SEPANJANG SIDOARJO
Skripsi
Oleh:
Amam Fajar Mahmudi (C02213008)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan tentang ‚Analisis
Hukum Islam terhadap Qiya>s Uang dengan Emas pada Pembiayaan Mura>bah}ah Uang Di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo‛. Rumusan
masalahnya: Pertama, Bagaimana praktek mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Kedua, bagaimana analisis Hukum Islam terhadap qiya>s uang dengan emas pada pembiayaan mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dengan direktur BMT Madani dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan pola pikir deduktif, yaitu ketentuan hukum Islam mengenai transaksi akad mura>bah}ah yang selanjutnya dipaparkan dari kenyataan yang ada di lapangan mengenai pelaksanaan akad mura>bah}ah yang menjadikan uang sebagai objek dari akad mura>bah}ah, dan kemudian objek tersebut dikiaskan dengan emas, untuk selanjutnya ditarik sebuah kesimpulan.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa akad mura>bah}ah yang dilakukan di BMT Madani menggunakan uang sebagai objek dari akad mura>bah}ah. penggunaan uang sebagai objek dari akad dinilai lebih membantu dan lebih memudahkan anggota untuk melakukan transaksi, karena anggota bisa memilih sendiri barang yang ingin dibeli dan bisa mengetahui sendiri spesifikasi barang yag akan dibeli. Dasar pemberian uang adalah dari jenis objek yang akan dibeli oleh anggota dann telah dituliskan dalam form akad mura>bah}ah, yang kemudian dihitung margin keuntungan darinya. Berdasarkan Hukum Islam, penggunaan uang sebagai objek dari akad mura>bah}ah adalah dilarang, karena uang merupakan barang yang ribawi. Sehingga jika menjadikan uang sebagai objek dari akad mura>bah}ah berpotensi menimbulkan riba. Harga awal dari pembelian barang pun belum diketahui, sehingga ada beberapa syarat dari akad mura>bah}ah uang belum terpenuhi. Qiya>s uang dengan emas bisa ditinjau dari fungsi dan kewajiban yang harus dilakukan. Fungsinya bisa digunakan untuk alat jual beli, dan kewajibannya adalah terdapat beban zakat dalam uang. Emas bisa dibagi menjadi dua, yaitu sebagai uang dan sebagai barang. Emas sebagai uang tidak boleh dijadikan objek jual beli, akan tetapi emas sebagai barang bisa digunakan sebagai objek dari jual beli.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP QIYA<S UANG DENGAN EMAS PADA PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG DI BMT MADANI SEPANJANG SIDOARJO... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 12
C. Rumusan Masalah ... 13
D. Kajian Terdahulu ... 14
E. Tujuan Penelitian ... 16
F. Kegunaan Penelitian ... 16
G. Definisi Operasional ... 17
H. Metode Penelitian ... 18
I. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II QIYA<S UANG DENGAN EMAS PADA PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG ... 25
A. Mura>bah}ah ... 25
1. Pengertian mura>bah{ah... 25
2. Landasan hukum ... 28
B. Uang ... 37
1. Pengertian uang ... 37
2. Sejarah uang... 41
C. Qiya>s ... 43
1. Pengertian qiya>s ... 43
2. Landasan hukum ... 44
3. Rukun dan syarat ... 45
4. Qiya>s uang dengan emas ... 48
BAB III PRAKTEK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG DI BMT MADANI SEPANJANG SIDOARJO ... 54
A. Profil BMT Madani ... 54
1. Sejarah ... 54
2. Pengurus ... 54
3. Produk-produk ... 56
4. Mekanisme akad ... 57
5. Mekanisme bagi hasil dan margin ... 57
B. Tata Cara Pengajuan Pembiayaan ... 58
C. Qiya>s Uang dengan Emas ... 60
D. Aplikasi Akad Mura>bah{ah ... 64
E. Realisasi Akad Mura>bah{ah... 65
F. Implikasi Akad Mura>bah{ah ... 65
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP QIYA<S UANG DENGAN EMAS PADA PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG DI BMT MADANI SEPANJANG SIDOARJO... 67
A. Analisis Hukum Islam terhadap Praktek Pembiayaan Mura>bah{ah Uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo ... 67
B. Analisis Hukum Islam terhadap Praktek Qiya>s Uang dengan Emas pada Akad Mura>bah{ah Uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo ... 74
A. Kesimpulan ... 80 B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP QIYA<S UANG DENGAN EMAS PADA PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG DI BMT MADANI
SEPANJANG SIDOARJO
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman yang serba modern ini, manusia telah banyak menemukan dan membuat banyak hal. Ada yang berbentuk teknologi, komunikasi, ilmu pengetahuan maupun makanan, semuanya berkembang sesuai zamannya. Cara untuk mendapatkan barang barang tersebut pun berbeda beda sesuai dengan zaman yang ada.
Pada masa lampau, jika seseorang menginginkan sesuatu dan orang lain memiliki sesuatu tersebut, maka yang harus dilakukan oleh seseorang tersebut adalah barter. Barter1 adalah istilah untuk tukar menukar barang.
Kemudian berkembang barter barang menjadi barter emas, apabila seseorang menginginkan sesuatu untuk dimiliki, maka dia bisa memiliki barang tersebut dengan melakukan pertukaran dengan emas.
Seiring berjalannya waktu, ditemukanlah emas sebagai uang, yaitu uang dinar yang nilainya ditentukan berdasarkan berat emas tersebut. Ada pula yang berbentuk perak, yaitu uang dirham. Nilainya pun berdasarkan pada berat perak tersebu
1
2
Pada zaman Nabi Muhammad saw., uang emas digunakan dalam banyak hal. Selain digunakan untuk jual beli, uang emas juga digunakan untuk transaksi pinjam-meminjam, untuk upah dan lain sebagainya. Selain digunakan sebagai uang, emas juga digunakan untuk perhiasan yang banyak dipakai oleh orang-orang pada saat itu. Nilai dari uang emas dengan perhiasan emas adalah sama, yaitu dinilai dari berat emas tersebut. Sehingga jika tidak memiliki uang emas, maka orang-orang bisa menggunakan perhiasan mereka untuk jual beli.
Imam Ghazali mengatakan2 bahwa Allah menciptakan dinar dan dirham
sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga seluruh harta bisa
diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini menyamai 100 dinar, sekian
ukuran minyak za’faran (jenis tumbuhan bawang, bunganya merah
kekuning-kuningan, digunakan utuk mengharumkan sayur atau manis-manisan dan
secara khusus untuk memberikan warna kuning) ini menyamai 100. Keduanya
kira-kira sama dengan satu ukuran maka keduanya bernilai sama.
Pada masa Khalifah Abu Bakar3, uang yang berlaku pada masa Nabi tetap
diberlakukan sebagaimana adanya, tanpa mengalami pengubahan. Hal ini
karena perhatian Khalifah terfokus pada penataan sendi-sendi pemerintahan
dan memerangi orang murtad yang merupakan prioritas utama, di samping
juga karena masa pemerintahannya yang sangat singkat. Khalifah Umar pun
pada masa-masa awal pemerintahannya tetap memberlakukan sistem yang
telah berjalan pada masa Abu Bakar. Barulah pada tahun 18 Hijriyah atau
2
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Barito, 2005), 5. 3
3
tahun keenam dari pemerintahannya, ia mulai memasukkan beberapa kata
Arab pada uang Persia dan Romawi yang beredar. Ia membubuhkan namanya
[image:12.595.130.496.225.449.2]pada beberapa dirham dan menuliskan beberapa kata islami, seperti ‚Bismi Allah‛, ‚Al-Hamdulillah‛, ‚Bismi Rabbi‛, Muhammad Rasulullah‛
Gambar 1.1 Koin emas.4
Sebelum itu, Umar pernah berfikir untuk membuat dirham dari kulit unta,
namun ketika rencana itu disampaikan, ada pihak yang memberi masukan
bahwa jika rencana tersebut dilaksanakan, tentu unta akan habis, dan akhirnya
Umar batal melaksanakan rencananya. Apa yang dilakukan oleh Khalifah
Umar tersebut merupakan langkah pertama dalam rangka pembuatan uang
khusus bagi negara Islam.
