P
J
URNALO
NLINEWESTPHALIA
V
OL.13,
N
O.1
(
J
ANUARI-
JUNI)
2014
JURNAL MASALAH-MASALAH HUBUNGAN INTERNASIONAL
-
2014
WESTPHALIA
PROMOTING INTER UNIVERSITY COOPERATION NETWORKING BETWEEN INDONESIA AND SOUTH AMERICAN AND THE CARIBBEAN COUNTRIES
Alif Oktavian
PELUANG PENINGKATAN KERJASAMA DI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN (KUBA, BRAZIL, ARGENTINA, CILE, KOLOMBIA DAN VENEZUELA)
Lies Widyawati
MEMAHAMI KEBUDAYAAN AMERIKA LATIN SERTA PELUANG KERJASAMA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN
Iwan B. Irawan
MARKETING POLITIK SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN DALAM PEMILU 2014
Kunkunrat
PROGRAM
STUDI
ILMU
HUBUNGAN
INTERNASIONAL
FAKULTAS
ILMU
SOSIAL
DAN
PROMOTING INTER UNIVERSITY COOPERATION NETWORKING BETWEEN INDONESIA AND SOUTH AMERICAN AND THE CARIBBEAN COUNTRIES
Alif Oktavian 1-10
PELUANG PENINGKATAN KERJASAMA DI SEKTOR PENDIDIKAN DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN (KUBA, BRAZIL, ARGENTINA, CILE, KOLOMBIA DAN VENEZUELA)
Lies Widyawati 11-40
MEMAHAMI KEBUDAYAAN AMERIKA LATIN SERTA PELUANG KERJASAMA INDONESIA DENGAN NEGARA-NEGARA AMERIKA LATIN
Iwan B. Irawan 41-56
MARKETING POLITIK SEBAGAI FAKTOR DETERMINAN DALAM PEMILU 2014
Kunkunrat 57-80
DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA
Ade Priangani 81-105
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA
M. Budiana 106-115
DINAMIKA PEMERINTAHAN MESIR MENUJU NEGARA YANG DEMOKRATIS: DITANDAI PERSAINGAN ANTARA DEMOKRAT ISLAM DENGAN MILITER
Bulbul Abdurahman 116-155
Journal Review :
DUA WAJAH NASIONALISME (The Two Faces of Nationalism) by Edmund S. Glenn, University of Delaware
Awang Munawar 156-164
KONTRIBUSI PERUSAHAAN MNCs SEKTOR PERMINYAKAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
Dea Triana Fauzi dan Dewi Astuti Mudji 165-174
PERUBAHAN PERAN DAN TRANSFORMASI FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MEWUJUDKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY
Nur Muchalis dan Fahremi Imri 175-194
PENGARUH CHINA-ASEAN FREE TRADE AREA ( CAFTA) TERHADAP INDUSTRI MIKRO DI INDONESIA
Terti Anjayani dan Iwan Gunawan 195-217
DINAMIKA POLITIK DAN PEMERINTAHAN INDIA
Jurnal Hubungan Internasional WESTPHALIA merupakan sebuah Jurnal yang
secara khusus membahas tentang tema-tema keilmuan Hubungan Internasional.
Redaksi mengundang para pemerhati hubungan internasional untuk menulis
dengan panjang minimal 15 halaman kwarto, spasi ganda. Redaksi berhak
mengedit tanpa mengubah substansinya. Tulisan dapat dialamatkan ke
adepriangani@rocketmail.com
atau
www.hi-unpas.co.cc
atau Prodi Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan
Bandung 40261, tel/faks : 022-4205945.
Susunan Pengelola Jurnal WESTPHALIA:
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 106
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Oleh M. Budiana
Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung
Abstrak
Sistem politik yang diterapkan di Indonesia adalah sistem politik demokrasi berdasarkan Pancasila, bercirikan: kedaulatan rakyat, pelaksanaan kedaulatan melalui sistem perwakilan, di dalam lembaga perwakilan selalu diupayakan permusyawaratan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
Kata kunci: Sistem Politik, Pemerintahan Indonesia
Pendahuluan
Sitem Politik adalah merupakan kesatuan antara struktur dan
fungsi-fungsi politik. Struktur politik diibaratkan mesin sedangkan komponennya
disebut fungsi. Struktur Politik, terdiri dari suprastruktur dan infrastruktur.
