• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN

MURA>

BAH}AH

DI BMT MADANI TAMAN

SEPANJANG SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

Dwi Denys Muzarofatus Sholikhah NIM: C02212010

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang Analisis Hukum Islam Terhadap pembiayaan Mura>bah}ah di BMT Madani Taman Sepanjang Sidoarjo. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana analisis hukum Islam terhadap

akad mura>bah}ah yang direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah

menjadi milik BMT Madani. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkannya dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang diperjualbelikan.

Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalan tersebut adalah pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi, teknik wawancara dan studi pustaka. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya disusun dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa yang dilakukan BMT Madani dari keempat nasabah yang mengajukan pembiayaan mura>bah}ah untuk pembelian barang. Namun barang tersebut belum dimiliki BMT Madani, tetapi BMT Madani sudah menentukan harga pokok plus marginnya, BMT Madani merealisasikannya pada saat itu juga, dilihat dari ketentuan hukum Islam Akad mura>bah}ah yang direalisasi oleh BMT Madani sebelum barang yang dijual menjadi miliknya adalah, tidak boleh. Dan selanjutnya kasus di BMT Madani pihak wakil tidak membelikan semua dana yang diberikan olehmuwakkiluntuk keperluannya sesuai akad, dilihat dari ketentuan hukum Islam terhadap akad pembelian barang oleh wakil BMT Madani yang tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkannya adalah salah dan harga barang dalam akadmura>bah}ah yang ada di BMT Madani itu tidak riil karena yang diakadkan bukan harga barang yang sebenarnya. Menurut analisis hukum Islam dapat dibilang harga dalammura>bah}ahtersebut harga palsu.

(7)

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 6

C.Rumusan Masalah ... 7

J. Data Yang Dikumpulkan ... 19

K.Sumber Data ... 21

L. Teknik Pengumpulan Data... 21

M.Teknik Pengelolahan Data. ... 22

N.Analisis Data . ... 23

(8)

BAB II NORMA HUKUM ISLAM TENTANG MURA <BA H{A H DAN W A KA <LA H

A. Norma Hukum Islam Tentang Pembiayaan Mura>bah}ah Dalam

Hukum Islam... 26

1. Pengertian Jual BeliMura>bah}ah... 26

2. Dasar Hukum Jual BeliMura>bah}ah... 28

a. Al-Qur an ... 28

b. Hadis ... 29

c. Ijma ... 30

3. Rukun dan Syarat Jual BeliMura>bah}ah. ... 31

a. Pihak yang berakad(al-‘aqid) ... 32

b. Objek akad, yaitu barang/harga(ma’kud’alaih) ... 32

c. Sighat (ijab dan qabul) ... 34

4. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam... 35

a. Haram zatnya ... 36

b. Haram Selain Zatnya... 36

5. Tidak sahnya akad ... 38

a. Tidak terpenuhinya rukun dan syarat. ... 38

b. Terjadinya ta alluq... 39

c. Terjadinya”two in one”. ... 39

B. Norma Hukum Islam tentangW aka>lah... 40

1. Pengertianmura>bah}ah. ... 40

2. Dasar Hukummura>bah}ah. ... 41

a. Al-Qur an. ... 41

b. Hadis. ... 41

c. Ijma. ... 42

d. Qiyas. ... 42

3. Rukun dan SyaratW aka>lah... 42

(9)

c. Muwakkal fih(sesuatu yang diwakilkan) ...

d. Shigat...

4. Mewakilkan untuk Berjual Beli... 44

5. Berakhirnya AkadW aka>lah... 45

BAB III PRAKTIK PEMBIAYAANMURA <BA H{A HDI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO A. Gambaran Umum BMT Madani... 47

1. Sejarang berdirinya BMT Madani. ... 47

2. Visi dan Misi BMT Madani... 48

3. Prinsip dan Fungsi Dasar BMT Madani. ... 48

4. Susunan {Pengurus BMT Madani. ... 49

5. TugasPengurus BMT Madani. ... 51

6. Program/ Produk BMT Madani... 54

7. Proses Pengajuan Pembiayaan BMT Madani. ... 56

B. Praktek PembiayaanMura>bah}ah. ... 57

1. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus M Jusrianto... 57

2. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Sugianto. ... 60

3. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Slamet... 62

4. Praktik PembiayaanMura>bah}ah: Kasus Asih. ... 63

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO A. Analisis Hukum Islam terhadap Akad Mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani . ... 66

(10)

C. Analisis Hukum Islam terhadap praktik pembiayaan

Mura>bah}ahberdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai

Barang yang dijualbelikan ... 72

BAB V PENUTUP

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BMT (Bait al-Ma>l wa al-Tamwi>l) merupakan lembaga keuangan

mikro berbadan hukum koperasi yang menjalankan kegiatannya dengan

prinsip syariah. Sebagai lembaga keuangan mikro yang relatif baru di

Indonesia, BMT mendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dan

menengah dengan berlandaskan syariah.

Istilahbait al-ma>l wa al-tamwi>ladalah penggabungan daribait al-ma>l

dan bait al-tamwi>l. Sebagai Baitul Mal, BMT menjalankan kegiatan

mengelola dana yang bersifat sosial yang berasal dari zakat, infaq, dan

sedekah, atau sumber lain yang halal. Dana tersebut disalurkan kepada

mustahik (orang yang berhak) dan untuk kebaikan lainnya. Sebagai baitut

tamwil, BMT menjalankan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat dan bersifatProfit motive. Penghimpunan dana diperoleh melalui

simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk

pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.1

Dalam perkembangannya, BMT banyak bermunculan di beberapa

daerah di Indonesia. Salah satunya adalah BMT Madani yang berada di

daerah Sepanjang Sidoarjo. BMT yang beralamatkan di Jl. Raya Bebekan

1 Hartono Widodo, Pas (Pedoman Akuntansi Syariah) Panduan Praktis Oprasional Baitul Mal

(12)

2

no.276 ini didirikan oleh Muhammadiyah Cabang Sepanjang pada tanggal 03

Maret 2007 dengan tujuan membangun dan mengembangkan tatanan

perekonomian yang maju, berkembang, terpercaya, aman, nyaman,

transparan, dan berkehati-hatian berdasarkan syariah dan ridho Allah Swt.

Pada sektor pendanaan, BMT Madani Sepanjang menawarkan produk

Tabungan W adi>’ah dan Mud{a>rabah. Sedangkan pada sektor pembiayaan,

BMT madani sepanjang menawarkan produk yang berbasis pada akad

mura>bah}ahdan akadMud{ha>rabah. Akadmura>bah}ahadalah salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli

tentang harga pokok pembelian (biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan komoditas) dan tambahan profit yang diinginkan yang

tercermin dalam harga jual yang akan diangsur oleh pembeli setiap bulan,

setiap minggu, atau bahkan setiap hari sesuai dengan kemampuan dan jangka

waktu yang disepakati.

Di antara fakta praktinya ialah pembiayaan mura>bah}ah untuk M. Jusrianto yang tinggal di Ngelom Gg.4 Sepanjang dan bekerja sebagai

pedagang ayam di pasar Sepanjang. M. Jusrianto mengajukan permohonan

pembiayaan mura>bah}ah untuk pembelian ayam sebesar Rp 6.000.000. Pihak BMT memberikan kuasa (W aka>lah) kepada M. Jusrianto untuk membeli ayam yang dimaksud seharga Rp 6.000.000. BMT menjual ayam yang

dikuasakan pembelian kepada M. Jusrisnto tersebut seharga Rp 7.787.000.

Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp6.000.000. ditambah margin

(13)

3

bulan sebesar Rp 649.000. per bulan. Akad mura>bah}ah antara BMT Madani

dan M. Jusrianto terealisasi pada 3 Pebuari 2016. Setelah akad mura>bah}ah

teralisasi, M. Jusrianto membeli ayam seharga hanya Rp2.000.000. dan sisa

uang sebesar Rp4.000.000. ia gunakan untuk kebutuhan lain. Setelah itu

pihak BMT datang ke tempat M. Jusrianto berdagang untuk mengecek

apakah sudah dibelikan ayam atau belum tanpa mengecek jumlah uang yang

dipakai M. Jusrianto untuk membeli ayam.2

Praktek yang sama terjadi juga pada nasabah kedua, Sugianto yang

tinggal di Wonocolo Sepanjang dan bekerja sebagai pedagang janggelan di

pasar Sepanjang. Sugianto mengajukan permohonan pembiayaan Mura>bah}ah

untuk pembelian janggelan sebesar Rp 5.000.000. Pihak BMT memberikan

kuasa (W aka>lah) kepada Sugianto untuk membeli janggelan yang dimaksud

seharga Rp 5.000.000. BMT menjual janggelan yang dikuasakan pembelian

kepada Sugianto tersebut seharga Rp 5.990.000. Yang terdiri dari harga

pokok sebesar Rp5.000.000. ditambah margin Rp990.000. Harga tersebut

disepakati dibayar secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp 499.500. per

bulan. Akadmura>bah}ah antara BMT Madani dan Sugianto terealisasi pada 1

Juli 2015. Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Sugianto tidak langsung

membeli janggelan tetapi Sugianto terlebih dahulu menggunakan uang

tersebut untuk biaya pendaftaran masuk sekolah anaknya sebesar

Rp3.000.000. sisa uang sebesar Rp 2.000.000. baru ia gunakan untuk membeli

janggelan. Setelah itu pihak BMT datang ke tempat Sugianto berdagang

(14)

4

untuk mengecek apakah sudah dibelikan janggelan atau belum tanpa

mengecek jumlah uang yang dipakai Sugianto untuk membeli ayam.3

Nasabah yang ketiga Slamet yang tinggal di Ngelom Gg 5 dan bekerja

sebagai pedagang ayam di pasar Sepanjang sampai sekarang. Slamet

mengajukan permohonan pembiayaan Mura>bah}ah untuk pembelian mesin

cuci sebesar Rp 3.000.000. Pihak BMT memberikan kuasa (W aka>lah) kepada

Sugianto untuk membeli mesin cuci yang dimaksud seharga Rp 3.000.000.

BMT menjual mesin cuci yang dikuasakan pembelian kepada Sugianto

tersebut seharga Rp 3.594.000. Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp.

3.000.000. ditambah margin Rp 594.000. Harga tersebut disepakati dibayar

secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp 299.500. per bulan. Akad

mura>bah}ahantara BMT Madani dan Slamet terealisasi pada 20 Febuari 2015.

Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Setelah itu pihak BMT datang kerumah

Slamet untuk mengecek apakah sudah dibelikan mesin cuci atau belum tanpa

mengecek jumlah uang yang dipakai Slamet untuk membeli mesin cuci.4

Asih nasabah keempat yang tinggal di Sepanjang Sidoarjo dan bekerja

sebagai Guru SD. Asih mengajukan permohonan pembiayaan mura>bah}ah

untuk pembelian televisi sebesar Rp 3.000.000. Pihak BMT memberikan

kuasa (W aka>lah) kepada Asih untuk membeli Asih yang dimaksud seharga

Rp 3.000.000. BMT menjual televisi yang dikuasakan pembelian kepada Asih

tersebut seharga Rp3.594.000. Yang terdiri dari harga pokok sebesar Rp

3.000.000. ditambah margin Rp 594.000 harga tersebut disepakati dibayar

(15)

5

secara angsuran selama 12 bulan sebesar Rp299.500 per bulan. Akad

mura>bah}ah antara BMT Madani dan Asih terealisasi pada tanggal 7 Mei

2015. Setelah akad mura>bah}ah teralisasi, Asih membeli televisi seharga Rp

2.000.000. dan sisa uang sebesar Rp 1.000.000. ia gunakan untukmembeli

anting-anting anaknya. Setelah itu pihak BMT datang ke kerumah Asih

untuk mengecek apakah sudah dibelikan televisi atau belum dan seperti biasa

BMT Madani tanpa mengecek jumlah uang yang dipakai Asih untuk membeli

televisi.5

Dua fakta mengenai praktek pembiayaan mura>bah}ah di atas tampak

tidak selaras dengan hadis Nabi Muhammad s.a.w:

“W ahai Rasulullah sesungguhnya aku membeli barang jualan, apakah yang halal dan apa pula yang haram daripadanya untuk ku? Rasulullah bersabda: jika kamu telah membeli sesuatu maka janganlah kamu jual sebelum ada ditanganmu”6

Berdasarkan hadis di atas , maka terjalinnya akad jual belimura>bah}ah di BMT Madani Sepanjang tidak selaras dengan sabda nabi kepada

sahabatnya tersebut karena ketika terjadi akad, pihak BMT belum memiliki

dan menguasai barang yang dijualnya. Keempat fakta praktek pembiayaan

mura>bah}ah yang dialami oleh keempat nasabah di atas juga tampak tidak selaras dengan ayat al-Qur an berikut ini.

5Asih, Wawancara data diperoleh dari Guru SD, 30 September 2016

6Sayyid Sabiq,Fiqih Sunnah(alih bahasa kamaluddin A. Marzuki), jilid 12,(Bandung: Pustaka,

(16)

6

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mengkhianati A llah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(QS. A l-A nfal:27).7

Aspek yang tampak tidak selaras dengan ayat ini terletak pada

realisasi pengadaan barang oleh wakil BMT. Dalam kaitannya ini BMT

memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli dalam jumlah yang

ditentukan tetapi nasabah hanya membeli sebagiannya saja sehingga terkesan

bahwa nasabah mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan oleh BMT

kepada mereka.

Berdasarkan hadis dan ayat al-Qur an di atas, maka praktik

pembiayaan mura>bah}ah tersebut perlu diteliti lebih lanjut untuk mengetahui dengan lebih cermat apa yang menjadi pertimbangan BMT Madani

menyelenggarakan pembiayaanMura>bah}ahdengan cara seperti di atas .

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang penting diteliti sebagai berikut:

1. Praktik akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani.

(17)

7

2. Praktik pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil

sebagai harga barang yang diperjualbelikan.

3. Realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT

Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkan kepadanya.

4. Praktik pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar sepanjang di BMT

Madani.

5. Analisis hukum Isalam terhadap pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar

sepanjang di BMT Madani.

Untuk menghasilkan penelitian yang baik, maka penulis membatasi

penelitian yakni pada: Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Pembiayaan

mura>bah}ahPedagang Pasar Sepanjang di BMT Madani Jl. Raya Bebekan No.

276 Taman Sepanjang Sidoarjo, dengan fokus bahasan antara lain:

1. Akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum barang yang dijual kepada

nasabah menjadi milik BMT Madani.

2. Realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT

Madani tidak sesuai dengan jumlah yang diwakilkan kepadanya.

3. Praktik pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil

sebagai barang yang diperjualbelikan.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(18)

8

direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik

BMT Madani?

2. Bagaimana analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang oleh

nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah

yang diwakilkan kepadanya?

3. Bagimana analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaanmura>bah}ah

berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang

diperjualbelikan?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian

yang sudah pernah dilakukan mengenai topik yang sama, namun fokus

permasalahan yang berbeda, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang sedang

akan dilakukan ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian

atau penelitian yang telah ada.8

Setelah melakukan penelusuran pustaka, peneliti menemukan enam

hasil karya ilmiah terdahulu yang mempunyai relevansi dengan penelitian

yang sedang peneliti lakukan.

Pertama, karya ilmiah berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Hak Kepemilikan Atas Obyek Dalam Akad mura>bah}ah Dengan Sistem

W aka>lah Di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya". Karya ilmiah berbentuk

skripsi yang ditulis oleh Hidayatus Sholihah pada tahun 2010 ini memiliki

(19)

9

dua rumusan masalah, yaitu siapakah yang memiliki hak atas obyek dalam

akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di Bank BNI syariah Cabang

Surabaya dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap hak kepemilikan

atas obyek dalam akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di Bank BNI

syariah Cabang Surabaya.

