• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAYANAN, KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS ANGGOTA DI KSPPS AMANAH UMMAH KARAH AGUNG SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAYANAN, KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA, DAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS ANGGOTA DI KSPPS AMANAH UMMAH KARAH AGUNG SURABAYA."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAYANAN, KOMPETENSI SUMBER DAYA

MANUSIA, DAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN DAN

LOYALITAS ANGGOTA DI KSPPS AMANAH UMMAH

KARAH AGUNG SURABAYA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Ekonomi Syariah

Oleh:

Fauzia Rahmawati

NIM. F1.4.2.14.155

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Tesis dengan judul “Pengaruh Pelayanan, Kompetensi SDM, dan

Pemasaran terhadap Kepuasan dan Loyalitas Anggota di KSPPS Amanah Ummah Karah Jambangan Surabaya” ini adalah hasil dari penelitian kuantitatif. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan: Apakah pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah pelayanan berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah pemasaran berpengaruh positif terhadap kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah pemasaran berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah. Apakah kepuasan anggota positif berpengaruh terhadap loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah.

Data penelitian dihimpun melalui teknik pengumpulan data dengan metode survei yang melalui kuesioner dengan responden berjumlah 60 orang yang selanjutnya dianalisis dengan analisis kuantitatif menggunakan metode analisis PLS dengan softwaresmartPLS 2.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dilihat dari uji T-Statistik sebesar 4,4526, dan nilai

original sample estimate adalah 0,3682. Pelayanan berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas dilihat dari uji T-Statistik sebesar 0,3642 dan nilai original sample estimate adalah 0,0248. Kompetensi SDM berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan dilihat dari uji T-Statisstik sebesar 5,145 dan nilai original sample estimate adalah 0,3096. Kompetensi SDM berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap loyalitas dilihat dari uji T-Statistik sebesar 0.8882 dan nilai

original sample estimate adalah -0,0644. Pemasaran berpengaru positif tidak signifikan terhadap kepuasan dilihat dari uji T-Statistik sebesar 0,5506 dan nilai

original sample estimate adalah 0,0393. Pemasaran berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas dilihat dari uji T-Statistik sebesar 3,7006 dan nilai original sample estimate adalah 0,2076. Kepuasan berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas dilihat dari uji T-Statistik sebesar 10,9961 dan nilai original sample estimate adalah 0,6906.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN DEPAN ... i

LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAKSI ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C.Rumusan Masalah... 10

D.Tujuan Penelitian ... 11

E.Kegunaan Penelitian ... 11

(8)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Pelayanan ... 14

1. Pengertian Pelayanan ... 14

2. Ciri-ciri Pelayanan yang Baik ... 17

3. Dimensi Pelayanan... 18

4. Pelayanan dalam Al-Qur’an dan Hadits ... 20

B.Kompetensi SDM ... 21

1. Pengertian SDM... 21

2. Pengertian Kompetensi SDM ... 23

3. Pengembangan Kompetensi SDM ... 27

C.Pemasaran ... 35

1. Pengertian Pemasaran ... 36

2. Konsep Inti Pemasaran ... 38

3. Bauran Pemasaran/Marketing Mix... 41

4. Konsep Pemasaran dalam Al-Qur’an dan Hadits ... 49

D.Kepuasan ... 54

1. Pengertian Kepuasan ... 54

2. Cara Mengukur Kepuasan ... 57

E.Loyalitas ... 59

1. Pengertian Loyalitas ... 59

2. Ciri-ciri Pelanggan Loyal ... 60

3. Tingkat Loyalitas Pelanggan ... 61

(9)

F. Penelitian Terdahulu ... 62

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL A.Kerangka Berfikir Konseptual... 67

B.Paradigma Penelitian ... 71

C.Hipotesis Penelitian ... 75

BAB IV METODA PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian... 77

B.Variabel dan Operasionalisasi ... 77

C.Teknik Pengumpulan Data ... 80

D.Populasi dan Sampel ... 81

E.Teknik Analisis Data ... 83

BAB V PAPARAN DATA, UJI STATISTIK, DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum KSPPS Amanah Ummah ... 89

1. Sejarah Pendirian ... 89

2. Visi, Misi dan Tujuan ... 91

3. Legalitas Lembaga ... 92

4. Letak Geografis ... 92

5. Struktur Organisasi ... 93

6. Susunan Pengawas, Pengurus, dan Pengelola ... 94

7. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus ... 96

8. Fasilitas dan Layanan ... 98

9. Jaringan Kantor ... 98

(10)

B.Penyajian Data ... 111

C.Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 135

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan ... 150

B.Saran ... 151

(11)

[image:11.595.127.485.164.559.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza ... 16

2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 69

3. Kerangka Pemikiran ... 72

4. Struktur Organisasi KSPPS Amanah Ummah... 94

5. Model Struktural ... 135

6. Hasil Output Calculate Alghoritm ... 137

7. Hasil Output Calculate Alghoritm ... 138

8. Hasil Output Bootstrapping ... 143

(12)

[image:12.595.125.482.171.749.2]

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kuesioner dengan Skala Likert ... 112

2. Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 113

3. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 114

4. Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Usaha ... 115

5. Hasil Jawaban Responden X1.1 ... 116

6. Hasil Jawaban Responden X1.2 ... 116

7. Hasil Jawaban Responden X1.3 ... 117

8. Hasil Jawaban Responden X1.4 ... 117

9. Hasil Jawaban Responden X1.5 ... 118

10. Hasil Jawaban Responden X1.6 ... 119

11. Hasil Jawaban Responden X1.7 ... 119

12. Hasil Jawaban Responden X1.8 ... 120

13. Hasil Jawaban Responden X1.9 ... 120

14. Hasil Jawaban Responden X2.1 ... 121

15. Hasil Jawaban Responden X2.2 ... 122

16. Hasil Jawaban Responden X2.3 ... 122

17. Hasil Jawaban Responden X2.4 ... 123

18. Hasil Jawaban Responden X2.5 ... 123

19. Hasil Jawaban Responden X2.6 ... 124

20. Hasil Jawaban Responden X2.7 ... 125

(13)

22. Hasil Jawaban Responden X3.2 ... 126

23. Hasil Jawaban Responden X3.3 ... 127

24. Hasil Jawaban Responden X3.4 ... 127

25. Hasil Jawaban Responden X3.5 ... 128

26. Hasil Jawaban Responden X3.6 ... 129

27. Hasil Jawaban Responden X3.7 ... 129

28. Hasil Jawaban Responden X3.8 ... 130

29. Hasil Jawaban Responden X3.9 ... 130

30. Hasil Jawaban Responden X3.10 ... 131

31. Hasil Jawaban Responden Z1.1 ... 132

32. Hasil Jawaban Responden Z1.2 ... 132

33. Hasil Jawaban Responden Y1.1 ... 133

34. Hasil Jawaban Responden Y1.2 ... 133

35. Hasil Jawaban Responden Y1.3 ... 134

36. Validitas Konvergen ... 139

37. Hasil Uji Validitas Diskriminan ... 140

38. Hasil Uji Reliabilitas ... 141

39. Hasil Uji R Square ... 142

40. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values) ... 144

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

2. Lampiran 2 : Hasil Analisis Calculate Awal dan Tidak Ada Estimasi

3. Lampiran 3 : Biodata Penulis

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan bank Syariah dan berbagai lembaga keuangan

syariah lainnya sangat diperhitungkan di dunia, yang mana dibuktikan

dengan beberapa penelitian yang menyatakan bank syariah mampu

bertahan disaat terjadi krisis dan mampu mewadahi usaha mikro

masyarakat. Dengan perkembangan lembaga keuangan syariah

(selanjutnya disebut LKS) diharapkan dapat menyamai bank konvensional

sebagai pesaingnya. Dalam kegiatan bisnis ekonomi dan perbankan

lumrah jika terdapat persaingan seperti yang terjadi antara LKS dan

lembaga keuangan konvensional, persaingan ini memaksa LKS untuk

lebih berinovasi agar dapat bersaing dan terus berkembang dengan pesat.

