaya harus selalu mempertimbangkan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seimbang, dinamis dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di dalam dan di luar sektor kehutanan, baik untuk generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

Sumberdaya Hutan mempunyai potensi multi fungsi yang dapat memberikan manfaat ekonomi, lingkungan dan sosial bagi kesejahteraan umat manusia. Manfaat tersebut bukan hanya berasal dari Hasil Hutan Kayu (HHK) seperti yang terjadi saat ini, melainkan juga manfaat Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), karbon dan ekowisata. Komunitas kehutanan selama ini masih dinina-bobokan hasil hutan kayu, padahal di sisi lain masih terdapat potensi kawasan hutan yang bernilai ekonomis yang perlu digali dan dioptimalkan pengelolaan pemanfaatan maupun pemungutannya, seperti aneka usaha kehutanan dari hasil hutan bukan kayu yang hampir tidak terjamah, meskipun potensinya sangat besar. Hasil Hutan Kayu hanyalah 5% dari total manfaat yang diberikan oleh hutan, sedangkan 95% nya adalah manfaat HHBK, karbon dan ekowisata.

(3)

sektor kehutanan di Kabupaten Tanah Datar adalah mengoptimalkan pemanfaatan HHBK, ekowisata dan jasa lingkungan.

Untuk mencapai tujuan pembangunan dan memberikan arah, pedoman dan alat pengendali, perlu disusun perencanaan pembangunan pertanian yang didasarkan pada rencana pembangunan nasional, rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), rencana tata ruang wilayah, potensi dan kinerja pembangunan pertanian serta perkembangan perubahan lingkungan strategis internal dan eksternal, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial-budaya, lingkungan hidup, pasar, dan aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa.

Tantangan berat yang dihadapi setiap tahun adalah kompleksnya permasalahan kebutuhan anggaran karena setiap kegiatan yang diusulkan oleh Nagari (melalui Musrenbang Nagari) dan Kecamatan (melalui Musrenbang Kecamatan) sebagian besar termasuk kegiatan prioritas. Dengan demikian anggaran pemerintah yang terbatas harus dimanfaatkan secara tepat sasaran untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan pertanian. Delapan kebijakan prioritas kehutanan berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.70/Menhut-II/2009 merupakan rujukan yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan dan prioritas pembangunan tersebut yaitu 1) pemantapan kawasan hutan, 2) rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung daerah aliran sungai (DAS), 3) pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan, 4) konservasi keanekaragaman hayati, 5) revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan, 6) pemberdayaan masyarakat sekitar hutan, 7) mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sektor kehutanan, dan 8) penguatan kelembagaan.

(4)

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 29, tambahan Lembaran Negara Nomor 4374), terakhir dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4310);

8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(5)

10. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

11. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

13. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

14. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32);

15. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor ..., tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ...) 16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

18. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(6)

21. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592);

23. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

24. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

25. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737 );

26. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

27. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

28. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

29. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

30. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 11); 31. Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2007 tentang Kerja sama Pemerintah dengan Swasta

(7)

32. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

33. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Perencanaan Pembangunan Daerah; 34. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015;

35. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah;

36. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 11 Tahun 2007 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara;

37. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 1050/2020/SJ Tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah;

38. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2007 Nomor 2 Seri E);

39. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 5 Tahun 2010 tentang Prosedur Perencanaan Pembangunan Partisipatif;

40. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanah Datar 2010-2015;

1.3. Maksud dan Tujuan

(8)

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan

BAB II : EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA KERJA (RENJA) SKPD TAHUN LALU

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD Tahun Lalu dan Capaian Renstra SKPD 2.2. Analisis Kinerja Pelayanan SKPD

2.3. Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

BAB III : TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2014 3.1. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD

3.2. Program dan Kegiatan Tahun 2014

BAB IV : PENUTUP

BAB II

BAB II

EVALUASI PELAKSA

EVALUASI PELAKSA

N

N

AAN

AAN

RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU

RENCANA KERJA SKPD TAHUN LALU

(9)

Pada Rencana Strategis Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar tahun 2011-2015 terdapat 2 tujuan dan 2 sasaran yang mengacu pada RPJMD 2010-2015. Pencapaian sasaran strategis dan indikator-indikatornya pada tahun 2013 adalah sebagai berikut:

Sasaran 1 : Meningkatnya Kesejahteraan Petani

Sektor pertanian hingga kini masih memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peran strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain: penyedia pangan bagi penduduk Indonesia, penghasil devisa negara melalui ekspor, penyedia bahan baku industri, peningkatan kesempatan kerja dan usaha, serta peningkatan PDRB. Sektor pertanian sebagai mata pencaharian sebagian besar masyarakat Tanah Datar berperan paling besar dalam menyumbangkan nilai tambahnya terhadap perekonomian Tanah Datar. Pada tahun 2012 nilai tambah sektor pertanian mencapai Rp. 1.083,78 milyar sedangkan pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp. 1.025,12 milyar atau mengalami peningkatan nilai tambah Rp. 58,66 milyar. Tingginya peningkatan nilai tambah sektor pertanian pada PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan peningkatan atas produksi yang dihasilkan oleh sektor pertanian.

Sasaran meningkatnya kesejahteraan petani merupakan sasaran yang sangat strategis karena sebagian besar mata pencaharian masyarakat Tanah Datar adalah petani. Indikator untuk pencapaian sasaran meningkatnya kesejahteraan petani adalah jumlah produksi, jumlah produktivitas, jumlah unit pengolahan hasil, jumlah infrastruktur, jumlah sub terminal agribisnis, jumlah kawasan strategis, jumlah bantuan yang diberikan pada petani, dan jumlah pelatihan dan pembinaan penyuluh lapangan. Tingkat capaian masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(10)
(11)

7 Jumlah

b.Kunjungan 104.6401.800 20.928360 20.928360 20.928360 20.928360 100,00100,00 100,00100,00 Rerata 105,70 115,85

(12)

1. Indikator jumlah produksi, dan jumlah produktivitas tanaman pangan dan hortikultura

Indikator jumlah produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura terdiri dari 8 komoditi, yaitu padi, jagung, kacang tanah, cabe, tomat, buncis, wortel dan pisang. Dari Tabel 2.1.1. dapat diketahui bahwa pada umumnya realisasi jumlah produksi komoditi tanaman pangan dan hortikultura tahun 2013 telah mencapai target yang telah ditetapkan. Jika dibandingkan tahun 2012 maka realisasi jumlah produksi tanaman pangan dan hortikultura pada tahun 2013 juga rata-rata meningkat.