Dalam penelitiannya, Hidayatus Sholihah memiliki kesimpulan dari

hasil penelitiannya bahwa model transaksi mua>malah yang berbentuk akad

pembiayaanmura>bah}ah dengan sistemwaka>lah di Bank BNI Syariah Cabang

Surabaya, terdapat langkah atau prosedur aplikasi yang kurang sesuai dengan

hukum islam. Dia juga menyebutkan bahwa obyek transaksi mura>bah}ah

dengan sistem waka>lah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya adalah milik

bersama karena pada saat pembelian barang tersebut adalah atas nama Bank

kedudukan kedua belah pihak, yakni nasabah dan Bank, sama-sama sebagai

pemilik yang tidak sempurna (al-milk an-naqish) yakni seperti orang yang

hanya menguasai materi harta, tetapi manfaatnya dikuasai oleh orang lain.

Sedangkan jika dilihat dari akad dan transaksi jual belinya, ditemukan bahwa

obyek yang diperjualbelikan oleh pihak BNI Syariah Cabang Surabaya

dengan nasabah belum dimiliki dengan sempurna oleh pihak Bank. Sebab,

ketika Bank memberikan kuasa kepada nasabahnya dan sekaligus

menjualnya, barang tersebut belum sepenuhnya dimiliki oleh Bank. Terdapat

20% uang nasabah dari keseluruhan pembelian barang, yang dibayar oleh

nasabah sebelum mengajukan pembiayaan mura>bah}ah. Dalam jual beli,

(20)

10

Jika informasi tentang nasabah yang ingin mengajukan pmbiayaan

mura>bah}ahtelah didapatkan oleh pihak Bank BNI Syariah Cabang Surabaya,

pihak Bank memberikan pembiayaan sebesar 80% dari total harga pembelian

barang, sekaligus mulai menentukan besaran laba yang akan didapatkan dan

menjelaskan tentang hal-hal yang mengikat bagi nasabahnya baik berupa hak

maupun kewajiban, sampai pada akhirnya terjadilah kesepakatan antara

keduanya yang disertai dengan bukti tanda tangan dari masing-masing

keduanya. dan model transaksi seperti ini tidak dilarang dalam hukum islam.9

Kedua, Zunatur Rhohmanah seorang mahasiswa fakultas Syariah pada

tahun 2010 menulis skripsi yang berjudul "Penerapan Akad waka>lah Pada

Produk mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah "Ben Tawakal"

Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan (Studi Analisis Hukum Islam)".

Zanatur Rhohmanah memiliki dua rumusan masalah, yakni bagaimana

penerapan akad waka>lah pada produk mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam

Syariah "Ben Tawakal" Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan dan

bagaimana analisis hukum Islam terhadap kesesuaian penerapan akad

waka>lah pada produk mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah "Ben

Tawakal" Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zunatur Rhohmanah

menunjukkan bahwa nasabah melakukan pembiayaanmura>bah}ah di Koperasi

Simpan Pinjam Syariah "Ben Tawakal" dengan cara pihak koperasi

9Hidayatus Sholihah, "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak Kepemilikan A tas Obyek Dalam

(21)

11

memberikan akad waka>lah pada nasabah karena pihak koperasi tidak dapat

membelikan barang sesuai yang diinginkan oleh nasabah. Namun pada

prakteknya, nasabah melakukan penyalahgunaan dana atau tidak

menggunakan dana sesuai dengan akad awal yang disepakati dengan

demikian menurut hukum Islam akad tersebut tidak sah.10

Ketiga, pada tahun 2011 Ainul Yaqin menulis skripsi yang berjudul

"Kajian Hukum Islam Terhadap Aplikasi Pembiayaan mura>bah}ah Di

Koperasi Simpan Pinjam Pondok Pesantren Kramat Kabupaten Pasuruan",

dengan rumusan masalah bagaimana mekanisme pembiayaan mura>bah}ah di

koperasi simpan pinjam pondok pesantren keramat kabupaten pasuruan dan

bagaimana persepektif hukum Islam terhadap aplikasi pembiayaan

mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam pondok pesantren keramat kabupaten

pasuruan.

Ainul Yaqin menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa aplikasi

mura>bah}ahpada koperasi simpan pinjam pondok pesantren kramat kabupaten

pasuruan, dimana penyaluran pembiayaan dilakukan oleh koperasi pondok

pesantren keramat dengan cara memberikan pembiayaan kepada nasabah

dalam pembelian barang dan menjual kembali barang yang sudah dibeli oleh

nasabah kepada koperasi pondok pesantren keramat (KPK) Kabupaten

Pasuruan. mengenai pembayaran pembiayaan oleh nasabah, dapat dilakukan

dengan cara mencicil (angsuran) yaitu selambat-lambatnya satu tahun sesuai

10Zunatur Rhohmanah,"Penerapan A kad W akalah Pada Produk Murabahah Di Koperasi Simpan

(22)

12

dengan kesepakatan koperasi pondok pesantren keramat. Jika dalam proses

pembayaran angsuran terjadi keterlambatan pembayaran oleh nasabah, maka

hal itu dianggap sebagai kekhilafan, dan koperasi memberikan tambahan

waktu untuk melakukan pelunasan.11

Keempat, Peneltian Haritz Rabbani tahun 2008 tentang Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Ketentuan dan Penerapan Produk mura>bah}ahdengan

Akad W aka>lah Pada PT. BPR Syariah Untung Surapati Bangil Pasuruan

memiliki dua masalah pokok yang dibahas, yaitu bagaimana ketentuan

tinjauan hukum Islam tentang produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah dan

bagaimana penerapan produkmura>bah}ahdengan akadwaka>lahpada PT. BPR

Syariah Untung Surapati Bangil Pasuruan.

Hasil dari penelitian Hariz Rabbani menjelaskan bahwa ketentuan dan

penerapan produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah

Untung Sirapati adalah tidak diperbolehkan memberikan akad waka>lah pada

nasabah karena selama ini dana yang diberikan oleh bank tidak digunakan

sebagaimana perjanjian ketika awal akad antara pihak bank dengan nasabah

dan wakil. Dana yang diberikan kepada wakil ternyata diberikan lagi kepada

nasabah dan digunakan untuk keperluan lain. Menurut mazhab Syafi'i dan

Hanafi jika selaku wakil menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati

ketika akad, penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak yang mewakilkan

maka tindakan tersebut batil, sebagaimana juga dijelaskan dalam al-Quran

11Ainul Yaqin, "Kajian Hukum Islam Terhadap A plikasi Pembiayaan Murabahah Di Koperasi

(23)

13

sura an-Nisa' ayat 29 bahwa tidak diperboleh menggunakan harta orang lain

secara batil.

Hasil lainnya menyebutkan bahwa ketentuan produk pembiayaan

muraba>hah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah Untung Surapati

adalah memberikan waka>lah pada keluarga nasabah, misalnya: jika yang

mengajukan pihak istri maka yang dijadikan wakil adalah suami, jika yang

mengajukan masih single maka yang dijadikan wakil dari bank adalah kedua

orang tua. Tetapi dalam praktek penerapan produk mura>bah}ah dengan akad

waka>lah pada keluarga nasabah sebagai wakil dari pihak bank dalam

pembelian dan penyerahan barang pada nasabah ternyata selama ini

digunakan tidak sesuai dengan akad atau perjanjian ketika awal akad pada

produk pembiayaan mura>bah}ah, karena wakil yang datang hanya untuk

memenuhi syarat bank saja. sebagaimana khusus yang terjadi pada produk

pembiayaan mura>bah}ah pada PT. BPR Syariah Untung Sirapati dana yang

diberikan seama ini digunakan untuk keperluan lain.12

Kelima,skripsi yang ditulis oleh Risma Helni fakultas Syariah tahun

2008 berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Penetapan Harga

Pembiayaan mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ben Iman

Lamongan. Rumusan masalah yang diangkat oleh Risma Helni yaitu

bagaimana aplikasi penetapan harga pembiyaan mura>bah}ah pada koperasi

simpan pinjam Syariah Ben Iman Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum

12 Haritz Rabbani,“ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Ketentuan dan Penerapan Produk

(24)

14

Islam terhadap aplikasi penetapan harga pembiayaan mura>bah}ah pada

koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman Lamongan.