Imam Al-Ghazali mengisyaratkan5 uang sebagai unit hitungan yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Juga sebagai
4
https://www.google.com/search?q=koin+emas+zaman+rasul&client=firefox-b&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjQu6Dawq_TAhVGv48KHcQ1BS0Q_AUICC gB#imgdii=zvEP4luXY8_4SM:&imgrc=47AW6WhNzF5QSM: diakses pada 19-04-2017 10.15 WIB.
5
4
penengah yang membantu proses pertukaran komoditas dan jasa. Demikian juga beliau telah mengisyaratkan uang sebagai alat simpanan karena itu dibuat dari jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang berkelanjutan sehingga betul-betul bersifat cair dan bisa digunakan pada waktu yang dikehendaki.
Setelah adanya uang emas dan perak, yang nilainya berdasarkan pada berat materinya, ditemukanlah uang yang terbuat dari logam yang lebih sederhan. Uang dari logam ini lebih mudah didapatkan daripada emas maupun perak. Nilai dari uang logam itupun disamakan dengan nilai emas dan perak, tergantung dari jumlah nominal yang tertera pada uang logam tersebut.
Ketika uang logam telah banyak menyebar di pasaran, ditemukanlah uang kertas, yang mana nilai uang kertas tersebut tertera pada jumlah nominal yang ada dalam kertas tersebut.
Pengertian uang6 dalam ekonomi didefinisikan dalam tiga segi: pertama, definisi uang dari segi fungsi-fungsi ekonomi sebagai standar ukuran nilai, media pertukaran, dan alat pembayaran. Kedua, definisi uang dengan melihat karakteristiknya, yaitu segala sesuatu yang diterima secara luas oleh tiap-tiap individu. Ketiga, definisi uang dari segi peraturan perundang-undangan sebagai segala sesuatu yang memiliki kekuatan hukum dalam menyelesaikan tanggungan kewajiban.
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang
6
5
dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah An-Nisa ayat 29
ُ ت ْنَأ اَلِإ ِلِطا ْلاِب مُ نيب مُ َلا مَأ ا ُُكْأت اَل ا نم يِ َلا ا يَأ ي
مُ نِم ارت ع ً ا ِت َن
ءاسنلا ُ ا يِح مُ ِب َناَك َها َنِإ مُ سُف َأ ا ُتْقت اَلو
22
َ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (An-Nisa 29)7
Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komodiri dan jasa. Setiap proses produksi dan distribusi pasti menggunakan uang. Pada berbagai proses produksi, setiap orang yang mengkhususkan diri untuk memproduksi barang komoditas akan memperoleh nilai dari hasil produksi berupa uang. Maka uang bisa menjadi faktor utama dalam pendirian suatu produksi.
Uang pun bisa menjadi media penyimpan nilai.8 Manusia perlu menyimpan uang untuk menghadapi hal-hal yang mendesak. Maka ada himbauan untuk adanya tabungan bagi setiap orang, supaya ketika ada
7
Tim Pelaksana Tashih Alquran Mushaf Madinah, Alquran, Terjemah Dan Tafsir,( Bandung:
H{ablu Raud{ati aljannah, 2010), 83. 8
6
kebutuhan yang mendesak orang tersebut akan tetap memiliki cadangan harta yang bisa digunakan.
Ada pula yang menyimpan uang yang untuk dagang yang berfungsi sebagai modal dalam mendirikan suatu usaha. Islam mendorong investasi,9 tidak membekukannya atau meminjamkannya dengan bunga.
Kelemahan uang10 adalah bahwa nilainya tidak tetap. Nilai uang bisa berubah-ubah sesuai dengan keadaan yang ada. Maka banyak orang yang lebih memilih untuk menyimpan barang-barang yang bersifat tetap, seperti rumah dan tanah. Ada pula yang menyimpan uang dalam bentuk saham.
Pada tahun 1914,11 penggunaan uang dari emas dan perak mulai dihilangkan dan diganti menjadi uang kertas. Ini terjadi karena ketika itu bertepatan dengan perang dunia I, ditakutkan emas akan semarak digunakan dalam pembelian peralatan perang, sehingga mata uang dunia akan kacau. Maka nilai emas disamakan dengan kertas, tergantung dari nominal yang ada. Dan juga saldo emas yang ada didunia tidak cukup untuk memenuhi semua manusia, sehingga emas dialihkan ke kertas.
Seiring berjalannya waktu, muncul lembaga yang khusus menangani masalah keuangan. yaitu bank. Bank berfungsi sebagai tempat penyimpanan uang, investasi dan tempat untuk mensirkulasikan uang.
Setelah berdiri bank bersistem konvensional, berdirilah bank dengan sistem syari’ah. Bank tersebut menghilangkan sistem riba yang ada dalam bank konvensional, sehingga tercipta bank yang menggunakan prinsip islami
9
Ibid., 18. 10
Ibid., 20. 11
7
dan terbebas dari riba. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 275
رق لاُ ...ابِرلا رحو عي لا ُها َلحَأو ...
272
َ
... Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba ... (Al-Baqarah 275)12
Bank Islam memiliki produk-produk yang digunakan untuk menjalankan aktivitas perbankan. Produk tersebut meliputi mura>bah{ah, mud{a>rabah, qard},
wadi<’ah,dan lain sebagainya. Terkadang ditambah sebagai jasa penyalur zakat,
infaq dan shodaqoh. Setiap produk yang ada memiliki fungsi yang berbeda -beda. Produk yang ada telah disesuaikan dengan ajaran Islam.
Mura>bah{ah13
berasal dari kata ribh{ yang bermakna tumbuh dan berkembang dalam perniagaan. Dalam istilah syari’ah, konsep mura>bah{ah terdapat berbagai formulasi pengertian yang berbeda-beda menurut pendapat para ulama (ahli). Di antaranya menurut Utsmani, pengertian mura>bah{ah adalah salah satu bentuk jual beli yang mengharuskan penjual memberikan informasi kepada pembeli tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas (harga pokok pembelian) dan tambahan profit yang ditetapkan dalam bentuk harga jual nantinya.
Setiap bank memiliki kebijakan sendiri-sendiri dalam menjalankan produknya. Bank membuat kebijakan berdasarkan prinsip yang menurut
12
Tim Pelaksana Tashih Alquran Mushaf Madinah, Alquran, Terjemah Dan Tafsir, ..., 47. 13
8
mereka paling benar, khususnya Bank Syari’ah atau Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
Salah satu produk yang menjadi unggulan dalam perbankan syari’ah maupun lembaga keuangan syari’ah adalah pembiayaan mura>bah{ah. Produk ini
menawarkan kepada nasabah untuk melakukan transaksi jual beli dengan pembayaran secara angsur. Dimana ketika nasabah membutuhkan suatu barang akan tetapi dia tidak memiliki uang kontan, maka dia bisa mengajukan pembiayaan pada perbankan syari’ah maupun lembaga keuangan syariah berupa pembiayaan mura>bah{ah.
Pada pembiayaan mura>bah{ah, bank membelikan kebutuhan nasabah sesuai yang disepakati. Setelah bank membelikan barang tersebut, bank kemudian menjual kembali barang tersebut kepada nasabah dengan meminta margin keuntungan sesuai dengan kesepakatan dua belah pihak. Nasabah wajib membayar kepada bank tersebut sesuai dengan kesepakatan dan dibayar secara angsur.
9
uang yang menjadi objek mura>bah{ah, maka ditakutkan ada riba yang berkembang.
Setelah lama berjalan, sebagian lembaga keuangan, khususnya Baitu
al-Ma<l wa al-Tamwi<l (BMT) Madani Sepanjang Sidoarjo, menilai bahwa sistem
mura>bah{ah yang seperti itu akan mempersulit nasabah. Karena nasabah akan
bekerja dua kali untuk mendapatkan kebutuhannya. Lembaga Keuangan ini menerapkan prinsip ta‘a<wun14 pada sistem pembiayaannya. Yang mana lembaga ini ingin membantu nasabah yang kesusahan masalah materi. Maka lembaga keuangan syari’ah ini memberikan uang tunai sejumlah kebutuhan nasabah. Selain itu LKS ini memiliki pemikiran bahwa al-akhdhu bi al-jadi<di
al-as}lah}i yang artinya adalah mengambil sesuatu yang baru yang benar.
