• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA AKAD BAI BITSAMAN AJIL (BBA) (Studi Kasus Di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENYELAMATAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA AKAD BAI BITSAMAN AJIL (BBA) (Studi Kasus Di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan) SKRIPSI"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus Di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Pada Program Studi S1 Perbankan Syariah

Oleh:

INDAH HANDAYANI NIM : 3317264

PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM (FEBI)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI TAHUN 2021

(2)

BAB I PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

BMT merupakan kependekkan dari Baitul Mal Watamwil atau biasa dikenal oleh masyarakat yaitu balai usaha mandiri terpadu yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Oleh karena itu, BMT secara nama terdapat dua ciri yaitu sosial dan bisnis. Sesuai dengan namanya Baitul mal setara dengan Baitul Tamwil yang artinya bidang sosial dan bisnis.

Peran BMT cukup besar dalam membantu kalangan UMKM. BMT memberikan bantuan kepada pelaku usaha mikro yang mengalami kesulitan mendapatkan dana dari bank. BMT merupakan lembaga keuangan melakukan pinjaman usaha mikro tanpa menggunakan bunga atau riba. BMT memiliki sistem jual beli dan sewa menyewa selain sistem bagi hasil. BMT memiliki kelebihan yaitu keluesan dan kecepatan dalam melayani masyarakat.

Persyaratan dan prosedur yang digunakan sederhana tetapi tetap memperhatikan resiko dan keamanan.1

Salah satu kegiatan BMT adalah menyalurkan dana masyarakat. Bai’

Bitsaman Ajil (BBA) adalah suatu perjanjian pembiyaan yang disepakati bank syariah dengan nasabah, dimana bank syariah menyediakan dananya untuk sebuah investasi atau sebuah pembelian barang modal dan usaha anggotanya

1 Syifa Awaliyah, Skripsi : “Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Pada BMT Bersama Kita Berkah (BKB) Dan BMT At-Taqwa Pinang”, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2018), hlm.1-2

(3)

yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran.2

Di ketentuan peraturan otoritas jasa keuangan merujuk pada POJK Nomor 31/POJK.05/2014 tentang penyelenggaraan usaha pembiayaan Syariah dirilis dalam rangka memenuhi prinsip-prinsip syariah islam, termasuk fatwa- fatwa yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.3

Adapun Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 yang dipersamakan dengan akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) mengatakan, bahwa dalam rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan, perlunya fasilitas Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) bagi yang memerlukannya, menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.4

Adanya BMT di daerah sangat membantu masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekonomi yang saling menguntungkan. Disamping itu juga ada bimbingan yang bersifat pemberian pengajian kepada masyarakat dengan tujuan sebagai sarana transformatif untuk lebih mengakrabkan…diri pada nilai-nilai agama Islam yang bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat.

2 Fitri Yenti, dkk, (Implementation Of Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Financing To Increasing Income On BMT AT-Taqwa Muhammadiyah Bandar Buat Branch), e-jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 : hlm.108

3 https://www.ojk.go.id, diakses pada Senin, 04 September 2021 Pukul 12.21 WIB.

4 Dewan Syariah Nasional MUI, “HIMPUNAN FATWA KEUANGAN SYARIAH”, (Jakarta:

ERLANGGA, 2014), hlm.60

(4)

Begitupun dengan BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan juga ada menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan. Pembiayaan ini sangat membantu masyarakat yang sedang membutuhkan uang sebagai modal usahanya dan lain sebagainya. Produk- produk yang disalurkan oleh BMT ini sendiri ayitu pembiayaan…Bai’

Bitsaman Ajil (BBA), pembiayaan Murabahah, pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah, dan pembiayaan Qardul Hasan.

Dengan demikian Baitul Mall wat Tamwil (BMT) adalah sebuah lembaga ekonomi kerakyatan yang berusaha membangun kegiatan usaha produktif dan investasi dalam rangka menumbuh kembangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi pengusaha kesil berdasarkan prinsip syariah dan koperasi. Selain itu BMT juga merupakan sarana pengelola dana ummat, dari ummat oleh umat dan kembali untuk kemaslahatan bersama umat (demokratisasi ekonomi) berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi islam.5

Adapun menurut pemanfaatannya, pembiayaan BMT dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Pembiayaan Investasi, pembiayaan yang digunakan untuk barang-barang permodalan (capital goods) serta fasilitas-fasilitas lain yang erat hubungannya dengan hal tersebut.

2. Pembiayaan Modal Kerja, pembiayaan yang diajukan untuk pemenuhan peningkatan produksi, yang mana arti luasnya mencakup dalam sektor

5 Rodoni Ahmad,Abdul Hamid, Lembaga Keuangan, ( Jakarta : Zikrul Hakim, 2008), hlm.63

(5)

ekonomi maupun penyediaan jasa. Peningkatan produksi ini baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.6

Pada tabel 1.1 dibawah ini akan terlihat jumlah nasabah pembiayaan bermasalah di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan dari tahun 2016- 2020.

Tabel 1.1

Jumlah Nasabah (Kota) Pembiyaan Yang Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Tahun 2016-2020 BMT Agam Madani Nagari

Pakan Sinayan

NO Tahun Jumlah Nasabah Jumlah Pembiayaan Bermasalah

1 2016 17 Rp 14.158.700

2 2017 17 Rp 14.158.700

3 2018 17 Rp 13.048.200

4 2019 18 Rp 17.817.500

5 2020 18 Rp 17.817.500

Sumber : BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan

Dari dari tabel 1.2 di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2016-2017 terlihat bahwa pembiayaannya tidak lancar pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), ini dibuktikan dengan jumlah nasabah dan jumlah pembiayaan bermasalah yang tidak berubah atau sama pada tahun 2018 dengan jumlah

6 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank, (Tanggerang : Pustaka Alvabet, 2009), hlm.234

(6)

nasabah yang bermasalah yaitu 17 orang, tetapi jumlah pembiayaan bermasalah mengalami penurunan menjadi Rp 13.048.20, akan tetapi walaupun jumlah nasabah yang bermasalah sama, terdapat perbedaan nasabah yang bermasalah. Pada tahun 2019-2020 jumlah nasabah yang bermasalah kembali meningkat yaitu 18 orang dengan jumlah pembiyaan bermasalah Rp 17.817.50, ini disebabkan karena nasabah yang belum sanggup untuk melakukan transaksi pembiayaannya.

Transaksi keuangan antra pihak BMT dengan anggotanya tidak selalu berjalan dengan lancar melainkan dapat terjadinya sengketa yang sebagian besar disebabkan karena adanya pembiaayan yang bermasalah atau Non Performing Finance (NPF). Pembiaayan bermasalah dapat dikaaitkan dengan bagaimana usaha yang telah dibiayai oleh BMT dapat dijalankan, apakah pengeola dana benar-benar menjalankan usahanya sesuai dengan yang disebutkan dalam akad ataupun si pengelola dana tersebut mengingkarinya.7

Di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan ini akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) adalah akad baru yang ada pada BMT tersebut karena belum banyaknya masyarakat luas yang mengetahui terkait akad tersebut, dapat diketahui bahwa sebenarnya mekanisme pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) dan mekanisme pembiayaan Murabahah hampir sama saja. Yang membedakan adalah cara pembayaran pembiayaannya dan jangka waktu pembayarannya.