LKS dalam pelaksanaannya harus memperbaiki kualitasnya sehingga

benar-benar mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah, selain

LKS harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam terdapat berapa faktor

penting yang harus diperhatikan yaitu pelayanan, kompetensi sumber daya

manusia (selanjutnya disebut SDM) dan perbaikan dalam sistem

pemasaran. Untuk dapat menyentuh masyarakat dengan tepat dan

memakmurkan umat khususnya golongan menengah ke bawah melalui

produk-produk jasa LKS serta memberikan pelayanan yang Islami dan

(16)

2

untuk mensukseskan program pemerintah tentang inklusi keuangan secara

langsung dapat dilakukan oleh LKS non bank lainnya yang termasuk di

dalamnya Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (selanjutnya

disebut KSPPS). Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha

Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16

/Per/M.Kukm/Ix/2015 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan

Pinjam Dan Pembiayaan Syariah Oleh Koperasi menyebutkan bahwa

KSPPS adalah koperasi yang kegiatan usahanya meliputi simpanan,

pinjaman dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk mengelola

zakat, infaq/sedekah, dan wakaf.1

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Deputi Bidang

Pembiayaan, KSPPS memiliki peluang dan prospek dalam menghimpun

dan menyalurkan dana-dana bisnis dan sosial. Dalam memanfaatkan dana

sosial keagamaan oleh KSPPS, potensi zakat secara nasional sebagaimana

dirilis oleh Baznas tahun 2015 sebesar Rp 217 Triliun, sedangkan potensi

wakaf uang sebagaimana dirilis Badan Wakaf Indonesia sebesar Rp 30

Triliun. Dana wakaf uang ini merupakan potensi bagi KSPPS untuk

memperkuat modal bisnis (tamwil) yang diperoleh dengan biaya yang

murah sehingga dapat menyalurkan kepada calon anggota/anggota dengan

bagi hasil yang ringan. Dari aspek bisnis (tamwil) KSPPS masih memiliki

ceruk yang luas untuk membiayai usaha mikro kecil karena data terakhir

1

(17)

3

menyebutkan baru pada kisaran 19% sampai 21% UMKM yang

memperoleh pembiayaan dari perbankan. Data Islamic Development Bank

( selanjutnya disebut IDB) 2015 kondisi esisting lembaga keuangan

syariah Indonesia (LKSI), khususnya non bank ±4500 – 5000 BMT

merupakan potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Isu-isu yang

masih mengemuka dalam praktek keuangan mikro syariah secara khusus

antara lain adalah jenis produk terbatas, ketidakcukupan modal,

terbatasnya sumber pendanaan, dan kurang efektifnya pengawasan. Selain

itu kurangnya kualitas dan kompetensi SDM lebih rendah dari sector

konvensional, wakaf uang masih minim dan kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang zakat dan wakaf.2

Berdasarkan data tersebut dan seperti yang telah disebutkan dalam

perkembangan perbankan dan lembaga keuangan sangat dibutuhkan

pelayanan yang baik, pelayanan diberikan sebagai tindakan atau perbuatan

seseorang atau organisasi untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan

atau anggota. Setiap karyawan dituntut untuk memberikan pelayanan yang

prima kepada anggotanya. Pelayanan yang prima, artinya pelayanan

terhadap produk yang dijual atau jasa yang ditawarkan harus dilakukan

secara baik agar anggota mengerti dengan baik sehingga dapat

memanfaatkannya sesuai dengan yang diharapkan.3 Selain dari itu agar

pelayanan yang diberikan dapat memuaskan anggota, perusahaan melalui

2

Braman Setyo, “Press realase deputi pembiayaan pada acara workshoop-outlook usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah 2016” dalam

(18)

4

pegawai harus memiliki dasar-dasar pelayanan yang kokoh seperti

pengenalan produk, etiket pelayanan dan dasar-dasar pelayanan lainnya.

Menurut Ismail Nawawi anggota yang datang ke bank sekalipun tak

diundang merupakan tamu kehormatan yang harus diberikan pelayanan

yang maksimal, diantara etika yang diterapkan dalam perbankan Syariah

adalah sikap dan perilaku penampilan dan cara berpakaian.4 Sedangkan

tujuan memberikan pelayanan adalah untuk memberikan kepuasan kepada

konsumen atau pelanggan, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi

perusahaan.

Dalam pelaksanaan perbankan dan lembaga keuangan diperlukan

SDM yang mumpuni, menurut Kasmir SDM yang dimiliki haruslah

memiliki kemampuan dalam menjalankan setiap transaksi, mengingat

faktor pelayanan yang diberikan karyawan itu sangat menentukan sukses

dan tidaknya suatu lembaga keuangan. Kemampuan yang dimiliki harus

diasah terus-menerus baik melalui pengalaman kerja maupun pelatihan

dan pengembangan karyawan. Pengelolaan sumber daya manusia yang

memperlakukan manusia sesuai dengan norma-norma yang berlaku akan

memberikan rasa keadilan kepada manusia. Perlakuan yang manusiawi

akan memberikan motivasi yang kuat kepada karyawan untuk

memajukan perusahaan. Rasa memiliki perusahaan pun meningkat,

sehingga motivasi yang kuat akan dapat meningkatkan produktifitas kerja

karyawan. Bagi lembaga keuangan yang memiliki kegiatan yang begitu

(19)

5

padat dalam arti setiap transaksi harus selesai dalam waktu yang singkat

maka karyawan yang dimiliki harus memiliki beberapa persyaratan khusus

yakni memiliki keterampilan dalam dunia keuangan/perbankan agar dapat

melayani setiap produk yang ditawarkan secara cepat, tepat, dan

memuaskan.5

Untuk menjalakan dan mengefektifkan hasil yang ingin dicapai

sebuah perusahaan memerlukan pemasaran yang baik. Menurut Kasmir

dalam memasarkan produknya pemasar harus pandai membaca situasi

pasar sekarang dan dimasa yang akan datang, artinya pemasar harus

tanggap terhadap apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen,

kemudian kapan, dan dimana dibutuhkan. Dalam hal ini produsen harus

mampu menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

konsumen secara tepat waktu. Disamping itu pemasar harus mampu

mengkomunikasikan keberadaan dan kelebihan produknya dibandingkan

dengan pesaing, selain itu pemasar juga harus mempunyai strategi

sehingga mampu meyakinkan dan menarik minat konsumen untuk

memakai produknya. KSPPS sebagai lembaga keuangan yang

menawarkan produk dan jasa keuangan membutuhkan strategi pemasaran

yang ampuh guna memasarkan produknya dengan berbagai penawaran dan

pelayanan yang lebih cepat dan efisien.6

Menurut Kasmir tujuan utama dari strategi pemasaran yang

dijalankan adalah meningkatkan jumlah anggota baik secara kuantitas

(20)

6

maupun kualitas. Secara kuantitas berarti jumlah anggota bertambah

cukup signifikan dari waktu ke waktu, sedangkan secara kualitas berarti

anggota yang didapat merupakan anggota produktif yang dapat

membagikan keuntunganya kepada bank. Untuk mencapai tujuan tersebut

dapat dilakukan dengan beberapa hal yang baik sehingga memberikan

kepuasan kepada anggota. Dalam praktiknya apabila anggota puas atas

pelayanan yang diberikan maka ada beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh oleh bank yakni anggota lama tetap bertahan dan tidak

berpindah kepada bank lain, dengan kata lain anggota loyal kepada bank.