Lembaga Keuangan Syari’ah ini menilai bahwa sistem ini lebih efektif, karena nasabah tidak perlu bekerja dua kali untuk mendapatkan kebutuhannya. Dan margin keuntungan yang disepakati itu berdasar pada jumlah uang yang diberikan. BMT Madani ini tidak memberikan objek mura>bah{ah yang berupa emas atau apapun, akan tetapi langsung uang. Sistem ini bertentangan dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI)15 tentang mura>bah{ah nomor 4, yang berbunyi ” Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba”.
14
Khoirul, Wawancara, Sidoarjo, 16 juni 2016. 15
10
Beberapa tugas dari DSN16 adalah yang pertama menumbuhkembangkan
penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan perekonomian pada umumnya
dan sektor keuangan pada khususnya, termasuk usaha bank, asuransi, dan
reksa dana. Yang kedua mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan
syariah.
Pada dasarnya17, segala bentuk muamalah itu hukumnya boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Hal ini juga dijelaskan dalam hukum far’i dari
al-yaqi<nu la< yuza<lu bi al-shak yaitu :
شَأا يِف ُلصَأا
ِميِرحتلا ىَع ُليِلدلا ؽَ دي ىتح ُةحابعإا ِءاي
Asal segala sesuatu adalah boleh, sampai ada dalil yang menunjukkan keharamannya.
Kaidah ini bersumber dari sabda Rasulullah saw.18 yang berbunyi:
ى ص ها ُ س َ اق :َ اق ِءاد دلا يَأ ع
:مّسو ي ع ها
ُها ؽرح امو اَح َف ُها ؽَلحَأ ام
ش ىسنيِل ُ ي مَل َها َنِإَف تيِفاع ِها ِم ا ُ ْقَأَف ,ٌُفع َف نع تَ س امو ارح َف
او ُ ًأي
َيارطلاو از لا
Dari Abu Darda berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Apa-apa yang dihalalkan oleh Allah adalah halal, dan apa apa yang diharamkan oleh Allah adalah haram, dan apa-apa yang didiamkan adalah dimaafkan. Untuk itu terimalah dari Allah pemaafan-Nya, karena sesungguhnya Allah itu tidak melupakan sesuatupun”. (H.R. Bazzar dan Tabrani).
Ketika ditanyakan kepada direktur dari BMT Madani, beliau mengutarakan bahwa sistem ini sudah benar. Beliau beranggapan bahwa jika nasabah itu dipersulit untuk mendapatkan kebutuhannya, maka itu
16 Ibid.
17 Fak Syari’ah UIN Sunan Ampel ,Usul Fikih dan Kaidah Fikihiyah , (Surabaya: CV. Mitra
Media Nusantara, 2013), 159.
18 Imam Hafidz Ahmad bin Ali Syafi’i Ma’ru<f bi Ibni Hajar ‘Asqola<ni<, Bulu<ghu
11
bertentangan dengan prinsip lembaga keuangan syari’ah ini yang bertujuan untuk membantu nasabah.
Beliau juga beranggapan bahwa emas sudah tidak bisa digunakan untuk jual beli. Pada zaman dahulu emas bisa digunakan untuk jual beli, harga masih ditentukan dengan emas. Jadi masyarakat bisa membeli kebutuhan dengan emas. Akan tetapi pada masa ini, emas tidak bisa dipakai untuk jual beli. Emas pada saat ini hanya digunakan untuk perhiasan. Yang bisa digunakan untuk jual beli adalah uang. Jadi direktur BMT ini mengkiaskan uang pada masa ini dengan emas pada masa Rasulullah yang bisa dan layak digunakan untuk jual beli.
Qiya>s merupakan19 salah satu dari dalil-dalil atau Hukum Islam dan ia
merupaka salah satu bentuk dari istinba<t} (suatu usaha penggalian makna dari nas Alquran dan Hadis dengan keseriusan hati dan kekuatan akal). Kata Qiya>s berasal dari bahasa Arab yang bermakna al-taqdi<r yang berarti mengukur, dan
al-musa<wah yang artinya menyamakan. Sedangkan menurut istilah ulama
ushul fikih20 :
َفلا ُواسم
اَ ِةؽَِع يِف ا ِ يِواستِل ِِ ْ ح ىَع ص صنم لصَأِل ِِ ْ ح ىَع ص صنم ريَغ ِعر
ِمْ ُ ا
Yang artinya adalah menyamakan hukum far’i atau peristiwa diluar nas dengan as}l atau peristiwa yang ada nasnya, karena ada kesamaan antara keduanya dalam ilat nya, dan
19
Ibid ., 49. 20
12
ِةَِع يِف ا ِ يِواستِل ا ِ ِ ْ ح ىَع ص صنم لصَأِب ِِ ْ ح ىَع ص صنم ريَغ ِعرَفلا احْلِا
ِمْ ُ ا اَ
Yang artinya menyamakan hukum peristiwa yang tidak ada nasnya dengan peristiwa yang ada nasnya karena ada kesamaan ‘illah atau sifat.
Jika direktur dari BMT Madani tersebut mengkiaskan uang dengan emas pada masa lalu, penulis bisa menganggap bahwa prinsip yang telah digunakan itu sudah benar. Akan tetapi setelah dipelajari secara mendalam, pada zaman dahulu emas terbagi menjadi dua, ada yang berbentuk perhiasan dan ada yang berbentuk uang. Yang berbentk perhisan tentu memiliki nilai jual yang lebih tinggi, karena perhiasan memiliki nilai artistik. Sedangan yang berbentuk uang adalah uang dinar, yang pada saat itu digunakan sebagai tolak ukur dalam jual beli.
Dilihat dari segi objeknya, uang memang sama dengan emas yang berbentuk dinar. Akan tetapi berbeda dengan perhiasan. Penulis tidak bisa menyamakan seluruh emas yang ada dengan dinar. Maka menjadikan uang sebagai objek mura>bah{ah bisa menjadi riba. Karena bukan jual beli yang digunakan, akan tetapi hutang yang dimintai margin keuntungan. Dan itu bisa disebut riba.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
13
mengidentifikasi inti dari permasalahan yang terkandung didalamnya sebagai berikut:
1. Praktek mura>bah{ah uang yang ada di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. 2. Qiya>s antara uang dengan emas pada zaman dahulu pada pembiayaan
mura>bah{ah di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
3. Analisis Hukum Islam terhadap uang yang dikiaskan dengan emas pada pembiayaan mura>bah{ahuang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, penulis perlu menjelaskan batasan dan ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar terfokus dan terarah. Adapun batasan masalah adalah:
1. Praktek mura>bah{ah uang yang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
2. Analisis Hukum Islam terhadap Qiya>s uang dengan emas pada pembiayaan mura>bah{ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah memuat pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian. Melalui deskripsi fenomena di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Praktek mura>bah{ah uang yang dikiaskan dengan emas di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
14
D. Kajian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis melakukan penelaahan karya-karya ilmiah yang berhubungan dengan penelitian yang akan diteliti dengan judul Analisis Hukum Islam terhadap Qiya>s Uang dengan Emas pada
Pembiayaan mura>bah{ah Uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Tujuan adanya kajian adalah untuk menghindari adanya plagiasi dalam penelitian ini, sehingga tidak terjadi pembahasan yang sama dengan penelitian yang lain. Maka penulis perlu menjelaskan tentang topik penelitian yang penulis teliti berkaitan dengan masalah tersebut berupa kajian dan pembahasan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Nurrul Nisfu Suci Rofikhoh21, alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2008 Fakultas Syari’ah Program Studi Muamalah dalam jurnal yang
berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hutang Uang Dengan Sistem
Jual Beli (Mura>bah{ah) Dari Piutang Di Desa Sawo Babat Lamongan”. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa pada awalnya hutang tidak dilakukan dengan uang tunai, akan tetapi pihak yang berpiutang menggunakan barang apapun untuk dihutangkan dengan ketentuan harga di atas standar. Kemudian pihak yang berhutang bisa menjual kembali barang tersebut. Maka peneliti mengungkapkan bahwa sistem seperti ini sah, karena telah memenuhi ketentuan dalam Islam dan tidak adanya riba. Baik dari
15
objek hutang, perjanjian hutang, pelaksanaan i<ja<b dan qo<bu<l dan pengembalian hutang didasarkan pada kerelaan .