7 Abdul Ghofur Anshori, Penereapan Prinsip Syariah Dalam Lembaga Keuangan Lembaga Pembiayaan dan Perusahaan Pembiayaan, (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2008), hlm.215-216

(7)

Kehidupan yang semakin maju dan berkembang ini kita sebagai manusia yang taat beragama dianjurkan bermuamalah dengan mengikuti syariah, yang mana kita dianjurkan untuk saling membantu sesama yang mengalami kesulitan.8 Sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam QS. Al-Baqarah : 280 yang berbunyi :































Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”.

Pembiayaan merupakan tiang penyangga pendapatan dari sebuah lembaga keuangan yang ada di Indonesia. Tanpa adanya lembaga keuangan tersebut melakukan pembiayaan maka akan semakin cepat lembaga keuangan tersebut failed. Melakukan pendanaan kepada pengusaha akan nasabah sudah menjadi kegiatan utama lembaga keuangan lainnya, selain sebagai tempat untuk menyimpan dana dari pihak ketiga. Pembiayaan yang diberikan oleh lembaga keuangan merupakan pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan baik sebagai modal usaha maupun untuk dikonsumsi. Hasil dari pembiayaan inilah

8 Siti Paisah, Skripsi : “hukum terhadap pemotongan percepatan pelunasan pembiayaan murabahah di bank syariah mandiri (bsm) cabang panyabungan menurut fatwa dewan syariah nasional (dsn) nomor. 23/dsn-mui/iii/2002” , (Medan : UIN Sumatera Utara, 2014), hlm 1

(8)

nantinya yang akan disetorkan oleh nasabah peminjam kepada lembaga keuangan sesuai kesepakatan yang telah dilakukan antara kedua belah pihak.9

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut terkait persoalan tersebut di dalam sebuah laporan akhir dengan judul “Analisis Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA) (Studi Kasus : BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Terjadinya penurunan jumlah persentase nasabah yang mengajukan pembiayaan di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan pada tahun 2020

2. Terjadinya Kenaikan jumlah nasabah yang pembiayaan bermasalah pada tahun 2019-2020 di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis membatasi masalah pada penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Bai’ Bitsaman Ajil (BBA).

D. Rumusan Masalah

9 R. Tjipto Adinugroho, Perbankan dan Masalah Pengkreditan, (Jakarta: Paramita, 2005), hlm.74

(9)

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah yang akan di teliti yaitu :

1. Apa saja faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)?

2. Bagaimana penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)?

3. Bagaimana penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) melalui analisis SWOT ?

E. Tujuan Penelitia

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

2. Untuk mengetahui upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

3. Untuk mengetahui penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) melalui analisis SWOT.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam jurusan S1 Perbankan Syariah Istitut Agama Islam (IAIN) Bukittinggi.

(10)

2. Memperluas penelitian dibidang Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitasaman Ajil (BBA).

3. Kegunaan penelitian untuk masyarakat adalah untuk memperluas wawasan atau pengetahuan masyarakat terhadap penyelamatan pembiayaan bermasalah.

G. Penjelasan Judul

Untuk mengatasi kesalahpahaman dari judul yang akan di bahas dan untuk mempermudah memahami maksud dari judul karya ilmiah ini, maka penulis memberi penjelasan judul dari proposal :

Analisis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan atau perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-sebab masalah), duduk perkaranya dan sebagainya.10

Penyelamatan Pembiayaan

Bermasalah : Istilah teknis yang biasa digunakan dikalangan dalam perbankan adanya upaya dan langkah-langkah bank dalam suatu permasalahan pembiayaan yang dihadapi debitur yang masih mempunyai peluang usaha yang

10 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung : CV. Alfabeta, 2014), hlm.428

(11)

baik namun mengalami kesulitan pembayaran pokok.11

Bai’ Bitsaman Ajil

(BBA) : Proses jual beli di mana BMT menalangi terlebih dahulu kepada anggota dalam pembelian suatu barang tertentu yang dibutuhkan. Kemudian anggota akan membayar harga dasar barang dan keuntungan yang disepakati bersama kepada BMT secara angsur.12 Dari penjelasana kata-kata penting di atas, yang dimaksud dari judul secara keseluruhan terhadap yang dilakukan penulis adalah memberikan solusi atau upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) dengan lokasi penelitian dilakukan di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

H. Kajian Terdahulu

Adapun review bentuk studi kajian terdahulu yang di pergunakan pada kajian ini yaitu :

Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Yenti, dkk pada tahun 2019 dengan judul “Implementation Of Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Financing To Increasing Income On BMT AT-Taqwa Muhammadiyah Bandar Buat Branch”, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kontribusi pembiayaan Ba’i

11 Faturrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), hlm.82

12 Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani, 2001), hlm.95

(12)

Bitsaman Ajil (BBA) terhadap pendapatan pada BMT AT-Taqwa Muhammadiyah Cabang Bandar Buat sangat dominan, yaitu dengan rata-rata 97,97%, yaitu yang mana sistem angsuran pembiayaannya itu lebih panjang atau lama, dan kebanyakkan nasabah lebih butuh modal usaha, serta angsuran pembiayaannya lebih kecil dan marginnya juga kecil dibandingkan dengan pembiayaan Murabahah.

Perbedaannya dengan kajian terdahulu di atas disini penulis membahas tentang Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), sedangkan yang di teliti oleh Fitria Yenti, ddk yaitu tentang Implementation Of Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Financing To Increasing.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Muamalah IAIN Walisongo Semarang yaitu Uswatun Khasanah pada tahun 2011 dengan judul

“Pelaksanaan Akad Ba’i Bitsaman Ajil (Studi Kasus Di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara)”, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa prakteknya yang menimbulkan permasalahn pada Ba’i Bitsaman Ajil yang ada di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara yang mana barang yang diperjual belikan belum jelas bentuknya, sifat dan jenis yang akan dibeli oleh calon anggota, dimana apabila calon anggota menghendaki pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk uang bukan barang maka BMT akan memberikan pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk uang begitupun sebaliknya jika calon anggota menghendaki pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk barang, seakan-akan ini seperti utang piutang dalam hal ini prakteknya belum sesuai dengan konsep Ba’i Bitsaman Ajil secara yang baik dan benar.

