Boks 3
Det erminan Inf lasi Nusa Tenggara Barat Pasca
Perhit ungan Inf lasi di Kot a Bima
Pada bulan M aret 2009 inf lasi di Nusa Tenggara Barat mengalami peningkat an mencapai 11,89% (yoy) dibandingkan inf lasi bulan Februari 2009 yang mencapai 11,18% (yoy). Inf lasi di Nusa Tenggara Barat mulai mengalami penurunan set elah meningkat t ajam pasca kenaikan harga BBM pada bulan M ei
2008, yang mendorong inf lasi NTB mencapai puncaknya pada bulan Sept ember 2008 sebesar 14,74% (yoy).
Secara umum pergerakan inf lasi di NTB menunjukan arah yang sama dengan pergerakan inf lasi nasional. Selanjut nya, sejak bulan Juni 2008 t erjadi kecenderu ngan pergerakan inf lasi di NTB yang berada di at as laju inf lasi nasional. Tingginya laju inf lasi di NTB t ersebut t urut dipengaruhi t ingginya laju inf lasi Kot a Bima yang mulai diperhit ungkan dalam inf lasi agregat NTB sejak bulan Juni
20081.
Selain it u, sejak Juni 2008 bobot perhit ungan inf lasi mengalami perubahan sesuai hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 yang dilaksanakan di 66 kot a. Dalam SBH t ahun 2007 bobot Kot a M at aram adalah sebesar 0,79 t urun dibandingkan pada SBH 2002 yang sebesar 1,07. Sedangkan Kot a Bima yang sebelumnya t idak dihit ung dalam perhit ungan inf lasi, dalam SBH 2007 bobot nya adalah sebesar 0,21. Walaupun mengalami penurunan bobot , laju inf lasi Kot a Bima yang relat if lebih t inggi dibandingkan Kot a M at aram t elah mendongkrak laju inf lasi agregat Nusa Tenggara Barat sejak pert engahan t ahun 2008.
Hasil SBH Tahun 2007 menunjukan perubahan pola konsumsi di Nusa Tenggara Barat , khususnya di Kot a M at aram yang mengalami peningkat an pada kelompok t ransport asi, komunikasi dan jasa keuangan sedangkan konsumsi unt uk kelompok bahan makanan cenderung menurun sebagaimana t ercermin dari peningkat an bobot pada kelompok t ransport asi. Akibat nya, laju inf lasi NTB secara t ahunan hingga M aret
1
Perhit ungan Inf lasi sejak Juni 2008 didasari oleh nilai konsum si hasil Survei Biaya Hidup 2007 Tabel 1.
Inf lasi M at aram, Bima, Gabungan NTB, dan Nasional (M aret 2009)
Inf lasi m -t-m
Perbandingan Inf lasi NTB dan Nasional
(2.00)
Sumber : BPS, diolah
2009 yang belum sepenuhnya t erlepas dari mult iplier ef f ect kenaikan harga BBM di bulan M ei 2008 masih berada pada level yang t inggi di kisaran 11% .
Perkembangan inf lasi Nusa Tenggara Barat pada bulan M aret 2009, menunjukan inf lasi di Kot a M at aram mencapai 11,29% (yoy), meningkat dibanding inf lasi Februari 2009 sebesar 10,87% . Hal serupa dit unjukan oleh inf lasi Kot a Bima juga melonjak lebih t inggi dari 12,34% (yoy) pada bulan Februari 2009 menjadi 14,14% (yoy) di bulan M aret 2009.
Dari gambar 2, dapat dilihat bahw a inf lasi Kot a Bima cenderung lebih t inggi dibanding inf lasi di Kot a M at aram. Apabila
di-breakdow n berdasarkan
kelompok komodit as, inf lasi di Bima secara umum didominasi oleh kelompok Bahan M akanan dan M akanan Jadi, diikut i oleh kelompok komodit as lainnya, sepert i perumahan air list rik gas & bahan bakar, sandang, kesehat an, pendidikan rekreasi & olahraga, sert a t ransport komunikasi & jasa keuangan (Gambar 3). Hal ini sedikit berbeda dengan inf lasi Kota M at aram yang didominasi oleh Bahan M akanan dan Perumahan, Air, List rik, Gas & Bahan Bakar.
Dari kelompok komodit as bahan makanan, sub kelompok yang dominan mempengaruhi laju inf lasi Kot a Bima adalah buah -buahan dan
bumbu-bumbuan. Sedangkan unt uk
kelompok komodit as makanan jadi, laju inf lasi Kot a Bima sangat dipengaruhi sub kelompok makanan jadi.
Gam bar 2
Perbandingan Inf lasi M at aram dan Bima
(0.50)
Sumber : BPS, diolah
Gam bar 3
Komponen Inf lasi di Kot a Bima
-Perum ahan, Air, List ril, Ga s & Bahan Bakar
Sandang
Kesehat an
Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Sumber : BPS, diolah
Gam bar 4
Komponen Inf lasi Kot a Bima berdasarkan kelompok Bahan
M akanan
Padi2an, Umbi2an, dan Hasilnya
Daging dan Hasil2nya
Ikan Segar Ikan Diawetkan Telur, Susu, dan hasil2nya
Sayur- sayuran Kacang -kacangan
Buah-buahan
Bumbu - bumbuan Lemak dan M inyak
Bahan M akanan Lainnya
Sumber : BPS, diolah
Gam bar 5 Komponen Inf lasi Kot a Bima berd asarkan kelompok M akanan Jadi
0.00 M inuman yang Tidak Ber alkohol Tembakau dan M inuman Beralkohol
Sumber : BPS, diolah
Berdasarkan dat a publikasi BPS, komodit as yang dominan memberikan sumbangan inf lasi dari kot a Bima menurut kelompok komodit as buah -buahan t erut ama adalah komodit as Apel. Sedangkan dari kelombok bumbu -bumbuan komodit as yang dominan menyumbang inf lasi adalah Cabe Raw it , diikut i dengan Cabe M erah dan Baw ang M erah (t abel 4). Hasil t ersebut menunjukkan rent annya kedua kelompok komodit as t ersebut di Kot a Bima.
