ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN
MURA>
BAH}AH
DI BMT MADANI TAMANSEPANJANG SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh
Dwi Denys Muzarofatus Sholikhah NIM: C02212010
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang Analisis Hukum Islam Terhadap pembiayaan Mura>bah}ah di BMT Madani Taman Sepanjang Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana analisis hukum Islam terhadap
akad mura>bah}ah yang direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah
menjadi milik BMT Madani. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkannya dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang diperjualbelikan.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalan tersebut adalah pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, teknik wawancara dan studi pustaka. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya disusun dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa yang dilakukan BMT Madani dari keempat nasabah yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah untuk pembelian barang. Namun barang tersebut belum dimiliki BMT Madani, tetapi BMT Madani sudah menentukan harga pokok plus marginnya, BMT Madani merealisasikannya pada saat itu juga, dilihat dari ketentuan hukum Islam Akad mura>bah}ah yang direalisasi oleh BMT Madani sebelum barang yang dijual menjadi miliknya adalah, tidak boleh. Dan selanjutnya kasus di BMT Madani pihak wakil tidak membelikan semua dana yang diberikan olehmuwakkiluntuk keperluannya sesuai akad, dilihat dari ketentuan hukum Islam terhadap akad pembelian barang oleh wakil BMT Madani yang tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkannya adalah salah dan harga barang dalam akadmura>bah}ah yang ada di BMT Madani itu tidak riil karena yang diakadkan bukan harga barang yang sebenarnya. Menurut analisis hukum Islam dapat dibilang harga dalammura>bah}ahtersebut harga palsu.
B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6
C.Rumusan Masalah ... 7
J. Data Yang Dikumpulkan ... 19
K.Sumber Data ... 21
L. Teknik Pengumpulan Data... 21
M.Teknik Pengelolahan Data. ... 22
N.Analisis Data . ... 23
BAB II NORMA HUKUM ISLAM TENTANG MURA <BA H{A H DAN W A KA <LA H
A. Norma Hukum Islam Tentang Pembiayaan Mura>bah}ah Dalam
Hukum Islam... 26
1. Pengertian Jual BeliMura>bah}ah... 26
2. Dasar Hukum Jual BeliMura>bah}ah... 28
a. Al-Qur an ... 28
b. Hadis ... 29
c. Ijma ... 30
3. Rukun dan Syarat Jual BeliMura>bah}ah. ... 31
a. Pihak yang berakad(al-‘aqid) ... 32
b. Objek akad, yaitu barang/harga(ma’kud’alaih) ... 32
c. Sighat (ijab dan qabul) ... 34
4. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam... 35
a. Haram zatnya ... 36
b. Haram Selain Zatnya... 36
5. Tidak sahnya akad ... 38
a. Tidak terpenuhinya rukun dan syarat. ... 38
b. Terjadinya ta alluq... 39
c. Terjadinya”two in one”. ... 39
B. Norma Hukum Islam tentangW aka>lah... 40
1. Pengertianmura>bah}ah. ... 40
2. Dasar Hukummura>bah}ah. ... 41
a. Al-Qur an. ... 41
b. Hadis. ... 41
c. Ijma. ... 42
d. Qiyas. ... 42
3. Rukun dan SyaratW aka>lah... 42
c. Muwakkal fih(sesuatu yang diwakilkan) ...
d. Shigat...
4. Mewakilkan untuk Berjual Beli... 44
5. Berakhirnya AkadW aka>lah... 45
BAB III PRAKTIK PEMBIAYAANMURA <BA H{A HDI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO A. Gambaran Umum BMT Madani... 47
1. Sejarang berdirinya BMT Madani. ... 47
2. Visi dan Misi BMT Madani... 48
3. Prinsip dan Fungsi Dasar BMT Madani. ... 48
4. Susunan {Pengurus BMT Madani. ... 49
5. TugasPengurus BMT Madani. ... 51
6. Program/ Produk BMT Madani... 54
7. Proses Pengajuan Pembiayaan BMT Madani. ... 56
B. Praktek PembiayaanMura>bah}ah. ... 57
1. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus M Jusrianto... 57
2. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Sugianto. ... 60
3. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Slamet... 62
4. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Asih. ... 63
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani . ... 66
C. Analisis Hukum Islam terhadap praktik pembiayaan
Mura>bah}ahberdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai
Barang yang dijualbelikan ... 72
BAB V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BMT (Bait al-Ma>l wa al-Tamwi>l) merupakan lembaga keuangan
mikro berbadan hukum koperasi yang menjalankan kegiatannya dengan
prinsip syariah. Sebagai lembaga keuangan mikro yang relatif baru di
Indonesia, BMT mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dan
menengah dengan berlandaskan syariah.
Istilahbait al-ma>l wa al-tamwi>ladalah penggabungan daribait al-ma>l
dan bait al-tamwi>l. Sebagai Baitul Mal, BMT menjalankan kegiatan
mengelola dana yang bersifat sosial yang berasal dari zakat, infaq, dan
sedekah, atau sumber lain yang halal. Dana tersebut disalurkan kepada
mustahik (orang yang berhak) dan untuk kebaikan lainnya. Sebagai baitut
tamwil, BMT menjalankan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat dan bersifatProfit motive. Penghimpunan dana diperoleh melalui
simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk
pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.1
Dalam perkembangannya, BMT banyak bermunculan di beberapa
daerah di Indonesia. Salah satunya adalah BMT Madani yang berada di
daerah Sepanjang Sidoarjo. BMT yang beralamatkan di Jl. Raya Bebekan
1 Hartono Widodo, Pas (Pedoman Akuntansi Syariah) Panduan Praktis Oprasional Baitul Mal
2
no.276 ini didirikan oleh Muhammadiyah Cabang Sepanjang pada tanggal 03
Maret 2007 dengan tujuan membangun dan mengembangkan tatanan
perekonomian yang maju, berkembang, terpercaya, aman, nyaman,
transparan, dan berkehati-hatian berdasarkan syariah dan ridho Allah Swt.
Pada sektor pendanaan, BMT Madani Sepanjang menawarkan produk
Tabungan W adi>’ah dan Mud{a>rabah. Sedangkan pada sektor pembiayaan,
BMT madani sepanjang menawarkan produk yang berbasis pada akad
mura>bah}ahdan akadMud{ha>rabah. Akadmura>bah}ahadalah salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli
tentang harga pokok pembelian (biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan komoditas) dan tambahan profit yang diinginkan yang
tercermin dalam harga jual yang akan diangsur oleh pembeli setiap bulan,
setiap minggu, atau bahkan setiap hari sesuai dengan kemampuan dan jangka
waktu yang disepakati.
Di antara fakta praktinya ialah pembiayaan mura>bah}ah untuk M. Jusrianto yang tinggal di Ngelom Gg.4 Sepanjang dan bekerja sebagai
pedagang ayam di pasar Sepanjang. M. Jusrianto mengajukan permohonan
pembiayaan mura>bah}ah untuk pembelian ayam sebesar Rp 6.000.000. Pihak BMT memberikan kuasa (W aka>lah) kepada M. Jusrianto untuk membeli ayam yang dimaksud seharga Rp 6.000.000. BMT menjual ayam yang
dikuasakan pembelian kepada M. Jusrisnto tersebut seharga Rp 7.787.000.
Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp6.000.000. ditambah margin
3
bulan sebesar Rp 649.000. per bulan. Akad mura>bah}ah antara BMT Madani
dan M. Jusrianto terealisasi pada 3 Pebuari 2016. Setelah akad mura>bah}ah
teralisasi, M. Jusrianto membeli ayam seharga hanya Rp2.000.000. dan sisa
uang sebesar Rp4.000.000. ia gunakan untuk kebutuhan lain. Setelah itu
pihak BMT datang ke tempat M. Jusrianto berdagang untuk mengecek
apakah sudah dibelikan ayam atau belum tanpa mengecek jumlah uang yang
dipakai M. Jusrianto untuk membeli ayam.2
Praktek yang sama terjadi juga pada nasabah kedua, Sugianto yang
tinggal di Wonocolo Sepanjang dan bekerja sebagai pedagang janggelan di
pasar Sepanjang. Sugianto mengajukan permohonan pembiayaan Mura>bah}ah
untuk pembelian janggelan sebesar Rp 5.000.000. Pihak BMT memberikan
kuasa (W aka>lah) kepada Sugianto untuk membeli janggelan yang dimaksud
seharga Rp 5.000.000. BMT menjual janggelan yang dikuasakan pembelian
kepada Sugianto tersebut seharga Rp 5.990.000. Yang terdiri dari harga
pokok sebesar Rp5.000.000. ditambah margin Rp990.000. Harga tersebut
disepakati dibayar secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp 499.500. per
bulan. Akadmura>bah}ah antara BMT Madani dan Sugianto terealisasi pada 1
Juli 2015. Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Sugianto tidak langsung
membeli janggelan tetapi Sugianto terlebih dahulu menggunakan uang
tersebut untuk biaya pendaftaran masuk sekolah anaknya sebesar
Rp3.000.000. sisa uang sebesar Rp 2.000.000. baru ia gunakan untuk membeli
janggelan. Setelah itu pihak BMT datang ke tempat Sugianto berdagang
4
untuk mengecek apakah sudah dibelikan janggelan atau belum tanpa
mengecek jumlah uang yang dipakai Sugianto untuk membeli ayam.3
Nasabah yang ketiga Slamet yang tinggal di Ngelom Gg 5 dan bekerja
sebagai pedagang ayam di pasar Sepanjang sampai sekarang. Slamet
mengajukan permohonan pembiayaan Mura>bah}ah untuk pembelian mesin
cuci sebesar Rp 3.000.000. Pihak BMT memberikan kuasa (W aka>lah) kepada
Sugianto untuk membeli mesin cuci yang dimaksud seharga Rp 3.000.000.
BMT menjual mesin cuci yang dikuasakan pembelian kepada Sugianto
tersebut seharga Rp 3.594.000. Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp.
3.000.000. ditambah margin Rp 594.000. Harga tersebut disepakati dibayar
secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp 299.500. per bulan. Akad
mura>bah}ahantara BMT Madani dan Slamet terealisasi pada 20 Febuari 2015.
Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Setelah itu pihak BMT datang kerumah
Slamet untuk mengecek apakah sudah dibelikan mesin cuci atau belum tanpa
mengecek jumlah uang yang dipakai Slamet untuk membeli mesin cuci.4
Asih nasabah keempat yang tinggal di Sepanjang Sidoarjo dan bekerja
sebagai Guru SD. Asih mengajukan permohonan pembiayaan mura>bah}ah
untuk pembelian televisi sebesar Rp 3.000.000. Pihak BMT memberikan
kuasa (W aka>lah) kepada Asih untuk membeli Asih yang dimaksud seharga
Rp 3.000.000. BMT menjual televisi yang dikuasakan pembelian kepada Asih
tersebut seharga Rp3.594.000. Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp
3.000.000. ditambah margin Rp 594.000 harga tersebut disepakati dibayar
5
secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp299.500 per bulan. Akad
mura>bah}ah antara BMT Madani dan Asih terealisasi pada tanggal 7 Mei
2015. Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Asih membeli televisi seharga Rp
2.000.000. dan sisa uang sebesar Rp 1.000.000. ia gunakan untukmembeli
anting-anting anaknya. Setelah itu pihak BMT datang ke kerumah Asih
untuk mengecek apakah sudah dibelikan televisi atau belum dan seperti biasa
BMT Madani tanpa mengecek jumlah uang yang dipakai Asih untuk membeli
televisi.5
Dua fakta mengenai praktek pembiayaan mura>bah}ah di atas tampak
tidak selaras dengan hadis Nabi Muhammad s.a.w:
“W ahai Rasulullah sesungguhnya aku membeli barang jualan, apakah yang halal dan apa pula yang haram daripadanya untuk ku? Rasulullah bersabda: jika kamu telah membeli sesuatu maka janganlah kamu jual sebelum ada ditanganmu”6
Berdasarkan hadis di atas , maka terjalinnya akad jual belimura>bah}ah di BMT Madani Sepanjang tidak selaras dengan sabda nabi kepada
sahabatnya tersebut karena ketika terjadi akad, pihak BMT belum memiliki
dan menguasai barang yang dijualnya. Keempat fakta praktek pembiayaan
mura>bah}ah yang dialami oleh keempat nasabah di atas juga tampak tidak selaras dengan ayat al-Qur an berikut ini.
5Asih, Wawancara data diperoleh dari Guru SD, 30 September 2016
6Sayyid Sabiq,Fiqih Sunnah(alih bahasa kamaluddin A. Marzuki), jilid 12,(Bandung: Pustaka,
6
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati A llah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. A l-A nfal:27).7
Aspek yang tampak tidak selaras dengan ayat ini terletak pada
realisasi pengadaan barang oleh wakil BMT. Dalam kaitannya ini BMT
memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli dalam jumlah yang
ditentukan tetapi nasabah hanya membeli sebagiannya saja sehingga terkesan
bahwa nasabah mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan oleh BMT
kepada mereka.
Berdasarkan hadis dan ayat al-Qur an di atas, maka praktik
pembiayaan mura>bah}ah tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui dengan lebih cermat apa yang menjadi pertimbangan BMT Madani
menyelenggarakan pembiayaanMura>bah}ahdengan cara seperti di atas .
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi
beberapa masalah yang penting diteliti sebagai berikut:
1. Praktik akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani.
7
2. Praktik pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil
sebagai harga barang yang diperjualbelikan.
3. Realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT
Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkan kepadanya.
4. Praktik pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar sepanjang di BMT
Madani.
5. Analisis hukum Isalam terhadap pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar
sepanjang di BMT Madani.
Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka penulis membatasi
penelitian yakni pada: Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan
mura>bah}ahPedagang Pasar Sepanjang di BMT Madani Jl. Raya Bebekan No.
276 Taman Sepanjang Sidoarjo, dengan fokus bahasan antara lain:
1. Akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada
nasabah menjadi milik BMT Madani.
2. Realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT
Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkan kepadanya.
3. Praktik pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil
sebagai barang yang diperjualbelikan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
8
direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik
BMT Madani?
2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang oleh
nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah
yang diwakilkan kepadanya?
3. Bagimana analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaanmura>bah}ah
berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang
diperjualbelikan?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian
yang sudah pernah dilakukan mengenai topik yang sama, namun fokus
permasalahan yang berbeda, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang sedang
akan dilakukan ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian
atau penelitian yang telah ada.8
Setelah melakukan penelusuran pustaka, peneliti menemukan enam
hasil karya ilmiah terdahulu yang mempunyai relevansi dengan penelitian
yang sedang peneliti lakukan.