Berdasarkan Gambar 2.1.1. dapat diketahui bahwa tercapainya target produksi pada beberapa komoditi tanaman pangan dan hortikultura pada tahun 2013 bukan disebabkan karena tercapainya target jumlah produktivitas, namun dikarenakan adanya peningkatan variabel produksi lainnya yaitu peningkatan realisasi luas tanam, dan luas panen.

Gambar 2.1.1. Tingkat capaian produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan dan hortikultura tahun 2013

Jika dibandingkan tingkat capaian produksi komoditi tanaman pangan utama pada tahun 2013 dengan tahun 2012 hampir seluruhnya mengalami kenaikan, kecuali tanaman pisang. Dari Gambar 2.1.2. dapat dilihat kenaikan produksi komoditi tanaman pangan utama dan hortikultura juga bukan karena adanya peningkatan produktivitas.

(13)

luas panen padi ini terjadi karena adanya Kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) padi pada 510 kelompok tani di 14 kecamatan, Kegiatan SLPTT padi organik di Kecamatan X Koto, Pariangan, Batipuh, Batipuh Selatan, Lima Kaum, Sungayang, dan Lintau Buo Utara serta Kegiatan Penanaman Padi Salibu.

Komoditi jagung mengalami peningkatan produksi yang signifikan yaitu sebesar 36,52%. Kenaikan produksi terjadi karena adanya kenaikan realisasi luas tanam dan luas panen komoditi jagung di beberapa kecamatan. Meningkatnya realisasi luas tanam dan luas panen komoditi jagung karena adanya kegiatan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) jagung pada 40 kelompok tani di 14 kecamatan, fasilitasi pengapuran pada komoditi jagung di Kecamatan Rambatan, Lima Kaum, Sungai Tarab, Salimpaung dan Tanjung Baru, fasilitasi pengembangan jagung di lokasi Kegiatan Gerakan Pengsejahteraan Petani (GPP) yaitu di Kecamatan Batipuh Selatan, Sungai Tarab, Sungayang, Tanjung Baru, Salimpaung, Tanjung Emas dan Rambatan dan fasilitasi pengembangan kawasan jagung di sentra komoditi jagung di Kecamatan Rambatan.

Produksi kacang tanah meningkat sangat signifikan hingga 134,11% hal ini disebabkan karena adanya peningkatan luas tanam dan luas panen komoditi kacang tanah karena dukungan Kegiatan Penguatan Kelembagaan Penangkar kacang tanah di Kecamatan X Koto, Sungai Tarab, dan Rambatan serta demplot kacang tanah di Kecamatan Pariangan dan Sungai Tarab.

(14)

Gambar 2.1.2. Perbandingan tingkat capaian produksi dan produktivitas tanaman pangan dan hortikultura tahun 2012 dan 2013

Indikator jumlah produksi yang belum mencapai target adalah jumlah produksi jagung, dan pisang. Tidak tercapainya target produksi jagung terjadi karena tidak tercapainya target produktivitas tahun 2013. Hal ini disebabkan karena sejak tahun 2012 tidak ada lagi Bantuan Langsung Benih Unggul Jagung (BLBU). Sehingga petani jagung hanya menanam benih lokal (bukan hibrida).

Sedangkan tidak tercapainya target jumlah produksi dan target jumlah produktivitas pada komoditi pisang karena kurangnya pemeliharaan pada tanaman pisang, dan tidak adanya program mendukung pengembangan tanaman pisang.

2. Indikator jumlah produksi, dan jumlah produktivitas tanaman perkebunan

(15)

Realisasi jumlah produksi karet dan kakao pada tahun 2013 telah melampaui target yang ditetapkan. Dari tabel 2.1.1. diketahui bahwa tingkat capaian komoditi karet sebesar 172% sedangkan kakao sebesar 183,89%. Berdasarkan gambar 2.1.3. dapat dijelaskan bahwa tercapainya target jumlah produksi karet disebabkan karena jumlah produktivitas jauh melampaui target yang telah ditetapkan. Sedangkan pada komoditi kakao tercapainya target jumlah produksi disebabkan meningkatnya luas panen, karena sebagian besar tanaman kakao unggul yang ditanam masyarakat sudah mulai berproduksi.

Realisasi jumlah produksi pada komoditi kopi belum mencapai target, walaupun sebenarnya dari sisi produktivitas komoditi kopi telah melebihi target yang telah ditetapkan. Tidak tercapainya target jumlah produksi pada komoditi kopi karena pada komoditi kopi terjadi pengurangan luas pertanaman disebabkan adanya alih tanam ke komoditi perkebunan lainnya.

Pada tahun 2013 realisasi jumlah produksi dan jumlah produktivitas karet dan kakao meningkat dibandingkan tahun 2013 sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2.1.3, sedangkan untuk komoditi kopi terjadi penurunan walaupun tidak signifikan.

(16)

3. Indikator jumlah unit pengolahan hasil pertanian dan perkebunan

Gambar 2.1.5. Tingkat capaian fasilitasi UPH pertanian dan perkebunan tahun 2013

Pengolahan hasil pertanian diarahkan untuk mewujudkan tumbuhnya usaha yang dapat meningkatkan nilai tambah dan harga yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh antara lain : (a) meningkatkan mutu produk dan mengolah produksi menjadi bahan setengah jadi, dan (b) menumbuhkan unit-unit pengolahan.