Suprastruktur, menjalankan output: - decision or rule making; - Rule
Aplication dan – Rule Adjudication. Infrastruktur, menjalankan input: - interest articulate (perumusan dan pengajuan kepentingan), - interest agregation (pemaduan atau pengajuan kepentingan). Fungsi Politik terdiri
dari: perumusan kepentingan, pemaduan kepentingan, pembuatan kebijakan
umum, penerapan kebijakan, pengawasan pelaksanaan kebijakan. Fungsi
lainnya adalah: Komunikasi Politik, Sosialisasi Politik dan Rekrutmen Politik.
Feedback
OUT PUT
INPUT PROSES/
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 107
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)
ISSN
0853-2265
Input dalam sebuah sistem
politik adalah aspirasi masyarakat
atau kehendak rakyat, berupa:
tuntutan, dukungan ataupun sikap
apatis. Proses dalam sistem politik
mencakup serangkaian tindakan
pengambilan keputusan baik oleh
lembaga legislatif, eksekutif
maupun yudikatif dalam rangka
memenuhi atau menolak aspirasi
masyarakat. Output sistem politik
berupa kebijakan publik:
pemenuhan aspirasi masyarakat,
penolakan/ketidaksediaan untuk
memenuhi aspirasi masyarakat.
Sistem politik yang
diterapkan di Indonesia adalah
sistem politik demokrasi
berdasarkan Pancasila, bercirikan:
kedaulatan rakyat, pelaksanaan
kedaulatan melalui sistem
perwakilan, di dalam lembaga
perwakilan selalu diupayakan
permusyawaratan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan.
Suprastruktur politik Indonesia:
lembaga pelaksana fungsi
pembuatan kebijakan
umum/legislatif (fungsi legislasi,
fungsi pengawasan/kontrol, fungsi
anggaran); lembaga pelaksana
fungsi penerapan
kebijakan/eksekutif; lembaga
fungsi pengawasan pelaksana
kebijakan/yudikatif dan Mahkamah
Agung. Infrastruktur politik di
Indonesia adalah LSM, Partai
Politik (pendidikan politik,
penciptaan iklim yang kondusif
serta perekat persatuan dan
kesatuan bangsa untuk
mensejahterakan masyarakat,
penyerap, penghimpun dan
penyalur aspirasi politik
masyarakat secara konstitusional,
partisipasi politik warga negara,
rekrutmen politik dalam proses
pengisian jabatan politik), dan
Media Massa.
Pembahasan
Sistem Politik Indonesia
adalah sebuah sistem politik
demokratis yang bersendikan
nilai-nilai lokal (local value) bangsa
Indonesia yaitu Pancasila.
Karakteristik Sistem Politik
Indonesia adalah kedaulatan
rakyat, pelaksanaan kedaulatan
melalui sistem perwakilan, di
dalam lembaga perwakilan selalu
diupayakan permusyawaratan
yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan.
Sistem Politik Indonesia
bersumber dari Dasar (Falsafah)
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 108
terdiri dari dua kata sansekerta,
Panca berarti lima, dan sila
memiliki arti prinsip. Pancasila
mengandung lima dasar yang tidak
terpisahkan dan saling terkait satu
dengan yang lainnya. Mereka
adalah: Ketuhanan Yang Maha
Esa; Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab; Persatuan Indonesia;
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan;
Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia dan juga
Undang Undang Dasar 1945. Konstitusi Republik Indonesia
selalu merujuk kepada Undang
Undang Dasar 1945. Hal ini
disebabkan karena konstitusi
negara disusun dan diadaptasi
pada tahun 1945 ketika pendirian
republik, dan secara jelas
membedakannya dari konstitusi
lainnya yang diperkenalkan bebas
di Indonesia. Lebih lanjut, muatan
danri UUD 1945 menuliskan jelas
tujuan dan sasaran untuk
kemerdekaan yang
diproklamasikan pada 17 Agustus
1945 dan mempertahankannya di
kemudian hari. Hal ini
merefeleksikan semangat dan
kekuatan masa tersebut ketika
merancang konstitusi. Ini
menginspirasikan urgensi untuk
persatuan dan kesamaan tujuan
serta demokrasi yang dibangun
atas konsep warisan Indonesia
dalam gotong-royong dan
musyawarah mencapai mufakat.