Pertama, karya ilmiah berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Hak Kepemilikan Atas Obyek Dalam Akad mura>bah}ah Dengan Sistem
W aka>lah Di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya". Karya ilmiah berbentuk
skripsi yang ditulis oleh Hidayatus Sholihah pada tahun 2010 ini memiliki
9
dua rumusan masalah, yaitu siapakah yang memiliki hak atas obyek dalam
akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di Bank BNI syariah Cabang
Surabaya dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap hak kepemilikan
atas obyek dalam akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di Bank BNI
syariah Cabang Surabaya.
Dalam penelitiannya, Hidayatus Sholihah memiliki kesimpulan dari
hasil penelitiannya bahwa model transaksi mua>malah yang berbentuk akad
pembiayaanmura>bah}ah dengan sistemwaka>lah di Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya, terdapat langkah atau prosedur aplikasi yang kurang sesuai dengan
hukum islam. Dia juga menyebutkan bahwa obyek transaksi mura>bah}ah
dengan sistem waka>lah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya adalah milik
bersama karena pada saat pembelian barang tersebut adalah atas nama Bank
kedudukan kedua belah pihak, yakni nasabah dan Bank, sama-sama sebagai
pemilik yang tidak sempurna (al-milk an-naqish) yakni seperti orang yang
hanya menguasai materi harta, tetapi manfaatnya dikuasai oleh orang lain.
Sedangkan jika dilihat dari akad dan transaksi jual belinya, ditemukan bahwa
obyek yang diperjualbelikan oleh pihak BNI Syariah Cabang Surabaya
dengan nasabah belum dimiliki dengan sempurna oleh pihak Bank. Sebab,
ketika Bank memberikan kuasa kepada nasabahnya dan sekaligus
menjualnya, barang tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh Bank. Terdapat
20% uang nasabah dari keseluruhan pembelian barang, yang dibayar oleh
nasabah sebelum mengajukan pembiayaan mura>bah}ah. Dalam jual beli,
10
Jika informasi tentang nasabah yang ingin mengajukan pmbiayaan
mura>bah}ahtelah didapatkan oleh pihak Bank BNI Syariah Cabang Surabaya,
pihak Bank memberikan pembiayaan sebesar 80% dari total harga pembelian
barang, sekaligus mulai menentukan besaran laba yang akan didapatkan dan
menjelaskan tentang hal-hal yang mengikat bagi nasabahnya baik berupa hak
maupun kewajiban, sampai pada akhirnya terjadilah kesepakatan antara
keduanya yang disertai dengan bukti tanda tangan dari masing-masing
keduanya. dan model transaksi seperti ini tidak dilarang dalam hukum islam.9
Kedua, Zunatur Rhohmanah seorang mahasiswa fakultas Syariah pada
tahun 2010 menulis skripsi yang berjudul "Penerapan Akad waka>lah Pada
Produk mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah "Ben Tawakal"
Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan (Studi Analisis Hukum Islam)".
Zanatur Rhohmanah memiliki dua rumusan masalah, yakni bagaimana
penerapan akad waka>lah pada produk mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam
Syariah "Ben Tawakal" Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan dan
bagaimana analisis hukum Islam terhadap kesesuaian penerapan akad
waka>lah pada produk mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah "Ben
Tawakal" Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zunatur Rhohmanah
menunjukkan bahwa nasabah melakukan pembiayaanmura>bah}ah di Koperasi
Simpan Pinjam Syariah "Ben Tawakal" dengan cara pihak koperasi
9Hidayatus Sholihah, "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Kepemilikan A tas Obyek Dalam
11
memberikan akad waka>lah pada nasabah karena pihak koperasi tidak dapat
membelikan barang sesuai yang diinginkan oleh nasabah. Namun pada
prakteknya, nasabah melakukan penyalahgunaan dana atau tidak
menggunakan dana sesuai dengan akad awal yang disepakati dengan
demikian menurut hukum Islam akad tersebut tidak sah.10
Ketiga, pada tahun 2011 Ainul Yaqin menulis skripsi yang berjudul
"Kajian Hukum Islam Terhadap Aplikasi Pembiayaan mura>bah}ah Di
Koperasi Simpan Pinjam Pondok Pesantren Kramat Kabupaten Pasuruan",
dengan rumusan masalah bagaimana mekanisme pembiayaan mura>bah}ah di
koperasi simpan pinjam pondok pesantren keramat kabupaten pasuruan dan
bagaimana persepektif hukum Islam terhadap aplikasi pembiayaan
mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam pondok pesantren keramat kabupaten
pasuruan.
Ainul Yaqin menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa aplikasi
mura>bah}ahpada koperasi simpan pinjam pondok pesantren kramat kabupaten
pasuruan, dimana penyaluran pembiayaan dilakukan oleh koperasi pondok
pesantren keramat dengan cara memberikan pembiayaan kepada nasabah
dalam pembelian barang dan menjual kembali barang yang sudah dibeli oleh
nasabah kepada koperasi pondok pesantren keramat (KPK) Kabupaten
Pasuruan. mengenai pembayaran pembiayaan oleh nasabah, dapat dilakukan
dengan cara mencicil (angsuran) yaitu selambat-lambatnya satu tahun sesuai
10Zunatur Rhohmanah,"Penerapan A kad W akalah Pada Produk Murabahah Di Koperasi Simpan
12
dengan kesepakatan koperasi pondok pesantren keramat. Jika dalam proses
pembayaran angsuran terjadi keterlambatan pembayaran oleh nasabah, maka
hal itu dianggap sebagai kekhilafan, dan koperasi memberikan tambahan
waktu untuk melakukan pelunasan.11
Keempat, Peneltian Haritz Rabbani tahun 2008 tentang Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Ketentuan dan Penerapan Produk mura>bah}ahdengan
Akad W aka>lah Pada PT. BPR Syariah Untung Surapati Bangil Pasuruan
memiliki dua masalah pokok yang dibahas, yaitu bagaimana ketentuan
tinjauan hukum Islam tentang produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah dan
bagaimana penerapan produkmura>bah}ahdengan akadwaka>lahpada PT. BPR
Syariah Untung Surapati Bangil Pasuruan.
Hasil dari penelitian Hariz Rabbani menjelaskan bahwa ketentuan dan
penerapan produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah
Untung Sirapati adalah tidak diperbolehkan memberikan akad waka>lah pada
nasabah karena selama ini dana yang diberikan oleh bank tidak digunakan
sebagaimana perjanjian ketika awal akad antara pihak bank dengan nasabah
dan wakil. Dana yang diberikan kepada wakil ternyata diberikan lagi kepada
nasabah dan digunakan untuk keperluan lain. Menurut mazhab Syafi'i dan
Hanafi jika selaku wakil menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati
ketika akad, penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak yang mewakilkan
maka tindakan tersebut batil, sebagaimana juga dijelaskan dalam al-Quran
11Ainul Yaqin, "Kajian Hukum Islam Terhadap A plikasi Pembiayaan Murabahah Di Koperasi
13
sura an-Nisa' ayat 29 bahwa tidak diperboleh menggunakan harta orang lain
secara batil.
