SIDO
UNIVERSITA FAK PROGRAM STUD
IDOARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun oleh : PRATIWI VIYANTI
NIM. D37212072
AS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SUR KULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IB
2016
2016
URABAYA N
ABSTRAK
Pratiwi Viyanti. 2016. Peningkatan Keterampilan Membaca Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Zudan Rosyidi, SS. MA
Kata Kunci: Keterampilan Membaca, Bahasa Indonesia, Model Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Latar belakang penelitian ini adanya kesulitan yang dialami siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan dalam membaca. Data yang didapatkan menunjukkan dari 20 siswa hanya 8 siswa yang tuntas dan 12 siswa lainnya tidak tuntas. Sehingga peneliti ingin memberikan solusi atas permasalahan ini melalui metode SAS.
Rumusan masalah penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?, (2) Bagaimana peningkatan keterampilan membaca setelah menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas IMI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?.
Metode penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan. Penelitian dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi, dan non tes.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa metode SAS dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Sebelum menggunakan metode SAS, nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 69,25. Terdapat peningkatan setelah menggunakan metode SAS. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa adalah 69,25 dengan prosentase ketuntasan belajar 40%. Pada siklus I nilai rata-rata yang didapatkan siswa adalah 75,35 dengan prosentase ketuntasan belajar 70%, sedangkan nilai rata-rata siswa pada siklus II yaitu 83,75 dengan prosentase ketuntasan belajar 90%. Hasil observasi pada aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 83% menjadi 92% pada siklus II. Sedangkan hasil observasi pada aktivitas guru meningkat dari 78% pada siklus I menjadi 96% pada siklus II.
DAFTAR ISI
C. Tindakan yang Dipilih ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 9
E. Lingkup Penelitian... 9
F. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Membaca... 12
1. Keterampilan ... 12
2. Membaca ... 13
3. Indikator Keterampilan Membaca ... 18
B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 19
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ... 21
3. Materi Ajar ... 22
C. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 26
1. Pengertian Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 26
2. Prinsip-prinsip Struktural Analitik Sintetik (SAS ... 27
3. Langkah-langkah Struktural Analitik Sintetik (SAS) ... 28
BAB III PROSEDUR PTK A. Metode Penelitian ... 31
B. Setting dan Subyek Penelitian ... 34
C. Variabel yang Diteliti ... 34
D. Rencana Tindakan ... 35
1. Siklus I ... 35
2. Siklus II ... 38
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 42
1. Data... 42
2. Teknik Pengumpulan Data ... 43
3. Teknis Analisis Data... 53
F. Indikator Kinerja ... 57
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah ... 59
1. Identitas Madrasah... 59
2. Visi dan Misi ... 59
B. Hasil Penelitian Persiklus ... 60
1. Pra Siklus ... 60
2. Siklus I ... 63
3. Siklus II ... 83
dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru
Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 102 2. Peningkatan keterampilan membaca setelah
menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas IMI Darul Ulum Gedongan Waru
Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016 ... 105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Siswa sekolah dasar merupakan generasi-generasi yang akan berperan aktif di masa yang akan datang. Masa depan bangsa sangat ditentukan dari generasi penerusnya. Jika generasi penerus bangsanya baik, maka bangsanya akan baik, tetapi jika penerus bangsanya tidak baik, maka bangsa tersebut akan hancur dan terpecah belah. Oleh karena itu, pendidikan sangat penting untuk mengembangkan potensi siswa dan membangun karakter siswa agar menjadi generasi yang unggul di masa depan.
Agar siswa mampu menjadi generasi yang unggul, maka siswa memerlukan banyak informasi untuk mengisi pengetahuannya. Informasi yang diperlukan bisa diperoleh dengan banyak cara, salah satunya yaitu dengan cara membaca. Dengan membaca siswa dapat membangun pondasi yang kuat untuk dapat memelajari dan memahami berbagai disiplin ilmu sekaligus mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca merupakan salah satu cara untuk menyerap berbagai informasi dan menafsirkan informasi tertulis. Menurut Samsu Somadoyo, membaca bukan menghafal kata demi kata atau kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bacaan, yang lebih penting dalam proses membaca adalah menangkap pesan, informasi, fakta, atau ide pokok bacaan yang baik.1
Membaca memiliki segudang manfaat, salah satunya yaitu menjadikan siswa lebih dewasa dan lebih bijaksana dalam menjalani kehidupan. Hal ini senada dengan pendidikan yang diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.2
Manfaat yang paling umum dari membaca adalah kita dapat belajar dari pengalaman orang lain. Sedangkan manfaat khusus dari membaca buku adalah bahwa orang yang rajin membaca buku dapat terhindar dari kerusakan jaringan otak di masa tua.3 Banyak hal bisa diperoleh dari membaca. Melalui membaca, siswa bisa menggali bakat dan potensi mereka, melatih konsentrasi, serta meningkatkan prestasi di sekolah.
Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki keterampilan membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Maka dari itu, anak harus belajar membaca agar dia dapat membaca untuk belajar. Apabila banyak membaca, otomatis akan menambah perbendaraan kata, menambah pengetahuan, melatih alat ucap, melatih daya nalar, serta memberi tanggapan isu yang dibacanya.
Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan masih banyak permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa dalam hal membaca. Seperti yang terjadi pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan,
keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan ini masih kurang. Kurangnya keterampilan siswa dalam membaca dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di kelas, ketika mata pelajaran bahasa Indonesia dengan standar kompetensi “memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak” dengan kompetensi dasar “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”, siswa mengalami kesulitan dalam mengeja, membedakan huruf-huruf yang hampir sama, dan membunyikan kata serta kalimat sederhana, dengan kata lain masih ada siswa yang belum bisa membaca dengan lancar.4
Permasalahan membaca ini timbul karena latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang berasal dari lingkungan keluarga, ada yang berasal dari lingkungan sekolah, serta rendahnya minat siswa dalam belajar membaca karena malas atau masih senang bermain. Ada orangtua yang sibuk dengan pekerjaannya, sehingga tidak memiliki waktu luang untuk belajar bersama anaknya. Seperti pengakuan dari salah satu siswa kelas I, bahwa orangtuanya sibuk bekerja sehingga ketika di rumah, dia hanya bermain dengan pengasuhnya.5 Siswa kurang memiliki keterampilan membaca juga dikarenakan siswa malas dan manja, serta semangat belajarnya kurang.6
Selain itu, dalam pembelajaran membaca guru hanya memberi contoh membaca dan peserta didik disuruh menirukan, sehingga bagi peserta didik
4 Hj. Alfiah, Guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan, wawancara pribadi, Sidoarjo, 11 Januari 2016
5Raditya Putra Pratama, Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan, wawancara pribadi, Sidoarjo, 11 Januari 2016
yang belum dapat membaca hanya sekedar mengingat ucapan guru tanpa memperhatikan rangkaian huruf yang ada. Ketika peserta didik disuruh membaca secara bergantian maka sering terjadi apa yang diucapkan oleh peserta didik tidak sesuai dengan rangkaian huruf yang dibaca. Apa yang diucapkan kadang-kadang keliru dengan bacaan di atasnya atau di bawahnya. Contohnya rangkaian huruf yang dibaca adalah “kenapa”, akan tetapi peserta didik membacanya “kapan”, dan kata “maka” dibacanya “makan”.
Kurangnya keterampilan siswa dalam membaca juga terlihat dari hasil nilai siswa ketika praktek membaca, dimana dari 20 siswa, hanya 8 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dan 12 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.7 Sedangkan nilai KKM untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 75. Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi guru kelas I MI Darul Ulum Gedongan.
MI Darul Ulum Gedongan terletak di desa Gedongan, kecamatan Waru, kabupaten Sidoarjo. Kelas I MI Darul Ulum Gedongan dikelola oleh Ibu Hj. Alfiah selaku wali kelas. Kelas I MI Darul Ulum Gedongaan ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap, yang terdiri dari papan tulis, meja, kursi, dan lain sebagainya.
Sebagai upaya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain dengan menggunakan metode membaca sadar, metode fonik, metode
linguistik, metode alfabetik, metode suku kata, metode kata (whole word method) dan juga metode Struktural Analitik Sintetik (SAS).
Dalam hal ini peneliti memilih metode yang terakhir, yaitu menggunakan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS), karena metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis. Langkah-langkah yang diatur dalam metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) membuat siswa mudah mengikuti dengan cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada Siswa Kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016”.
dan satu kali pertemuan untuk tes akhir tindakan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tindakan siklus I diperoleh daya serap klasikal 64,2% dan ketuntasan belajar klasikal 53,8%. Hasil ini belum memenuhi indikator kinerja yang dipersyaratkan. Hasil ini disebabkan masih terdapat beberapa siswa yang belum lancar menganalisis kata menjadi kalimat sehingga mengalami kesulitan membaca sebuah kata atau kalimat, dengan demikian peneliti perlu melanjutkan penelitian sampai siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan dengan perolehan daya serap klasikal 85,82% sedangkan ketuntasan belajar klasikal 96,15%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode SAS dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I SDN Ambunu.8
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ratno Saputra, mahasiswa prodi PGSD Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2012 yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) siswa kelas I di SD Negeri Gebangsari Kebumen. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Gebangsari Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen dengan subjek penelitian kelas I. Siswa pada kelas I berjumlah 22 siswa dengan jumlah siswa laki-laki 14 dan siswa perempuan 8. Penelitian ini terdiri dari dua siklus, setiap siklusnya dilaksanakan tiga kali pertemuan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas I Sekolah Dasar Negeri 1 Gebangsari Kecamatan Klirong Kabupaten Kebumen. Secara proses, peningkatan dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan belajar siswa lebih komunikatif dan menyenangkan sehingga suasana kelas lebih hidup. Secara produk, meningkatnya kemampuan membaca permulaan siswa dapat dilihat berdasarkan analisis data peningkatan nilai kemampuan membaca permulaan siswa.