Seperti yang dikatakan Derek dan Rao “kepuasan konsumen secara

keseluruhan akan menimbulkan loyalitas. Keuntungan lain adalah

kepuasan anggota lama akan disampaikan kepada yang lain atau calon

anggota sehingga perusahaan dapat menambah jumlah anggota baru

dengan biaya dan cara yang efisien”.7

Dewasa ini, perusahaan berada pada era persaingan yang paling

hebat. Meskipun demikian, dengan beralih dari filosofi produk dan

penjualan ke filosofi pemasaran holistik, perusahaan akan mendapatkan

peluang yang lebih baik untuk memenangkan persaingan. Dasar dari

orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik adalah hubungan

pelanggan yang kuat. Pegawai pemasaran harus berhubungan dengan

pelanggan secara intens, menginformasikan, melibatkan diri, dan mungkin

bahkan mendorong mereka dalam proses tersebut. John Chambers, CEO

(21)

7

Cisco Systems, mengungkapkan dengan baik ketika ia menyarankan untuk

“membuat pelanggan Anda menjadi pusat budaya Anda”. Perusahaan yang

berpusat pada pelanggan mempunyai keahlian dalam membangun

hubungan dengan pelanggan, bukan hanya produk, mereka juga ahli dalam

rekayasa pasar, bukan hanya dalam rekayasa produk. Menciptakan

pelanggan yang loyal adalah inti dari setiap bisnis. Menurut Don Peppers

dan Martha Rogers, satu-satunya nilai yang dapat diciptakan perusahaan

adalah nilai yang berasal dari pelanggan, yang merupakan nilai yang

dimiliki sekarng dan nilai yang akan dimiliki di masa depan. Suatu bisnis

dikatakan sukses jika berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan

menumbuhkan pelanggan. Pelanggann merupakan satu-satunya alasan

perusahaan membangun pabrik, mempekerjakan karyawan, menjadwalkan

rapat, membuat jalur serat optik, atau melibatkan diri dalam aktivitas

bisnis apapun. Tanpa pelanggan pengusaha tidak mempunyai bisnis.8

Dalam mengemabangkan dan mensukseskan kegiatanan inklusi

keuangan yang sesuai dengan prinsip Syariah juga dilaksanakan oleh

KSPPS Amanah Ummah Karah Agung yang berkantor di Jl. Karah Agung

No. 42 B Karah Jambangan Surabaya, sesuai visi- misinya, yaitu “Dengan

ridho Allah menjadi koperasi Syariah terdepan dan terdekat di hati

masyarakat ekonomi mikro kecil menengah, memberikan pelayanan dan

pendampingan kepada masyarakat usaha, mikro kecil menengah untuk

meningkatkan kualitas hidup, membudayakan dan mendekatkan

(22)

8

masyarakat pada lembaga keuangan syariah dan bermuamalah secara

Syariah.9

Alasan peneliti melakukan penelitian di KSPPS Amanah Ummah

karena dalam menjalankan kegiatan usahanya KSPPS melayani

anggotanya dengan sistem pick up service, selain itu KSPPS memiliki

produk-produk pembiayaan yang benar-benar memfasilitasi anggota yang

ingin mengembangkan usahanya, serta banyaknya pilihan produk layanan

simpanan yang bervariatif yang dapat dimanfaatkan anggota sesuai

kebutuhan, dengan diikuti adanya kemudahan dalam proses transaksinya.

Terdapat bebebrapa penelitian yang telah dilakukan berkenaan

dengan pelayanan, kompetensi SDM dan pemasaran pada lembaga

keuangan Syariah. Namun kebanyakan dari penelitian yang ada hanya

membahas tentang tingkat pelayanan saja dan berpengaruh pada loyalitas

saja atau pada kepuasan saja, ada satu peneliti yang menambahkan

variabel pemasaran dalam penelitiannya tetapi berpengaruh pada kepuasan

saja. Sehingga berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang mutu pelayanan, kompetensi SDM dan pemasaran yang di miliki

oleh KSPPS Amanah Ummah yang berpengaruh pada kepuasan dan

loyalitas anggota. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui dan

menganalisa apakah pelayanan, kompetensi SDM dan pemasaran yang

dilakukan KSPPS Amanah Ummah memberikan dampak kepada kepuasan

dan loyalitas anggotanya.

9 Admin, “Visi dan Misi” dalam

(23)

9

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti melakukan

identifikasi masalah dan membatasi masalah yang muncul, karena latar

belakang di atas masih sangat luas memaparkan berbagai fenomena sosial,

intelektual, pragmatis, dan setting penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk

menangkap permasalahan yang terdapat dalam uraian latar belakang

sehingga mempermudah peneliti untuk melanjutkan pada tahap

selanjutnya.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, maka dapat

ditemukan identifikasi masalah sebagai berikut:

a. Pelayanan yang dilakukan oleh KSPPS Amanah Ummah.

b. Kompetensi SDM yang ada di KSPPS Amanah Ummah.

c. Pemasaran atau marketing yang dilakukan KSPPS Amanah

Ummah.

d. Kepuasan anggota KSPPS Amanah Ummah atas pelayanan,

kompetensi SDM, dan pemasaran KSPPS.

e. Loyalitas anggota KSPPS Amanah Ummah.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas. Maka peneliti

memutuskan untuk membatasi masalah karena terbatasnya waktu dan

daya yang tersedia. Maka identifikasi masalah dibatasi menjadi

(24)

10

a. Masalah pelayanan.

b. Masalah kompetensi SDM.

c. Masalah pemasaran.

d. Masalah layanan, kompetensi SDM, dan pemasaran terhadap

kepuasan.

e. Masalah kepuasan terhadap loyalitas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan anggota di

KSPPS Amanah Ummah?

2. Apakah pelayanan berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota di

KSPPS Amanah Ummah?

3. Apakah kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap kepuasan

anggota di KSPPS Amanah Ummah?

4. Apakah kompetensi SDM berpengaruh positif terhadap loyalitas

anggota di KSPPS Amanah Ummah?

5. Apakah pemasaran berpengaruh positif terhadap kepuasan anggota di

KSPPS Amanah Ummah?

6. Apakah pemasaran berpengaruh positif terhadap loyalitas anggota di

KSPPS Amanah Ummah?

7. Apakah kepuasan anggota berpengaruh positif terhadap loyalitas

(25)

11

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan terhadap

kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan terhadap

loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi SDM

terhadap kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah.

4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompetensi SDM

terhadap loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah.

5. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemasaran terhadap

kepuasan anggota di KSPPS Amanah Ummah.

6. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemasaran terhadap

loyalitas anggota di KSPPS Amanah Ummah.

7. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan anggota

terhadap loyalitas di KSPPS Amanah Ummah.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa

pihak, antara lain:

1. Bagi akademisi, agar dapat menjadi bahan rujukan penelitian

selanjutnya yang lebih kompleks. Manfaat lainnya sebagai sarana

(26)

12

pengetahuan di bidang ekonomi khususnya dalam memberikan

kepuasan dan menciptakan loyalitas anggota KSPPS.