2. Firdaus Darus Salam22, Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2014 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syari’ah dalam jurnal yang berjudul “Pengawasan Pembiayaan Mura>bah{ah dan Implikasinya Terhadap Pembiayaan Bermasalah Di BMT Madani Sepanjang Taman Sidoarjo”. Hasil dari penelitiannya adalah bahwa dalam
pelaksanaan pengawasan pembiayaan mura>bah{ah di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo kurang terlaksana dengan baik, karena terdapat kerancuan dalam pembagian pekerjaan antar staff. Dan prosentase angka pembiayaan bermasalah di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo dinilai kurang baik, dikarenakan pengawasannya yang kurang baik.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan karya ilmiah diatas adalah penulis lebih fokus kepada praktek akad mura>bah}ah pada
BMT Madani Sepanjang Sidoarjo dan qiya>s uang dengan emas pada
pembiayaan mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Maka
dari itu penulis memilih judul ‚Analisis Hukum Islam terhadap Qiya>s Uang
dengan Emas pada Pembiayaan Mura>bah}ah Uang di BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo‛.
22 Firdaus Darus Salam, “Pengawasan Pembiayaan Mura<bah}ah
16
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan yang disebut dalam rumusan masalah, maka tujuan yang diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Praktek akad Mura>bah}ah uang di BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui analisis hukum Islam terhadap Qiya>s uang dengan
emas pada pembiayaan mura<bah<ah uang di BMT Madani Sepanjang
Sidoarjo.
F. Kegunaan Penelitian
Pengkajian dari masalah ini diharapkan mempunyai nilai tambah baik bagi pembaca terlebih lagi bagi penulis sendiri, baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara umum, kegunaan penelitian yang dilakukan ini dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi
tentang akad mura>bah}ah beserta aplikasinya, serta qiya>s antara uang
dengan emas pada pembiayaan mura>bah}ah.
2. Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan
memberi kontribusi pemikiran kepada masyarakat, khususnya kepada
peneliti dalam melaksanakan transaksi yang tidak bertentangan dengan
17
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari munculnya salah pengertian terhadap judul penelitian
skripsi ini, yaitu ‚Analisis Hukum Islam terhadap Qiya>s Uang dengan Emas pada Pembiayaan Mura>bah}ah Uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo‛ .
Maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang berkenaan dengan judul di atas.
Qiya>s Uang dengan Emas : Menyamakan uang dengan emas pada
zaman dahulu yang mana bisa digunakan untuk transaksi. Hal ini terjadi pada pembiayaan mura>bah}ah yang menjadikan
uang sebagai objek dari akad.
Akad Mura>bah}ah : Akad jual beli antara BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo dengan nasabah,
dimana nasabah datang ke BMT untuk
mengajukan pembiayaan, kemudian BMT
membelikan barang tersebut dan menjual
kembali barang tersebut kepada nasabah
dengan margin keuntungan yang
disepakati oleh kedua pihak. Atau
memberikan uang kepada nasabah sesai
dengan kebutuhan nasabah, kemudian
menetapkan margin keuntungan sesuai
18
nasabah, sehingga nasabah bisa membeli
segala kebutuhannya sendiri.
H. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni
penelitian yang dilakukan dalam konteks lapangan yang benar-benar
terjadi terhadap qiya>s uang dengan emas pada praktek pembiayaan
mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.23 Lokasi ini dipilih
karena BMT ini merupakan milik organisasi masyarakat, yaitu
Muhammadiyah. Pengurus dari BMT ini ditentukan oleh pengurus
Muhammadiyah cabang Sidarjo. Saat ini yang terpilih menjadi direktur
dari BMT ini adalah orang yang memiliki kompeten dibidang ekonomi
umum, gukan ekonomi syariah, sehingga cara praktek kegiatan BMT
hampir sama seperti koperasi konvensional.
Selanjutnya, untuk dapat memberikan deskripsi yang baik,
dibutuhkan serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah
tersebut terdiri atas: data yang dikumpulkan, sumber data, teknik analisis
data, dan sistematika pembahasan.
19 2. Data yang dikumpulkan
Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka
data yang dikumpulkan adalah data tentang praktek qiya>s uang dengan
emas pada pembiayaan mura>bah{ah uang di BMT Madani Sepanjang
Sidoarjo.
3. Sumber data
Data penelitian ini dapat diperoleh dari beberapa sumber data sebagai
berikut:
a. Sumber Primer, sumber yang diperoleh secara langsung dari
masyarakat baik yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan
alat lainnya.24
Dalam penelitian ini, yaitu sumber data yang pengambilannya
diperoleh dari tempat penelitian, meliputi:
1) Data yang didapatkan peneliti dari hasil wawancara dengan Pimpinan BMT Madani Sepanjang Sidoarjo, Bapak Hoirul Razik Sabki, S.E.
2) Data yang didapatkan peneliti dari hasil Praktek Kerja Lapangan Selama 2 Minggu di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo sebagai staff marketing.
b. Sumber sekunder, yaitu sumber yang telah dikumpulkan pihak lain25.
Dalam penelitian ini, merupakan data yang bersumber dari buku-buku
20
dan catatan-catatan atau dokumen tentang apa saja yang
berhubungan dengan masalah hukum Islam tentang akad Mura>bah}ah:
1) Wahbah Az-Zuhaili, Fikih al-Islam wa Adillatuh.
2) Yusuf Al-Qardhawi, Problematika Masa Kini Qardhawi Menjawab.
3) Ahmad Hasan, Mata Uang Islami.
4) Fakultas Syariah Uin Sunan Ampel, Ushul Fiqh Dan Kaidah Fiqhiyah.
5) Hendi Suhendi, FiqihMua<malah. 6) Wahbah Az-zuhaili, Ushulu Al-Fikih.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Metode observasi (pengamatan)
Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan
pengamatan langsung atau pencatatan dengan sistematis tentang
fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak
langsung.26penulis melakukan kegiatan magang di BMT Madani
sebagai staff marketing.
25 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian-Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT.
Gramedia Pusaka Utama, 1992), 69.
21 b. Wawancara (interview).
Wawancara adalah27 proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya dengan si penjawab. Wawancara dilakukan dengan direktur
BMT Madani Sepanjang Sidoarjo, Bapak Hoirul Razik Sabki, S.E.
c. Dokumen
Teknik pengumpulan data yang yang diambil dari sejumlah besar
fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.28 Pengambilan data penelitian ini diperoleh dari
dokumen-dokumen yang berkenaan tentang pembiayaan di BMT
Madani Sepanjang Sidoarjo.
5. Teknik pengumpulan data
Data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumber-sumber
data akan diolah melalui tahapan-tahapan berikut:
a. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun data sumber dokumentasi
sedemikian rupa sehingga dapat memperoleh gambaran yang sesuai
dengan rumusan masalah, serta mengelompokkan data yang
diperoleh.29 Dengan teknik ini diharapkan penulis dapat memperoleh
gambaran praktek akad mura>bah}ah uang yang ada di BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo.
27Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian-Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta: PT. Gramedia Pusaka Utama, 1992), 193
28 Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Renika Ilmu, cet I, 2004), 39.
22
b. Analyzing, yaitu upaya mencari dan menyusun secara sistemasis hasil
wawancara juga dokumentasi yang disusun secara sistematis dan
dianalisis secara kualitatif untuk memberikan kejelasan pada masalah
yang dibahas dalam skripsi ini.30
c. Editing, yaitu memeriksa kembali semua data yang diperoleh dengan
memilih dan menyeleksi data tersebut dari berbagai segi yang
meliputi kesesuaian keselarasan satu dengan yang lainnya, keaslian,
kejelasan serta relevansinya dengan permasalahan.31 Teknik ini
digunakan penulis untuk memeriksa kelengkapan data yang sudah
penulis dapatkan, dan akan digunakan sebagai sumber-sumber studi
dokumentasi. Teknik ini betul-betul menuntut kejujuran intelektual
(intelectual honestly) dari penulis agar nantinya hasil data konsisten
dengan rencana penelitian.