(13)

Perbedaannya pada kajian terdahulu di atas disini penulis membahas tentang Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), sedangkan yang diteliti oleh Uswatun Khasanah yaitu tentang Pelaksanaan Akad Ba’i Bitsaman Ajil.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah UIN AR-RANIRY Banda Aceh yaitu Suriyani pada tahun 2019 dengan judul

“Pengaruh Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Masyarakat Di Baitul Qiradh Baiturrahman Cabang Ulee Kareng Banda Aceh”, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa dimana proses penetapan penyaluran pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil di Baitul Qiradh Baiturrahman memiliki dua tahapan yang mana tahap pertama mengajukan permohonan selanjutnya pihak marketing dari Batul Qiradh Biturrahman melakukan survei ke tempat calon debitur layak atau tidaknya diberikana pembiayaan, lalu tahap kedua proses analisa serta persetujuan pembiayaan, hal ini yang harus diperhatikan oleh pihak Baitul Qiradh Baiturrahman dalam mengidentifikasi dan menyeleksi calon nasabah dalam memberikan pembiyaan usaha mikro. Dan dibuktikan dengan berdasarkan hasil uji hipotesa, pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil berpengaruh signifikan artinya berpengaruh terhadap pendapatan usaha mikro masyarakat.

Perbedannya dengan kajian terdahhulu di atas disini penulis membahas tentang Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), sedangkan yang di teliti oleh Suriyani yaitu tentang Pengaruh

(14)

Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil Terhadap Pendapatan Usaha Mikro Masyarakat.

I. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam Penelitian ini memiliki Sistematika Penulisan, maka sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I – PENDAHULUAN

Berisi Penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan yaitu : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penjelasan Judul dan Sistematika Penulisan.

BAB II- TINJAUAN PUSTAKA

Berisi uraian dasar-dasar Teori yang berkaitan dengan Konsep yang diangkat, yaitu: Landasan teori tentang Pembiayaan bermasalah pada akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA), Analisis SWOT dan Hipotesis yang di bahas dalam bab ini.

BAB III- METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang Metodologi Penelitian yang berhubungan dengan Penelitian yang akan dilakukan, yaitu : Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Informan Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Metode Analisis Data yang akan dilakukan dalam Penelitian.

BAB IV -HASIL PENELITIAN

(15)

Berisikan tentang analisis pengolahan data dan pembahasan mengenai Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

BAB V- KESIMPULAN

Berisi tentang beberapa Kesimpulan dari Hasil Penelitian dan Saran dari Penulisan yang dilakukan terhadap Penelitian.

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Lembaga keuangan ini didirikan bertujuan untuk menfasilitaskan masyarakat bawah. Prinsip operasionalnya berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli dan titipan. Oleh sebab itu, meskipun mirip dengan bank Islam, BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan serta usaha kecil yang mengalami hambatan-hambatan dalam pengembangan suatu usahanya tersebut.13

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah balai mandiri yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tambwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiataan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.14

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) berupaya mengkombinasikan unsur-unsur iman, taqwa, uang, materi secra optimum sehingga diperoleh scera efisien dan produktif, dengan begirtu dapat membantu anggotanya bersaing secara efektif.

Semakin besar nilai tambah baru yang dapat diciptakan semakin besar dana

13 Nurul Huda dkk, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta : Kencana, 2010), hlm. 263-264

14 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 452

(17)

yang dapat disalurkan dan semakin cepat teratasi kemiskinan disekitar lokasi BMT. Pertumbuhan ekonomi terkait langsung dengan skala mikro dalam upaya mengatasi kemiskinan materi dan kemiskinan non materi baik melalui kegiatan yang amat padat karya maupun melalui hasil-hasil yang diperoleh.

Sesuai dengan namanya, maka semua kegiatan ini diorganisasikan dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat secara mandiri.15

Secara sederhana BMT merupakan lembaga pendukung peningkatan kualitas usaha ekonomi pengusaha mikro dan pengusaha kecil bawah berdasarkan sistem syariah. BMT adalah lembaga yang terdiri dari dua lembaga, yaitu : Baitu Maal dan Baitul Tamwil. Baitul Maal yaitu lembaga yang kegiatannya menerima dan menyalurkan dana zakat, infaq dan sadaqah.

Sedangkan Baitul Tamwil yaitu lembaga yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil menengah dan mikro dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.

Adapun menurut pemanfaatannya, pembiayaan BMT dapat dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. Pembiayaan Investasi, pembiayaan yang digunakan untuk barang-barang permodalan (capital goods) serta fasilitas-fasilitas lain yang erat hubungannya dengan hal tersebut.

15 Abdul Qadim Zallmun, Sistem Keuangan di Negara Khalifah, (Jakarta : Pustaka Tariqul Izzah, 1999), hlm.4

(18)

2. Pembiayaan Modal Kerja, pembiayaan yang diajukan untuk pemenuhan peningkatan produksi, yang mana arti luasnya mencakup dalam sektor ekonomi maupun penyediaan jasa. Peningkatan produksi ini baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi dan untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.16 Sedangkan menurut sifatnya pembiayaan juga dibagi menjadi dua, yaitu : a. Pembiayaan Produktif. Pembiayaan yang ditunjukan untuk

memenuhi kebutuhan produksi dalam arti yang sangat luas seperti pemenuhan kebutuhan modal untuk meningkatkan volume penjualan dan produksi, pertanian, perkebunan maupun jasa.

b. Pembiayaan Konsumtif. Pembiayaan yang ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, baik yang digunakan sesaat maupun dalam jangka waktu yang rekatif panjang.

Dan untuk memaksimalkan pengelolaan dana, maka manajemen BMT harus memperhatikan tiga aspek penting dalam pembiayaan yakni : aman, lancar dan menguntungkan.17

Adapun asas dan landasan BMT yang mana BMT berasaskan Pancasila dan UUD 1945 sert syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan, keberhasilan, kemandirian, dan profesionalisme.

16 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank, (Tangerang : Pustaka Alvabet, 2009), hlm.234

17 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta : UII Press, 2004), hlm.166

(19)

Keberadaan BMT menjadi suatu organisai yang sah dan legal. Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip- prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama.

Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partispasi anggota dan masyarakat, maka pola pengelolaannya harus secara professional.18

B. Pembiayaan Bermasalah 1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan yaitu penyediaan uang atau tagihan yang biasa dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara kedua belah pihak yang dimana mewajibkan pihak peminjam untuk mengembalikan pinjaman atau tagihan tersebut dengan jangka waktu yang telah ditentukan dengan imbalan atau bagi hasil.19

Dalam arti sempit, pada pembiayaan dipakai untuk mendefenisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah

18 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).Cet.1, (Yogyakarta :UII Press, 2014), hlm.129-130

19 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2002), hlm.92

(20)

dan lembaga keuangan non bank (LKNB) kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, bila dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Undang- undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 ayat (2) adalah penyediaan utang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiyai untuk mengembalikan uang atas tagihan tersebut, setelah waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.20

Adapun Menurut para ahli yang dimaksud dengan pembiayaan adalah:

a. Menurut M.Syafi’I Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit.21

b. Trisadini P. Usanti dan Abd. Somad pembiayaan menjaskan bahwa pembiayaan merupakan sebagian besar dari asset bank syariah sehingga asset tersebut disalurkan dalam bentuk pembiayaan harus

20 Rahmat Ilyas, https//ejournal.Konsep-Pembiayaan-Perbankan-Syari’ah diakses pada Rabu 10 Maret 2021 pukul 21.29

21 http://www.kumpulanpengertian.com/2018/12/pengertian-pembiayaan-menurut-para-ahli diakses pada Kamis 03 Juni pukul 19.10 WIB

(21)

dijaga kualitasnya dalam bentuk jual beli maupun modal kerja yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Berdasarkan dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan pinjam meminjam antara lembaga keuangan (sebagai pemberi pinjaman dan nasabah sebagai debitur). Dalam hal ini lembaga keuangan sebagai pemberi pinjaman percaya kepada nasabahnya dengan jangka waktu tertentu sesuai dalam waktu yang telah disepakati akan membayar lunas.