2. Bagi praktisi, penelitian ini dapat menjadi acuan bagi KSPPS Amanah

Ummah atau lembaga keuangan lain terutama lembaga keuangan

Syari’ah untuk mempertimbangkan, mengevaluasi serta merumuskan

kebijakan-kebijakan yang lebih maksimal dalam meningkatkan

kepuasan dan loyalitas anggota. Baik dari tahap sosialisasi, ketepatan

sasaran anggota, jumlah dana yang direalisasikan, pendampingan

pengelolaan dana anggota, pelatihan anggota, pengawasan penggunaan

dana serta dampaknya setelah mendapatkan dana pembiayaan.

3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan

pemikiran bagi pemerintah dalam melakukan program pemberdayaan

masyarakat dengan memberikan pelayanan, menyediakan sumber daya

yang baik serta maerancang pemasaran yang baik bagi

program-program pemerintah yang ada maupun yang baru direncanakan.

F. Sistematika Pembahasan

Agar pembahasan dalam penelitian ini menjadi sistematis sesuai

dengan alur berpikir ilmiah, maka dibutuhkan sistematika pembahasan

yang tepat. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Bab I berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

(27)

13

tentunya menjadi pedoman dalam pembahasan yang akan menjadi kajian

dalam penelitian kedepannya.

Bab II ini terdapat tiga bagian yaitu pertama, kerangka teoritik

yang menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai kerangka

pembahasan, yang berisi uraian telaah pustaka, referensi, jurnal, artikel,

dan lain-lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Kedua,

menjelaskan tentang kerangka konseptual penelitian. Ketiga tentang

penelitian terdahulu.

Bab III membahas tentang kerangka konseptual yang berisi

kerangka konseptual penelitian, paradigma penelitian, kerangka pemikiran,

dan hipotesis penelitian.

Bab IV membahas tentang metode yang digunakan dalam

penelitian, yang berisi lokasi dan waktu penelitian, definisi operasional

variabel, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, skala dan

pengukuran.

Bab V membahas lingkup perusahaan dan hasil analisis data.

Ruang lingkup perusahaan hanya digambarkan secara garis besar dan

penyajian hasil olahan data dari smartPLS 2.0 dan pembahasan dari

penelitian.

Bab VI adalah penutup dari penelitian yang telah dilakukan, yang

(28)

14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pelayanan

1. Pengertian Pelayanan

Pelayanan merupakan aspek yang penting dalam hal bisnis,

dengan pelayanan konsumen akan menilai dan menimbang apakah

dapat terus menggunakan jasa atau produk suatu lembaga keuangan

tersebut. Sehingga pelayanan menjadi hal yang menentukan suksesnya

suatu pekerjaan bisnis. Menurut Gronroos, pelayanan adalah suatu

aktivitas atau serangkai aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak

dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara

konsumen dengan karyawan atau hal-hal yang disediakan oleh

perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen/pelanggan.1

Menurut Davidow pelayanan adalah hal-hal yang jika

diterapkan terhadap sesuatu produk akan meningkatkan daya atau nilai

terhadap pelanggan (service is those thing which when added to a

product, increase its utility of value to customer). Menurutnya

pelayanan yang baik membutuhkan instruktur pelayanan yang sangat

baik pula. Hal yang paling penting adalah membuat setiap orang dalam

organisasi berorientasi pada kualitas. Crosby, Lethimen dan Wyckoff

1Ratminto dan Atik Septi Winarsih, Manajemen Pelayanan: Pengembangan Model Konseptual,

(29)

15

mendefinisikan kualitas pelayanan adalah penyesuaian terhadap

perincian-perincian (coformance to specification) dimana kualitas ini

dipandang sebagai derajat keunggulan yang ingin dica pai. Dilakukan

kontrol terus menerus dalam mencapai keunggulan tersebut dalam

rangka memenuhi kebutuhan pengguna jasa. Vrye menyebutkan bahwa

pelayanan yang baik merupakan bisnis yang menguntungkan (good

service is good business).2 Menurut Zeithaml, Pasurman, Berry

mengemukakan teori (service quality/sevqual) yang diberlakukan

dalam dunia bisnis. Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang

dirasakan secara nyata oleh Nasabah ada indikator pengukuran

kepuasan Nasabah yang terletak pada 5 dimensi kualitas pelayanan:

tangibles, reliability, responsivess, assurance, dan emphty.3

Satu konsep yang sangat penting dalam pelayanan adalah

moment of truth (momen kritis pelayanan). Albrecht dan Bradford

mendefinisikan momen kritis pelayanan sebagai kontak yang terjadi

antara konsumen dengan setiap aspek organisasi yang akan

membentuk opini konsumen tentang kualitas pelayanan yang diberikan

oleh organisasi tersebut. Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang

baik, setiap organisasi harus mengidentifikasikan dan mengelola

momen kritis pelayanan tersebut dengan baik. Mereka menyatakan

harus ada kesesuaian atau kompatibilitas antara tiga faktor dalam

pengelolaan tersebut, antara lain: konteks pelayanan, refrensi yang

(30)

16

dimiliki konsumen, refrensi yang dimiliki oleh anggota organisasi

penyelenggara pelayanan.4 Untuk mempermudah perusahanaan

mengetahui pelayanan yang telah diterima konsumen, perusahaan

dapat menggunakan lingkaran pelayanan (the cycles of service) untuk

dapat memberikan pelayanan yang terbaik perusahaan harus

memandang produk atau jasa layanannya sebagaimana konsumen

memandangnya. Albrecht dan Bradford merumuskan konsep

[image:30.595.115.536.234.630.2]

lingkaran pelayanan di plaza sebagai berikut:

Gambar 2.1

Contoh Lingkaran Pelayanan di Plaza

Sebagaimana tampak dalam gambar 2.1, bagi konsumen

hampir setiap detik adalah merupakan momen kritis pelayanan yang

mungkin tidak disadari perusahaan. Konsep lingkaran pelayanan ini

(31)

17

akan membantu perusahaan dalam mengidentifikasikan

momen-momen kritis pelayanan yang harus dikelola secara profesional.

Penerapan konsep lingkaran pelayanan ini dapat dilakukan misalnya

untuk kepentingan survei sederhana kepuasan pelanggan dan metode

untuk mengidentifikasikan sumber-sumber ketidakpuasan pelanggan.5

2. Ciri-ciri Pelayanan yang Baik

Menurut Kasmir ada beberapa ciri pelayanan yang baik yang

dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, yaitu:

a. Memiliki karyawan yang profesional khususnya yang berhadapan

langsung dengan pelanggan.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang baik yang dapat menunjang

kelancaran produk ke pelanggan secara cepat dan tepat.

c. Tersedianya ragam produk yang diinginkan. Dalam artian konsumen

sekali berhenti dapat membeli beragam produk dengan kualitas

produk dan pelayanan yang mreka inginkan.

d. Bertanggungjawab pada setiap pelanggan dari awal proses transaksi

hingga selesai.

e. Mampu melayani secara cepat dan tepat, tentunya jika dibandingkan

dengan pihak pesaing.

f. Mampu berkomunikasi dengan jelas, menyenangkan dan mampu

menangkap keinginan dan kebutuhan pelanggan.