Hasil lainnya menyebutkan bahwa ketentuan produk pembiayaan
muraba>hah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah Untung Surapati
adalah memberikan waka>lah pada keluarga nasabah, misalnya: jika yang
mengajukan pihak istri maka yang dijadikan wakil adalah suami, jika yang
mengajukan masih single maka yang dijadikan wakil dari bank adalah kedua
orang tua. Tetapi dalam praktek penerapan produk mura>bah}ah dengan akad
waka>lah pada keluarga nasabah sebagai wakil dari pihak bank dalam
pembelian dan penyerahan barang pada nasabah ternyata selama ini
digunakan tidak sesuai dengan akad atau perjanjian ketika awal akad pada
produk pembiayaan mura>bah}ah, karena wakil yang datang hanya untuk
memenuhi syarat bank saja. sebagaimana khusus yang terjadi pada produk
pembiayaan mura>bah}ah pada PT. BPR Syariah Untung Sirapati dana yang
diberikan seama ini digunakan untuk keperluan lain.12
Kelima,skripsi yang ditulis oleh Risma Helni fakultas Syariah tahun
2008 berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Penetapan Harga
Pembiayaan mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ben Iman
Lamongan. Rumusan masalah yang diangkat oleh Risma Helni yaitu
bagaimana aplikasi penetapan harga pembiyaan mura>bah}ah pada koperasi
simpan pinjam Syariah Ben Iman Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum
12 Haritz Rabbani,“ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketentuan dan Penerapan Produk
14
Islam terhadap aplikasi penetapan harga pembiayaan mura>bah}ah pada
koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman Lamongan.
Dari penelitiannya, Risma Helni menyimpulkan bahwa penetapan
harga pembiayaan mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman
Lamongan adalah kesepakatan harga yang dilakukan oleh pihak bank
koperasi dengan nasabah pembiayaan, dalam hal ini margin keuntungan tidak
ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama melainkan ditetapkan sendiri
oleh pihak koperasi dan pihak nasabah harus menyepakatinya dan harga
tersebut ditetapkan lebih tinggi dibandingkan harga pasar. Risma Helni juga
menyimpulkan bahwa aplikasi penetapan margin keuntungan yang
dipergunakan oleh pihak koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman
Lamongan adalah tidak diperbolehkan menurut hukum Islam, akan tetapi hal
ini dilakukan untuk mempermudah proses pembiayaan mura>bah}ahitu sendiri
sehingga diperbolehkan menurut hukum Islam.13
Keenam, Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurrul Nisfu Suci
rofikhoh dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Uang
Dengan Sistem Jual Beli Barang (mura>bah}ah) Dari Piutang Di Desa Sawo
Babat Lamongan, fakultas syariah tahun 2008. Pokok masalah yang diangkat
oleh Nurrul Nisfu Suci Rofikhoh adalah bagaimana deskripsi praktek hutang
uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di Desa Sawo
Babat Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek
13 Risma Helni fakultas ,"Tinjauan Hukum Islam Terhadap A plikasi Penetapan Harga
15
hutang uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di Desa
Sawo Babat Lamongan.
Dari hasil penelitian Nurul Nisfu Suci Rofikhoh, disimpulkan bahwa
praktek hutang uang dengan sistem jual beli barang dari piutang yang
dilakukan di Desa Sawo Babat Lamongan, sebelumnya berangkat dari hutang
uang yang diajukan oleh pihak yang berhutang. Tetapi pihak yang berpiutang
tidak memberikan hutang dalam bentuk uang tunai melainkan barang apapun
untuk dihutangkan dengan ketentuan harga di atas standart. Di sisi lain
pihak yang berhutang menginginkan uang tunai dan bukan barang. Kemudian
pihak yang berhutang memberikan alternative bahwa yang diberikan barang
namun barang tersebut dapat dijual kepadanya dengan harga dibawah
standart. Apabila ada pertanyaan setuju dari pihak yang berhutang, maka
perjanjian dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Dalam hal pengambilan hutang diberikan tenggang waktu selama 3 bulan
kepada pihak yang berhutang untuk melunasinya.
Hasil lainnya, Nurul menyebutkan bahwa menurut hukum Islam
mengenai hutang uang dengan sistem jual beli barang dari piutang di desa
sawo babat lamongan adalah sah, karena ditinjau dari berbagai sudut baik
obyek hutang, perjanjian hutang, pelaksanaan ijab qabul dan pengambilan
hutang didasarkan kerelaan pada kedua pihak baik yang berhutang maupun
yang berpiutang tidak ada paksaan dari siapapun. Ini juga disebabkan kedua
belah pihak yang melakukan transaksi sudah dewasa atau balig dan berakal,
16
berhak memilihara hartanya dengan baik. Dan transaksi ini dapat disamakan
dengan transaksi mura>bah}ah sehingga menurut hukum Islam sah dan
diperbolehkan menurut al-Qur an, al-Hadis maupun pendapat ulama.14
Keenam hasil karya ilmiah di atas memilki perbedaan dengan
penelitian yang sedang peneliti lakukan: pertama, Hidayatus sholihah
membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap hak kepemilikan atas
obyek dalam akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di bank BNI Syariah
cabang Surabaya. Kedua, karya tulis Zunatur Rhohmanah yang
membedakannya adalah tentang penerapan akad waka>lah pada produk
mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah "Ben Tawakal" kecamatan
mantup kabupaten lamongan (studi analisis hukum Islam). Ketiga, Ainul
yaqin karya tulisnya mengenai kajian hukum Islam terhadap aplikasi
pembiayaan mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam pondok pesantren kramat
kabupaten pasuruan. Dalam skripsi yang keempat, yang ditulis oleh Haritz
rabbani yang membedakannya tinjauan hukum Islam terhadap ketentuan dan
penerapan produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah
untung surapati bangil pasuruan. Kelima, skripsi yang ditulis oleh Risma
helni yang berbeda adalah tinjauan hukum Islam terhadap aplikasi penetapan
harga pembiayaan mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ben Iman
Lamongan. Kemudian skripsi yang terakhir yang ditulis oleh Nurrul Nisfu
Suci Rofikhoh yang membedakannya tinjauan hukum Islam terhadap hutang
14Nurrul Nisfu Suci rofikhoh,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Uang Dengan Sistem
17
uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di desa sawo
babat lamongan.
Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada bahasan
analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum
barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani, analisis
hukum islam terhadap realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi
wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang di wakilkan kepadanya
dan analisis hukum islam terhadap praktek pembiayaan mura>bah}ah
berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang
diperjualbelikan.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang
direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT
Madani.
2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang
oleh nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah
yang diwakilkan kepadanya.
3. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaan
mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang
18
F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam penelitian
ini, maka kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
dalam dua aspek, sebagai berikut:
1. Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penambahan atau
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum Islam, yakni
dengan memperkaya dan memperluas khazanah ilmu tentang bagaimana
analisis hukum Islam terhadap pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar
sepanjang di BMT Madani Jl. Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang
Sidoarjo.
2. Praktis: Penelitian ini diharapkan untuk menjadi panduan bagi pelaku
akadmura>bah}ahdi BMT Madani sesuai dengan hukum Islam.
G. Definisi Oprasional
1. Hukum Islam : Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berkenaan dengan pembiayaan mura>bah}ah yang berdasarkan al-Qur an
dan al-Hadis.15
2. Pembiayaan mura>bah}ah : jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak BMT dengan
nasabah.