2. Tujuan Pembiayaan

Didalam tujuan pembiayaan yang mana berdasarkan prinsip syariah yaitu untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi yang sesuai dengan nilai-nilai islam atau syariah. Dengan adanya lembaga keuangna syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, tidak hanya sebagai untuk mencari keuntungan saja melainkan juga memperdulikan kesejateraan nasabah dan memberikan pelayanan yang nyaman serta demi keamanan masyarakat luas dan menciptakan lingkungan bisnis yang berkualitas.

3. Unsur-Unsur Pembiayaan

Berdasarkan dari pengertian pembiayaan diatas maka dapat dipahami bahwa ada unsur-unsur yang mempengaruhi pembiayaan yang diberikan dari pihak perbankan kepada pihak nasabah, unsur-unsur tersebut adalah sebagi berikut :

(22)

a. Terdapat dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan.

b. Terdapat kepercayaan antara pemberi pembiayaan dan penerima pembiyaan.

c. Terdapat kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lainnya.

d. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi pembiyaan kepada penerima pembiayaan.

e. Terdapat unsur waktu.

f. Adanya unsur resiko baik dari pihak pemberi pembiayaan maupun pihak penerima pembiayaan.22

4. Fungsi dan Manfaat Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan usahanya, masyarakat maksudnya tidak hanya individu tetapi juga pengusaha, lembaga, badan usaha dan yang lainnya yang membutuhkan dana.23

Adapun fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada masyarakat penerima, diantaranya :

1) Meningkatkan daya guna uang

Pembiayaan dapat meningkatkan daya guna uang, yang mana jika uang hanya disimpan tidak akan menghasilkan suatu yang berguna dan bermanfaat. Namun dengan diberikannya kredit uang

22 https://www.kajianpustaka.com, di akses pada Senin 12 Juli 2021 pukul 19.45 WIB

23 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm.108

(23)

tersebut akan memberikan manfaat untuk menghasilkan barang dan jasa oleh nasabah yang menerima pembiayaan.

2) Meningkatkan daya guna barang

Pembiayaan yang diberikan bank dapat digunakan oleh pihak nasabah untuk mengelola barang yang tidak bermanfaat menjadi barang yang memiliki daya guna dan menghasilkan manfaat. Pada dasarnya setiap kegiatan pengiriman barang atau pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya akan memberikan utility dari pemindahan barang itu sendiri. Pemindahan barang tersebut tidak dapat diatasi oleh keuangan para distributor itu sendiri oleh karena itu perlu bantuan permodal dari bank berupa pembiayaan.

3) Meningkatkan peredaran uang

Dengan adanya kegiatan penyaluran, maka uang akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya. Sehingga daerah yang kekurangan uang dengan adanya kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lain.

4) Meningkatkan kegiatan berusaha

Dengan pemberian pembiayaan maka akan memberikan suntikan semangat berusaha bagi si penerima pembiayaan, apalagi bagi nasabah yang mempunyai modal pas-pasan.

5) Stabilitas ekonomi

Dengan adanya pemberian kredit oleh bank kepada nasabah akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

(24)

Kegiatan pembiayaan juga dapat membantu dalam kegiatan ekspor barang yang akan memberikan manfaat untuk meningkatkan devisa Negara.

6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Semakin banyak pemberian kredit atau pembiayaan maka akan semakin baik, tak terkecuali dalam hal peningkatan pendapatan. Para usahawan yang memperoleh pembiayaan pasti akan berusaha utuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha itu berarti peningkatan keuntungan. Dan apabila para pengusaha, pemilik modal, karyawan mengalami peningkatan bertambah maka pendapatan Negara juga akan bertambah.

7) Sebagai alat hubungan ekonomi internasional

Dalam pinjaman internasional pemberian..pembiayaan oleh Negara lain akan meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang.

Adapun manfaat pembiayaan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sebag ai berikut :

a) Bagi bank

1. Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana 2. Memperoleh pendapatan dalam bentuk margin b) Bagi nasabah

1. Merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh barang tertentu melalui pembiayaan dari bank.

(25)

2. Dapat mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.24

5. Prinsip Pembiayaan

Dalam melakukan penilaian pada saat permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah.25 Di dalam dunia perbankan syariah sendiri itu memiliki prinsip dalam penilaian yang mana dikenal dengan 5 C + 1 S, yaitu sebagai berikut : a) Character

Yaitu dalam penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan yang mana dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.

b) Capacity

Yaitu dalam penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan tersebut diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan yang sebelumnya yang mana didukung dengan melakukan survey atas sarana usahanya seperti took, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.

24 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Perss, 2014), hlm.4

25 Mohammad, Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press, 2002), hlm.104

(26)

c) Capital

Yaitu dalam penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan ditunjukkan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.

d) Collateral

Yaitu jaminan yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan, dimana penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya.

e) Condition

Yaitu yang mana BMT harus melihat kondisi ekonomi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesisfik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut dikarenakan kondisi eksternal berperan penting dalam proses berjalannya usaha oleh calon penerima pembiayaan.

f) Syariah

Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan dimodali benar-benar usaha yang tidak melanggar prinsip- prinsip syariah yang sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak

(27)

boleh menyalahi hukum syariah islam dan tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.26

6. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran pembiayaanya oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran. Sehingga memberikan dampak negatif bagi kedua belah pihak (debitur dan kreditur). Dimana pembiyaan bermasalah ini juga merupakan salah satu resiko dalam suatu pelaksanaan pembiayaan.27

C. Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

1. Pengertian Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

Istilah Ba’i Bitasaman Ajil merupakan istilah yang baru dalam literatur dalam fiqh islam. Namun dalam prinsipnya sendiri memang sudah ada sejak masa lalu.secara makna harafiyahnya itu berarti, Ba’i artinya jual beli atau sering disebut transaksi. Sedangkan Tsaman yang artinya harga dan Ajil artinya bertempo atau tidak tunai atau dalam BMT disebut berangsur. Jenis transaksi ini akrab sekali disebut jual beli yang

26 Siti Kapsoh, Skripsi : “Pengaruh Pembiayaan Murabahah dan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Terhadap Profitabilitas BMT Bina Insani Penghapus Ungaran Jawa Tengah”, (Jawa Tengah : STAIN Salatiga,2011), hlm 26-27.