6. Teknik analisis data
Hasil dari pengumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian
dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang
dapat diamati dengan metode yang telah ditemukan.
a. Analisis Deskriptif, yaitu mengurai dan mengolah data mentah
menjadi data yang dapat ditafsirkan dan dipahami secara lebih
30 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif Telaah Positivistik, Rasionalisti,
Plenomenologik, dan Realisme Metaphisik, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1991), 183.
23
spesifik, metode ini digunakan untuk mengetahui gambaran akad
mura>bah}ah yang ada di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
b. Pola Pikir Deduktif, Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola
pikir deduktif yaitu pola pikir yang berpijak pada teori-teori yang
berkaitan dengan permasalahan, kemudian dikemukakan berdasarkan
fakta-fakta yang bersifat khusus.32 Pola pikir ini berpijak pada
teori-teori akad mura>bah}ah yang kemudian dikaitkan dengan fakta di
lapangan tentang qiya>s uang dengan emas pada pembiayaan
mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
I. Sistematika Pembahasan
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab kedua memuat landasan teori tentang qiy<as dan mura>bah{ah. Dalam hal ini memuat pengertian uang, sejarah uang, pengertian mura>bah}ah dan qiya>s
uang dengan emas.
Bab ketiga memuat profil BMT yang meliputi sejarah, legalitas lembaga,
produk, akad dan mekanisme bagi hasil yang ada di BMT Madani Sepanjang
Sidoarjo. kemudian memuat qiya>s uang dengan emas di BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo yang meliputi legalitas praktek, akad dan aplikasi akad
mura>bah}ah yang ada di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo.
24
Bab keempat memuat tentang analisis hukum Islam terhadap akad
mura>bah{ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo, dan memuat tentang
analisis hukum Islam terhadap praktek Qiya>s uang dengan emas pada akad
Mura>bah}ah uang di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Pada bab ini
merupakan kerangka untuk menjawab pokok-pokok permasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah. Adapun sistematikanya yang pertama adalah analisis praktek akad mura>bah{ah uang yang ada di BMT Madani Sepanjang Sidoarjo. Dan yang kedua adalah analisis hukum Islam terhadap qiya>s uang
dengan emas pada praktek pembiayaan mura>bah{ah pada BMT Madani
Sepanjang Sidoarjo.
25
BAB II
QIYA>S UANG DENGAN EMAS PADA PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH UANG
A. Mura>bah}ah
1. Pengertian mura>bah}ah
Mura>bah}ah1 adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana
penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian
menjual kembali kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan
yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad mura>bah}ah , penjual
menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga
jual. Perbedaan antara harga beli dengan harga jual barang disebut dengan
margin keuntungan.
ةغ لا يِف حبِرلا
2بِرلا َْطي و . ِ ا ِتلا يِف ُةَِصاَ ا ُدايِزلا ِ
يَع ي ْقِفلا ِ اَِطصاا يِف ح
.ِةَفِت ُما ِ دا تلا ِ ايِ ع يِف ِ اَما ِ يِْقت ُة يِت ِ اَما ِ ْأ يَع ُةَِصاَ ا ُدايِزلا
Al-Ribh}u menurut bahasa adalah tambahan yang dihasilkan dari
perniagaan. Dan menurut istilah fikih adalah tambahan yang dihasilkan
atas uang pokok sebagai hasil dari pertukaran uang dalam kegiatan
pertukaran (jual beli) yang bermacam-macam.
1
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), 138. 2
Nazih Hammad, Mu‘jamu al-Mus}t}alah{a>t al-Ma>liyah wa al-Iqtis}a>diyah fi> Lughati al-Fuqaha>’,
26
Mura>bah}ah adalah3 akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad
ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam
akad mura>bah}ah ditentukan berapa keuntungan yang ingin diperoleh.
Karakteristik mura>bah}ah adalah si penjual harus memberi tau si pembeli
tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang
ditambahkan pada biaya tersebut.
Ulama pertama yang memperbolehkan sistem ini adalah Al-Imam
As-Syafi’i yang mana disebutkan dalam bukunya Al-Ummu
ا ارتشاَف ,اَ َك ا يِف كحب َأ و ِِ ِرتشَأ : َ اَقَف ,َةعِْسلا َلجرلا ُلجرلا َأ اَ ِإو
ْنِإو اعيب ا يِف َ دحَأ َءاش ْنِإ ِ ايِ اِب ا يِف كحب َأ : َ اَق ِ َلاو ,زِئاج ُءارِ لاَف ,ُلجرلا
َءاش
َكرت
Dan jika seseorang menampikan pada orang lain terhadap suatubenda, dia berkata: ‚saya beli ini dan saya akan memberi keuntungan kepadamu sekian‛, maka orang tersebut membelinya, maka jual beli itu diperbolehkan. Dan yang berkata: ‚saya memberi keuntungan
kepadamu dengan khiar, jika dia menghendaki, maka akan ada jual beli, dan jika ia menghendaki pula dia bisa meninggalkannya.
Pada dasarnya Imam As-Syafi’i memperbolehkan4 cara ini dengan syarat harus ada khiar bagi pembeli untuk meneruskan jual beli ataupun
meninggalkannya. Dan ada khiar bagi pembeli.
3
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 113.
4
27
Dan para ahli fikih menambahkan bahwa muamalah seperti ini sah
dengan syarat barang harus dimiliki. Dan al-Masa>rif al-Isla<miyyah
mengambil pendapat dari beberapa mufti-mufti yang terkenal yang mana
menyatakan haruus ada perjanjian atas kedua belah pihak. Mufti-mufti
yang terkenal yang mana menyatakan haruus ada perjanjian atas kedua
belah pihak, dan pada konferensi mus}arrif al-Isla<mi< yang kedua yang mana
diadakan di Quwait, menyatakan bahwa harus ada perjanjian antara
keduanya (bagi pembeli dan penjual), hal ini serupa dengan pendapat
al-Maliki yang mewajibkan perjanjian karena ada suatu sebab.
Jual beli mura>bah}ah adalah jual beli yang didasarkan pada rasa saling
percaya, karena pembeli percaya dengan pengakuan penjual, tanpa bukti
apapun dan juga tanpa sumpah. Untuk itu, kedua belah pihak tidak ada
yang boleh berkhianat. Allah berfirman:
َعت مت َأو مُ ِت امَأ ا
تو َ سرلا و َها ا
ت َا ا نم يِ َلا ا يَأ ي
: اف أاُ َن
27
َ
2Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya, dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (Al-Anfa<l: 27)
Rasulullah juga bersabda dalam Hadis
5
Tim Pelaksana Tashih Alquran Mushaf Madinah, Alquran, Terjemah Dan Tafsir,( Bandung:
28
ِر يِبَأ ع , ِيِبَأ ع ,ِنا حرلا ِد ع ِ ب ِءاَعلا ِ ع ُنايْفس انَثدح : ا ع ب ا ِ انَثدح
َري
اَ ِإَف .ِيِف دي َلخدَأَف .ًاماعَط عيِي لجرِب مَسو ِيَع ُها ىَص ِها ُ س رم :َ اَق
.
غم
َ جام با او ُ َغ م انِم يَل :مَسو ِيَع ُها ىَص ِها ُ س َ اَقَف
Telah berkata pada kita Hisya Bin ‘Ammar, Sufyan Bin ‘Abdi
Rohman berkata, dari ayahnya, dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. berjalan dengan seseorang yang menjual makanan. Maka dia memasukkan tangganya kedalamnya. Dan ternyata dia adalah penipu. Rasulullah saw. bersabda: Bukan dari kita orang-orang yang menipu (H.R. Ibnu Majah)6
Dalam buku yang diiterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),
mura>bah}ah adalah salah satu akad muamalah7 dalam bentuk jual beli .
secara etimologis, Mura>bah}ah berasal dari kata al-ribh} yang berarti
keuntungan, laba, tambahan (margin). Wahbah Az-Zuhaili memberikan
definisi mura>bah}ah yaitu jual beli dengan harga perolehan ditambah
keuntungan. Secara umum, rukun dan syarat sah akad diatur dalam pasal 22
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES).