Hasil nilai rata-rata kemampuan membaca permulaan siswa pada pratindakan sebesar 61,9. Pada siklus I meningkat sebesar 10,2 (kondisi awal 61,9 menjadi 72,1) dan pada siklus II meningkat sebesar 21,9 (kondisi awal 61,7 menjadi 83,8).9
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Siti Nur Aini, mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al qur’an dengan Metode
Struktural Analitik Sintetik Siswa Kelas IV MI Nurul Islam 02 Wonokerto, Bancak, Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011 di MI Nurul Islam 02 Wonokerto dengan subjek penelitian siswa kelas IV yang terdiri dari 26 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS) maka kemampuan siswa membaca Al Quran dapat ditingkatkan. Kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode SAS ini dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan, yaitu ketuntasan klasikal siswa pada siklus I hanya 42%, sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 57%, dan pada siklus III mencapai 88%.10
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?
2. Bagaimana peningkatan keterampilan membaca setelah menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016?
C. Tindakan yang Dipilih
Terkait dengan permasalahan yang ada pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo, perlu dilakukan perubahan dalam metode pembelajaran membaca. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), karena dengan
10Siti Nur Aini, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al qur’an dengan Metode
langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, membuat siswa mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya. Selain itu metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) memang diciptakan untuk memperbaiki pengajaran dalam membaca. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) merupakan metode yang menampilkan kalimat utuh yang kemudian diurai hingga menjadi huruf dan dirangkai kembali hingga menjadi kalimat. Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik yang memandang satuan bahasa terkecil yang bermakna untuk berkomunikasi.
D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam rangka meningkatkan keterampilan membaca pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) pada siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo Tahun Pelajaran 2015/2016.
E. Lingkup Penelitian
1. Subyek penelitian ini hanya terbatas pada siswa kelas I semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 di MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo.
2. Ruang lingkup kajian dari segi bidang studi hanya difokuskan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas I semester 2, khususnya pada aspek membaca dengan standar kompetensi “memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak” dan kompetensi dasar “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”
3. Keterampilan membaca yang dimaksudkan dalam penelitian tindakan ini adalah keterampilan membaca yang berkaitan dengan materi “membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat” dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, dengan indikator antara lain: siswa mampu mengenal dan melafalkan huruf-huruf, siswa melafalkan suku-suku kata, siswa mampu melafalkan kalimat sederhana, dan siswa mampu melafalkan beberapa kalimat sederhana.
4. Implementasi penelitian ini menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
(SAS) dalam pembelajaran membaca mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa MI, penelitian ini akan bermanfaat untuk menjadikan siswa MI mengetahui penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran membaca dengan tepat sehingga siswa dapat meningkatkan keterampilan membacanya dengan metode tersebut. b. Bagi guru MI, penelitian ini merupakan suatu wawasan baru tentang
metode pembelajaran yang dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga pembelajaran dapat disajikan dengan cara yang lebih bervariasi untuk mewujudkan pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan anak khususnya keterampilan dalam membaca.
c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif digunakan di dalam kelas, khususnya untuk menguji adakah hubungan antara penerapan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) yang digunakan peneliti terhadap peningkatan keterampilan membaca siswa sekolah dasar.
12 BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keterampilan Membaca
1. Keterampilan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterampilan
berasal dari kata “terampil” yang berarti cakap dalam menyelesaikan
tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Soemardjan dkk berpendapat bahwa
keterampilan merupakan kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan
cepat dan benar, dalam hal ini ruang lingkup keterampilan sangat luas
yang melingkupi berbagai kegiatan antara lain, perbuatan, berpikir,
berbicara, melihat, mendengar, dan lain sebagainya.11
Sejalan dengan hal tersebut, Tri Budiharto mengungkapkan bahwa
keterampilan berasal dari kata dasar “terampil” yang mendapat imbuhan
“ke” dan akhiran “an” yang merujuk kepada kata sifat, terampil sendiri
memiliki arti “mampu bertindak dengan cepat dan tepat”. Istilah lain dari
terampil adalah cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain
keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, dan kemampuan
untuk mengerjakan sesuatu dengan baik dan benar.12 Dalam pengertian lain, Saiful Muttaqin berpendapat bahwa keterampilan merupakan usaha
11 Soemardjan dkk, Pendidikan Keterampilan, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2002), 2.
untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat, dan tepat dalam menghadapi
masalah.13
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh
seseorang untuk mampu menggunakan akal, ide, fikiran, dan kreatifitasnya
dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan, ataupun membuat sesuatu
menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil
pekerjaan tersebut.