(32)

18

g. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi, terutama dalam

hal keuangan.

h. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik tentang produk

yang dijual dan pengetahuan umum lainnya.

i. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan sehingga

pelanggan merasa yakin dengan apa yang telah dilakukan

perusahaan.6

3. Dimensi Pelayanan

Berdasarkan uraian diatas menurut Kasmir dalam hal kualitas,

pelayanan minimal memiliki lima dimensi, yaitu:

a. Tangibles merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh

karyawan bank, seperti gedung, perlengkapan kantor, daya tarik

karyawan, sarana komunikasi, dan sarana fisik lainnya. Bukti fisik

ini akan terlihat secara langsung oleh nasabah. Oleh karena itu,

bukti fisik ini harus menarik dan modern.7

b. Responsive yaitu, adanya keinginan dan kemauan karyawan bank

dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu pihak

manajemen bank perlu memberikan motivasi yang besar agar

seluruh karyawan bank mendukung kegiatan pelayanan kepada

nasabah tanpa pandang bulu. Akan lebih baik jika motivasi yang

(33)

19

diberikan kepada karyawan akan memperoleh imbalan seolah-olah

mereka memiliki bank tersebut.8

c. Assurance adalah adanya jaminan bahwa karyawan memiliki

pengetahuan, kompetensi, kesopanan dan sifat atau perilaku yang

dapat dipercaya. Hal ini penting agar nasabah yakin akan transaksi

yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran.9

d. Reliability yaitu kemampuan bank dalam memberikan pelayanan

yang telah dijanjikan dengan cepat, akurat, serta memuaskan

pelanggannya. Guna mendukung hal ini, maka setiap karyawan

bank sebaiknya diberikan pelatihan dan pendidikan guna

meningkatkan kemampuannya.10

e. Emphaty yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin

hubungan dengan nasabah secara efektif. Kemudian juga mampu

memahami kebutuhan individu setiap nasabahnya secara tepat dan

tepat. Dalam hal ini masalah prosedur kerja dan dihubungkan

dengan tingkat pelayanan kepada nasabah.11

(34)

20

4. Pelayanan dalam Al-Qur’an dan Hadits

Dalam memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas dalam

Islam disampaikan dalam Surat An Nisaa’ ayat 58:



























































“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila

menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan

dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi

Maha melihat”.12

Dalam ayat tersebut diperintahkan dalam menyampaikan amanat

kepada yang berhak menerimanya dan dalam hal memberikan amanat

seseorang harus menyampaikan sesuai dengan yang diamanatkan.

Seperti dalam hal pelayanan petugas harus menyampaikan semua

informasi yang berkaitan dengan nasabah tanpa harus

menyembunyikan hal yang merugikan nasabah Konsep Islam

mengajarkan bahwa dalam memberikan layanan dari usaha yang

dijalankan baik itu berupa barang atau jasa dengan memberikan

pelayanan yang baik dan berkualitas, hal ini terdapat dalam Al-Quran

surat Al-Baqarah ayat 267:

(35)

21

















































































“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang

Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih

yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu

sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan

mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha

Terpuji”.13

Untuk itu kepercayaan konsumen sebagai suatu amanat

hendaknya tidak disia-siakan dengan memberikan pelayanan secara

profesional melalui pegawai yang bekerja sesuai dengan bidangnya

dan mengerjakan pekerjaannya secara cepat dan tepat.

B. Kompetensi SDM Bank

1. Pengertian SDM

SDM perusahaan industri perbankan Syariah berhubungan

dengan sistem pengelolaan bisnis. Apabila perusahaan tersebut tidak

mengelolannya dengan baik dan profesional maka akan mempengaruhi

kinerja perusahaan tersebut, dapat dikatakan SDM merupakan jantung

dari suatu perusahaan industri perbankan Syariah atau organisasi bisnis

(36)

22

lainnya.14 SDM menurut Nawawi secara konseptual dikemukakan

sebagai sumber daya manusia adalah manusia yang bekerja

dilingkungan suatu organisasi yang disebut sebagai personel, tenaga

kerja, pegawai atau karyawan. SDM adalah potensi manusia sebagai

penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. Lebih lanjut

menurut Nawawi istilah SDM secara konseptual merupakan:

a. SDM adalah manusia yang bekerja di lingkungan suatu organisasi

(disebut juga personel, tenaga kerja, pegawai atau karyawan),

b. SDM adalah potensi manusia sebagai penggerak organisasi dalam

mewujudkan eksistensinya,

c. SDM adalah potensi yang merupakan aset dan fungsi sebagai

modal (material dan non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang

dapat mewujudkan potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik

dalam mewujudkan eksistensi organisasi.15

Peran penting SDM dapat dinilai dari beberapa kriteria utama

yaitu:

a. Kemampuan untuk memberi nilai lebih pada perusahaan.

b. Memiliki keahlian yang unik dan langka yang dapat menunjang

kinerja positif perusahaan bisnis.

c. Mempunyai keahlian yang tidak mudah ditiru oleh orang lain.

14 Ismail Nawawi, Bisnis Jasa Industri Bank Syariah: Model Bisnis dan Strategi Pendekatan

Ketangkasan Manajemen dan Manufaktur (Jakarta: VIV Press, 2015), 117

15 Ismail Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kompilasi Teori Karir, Kompetensi dan

(37)

23

d. Dapat menggabungkan semua keahlian yang mereka miliki untuk

mengerjakan tugas baru di dalamperusahaan bisnis.16

2. Pengertian Kompetensi SDM

SDM perlu memahami bahwa kecendrungan organisasi

multikultural dan keberagaman kultural. Di sisi lain pekerja dan

pelanggan sangat beragam menurut jenis klamin, ras dan budaya.

Dengan demikian SDM perlu memahami masalah dalam keragaman

budaya. Keadaan tersebut membuat kompetensi SDM semakin

penting, baik bagi eksekutif, manajer maupun pekerja.17 Secara umum,

perusahaan konsultan manajemen internasional seperti Arthur

Andersen mendefinisikan kompetensi sebagai: karakteristik dasar yang

terjadi dari kemampuan (skills), pengetahuan (knowladge), serta atribut

personal (personal attributs) lainnya yang mampu membedakan

seseorang dengan orang lain, inti utama dari sistem atau model

kompetensi ini sebenarnya adalah sebagai alat penentu untuk

memprediksikan keberhasilan seseorang pada suatu posisi.18

Kerangka dasar kompetensi mengacu pada langkah-langkah

yang disebut FAC. Singkatan dari Function, Activities/Process,

Competency. Dengan penjelasan untuk menentukan kompetensi apa

saja yang diperlukan pada suatu pekerjaan tertentu, pertama perlu

ditentukan fungsi-fungsi khusus pada suatu posisi (Function). Kedua,

16 Ismail Nawawi, Bisnis Jasa Industri Bank Syariah: Model Bisnis dan Strategi Pendekatan

Ketangkasan Manajemen dan Manufaktur (Jakarta: VIV Press, 2015), 117

17 Ismail Nawawi, Manajemen Sumber Daya Manusia: Kompilasi Teori Karir, Kompetensi dan

(38)

24

baru dipelajari secara khusus aktivitas dalam proses akan pekerjaan

tersebut (Activities/Process). Terakhir, baru ditentukan kompetensi apa

yang diperlukan (Competency) pada posisi tersebut.19

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandaskan atas

keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang

dituntut oleh pekerjaan tersebut. Dengan demikian, kompetensi

menunjukan keterampilan atau pengetahuan yang dibicarakan oleh

profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai sesuatu yang

terpenting, sebagai ungulan bidang tersebut. Kompetensi sebagai

kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang

memuaskan di tempat kerja, termasuk diantaranya kemampuan

seseorang untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan

pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru dan meningkatkan

manfaat yang disepakati. Kompetensi juga menunjukan karakteristik

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh

setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan

tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar

kualitas profesional dalam pekerjaan mereka.20

Kompetensi merupakan karakteristik individu yang mendasari

kinerja atau perilaku di tempat kerja. Menurut Nawawi kinerja

dipekerjaan dipengaruhi oleh: (a) pengetahuan, kemampuan dan sikap;