Upaya pengembangan pengolahan pertanian yang dapat dilaksanakan antara lain: (1) pengembangan dan penanganan pasca panen dengan penerapan manajemen mutu sehingga produk yang dihasilkan sesuai persyaratan mutu pasar, dalam kaitan tersebut diperlukan pelatihan dan penyuluhan yang intensif tentang manajemen mutu, (2) pembangunan unit-unit pengolahan di tingkat petani/gapoktan/asosiasi, (3) pembangunan pusat pengeringan dan penyimpanan di sentra produksi produk hasil pertanian, (4) penguatan peralatan mesin yang terkait dengan kegiatan pengolahan dan penyimpanan komoditi pertanian, antara lain alat pengering (dryer),

corn sheller (pemipil), penepung, pemotong/pencacah bonggol, mixer (pencampur pakan), dan

gudang.

(17)

Pada sub sektor pertanian pada tahun 2013 terealisasi fasilitasi 9 paket sarana pengolahan padi pada Gapoktan Minang Saiyo Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang, Gapoktan Bina Tani Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara, Kelompok Tani Suka Maju dan Sempatik Nagari Barulak Kecamatan Tanjung Baru, Kelompok Tani Kubu Batu Nagari Minangkabau Kecamatan Sungayang, Kelompok Tani Gunung-gunung Nagari Sungayang Kecamatan Sungayang, Kelompok Tani Mejan Emas dan Landok Sakato Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting, dan Kelompok Tani Serawang Nagari Taluk Kecamatan Lintau Buo. Tercapainya target jumlah unit pengolahan hasil pertanian dan perkebunan karena adanya dukungan dana Tugas Pembantuan (APBN) dan APBD Propinsi.

Sedangkan untuk target fasilitasi UPH pisang dan kacang tanah tidak tercapai karena pada tahun 2013 melalui Dana TP tidak ada fasilitasi untuk UPH pisang dan kacang tanah, yang ada hanya fasilitasi 1 paket bantuan sarana pasca panen jagung pada Gapoktan Tapak Kubu Nagari Sumanik Kecamatan Salimpaung, dan 2 paket bantuan sarana pasca panen ubi jalar pada Kelompok Tani Baringin Nagari Sungai Jambu Kecamatan Pariangan dan Kelompok Wanita Tani Cempaka Putih Nagari Kumango Kecamatan Sungai Tarab.

4. Indikator jumlah infrastruktur yang dibangun/direhabilitasi

(18)

Gambar 2.1.4. Tingkat capaian jumlah infrastruktur yang dibangun tahun 2013

Pada tahun 2013 dari target jumlah infrastruktur yang dibangun/direhabilitasi, realisasi pembangunan jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), jalan usaha tani (JUT), jalan produksi dan embung jauh melampaui target yang telah ditetapkan. Demikian pula jika dibandingkan dengan tahun 2012, maka tingkat capaian pembangunan/rehabilitasi infrastruktur pertanian jauh lebih baik sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1.1. Hal ini terjadi karena selain dukungan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian, juga karena adanya pembangunan infrastruktur melalui dana APBN.

Dari Tabel 2.1.1. terlihat bahwa pada tahun 2013 dari target pembangunan JITUT 400 ha, terealisasi sebanyak 1500 ha sedangkan untuk pembangunan JIDES dari target 800 ha terealisasi sebanyak 1.500 ha. Pembangunan JITUT dan JIDES tersebar pada 14 kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Tercapainya target pembangunan JITUT dan JIDES karena adanya dukungan Dana APBN.

Target pembangunan/rehabilitasi JUT pada tahun 2013 adalah 5 km dan terealisasi sepanjang 20,9 km yang berlokasi di :

(19)

- Kecamatan Pariangan sepanjang 2,4 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Kapalo Koto Nagari Batu Basa.

- Kecamatan Sungai Tarab sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Guguak Talang Nagari Pasir Laweh.

- Kecamatan Sungayang sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Sawah Balai Nagari Minangkabau sepanjang 1 km dan Kelompok Tani Topi Lawik Nagari Sungayang sepanjang 1 km.

- Kecamatan Rambatan sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Baliak Mudik Nagari Balimbing sepanjang 1 km dan Kelompok Tani Sawah Limo Jao Nagari Padang Magek 1 km.

- Kecamatan Tanjung Baru sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Kabuang Tinggi Nagari Tanjung Alam.

- Kecamatan Padang Ganting sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Sopan Batu Nagari Atar.

- Kecamatan Salimpaung sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Muaro Lakin Nagari Situmbuk 1 km dan Kelompok Tani Pemuda Mandiri Nagari Salimpaung 1 km.

- Kecamatan Batipuh Selatan sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Sawah Kumbahan Nagari Guguk Malalo.

- Kecamatan Lintau Buo sepanjang 2 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Pulau Koto Nagari Pangian sepanjang 1 km dan Kelompok Tani Gapasco Nagari Tigo Jangko sepanjang 1 km.

Target pembangunan/rehabilitasi jalan produksi pada tahun 2013 yaitu 5 km dan terealisasi sepanjang 5 km dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Banda Sabalik nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto. Sedangkan target pembangunan embung yaitu 8 km, dan terealisasi sebanyak 12 unit yang berlokasi di beberapa kecamatan sebagai berikut:

(20)

- Kecamatan X Koto sebanyak 2 unit dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Bukik Sibiru Nagari Tambangan dan Kelompok Tani Batu Baurek Nagari Singgalang.

- Kecamatan Batipuh Selatan sebanyak 4 unit dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Bukit Galapuang Nagari Guguak Malalo dan Kelompok Tani Saiyo Nagari Padang Laweh.

- Kecamatan Tanjung Baru sebanyak 2 unit dengan kelompok tani penerima yaitu Kelompok Tani Keluarga Sepakat dan Kelompok Tani Guguak Saiyo Nagari Tanjung Alam.