2. Landasan hukum
1. Alquran
a) Al-Nisa 29
ارت ع ً ا ِت َن ُ ت ْنَأ َاِإ ِلِطا لاِب مُ نِيب مُ َلا مَأ ُُكْأت َا ا نم يِ َلا ا يَأ ي
ءاسنلاُ ا يِح مُ ِب َناَك َها َنِإ مُ سُف َأ ا ُتْقت َاو مُ نِم
22
َ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar),
6
Abdul Aziz Bin Jalawy, Kutub al-Sittah, (Riyadh: Darussalam, 1429), 2610. 7
29
kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang padamu. (Al-Nisa 29)8
b) Al-Baqarah 275
ِ َما ِم ُناَطي لا ُط تي ِ َلا ُقي ا َك َاِإ َن م ُقي َا ابِرلا َن ُُكْأي يِ ّلا
كِلَ
َ ِع م َءاج َف ابِرلا رح و عي لا ُها َلحَأو ابِرلا ُلْثِم عي لا ا ِإ ا ُلاَق م َأِب
ِم ة
ا يِف م ِ انلا احصَأ كَِلوُأَف داع مو ِها ىَلإ رمَأو فَس ام ََف ى ت اَف ِِب
رق لاُ َنودِلاخ
272
َ
Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkta bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barang siapa mendapat keterangan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu dan menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal didalamnya. (Al-Baqarah 275)9
c) Al-Maidah 1
مُ َل تَِحُأ ِد ُقعلاِب ا ُفوَأ ا نمَأ يِ ّلا َا يَأ ي
ريَغ مُ يَع ىَتي ام َاِإ ِمع َأا َة يِ ب
دئاماُ ديِري ام مُ حي َها َنإ رح مت َأو ِديصلا يَِحم
1
َ
Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang berihram. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai yang Dia kehendaki (A-Maidah 1)10
8
Tim Pelaksana Tashih Alquran Mushaf Madinah, Alquran, Terjemah Dan Tafsir,..., 83. 9
Ibid., 47. 10
30 2. Hadis
a) Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah
يِنلا َنَأ نع ُها يِض ي ص ع
:ُةَكر لا ِ يِف ةَثَاَث :َ اَق مَسو ِيَع ُها ىَص
َ جام با او ُ ِعي ِْل َا ِتي ِْل َا ِريِع لاِب ِر لا ُطْخو ُةض اَقُماو لجَأ ىَلِإ عي لا
Dari Suhaib r.a. Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli secara tidak tunai, muqa<radhah (mudha<rabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. (H.R. Ibnu Majah)11
b) Hadis riwayat Tirmidzi
:َ اَق مَسو ِيَع ُها ىَص ِهاَل س َنَأ نع ُها يِض ِيِزَما ف ع ب وِر ع ع
ىَع َن ِسُُماو ًامارح َلحَأ وَأ ًاَاح رح احْص َاِإ يِ ِسُما يب زِئاج حْصلا
ِطورش
َ ححص و يمرتلا او ُ ًامارح َلحَأ وَأ ًاَاح رح ًاطرش َاِإ مِ
Dari Amr Bin Auf Al-Mazani r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Perdamaian boleh dilakukan diantara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang menghaaramkan yang halal dan menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat-syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. (H.R. Tirmidzi)12
c) Hadis Nabi riwayat al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan disahihkan Ibnu
Hibban
يِبَأ ع
:َ اَق مَسو ِِل و ِيَع ُها ىَص ِها َ س َنَأ نع ُها يِض ِ ِ دُ ا ديِعس
َنا ح با ححصو جام باو يق ي لا او ُ ارت ع عي لا َا ِإ
11
Abdul Aziz Bin Jalawy, Kutub al-Sittah,..., 2613. 12
31
Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan dengan kerelaan kedua belah pihak. (H.R. al-Baihaqi dan Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban)13
3. Syarat dan rukun
Jual beli mura>bah}ah dalam perspektif ekonomi Islam14 memiliki
beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi, terdiri dari:
1. Pihak yang berakad (Al-‘a>qidain) a. Penjual (Bank)
b. Pembeli (Nasabah)
c. Pemasok (Supplier)
2. Obyek yang diakadkan (Mah{allul ‘Aqad)
a. Adanya wujud barang yang diperjualbelikan
b. Harga barang
3. Tujuan Akad (Maudhu'ul ‘Aqad)
4. Akad (Sighat al-‘Aqad)
a. Serah (i<ja<b)
b. Terima (qa<bu<l)
Faktor yang perlu diperhatikan dalam sebuah pembiayaan:15
1. Kebutuhan nasabah.
2. Kemampuan finansial nasabah.
Dalam aplikasi Bank Syariah,16 bank merupakan penjual atas objek
barang dan nasabah merupakan pembeli. Bank menyediakan barang yang
13
Ibid, 2612. 14
Drs. Ismail, Perbankan Syariah..., 40. 15
32
dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian
menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibanding
dengan harga beli yang dilakukan oleh bank syariah.17 Pembayaran atas
transaksi mura>bah}ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada
saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu
yang disepakati.
Dalam pembiayaan mura>bah}ah, sekurang-kurangnya terdapat dua pihak
yang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai penjual dan
nasabah seagai pembeli barang. Tahapan dalam melakukan pembiayaan
mura>bah}ah adalah
1. Bank syariah dan nasabah melakukan negosiasi tentang rencana
transaksi jual beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi jenis
barang yang akan dibeli, kualitas barang dan harga jual.
2. Bank syariah melakukan akad jual beli dengan nasabah,18 di mana bank
syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam akad jual
beli ini, ditetapkan barang yang akan menjadi objek jual beli yang telah
dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.
3. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah,
maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual. Pembelian
yang dilakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan keinginan nasabah
yang telah tertuang dalam akad.
16
Drs. Ismail, Perbankan Syariah..., 138. 17
Ibid., 139. 18
33
4. Supplier mengirimkan barang barang kepada nasabah atas perintah bank
syariah.
5. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen
kepemilikan barang tersebut.
6. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan
pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan pleh nasabah ialah
dengan cara angsuran.
Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli adalah
1. Rumah.
2. Kendaran bermotor dan/atau alat transportasi.
3. Pembelian alat-alat industri.
4. Pembelian pabrik, gudang, dan aset tetap lainnya.
5. Pembeliat aset yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Adapun syarat-syarat dalam mura>bah}ah19 :
1
.
ِ وَأا ِ َثلاِب مِْعلا
2
.
ِحبِرلاِب مِْعلا
ص
.
ِ ايَِثَما ِم ِ اَما ْأ َن ُ ي ْنَأ
4
.
ِ وَأا ِ َث َل ِة سِنلاِب ابِرلا د جو ابِرلا ِ ا مَأ يِف ِةحبارُما ىَع ترتي اَلَأ
2
.
احيِحص وَأا دْقع َن ُ ي ْنَأ
19
34
Syarat yang pertama20 adalah al-‘ilmu bi al-tsamani. Disyaratkan bahwa
harga yang pertama harus diketahui oleh pembeli yang kedua. Karena
kejelasan harga merupakan syarat sah jual beli.
Syarat yang kedua adalah al-‘ilmu bi al-ribh}i. Keuntungan yang diminta
harus diberitahukan dengan jelas, karena itu merupakan sebagian harga,
dan kejelasan harga merupakan syarat sah dalam jual beli.
Syarat yang ketiga21 adalah an yaku<na ra’su al-ma<li mina
al-matsaliyya<ti. Harga pokok harus merupakan sesuatu yang bisa
dibandingkan atau disamakan, seperti ukuran, berat maupun jumlah.
Dan untuk ini, jika harga yang pertama tidak bisa disamakan atau tidak
ada perbandingannya seperti barang yang dicampur-campur, seperti baju
yang dicampur ukurannya, maka dia harus menjualnya berdasarkan apa
yang sudah dimilikinya. Apabila dia menjual selain dari dari yang dia
miliki, maka itu tidak boleh, karena jual belinya belum termasuk
Mura>bah}ah, karena dia tidak menjual apa yang dia miliki.