Diawali dengan sebuah
pembukaan, undang undang dasar
republik Indonesia terdiri atas 37
pasal, empat aturan peralihan dan
dua peraturan tambahan.
Pembukaan disusun dalam
empat paragraf dan mengandung
sebuah kutukan terhadap segala
bentuk penjajahan di dunia,
sebuah keterangan perjuangan
Indonesia untuk kemerdekaan,
sebuah deklarasi kemerdekaan
dan pernyataan prinsip-prinsip dan
tujuan-tujuan dasar negara.
Selanjutnya juga menyatakan
bahwa kemerdekaan nasional
Indonesia didirikan ke dalam
sebuah negara kesatuan Republik
Indonesia dengan kekuasaan
berada di tangan rakyat. Negara
miliki dasar falsafah hidup sebagai
berikut: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan Yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 109
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)
ISSN
0853-2265
Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia.
Dibimbing oleh falsafah
fundamental tersebut, tujuan dasar
negara adalah mewujudkan
sebuah pemerintahan Indonesia
yang melindungi seluruh rakyat
dan bumi pertiwi Indonesia,
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengembangkan
kehidupan intelektualitas negara
dan berkontribusi mewujudkan
sebuah tata dunia yang berdasar
kepada kemerdekaan, kedamaian
dan keadilan sosial.
Pembentukan Sistem politik
Indonesia dilihat dari proses
politiknya bisa dilihat dari
masa-masa berikut ini: - Masa
prakolonial, - Masa kolonial
(penjajahan), - Masa Demokrasi
Liberal, - Masa Demokrasi
terpimpin, - Masa Demokrasi
Pancasila, dan- Masa Reformasi.
Kondisi existing
menunjukkan bahwa nilai-nilai
Pancasila sudah semakin jauh dari
sistem politik Indonesia. Kalau kita
lihat latar belakang atau proses
pembentukan Sistem Politik
Indonesia dari mulai masa
penjajahan sampai pada orde
reformasi, dilihat dari: Penyaluran
tuntutan, Pemeliharaan nilai,
Kapabilitas, Integrasi vertikal,
Integrasi horizontal, Gaya politik,
Kepemimpinan, Partisipasi massa,
Keterlibatan militer, Aparat
negara, dan Stabilitas. Bila
diuraikan kembali maka diperoleh
analisis sebagai berikut :
1. Masa Prakolonial
(Kerajaan) Penyaluran tuntutan rendah dan terpenuhi Pemeliharaan nilai disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan
Kapabilitas SDA melimpah
Integrasi vertikal atas bawah
Integrasi horizontal
nampak hanya sesama penguasa kerajaan
Gaya politik kerajaan
Kepemimpinan raja, pangeran dan keluarga kerajaan Partisipasi massa sangat rendah Keterlibatan militer
sangat kuat karena berkaitan dengan perang
Aparat negara loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
Stabilitas stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa Kolonial (Penjajahan)
Penyaluran tuntutan
rendah dan tidak terpenuhi Pemeliharaan
nilai
sering terjadi pelanggaran HAM
Kapabilitas melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
Integrasi vertikal atas bawah tidak harmonis
Integrasi horizontal
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 110
Gaya politik penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
Kepemimpinan dari penjajah dan elit pribumi yang
diperalat
Partisipasi massa
sangat rendah bahkan tidak ada
Keterlibatan militer
sangat besar
Aparat negara loyal kepada penjajah
Stabilitas stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
Penyaluran tuntutan
tinggi tapi sistem belum memadani Pemeliharaan
nilai
penghargaan HAM tinggi
Kapabilitas baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih
potensial
Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah
atas
Integrasi horizontal
disintegrasi, muncul solidarity makers dan
administrator
Gaya politik ideologis
Kepemimpinan angkatan sumpah pemuda tahun 1928
Partisipasi massa
sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
Keterlibatan militer