5. Indikator Jumlah Sub Terminal Agribisnis

Pemasaran hasil pertanian diarahkan untuk mewujudkan tumbuhnya harga yang wajar di tingkat petani, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Untuk mendukung kebijakan tersebut, maka strategi yang perlu ditempuh antara lain menumbuhkan unit-unit pemasaran hasil pertanian yang dikelola oleh kelompok tani/gabungan ketompok tani atau asosiasi tanaman pertanian, dan meningkatkan efisiensi biaya pengolahan dan pemasaran serta memperpendek mata rantai pemasaran.

Upaya pengembangan pemasaran produk pertanian yang akan dilaksanakan antara lain: penguatan modal, pembentukan dan fasilitasi sistem informasi dan promosi, serta asosiasi komoditi pertanian, dan pengembangan industri berbasis hasil pertanian produk dalam negeri. Adanya Sub Terminal Agribisnis adalah upaya untuk pengembangan pemasaran produk pertanian. Tercapainya target fasilitasi jumlah unit sub terminal agribisnis karena adanya dukungan dana APBD melalui Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan, Kegiatan Pembangunan Pusat-pusat Etalase/Eksibis/Promosi Produk Pertanian/Perkebunan, dan Dana APBD Propinsi melalui Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing Industri Hilir, Pemasaran dan Ekspor Hasil Pertanian Kegiatan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian.

6. Indikator Jumlah Kawasan Strategis

(21)

Buo Utara dan Nagari Sunngai Patai Kecamatan Sungayang. Sedangkan pengembangan kawasan bunga tidak terealisasi karena tidak adanya dukungan program dan kegiatan.

7. Indikator Jumlah Perlindungan dan Pengawasan terhadap Serangan Hama dan Penyakit

Dalam rangka meningkatkan perlindungan dan pengawasan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman pertanian perkebunan dan kehutanan pada 14 kecamatan melalui dana APBD dilaksanakan Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan, Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna. Kegiatan ini terealisasi berupa pengadaan bahan obat-obatan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman pertanian/perkebunan, sosialisasi gerakan pemeliharaan tanaman dan, pengendalian hama penyakit tanaman.

8. Indikator Jumlah Bantuan yang Diterima Petani

(22)

Kelompok tani penerima DBH-CHT adalah Kelompok Tani Batu Tagak Nagari Barulak Kecamatan Tanjung Baru dan Kelompok Tani Suka Karya Nagari Tanjung Bonai Kecamatan Lintau Buo Utara. Kegiatan ini terealisasi berupa pengadaan sarana produksi berupa bibit tanaman tembakau sebanyak 200.000 batang, pupuk kompos 60.000 kg, pestisida 80 botol, NPK Mutiara 8.500 kg, alat perajang tembakau 4 set, hand sprayer 4 set, terpal ukuran 8 x 8 meter sebanyak 3 buah.

Dalam rangka penguatan modal usaha tani dan pengentasan kemiskinan di perdesaan, pemerintah melalui Kementeriaan Pertanian telah merilis Program PUAP. Dana PUAP ini digunakan untuk kegiatan produktif baik on farm maupun off farm sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan dapat mengentaskan kemiskinan. Di Kabupaten Tanah Datar melalui Program PUAP sampai dengan tahun 2013 telah difasilitasi bantuan modal usaha sebanyak Rp. 7.400.000.000,- (Tujuh milyar empat ratus juta rupiah) untuk 74 Gapoktan pada 74 nagari. Pada masing-masing nagari dialokasikan dana PUAP sebesar Rp. 100.000.000

(Seratus juta rupiah). Pada tahun 2013 Kabupaten Tanah Datar tidak mendapat tambahan dana

PUAP, namun demikian sesungguhnya dari target 75 Gapoktan hingga tahun 2015, telah tercapai 74 nagari atau 98,7%.

Keberhasilan capaian kinerja Program PUAP dalam rangka penguatan modal usaha tani, peningkatan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan pedesaan di Kabupaten Tanah Datar sangat didukung oleh adanya pengurus Gapoktan, pengurus Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan penyuluh pendamping yang handal. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pengurus Gapoktan, pengurus Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) dan penyuluh pendamping perlu dibekali dengan pelatihan mengenai PUAP dan LKM-A.

(23)

9. Indikator Jumlah Pelatihan dan Pembinaan Penyuluh Lapangan

Meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya adalah tujuan utama dari pembangunan pertanian. Langkah dan upaya revitalisasi pembangunan pertanian tidak lepas dari peran sumber daya manusia pendukungnya, diantaranya penyuluh pertanian.

Melalui kegiatan penyuluhan, petani ditingkatkan kemampuannya agar dapat mengelola usaha taninya, dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dan keluarganya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Untuk dapat meningkatkan kemampuan petani terlebih dahulu perlu ditingkatkan ilmu dan pengetahuan penyuluh pertanian dan kehutanan. Peningkatan ilmu dan pengetahuan penyuluh pertanian dan kehutanan dilakukan melalui training penyuluh setiap minggu yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan Kecamatan. Sedangkan peningkatan kemampuan petani dilakukan oleh penyuluh melalui kunjungan ke kelompok tani. Pada tahun 2013 dapat direalisasikan sesuai target jumlah pelatihan sebanyak 360 kali dan jumlah kunjungan ke kelompok tani sebanyak 20.928 kali.

Secara umum sasaran strategis meningkatnya kesejahteraan petani pada tahun 2013 dapat terealisasi sesuai target yang telah ditetapkan.

Berdasarkan rerata persentase capaian sasaran meningkatnya kesejahteraan petani secara keseluruhan sasaran ini dapat mencapat target yang telah ditetapkan, bahkan jika dibandingkan tahun 2012, maka target capaian pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan tahun 2012. Tercapainya sasaran meningkatnya kesejahteraan petani didukung oleh program-program:

1. Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 2. Peningkatan Kesejahteraan Petani

(24)

Sasaran 2 : Meningkatnya Kualitas dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Tabel 2.1.2 Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kualitas dan Pengelolaan Hidup Tahun 2013

No Indikator Kinerja Kondisi Kinerja

Target Realisasi Capaian

2012 2013 2012 2013 2012 2013

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Luas hutan dan lahan yang direhabilitasi

750 750 965 1.670 128,00 222,67

2 Jumlah kasus illegal logging, illegal

1. Indikator luas hutan dan lahan yang direhabilitasi

Tabel 2.1.3. Distribusi Lahan Kritis di KabupatenTanah Datar Berdasarkan Tingkat Kekritisan

No Kecamatan

Kategori kekritisan lahan Tdk. (Sumber: Data spasial lahan kritis,2006)

(25)

Koto ( Tabel 2.1.3.). Upaya pembangunan kehutanan melalui program rehabilitasi hutan dan lahan bertujuan untuk mengurangi lahan kritis dan lahan terlantar melalui kegiatan Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan dan Lahan (DAK Kehutanan), dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang bersumber dari dana APBN.