Dari penelitiannya, Risma Helni menyimpulkan bahwa penetapan

harga pembiayaan mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman

Lamongan adalah kesepakatan harga yang dilakukan oleh pihak bank

koperasi dengan nasabah pembiayaan, dalam hal ini margin keuntungan tidak

ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama melainkan ditetapkan sendiri

oleh pihak koperasi dan pihak nasabah harus menyepakatinya dan harga

tersebut ditetapkan lebih tinggi dibandingkan harga pasar. Risma Helni juga

menyimpulkan bahwa aplikasi penetapan margin keuntungan yang

dipergunakan oleh pihak koperasi simpan pinjam Syariah Ben Iman

Lamongan adalah tidak diperbolehkan menurut hukum Islam, akan tetapi hal

ini dilakukan untuk mempermudah proses pembiayaan mura>bah}ahitu sendiri

sehingga diperbolehkan menurut hukum Islam.13

Keenam, Penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurrul Nisfu Suci

rofikhoh dengan judul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Uang

Dengan Sistem Jual Beli Barang (mura>bah}ah) Dari Piutang Di Desa Sawo

Babat Lamongan, fakultas syariah tahun 2008. Pokok masalah yang diangkat

oleh Nurrul Nisfu Suci Rofikhoh adalah bagaimana deskripsi praktek hutang

uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di Desa Sawo

Babat Lamongan dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap praktek

13 Risma Helni fakultas ,"Tinjauan Hukum Islam Terhadap A plikasi Penetapan Harga

(25)

15

hutang uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di Desa

Sawo Babat Lamongan.

Dari hasil penelitian Nurul Nisfu Suci Rofikhoh, disimpulkan bahwa

praktek hutang uang dengan sistem jual beli barang dari piutang yang

dilakukan di Desa Sawo Babat Lamongan, sebelumnya berangkat dari hutang

uang yang diajukan oleh pihak yang berhutang. Tetapi pihak yang berpiutang

tidak memberikan hutang dalam bentuk uang tunai melainkan barang apapun

untuk dihutangkan dengan ketentuan harga di atas standart. Di sisi lain

pihak yang berhutang menginginkan uang tunai dan bukan barang. Kemudian

pihak yang berhutang memberikan alternative bahwa yang diberikan barang

namun barang tersebut dapat dijual kepadanya dengan harga dibawah

standart. Apabila ada pertanyaan setuju dari pihak yang berhutang, maka

perjanjian dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.

Dalam hal pengambilan hutang diberikan tenggang waktu selama 3 bulan

kepada pihak yang berhutang untuk melunasinya.

Hasil lainnya, Nurul menyebutkan bahwa menurut hukum Islam

mengenai hutang uang dengan sistem jual beli barang dari piutang di desa

sawo babat lamongan adalah sah, karena ditinjau dari berbagai sudut baik

obyek hutang, perjanjian hutang, pelaksanaan ijab qabul dan pengambilan

hutang didasarkan kerelaan pada kedua pihak baik yang berhutang maupun

yang berpiutang tidak ada paksaan dari siapapun. Ini juga disebabkan kedua

belah pihak yang melakukan transaksi sudah dewasa atau balig dan berakal,

(26)

16

berhak memilihara hartanya dengan baik. Dan transaksi ini dapat disamakan

dengan transaksi mura>bah}ah sehingga menurut hukum Islam sah dan

diperbolehkan menurut al-Qur an, al-Hadis maupun pendapat ulama.14

Keenam hasil karya ilmiah di atas memilki perbedaan dengan

penelitian yang sedang peneliti lakukan: pertama, Hidayatus sholihah

membahas tentang tinjauan hukum Islam terhadap hak kepemilikan atas

obyek dalam akad mura>bah}ah dengan sistem waka>lah di bank BNI Syariah

cabang Surabaya. Kedua, karya tulis Zunatur Rhohmanah yang

membedakannya adalah tentang penerapan akad waka>lah pada produk

mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam Syariah "Ben Tawakal" kecamatan

mantup kabupaten lamongan (studi analisis hukum Islam). Ketiga, Ainul

yaqin karya tulisnya mengenai kajian hukum Islam terhadap aplikasi

pembiayaan mura>bah}ah di koperasi simpan pinjam pondok pesantren kramat

kabupaten pasuruan. Dalam skripsi yang keempat, yang ditulis oleh Haritz

rabbani yang membedakannya tinjauan hukum Islam terhadap ketentuan dan

penerapan produk mura>bah}ah dengan akad waka>lah pada PT. BPR Syariah

untung surapati bangil pasuruan. Kelima, skripsi yang ditulis oleh Risma

helni yang berbeda adalah tinjauan hukum Islam terhadap aplikasi penetapan

harga pembiayaan mura>bah}ah di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Ben Iman

Lamongan. Kemudian skripsi yang terakhir yang ditulis oleh Nurrul Nisfu

Suci Rofikhoh yang membedakannya tinjauan hukum Islam terhadap hutang

14Nurrul Nisfu Suci rofikhoh,“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Uang Dengan Sistem

(27)

17

uang dengan sistem jual beli barang (mura>bah}ah) dari piutang di desa sawo

babat lamongan.

Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti lebih fokus kepada bahasan

analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang direalisasikan sebelum

barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani, analisis

hukum islam terhadap realisasi pembelian barang oleh nasabah yang menjadi

wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang di wakilkan kepadanya

dan analisis hukum islam terhadap praktek pembiayaan mura>bah}ah

berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang

diperjualbelikan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang

direalisasi sebelum barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT

Madani.

2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap realisasi pembelian barang

oleh nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah

yang diwakilkan kepadanya.

3. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap praktek pembiayaan

mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang

(28)

18

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam penelitian

ini, maka kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat

dalam dua aspek, sebagai berikut:

1. Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penambahan atau

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum Islam, yakni

dengan memperkaya dan memperluas khazanah ilmu tentang bagaimana

analisis hukum Islam terhadap pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar

sepanjang di BMT Madani Jl. Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang

Sidoarjo.

2. Praktis: Penelitian ini diharapkan untuk menjadi panduan bagi pelaku

akadmura>bah}ahdi BMT Madani sesuai dengan hukum Islam.

G. Definisi Oprasional

1. Hukum Islam : Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang

berkenaan dengan pembiayaan mura>bah}ah yang berdasarkan al-Qur an

dan al-Hadis.15

2. Pembiayaan mura>bah}ah : jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak BMT dengan

nasabah.

3. Pedagang (nasabah) : pedagang pasar sepanjang yang melakukan

pembiayaanmura>bah}ahdi BMT Madani.

(29)

19

H. Metodologi Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif ialah metode penelitian yang meletakan peneliti sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data

bersifat deduktif, dan lebih menekan akan pada makna dari pada

generalisasi.16Sedangkan pendekatan penelitian ini, ialah bersifat

deskriptif-analistis. Penulis akan mendeskripsikan data yang diperoleh dari subjek

penelitian secara apa adanya, serta penulis memberikan interprestasi dan

analisis terhadap data yang diperoleh.

I. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BMT Madani yang beralamat di jalan

Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo. Penulis memfokuskan

penelitian ini pada analisis hukum Islam terhadap praktik pembiayaan

mura>bah}ahyang dilakukan pedagang pasar sepanjang di BMT tersebut.

J. Data yang dikumpulkan

Untuk menjawab rumusan masalah yang pertama, ada tiga data yang

dikumpulkan untuk kasus-kasus akad mura>bah}ah yang direlisasi sebelum

barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani, yaitu:

(30)

20

a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.

b. Tanggal realisasi akadmura>bah}ah.

c. Tanggal pembelian barang oleh nasabah yang menjadi wakil BMT

Madani.

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, ada tiga data yang

dikumpulkan untuk persoalan-persoalan realisasai pembelian barang oleh

nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang

diwakilkan kepadanya, yaitu:

a. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.

b. Data tentang jumlah barang yang dikuasakan pembeliannya oleh BMT

Madani kepada nasabah.

c. Data tentang jumlah barang yang dibeli oleh nasabah atas nama wakil

BMT Madani.