(39)

25

(b) gaya kerja, kepribadian, kepentingan atau minat, dasar-dasar, nilai

sikap, kepercayaan, dan gaya kepemimpinan.21

Kompetensi dan komitmen dapat dikaji pada tingkat

perusahaan unit, atau tingkat individual. Misalnya pada sebuah bank

mengukur intellectual capital masing-masing bank. Perusahaan

menetapkan indeks dari tingkat rata-rata keterampilan karyawan

(kompetensi dikali dengan rata-rata karyawan yang sama). Indeks

intellectual capital ini dapat digunakan untuk memprediksi hasil

lainnya seperti loyalitas pelanggan, produktivitas, dan profitabilitas.

Selain itu karyawan dimungkinkan untuk mencatat pertumbuhan

pertumbuhan intellectual capital-nya dengan melihat peningkatan

pengetahuannya, keterampilan ataupun kemampuan dalam suatu

kerangka waktu dan dengan mengevaluasi komitmen terhadap tujuan

organisasi. Kajian perorangan seperti ini dapat diakumulasikan ke

dalam suatu kajian kolektif intellectual capital untuk suatu unit.22

Menurut Boulter et.al (1996) level kompetensi adalah sebagai

berikut: skill, knowledge, self-concept, self image, trait dan motive.

Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik,

misalnya seorang programer komputer. Knowledge adalah informasi

yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya

bahasa komputer. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki

seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai - nilai

(40)

26

diri), misalnya: pemimpin. Self image adalah pandangan orang

terhadap diri sendiri, merekflesikan identitas, contoh: melihat diri

sendiri sebagai seorang ahli. Trait adalah karakteristik abadi dari

seseorang yang membuat orang untuk berperilaku, misalnya: percaya

diri sendiri. Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara

konsisten untuk berperilaku. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dan kemauan

untuk melakukan tugas dengan kinerja yang efektif. Hal ini sesuai

dengan pendapat Michael Armstrong (1998), bahwa kompetensi

adalah knowledge, skill, dan kualitas individu untuk mencapai

kesuksesan pekerjaannya.23

Adapun yang menjadi indikator kompetensi sumber daya

manusia Hutapea dan Nurianna yaitu:

a. Pengetahuan yang berkaitan dengan pekerjaan yang meliputi:

1). Mengetahui dan memahami pengetahuan di bidangnya

masing-masing yang menyangkut tugas dan tanggung jawabnya dalam

bekerja.

2). Mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan peraturan,

prosedur, tehnik yang baru dalam perusahaan.

3). Mengetahui bagaimana menggunakan informasi, peralatan dan

taktik yang tepat dan benar.

b. Keterampilan individu meliputi:

23 Yati Suhartini “Pengaruh Faktor-Faktor Kompetensi SDM terhadap Kinerja Karyawan (Studi

(41)

27

1). Kemampuan dalam berkomunikasi dengan baik secara tulisan.

2). Kemampuan dalam berkomunikasi dengan jelas secara lisan.

c. Sikap kerja

1). Memiliki kemampuan dalam berkreativitas dalam bekerja.

2). Adanya semangat kerja yang tinggi.

3). Memiliki kemampuan dalam perencanaan/pengorganisasian.24

3. Pengembangan Kompetensi SDM

Pengembangan kompetensi SDM mempunyai peranan yang

penting dalam membangun mutu modal manusia di suatu perusahaan.

Dengan SDM yang profesional perusahaan dapat melakukan

kompetitif bisnis dan sesuai dengan tuntutan dan dinamika organisasi.

Pengembangan SDM dapat dilakukan melalui pendidikan dan

pelatihan secara terpadu dan merupakan keharusan sesuai dengan

kebutuhan dan dinamika perusahaan.25

Dalam pengembangan SDM diawali dengan identifikasi

kompetensi sesuai dengan kebutuhan perusahaan, setelah dilakukan

identifikasi kompetensi baru dilakukan pengembangan SDM melalui

berbagai strategi pengembangan sesuai dengan tuntutan dan dinamika

perusahaan.

24 Daniel Putro Wicaksono. “Analisis Pengaruh Kompetensi Dan Loyalitas Karyawan terhadap

Promosi Jabatan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. ( Bank Jatim ) Cab. Pasuruan,” (Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang)

(42)

28

a. Identifikasi Kompetensi

Dengan merujuk pada konsep-konsep dasar tentang kompetensi

seperti yang disampaikan Spencer atau mengarah pada The

Competency Handbook, Volume 1 dan 2 (Boston: Linkage,

1994-1995) ada beberapa pedoman dasar untuk mengembangkan sistem

kompetensi ini:

1) Identifikasi pekerjaan atau posisi-posisi kunci yang akan dibidik

kompetensi modelnya.

2) Lakukan analisis lebih jauh mengenai proses kerja penting (cara

kerja, waktu kerja, hubungan kerja, tanggung jawab) pada

posisi-posisi kunci tersebut.

3) Lakukan survei mengenai kompetensi yang dibutuhkan agar

berhasil melaksanakan pekerjaan tersebut.

4) Bila perlu, lakukan survei mengenai kompetensi yang

dibutuhkan (required competenties) dengan bercermin pada star

performer at input dari atasan langsung.

5) Dari semua masukan yang ada buatlah daftar tentang jenis-jenis

kompetensi apa saja yang diperlukan pada posisi tertentu.

6) Uraikan makna dari setiap jenis kompetensi yang telah

dituliskan (hal ini untuk menyamakan persepsi mengena suatu

jenis kompetensi). Misalnya jika dikatakan kompetensi analisis

(43)

29

7) Tentukan skala tingkat penguasaan kompetensi yang ingin

dibidik, misalkan skala 1 (sangat rendah), 2 (rendah), 3

(sedang), 4 (baik), 5 (sangat baik). Atau memakai skala B

(Basic), I (Intermedia), A (Advance), atau E (Expert).

8) Buatlah penjelasan dari suatu jenis kompetensi dalam skala yang

telah dibuat. Misalnya: kompetensi komunikasi tertulis. Untuk

kompetensi basiknya: mampu menulis memo dan surat; intermi

ate: mampu menulis laporan dengan analisis minimal: advance:

menulis laporan disertai analisis mendalam dalam bentuk grafik

dan gambar; expert: menulis laporan yang berisi pendapat,

analisis dengan dukungan dan fakta dengan konsep dan variabel

yang runtut.

9) Uji kembali setiap daftar kompetensi yang telah dibuat, agar

dapat diaplikasikan kompetensi yang sangat besar dalam

membantu karyawannya mempelajari teknik baru dan

keterampilan manajerial. Sebagai pembelajaran dalam bentuk

program latihan formal, namun sebagian besar bentuk on the job

experiance. Strategi build ini akan berjalan baik jika manajer

senior menjamin bahwa pengembangan lebih dari sekedar

pelatihan akademik, jika pelatihan didasarkan pada hasil dan

(44)

30

Resiko dari penerapan strategi ini adalah menghabiskan dana

sangat besar dan waktu untuk kepentingan pelatihan.26

b. Strategi Melalui Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor penting

dalam pengembangan SDM. Pendidikan dan pelatihan selain

menambah pengetahuan juga dapat menambah keterampilan dan

meningkatkan produktivitas kerja. Pengembangan kompetensi

SDM disamping melalui jalur pendidikan juga dilakukan melalui

jalur pelatihan. Tahapan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi

SDM menurut Malik melalui tahapan:

1) Kegiatan tatap muka dengan tim pelatih yakni melakukan

kegiatan pelatihan dalam rangka peningkatan adaptasi sesuai

dengan situasi dan kondisi masalah dan perubahan serta

penyusunan yang diperlukan.