27 https://www.kompasiana.com , di akases pada Jum’at, 23 April 2021, Pukul 13.26 WIB

(28)

uangnya tersebut diberikan kemudian atau ditangqguhkan. Nama Tsaman Ajil kerab diartikan juga sebagai harga belakangan, kenapa demikian?

Nah maksudnya disini yaitu harga pada barang itu berbeda jika dilakukan dengan secara tunai.28

Dalam arti lain Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) yaitu suatu perjanjian yang disepakati oleh pihak BMT dengan nasabah yang mana pembiayaannya berakad jual beli, pihak BMT menyediakan dana investasi atau menyediakan barang modal dan usaha untuk anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara berangsur. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pinjaman yaitu jumlah atas harga modal dan mark-up yang telah disepakati kedua belah pihak.

Ba’i Bitsaman Ajil adalah merupakan salah satu akad yang diterapkan pada Lembaga Keuangan Syariah seperti Bank Syariah dan Baitul Maal Wattamwil (BMT). Dalam hal ini pihak Lembaga Keuangan Syariah aalah sebagai pengelola usahanya (jual beli), dan pengaplikasiannya pada akad ini sangat membantu para pengusaha mikro dalam menjalankan usahanya, yang mana kendalanya memiliki modal yang minim.

Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) adalah Ba’i maknanya adalah jual beli dan transaksi. Tsaman maknanya harga, Ajil maknanya bertempo atau tidak

28 Mei Via Indriani, Skripsi : Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pedagang Dalam Menggunakan Pembiayaan Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Pada Lembaga Keuangan Mikri Syariah (Studi Pada BMT Muttaqien Tanggamus), (UIN Raden Intan Lampung, 2018), hlm.44-45

(29)

tunai. Jadi Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) adalah transaksi jual beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan. Kedua belah pihak menyepakati harga jual dan waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad.

Proses pembayaran dilakukan dengan cara mencicil. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh.29

Jadi disini dapat ditarik kesimpulan pengertian dari Ba’i Bitsaman Ajil adalah proses jual beli di mana BMT Menalangi terlebih dahulu kepada anggota dalam pembelian suatu barang tertentu yang dibutuhkan.

Kemudian anggota akan membayar harga dasar dari barang tersebut dan keuntungan yang telah disepakati bersama kepada BMT secara dicicil atau diangsur.

2. Dasar hukum Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

a. Al-Qur’an

Firman Allah Q.S. AL-Baqarah : ayat 282

ْكبَف ىًّمَسُم ٍمَجَأ ىَنِإ ٍهٌَْدِب ْمُتْنٌَاَدَت اَذِإ اىُنَمَآ َهٌِرَّنا بَهٌَُّأ بٌَ

هىُبُت

ُ

29 Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Prakti, (Jakarta : Kencana Pranada Media Group, 2010), hlm.41

(30)

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menulisnya….”30

b. Al-Hadits

: َمِئُس َمَّهَس َو ِوٍَْهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ًَِّبَّننا َّنَأ { ُوْنَع ُ َّاللَّ ًَ ِض َز ٍعِفا َز ِهْب َةَعبَف ِز ْهَع ُزا َّزَبْنا ُها َو َز } ٍزو ُسْبَم ٍعٍَْب ُّمُك َو ، ِهِدٍَِب ِمُج َّسنا ُمَمَع : َلبَق ؟ ُبٍَْطَأ ِبْسَكْنا ُّيَأ

مِكبَحْنا ُوَحَّحَص َو

“Rasulullah SAW.ditanya salah seorang sahabat yang mengenai pekerjaan (profesi) apa yang paling baik. Rasulullah SAW. menjawab : usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati”

(HR. Al-Bazzar dan Al-Hakim).31

Artinya jual beli yang jujur, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan, mendapat berkah dari Allah SWT.

c. Kaidah Fiqh

بَهِمٌْ ِسْحَت َىهَع ٌمٍِْنَد َّل ُدٌَ ْنَأ َّلاا ُةَحبَبِلإا ِةَهَمبَعُمنا ًِف ُمْصَلأ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.32

3. Rukun dan Syarat Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

a. Rukun Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) yaitu :

1) Ada pihak yang berakad yaitu pennjual dan pembeli

2) Adanya objek..akad yang terdiri dari barang yang diperjual belikan

30 Q.S, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemahan Perkata,…hlm.48

31 Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqih Muamalat, (Jakarta : Prenada Media Group, 2010), hlm.69

32 A.Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta : Prenada Media Group, 2006), hlm.129

(31)

3) Adanya siqhat akad yang terdiri dari Persetujuan kedua belah pihak (ijab dan qabul.33

b. Syarat-syarat Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

1) Syarat orang yang berakal (penjual dan pembeli) syaratnya adalah sebabgai berikut :

a) Berakal

b) Dengan kehendak sendiri (bukan paksaan)

c) Tidak mubadzir (pemboros)

d) Baliqh, anak kecil tidak sah jual belinya.

2) Syarat barang yang dijual belikan syaratnya adalah sebagai berikut:

a) Suci, barang najis tidak sah dijual

b) Ada manfaatnya

c) Barang itu dapat diserahkan

d) Barang tersebut merupakan kepunyaan si penjual.

3) Syarat yang terkait dengan ijab dan qabul syaratnya adalah sebagai berikut :

33 Rozalinda, Fiqih Ekonomi Syariah , (Jakarta : Rajawali Pers, 2017), hlm.185

(32)

a) Orang yang menngucapkan telah baliqh dan berakal

b) Qabul sesuai dengan ijab

c) Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis

4) Syarat nilai tukar (harga barang)

a) Harga yang disepakati kedua belah pihak harus jelas jumlahnya

b) Boleh diserahkan pada waktu akad, sekalipun secara hukum

c) Pembayarannya harus jelas

d) Apabila harga jual beli itu dilakukan dengan saling mempertukarkan barang (al-muqayadah), maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’.34

4. Kode Etik Ba’i Bitsaman Ajil (BBA)

Etika dalam mengamalkan Ba’i Bitsaman Ajil, baik yang berhubungan dengan penjual atau pembeli. Para ulama meletakkan etik tersebut atas dasar pertimbangan Ba’i Bitsaman Ajil tersebut diperoleh karena alasan kebutuhan (hajat), yang mana diantaranya sebagai berikut :

a. Pedagang ataupun pembeli tidak memperluas Ba’i Bitsaman Ajil ini.