Untuk menjawab rumusan masalah yang ketiga, ada tiga data yang

dikumpulkan untuk permasalahan praktek pembiayaan mura>bah}ah

berdasarkan harga pokok yang tidak riil sebagai harga barang yang

diperjualbelikan, yaitu:

a. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.

b. Harga pokok barang yang di perjualbelikan oleh wakil BMT Madani

kepada nasabah.

c. Data harga riil dalam pembelian barang oleh nasabah atas nama wakil

(31)

21

K. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber pada:

1. Fiqih Islam W a A dillatuhu, W ahbah A z-Zuhaili, diterjemahkan oleh

Abdul Hayyie Al-Kattani.

a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.

b. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.

c. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.

2. Harmami Nur Khayati, Novia Faradillah, Tasya Maulidah Zein, ( Staff

Operasional dan pembukuan BMT Madani).

a. Dokumen transaksi pembiayaanmura>bah}ah

b. Dokumen pemberian kuasa (waka>lah) pada transaksi pembiayaan

mura>bah}ah

3. M. Jusrianto dan Sugianto (nasabah/pedagang pasar sepanjang)

a. Dokumen kuitansi pembelian barang objekmura>bah}aholeh nasabah

L. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah:

1. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang:

a. Tanggal realisasi akadMura>bah}ah.

b. Tanggal pembelian barang oleh nasabah yang jadi wakil BMT

(32)

22

c. Data tentang jumlah barang yang di kuasakan pembeliannya oleh

BMT Madani kepada nasabah.

d. Data tentang jumlah barang yang dibeli oleh nasabah atas nama wakil

BMT Madani.

e. Data tentang harga pokok barang yang di perjualbelikan oleh BMT

Madani kepada nasabah.

f. Data harga riil dalam pembelian barang oleh nasabah atas nama wakil

BMT Madani.

2. Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data tersebut di atas

ketika dokumen yang menjadi sumbernya tidak didapatkan. Wawancara

akan dilakukan dengan:

a. Harmami Nur Khayati, Novia Faradillah, Tasya Maulidah Zein, (Staff

operasional dan pembukuan BMT Madani Sepanjang).

b. M. Jusrianto dan Sugianto (nasabah/pedagang pasar sepanjang).

3. Studi pustaka, digunakan untuk mengumpulkan data tentang:

a. Norma hukum Islam tentang barang yang diperjualbelikan.

b. Norma hukum Islam tentang kewajiban wakil dalam akadwaka>lah.

c. Norma hukum Islam tentang harga barang dalam akadmura>bah}ah.

M. Teknik Pengolahan Data

Adapun teknik pengolahan data yang akan digunakan antara lain:

a. Editing adalah memeriksa kelengkapan, dan kesesuaian data. Teknik ini

(33)

23

b. Organizing adalah menyusun dan mensistematikan data yang diperoleh

baik data selanjutnya maupun data primer maupun data sekunder.

c. A nalylizing adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh dengan

metode yang telah ditentukan. Ini dilakukan setelah editing dan

organizingselesai dilakukan.

N. Analisis Data

Setelah mengumpulkan data, penulis menganalisisnya dengan metode

deskriptif yaitu memaparkan, menjelaskan dan menguraikan data tentang

praktek pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar sepanjang di BMT Madani

Jl. Raya No. 276 Bebekan Taman Sepanjang Sidoarjo. Selanjutnya data

tersebut dianalisis dari segi kesesuaiannya dengan hukum Islam dengan pola

piker deduktif, yaitu dengan meletakkan norma hukum Islam sebagai rujukan

dalam menilai fakta-fakta khusus mengenai praktek pembiayaan mura>bah}ah

tersebut.

O. Sistematika Penelitian

Materi skripsi ini penulis bagi menjadi lima bab. Bab yang satu

dengan bab yang lainnya merupaka satu kesatuan yang saling berhubungan.

(34)

24

bab yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya sistematika penulisan skripsi ini

adalah sebagai berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan. Uraian dalam bab ini dipilah

dalam delapan sub bab, yaitu latar belakang masalah, indentifikasi masalah,

batasan masalah, perumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

penelitian.

Bab kedua menyajikan uraian mengenai Norma Hukum Islam Tentang

mura>bah}ah dan W aka>lah. Uraian bab ini dibagi menjadi dua sub bab, yakni:

pertama sub bab mengenai norma hukum Islam tentang mura>bah}ah, kedua

sub bab mengenai norma hukum Islam tentangwaka>lah.

Bab ketiga memaparkan hasil penelitian mengenai praktek

pembiayaan mura>bah}ah pedagang pasar Sepanjang di BMT Madani Jl. Raya

Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo. Uraian bab ini dibagi menjadi

dua sub bab, yakni: pertama sub bab tentang profil BMT Madani yang

beralamt di Jl. Raya Bebekan No. 276 Taman Sepanjang Sidoarjo.Keduasub

bab tentang praktek pembiayaanmura>bah}ah.

Bab keempat, menyuguhkan analisis hukum Islam dalam bab ini

diarahkan pada tiga segi dari praktek mura>bah}ah tersebut yang

masing-masing dituangkan dalam sub bab tersendiri. pertama sub bab tentang

analisis hukum Islam terhadap akad mura>bah}ah yang direalisasi sebelum

barang yang dijual kepada nasabah menjadi milik BMT Madani. Kedua sub

(35)

25

nasabah yang menjadi wakil BMT Madani tidak sesuai dengan jumlah yang

diwakilkan kepadanya.Ketigasub bab tentang analisis hukum Islam terhadap

praktek pembiayaan mura>bah}ah berdasarkan harga pokok yang tidak riil

sebagai barang yang diperjualbelikan.

Sebagai penutup, bab kelima memuat kesimpulan yang murupakan

jawaban ringkasan dari pertanyaan penelitian dalam rumusan masalah. Pada

bab terakhir ini juga diberikan saran-saran yang memuat rekomendasi

(36)

BAB II

NORMA HUKUM ISLAM TENTANG

MURA>

BAH}AH

DAN

WAKA>

LAH

A. Norma Hukum Islam Tentang PembiayaanMura>bah}ahDalam Hukum Islam

1. Pengertian Jual BeliMura>bah}ah

Mura>bah}ah disebut juga bay’ bithaman ajil. Kata mura>bah}ah

berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling

menguntungkan. Secara sederhana muraba>hah berarti jual beli barang

ditambah keuntungan yang disepakati.1

Jual beli mura>bah}ah, yaitu menjual barang sesuai dengan harga

pembelian, dengan menambahkan keuntungan tertentu. Contoh jual beli

mura>bah}ah, seperti yang disebutkan ulama Malikiyah, adalah pemilik

barang menyebutkan beberapa dia membeli barang dagangan, setelah itu

dia minta keuntungan tertentu, baik secara global (seperti dengan

mengatakan, Aku membeli barang ini dengan harga sepuluh dinar, dan

aku meminta untung satu atau dua dinar ,) atau dengan terperinci (seperti

dengan mengatakan, Aku minta untung satu dirham untuk setiap

dinarnya, ). Dengan kata lain, penjual bisa meminta keuntungan tertentu,

atau minta keuntungan sesuai dengan persentase tertentu. Adapun

menurut ulama Hanafiyah, mura>bah}ah adalah memindahkan hak milik

(37)

27

keuntungan tertentu. Sementara menurut ulama Syafi iyah dan

Hanabilah,mura>bah}ahadalah menjual barang sesuai barang dengan modal

yang dikeluarkan oleh penjual, dan dia mendapatkan keuntungan satu

dirham untuk setiap sepuluh dirham, atau yang sejenisnya, dengan syarat

kedua belah pihak (penjual dan pembeli) mengetahui modal yang

dikeluarkan penjual.2

Heri Sudarsono mendefinisikan mura>bah}ah sebagai jual beli

barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati

antara pihak bank dengan nasabah. dalam mura>bah}ah, penjual

menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia

mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.3

Dalam daftar buku 11 kompilasi hukum ekonomi Syariah (KHES)

pasal 20 ayat 6 tentang akad, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan

jual beli mura>bah}ah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang

dilakukan oleh s}a>h}ib al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui

transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan

harga jual beli terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba

bagi s}a>h}ib al-ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau

angsuran 4

2Wahbah Az-Zuhaili,Fiqih Islam Wa Adilatuhu. (Jakarta: Gema Insani & Darul Fikr 2011),357.