Kedua komodit as t ersebut merupakan komodit as musiman, sehingga
menyumbang inf lasi yang cukup t inggi hanya pada bulan -bulan t ert ent u. M isalnya, unt uk komodit as cabe raw it , pada bulan Agust us hingga Okt ober 2008 komodit as t ersebut t idak t ermasuk kedalam komo dit as ut ama penyumbang inf lasi. Namun pada bulan November 2008 hingga M aret 2009, komodit as t ersebut selalu masuk kedalam daf t ar 20 komodit as ut ama. Dengan demikian dit enggarai masalah musiman dan kendala pasokan merupakan permasalahan ut ama inf lasi di Kota Bima.
Sedangkan dari kelompok komodit as makanan jadi, minuman, rokok & t embakau, komodit as ut ama penyumbang inf lasi di Kot a Bima adalah Sot o, M ie, dan komodit as-komodit as lain sepert i dalam t abel 5.
Tabel 4
Sub Komodit as Buah -buahan dan Bumbu -bumbu an
yang masuk kedalam 20 Komodit as yang Dominan M emberikan Sumbangan Inf lasi di Kot a Bima
Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 M ar-09
Apel Apel Jeruk Nipis Jeruk Pisang Apel - - Pepaya
- Pisang Jeruk - Apel Anggur - - Apel
- - Apel - Jeruk - - -
-- - - - Jeruk Nipis - - -
-Cabe Raw it Cabe Rawit Bawang M erah Cabe Rawit Cabe Raw it Cabe Raw it
Cabe M erah Cabe M erah Bawang M erah Bawang M erah
Cabe Rawit Baw ang M erah
Periode Sub Kelompok
Komoditas
Buah-buahan
Bumbu-bumbuan
Sumber : BPS, diolah
Tabel 5
Sub Komodit as Buah -buahan dan Bumbu -bumbuan
yang masuk kedalam 20 Komodit as yang Dominan M emberikan Sumbangan Inf lasi di Kot a Bima
Jul-08 Aug-08 Sep-08 Oct-08 Nov-08 Dec-08 Jan-09 Feb-09 M ar-09
Kue Basah Biskuit Ayam Goreng M ie M ie M ie Kering Inst ant
Sate Sot o
Tempe Bubur Kacang Hijau
Soto Nasi
Sate
Sub Kelompok Komoditas
Periode
M akanan Jadi
Sumber : BPS, diolah
Unt uk periode Januari -M aret 2009, komodit as dengan sumbangan inf lasi t ert inggi ut amanya dialami oleh cabe raw it dan beras. Permasalahan t ingginya sumbangan inf lasi komodit as ini t erhadap inf lasi Nusa Tenggara Barat t ermasuk dalam pembahasan padarapat koordinasi TPID yang dilaksanakan pada 11 M aret 2009. Dalam f orum t ersebut , Dinas Pert anian menyampaikan salah sat u penyebab peningkat an harga komodit as beras yakni implement asi Inpres No.8 t ahun 2008 t ent ang peningkat an harga gabah dari Rp 2.200 per kg menjadi Rp 2.400 per kg. Namun demikian, t ekanan inf lasi dari komodit as beras diperkirakan akan
menurun, sejalan dengan dat a dari Dinas Pert anian NTB yang mengindikasikan peningkat an gabah kering giling (GKG) pada bulan April dan M ei 2009 sejalan dengan dat angnya panen raya. Kegiat an panen padi bulan April dan M ei 2009 diperkirakan sebesar 1,01 jut a t on GKG at au ekuivalen dengan 56% sasaran produksi padi Provinsi NTB di t ahun 2009.
Penyebab lain dari t ingginya harga beras di Bima adalah pengiriman beras ke luar daerah NTB sepert i Surabaya dan Kupang yang t idak t ermonit or dengan baik, yang menyebabkan berkurangnya pasokan di NTB. Dalam f orum TPID juga dibahas perlunya penet apan perat uran yang mengat ur t at a niaga perdagangan ant ar pulau t erut ama bagi komodit as bahan makanan yang berkont ribusi besar dalam pembent ukan inf lasi NTB.
Sement ara unt uk komodit as cabe raw it , peningkat an harga diperkirakan akibat berkurangnya pasokan cabe raw it di musim penghujan. Beberapa upaya t elah dilakukan oleh Dinas Pert anian t erkait kurangnya pasokan cabe raw it , salah sat unya adalah menghimbau masyarakat unt uk mengembangkan pola budidaya penanaman cabe raw it di t iap rumah t angga, sehingga saat musim hujan dat ang, permasalahan kekurangan pasokan dapat diminimalisir.