3. Pedagang (nasabah) : pedagang pasar sepanjang yang melakukan
pembiayaanmura>bah}ahdi BMT Madani.
19
H. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif ialah metode penelitian yang meletakan peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data
bersifat deduktif, dan lebih menekan akan pada makna dari pada
generalisasi.16Sedangkan pendekatan penelitian ini, ialah bersifat
deskriptif-analistis. Penulis akan mendeskripsikan data yang diperoleh dari subjek
penelitian secara apa adanya, serta penulis memberikan interprestasi dan
analisis terhadap data yang diperoleh.
I. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BMT Madani yang beralamat di jalan
Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo. Penulis memfokuskan
penelitian ini pada analisis hukum Islam terhadap praktik pembiayaan
mura>bah}ahyang dilakukan pedagang pasar sepanjang di BMT tersebut.
J. Data yang dikumpulkan
Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, ada tiga data yang
dikumpulkan untuk kasus-kasus akad mura>bah}ah yang direlisasi sebelum
barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani, yaitu:
20
a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.
b. Tanggal realisasi akadmura>bah}ah.
c. Tanggal pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT
Madani.
Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, ada tiga data yang
dikumpulkan untuk persoalan-persoalan realisasai pembelian barang oleh
nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang
diwakilkan kepadanya, yaitu:
a. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.
b. Data tentang jumlah barang yang dikuasakan pembeliannya oleh BMT
Madani kepada nasabah.
c. Data tentang jumlah barang yang dibeli oleh nasabah atas nama wakil
BMT Madani.
Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, ada tiga data yang
dikumpulkan untuk permasalahan praktek pembiayaan mura>bah}ah
berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang
diperjualbelikan, yaitu:
a. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.
b. Harga pokok barang yang di perjualbelikan oleh wakil BMT Madani
kepada nasabah.
c. Data harga riil dalam pembelian barang oleh nasabah atas nama wakil
21
K. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber pada:
1. Fiqih Islam W a A dillatuhu, W ahbah A z-Zuhaili, diterjemahkan oleh
Abdul Hayyie Al-Kattani.
a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.
b. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.
c. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.
2. Harmami Nur Khayati, Novia Faradillah, Tasya Maulidah Zein, ( Staff
Operasional dan pembukuan BMT Madani).
a. Dokumen transaksi pembiayaanmura>bah}ah
b. Dokumen pemberian kuasa (waka>lah) pada transaksi pembiayaan
mura>bah}ah
3. M. Jusrianto dan Sugianto (nasabah/pedagang pasar sepanjang)
a. Dokumen kuitansi pembelian barang objekmura>bah}aholeh nasabah
L. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:
1. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang:
a. Tanggal realisasi akadMura>bah}ah.
b. Tanggal pembelian barang oleh nasabah yang jadi wakil BMT
22
c. Data tentang jumlah barang yang di kuasakan pembeliannya oleh
BMT Madani kepada nasabah.
d. Data tentang jumlah barang yang dibeli oleh nasabah atas nama wakil
BMT Madani.
e. Data tentang harga pokok barang yang di perjualbelikan oleh BMT
Madani kepada nasabah.
f. Data harga riil dalam pembelian barang oleh nasabah atas nama wakil
BMT Madani.
2. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tersebut di atas
ketika dokumen yang menjadi sumbernya tidak didapatkan. Wawancara
akan dilakukan dengan:
a. Harmami Nur Khayati, Novia Faradillah, Tasya Maulidah Zein, (Staff
operasional dan pembukuan BMT Madani Sepanjang).
b. M. Jusrianto dan Sugianto (nasabah/pedagang pasar sepanjang).
3. Studi pustaka, digunakan untuk mengumpulkan data tentang:
a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.
b. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.
c. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.
M. Teknik Pengolahan Data
Adapun teknik pengolahan data yang akan digunakan antara lain:
a. Editing adalah memeriksa kelengkapan, dan kesesuaian data. Teknik ini
23
b. Organizing adalah menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh
baik data selanjutnya maupun data primer maupun data sekunder.
c. A nalylizing adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh dengan
metode yang telah ditentukan. Ini dilakukan setelah editing dan
organizingselesai dilakukan.
N. Analisis Data
Setelah mengumpulkan data, penulis menganalisisnya dengan metode
deskriptif yaitu memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data tentang
praktek pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar sepanjang di BMT Madani
Jl. Raya No. 276 Bebekan Taman Sepanjang Sidoarjo. Selanjutnya data
tersebut dianalisis dari segi kesesuaiannya dengan hukum Islam dengan pola
piker deduktif, yaitu dengan meletakkan norma hukum Islam sebagai rujukan
dalam menilai fakta-fakta khusus mengenai praktek pembiayaan mura>bah}ah
tersebut.
O. Sistematika Penelitian
Materi skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab yang satu
dengan bab yang lainnya merupaka satu kesatuan yang saling berhubungan.
24
bab yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya sistematika penulisan skripsi ini
adalah sebagai berikut.
Bab pertama merupakan pendahuluan. Uraian dalam bab ini dipilah
dalam delapan sub bab, yaitu latar belakang masalah, indentifikasi masalah,
batasan masalah, perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika
penelitian.
Bab kedua menyajikan uraian mengenai Norma Hukum Islam Tentang
mura>bah}ah dan W aka>lah. Uraian bab ini dibagi menjadi dua sub bab, yakni:
pertama sub bab mengenai norma hukum Islam tentang mura>bah}ah, kedua
sub bab mengenai norma hukum Islam tentangwaka>lah.
Bab ketiga memaparkan hasil penelitian mengenai praktek
pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar Sepanjang di BMT Madani Jl. Raya
Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo. Uraian bab ini dibagi menjadi
dua sub bab, yakni: pertama sub bab tentang profil BMT Madani yang
beralamt di Jl. Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo.Keduasub
bab tentang praktek pembiayaanmura>bah}ah.
Bab keempat, menyuguhkan analisis hukum Islam dalam bab ini
diarahkan pada tiga segi dari praktek mura>bah}ah tersebut yang
masing-masing dituangkan dalam sub bab tersendiri. pertama sub bab tentang
analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang direalisasi sebelum
barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani. Kedua sub
25
nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang
diwakilkan kepadanya.Ketigasub bab tentang analisis hukum Islam terhadap
praktek pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil
sebagai barang yang diperjualbelikan.