Target luas hutan dan lahan yang direhabilitasi tahun 2013 adalah 750 ha, sedangkan realisasinya seluas 1.670 ha, yang berasal dari Dana DAK Kehutanan seluas 250 ha, APBD 200 ha, Dana APBN 1.220 ha. Rehabilitasi Hutan seluas 250 ha dari DAK Kehutanan terdiri dari: 1. Rehabilitasi hutan lindung dengan pola pengkayaan reboisasi seluas 250 ha di Nagari Koto

Tangah Kecamatan Tanjung Emas.

2. Pembuatan Hutan Rakyat seluas 50 ha di Nagari Batu Bulek Kecamatan Lintau Buo Utara.

Melalui dana APBD Kegiatan Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-sumber Air (Go Green), terealisasi penanaman pohon (penghijauan) seluas 200 ha di Nagari Simawang, Kecamatan Rambatan yang dipelopori oleh TNI bekerja sama dengan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan dengan masyarakat.

Sedangkan Rehabilitasi Hutan dari Dana APBN seluas 1.220 ha terdiri dari :

(26)

2. Indikator jumlah illegal logging, illegal trading, dan okuvasi kawasan hutan

Permasalahan yang sering terjadi di Kabupaten Tanah Datar diantaranya adalah adanya penebangan pohon di dalam kawasan hutan (illegal logging), peredaran hasil hutan yang tidak memenuhi aturan perundang-undangan (illegal trading), serta adanya okupasi kawasan hutan yaitu perubahan penggunaan lahan (land use change) di dalam kawasan hutan untuk penggunaan non kehutanan tanpa izin.

Salah satu indikator keberhasilan pencapaian sasaran meningkatnya kualitas dan pengelolaan lingkungan hidup adalah menurunnya jumlah kasus illegal logging, illegal trading, dan okupasi kawasan hutan. Target indikator jumlah kasus illegal logging, illegal trading, dan okupasi kawasan hutan yang ditetapkan tahun 2013 adalah 12 kasus sedangkan realisasinya adalah 9 kasus, dengan demikian target penurunan kasus illegal logging, illegal trading, dan okupasi kawasan hutan tercapai. Hal ini terjadi karena (1). Masyarakat sudah memahami peraturan perundang-undangan tentang tata cara peredaran hasil hutan, (2). Tingkat kesadaran masyarakat terhadap fungsi dan kelestarian hutan cukup tinggi, (3) Adanya patroli pengamanan hutan untuk meminimalkan illegal logging, illegal trading, dan okupasi kawasan hutan.

Dalam rangka mewujudkan penurunan jumlah kasus illegal logging, illegal trading, dan okupasi kawasan hutan, dilaksanakan Program Perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam, Kegiatan Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan serta Kegiatan Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Alam. Melalui program tersebut terealisasi patroli rutin dan operasi pengamanan hutan dalam rangka mencegah dan mengurangi tingkat illegal logging,

illegal trading dan okuvasi lahan kawasan hutan di Kabupaten Tanah Datar oleh Tim Koordinasi

Pengamanan Hutan Terpadu (TKPHT).

3. Indikator jumlah kasus kebakaran hutan

(27)

Daerah-daerah rawan kebakaran hutan di Kabupaten Tanah Datar adalah Kecamatan Tanjung Emas, Padang Ganting, Lintau Buo, Rambatan, Batipuh Selatan. Melalui kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan terealisasi sosialisasi pencegahan kebakaran hutan, pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan, sehingga dapat tercapai target menurunnya jumlah kasus kebakaran hutan.

Target jumlah kasus kebakaran hutan tahun 2013 adalah 3 kasus. Sepanjang tahun 2013 kebakaran hutan terjadi sebanyak 4 kasus seluas 200 ha yaitu di dalam kawasan hutan lindung di di Nagari Guguak Malao Kecamatan Batipuh Selatan seluas 75 Ha, Nagari Tabek Patah, Kecamatan Salimpaung seluas 25 Ha, Nagari Andaleh Baruh Bukik Kecamatan Sungayang seluas 25 Ha, dan Nagari Pangian Kecamatan Lintau Buo seluas 75 Ha.

Dalam rangka melaksanakan pemadaman api petugas bekerja sama dengan instansi terkait, dibantu oleh masayarakat peduli api (MPA). Tercapainya target menurunnya jumlah kasus kebakaran hutan karena adanya sosialisasi pencegahan kebakaran hutan, pengawasan terhadap daerah rawan kebakaran hutan, dan adanya pengendalian kebakaran hutan yang dilakukan oleh petugas bekerja sama dengan instansi terkait, dibantu oleh masayarakat peduli api (MPA).