Hal ini sesuai dengan Hadis
ب د حم انَثدح : ا ب ب د حم انَثدح
تعِ س :َ اَق . ر ِب يِبَأ ع ُة عش انَثدح :رَفعج
عي لا يِنُلَأسي ُلجرلا ِها َ س اي تُْق :َ اَق ازِح ِ ب ِميِ ح ع ُ ِدحي ك ام ب فس ي
نِع يَل ام عِت َا :َ اَق ؟ عيِبَأَفَأ . ِدنِع يَلو
َ جام با او ُ د
Muhammad Bin Basyar berkata: Muhammad Bin Ja’far berkata: Syu’bah berkata dari Abi Bisyri. Berkata: saya mendengar Yusuf Bin
Mahaka berkata mengenai Hakim Bin Hizam. Dia berkata: saya
20
Ibid., 704. 21
35
mengatakan ‛ wahai Rasulullah, seorang laki-laki memintaku untuk melakukan jual beli, akan tetapi saya tidak memilikinya, apakah saya
akan menjualnya?‛ Rasulullah saw. berkata :‛janganlah kamu menjual apa yang tidak kamu miliki.‛ (H.R. Ibnu Majah).22
Apabila dia menjual secara mura>bah}ah dari barang yang dimilikinya,
maka dia harus memperhatikan:23
1. Apabila ribh} dianggap sesuatu yang berbeda dengan harga pokok, seperti
jumlah keuntungannya, maka itu diperbolehkan. Karena harga pokok
awal diketahui, dan keuntungan juga diketahui.
2. Dan apabila ribh} dijadikan bagian dari harga pokok, maka tidak boleh,
karena dia menjadikan ribh} bagian dari harga pokok, dan harga pokok
belum diketahui jumlahnya,dan cara mengetahui harga pokoknya hanya
berdasar pada perkiraan, sehingga tidak ada kejelasan tentang harga
pokok.
Syarat yang keempat adalah alla< yatarattaba ‘ala al-mura<bah}ati fi<
amwa<li al-riba< wuju<du al-riba< di al-Nisbah li al-tsamani al-awwali. Artinya
jual beli mura>bah}ah pada barang ribawi hendaknya tidak menyebabkan
terjadinya riba nasi<ah terhadap harga pertama. Seperti membeli barang
yang ditakar maupun ditimbang dengan barang yang sejenis, dan dengan
jumlah yang sama. Maka dia tidak boleh menjual kembali dengan cara
mura>bah}ah, karena mura>bah}ah adalah menjual sesuai dengan harga awal
dan ditambah dengan keuntungan. Tambahan pada harta riba akan menjadi
riba, bukan keuntungan. Tidak boleh menjualnya dengan cara wadi<’ah.
22
Abdul Aziz Bin Jalawy, Kutub al-Sittah,..., 2608. 23
36
Akan tetapi boleh menjualnya dengan tauliyah dan isyra<k. Karena
keduanya menjual dengan seluruh harga atau sebagiannya, sehingga tidak
ada unsur riba didalamnya.
Dan jika jenis barangnya berbeda, maka tidak mengapa menggunakan
mura>bah}ah. Seperti membeli satu dinar dengan sepuluh dirham, maka dia
menjualnya dengan keuntungan satu dirham atau pakaian.
Syarat yang kelima adalah an yaku<na ‘aqdu al-awwali s}oh}i<h}an. Artinya
akad yang pertama haruslah benar (sah). Maka apabila akad yang pertama
rusak (tidak sah), maka tidak diperbolehkan jual beli dengan cara
mura>bah}ah, karena mura>bah}ah adalah menjual sesuai dengan harga yang
pertama dengan ditambahkan keuntungan. Jual beli yang rusak (tidak sah),
kepemilikan barang ditentukan dari nilai barang dagangan atau
semacamnya (sejenisnya), bukan dengan harga.
Menurut Dr. Mardani, Syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi
mura>bah}ah24 meliputi hal-hal sebgai berikut:
a) Jual beli barang harus dilakukan atas barang yang sudah dimiliki (hak
kepemilikan telah berada ditangan si penjual). Artinya, keuntungan
dan resiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari
kepemilikan yang timbul dari akad yang sah. Ketentuan ini sesuai
dengan kaidah, bahwa keuntungan yang tarkait dengan resiko dapat
mengambil keuntungan.
24
37
b) Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biaya-biaya
lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas,
semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi. Ini merupakan
suatu syarat sah mura>bah}ah.
c) Adanya informasi yang jelas tentang keuntungan, baik nominal
maupun prosentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu
syarat mura>bah}ah.
d) Dalam sistem mura>bah}ah, penjual boleh menetapkan syarat pada
pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang,
tetapi lebih baik syarat tersebut tidak ditetapkan, karena pengawasan
barang merupakan kewajiban penjual disamping menjaga kepercayaan
yang sebaik-baiknya.
B. Uang
1. Pengertian uang
Secara etimologi, definisi uang25 ada beberapa makna:
1. Al-Naqdu : Yang baik dari dirham, dikatakan dirha<mun naqdun, yakni
baik. Ini adalah sifat.
2. Al-Naqdu : Meraih dirham, dikatakan naqada al-dara<hima yanquduha<
naqdan, yakni meraihnya (menggenggam, menerima.
3. Al-Naqdu : Membedakan dirham dan mengeluarkan yang palsu,
Sibawaihi bersyair
ت
فِ اي لا داَقنت مِ ا دلا يْف رِجا لُك يِف ى َ ا ا ادي يِفن
25
38
Tangannya mengais-ngais di setiap padang pasir. Memilah-milah dirham oleh tukang uang (pertukaran, pemeriksaan, pembuat
uang)‛
4. Al-Naqdu : Tunai, lawan tunda, yakni memberikan bayaran segera.
Dalam hadis jabir : ‚Naqadani Al-Tsaman‛, yakni dia membayarku harga tunai, kemudian digunakan atas yang dibayarkan, termasuk
penggunaan masdar (akar kata) terhadap isim maf’u<l (menunjukkan
objek).
Dalam istilah fukaha,26 kata nuqud tidak terdapat dalam Alquran
maupun hadis. Karena bangsa Arab tidak menggunakan kata nuqud untuk
menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan
mata uang yan terbut dari emas, kata dirham untuk menunjukka alat tukar
yang terbuat dari perak. Mereka juga menggunakan kata wariq untuk
menunjukkan dirham perak, kata ‘ain untuk menunjukkan dinar emas.
Sedang kata fulu<s (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli bahan-bahan murah.
Kata dinar, dirham dan wariq terdapat dalam Alquran dan hadis.
Firman Allah dalam surah Ali Imron ayat 75:
مْأت ْنِإ م ِ اتِ لا ِل َأ ِمو
كيَلِإ ِِد ي اَل انيِدِب نمْأت ْنِإ م م نِمو كيَلِإ ِِد ي اَطنِقِب ن
ع َن ُل ُقيو ليِس يِيِمُأا يِف انيَع يَل ا ُلاَق م َأِب كِلَ ا ِئاَق ِيَع تمد ام اَلِإ
ِها ىَ
ي م و ِ َ لا
نار ع اُ َن َع
72
َ
Diantara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu, dan
26
39
diantara dari mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. (QS Ali Imron: 75)
.