Keterampilan pada dasarnya akan lebih baik bila terus diasah dan
dilatih untuk menaikkan kemampuan sehingga akan menjadi ahli atau
lebih menguasai. Untuk menjadi seseorang yang terampil dengan memiliki
keahlian khusus pada bidang tertentu haruslah melalui latihan dan belajar
dengan tekun supaya dapat menguasai bidang tersebut dan dapat
memahami serta mengaplikasikannya.
2. Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca secara sederhana dikatakan sebagi proses membunyikan
lambang bahasa tertulis. Membaca secara umum dapat diartikan sebagai
suatu proses memahami pesan atau informasi yang terkandung dalam
suatu teks.14 Membaca juga dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan tersebut.
13 Saiful Muttaqin, dalam http://saifulmuttaqin.blogspot.com/, diakses pada tanggal 23 Maret 2015, pukul 15.00 WIB
Soedarso mengemukakan bahwa membaca merupakan aktivitas
kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah,
mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan ingatan.15 Membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa
yang diajarkan, dalam pembelajaran bahasa dengan kemampuan
menyimak yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bahasa lisan,
sedangkan kemampuan membaca untuk bahasa tulis.16 Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Pembagian membaca
berdasarkan tingkatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca
permulaan dan membaca pemahaman (reading comprehension). Membaca
permulaan terdapat proses pengubahan yang harus dibina dan dikuasai
terutama dilakukan pada masa permulaan sekolah, anak-anak diberikan
pengenalan huruf sebagai lambang bunyi bahasa. 17
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh seorang penulis melalui
media kata-kata bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok
kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan
sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menduduki
posisi dan peranan yang sangat penting dalam kontek kehidupan manusia.
15 Soedarso, Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta: Gramedia, 1983), 4.
16 Iskandarwassid, Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 247.
Bertolak dari berbagai definisi membaca yang telah dikemukakan
dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang
mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca
adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup
ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu
melihat huruf-furuf dengan jelas, mengingat simbol-simbol bahasa dengan
tepat, dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan.
Sedangkan keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan
memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan
melafalkan atau mencernanya di dalam hati.
b. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta
memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna
erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam
membaca.18 Membaca penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks. Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan
membaca.
Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang
membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di
kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan
tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun
tujuan membaca siswa itu sendiri. Tujuan membaca antara lain:
1) Kesenangan
2) Menyempurnakan membaca nyaring
3) Menggunakan strategi tertentu
4) Memperbarui pengetahuannya tentang suatu topic
5) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
diketahuinya
6) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis
7) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi
8) Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi
yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan
mempelajari tentang struktur teks.19
Seperti yang telah dikemukakan di atas, pada hakekatnya tujuan
membaca adalah modal utama membaca. Tujuan yang jelas akan memberi
motivasi internal atau dorongan dari dalam seseorang. Seseorang yang
sadar sepenuhnya akan tujuan membaca agar mengarahkan sasaran
berpikir kritis dalam mengolah bahan bacaan sehingga memperoleh
kepuasan dalam membaca.
c. Tahapan-tahapan Membaca
Perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa
tahapan sebagai berikut:
1) Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini, anak mulai belajar
menggunakan buku, melihat, dan membalik lembaran buku
ataupun membawa buku kesukaannya.
2) Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage). Pada
tahap ini, anak mulai memandang dirinya sebagai ‘pembaca’
ketika terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca,
berpura-pura membaca buku, memakai gambar berdasarkan
pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunakan
bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.
3) Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap
ini, pada diri anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam
buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya,
dapat mengungkapkan kata-kata yang bermakna dan berhubungan
dengan dirinya, sudah mengenal tulisan kata-kata puisi, lagu, dan
sudah mengenal abjad.
4) Tahap Pengenelan Abjad (Take off Reader Stage). Anak mulai
menggunakan tiga sistem isyarat (graphoponik, semantik, dan
sintaksis). Anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat
tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda
pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, seperti pada
5) Tahap Membaca Lancar (Independent Reader Stage). Pada tahap
ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku.20 3. Indikator Keterampilan Membaca
Keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan
memahami isi lambang-lambang tertulis dengan melafalkan atau
mencernanya di dalam hati. Menurut Ritawati Wahyudin dalam bukunya
yang berjudul Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas-kelas
Rendah SD, seseorang dikatakan terampil membaca adalah jika dapat:
1) Mengenal dan melafalkan huruf-huruf
2) Melafalkan suku-suku kata
3) Melafalkan kalimat sederhana
4) Melafalkan beberapa kalimat sederhana21
Kemampuan membaca untuk siswa kelas I SD atau MI dalam
KTSP dituntut untuk dapat:
1) Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
2) Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang
tepat
3) Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata
dengan intonasi yang tepat
4) Membaca puisi anak yang terdiri atas 2-4 baris dengan lafal dan
intonasi yang tepat
20 Nurbiana Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa, (Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka, 2013), 7.20-7.21.
21Suparman Rasid, dalam
Dapat disimpulkan bahwa indikator keterampilan membaca yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain: mengenal dan melafalkan
huruf-huruf, melafalkan suku-suku kata, melafalkan kalimat sederhana,
dan melafalkan beberapa kalimat sederhana. Sedangkan keterampilan
membaca yang ditingkatkan yaitu “membaca lancar beberapa kalimat
sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat”.
B. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
1. Pengertian Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa negara ia berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga
pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan, sebagai pengembang ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan dalam
kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. Berhubungan dengan hal
itu maka perlu adanya suatu pembelajaran Bahasa Indonesia. Secara
keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan
mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta persatuan dan kesatuan
bangsa. Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dalam segala fungsinya,
yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana, berpikir/bernalar, sarana
Mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran
bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan
perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa
tersebut.22
Mata pelajaran bahasa Indonesia SD, merupakan mata pelajaran
strategis karena dengan bahasalah guru dapat menyalurkan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan informasi kepada siswa atau
sebaliknya sehingga siswa dapat menerimanya dengan baik. Oleh karena
itu, guru sebagai pengemban tugas operasional pendidikan atau
pembelajaran di sekolah dituntut agar dapat mengkaji, dan
mengembangkan kurikulum dengan benar.
Pada mata pelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek
pembelajaran yang harus dikembangkan di SD. Empat aspek
pembelajaran itu disebut dengan empat keterampilan berbahasa, yang
meliputi keterampilan berbicara, keterampilan mendengarkan,
keterampilan membaca, dan keterampilan menulis.23 Namun dalam penelitian ini yang diteliti hanyalah keterampilan membaca.
22Isa Cahyani, Modul Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta Pusat: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2012), 27.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi yakni sebagai lambang kebanggaan kebangsaan,
lambang identitas nasional, alat pemersatu, serta alat komunikasi
antardaerah dan antarkebudayaan.
Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah agar siswa
memiliki kemampuan diantaranya:
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisiensi sesuai dengan etika
yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
b. Menghargai dan bangga dalam menggunakan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan.
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual serta kematangan emosional dan sosial.
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah
budaya intelektual manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia saat ini telah mencakup seluruh
aspek kebahasaan, maka siswa dituntut mampu berkomunikasi secara
formal, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan
tepat, serta mampu membanggakan bahasa Indonesia sebagai budaya
Indonesia. Dengan begitu, siswa mampu menggunakan bahasa
Indonesia dengan disertai rasa bangga terhadap budayanya sendiri.
Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia adalah merupakan salah
satu alat penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu:
a. Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan perasaan satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa.
b. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berbahasa Indonesia
lisan dan tulisan.
c. Memupuk dan mengembangkan kecakapan berpikir dinamis,
rasional, dan praktis.
d. Memupuk dan mengembangkan keterampilan untuk memahami,
mengungkapkan, dan menikmati keindahan bahasa Indonesia
secara lisan maupun tulisan.
Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat
penting, bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi
melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan.
Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang
ada di dunia.
3. Materi Ajar
- Standar Kompetensi: Memahami teks pendek dengan membaca lancar
- Kompetensi Dasar: Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang
terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat
Berikut adalah materi membaca lancar yang terdapat dalam buku paket
bahasa Indonesia kelas I.24 Bacaan 1
Kerja Bakti
24 Iskandar dan Sukini, Bahasa Indonesia untuk kelas I SD/MI, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), 41-43.
Hari Minggu keluargaku kerja bakti
Ayah membersihkan halaman
Aku mengepel lantai
Kakakku menyirami tanaman
`Bacaan 2
Membersihkan Rumah
Ini hari Minggu.
Isya dan Syukur membersihkan rumah. Syukur mengambil sapu.
Lalu, ia menyapu.
Ia menyapu sampah di halaman. Isya mengambil lap. Lalu, ia mengelap kaca. Ia juga mengelap kursi. Kini, rumah menjadi bersih.
Kita harus hidup bersih. Kita sehat jika hidup bersih.
Bacaan 3
Kampungku Indah nan Bersih
Namaku Mukhlis.
Aku tinggal di kampung Duta Putri. Kampungku bersih dan Indah.
Jalannya rapi dan bersih. Di kanan kiri jalan banyak pohon. Di depan setiap rumah, ada tempat sampah.
Air got mengalir lancar. Sebulan sekali penduduk kerja bakti.
Pohon dirapikan. Got dibersihkan.
C. Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
1. Pengertian Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.25 SAS merupakan kepanjangan dari Struktural Analitik Sintetik, dimana struktural berarti
keseluruhan, sintetik berarti penguraian, dan analitik berarti
menggabungkan kembali. Menurut Supriyadi pengertian metode SAS
adalah suatu pendekatan cerita disertai dengan gambar yang di dalamnya
terkandung unsur analitik sintetik.26
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) adalah suatu cara untuk
mengajarkan membaca permulaan pada siswa dengan menampilkan suatu
kalimat utuh yang kemudian diurai menjadi kata hingga menjadi
huruf-huruf yang berdiri sendiri dan menggabungkannya kembali menjadi
kalimat yang utuh. Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep
“kebermaknaan” pada diri siswa. Pada pembelajaran membaca permulaan
dengan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS), struktur kalimat yang
disajikan sebagai bahan pembelajaran adalah struktur kalimat yang digali
dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Sebagai contoh, guru
dapat memanfaatkan gambar, benda nyata, dan tanya jawab informal
untuk menggali bahasa siswa.