3Heri Sudarsono,Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan ilustrasi .(Yogyakarta:

Ekonisia, 2004),62.

4Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

(38)

28

2. Dasar Hukum Jual Belimura>bah}ah

Mura>bah}ah adalah suatu jenis jual beli yang dibenarkan oleh

syariah dan merupakan implementasi Mua>malah tija>riyah (intersaksi

bisnis). Hal ini berdasarkan kepada al-Qur an, hadis, ijma:

a. Al-Qur an

...

Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba . (Q.S. Al-Baqarah 2:275).5

Ayat di atas menerangkan bahwa Allah telah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba . Ibnu Katsir r.a. berkata tentang

ayat ini bahwa ayat ini untuk menyanggah protes yang mereka

katakan, padahal mereka mengetahui bahwa Allah membedakan

antara jual beli dan riba secara hukum (Tafsir Ibnu Katsir)6

...

Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antara mu.7(Q.S. An Nisaa 4:29)

5Depag RI,al-Qur’an dan Terjemah. (Jakarta: Al-Huda 2002). 69.

6Sayyid Sabiq,Fiqih Sunnah(alih bahasa kamaluddin A. Marzuki), jilid 12. (Bandung: Pustaka, cet 2,TT), 66.

(39)

29

Ibnu Katsir r.a. berkata tentang ayat di atas bahwa Allah Swt

melarang hamba-hambaNya yang beriman memakan harta sebagian

dari mereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil yakni

melalui usaha yang tidak diakui oleh syariat seperti cara riba dan judi

serta cara-cara lainnya dengan menggunakan berbagai macam tipuan

dan pengelabuhan.

Sekalipun pada lahiriyah seperti memakai cara-cara yang

sesuai syara tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya para

pelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba tetapi dengan cara

hailah(tipu muslihat). (Tafsir Ibnu Katsir )8

b. Hadis

:

.

]

.[

Rasulullah SAW. Di tanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang baik . (HR. Bazzar dan Hakim).9

Maksud dalam hadis di atas adalah jual beli yang terhindar

dari usaha tipu menipu dan merugikan orang lain.

8M. Abdul Ghoffar,Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. (Bogor: Pustaka Imam Syafi I. 279.

(40)

30

:

] ,

[

Dari Abu Sa id Al-Khudri r.a bahwa Rasulullah s.a.w bersabda, sesungguhnya jual beli itu harus dilaksanakan suka sama suka. (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban).

Ayat di atas menyampaikan janganlah kalian menjalankan

usaha yang menyebabkan perbuatan yang diharamkan tetapi

berniagalah menurut syariat dan dilakukan suka sama suka (saling

ridha) di antara penjual dan pembeli serta carilah keuntungan dengan

cara yang diakui oleh syariat.

c. Ijma

Selain al-Qur an dan hadis Rasulullah s.a.w yang jadi landasan

sebagai dasar hukum mura>bah}ah, maka ijma ulama juga dapat

dijadikan acuan hukum mura>bah}ah. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan Abdullah Syeed: al-Qur an tidak membuat acuan

langsung berkenaan denganmura>bah}ah, walaupun ada beberapa acuan

di dalamnya untuk menjual, keuntungan, kerugian dan perdagangan.

Karena nampaknya tidak ada acuan langsung kepadanya dalam

al-Qur an atau hadis yang diterima umum.10

(41)

31

Menurut imam Hambali, mura>bah}ah itu dibolehkan (mubah)

dengan berlandasan pada orang-orang madinah, yaitu ada konsensus

pendapat di madina mengenai hukum tentang orang yang membeli

baju di sebuah kota, dan mengambilnya ke kota lain untuk menjualnya

berdasarkan suatu kesepakatan berdasarkan keuntungan. Imam Syafi I

mengatakan jika seorang menunjukan komoditas kepada seseorang

dan mengatakan kamu beli untukku, aku akan memberikan

keuntungan , kemudian orang itu membelinya, maka transaksi itu

sah. Sedangkan Marghinani seorang faqih mazhab Hanafi

membenarkan keabsahanmura>bah}ahberdasarkan kondisi penting bagi

validitas penjualan di dalamnya. Demikian pula Nawawi dari mazhab

Syafi I secara sederhana mengemukakan bahwa penjualanmura>bah}ah

sah menurut hukum tanpa bantahan.11 Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa landasan hukum pembiayaan mura>bah}ah adalah

al-Qur an dan hadis Rasulullah s.a.w. serta ijmaulama.

3. Rukun dan Syarat Jual BeliMura>bah}ah

mura>bah}ah sebagai salah satu bentuk jual beli yang memiliki

rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli mura>bah}ah itu

dapat dikatakan sah oleh syara . Rukun dan syarat dari jual beli

mura>bah}ahadalah sebagai berikut:

(42)

32

a. Pihak yang berakad(al-‘aqid)

Yang dimaksud pihak yang berakad (al-‘aqid) adalah penjual

dan pembeli, adapun syarat pihak yang berakad adalah:

1) Berakal, oleh sebab itu jual beli yang dilakukan anak kecil yang

belum berakal dan orang gila, hukumnya tidak sah.12 Namun jika

transaksi jual beli dilakukan oleh orang kecil yang mumayyiz

dianggap sah, tetapi tergantung pada izin walinya, jika walinya

membolehkan maka transaksinya dianggap sah.13

2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya,

seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan

sebagai penjual sekaligus pembeli.14

b. Objek akad, yaitu barang/harga(ma’kud’alaih)

Untuk melengkapi keabsahan jual beli, barang atau harga

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

1) Suci

]

[

sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya mengharamkan jual beli minuman keras, bangkai, babi, dan patung berhala .15 (HR.

Bukhari dan Muslim).

12Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah. (Jakarta: Gaya Media Pratama,2000),115.

13Ahmad Tarmidzi, dkk, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2013),752.

14Ibid. Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah,…116.

(43)

33

2) Memiliki manfaat

Barang yang diperjualbelikan harus dapat dimanfaatkan dan

bermanfaat bagi manusia. Oleh sebab itu, bangkai, khamar, hewan

tikus, dan lain sebagainya, tidak sah menjadi objek jual beli,

karena dalam pandangan syara benda-benda seperti itu tidak

bermanfaat bagi manusia.16

3) Milik sendiri

Tidaklah sah menjual barang orang lain tanpa seizin

pemiliknya atau barang-barang yang baru akan menjadi

miliknya.17

4) Diketahui keadaannya

Jenis (kuantitas dan kualitas) dan harganya. Sebagaimana

penjelasan dalam buku ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq,

yaitu:

Jika keduanya atau salah satunya tidak diketahui, jual beli

menjadi tidak sah dan batal, karena terdapat unsur ketidakpastian

atau ketidakjelasan (gharar). Cara mengetahui barang yang

diperjualbelikan adalah cukup dengan melihatnya secara nyata,

meski tidak diketahui kuantitasnya, sebagaimana dalam jual beli

juzat ( jual beli dan ditaksir). Adapun jual beli barang yang masih

berada dalam tanggungan, kuantitas dan kualitasnya harus

diketahui oleh kedua pihak pelaku transaksi. Jika menjual barang

16Ibid. Nasrun Haroen,Fiqh Muamalah118.