Maksudnya disini yaitu seorang pedagang tidak menjadikan semua

34 Martono, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, (Yogyakarta : Ekonisia, 2010), hlm.21

(33)

barang dagangannya dalam memperjualbelikan secara kredit (taqsith). Alasannya karena seorang pedagang terkadang tidak memperoleh laba dengan cara tersebut karena pembeli sering menunda-nunda pembayarannya.

b. Pembeli tidak boleh berani terhadap Ba’i Bitsaman Ajil ini, kecuali apabila dia benar-benar mampu menanggung resikonya.

c. Penjual tidak membelenggu kebutuhan masyarakat dengan cara Ba’i Bitsaman Ajil ini.35

D. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan merupakan salah satu bentuk penyaluran modal pada nasabah, akan tetapi disetiap lembaga pembiyaan pasti mengalami permasalahan dalam pembiayaan, pembiayaan bermasalah merupakan pembiayaan yang sudah menurun kolektibilitasnya, dari lancar menjadi kurang lancar, diragukan dan macet.36

Dalam prakteknya pembiayaan bermasalah disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :

1. Dari pihak perbankan (faktor intern)

Pada faktor intern pembiayaan bermasalah terjadi karena kesalahan dalam melakukan analisis pembiayaan. Dari analisis pembiayaan tersebut

35 Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm.241-242

36 Rahmat Shaleh, Kamus Perbankan, (Jakarta : Institut Perbankan Indonesia, 1980), hlm

(34)

kurang teliti atau salah dalam melakukan perhitungan. Pembiayaan bermasalah juga dapat terjadi akibat kolusi dari pihak analisis pembiayaan dengan pihak nasabah, sehingga analisis dilakukan secara subyektif dan akal-akalan.37

Bank-bank banyak memiliki analisis yang tangguh dan terspesialisasi menurut bidang-baidang industry atau usaha-usaha tertentu. Keadaan yang seperti itu dapat dengan mudah bank dibohongi oleh nasabah untuk merekayasa kalayakan usahanya. Contohnya saja terbongkarnya kasus konglomerat yang terjerat hutang merupakan bukti yang tidak terbantahkan terhadap lemahnya analisis kelayakan usaha nasabha dan kemungkinan terjadinya kolusi antara pihak bank dengan calon nasabah.

2. Dari pihak nasabah (faktor ekstern)

Adapun faktor nasabah dengan pembiyaan bermasalah terjadi karena dua hal yaitu sebagai berikut :

a. Unsur kesengajaan, dalam hal ini nasabah sengaja tidak akan mengembalikan pembiayaan yang telah diterima, walaupun sesungguhnya mereka mampu untuk mengembalikannya.

37 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 129

(35)

b. Unsur ketidaksengajaan, dalam hal ini nasabah punya keinginan untuk mengembalikan akan tetapi mereka tidak mampu akibat kesulitan dalam usahanya.38

Menurut Drs. Muchdarsyah Sinungan dalam bukunya Manajemen Dana Bank, berpendapat bahwa terjadinya kredit bermasalah (pembiayaan bermasalah) merupakan akibat kesulitan-kesulitan keuangan yang dialami oleh nasabah. Kesulitan-kesulitan tersebut timbul karena berbagai faktor.

Faktor yang sangat besar pengaruhnya yaitu karena inefesiensi pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan lemah dalam mengelola perusahaan, kelemahan dalam control, atau kesalahan dalam menentukan kebijakan perusahaan. Adapun kesulitan-kesulitan perusahaan yang dapat menyebabkan terjadinya kredit bermasalah (pembiayaan bermasalah) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut : Manajerial Factor (Intern Factor) dan factor ekstern (Ekstern Factor)

1. Manajerial Factor (intern factor)

Keberhasilan sebuah usaha sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keberhasilan pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan yang capable akan mampu menjalankan usahanya dengan baik dan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapinya. Begitupun dengan

38 Tjiptono Darmadji, Melacak Jejak Kredit Macet, (Yayasan Sembada Swakarya Jakarta, Informasi dan Peluang Bisnis Swasembada : Edisi SWA I/VIII-April 1992), hlm 17

(36)

sebaliknya ketidakmampuan manajemen akan banyak menimbulkan kesulitan-kesulitan perusahaan, terutama kesulitan dalam keuangan.

Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal berikut :

a. Kelemahan dalam melakukan kebijakan pembelian dan penjualan

b. Lemahnya kontrol atas biaya dan pengeluaran

c. Penempatan aktiva tetap yang berlebihan

d. Permodalan yang tidak cukup

2. Faktor ekstern (ekstern factor)

Kesulitan-kesulitan pada kuangan perusahaan tidak hanya terjadi karena faktor manajerial saja. Meskipun pimpinan perusahana telah bekerja dengan baik dan perkembangan usaha berjalan dengan lancar, kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan dapat terjadi karena faktor ekstern perusahaan. Faktor ekstern adalah kondisi-kondisi diluar perusahaan yang bersifat dinamis dan tidak dapat dikendalikan. Kondisi- kondisi penting yang harus diperhatikan yaitu perihal yuridis formal dan sistem birokrasi, iklim politik, situasi perekonomian, sitem nilai pada masyaraka, perkembangan teknologi dan situasi persaingan bisnis.

Adapun kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh faktor ekstern dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(37)

a. Bencana alam

b. Peperangan

c. Perubahan perekonomian dan perdagangan

d. Perkembangan teknologi.39

E. Akibat Pembiayaan Bermasalah Terhadap Kinerja Dari Lembaga Keuangan

Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegitan operasionalnya baik menyangkut aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi maupun aspek sumberdaya manusianya. Sedangkan kinerja keuangan merupakan pencapaian prestasi perusahaan pada suatu perioda yang menggambarkan kondisi kesehatan keuangan perusahaan dengan indikator kecukupan modal.

Berikut ini akibat pembiayaan bermasalah terhadap kinerja lembaga keuangan, yaitu :

1. Likuidasi

Likuidasi merupakan nafas kehidupan setiap perusahaan, begitu juga bank dan lembaga keuangan. Likuidasi dapat dilihat dan dibaca dari posisi neraca, yaitu aktiva lancar dibandingkan dengan hutang jangka pendek.

Jika pembiayaan yang jatuh tempo atau mulai diwajibkan membayar

39 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993), hlm 279-281

(38)

angsuran, namun tidak mampu mengangsur karena pembiayaan tidak lancar, atau bermasalah, maka bank atau lembaga keuangan terancam menjadi tidak likuid. Jika seperti itu maka dapat mengurangi kepercayaan pemilik dana dan pemilik dana bisa saja menrik dananya kembali, bank atau lembaga keuangan terancam tidak dapat beroperasi.

2. Solvabilitas

Solvabilitas yaitu kemampuan suatu bank atau lembaga keuangan untuk memenuhi kewajiban jangka panjang. Adanya pembiayaan bermasalah dapat menimbulkan kerugian bagi bank atau lembaga keuangan. Jika kerugiannya cukup besar dalam likuidasi tersebut, ternyata bank atau lembaga keuangan tidak mampu memenuhi kewajibannya, berarti solvabilitas bank atau lembaga keuangan tersebut juga menjadi berkurang.

3. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan bank atau lembaga keuangan untuk memperoleh keuntungan (margin). Jika pembiayaan lancar dan tidak bermasalah, maka bank atau lembaga keuangan akan memperoleh keuntungan (margin) dengan lancar pula.