2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja SKPD sampai dengan Tahun 2014

(28)

Analisis terhadap akuntabilitas kinerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan serta Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura didasarkan atas input-input yang digunakan antara lain :

a. Jumlah Sumber Daya Manusia

b. Jumlah Sarana dan Prasarana yang mendukung c. Jumlah Dana yang digunakan

Berdasarkan evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun 2013 diatas dapat dilihat bahwa pencapaian sasaran Rencana Kerja pada Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan sudah tercapai dengan baik. Namun demikian masih terdapat disparitas antara sasaran strategis dan indikator kinerja yang ditetapkan dengan anggaran yang disediakan bagi pelaksanaan program dan kegiatan pada SKPD selama tahun 2013. Sebagai contoh untuk mencapai sasaran strategis meningkatkan pendapatan masyarakat dan indikator tingkat produksi dan produktivitas tanaman, sangat dipengaruhi oleh penggunaan bibit unggul, namun selama tahun 2013 bantuan bibit unggul yang diberikan kepada masyarakat sebagian besar berasal dari dana APBD Propinsi dan APBN, sedangkan yang berasal dari dana APBD sangat minim. Diharapkan ke depan bantuan bibit unggul terhadap masyarakat dapat ditingkatkan baik melalui dana APBD, maupun non APBD.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat, upaya pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) seperti sutera alam, lebah madu, rotan, gaharu, walet, dan getah pinus ke depan diharapkan dapat menjadi prioritas. Untuk kabupaten yang sebagian besar hutannya merupakan hutan lindung maka upaya pengembangan HHBK seharusnya menjadi pengarusutamaan (main stream).

Dalam rangka upaya rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2013 tidak ada dana APBD yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Dana rehabilitasi hutan dan lahan pada tahun 2011 berasal dari DAK Kehutanan, DBH-DR dan APBN. Jika tidak dapat dianggarkan dana untuk rehabilitasi hutan dan lahan maka sekurang-kurangnya melalui dana APBD dapat dianggarkan dana untuk penyusunan rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

Permasalahan yang tidak kalah penting adalah masalah illegal logging, illegal trading

(29)

kawasan hutan yang dibagikan kepada seluruh nagari, serta perlindungan dan pengamanan hutan.

2.3 Isu-isu Penting Penyelenggaraan Tugas dan Fungsi SKPD

1. Tanaman Pangan dan Hortikultura

Tantangan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura ke depan cukup berat dan isu-isu strategis yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan antara lain :

1. Belum optimalnya peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian.

Kondisi ini terjadi karena kelembagaan perbenihan tanaman pangan masih lemah, belum optimalnya ketersediaan sarana produksi dan alsintan, masih kurangnya akses permodalan petani, masih tingginya tingkat kehilangan hasil, masih terbatasnya prasarana dan sarana pertanian serta masih lemahnya sumber daya manusia pertanian.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia merupakan kendala yang serius dalam pembangunan pertanian, karena mereka yang berpendidikan rendah pada umumnya adalah petani yang tinggal di daerah pedesaan. Kondisi ini diperparah dengan semakin berkurangnya upaya pendampingan dalam bentuk penyuluhan pertanian.

2. Terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke sektor non pertanian.

(30)

3. Terjadinya anomali (penyimpangan) iklim yang berdampak terhadap produksi pertanian.

Bagi sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah bergesernya pola dan kalender tanam, perubahan keanekaragaman hayati, ekplosi hama dan penyakit tanaman dan pada akhirnya adalah penurunan produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

4. Terjadinya fluktuasi harga yang tajam pada produk pertanian

Harga produk pertanian terutama untuk komoditas hortikultura sering berfluktuasi cukup tajam. Harga sering anjlok pada saat panen raya dan cenderung meningkat tajam pada waktu-waktu tertentu. Untuk itu perlu diantisipasi melalui pengaturan pola tanam, mempeluas jaringan pemasaran dan memperpendek mata rantai pemasaran.

2. Perkebunan

Isu strategis dalam pembangunan perkebunan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan antara lain :

1. Masih rendahnya produksi, produktivitas dan mutu produk perkebunan.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas perkebunan antara lain adalah produktivitas tanaman yang belum optimal dan mutu produk yang belum memenuhi standar. Penyebab rendahnya produktivitas dan mutu produk diantaranya adalah pemakaian bibit unggul, pengendalian serangan organisme pengganggu tanaman dan penerapan teknologi budidaya lainnya belum optimal. Hal ini terjadi karena keterbatasan modal dan kurangnya pemahaman terhadap teknologi budidaya yang benar. Solusi terhadap permasalahan tersebut diantaranya pemberian bantuan bibit unggul dan penyuluhan teknis budidaya komoditi perkebunan harus semakin ditingkatkan.

2. Kurangnya penyediaan prasarana dan sarana untuk pengembangan perkebunan,

penanganan pasca panen dan pemasaran produk perkebunan.

(31)

Perkebunan dan Kehutanan karena adanya batas kewenangan dalam pengurusan sumberdaya perkebunan. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan bukanlah Dinas yang serba bisa mengatasi masalah komoditi perkebunan karena pengelolaan pasca panen komoditi perkebunan (hasil panen dan pemasaran), penanganan komoditinya diberikan kepada institusi lain yang berwenang mengurusnya. Perlu adanya sinergisitas dengan institusi terkait dalam hal penyediaan sarana dan prasarana penanganan pasca panen dan pemasaran.

3. Kehutanan

Isu strategis dalam bidang kehutanan, diantaranya adalah 1. Masalah global warming (pemanasan global)

Berkurangnya luas hutan dituding sebagai salah satu penyebab munculnya isu pemanasan global. Dampak kerusakan akibat kondisi hutan yang terus mengalami degradasi ditunjukkan oleh kejadian-kejadian antara lain: sering terjadinya bencana tanah longsor, banjir, polusi, kekeringan dan perubahan iklim mikro. Kerusakan-kerusakan yang terjadi tersebut menunjukkan kerugian yang sangat besar dari sisi ekologi dan ekonomi, sekaligus sangat mempengaruhi kondisi keseluruhan masyarakat dari segala aspek kehidupan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, proyeksi sasaran pembangunan kehutanan di masa depan adalah mengembangkan social forestry dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat sehingga upaya pemulihan lahan-lahan kritis dan terlantar dapat didayagunakan seoptimal mungkin dalam rangka menjaga ekosistem dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

(32)

Tanah Datar sampai saat ini masih terus mendapat isu dan permasalahan seperti mendapat tekanan dari berbagai kepentingan sehingga terancam keberadaannya. Tekanan-tekanan tersebut antara lain claim masyarakat, kurangnya pengakuan masyarakat terhadap batas-batas kawasan hutan, keinginan kuat sektor lain untuk mengkonversi kawasan hutan dan rumitnya sinkronisasi penatagunaan hutan dalam proses review penataan ruang (RTRWP, RTRWK). Dalam penyusunan penataan ruang tahun 2011-2025 diharapkan batas-batas kawasan hutan dapat menjadi lebih jelas.