(44)

34

yang tidak ada ditempat transaksi, maka syaratnya, kualitas dan

kuantitasnya digambarkan sehingga diketahui. Lalu jika kualitas

dan kuantitas barang tersebut sesuai dengan yang digambarkan,

jual beli menjadi sah. Tapi jika berbeda, si calon pembeli atau

sipenjual diperbolehkan memilih antara meneruskan transaksi atau

membatalkannya.18

5) Barang yang diperjualbelikan harus ada di genggaman

Dibolehkan memperjualbelikan segala sesuatu yang belum

menjadi milik sepenuhnya, tapi dengan syarat memberi ganti

terlebih dahulu atas barang yang diperjualbelikan tersebut

sebelum dan sesudah barang diterima. Orang yang membeli suatu

barang juga dibolehkan menjual kembali barang itu,

menghibahkannya, atau mengelolanya, jika barang tersebut sudah

diterimanya. Jika barang tersebut belum diterima olehnya, ia tetap

boleh mengelolanya dengan segala bentuk yang disyariatkan

kecuali memperjualbelikannya. Jadi memperjualbelikan barang

sebelum diterima, tidak dibolehkan.19

c. Sighat (ijab dan qabul)

Di antara syarat-syaratsighat (ijab dan qabul) adalah:

1) Kedua pelaku akad harus saling bertemu.

(45)

35

2) Adanya kesesuain antara ijab dan qabul dalam kaitannya dengan

harga dan barang. Jika terdapat perbedaan antara ijab dan qabul,

maka jual beli di antara keduanya tidak sah.20

Al-Kasani menyatakan bawa akad jual belimura>bah}ahakan dikatakan

sah, jika memenuhi beberapa syarat berikut ini:

1) Mengetahui harga pokok (harga beli), disyaratkan bahwa harga

beli harus diketahui oleh pembeli kedua, karena hal itu merupakan

syarat mutlak bagi keabsahan jual belimura>bah}ah.

2) Adanya kejelasan margin (keuntungan) yang diingikan penjual

kedua, keuntungan harus dijelaskan nominalnya kepada pembeli

kedua atau dengan menyebutkan presentasi dari harga beli.

3) Modal yang digunakan untuk membeli objek transaksi harus

merupakan barang mitsil, dalam arti terdapat padanya di pasaran,

dan lebih baik jika menggunakan uang.

4) Objek transaksi dan alat pembayaran yang digunakan tidak boleh

berupa barangribawi.

5) Akad jual beli pertama harus sah adanya.

6) Informasi yang wajib diberitahukan dalam jual belimura>bah}ah.

4. Jual Beli yang Dilarang dalam Islam

Penyebab terlarangnya sebuah transaksi jual beli adalah

disebabkan factor-faktor sebagai berikut:

(46)

36

a. Haram zatnya

Transaksi dilarang karena objek yang ditransaksikan juga

dilarang, misalnya; babi, khamar, bangkai, darah, dan sebagainya. Jadi

transaksi jual beli barang tersebut haram, walaupun akad jual belinya

sah.21

b. Haram selain zatnya

1) Tadlis(penipuan)

Setiap transaksi dalam Islam didasarkan pada prinsip

kerelaan antara kedua belah pihak. Mereka harus mempunyai

informasi yang sama, sehingga tidak ada pihak yang merasa

dicurangi (ditipu), karena ada suatu keadaan dimana salah satu

pihak tidak mengetahui informasi yang diketahui pihak lain, ini

disebuttadlis, dan dapat terjadi dalam 4 hal, yakni dalam:

a) Kuantitas

b) Kualitas

c) Harga dan

d) Waktu penyerahan22

Adapun dalil yang melarang jual beli yang mengandung

unsure tadlis (penipuan) terdapat pada HR. Muslim, Abu Daud.

Al-Tirmidzi, dan Ibn Majah:

21Adiwarman A. Karim,Bank Islam: A nalisis Fiqih dan Keuangan(Jakarta: Raja Grafindo

(47)

37

:

]

.[

Maka berkata Rasulullah saw: tidak termasuk golongan kami

orang yang menipu .23 (HR.Muslim, Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan

Ibn Majah).

2) Taghrir(Gharar)

Jual beli gharar adalah aktifitas jual beli yang mengandung

unsure ketidakjelasan. Allah Swt melarang keras dan

mengharamkan jenis jual beli seperti ini.24 Sebagaimana dalam

tadlis, maka gharar dapat juga terjadi dalam 4 (empat) hal, yakni:

a. Kuantitas b. Kualitas c. Harga dan

d. Waktu penyerahan.25

3) Riba

Dalam ilmu fiqih, dikenal 3 jenis riba, yaitu sebagai berikut:

a. Ribafad}l

Riba fadl disebut juga riba buyu , yaitu riba yang timbul

akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhin

23Abu Daud Sulaiman bin al-Asy ast bin Ishaq bin Basyir,Sunan A bu Daud, 272.

(48)

38

criteria sama kualitasnya, sama kuantitasnya dan sama waktu

penyerahannya.26

b. Ribana>si’ah

Riba nasi ah disebut juga riba duyun, yaitu riba yang

timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi criteria

untung muncul bersama risiko dan hasil usaha muncul bersama

biaya. Transaksi semisal ini mengandung pertukaran

kewajiban menanggung beban, hanya karena berjalannya

waktu.27

c. Riba jahiliyyah

Riba jahiliyyah adalah utang yang dibayar melebihi dari

pokok pinjaman karena si peminjam tidak mampu

mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang telah

ditetapkan.28

5. Tidak sahnya akad

a. Tidak terpenuhinya rukun dan syarat

Ada tiga rukun dalam jual beli yaitu: pelaku, objek, dan ijab

qabul. Transaksi jual beli akan menjadi batal jika rukun tersebut tidak

terpenuhi (baik satu rukun atau lebih), adapun factor yang harus ada

supaya akad menjadi sah adalah syarat. Menurut Mazhab Hanafi, bila

(49)

39

rukun sudah terpenuhi tetapi syarat tidak terpenuhi, rukun menjadi

tidak lengkap sehingga transaksi tersebut menjadi fasid (rusak).29

b. Terjadinya ta alluq

Ta’alluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang

saling dikaitkan, maka berlakunya akad 1 tergantung pada akad 2.

Misalnya Amar menjual mobil avanza seharga Rp 12 juta secara

cicilan kepada Budi, dengan syarat bahwa Budi harus kembali

menjual mobil avanza tersebut kepada amar secara tunai seharga Rp

100 juta. Dalam terminology fiqih, kasus di atas disebut jual beli

inah.30

c. Terjadinya two in one

Two in one adalah kondisi di mana suatu transaksi diwadahi

oleh dua akad sekaligus, sehingga terjadi ketidakjelasan/

ketidakpastian (gharar) mengenai akad mana yang harus digunakan.

Dalam terminology fiqih, kejadian ini disebut dengan

shafqatain fi al-shafqah. Contoh dari two in one adalah sewa beli.

Dalam transaksi ini terjadi gharar dalam akad. Karena ada

ketidakjelasan akad mana yang berlaku, akad beli atau akad sewa.

Karena itulah maka transaksi sewa-beli diharamkan.31

B. Norma Hukum Islam TentangWaka>lah

(50)

40

1. PengertianW aka>lah

W aka>lah atau wika>lah merupakan isim masdar yang secara

etimologis bermakna tawkil, yaitu menyerahkan, mewakilkan, dan

menjaga.

Adapun makna secara terminologis yaitu mewakilkan yang

dilakukan orang yang punya hak tas}arruf kepada orang yang juga

memilikitas}arruftentang sesuatu yang boleh diwakilkan.32

Dalam defenisi syara, waka>lah menurut para ulama Mazhab

Hanafi adalah tindakan seseorang menempatkan orang lain di tempatnya

untuk melakukan tindakan hukum yang tidak mengikat dan diketahui.

Atau penyerahan tindakan hukum dan penjagaan terhadap sesuatu kepada

orang lain yang menjadi wakil. Tindakan hukum ini mencakup

pembelanjaan terhadap harta, seperti jual beli, juga hal-hal lain yang

secara syara bisa diwakilkan seperti juga member izin kepada orang lain

untuk masuk rumah.