militer dikuasai oleh sipil
Aparat negara loyal kepada kepentingan kelompok atau partai
Stabilitas instabilitas
4. Masa Demokrasi Terpimpin
Penyaluran tuntutan
tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas Pemeliharaan
nilai
Penghormatan HAM rendah
Kapabilitas abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju
Integrasi vertikal atas bawah Integrasi
horizontal
berperan solidarity makers
Gaya politik ideolog, nasakom
Kepemimpinan tokoh kharismatik dan paternalistik Partisipasi massa dibatasi Keterlibatan militer
militer masuk ke pemerintahan
Aparat negara loyal kepada negara
Stabilitas stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi Pemeliharaan nilai
terjadi Pelanggaran
HAM tapi ada pengakuan HAM
Kapabilitas sistem terbuka
Integrasi vertikal atas bawah Integrasi
horizontal
nampak
Gaya politik intelek, pragmatik, konsep
pembangunan
Kepemimpinan teknokrat dan ABRI
Partisipasi massa
awalnya bebas
terbatas, kemudian
lebih banyak dibatasi
Keterlibatan militer
merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
Aparat negara loyal kepada pemerintah (Golkar)
Stabilitas stabil 6. Masa Reformasi
Penyaluran tuntutan
tinggi dan terpenuhi Pemeliharaan
nilai
Penghormatan HAM tinggi
Kapabilitas disesuaikan dengan Otonomi daerah
Integrasi vertikal dua arah, atas bawah
dan bawah atas
Integrasi horizontal
nampak, muncul kebebasan (euforia)
Gaya politik pragmatik
Kepemimpinan sipil, purnawiranan, politisi Partisipasi massa tinggi Keterlibatan militer dibatasi
Aparat negara harus loyal kepada negara bukan pemerintah
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 111
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)
ISSN
0853-2265
Dilihat dari bagan-bagan
diatas, menunjukan bahwa setiap
jenis sistem pemerintahan yang
telah di implementasikan di
Indonesia banyak mengalami
perubahan. Dalam masa
prakolonial/sistem kerajaan,
peranan Raja begitu besar
sehingga stabilitas tercipta dengan
baik, namun aspirasi rakyat
kerapkali terkendala, namun hal
tersebut tidak menjadi kendala,
sebab rakyat mempercayai bahwa
pemimpin negara (Raja) adalah
jelmaan dari Tuhan untuk menata
tertib order di dunia. Pada masa
kolonial, stabilitas terjaga dengan
alat pemaksa, dan partisipasi
masyarakat cenderung nol.
Sedangkan dalam sistem
demokrasi parlementer, partisipasi
masyarakat cenderung tinggi,
namun terjadi instabilitas. Pada
masa demokrasi terpimpin tingkat
partisipasi rendah, tetapi tercipta
stabilitas, begitupula pada masa
demokrasi Pancasila/orde baru.
Sedangkan periode orde
reformasi/pasca orde baru
mendekati sistem demokrasi
liberal.
Sistem Pemerintahan Indonesia Sistem berarti suatu
keseluruhan yang terdiri atas
beberapa bagian yang mempunyai
hubungan fungsional.
Pemerintahan dalam arti luas
adalah pemerintah/
lembaga-lembaga Negara yang
menjalankan segala tugas
pemerintah baik sebagai lembaga
eksekutif, legislative maupun
yudikatif. Secara umum, sistem
pemerintahan yang kita kenal ada
3 (tiga), yaitu: Sistem
Pemerintahan Presidensial, Sistem
Pemerintahan Parlementer dan
Sistem Pemerintahan Campuran.
Sistem Pemerintahan
Presidensial, merupakan sistem
pemerintahan di mana kepala
pemerintahan dipegang oleh
presiden dan pemerintah tidak
bertanggung jawab kepada
parlemen (legislative). Menteri
bertanggung jawab kepada
presiden karena presiden
berkedudukan sebagai kepala
Negara sekaligus kepala
pemerintahan. Contoh Negara:
AS, Pakistan, Argentina, Filiphina,
Indonesia. Ciri-ciri sistem
pemerintahan Presidensial:
Pemerintahan Presidensial
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 112
pemisahan kekuasaan; Eksekutif
tidak mempunyai kekuasaan untuk
menyatu dengan Legislatif;
Kabinet bertanggung jawab
kepada presiden, dan eksekutif
dipilih melalui pemilu.