3. Masih adanya lahan kritis

Masih tingginya lahan kritis karena tingkat keberhasilan penanaman baik penghijauan dan reboisasi masih rendah, disamping itu juga karena kurangnya minat masyarakat terhadap komoditi kehutanan karena waktu panen yang relatif lama. Diharapkan ke depan komposisi komoditi MPTS (Multi Purpose Trees Spesies) yang diminati masyarakat baik pada kegiatan penghiajaun dan reboisasi dapat ditingkatkan.

4. Illegal logging dan illegal trading (peredaran hasil hutan yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan sektor kehutanan).

Hal ini terjadi karena kurang jelasnya batas-batas kawasan hutan, kurangnya pemahaman masyarakat terhadap batas-batas kawasan hutan, belum pahamnya masyarakat terhadap tata aturan peredaran hasil hutan, serta lemahnya sanksi terhadap pelaku pelanggaran.

5. Okupasi kawasan hutan (alih fungsi kawasan hutan untuk aktivitas non hutan)

Faktor kelangkaan lahan pertanian dan faktor desakan ekonomi mengakibatkan tekanan masyarakat di sekitar kawasan hutan terhadap kawasan hutan sangat besar, sehingga terjadi okupasi kawasan hutan. Pemanfaatan dan pemungutan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelestarian ekosistem sehingga dapat dicegah okupasi kawasan hutan oleh masyarakat. Dalam rangka pemanfaatan dan pemungutan HHBK untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang seimbang, dinamis dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka perlu dilakukan upaya antara lain :

(33)

2) Mendukung kebijakan nasional dalam mengembangkan dan meningkatkan produksi HHBK.

3) Adanya acuan mulai dari perencanaan sampai pasca panen bagi pelaku usaha, para pihak dan masyarakat luas dalam pengembangan HHBK.

Diharapkan dengan pengembangan HHBK baik yang berasal dari kawasan hutan maupun luar kawasan hutan melalui serangkaian kebijakan pengembangan HHBK :

1) Mengurangi ketergantungan pada hasil hutan kayu.

2) Peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan dari HHBK serta menimbulkan kesadaran dalam pemeliharaan kawasan hutan.

(34)

BAB III

BAB III

TUJUAN

TUJUAN

,

,

SASARAN

SASARAN

, PROGRAM

, PROGRAM

DAN KEGIATAN TAHUN 201

DAN KEGIATAN TAHUN 201

5

5

3.1. Tujuan dan Sasaran Renja SKPD

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar mempunyai Rencana Strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yaitu untuk tahun 2010-2015 dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Rencana Strategis yang mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, serta cara pencapaian tujuan dan sasaran tersebut adalah sebagai berikut

Berdasarkan visi dan misi daerah, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan menetapkan visi sebagai berikut :

Sedangkan Misi yang ditetapkan dalam rangka mencapai Visi adalah:

Nilai-nilai luhur yang diinginkan oleh jajaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar meliputi kesejahteraan, kejujuran, kebersamaan, keharmonisan, tanggung jawab, profesional, dan bermoral. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman yang akan mengarahkan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar dalam pencapaian visi dan misi sesuai mandat yang diberikan oleh masyarakat pelaku agribisnis di Kabupaten Tanah Datar, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

Terwujudnya pertanian yang mandiri, perkebunan yang tangguh dan kehutanan yang lestari untuk kesejahteraan masyarakat

(35)

Kesejahteraan dalam arti semua usaha dan sistem agribisnis dapat berfungsi dengan baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan, pengangguran dan bertambahnya kesempatan kerja.

Kejujuran meliputi transparansi kegiatan sehubungan dengan penggunaan alokasi dana yang disediakan untuk bidang pertanian dan kehutanan.

Kebersamaan dalam melaksanakan kegiatan harus didukung dengan semangat kerja sama. Keharmonisan dimaksudkan dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas dapat berjalan secara rukun, damai dan saling pengertian.

Tanggung Jawab dimaksudkan adalah adanya kemauan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai yang direncanakan secara tuntas.

Profesional adalah penempatan dan penugasan personil untuk melaksa-nakan pekerjaan sesuai dengan bidang keahliannya.

Bermoral dalam melaksanakan kegiatan setiap personil mempunyai keyakinan bahwa pekerjaan tersebut adalah ibadah.

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi. Tujuan di sini adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar pada jangka waktu 5 (lima) tahun.

Tujuan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar konsisten dengan tugas pokok dan fungsi, yang secara kolektif menggambarkan arah strategis dinas dan perbaikan-perbaikan yang ingin dicapai sesuai tugas pokok dan fungsinya tersebut.

Berdasarkan visi, misi dan faktor-faktor kunci keberhasilan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar menetapkan tujuan sebagai berikut :

1. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan ekonomi yang maju dan berkeadilan.

(36)

dalam 1 (satu) tahun melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan pada 5 (lima) tahun mendatang.

Sasaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar memberikan fokus pada penyusunan kegiatan, sehingga bersifat spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai. Sasaran tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses perencanaan strategis. Fokus utama penentuan sasaran adalah tindakan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi.