25Sanjaya, Wina, Kurikulum Dan Pembelajaran, ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 127.
Melalui kegiatan tersebut ditemukan suatu struktur kalimat
sebagai pengenalan struktur kalimat. Kemudian melalui proses analitik,
siswa-siswa diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh tersebut
diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa kecil yang disebut dengan kata.
Proses penguraian ini berlanjut pada satuan bahasa terkecil yaitu huruf.
Proses penguraian atau penganalisisan pembelajaran membaca permulaan
dengan menggunakan Struktural Analitik Sintetik (SAS), meliputi:
a. Kalimat menjadi kata-kata,
b. Kata menjadi suku kata, dan suku kata menjadi huruf-huruf
c. Selanjutnya dari huruf kembali menajadi suku kata, kemudian menjadi
kata dan selanjutnya menjadi kalimat.
Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) didasarkan atas asumsi
bahwa pengamatan anak mulai dari keseluruhan dan kemudian ke
bagian-bagian. Oleh karena itu anak diajak memecahkan kode tulisan kalimat
pendek yang dianggap sebagai unit bahasa utuh, selanjutnya diajak
menganalisis menjadi kata, suku kata, dan huruf; kemudian
mensintesiskan kembali dari huruf ke suku kata, kata, dan akhirnya
kembali menjadi kalimat.27
2. Prinsip Pengajaran Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Prinsip-prinsip pengajaran dengan metode Struktural Analitik
Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut:
a. Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan
menggunakan metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat
secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar.
b. Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang
jelas dalam pemikiran murid.
c. Adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur
struktur kalimat yang ditampilkan.
d. Unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada
bentuk semula (sintesis).
e. Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa
murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu
menggunakannya dalam berbagai situasi.
3. Langkah-langkah Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)
Berikut adalah langkah-langkah metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS):28
a. Menampilkan gambar sambil bercerita
Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar kepada siswa sambil
bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang
digunakan guru dalam bercerita itu digunakan sebagai pola dasar
bahan membaca. Contoh: guru memperlihatkan gambar seorang ayah
sedang menuci mobil, sambil bercerita: “Ini ayah, Ayah sedang
mencuci mobil”
28Ratno Saputra, “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode
b. Membaca gambar
Guru menunjukan beberapa gambar kepada siswanya sambil
menjelaskan gambar yang ditunjukkan. Contoh: guru memperlihatkan
gambar seorang ibu yang sedang menjahit, sambil mengucapkan
kalimat “ini ibu”. Murid melanjutkan membaca gambar tersebut
dengan bimbingan guru.
c. Membaca gambar dengan kartu kalimat
Pada tahap ini, guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar.
Siswa memperhatikan kartu kalimat dan gambar tersebut. Siswa dapat
melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel oleh
guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.
d. Proses struktural (S)
Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian
sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah
kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca
secara struktural kartu kalimat. Contoh: Ini sepeda ani.
e. Proses analitik (A)
Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian
pada tahap ini mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui tahap analitik ini, siswa
diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada kalimat
ini sepeda ani
ini sepeda ani
i – ni se – pe – da a –ni
i – n – i s – e – p – e – d – a a –n –i
f. Proses sintetik (S)
Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka
huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat.
i – n – i s – e – p – e – d – a a–n–i
i – ni se – pe – da a –ni
ini sepeda ani
ini sepeda ani
Secara keseluruhan proses Struktural Analitik Sintetik (SAS) sebagai
berikut:
ini sepeda ani
ini sepeda ani
i – ni se – pe – da a –ni
i – n – i s – e – p – e – d – a a –n –i
i – ni se – pe – da a –ni
ini sepeda ani
31
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) yang didesain untuk membantu guru mengetahui apa
yang sebenarnya terjadi di kelas, informasi ini bermanfaat untuk mengambil
keputusan yang tepat untuk menentukan metode yang seharusnya digunakan
dalam proses pembelajaran, demi peningkatan profesionalisme guru,
prestasi belajar, kelas dan sekolahan.
PTK meliputi tiga kata yaitu “penelitian”, “tindakan”, dan “kelas”.
Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
bagi peneliti atau orang-orang yang berkepentingan dalam rangka
peningkatan kualitas di berbagai bidang. Tindakan adalah suatu gerak
kegiatan yang senagaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang dalam
pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode/siklus kegiatan. Sedangkan
kelas adalah sekelompok siswa/mahasiswa yang dalam waktu yang sama
dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru
atau dosen yang sama.29
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi
meningkat.30 Menurut Suyanto, PTK adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di
kelas.31
Dari beberapa pengertian tersebut, maka penelitian tindakan kelas
adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas
dalam rangka memecahkan masalah sampai masalah itu dapat dipecahkan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari
teori Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini
menjadi acuan pokok dari berbagai model action research, terutama
classroom action research (CAR). Konsep pokok action reserch menurut
Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan (planning), (2)
aksi atau tindakan (acting), (3) observasi (observing), dan (4) refleksi
(reflecting), hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan
sebuah siklus.32
Apabila digambarkan dalam bentuk visualisasi, maka model Kurt
Lewin akan tergambar dalam bagan lingkaran seperti berikut.
30 IGAK, Wardani, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), 14.
31 Basrowi dan Suwandi, Prosedur Penelitian Tindakan Kelas,(Bogor: Ghalia Indonesia, 2008),
26.
32 Trianto, Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas [Classroom Action Research];Teori
Gambar 3.1Prosedur PTK Model Kurt Lewin
1. Perencanaan (Planning). Pada tahap ini peneliti menyusun rencana
tindakan atau solusi terhadap pemecahan masalah dalam bentuk rencana
tindakan kelas.
2. Tindakan (Acting). Peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup)
3. Pengamatan (Observing). Tahap ketiga ini, yaitu kegiatan yang harus
dilakukan adalah:
a. Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran
masalah
Perencanaan
(Planning)
Tindakan (Acting) Refleksi
(Reflecting)
Pengamatan( Observing)
Perencanaan Ulang
Siklus I
Siklus II
b. Mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas
c. Mengamati pemahaman pada tiap-tiap anak terhadap penguasaan
materi pembelajaran yang telah dirancang sesuai PTK
4. Refleksi (Reflecting). Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap
keempat yakni sebagai berikut:
a. Mencatat hasil observasi
b. Mengevaluasi hasil observasi
c. Menganalisis hasil pembelajaran
d. Mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan
penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK
selesai.
B. Setting Penelitian
1. Tempat : MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo
2. Waktu : Semester Genap
3. Subyek : Siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Waru Sidoarjo
C. Variabel yang Diteliti
1. Variabel input : Siswa kelas I Darul Ulum Gedongan Waru
Sidoarjo tahun pelajaran 2015/2016
2. Variabel proses : Penerapan metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS) pada mata pelajaran bahasa Indonesia
3. Variabel output : Peningkatan keterampilan membaca mata
D. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian dari
Kurt Lewin. Model penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin terdiri
dari empat komponen, yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi atau tindakan, (3)
observasi, dan (4) refleksi.33
Pada penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan dengan 2
siklus, sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan
peneliti antara lain:
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Membuat instrument penilaian non tes
3) Mempersiapkan instrument panduan wawancara guru dan siswa
4) Mempersiapkan instrument lembar observasi guru dan siswa
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual. Meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, pada kegiatan
ini peneliti juga melakukan penelitian terhadap siswa.
Tabel 3.1
Rencana Pelaksanaan Pembelejaran Siklus I
Kegiatan Waktu
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa
2) Siswa bersama-sama berdo’a dengan khusuk untuk mengawali kegiatan pembelajaran 3) Guru mengecek tentang kehadiran siswa
dengan cara mengabsen
4) Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ABCD secara bersama-sama
5) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu “membaca kalimat sederhana”
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
10 menit
b. Kegiatan Inti
1) Guru memperlihatkan gambar keluarga yang sedang kerja bakti kepada siswa sambil bercerita
2) Guru menunjukkan beberapa gambar kepada siswa sambil menjelaskan gambar yang ditunjukkan
3) Guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar
4) Siswa memperhatikan kartu kalimat sesuai gambar dan cara membacanya
5) Gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian dihilangkan, sehingga yang
ada hanyalah kartu kalimat yang terlihat oleh selanjutnya siswa mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.
8) Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat
9) Siswa diberi kesempatan untuk berlatih membaca bacaan yang ada di buku
10) Guru berkeliling mengamati siswa membaca 11) Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa
praktek membaca satu persatu
12) Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”. c. Kegiatan Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum dipahami.
3) Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan, dan guru
menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.
4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran.
5) Guru menutup pembelajaran dengan salam
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai berikut:
1) Mengamati guru dalam proses pembelajaran.
2) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3) Melakukan wawancara kepada guru dan siswa.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini guru dan observer mengevaluasi seluruh
tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil
observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan mencari kendala-kendala atau
kekurangan-kekurangan selama pembelajaran berlangsung. Jika
ternyata hasil yang diperoleh belum berhasil maka akan dilakukan
siklus selanjutnya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
2) Membuat instrument penilaian non tes
3) Mempersiapkan instrument panduan wawancara guru dan siswa
4) Mempersiapkan instrument lembar observasi guru dan siswa
5) Menyiapkan media tempel yang digunakan pada saat mengurai
kalimat
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang actual. Meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selain itu, pada kegiatan ini
peneliti juga melakukan penelitian terhadap siswa.