Sebagai penutup, bab kelima memuat kesimpulan yang murupakan
jawaban ringkasan dari pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah. Pada
bab terakhir ini juga diberikan saran-saran yang memuat rekomendasi
BAB II
NORMA HUKUM ISLAM TENTANG
MURA>
BAH}AH
DANWAKA>
LAH
A. Norma Hukum Islam Tentang PembiayaanMura>bah}ahDalam Hukum Islam
1. Pengertian Jual BeliMura>bah}ah
Mura>bah}ah disebut juga bay’ bithaman ajil. Kata mura>bah}ah
berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling
menguntungkan. Secara sederhana muraba>hah berarti jual beli barang
ditambah keuntungan yang disepakati.1
Jual beli mura>bah}ah, yaitu menjual barang sesuai dengan harga
pembelian, dengan menambahkan keuntungan tertentu. Contoh jual beli
mura>bah}ah, seperti yang disebutkan ulama Malikiyah, adalah pemilik
barang menyebutkan beberapa dia membeli barang dagangan, setelah itu
dia minta keuntungan tertentu, baik secara global (seperti dengan
mengatakan, Aku membeli barang ini dengan harga sepuluh dinar, dan
aku meminta untung satu atau dua dinar ,) atau dengan terperinci (seperti
dengan mengatakan, Aku minta untung satu dirham untuk setiap
dinarnya, ). Dengan kata lain, penjual bisa meminta keuntungan tertentu,
atau minta keuntungan sesuai dengan persentase tertentu. Adapun
menurut ulama Hanafiyah, mura>bah}ah adalah memindahkan hak milik
27
keuntungan tertentu. Sementara menurut ulama Syafi iyah dan
Hanabilah,mura>bah}ahadalah menjual barang sesuai barang dengan modal
yang dikeluarkan oleh penjual, dan dia mendapatkan keuntungan satu
dirham untuk setiap sepuluh dirham, atau yang sejenisnya, dengan syarat
kedua belah pihak (penjual dan pembeli) mengetahui modal yang
dikeluarkan penjual.2
Heri Sudarsono mendefinisikan mura>bah}ah sebagai jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati
antara pihak bank dengan nasabah. dalam mura>bah}ah, penjual
menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia
mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.3
Dalam daftar buku 11 kompilasi hukum ekonomi Syariah (KHES)
pasal 20 ayat 6 tentang akad, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
jual beli mura>bah}ah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang
dilakukan oleh s}a>h}ib al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui
transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan
harga jual beli terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba
bagi s}a>h}ib al-ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau
angsuran 4
2Wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam Wa Adilatuhu. (Jakarta: Gema Insani & Darul Fikr 2011),357.
3Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan ilustrasi .(Yogyakarta:
Ekonisia, 2004),62.
4Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
28
2. Dasar Hukum Jual Belimura>bah}ah
Mura>bah}ah adalah suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh
syariah dan merupakan implementasi Mua>malah tija>riyah (intersaksi
bisnis). Hal ini berdasarkan kepada al-Qur an, hadis, ijma:
a. Al-Qur an
...
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . (Q.S. Al-Baqarah 2:275).5
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba . Ibnu Katsir r.a. berkata tentang
ayat ini bahwa ayat ini untuk menyanggah protes yang mereka
katakan, padahal mereka mengetahui bahwa Allah membedakan
antara jual beli dan riba secara hukum (Tafsir Ibnu Katsir)6
...
Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antara mu.7(Q.S. An Nisaa 4:29)
5Depag RI,al-Qur’an dan Terjemah. (Jakarta: Al-Huda 2002). 69.
6Sayyid Sabiq,Fiqih Sunnah(alih bahasa kamaluddin A. Marzuki), jilid 12. (Bandung: Pustaka, cet 2,TT), 66.
29
Ibnu Katsir r.a. berkata tentang ayat di atas bahwa Allah Swt
melarang hamba-hambaNya yang beriman memakan harta sebagian
dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil yakni
melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat seperti cara riba dan judi
serta cara-cara lainnya dengan menggunakan berbagai macam tipuan
dan pengelabuhan.
Sekalipun pada lahiriyah seperti memakai cara-cara yang
sesuai syara tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para
pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba tetapi dengan cara
hailah(tipu muslihat). (Tafsir Ibnu Katsir )8
b. Hadis
:
.
]
.[
Rasulullah SAW. Di tanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang baik . (HR. Bazzar dan Hakim).9
Maksud dalam hadis di atas adalah jual beli yang terhindar
dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.
8M. Abdul Ghoffar,Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. (Bogor: Pustaka Imam Syafi I. 279.
30
:
] ,
[
Dari Abu Sa id Al-Khudri r.a bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, sesungguhnya jual beli itu harus dilaksanakan suka sama suka. (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban).
Ayat di atas menyampaikan janganlah kalian menjalankan
usaha yang menyebabkan perbuatan yang diharamkan tetapi
berniagalah menurut syariat dan dilakukan suka sama suka (saling
ridha) di antara penjual dan pembeli serta carilah keuntungan dengan
cara yang diakui oleh syariat.
c. Ijma
Selain al-Qur an dan hadis Rasulullah s.a.w yang jadi landasan
sebagai dasar hukum mura>bah}ah, maka ijma ulama juga dapat
dijadikan acuan hukum mura>bah}ah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Abdullah Syeed: al-Qur an tidak membuat acuan
langsung berkenaan denganmura>bah}ah, walaupun ada beberapa acuan
di dalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian dan perdagangan.
Karena nampaknya tidak ada acuan langsung kepadanya dalam
al-Qur an atau hadis yang diterima umum.10
31
Menurut imam Hambali, mura>bah}ah itu dibolehkan (mubah)
dengan berlandasan pada orang-orang madinah, yaitu ada konsensus
pendapat di madina mengenai hukum tentang orang yang membeli
baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya
berdasarkan suatu kesepakatan berdasarkan keuntungan. Imam Syafi I
mengatakan jika seorang menunjukan komoditas kepada seseorang
dan mengatakan kamu beli untukku, aku akan memberikan
keuntungan , kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu
sah. Sedangkan Marghinani seorang faqih mazhab Hanafi
membenarkan keabsahanmura>bah}ahberdasarkan kondisi penting bagi
validitas penjualan di dalamnya. Demikian pula Nawawi dari mazhab
Syafi I secara sederhana mengemukakan bahwa penjualanmura>bah}ah
sah menurut hukum tanpa bantahan.11 Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan mura>bah}ah adalah
al-Qur an dan hadis Rasulullah s.a.w. serta ijmaulama.
3. Rukun dan Syarat Jual BeliMura>bah}ah
mura>bah}ah sebagai salah satu bentuk jual beli yang memiliki
rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli mura>bah}ah itu
dapat dikatakan sah oleh syara . Rukun dan syarat dari jual beli
mura>bah}ahadalah sebagai berikut:
32
a. Pihak yang berakad(al-‘aqid)
Yang dimaksud pihak yang berakad (al-‘aqid) adalah penjual
dan pembeli, adapun syarat pihak yang berakad adalah:
1) Berakal, oleh sebab itu jual beli yang dilakukan anak kecil yang
belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.12 Namun jika
transaksi jual beli dilakukan oleh orang kecil yang mumayyiz
dianggap sah, tetapi tergantung pada izin walinya, jika walinya
membolehkan maka transaksinya dianggap sah.13
2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya,
seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan
sebagai penjual sekaligus pembeli.14
b. Objek akad, yaitu barang/harga(ma’kud’alaih)
Untuk melengkapi keabsahan jual beli, barang atau harga
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Suci
]
[
sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli minuman keras, bangkai, babi, dan patung berhala .15 (HR.
Bukhari dan Muslim).
12Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah. (Jakarta: Gaya Media Pratama,2000),115.
13Ahmad Tarmidzi, dkk, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2013),752.
14Ibid. Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah,…116.