Sistem Pemerintahan
Parlementer, merupakan suatu
system pemerintahan di mana
pemerintah (eksekutif)
bertanggung jawab kepada
parlemen. Dalam system
pemerintahan ini, parlemen
mempunyai kekuasaan yang besar
dan mempunyai kewenangan
untuk melakukan pengawasan
terhadap eksekutif. Menteri dan
perdana menteri bertanggung
jawab kepada parlemen. Contoh
Negara: Kerajaan Inggris,
Belanda, India, Australia,
Malaysia. Ciri-ciri dan syarat
system pemerintahan Parlementer:
Pemerintahan Parlementer
didasarkan pada prinsip
pembagian kekuasaan; Adanya
tanggung jawab yang saling
menguntungkan antara legislatif
dengan eksekutif, dan antara
presiden dan kabinet, dan
Eksekutif dipilih oleh kepala
pemerintahan dengan persetujuan
legislatif.
Sedangkan Sistem
Pemerintahan Campuran, sistem
pemerintahan ini diambil hal-hal
yang terbaik dari sistem
pemerintahan Presidensial dan
sistem pemerintahan Parlemen.
Selain memiliki presiden sebagai
kepala Negara, juga memiliki
perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan. Contoh Negara:
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 113
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)
ISSN
0853-2265
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Indonesia
TAHUN PELAKSANAAN
1945-1
9
4
9
Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD ’45
antara lain:
a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia
pusat dari pembantu presiden menjadi badan
yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut
menetapkan GBHN yang merupakan
wewenang MPR.
b. Terjadinya perubahan sistem kabinet
presidensial menjadi kabinet parlementer
berdasarkan usul BP – KNIP.
1949-1950
Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan
yang diterapkan saat itu adalah sistem
parlementer cabinet semu (Quasy Parlementary).
Sistem Pemerintahan yang dianut pada masa
konstitusi RIS bukan kabinet parlementer murni
karena dalam system parlementer murni,
parlemen mempunyai kedudukan yang sangat
menentukan terhadap kekuasaan pemerintah
1950-1959
Landasannya adalah UUD ’50 pengganti konstitusi
RIS ’49. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah
parlementer cabinet dengan demokrasi liberal
yang masih bersifat semu. Ciri-ciri:
a. presiden dan wakil presiden tidak dapat
diganggu gugat.
b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan
pemerintahan.
c. Presiden berhak membubarkan DPR.
d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.
1959-1966 (Demok rasi Terpimp in)
Presiden mempunyai kekuasaan mutlak dan
dijadikannya alat untuk melenyapkan
kekuasaan-kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib
parpol ditentukan oleh presiden (10 parpol yang
diakui). Tidak ada kebebasan mengeluarkan
pendapat
1966-1998
Orde baru pimpinan Soeharto lahir dengan tekad
untuk melakukan koreksi terpimpin pada era orde
lama. Namun lama kelamaan banyak terjadi
penyimpangan-penyimpangan. Soeharto mundur
pada 21 Mei ’98.
1998-Sekaran
g
(Reform
asi)
Pelaksanaan demokrasi pancasila pada era
reformasi telah banyak memberikan ruang gerak
pada parpol maupun DPR untuk mengawasi
pemerintah secara kritis dan dibenarkan untuk
unjuk rasa.
Sistem Pemerintahan menurut UUD ’45
sebelum dan sesudah diamandemen:
SEBELUM AMANDEMEN SESUDAH AMANDEMEN Kekuasaan tertinggi diberikan rakyat kepada MPR. MPR bukan lembaga tertinggi lagi DPR sebagai pembuat UU Komposisi MPR terdiri atas seluruh anggota DPR ditambah DPD yang dipilih oleh rakyat Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan Presiden dan wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat DPA sebagai pemberi saran kepada pemerintahan Presiden tidak dapat membubarkan DPR MA sebagai lembaga pengadilan dan penguji aturan Kekuasaan Legislatif lebih dominan BPK pengaudit keuangan
Pada masa Reformasi,
muncul dua lembaga kehakiman
yang baru. Kedua lembaga
kehakiman tersebut adalah
Mahkamah Konstitusi dan Komisi
Yudisial, yang muncul pada
Amandemen Ketiga pada tanggal
9 November 2001. Komisi Yudisial
tersebut diharapkan dapat
mengatasi permasalahan yang
menyangkut mafia peradilan,
sesuatu yang keberadaannya
antara ada dan tiada itu.
Sementara itu Mahkamah
Konstitusi merupakan suatu
lembaga antitesa atas buruknya
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 114
sendiri yang berpuncak pada
Mahkamah Agung itu.