2) Kegiatan tatap muka dengan tim pelatih yakni melaksanakan

kegiatan pelatihan setiap topik yang dikembangkan dan unit

pelatihan tiap topik yang telah direncanakan.

3) Kegiatan berstruktur kelompok serta mengerjakan, tugas-tugas,

berdiskusi, demonstrasi, eksperimen, kerja kelompok proses

senektis, belajar yurisprudensial, dan sebagainya sesuai dengan

tindakan lanjut tatap muka.

(45)

31

4) Kegiatan mandiri yakni mendalami dan memperluas penguasaan

materi pelatihan, baik yang bersumber dari sumber bacaan

lengkap, laboratori masyarakat dan lainnya.

5) Kegiatan kelompok yang berkaitan dengan masalah yang

ditemui dengan kegiatan-kegiatan sebelumnya, penyelesaian

tugas kelompok, persiapan karya wisata, membuat laporan

harian yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi dan kerja

kelompok atau penelitian kelompok, latihan simulasi dan

sebagainnya.

6) Seminar mingguan dalam memecahkan masalah yang dihadapi

oleh suatu kelompok peserta dan sekaligus merupakanmedia

pertukaran informasi antar kelompok setelah melaksanakan

kegiatan selama satu minggu.

7) Kunjungan instansional sebagai studi perbandingan dari

kelompok demi perbaikan dan peningkatan kerja unit

masing-masing kelompok. Kerja ini perlu pengaturan bersama jangan

sampai mengganggu rencana semula.

8) Pembuatan laporan harian oleh masing-masing. Laporan ini

guna sebagai monitoring dan format laporan yang disediakan

secara khusus.

9) Karyawisata atau manusia sumber, jika diperlukan untuk

(46)

32

sudah tentu melalui prosedur administrasi dan pendekatan

personal tertentu dengan memperhatikan tatacara yang berlaku.

10) Pemupukan kerjasama dengan masyarakat demi kelancaran

pelaksanaan kegiatan, perluasan dan pengabdian sosial, koleksi

informasi yang berguna, pengendalian waktu senggang dan

belajar bermasyarakat.

11) Masing-masing kelompok dan anggota kelompok

mengerjakan proyek yang mereka rancang sendiri pada kegiatan

perencanaan kelompok.

c. Sumber Daya Manusia menurut Al- Qur’an dan Hadits

Dalam al-Qur’an dan Hadits juga dijelaskan bagaimana

seharusnya penerapan SDM yang Syariah secara profesional yang

sesuai dengan tuntutan al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Potensi

SDM sangat dimanfaatkan dalam mengelola suatu organisasi,

karena sebuah sistem bagaimanapun bagusnya, tidak akan berarti

apa-apa jika tidak dijalankan oleh para pelakunya. Dalam kajian

sumber daya insani, manusia sebagai sumber daya penggerak suatu

proses produksi, harus mempunyai karakteristik atau sifat-sifat

yang diilhami dari shifatul anbiyaa’ atau sifat-sifat para nabi, yaitu

: shiddiq (benar), itqan (profesional), fathanah (cerdas), amanah

(jujur/terpercaya) dan tabligh (transparan). Oleh karena itu sumber

daya yang ada ini harus dikelola dengan benar karena merupakan

(47)

33

pertanggungjawabannya di akherat kelak. Untuk mendapatkan

pengelolaan yang baik, manusia dituntut untuk menguasai ilmu

pengetahuan.

Di dalam surat Ar-Rohman ayat 33, Allah telah

menganjurkan manusia untuk menuntut ilmu seluas-luasnya tanpa

batas dalam rangka membuktikan ke-Mahakuasaan Allah SWT.

Dan ilmu pengetahuan yang dimaksud harus diarahkan

kepada pengkajian terhadap Al- Qur’an dan Hadits. Rasulullah

SWA bersabda yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu

Hurairah

إ ذ

و ا

س

د

ْلا

ْم ر

إ ل

غ

ْي

أ ْ

ل ه

ف ْ نا

ت ظ

ر

سلا

عا

ة

“Ketika suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan

ahlinya, maka tunggulah kehancuran. (HR. Bukhari)”.27

Islam menghendaki manusia berada pada tatanan yang

tinggi dan luhur. Oleh karena itu manusia dikaruniai akal,

perasaan, dan tubuh yang sempurna. Islam, melalui ayat-ayat

al-Quran telah mengisyaratkan tentang kesempurnaan diri manusia

dan mempunyai sumber daya yang luar biasa, seperti disebutkan

dalam Q.S. at-Tin: 4























(48)

34

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam

bentuk yang sebaik-baiknya”.28

Kesempurnaan demikian dimaksudkan agar manusia

menjadi individu yang dapat mengembangkan diri dan menjadi

nasabah masyarakat yang berdaya guna sehingga dapat

mengembangkan seluruh potensi sumber daya yang dimilikinya.

(

١٧٦٢

)

نْب بْي ب ح ْن ع نا يْف س ا ن ثِد ح مي ع ن و ب أ ا ن ثَد ح

لا ق ٍر ذ ْ ِ أ ْن ع ٍبْي ب ث ِ أ نْب نْو مْي م ْن ع ٍت با ث ِ أ

.

لْو س ر لا ق

َل ص ها

ة ئِيَسلا ع بْت أ و تْن ك ا م ثْي ح ها قَت ا ْم ل س و هْي ل ع ها

ٍن س ح ٍق ل ِ ساَنلا ق لا خ و ة ن س حْا

“Nabi bersabda ; bertaqwalah pada Allah di mana saja

berada, gantilah yang jelek dengan yang baik, bergaullah dengan

akhlak yang bagus. HR.Darimi (Matan lain ; At-turmudzi 1910,

Ahmad 20392, 20586).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa kewajiban seorang

muslim untuk selalu meningkatkan produktivitas kerja, quality of

work life, dan kualitas SDM. Menurut Ahmad manajemen sumber

daya insani konsen terhadap pengaturan aktivitas dan hubungan

antar karyawan. Mereka diharapkan mampu menunjukan kinerja

yang optimal. Para karyawan mampu meningkatkan kompetensi

dan kemampuan teknis guna merealisasikan tujuan yang telah

28

(49)

35

ditetapkan dalam perencanaan. Kegiatan manajemen sumber daya

insani adalah seputar penentuan aktivitas karyawan, seleksi calon

karyawan, pelatihan dan pengembangan karyawan serta semua

aktivitas lain terkait dengan awal masuk karyawan hingga

pensiun.29

C. Pemasaran

Kegiatan pemasaran selalu ada dalam setiap usaha, baik usaha

yang berorientasi profit maupun usaha-usaha sosial. Pemasaran dilakukan

dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat akan suatu

produk atau jasa. Pemasaran dilakukan dalam rangka menghadapi pesaing

yang dari waktu ke waktu semakin meningkat. Dalam melakukan kegiatan

pemasaran suatu perusahaan bertujuan untuk merebut hati pelanggan dan

mempertahankan produk-produk yang sudah ada serta membuat adanya

pembelian dari masyarakat.30

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran adalah usaha menjuruskan dana dan daya milik

perusahaan ke arah pemberian kepuasan kepada para pembeli, dengan

maksud agar perusahaan dapat menjual hasil produksi, memperoleh

laba dan mencapai tujuan perusahaan yang lain.31 Dalam bukunya

Kotler mendefinisikan pemasaran adalah mengidentifikasi dan

memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Menurut Kasmir secara

29 Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah: Sebuah kajian Histori dan Kontemporer

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), 105

30 Kasmir, Pemasaran Bank, 51

(50)

36

umum pengertian manajemen pemasaran bank adalah: suatu proses

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian dari kegiatan

menghimpun dana, menyalurkan dana, dan jasa-jasa keuangan lainnya

dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan, dan kepuasan nasabah.