33
2) Memiliki manfaat
Barang yang diperjualbelikan harus dapat dimanfaatkan dan
bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, bangkai, khamar, hewan
tikus, dan lain sebagainya, tidak sah menjadi objek jual beli,
karena dalam pandangan syara benda-benda seperti itu tidak
bermanfaat bagi manusia.16
3) Milik sendiri
Tidaklah sah menjual barang orang lain tanpa seizin
pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi
miliknya.17
4) Diketahui keadaannya
Jenis (kuantitas dan kualitas) dan harganya. Sebagaimana
penjelasan dalam buku ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq,
yaitu:
Jika keduanya atau salah satunya tidak diketahui, jual beli
menjadi tidak sah dan batal, karena terdapat unsur ketidakpastian
atau ketidakjelasan (gharar). Cara mengetahui barang yang
diperjualbelikan adalah cukup dengan melihatnya secara nyata,
meski tidak diketahui kuantitasnya, sebagaimana dalam jual beli
juzat ( jual beli dan ditaksir). Adapun jual beli barang yang masih
berada dalam tanggungan, kuantitas dan kualitasnya harus
diketahui oleh kedua pihak pelaku transaksi. Jika menjual barang
16Ibid. Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah…118.
34
yang tidak ada ditempat transaksi, maka syaratnya, kualitas dan
kuantitasnya digambarkan sehingga diketahui. Lalu jika kualitas
dan kuantitas barang tersebut sesuai dengan yang digambarkan,
jual beli menjadi sah. Tapi jika berbeda, si calon pembeli atau
sipenjual diperbolehkan memilih antara meneruskan transaksi atau
membatalkannya.18
5) Barang yang diperjualbelikan harus ada di genggaman
Dibolehkan memperjualbelikan segala sesuatu yang belum
menjadi milik sepenuhnya, tapi dengan syarat memberi ganti
terlebih dahulu atas barang yang diperjualbelikan tersebut
sebelum dan sesudah barang diterima. Orang yang membeli suatu
barang juga dibolehkan menjual kembali barang itu,
menghibahkannya, atau mengelolanya, jika barang tersebut sudah
diterimanya. Jika barang tersebut belum diterima olehnya, ia tetap
boleh mengelolanya dengan segala bentuk yang disyariatkan
kecuali memperjualbelikannya. Jadi memperjualbelikan barang
sebelum diterima, tidak dibolehkan.19
c. Sighat (ijab dan qabul)
Di antara syarat-syaratsighat (ijab dan qabul) adalah:
1) Kedua pelaku akad harus saling bertemu.
35
2) Adanya kesesuain antara ijab dan qabul dalam kaitannya dengan
harga dan barang. Jika terdapat perbedaan antara ijab dan qabul,
maka jual beli di antara keduanya tidak sah.20
Al-Kasani menyatakan bawa akad jual belimura>bah}ahakan dikatakan
sah, jika memenuhi beberapa syarat berikut ini:
1) Mengetahui harga pokok (harga beli), disyaratkan bahwa harga
beli harus diketahui oleh pembeli kedua, karena hal itu merupakan
syarat mutlak bagi keabsahan jual belimura>bah}ah.
2) Adanya kejelasan margin (keuntungan) yang diingikan penjual
kedua, keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli
kedua atau dengan menyebutkan presentasi dari harga beli.
3) Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus
merupakan barang mitsil, dalam arti terdapat padanya di pasaran,
dan lebih baik jika menggunakan uang.
4) Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh
berupa barangribawi.
5) Akad jual beli pertama harus sah adanya.
6) Informasi yang wajib diberitahukan dalam jual belimura>bah}ah.
4. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam
Penyebab terlarangnya sebuah transaksi jual beli adalah
disebabkan factor-faktor sebagai berikut:
36
a. Haram zatnya
Transaksi dilarang karena objek yang ditransaksikan juga
dilarang, misalnya; babi, khamar, bangkai, darah, dan sebagainya. Jadi
transaksi jual beli barang tersebut haram, walaupun akad jual belinya
sah.21
b. Haram selain zatnya
1) Tadlis(penipuan)
Setiap transaksi dalam Islam didasarkan pada prinsip
kerelaan antara kedua belah pihak. Mereka harus mempunyai
informasi yang sama, sehingga tidak ada pihak yang merasa
dicurangi (ditipu), karena ada suatu keadaan dimana salah satu
pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini
disebuttadlis, dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam:
a) Kuantitas
b) Kualitas
c) Harga dan
d) Waktu penyerahan22
Adapun dalil yang melarang jual beli yang mengandung
unsure tadlis (penipuan) terdapat pada HR. Muslim, Abu Daud.
Al-Tirmidzi, dan Ibn Majah:
21Adiwarman A. Karim,Bank Islam: A nalisis Fiqih dan Keuangan(Jakarta: Raja Grafindo
37
:
]
.[
Maka berkata Rasulullah saw: tidak termasuk golongan kami
orang yang menipu .23 (HR.Muslim, Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan
Ibn Majah).
2) Taghrir(Gharar)
Jual beli gharar adalah aktifitas jual beli yang mengandung
unsure ketidakjelasan. Allah Swt melarang keras dan
mengharamkan jenis jual beli seperti ini.24 Sebagaimana dalam
tadlis, maka gharar dapat juga terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni:
a. Kuantitas b. Kualitas c. Harga dan
d. Waktu penyerahan.25
3) Riba
Dalam ilmu fiqih, dikenal 3 jenis riba, yaitu sebagai berikut:
a. Ribafad}l
Riba fadl disebut juga riba buyu , yaitu riba yang timbul
akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhin
23Abu Daud Sulaiman bin al-Asy ast bin Ishaq bin Basyir,Sunan A bu Daud, 272.
38
criteria sama kualitasnya, sama kuantitasnya dan sama waktu
penyerahannya.26
b. Ribana>si’ah
Riba nasi ah disebut juga riba duyun, yaitu riba yang
timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi criteria
untung muncul bersama risiko dan hasil usaha muncul bersama
biaya. Transaksi semisal ini mengandung pertukaran
kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya
waktu.27
c. Riba jahiliyyah
Riba jahiliyyah adalah utang yang dibayar melebihi dari
pokok pinjaman karena si peminjam tidak mampu
mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah
ditetapkan.28
5. Tidak sahnya akad
a. Tidak terpenuhinya rukun dan syarat
Ada tiga rukun dalam jual beli yaitu: pelaku, objek, dan ijab
qabul. Transaksi jual beli akan menjadi batal jika rukun tersebut tidak
terpenuhi (baik satu rukun atau lebih), adapun factor yang harus ada
supaya akad menjadi sah adalah syarat. Menurut Mazhab Hanafi, bila
39
rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi, rukun menjadi
tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak).29
b. Terjadinya ta alluq
Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang
saling dikaitkan, maka berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2.
Misalnya Amar menjual mobil avanza seharga Rp 12 juta secara
cicilan kepada Budi, dengan syarat bahwa Budi harus kembali
menjual mobil avanza tersebut kepada amar secara tunai seharga Rp
100 juta. Dalam terminology fiqih, kasus di atas disebut jual beli
inah.30
c. Terjadinya two in one
Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi
oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakjelasan/
ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan.
Dalam terminology fiqih, kejadian ini disebut dengan
shafqatain fi al-shafqah. Contoh dari two in one adalah sewa beli.
Dalam transaksi ini terjadi gharar dalam akad. Karena ada
ketidakjelasan akad mana yang berlaku, akad beli atau akad sewa.