Para ulama Mazhab Syafi I mengatakan bahwa waka>lah adalah

penyerahan kewenangan terhadap sesuatu yang boleh dilakukan sendiri

dan bisa diwakilkan kepada orang lain, untuk dilakukan oleh wakil

tersebut selama pemilik kewenangan asli masih hidup. Pembatasan

dengan ketika masih hidup ini adalah untuk membedakannya dengan

wasiat.33

32Ibid. Mardani,Fiqh Ekonomi Syariah,Op.cit.300.

(51)

41

Menurut Bank Indonesia (1999), waka>lah adalah akad pemberian

kuasa dari pemberi kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan

suatu tugas atas nama pemberi kuasa.34

2. Dasar HukumW aka>lah

Waka>lah disyariatkan hukumnya adalah boleh, ini berdasarkan

al-Qur an, Hadis, Ijma dan Qiyas.

a. Al- Qur-an

}

19

{

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun ( Q.S. al-Kahfi ayat 19)35

b. Hadis

,

,

,

34Ibid. Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis dan Transaksi Perbankan Syariah,32.

(52)

42

Bahwa nabi s.a.w, mengutus Abu Rafi , hamba yang pernah dimerdekakannya dan seorang laki-laki Anshar, lalu kedua orang itu menikahkan Nabi dengan Maimunah binti Harits dan pada saat itu (nabi s.a.w.) di madinah sebelum keluar (ke mieqat Dzil Khulaifah). (HR. Maliki dalam Muwaththa )

c. Ijma

Bahwa dalam kitab al-Mughani disebutkan: ulama sepakat

tentang dibolehkannyawaka>lah.

d. Qiyas

Bahwa kebutuhan manusia menuntut adanya waka>lah karena

tidak setiap orang mampu menyelesaikan urusan sendiri secara

langsung sehingga ia membutuhkan orang lain untuk

menggantikannya sebagai wakil.36

3. Rukun dan SyaratW aka>lah

Rukun-rukunal-waka>lahadalah sebagai berikut:

a. Orang yang mewakilkan (muwakkil). Syarat-syarat bagi orang yang

mewakilkan ialah dia pemilik barang atau di bawah kekuasaannya dan

dapat bertindak pada harta tersebut. Jika yang mewakilkan buka

pemilik atau pengampu, al-waka>lah tersebut batal. Anak kecil yang

dapat membedakan baik dan buruk dapat (boleh) mewakilkan

tindakan-tindakan yang bermanfaat mahdhah, seperti mewakilkan

untuk menerima hibah, sedekah, dan wasiat. Seperti thalak,

(53)

43

memberikan sedekah, menghibahkan dan mewasiatkan, tindakan

tersebut batal.

b. Wakil (yang mewakili). Syarat-syarat bagi yang mewakili ialah bahwa

yang mewakili adalah orang yang berakal. Bila seorang wakil itu

idiot, gila, atau belum dewasa, maka perwakilan batal. Menurut

Hanafiyah anak kecil yang suda dapat membedakan yang baik dan

buruk sah untuk menjadi wakil, alasannya ialah bahwa Amar bin

Sayyidah Ummuh salah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah saw,

saat itu Amar merupakan anak kecil yang masih belum baligh.

Wakil adalah orang yang diberi Amanat, jika akad waka>lah telah

berlangsung, maka orang yang mewakili menjadi sebagai orang yang

diberi amanat tentang hal yang diwakilkannya. Ia tidak berkewajiban

menjamin, kecuali jika sengaja, atau cara yang di luar batas. Di dalam

keadaan terjadi ketidak beresan, ucapannya yang didengar, tak

ubahnya dengan orang-orang yang diberi amanat lainnya.37

c. Muwakkal fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syarat sesuatu yang

diwakilkan ialah:

1) Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada orang

lain untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk

mengerjakan shalat, puasa, dan membaca ayat al-Qur an, karena

hal ini tidak bisa diwakilkan.

(54)

44

2) Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka batal

mewakilkan sesuatu yang akan dibeli.

3) Diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang

masih samar, seperti seseorang berkata; Aku jadikan engkau

sebagai wakilku untuk mengawinkan salah seorang anakku .

d. Shigat, yaitu lafaz mewakilkan,shighat diucapkan dari yang berwakil

sebagai symbol keridhaannya untuk mewakilkan, dan wakil

menerimanya.38

4. Mewakilkan untuk Berjual Beli

Seseorang mewakilkan kepada orang lain untuk menjual sesuatu

tanpa adanya ikatan harga tertentu, pembayarannya tunai (kontan) atau

berangsur, di kampung atau di kota, maka wakil (yang mewakili) tidak

boleh menjualnya dengan seenaknya saja. Dia harus menjual sesuai

dengan harga pada umumnya dewasa itu sehingga dapat dihindarighubun

(kecurangan), kecuali bila penjualan tersebut diridhai oleh yang

mewakilkan.

Pengertian mewakilkan secara mutlak bukan berarti seorang wakil

dapat bertindak semena mena, tetapi maknanya dia berbuat untuk

melakukan jual beli yang dikenal di kalangan para pedagang dan untuk

hal yang lebih berguna bagi yang mewakilkan.

(55)

45

Abu Hanifah berpendapat bahwa wakil tersebut boleh menjual

sebagaimana kehendak wakil itu sendiri. Kontan atau berangsur-angsur,

seimbang dengan harga kebiasaan maupun tidak, baik kemungkinan

adanya kecurangan maupun tidak, baik dengan uang Negara yang

bersangkutan maupun dengan uang Negara lain. Inilah pengertian mutlak

menurut Imam Abu Hanafi.

Jika perwakilan bersifat terikat, wakil berkewajiban mengikuti apa

saja yang telah ditentukan oleh orang yang mewakilkan. Ia tidak boleh

menyalahinya, kecuali kepada yang lebih baik buat orang yang

mewakilkan. Bila dalam persyaratan ditentukan bahwa benda itu harus

dijual dengan harga Rp 10.000,00 kemudian dijual dengan harga yang

lebih tinggi, misalnya Rp 12.000,00 atau dalam akad ditentukan bahwa

barang itu boleh dijual dengan angsuran, kemudian barang tersebut dijual

secara tunai, maka penjualan ini sah menurut pandangan Abu Hanafi.

Bila yang mewakili menyalahi aturan-aturan yang telah disepakati

ketika akad dan penyimpangan tersebut dapat merugikan pihak yang

mewakilkan, maka tindakan tersebut bathil menurut pandangan Mazhab

Syafi i. Menurut Hanafi tindakan itu tergantung pada kerelaan orang

yang mewakilkan. Jika yang mewakilkan membolehkannya, maka

menjadi sah, bila tidak meridhainya, maka menjadi batal.39

5. Berakhirnya AkadW aka>lah

Gambar

Table pendapatan.
Table distribusi pendapatan.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwasannya penyertaan jaminan dalam pembiayaan Mu ārabah yang diterapkan di BMT Surya Madani adalah sesuai dengan

Serta uang kertas telah menjadi uang wajib yang menggantikan kedudukan emas atau perak dalam bertransaksi, dan segala sesuatu pun pada masa kini dinilai dengan

Judul Skripsi : Tinjauan Hukum Islam terhadap Solusi Pembiayaan Murabahah yang Bermasalah di BMT Arafah Solo.. Maka selaku Pembimbing kami berpendapat, bahwa skripsi tersebut

Kesimpulan penelitian ini adalah: 1)Pengelolaan dana simpanan syari’ah anggota di KJKS BMT Surya Madani sesuai dengan hukum Islam. 2) KJKS BMT Surya Madani dalam hal simpanan

Pada tahap ini nasabah tidak membayar angsuran dalam jangka waktu lebih dari 270 hari. Pada tahap ini BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan eksekusi penitaan barang

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Brand Image, dan Word of Mouth terhadap Keputusan Anggota Melakukan Pembiayaan Murabahah di BMT MADANI Sepanjang” ini

Serta uang kertas telah menjadi uang wajib yang menggantikan kedudukan emas atau perak dalam bertransaksi, dan segala sesuatu pun pada masa kini dinilai dengan

dianggap sebagai akad jual beli ( mura&gt;bah}ah ) dan dimintai margin keuntungan sesuai dengan nominal uang yang diberikan kepada anggota. Praktek pembiayaan mura&gt;bah}ah di