Sistem yang digunakan di
Indonesia saat ini adalah
demokrasi, suatu sistem yang di
ciptakan oleh barat. suatu sistem
yang dirancang berdasarkan
perkiraan-perkiraan yang
menurutnya baik. entahlah baik
bagi penduduk ditempat lain atau
tidak, tapi yang jelas dia
menciptakannya berdasarkan
keindahan menurut
pandangannya, tapi sistem itu juga
yang dipuja oleh bangsa kita, dan
sistem ini juga yang
diagung-agungkan bangsa kita. kelebihan
dari sistem ini adalah kebebasan.
Kekurangan sistem ini
adalah Sistem ini tercipta dari
pemikiran seorang manusia yang
jelas-jelas terbatas dan berbudaya
beda dengan penduduk Indonesia.
Sistem ini membebaskan
masyarakat untuk menyampaikan
aspirasi, tapi tidak didengarkan
oleh pemerintah. Sistem ini
berubah setiap pemimpinnya
berubah. Sistem ini tidak bisa
disebarkan kepenjuru dunia
manapun, selain di Indonesia
sendiri, karena itu adalah salah
satu sifat demokrasi, jadi setiap
negara yang memiliki sistem
Demokrasi, harus mendesign
ulang demokrasi yang mau dipakai
di negaranya. jangan pernah
membandingkan sistem demokrasi
pancasila dengan sistem
demokrasi yang dipakai di
amerika. walaupun sama-sama
demokrasi, tapi pada prakteknya
keduanya berbeda. Sistem ini
memberikan kesempatan kepada
pemerintah untuk memperkaya diri
dan masyarakat menghentikan
pemimpin itu saat masyarakat
tidak puas, atau saat pemimpin itu
sudah kaya. Sistem ini
menyamakan KEWAJIBAN wanita
dengan pria, yang jelas-jelas pria
adalah pemberi nafkah dan wanita
adalah pendamping hidup. Sistem
ini menggunakan suara terbanyak,
jadi bersiaplah artis jadi pemimpin,
walaupun dia tidak punya ilmu
politik sama sekali. Sistem ini
bertumpu pada kompromi, bukan
musyawarah. Sistem ini
menggunakan kekayaan sebagai
suatu pandangan kesuksesan.
Sistem ini memandang orang kaya
adalah orang terhormat. Sistem ini
memberikan hak pilih kepada
masyarakat untuk memilih
pemimpin yang akan memimpin
mereka, tapi tidak memberikan hak
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 115
JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014)
ISSN
0853-2265
dan mana kewajiban. itu pemimpin
yang menentukan.
Penutup
Mengingat pelaksanaan
sistem politik yang memiliki
kecenderungan pragmatik dan
cenderung demokratik liberal
(mengacu pada nilai-nilai the american creed), maka perlu ada big push yang mampu memotong
mata rantai sistem yang
cenderung tidak membumi/tidak
sesuai dengan local value bangsa
Indonesia. Salah satu solusi
adalah memformulasi ulang
nilai-nilai Pancasila yang saat ini
diyakini terlalu refresif ketika
diterapkan oleh rezim orde baru.
Kalau kita kembali pada
sendi-sendi Pancasila yang dinafasi oleh
value founding father (meluruskan
kembali nilai-nilai Pancasila), maka
besar kemungkinan kita bisa
menemukan The Indonesian Creed, yang bernama Pancasila.
Dan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila bisa dijadikan big
push untuk menata kembali sistem
politik Indonesia. Selain itu,
ditengah kondisi yang carut marut
ini, perlu dilahirkan seorang
pemimpin yang memiliki strong
leadership dan memiliki
keberpihakan pada rakyat kecil.
Tanggung jawab partai politik
adalah melakukan pendidikan
politik bagi kader-kader partainya
untuk memuluskan langkah
lahirnya pemimpin yang
diharapkan tadi, baik yang
nantinya berjuang di parlemen
maupun di eksekutif, sedangkan
kalangan akademisi, LSM dan
Media terus menyuarakan etika
politik bagi masyarakat yang
mampu meyakinkan masyarakat
agar memiliki pemahaman yang
sama akan lahirnya seorang
pemimpin yang capable tersebut.
Dengan demikian, produk
perundangan yang lahir mengacu
kepada kepentingan masyarakat
dan hal ini memudahkan jalan bagi
eksekutif untuk menerapkan
produk perundangan yang
berorientasi kepada kepentingan