Karena itulah maka transaksi sewa-beli diharamkan.31
B. Norma Hukum Islam TentangWaka>lah
40
1. PengertianW aka>lah
W aka>lah atau wika>lah merupakan isim masdar yang secara
etimologis bermakna tawkil, yaitu menyerahkan, mewakilkan, dan
menjaga.
Adapun makna secara terminologis yaitu mewakilkan yang
dilakukan orang yang punya hak tas}arruf kepada orang yang juga
memilikitas}arruftentang sesuatu yang boleh diwakilkan.32
Dalam defenisi syara, waka>lah menurut para ulama Mazhab
Hanafi adalah tindakan seseorang menempatkan orang lain di tempatnya
untuk melakukan tindakan hukum yang tidak mengikat dan diketahui.
Atau penyerahan tindakan hukum dan penjagaan terhadap sesuatu kepada
orang lain yang menjadi wakil. Tindakan hukum ini mencakup
pembelanjaan terhadap harta, seperti jual beli, juga hal-hal lain yang
secara syara bisa diwakilkan seperti juga member izin kepada orang lain
untuk masuk rumah.
Para ulama Mazhab Syafi I mengatakan bahwa waka>lah adalah
penyerahan kewenangan terhadap sesuatu yang boleh dilakukan sendiri
dan bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk dilakukan oleh wakil
tersebut selama pemilik kewenangan asli masih hidup. Pembatasan
dengan ketika masih hidup ini adalah untuk membedakannya dengan
wasiat.33
32Ibid. Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah,Op.cit.300.
41
Menurut Bank Indonesia (1999), waka>lah adalah akad pemberian
kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan
suatu tugas atas nama pemberi kuasa.34
2. Dasar HukumW aka>lah
Waka>lah disyariatkan hukumnya adalah boleh, ini berdasarkan
al-Qur an, Hadis, Ijma dan Qiyas.
a. Al- Qur-an
}
19
{
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun ( Q.S. al-Kahfi ayat 19)35
b. Hadis
,
,
,
34Ibid. Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis dan Transaksi Perbankan Syariah,32.
42
Bahwa nabi s.a.w, mengutus Abu Rafi , hamba yang pernah dimerdekakannya dan seorang laki-laki Anshar, lalu kedua orang itu menikahkan Nabi dengan Maimunah binti Harits dan pada saat itu (nabi s.a.w.) di madinah sebelum keluar (ke mieqat Dzil Khulaifah). (HR. Maliki dalam Muwaththa )
c. Ijma
Bahwa dalam kitab al-Mughani disebutkan: ulama sepakat
tentang dibolehkannyawaka>lah.
d. Qiyas
Bahwa kebutuhan manusia menuntut adanya waka>lah karena
tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri secara
langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk
menggantikannya sebagai wakil.36
3. Rukun dan SyaratW aka>lah
Rukun-rukunal-waka>lahadalah sebagai berikut:
a. Orang yang mewakilkan (muwakkil). Syarat-syarat bagi orang yang
mewakilkan ialah dia pemilik barang atau di bawah kekuasaannya dan
dapat bertindak pada harta tersebut. Jika yang mewakilkan buka
pemilik atau pengampu, al-waka>lah tersebut batal. Anak kecil yang
dapat membedakan baik dan buruk dapat (boleh) mewakilkan
tindakan-tindakan yang bermanfaat mahdhah, seperti mewakilkan
untuk menerima hibah, sedekah, dan wasiat. Seperti thalak,
43
memberikan sedekah, menghibahkan dan mewasiatkan, tindakan
tersebut batal.
b. Wakil (yang mewakili). Syarat-syarat bagi yang mewakili ialah bahwa
yang mewakili adalah orang yang berakal. Bila seorang wakil itu
idiot, gila, atau belum dewasa, maka perwakilan batal. Menurut
Hanafiyah anak kecil yang suda dapat membedakan yang baik dan
buruk sah untuk menjadi wakil, alasannya ialah bahwa Amar bin
Sayyidah Ummuh salah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah saw,
saat itu Amar merupakan anak kecil yang masih belum baligh.
Wakil adalah orang yang diberi Amanat, jika akad waka>lah telah
berlangsung, maka orang yang mewakili menjadi sebagai orang yang
diberi amanat tentang hal yang diwakilkannya. Ia tidak berkewajiban
menjamin, kecuali jika sengaja, atau cara yang di luar batas. Di dalam
keadaan terjadi ketidak beresan, ucapannya yang didengar, tak
ubahnya dengan orang-orang yang diberi amanat lainnya.37
c. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syarat sesuatu yang
diwakilkan ialah:
1) Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada orang
lain untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk
mengerjakan shalat, puasa, dan membaca ayat al-Qur an, karena
hal ini tidak bisa diwakilkan.
44
2) Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka batal
mewakilkan sesuatu yang akan dibeli.
3) Diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang
masih samar, seperti seseorang berkata; Aku jadikan engkau
sebagai wakilku untuk mengawinkan salah seorang anakku .
d. Shigat, yaitu lafaz mewakilkan,shighat diucapkan dari yang berwakil
sebagai symbol keridhaannya untuk mewakilkan, dan wakil
menerimanya.38
4. Mewakilkan untuk Berjual Beli
Seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk menjual sesuatu
tanpa adanya ikatan harga tertentu, pembayarannya tunai (kontan) atau
berangsur, di kampung atau di kota, maka wakil (yang mewakili) tidak
boleh menjualnya dengan seenaknya saja. Dia harus menjual sesuai
dengan harga pada umumnya dewasa itu sehingga dapat dihindarighubun
(kecurangan), kecuali bila penjualan tersebut diridhai oleh yang
mewakilkan.
Pengertian mewakilkan secara mutlak bukan berarti seorang wakil
dapat bertindak semena mena, tetapi maknanya dia berbuat untuk
melakukan jual beli yang dikenal di kalangan para pedagang dan untuk
hal yang lebih berguna bagi yang mewakilkan.
45
Abu Hanifah berpendapat bahwa wakil tersebut boleh menjual
sebagaimana kehendak wakil itu sendiri. Kontan atau berangsur-angsur,
seimbang dengan harga kebiasaan maupun tidak, baik kemungkinan
adanya kecurangan maupun tidak, baik dengan uang Negara yang
bersangkutan maupun dengan uang Negara lain. Inilah pengertian mutlak
menurut Imam Abu Hanafi.
Jika perwakilan bersifat terikat, wakil berkewajiban mengikuti apa
saja yang telah ditentukan oleh orang yang mewakilkan. Ia tidak boleh
menyalahinya, kecuali kepada yang lebih baik buat orang yang
mewakilkan. Bila dalam persyaratan ditentukan bahwa benda itu harus
dijual dengan harga Rp 10.000,00 kemudian dijual dengan harga yang
lebih tinggi, misalnya Rp 12.000,00 atau dalam akad ditentukan bahwa
barang itu boleh dijual dengan angsuran, kemudian barang tersebut dijual
secara tunai, maka penjualan ini sah menurut pandangan Abu Hanafi.
Bila yang mewakili menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati
ketika akad dan penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak yang
mewakilkan, maka tindakan tersebut bathil menurut pandangan Mazhab
Syafi i. Menurut Hanafi tindakan itu tergantung pada kerelaan orang
yang mewakilkan. Jika yang mewakilkan membolehkannya, maka
menjadi sah, bila tidak meridhainya, maka menjadi batal.39
5. Berakhirnya AkadW aka>lah