4. Biaya-biaya Tambahan

(39)

Biaya tambahan yaitu adanya biaya tertentu karena adanya pembiayaan bermasalah.

5. Profitabiltas

Profitabilitas adalah kemampuan suatu bank atau lembaga keuangan untuk mendapatkan keuntungan. Tingkat keuntungan ini tergantung pada pembiayaan lancar atau tidaknya suatu perusahaan, atau bank ataupun lembaga keuangan kepada masyarakat. Jika terjadi pembiayaan yang mengarah kepada pembiayaan bermasalah dan merugikan, maka tingkat Profitabilitas pasti akan terganggu.

6. Bonafiditas

Yaitu kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank atau lembaga keuangan. Hal ini bukanlah masalah mudah karena ini menyangkut citra.

Apabila terjadi pembiayaan bermasalah maka dapat merusak citra bank atau lembaga keuangan.

7. Tingkat Kesehatan Bank

Bank atau lembaga keuangan yang dilanda pembiayaan yang bermasalah bisa menurunkan tingkat kesehatannya, dan pada gilirannya bank atau lembaga keuangan dapat dikenakan sanksi bahkan bisa memnghadapi likuidasi.

8. Modal Bank atau lembaga keuangan

(40)

Besar ataupun kecilnya ekspansi suatu usaha bank atau lembaga keuangan sangat ditentukan dengan perkembangan pembiayaan. Jika pembiayaan tidak tumbuh dengan baik, maka modal bank atau lembaga keuangan juga tidak dapat berkembang dengan baik.40

F. Metode Pembiayaan Bermasalah

Adapun beberapa metode yang dapat dilakukan dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah umumnya ada juga yang mengikuti kelaziman yang ada pada bank, yaitu sebagai berikut :

1. Rescheduling

Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu pembiayaan sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah :

a. Memperpanjang jangka waktu pembiayaan

b. Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan

c. Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu pembiayaan

2. Reconditioning

40 Nur Umi Fadillah, Skripsi, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Mitra Arta Pekanbaru, (Pekanbaru : UIN SUSKA Riau, 2019), hlm.46-48

(41)

Adapun bantuan ini diberikan dengan cara mengubah persyaratan pembiayaan seperti :

a. Kapitalisasi bagi hasil, yaitu bagi hasil dijadikan hutang pokok sehingga pada waktu tertentu anggota tidak perlu membayar bagi hasil, tetapi hutang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Hal tersebut berarti bahwasanya fasilits pembiayaan perlu ditingkatkan.

Cara ini dapat ditempuh dalam hal prospek usaha anggota pada kondisi baik.

b. Penundaan bagi hasil merupakan bagi hasil tetap dihitung, tetapi penagihan atau pembebannya tidak dilaksanakan kepada anggota sebelum anggota mempunyai kesanggupan, amka dari itu bagi hasil yang terhutang tersebut tidak menambah palfon pembiayaannya.

c. Penurunan suku bagi hasil adalah dalam hal ini mungkin para anggota masih sanggup untuk membayar bagi hasil pada waktunya namun, suku bagi hasil yang ditetukan terlau tinggi untuk aktivitas uku bagi hasil. Maka dari itu cara ini dilakukan jika bagi hasil operasi anggota memmang menunjukkan surplus/margin dan likuiditas memungkinan untuk membayar bagi hasil tersebut.

d. Pembebasan bagi hasil ini dapat dilakukan untuk sementara, selamanya, ataupun seluruh hutang bagi hasil. Dalam hal ini

(42)

anggotamemang dinilai tidak sanggup untuk membayar bagi hasil karena usahanya hanya mencapai tingkat kembali pokok (break even).

e. Pengkonversian pembiayaan jangka pendek dengan menjadikan pembiayaan jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan.

3. Restructuring

Faktor kesulitan anggota dikarenakan tidak memiliki modal, sehingga penyelesaiannya yaitu dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal dalam berupa dana seperti modal kerja maupun modal dalam bentuk barang-barang modal (mesin, peralatan, dan sebagainya). Tindakan ini dilakukan dengan cara seperti berikut :

a. Menambah jumlah pembiayaan

Anggota dapat mengalami kekurangan modal, maka perlu dipertimbangkan penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal investasi maupun tambahan investasi.

b. Menambah equity

Anggota dapat merasa dibebankan sehubungan dengan pembayaran bagi hasilnya, maka perlu dipertimbangkan yang mana berupa tambahan modal dari pihak BMT ataupun tambahan dari pemilik.

4. Kombinasi

(43)

Adapun cara dalam penyelesaian yann dilakukan berupa gabungan dari ketiga jenis metode di atas. Misalnya, Restructuring dengan Reconditioning, atau Reschuduling dengan Restructuring seta gabungan dari Reschuduling, Reconditioning dan Restructuring.41

G. Pencegahan Dini Dalam Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan resiko yang tidak terhindarkan dan harus ditanggung bagi pengelola dana namun resiko ini dapat diminimalisir dengan adanya tahapan yang dilakukan dalam pembiyaan bermasalah, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Preventif

Tahapan preventif merupakan tahapan penceghan yang bersifat internal. Dalam pelaksanaannya marketing ditugaskan untuk melakukan survei ke calon nasabah atau anggota pembiayaan. Pada saat survey kepada calon anggota pembiayaan berupaya untuk memodifikasi hasil survey dengan tujuan pembiayaan dapat menutup target yang dibebankan kepada marketing.

2. Tahap Revitalisasi

Tahap revitalisasi adalah tahap dimana bagian remidial ditugaskan untuk memperbaiki atau menyelamatkan pembiayaan bermasalah yang

41 Nur Umi Fadillah, Skripsi, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada BMT Mitra Arta Pekanbaru, (Pekanbaru : UIN SUSKA Riau, 2019), hlm.43-46

(44)

diberikan kepada anggota. Apabila terjadi pembiayaan bermasalah bagian remidial yang akan ditugaskan untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah tidak berjalan dengan baik kerena lembaga tidak menargetkan sejumlah nominal baku kepada bagian remidial untuk dilakukan penanganan setiap bulannya. Sehingga tidak terjadi penurunan angka pembaiyaan bermasalah.

3. Tahap Kuratif

Tahap kuratif yaitu tahap dimana anggota pembiayaan bermasalah tidak mempunyai i’tikad baik untuk melakukan pelunasan sehingga bagian remedial melakukan penyitaan jaminan.42

H. Teknik Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan analisis yang terdiri dari empat bagian yakni Strengh (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Thtreats (ancaman). Berikut ini penjelasan analisis SWOT yang biasa digunakan dalam perbankan:43

1. Strengh (kekuatan)

Kekuatan adalah suatu keunggulan dalam sumber daya, keterampilan dan kemampuan lain yang relative terhadap pesaing dan kebutuhan pasar

42 Skripsi, Drajad Prabowo : Analisis Upaya Pencegahan Pembiayaan Bermasalah Akad Murabahah Pada KJKS Indoartha Syariah Temanggung, ( UNIVERSITAS TIDAR, 2018), hlm.19-20

43 Kotler, Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Prencanaan, Implementasi dan Pengendalian, (Jakarta: Salemba Empat, 2001), hlm.34

(45)

yang dilayani atau hendak dilayani oelh perusahan. Misalnya dalam hal teknologi yang dimiliki, kantor cabang yang berada di setiap provinsi, mitra kerja nasional maupun internasional dan lain-lain.