Sasaran-sasaran Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Tanah Datar dirumuskan untuk masing-masing tujuan yang telah ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tujuan dan Sasaran Renja 2015

TUJUAN SASARAN INDIKATOR TARGET 2014

1 2 3 4

Jumlah produksi tanaman pangan dan hortikultura (ton) a. padi

Jumlah produktivitas tanaman pangan dan hortikultura (ton/ha)

Jumlah produktivitas tanaman perkebunan (ton/ha)

a. karet b. kakao c. kopi

Jumlah unit pengolahan hasil tanaman pangan a. padi

b.pisang c. kacang tanah

(37)

8

Jumlah perlindungan dan pengendalian terhadap serangan hama dan penyakit (kecamatan)

Jumlah bantuan yang diberikan kepada petani a. Penerima DBH-

Jumlah pelatihan dan pembinaan penyuluh lapangan (LAKU)

Luas hutan dan lahan yang direhablitasi (ha)

Jumlah illegal logging, illegal trading dan okuvasi kawasan hutan

Jumlah kasus kebakaran hutan

750

10

2

3.2. Program dan Kegiatan Tahun 2015

Rencana Program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015 adalah sebagai berikut:

No. Program/Kegiatan I. Program Pengembangan Data/Informasi

1. Penyusunan dan Pengumpulan Data/Informasi Kebutuhan Penyusunan Perencanaan II. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam

1. Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air 2. Pengendalian dan Pengawasan Pemanfaatan Sumber Daya Alam

3. Koordinasi Pengelolaan Konservasi SDA

(38)

IV. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 1. Pendidikan dan Pelatihan Formal

V. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat

2. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik

3. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan Dinas/Operasional 4. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor

5. Penyediaan Alat Tulis Kantor

6. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan

7. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik dan Penerangan Bangunan Kantor 8. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan

9. Penyediaan Makanan dan Minuman

10. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah

11. Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung Administrasi/Teknis Perkantoran

VI. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan

1. Penyusunan laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja SKPD 2. Penyusunan Pelaporan Keuangan Akhir Tahun

VII. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan 1. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan VIII. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan

1. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Rehablitasi Hutan dan Lahan IX. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan

1. Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu

X. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan 1. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian/Perkebunan

2. Pengembangan Bibit Unggul Pertanian/Perkebunan 3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

4. Penunjang Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pertanian/Perkebunan XI. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan

1. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna 2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna XII. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/ Perkebunan

1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan, Produk Pertanian XIII. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian/Perkebunan

1. Pembangunan Pusat-pusat Etalase/Eksibisi/Promosi Atas Hasil Produk Pertanian/Perkebunan

XIV. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani 1. Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis

(39)

4. Penyediaan Prasarana dan Sarana Budidaya dan Pasca Panen Tembakau 5. Penilaian Petugas dan Petani Berprestasi

XV. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/ Perkebunan Lapangan 1. Peningkatan Kapasitas Tenaga Penyuluh Pertanian/Perkebunan

XVI. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya

1. Pemberdayaan Petani Pemakai Air

2. Peningkatan Pengelolaan Irigasi Partisipatif

XVII. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan 1. Legislasi Rancangan Peraturan Perundang-undangan

(40)

BAB IV

BAB IV

PENUTUP

PENUTUP

Keberhasilan pengelolaan sumberdaya alam untuk pembangunan pertanian, perkebunan dan kehutanan dalam konteks sistem pembangunan daerah di Kabupaten Tanah Datar tidak dapat terlepas dari dukungan para pihak atau sektor terkait. Dalam jangka tertentu keterkaitan antar sektor ini semakin strategis mengingat hanya kolaborasi pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara terintegrasi yang dapat menjamin keberhasilan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan pertanian.

Rencana Kerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015 merupakan suatu upaya bagi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara terarah dan terpadu (holistik) sehingga program prioritas daerah dapat didukung oleh insan pertanian melalui program aksi, baik yang dibiayai melalui dana DAU maupun dari Pemerintah Pusat (DAK, Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan serta DBH) sehingga visi dan misinya dapat diwujudkan secara bertahap.

Ukuran keberhasilan dan kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Tahun 2015 juga sangat ditentukan oleh dukungan sumberdaya (alam, SDM dan kapital) yang ada. Oleh karena itu tema pembangunan 2015 yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan akan diimplementasikan melalui pengalokasian dan pemanfaatan sumberdaya seoptimal mungkin.

Mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dan di masa datang, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan tetap komitmen dengan revitalisasi pembangunan pertanian dan kehutanan sehingga program/kegiatan yang disusun diperkirakan akan dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman dalam khazanah sistem dan usaha agribisnis.

DISAHKAN OLEH BUPATI TANAH DATAR

M. SHADIQ PASADIGOE

KEPALA DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

KABUPATEN TANAH DATAR

(41)

Gambar

Tabel 2.1.1. Pengukuran Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Kesejahteraan Petani                            Tahun 2012 dan 2013
Gambar 2.1.1.  Tingkat capaian produksi dan produktivitas komoditi tanaman pangan dan    hortikultura tahun 2013
Gambar 2.1.2.  Perbandingan tingkat capaian produksi dan produktivitas tanaman pangan   dan hortikultura tahun 2012 dan 2013
Gambar 3.1.4.  Perbandingan tingkat capaian produksi dan produktivitas   komoditi perkebunan tahun 2012 dan 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

playing pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III di SLBN 1 Kubung Koto Baru Solok”. Peneliti berharap metode ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berlalu lintas agar

Suatu pembaharuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak adalah mengenai ‘Anak yang Berhadapan dengan Hukum’ (selanjutnya

Program Peningkatan Manajemen Peradilan Agama merupakan program untuk mencapai sasaran strategis dalam hal penyelesaian perkara, tertib administrasi perkara, dan

Tingkat akurasi metode multiple kernel support vector machine yang dihasilkan untuk data ekspresi gen leukimia yaitu 85% dan untuk data tumor usus besar sebesar

Penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan pada karyawan AJB Bumiputera 1912 kantor wilayah malang gaya kepemimpinan direktif, gaya kepemimpinan suportif, gaya

Panduan dalam kabin secara langsung menunjukkan dengan tepat lokasi kerja dan seberapa banyak yang harus dipotong atau diisi, sehingga operator dapat bekerja lebih percaya diri dan

Ajaran Panca Yama Brata merupakan rambu-rambu yang sangat luhur dan masih relevan dengan perkembangan zaman yang digunakan oleh setiap pemimpin sebagai landasan