27Nabi saw. bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim:
َ لا :مَسو ِيَع ُها ىَص ِها ُ س َ اَق :َ اَق نع ُها يِض َرير يِبَأ عو
ِ َ لاِب
َف دازتسا ِوَأ دا َف لْثِ ِب ًاْثِم نِ ِب ا و ِةضِفلاِب ُةضِفلاو لْثِ ِب ًاْثِم ن ِب ا و
ابِ
َم سم او ُ
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda: Jangan kalian jual emas dengan emas, perak dengan perak kecuali sama nilai, ukuran dan timbangannya, dan barang siapa menambah maupun saling tambah maka itu adalah riba. (H.R. Muslim). 28
Dan Juga
, انيِد ِ ب وِر ع ع ,َةنييع ب ُنايْفس انَثدح :ِ ا صلا ب د حم انَثدح
,حِلاص يِبَأ ع
يِدلاب انيِدلاو ِم ِدلاِب م ِدلا :ُ ُقي ِ دُ ا ديِعس ابَأ تعِ س :َ اَق َرير يِبَأ ع
.ِ ان
ع با تيِقَل يِِإ امَأ :َ اَق : كِلَ ريَغ ُ ُقي ا ع با تعِ س يِِإ :تُْقَف
:تُْقَف ا
ِيَع ُها ىَص ِها ِ س ِم تعِ س طءيش َأ ,ِفرصلا يِف ُ ُقت ِ َلا اَ ع يِرِخَأ
ِم تعِ س َاو ِها ِ اتِك يِف تدجو ام :َ اَقَف ؟ ِها ِ اتِك يِف تدجو طءيش َأ مَسو
س
ا ِإ :َ اَق مَسو ِيَع ُها ىَص ِها َ س َنَأ دي با ُةماسُأ يِر خَأ ِ َلو .ِها ِ
َ جام با او ُ ِةَيِسنلا يِف ابِرلا
Muhammad Bin Sobah berkata: Sufyan Bin ‘Unainah berkata, dari
Amri Bin Dinar, dari Abi Solih, dari Abu Hurairah berkata: Saya
27
Tim Pelaksana Tashih Alquran Mushaf Madinah, Alquran, Terjemah Dan Tafsir,..., 59. 28
40
mendengar Aby Sa’id al-khudri berkata: Dirham dengan dirham, dan dinar dengan dinar. Maka saya mengatakah: sesungguhnya saya mendengar Ibnu Abbas mengatakan selain itu: Dia mengatakan: sesungguhnya saya bertemu dengan Ibnu Abbas dan saya mengatakan: kabarkan kepada saya apa yang kamu katakan tentang s}arf , apakah sesuatu itu kamu mendengarnya dari Rasulullah saw. atau sesuatu itu kamu temukan di Kitab Allah (Alquran)?. Maka dia mengatakan: saya tidak menemukannya di Alquran dan saya juga tidak mendengar dari Rasulullah saw., akan tetapi Usamah Bin Zaid mengabarkan kepada saya bahwa sesungguhnya Rasulullah saw. berkata: sesungguhnya riba itu pada riba nasi<ah. (H.R. Ibnu Majah)29
Sedangkan definisi uang menurut ahli ekonomi:30
1. Dr. Muhammad Zaki Syafi’i mendefinisikan uang sebagai segala
sesuatu yang diterima khayalak untuk menunaikan keajiban-kewajiban.
2. J.P Coraward mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang
diterima secara luas sebagai media pertukaran, sekaligus berfungsi
sebagai standar ukuran nilai harga dan media penyimpan kekayaan.
3. Boumoul dan Grandle berkata : ‚Uang mencakup seluruh sesuatu yang
diterima secara luas sebagai alat pembayaran utang-uatang dan
pembayaran hrga barang dan jasa‛.
4. Dr. Nazhim al-Syamry berkata: ‚Setiap sesuatu yang diterima semua
pihak dengan legalitas tradisi (‘urf) atau Undang-Undang, atau nilai
sesuatu itu sendiri, dan mampu berfungsi sebagai media dalam proses
transaksi pertukaran yang beragam terhadap komoditi dan jasa, juga
cocok untuk menyelesaikan utang-piutang dan tanggungan, adalah
termasuk dalam lingkup uang‛.
29
Abdul Aziz Bin Jalawy, Kutub al-Sittah,..., 2612. 30
41 2. Sejarah uang
Uang kertas yang kita gunakan sekarang, bentuk dan sistemnya adalah
perkembangan dari masa yang panjang. Kertas-kertas ini dinamakan
banknote, yaitu janji bank (bank promise) untuk membayarkan uang logam
kepada pemilik kertas ini ketika ada permintaan.31
Uang kertas muncul pertama kali pada tahun 910 M di Cina. Kelebihan
sendiri bagi penduuduk Cina sebagai penemu pertama. Pada awalnya
mereka menggunakan uang kertas atas dasar penopang logam emas dan
perak. Sekitar abad 10 M, pemerintahan Cina menerbitkan uang kertas
yang tidak ditopang total. Sementara itu, Swedia mengenal uang kertas
pada tahun 1661 M yang diterbitkan oleh bank stockholm.
Uang kertas melewati empat tahap yang berbeda hingga sampai pada
bentuk dan sistemnya sekarang.
1) Fase pertama
Manakala volume perdagangan luar negeri semakin luas,
keuntungan-keuntungan menjadi semakin meningkat, dan harta
semakin berkembang, mereka menitipkan uang-uang logam (mulia)
pada penyimpanan-penyimpanan tukang emas, tempat penukaran
emas, atau pemuka-pemuka agama untuk menjaga dari kemungkinan
pencurian dan perampokan. Pihak-pihak tersebut kemudian
memberikan kepada penitip berupa akta (buku hak milik) yang
dituliskan jumlah uamh logam simpanan. Akta ini sendiri bukan uang
31
42
karena tidak bersifat diterima secara luas dan tidak mungkin digunakan
untuk membayar pembelian-pembelian.
2) Fase kedua32
Pada fase ini, bentuk penulisan akta mengalami perubahan. Pada
fase pertama, akta ditulis nama tertentu dan jumlah tertentu. Sedang
pada fase ini, seseorang yang menitip uang logan kemudian menerima
akta dengan jumlah titipan dan ditulis pada akta jaminan pembayaran
terhadap pemegang akta ini.
3) Fase ketiga
Kepercayaan orang-orang makin tumbuh terhadap kertas-kertas
yang diterbitkan oleh lembaga keuangan ini. Mereka menggunakannya
untuk kontrak transaksi langsung tanpa merujuk ke lembaga keuangan
untuk menukarnya dengan uang logam. Dalam kenyataannya, lembaga
keuangan menemukan bahwa sebagian besar kertas-kertas ini berada
dalam peredaran tanpa ditukarkan ke uang logam . pada fase ini,
kertas-kertas itu menjadi uang yng digunakan oleh orang-orang secara
langsung untuk membeli barang atau jasa dan tidak memiliki penopang
secara total.
4) Fase keempat33
Peristiwa perang Dunia I tahun 1914 adalah perang yang pedih,
yang membuat peredaran saldo emas memburuk, kemudian kebutuhan
pemerintah terhadap pembiayaan yang semakin bertambah. Semua itu
32
Ibid., 78. 33
43
mendorong negara-negara menahan saldo emas dan mencegahnya
keluar. Kemudian uang kertas tidak bisa ditukar dengan emas, ketika
sebelumnya memiliki kekuatan nilai tukar yang bersumber dari saldo
emas senilai. Setelah itu uang kertas memiliki kekuatsn nilai tukar dari
beberapa unsur lain dan emas merupakan salah satunya.
C. Qiya<s
1. Pergertian qiya<s
Qiya>s merupakan34 salah satu dari dalil-dalil syarak atau Hukum Islam
dan ia merupakan salah satu bentuk dari istinba<t} (suatu usaha penggalian makna dari nas Alquran dan Hadis dengan keseriusan hati dan kekuatan akal). Kata Qiya>s berasal dari bahasa Arab yang bermakna al-taqdi<r yang berarti mengukur, dan al-musa<wah yang artinya menyamakan. Sedangkan menurut istilah ulama ushul fikih35 :
َغ ِعرَفلا ُواسم
ِةؽَِع يِف ا ِ يِواستِل ِِ ْ ح ىَع ص صنم لصَأِل ِِ ْ ح ىَع ص صنم ري
اَ
ِمْ ُ ا
Yang artinya adalah menyamakan hukum far’i atau peristiwa diluar nas dengan as}l atau peristiwa yang ada nasnya, karena ada kesamaan antara keduanya dalam ilat nya, dan
ِةَِع يِف ا ِ يِواستِل ا ِ ِ ْ ح ىَع ص صنم لصَأِب ِِ ْ ح ىَع ص صنم ريَغ ِعرَفلا احْلِا
ِمْ ُ ا اَ
34Fak Syari’ah UIN Sunan Ampel ,Usul Fiqh Dan Kaidah Fiqhiyah , (Surabaya,;CV. Mitra Media Nusantara, 2013), 49.
35
44
Yang artinya menyamakan hukum peristiwa yang tidak ada nasnya
dengan peristiwa yang ada nasnya kar