2. Weakness (kelemahan)

Kelemahan yang juga biasa berupa sumber daya, yakni keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahan. Contohnya tingkat keterampilan karyawan, kecilnya biaya promosi, belum terpenuhinya kesehatan bank dan lain sebagainya.

3. Oppernunities (peluang)

Peluang adalah situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Misalnya kebijakan yang dikelurkan pemerintah, tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan sebagainya.

4. Thtreats (ancaman)

Ancaman adalah situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman juga merupakan kondisi eksternal yang dapat mengganggu kelancaran berjalannya suatu organisasi atau perusahaan. Sebagai contoh yaitu berkembangnya pasar modal, hampir setiap bank mengeluarkan kartu kredit dan lain sebagianya.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan metode..yang..digunakan untuk memperoleh data yang akurat dan relevan. Data tersebut disusun..secara..sistematis untuk dianalisis sesuai tujuan diadakannya penelitian tersebut.

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penelitian kualitatif merupakan yang bertujuan untuk memahami secara mendalam dan menggali makna dari subjek yang diteliti. Jenin penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang bersifat deskriptif yang cendrung menggunakan analisis. Melalui metode ini, peneliti dapat menganalisis data yang didapatkan dari lapangan secara detail. Lexy J. Meleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilauk, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa.

Data kualitatif dinyatakan dalam kalimat, yang pengelolaannya dilakukan

(47)

melalui proses berfikir (logika) yang bersifat kritik, analitik atau sintetik,

dan tuntas.44

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi..dalam..melakukan penelitian ini bertempat di BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan, Penulis mengambil data ini mengenai Analisis Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) yang dilakukan oleh BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan. Dan waktu penelitian yang akan dilakukan pada tahun 2021 sampai dengan selesai.

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun..sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu sebagai berikut :

a. Data Primer

Data..primer..adalah..data yang diperoleh secara langsung dari narasumber tanpa perantara. Data..primer juga..disebut dengan data yang diperoleh penelitian dari sumber pertama atau sumber aslinya.

Dalam..hal..ini, penulis melakukan observasi yang dimana penulis mendapatkan data melalui wawancara secara langsung dengan salah

44 Mamik, Metode Kualitatif, (Zifatama Publisher, Sidoarjo,2015), hlm.3

(48)

satu pegawai BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan mengenai masalah yang dibahas.

b. Data Sekunder

Data sekunder..adalah data..dalam bentuk yang sudah jadi melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan diberbagai organisasi atau sebuah perusahaan, termasuk didalamnya majalah, jurnal, dan lembaga lainnya yang berkaitan dengan masalah yang penuls ingin teliti. Data sekunder yang dilakukan pada penelitian yang sudah ada pada BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

4. Informan Penelitian

Informan sebagai sumber untuk mendapatkan informasi tentang permasalahan yang telah terjadi. Informan utamanya adalah Pengurus dan Staff BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan. Yang mana yang diwawancarai yaitu nya bagian Pembukuan dan Teller Fitria Dewi, Amd sebagai sumber data bagi penulis butuhkan dalam penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan metode berupa teknik/cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sehingga benar- benar didapatkan data yang valid dan reliable. Teknik pengumpulan data yang saya gunakan didalam penelitian ini yaitu :

(49)

a. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan sata yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik lainnya. Proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan phisikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.45 Instrumen yang dipakai dapat berupa lembar pengamatan, panduan pengamatan dan lain sebagainya.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan yang langsung direncanakan antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/

menerima informasi tertentu. Wawancara dimaksudkan untuk memperoleh keterangan dan pendapat secara lisan dari seseorang yang biasanya disebut informan. Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan yang mana informanya adalah Fitria Dewi, Amd (sebagai Teller dan Pembukuan).

c. Dokumenter

Metode dokumenter yaitu sebuah alah pengambilan data yang disebut dengan from pencatatan dokumen dan sumber data berupa catatan, dokumen, dan gambar. Dalam hal ini, peneliti dapat

45 Sugiono, Metode Penelitan, (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm.193

(50)

menganalisa dari dokumen-dokumen pendukung yang bersifat nyata.46

6. Teknik Pengolahan Data

Dengan metode..ini data yang dihasilkan tidak berbentuk angka (statistic), melainkan pengolahan data..menggunakan analisa kualitatif dalam bentuk uraian dengan penarikan kesimpulan secara keseluruhan.

7. Teknik Analisis Data

a. Teknik Analisis Deskritif Kualitatif

Dalam penelitian..ini peneliti menggunakan..teknik analisis data deskriptif kualitatif artinnya penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa validitas informasi yang diperoleh dari pengumpulan data secara wawancara. Yang menggambarkan serta memaparkan temuan penelitian dari lapangan, mengenai Analisis Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Pada Akad Ba’i Bitsaman Ajil (BBA) Studi Kasus BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan.

Penelitian ini menggunakan Teknik Analisis SWOT dan Matrix SWOT yang mana digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang penulis butuhkan baik itu dalam bentuk hasil wawancara,

46 Jonathan Sarwono, Metode Riset Skripsi : Pendekatan Kuantitatif (Menggunakan Prosedur Spss), (Jakarta : PT. Alex Media Komputindo, 2012), hlm 32.

Gambar

Tabel  IFE  yaitu  alat  yang  digunakan  untuk  mengevaluasi  lingkungna  internal  perusahaan  dan  untuk  mengungkapkan  kekuatan  serta  kelemahannya  dan  sedangkan  EFE  adalah  alat  yang digunakan untuk menguji lingkungan eksternal perusahaan  dan
Gambar 4.1 : Struktur Organisasi BMT Agam Madani Nagari Pakan Sinayan
Tabel IFE (Evaluasi Faktor Internal)
Tabel EFE (Evaluasi Faktor Eksternal)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa, BMT telah menetapkan prosedur pembiayaan yang harus dipenuhi oleh setiap calon nasabah diawali dengan pengajuan permohonan sampai

Skripsi yang berjudul“ANALISA PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) DI BMT LISA SEJAHTERA 02 BANGSRI JEPARA”disusun dalam rangka memenuhi

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa, BMT telah menetapkan prosedur pembiayaan yang harus dipenuhi oleh setiap calon nasabah diawali dengan pengajuan permohonan sampai

According to Beladiena et al., 2021, in carrying out its products, especially in terms of financing BMT Agam Madani Nagari Pasia is still experiencing problems with customers making