Pemasaran adalah mengidentifikasikan dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial. American Marketing Association

(AMA) menyatakan pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan

serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan

memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan

pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan

stakeholder.32 Pemasaran perbankan Syariah harus diorganisasikan

secara terpadu dan memerlukan pelaksanaan manajemen pemasaran

yang pada hakikatnya merupakan tindakan konsep pemasaran.

Pemsaran dalam bidang jasa perbankan menghasilkan kepuasan

konsumen serta kesejahteraan konsumen dan stakeholder. Menurut

Zeithaml dan Bitner bauran pemasaran jasa terdiri dari 7 P yaitu

product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan

process.33

Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an

alih-alih memegang filosofi “membuat dan menjual” yang berpusat

pada produk, bisnis beralih ke filosofi “merasakan dan merespon”

yang berpusat pada pelanggan. Tugas pemasaran bukanlah mencari

(51)

37

pelanggan yang tepat untuk produk anda, melainkan menemukan

produk yang tepat untuk pelanggan anda. Dell komputer tidak

menyiapkan komputer yang sempurna untuk pasar sasarannya,

perusahaan tersebut memberikan platform produk yang fitur-fiturnya

bisa disesuaikan oleh konsumen sesuai ia inginkan di komputer.

Konsep pemasaran beranggapan bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada pesaing dalam

menciptakan, menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan

yang lebih baik kepada pasar sasaran yang dipilih. Theodore Levit dari

Harvad menjelaskan perbedaan konsep penjualan dan pemasaran

sebagai: penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, pemasaran

berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan didasari oleh kebutuhan

penjual untuk mengubah produknya menjadi uang; pemasaran

didasarkan oleh gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

melalui produk dan hal-hal yang berhubungan dengan menciptakan,

menghantarkan, dan akhir mengkonsumsinya.34

M. Nur Rianto menyimpulkan berbagai definisi pemasaran dari

beberapa ahli, yaitu: pemasaran sebagai suatu proses sosial yang

merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan

keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang

optimal kepada pelanggan.35

34 Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, 20

(52)

38

2. Konsep Inti dalam Pemasaran

Untuk memahami fungsi pemasaran, kita perlu memahami

serangkaian konsep inti pemasaran, sebagai berikut:

a. Kebutuhan

Kebutuhan adalah syarat hidup dasar manusia. Manusia

membutuhkan udara, air, makanan, pakaian serta tempat tinggal

untuk dapat bertahan hidup. Manusia juga memiliki kebutuhan

yang kuat terhadap rekreasi, pendidikan, dan hiburan.

b. Keinginan

Kebutuhan-kebutuhan ini menjadi keinginan ketika diarahkan ke

objek tertentu yang dapat memuaskan kebutuhan tersebut. Seorang

konsumen di Korea membutuhkan makanan namun mungkin

menginginkan ramen, bulgogi, kentang dan dan minuman ringan

lainnya. Seseorang di Indonesia membutuhkan makanan namun

mungkin membutuhkan nasi, ikan dan sayuran.

c. Permintaan

Permintaan adalah keinginan akan produk-produk tertentu yang

didukung oleh kemampuan untuk membayar. Banyak orang

menginginkan Marcedes tetapi hanya sedikit yang mau dan mampu

membelinya. Perusahaan harus mengukur tidak hanya seberapa

banyak orang yang menginginkan produk mereka, namun juga

(53)

39

Pembedaan ini menyoroti kritik yang mengatakan bahwa

“pemasar menciptakan kebutuhan” atau “pemasar membuat orang

membeli hal-hal yang tidak mereka inginkan”. Pemasar tidak

menciptakan kebutuhan: kebutuhan mendahului pemasar. Pemasar

dengan beberapa faktor kemasyarakatan lainnya, mempengaruhi

keinginan. Pemasar mungkin memperkenalkan gagasan bahwa sebuah

Marcedes dapat memuaskan kebutuhan sesorang akan status sosial.

Namun, pemasar tidak menciptkan kebutuhan akan status sosial.

Memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan tidak selalu

mudah. Sebagian pelanggan memiliki kebutuhan yang tidak

sepenuhnya mereka sadari, atau mereka tidak dapat mengartikulasikan

kebutuhan ini. Terkadang mereka menggunakan kata-kata yang

membutuhkan interpretasi. Apa artinya ketika pelanggan

menginginkan sebuah alat pemotong rumput yang “bertenaga”, mesin

bubut yang “cepat” atau hotel yang “mendukung istirahat?”, pemasar

harus menyelidikinya lebih jauh. Kita dapat membedakan lima tipe

kebutuhan:

a. Kebutuhan yang dinyatakan (pelanggan menginginkan mobil yang

murah).

b. Kebutuhan yang sebenarnya (pelanggan menginginkan sebuah

mobil yang biaya operasinya, bukan harga awalnya, rendah).

c. Kebutuhan yang tidak dinyatakan (pelanggan mengharapkan

(54)

40

d. Kebutuhan kesenangan (pelanggan ingin agar dealer mobil juga

memasukan sistem navigasi GPS ke dalam paket).

e. Kebutuhan rahasia (pelanggan ingin agar temannya memandang

dirinya sebagai pelanggan yang cerdas).

Hanya melayani kebutuhan yang dinyatakan saja berarti tidak

memberi pelanggan apa yang benar-benar dibutuhkannya. Banyak

konsumen yang tidak tahu apa yang mereka inginkan dalam suatu

produk. Konsumen tidak tahu banyak tentang telepon seluler ketika

teknologi tersebut pertama kali diperkenalkan. Nokia dan Soni Ericson

bersaing dalam membentuk persepsi konsumen tentang telepon seluler.

Memberi pelanggan apa yang mereka inginkan kini tidak lagi cukup.

Untuk memperoleh keuntungan, perusahaan harus membantu

pelanggan dalam mempelajari apa yang mereka inginkan.36

3. Bauran Pemasaran/Marketing Mix

Marketing Mix merupakan strategi kombinasi yang dilakukan

oleh berbagai perusahaan dalam bidang pemasaran. Hampir semua

perusahaan menggunakan strategi ini guna mencapai tujuan

pemasarannya. Kombinasi yang terdapat dalam bauran pemasaran

harus dilakukan secara terpadu. Artinya pelaksanaan dan penerapan

komponen ini dilakukan dengan memperhatikan antara satu komponen

dengan komponen lainnya. Karena antara satu komponen dengan

komponen lainnya saling berkaitan erat guna mencapai tujuan

(55)

Gambar

Gambar
Tabel
 Gambar 2.1

Referensi

Dokumen terkait