Tabel 3.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Kegiatan Waktu
a. Kegiatan Awal
1) Guru mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa
2) Siswa bersama-sama berdo’a dengan khusuk untuk mengawali kegiatan pembelajaran 3) Guru mengecek tentang kehadiran siswa
dengan cara mengabsen
4) Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ABCD secara bersama-sama
5) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu “membaca kalimat sederhana”
6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti
1) Guru memperlihatkan gambar keluarga yang sedang kerja bakti kepada siswa sambil bercerita
2) Guru menunjukkan beberapa gambar kepada siswa sambil menjelaskan gambar yang ditunjukkan
3) Guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar
4) Siswa memperhatikan kartu kalimat sesuai gambar dan cara membacanya
5) Gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu kalimat yang selanjutnya siswa mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf.
8) Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat
9) Siswa dan guru bernyanyi “Kalau kau suka baca bilang hore”
10)Siswa diberi kesempatan untuk berlatih membaca bacaan yang ada di buku
11) Guru berkeliling mengamati siswa membaca
12) Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa praktek membaca satu persatu
13) Setelah kegiatan selesai, guru memberikan penghargaan kepada siswa dengan tepuk tangan atau mengucapkan “pintar semua”. c. Kegiatan Penutup
1) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi bacaan yang belum dipahami.
3) Guru memberi umpan balik tentang materi yang sudah diajarkan dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan, dan guru menunjuk salah satu siswa untuk membacanya.
4) Siswa dan guru berdo’a bersama-sama untuk mengakhiri pembelajaran.
5) Guru menutup pembelajaran dengan salam
15 menit
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini, kegiatan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai berikut:
1) Mengamati guru dalam proses pembelajaran.
2) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
d. Analisis dan Refleksi
Pada tahap ini guru dan observer mengevaluasi seluruh
tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil observasi. Hasil
observasi dikumpulkan, kemudian dianalisis untuk mengetahui
tingkat keberhasilan.
E. Data dan Cara Pengumpulan
1. Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan
responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam
bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian
yang dimaksud.34 Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua
macam, yaitu:
a. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang berhubungan dengan
kategorisasi, karaktristik berwujud kata-kata. Adapun yang termasuk
dalam data kualitatif dalam penelitian ini meliputi:
1) Materi yang disampaikan dalam penelitian tindakan kelas
2) Metode yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas
3) Pernyataan verbal siswa dan guru yang diperoleh dari hasil
wawancara sehubungan dengan proses pembelajaran dan
pemahaman terhadap materi.
4) Proses pelaksanaan
b. Data kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka.
Adapun yang termasuk dalam data kuantatif pada penelitian ini,
meliputi:
1) Data jumlah siswa kelas I
2) Data persentase ketuntasan minimal
3) Data nilai siswa yang diambil dari nilai unjuk kerja membaca
4) Data prosentase aktivitas guru dan siswa dari lembar observasi
2. Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahap
sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan tanya jawab peneliti dengan
informan untuk tanya jawab. Orang-orang yang diwawancarai
dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa
teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa, dll.35
Panduan wawancara yang sudah disusun secara tertulis sesuai
dengan masalah, kemudian digunakan sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi.36 Wawancara ini dikerjakan dengan
sistematis dan berlandasakan tujuan penelitian. Metode ini
35Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Rosdakarya, 2008), 117. 36Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Yogyakarta: raha Ilmu, 2006),
digunakan peneliti sebagai data pendukung dalam penelitian untuk
memperoleh data yang kaitannya dengan sikap atau pendapat guru
dan siswa, kesulitan-kesulitan, dan kesan-kesan siswa kelas I MI
Darul Ulum Gedongan sebelum dan sesudah diberi tindakan.
Berikut ini instrumen panduan wawancara terhadap guru dan
siswa kelas I MI Darul Ulum Gedongan Sidoarjo.
Tabel 3.3
Pedoman wawancara sebelum penelitian dengan guru
Nama Guru : Tanggal :
1. Sudah berapa tahun Ibu mengajar di MI Darul Ulum Gedongan?
2. Apa saja kesulitan yang Ibu hadapi dalam mengajar bahasa Indonesia kepada siswa khususnya keterampilan membaca? 3. Bagaimana keterampilan siswa dalam hal membaca?
4. Apa saja upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan membaca siswa?
5. Bagaimana minat siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia?
6. Berapa jumlah jam tatap muka perminggu dalam mengajar bahasa Indonesia di Madrasah ini?
Tabel 3.4
Pedoman wawancara setelah penelitian dengan guru
Nama :
Hari/tanggal :
1. Bagaimana menurut Ibu tentang metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)?
pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)?
3. Menurut Ibu apakah keuntungan menerapkan metode
Struktural Analitik Sintetik (SAS) dalam pembelajaran bahasa Indonesia?
4. Bagaimanakah pendapat atau kesan-kesan menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik (SAS)?
5. Bagaimanakah keterampilan membaca bahasa Indonesia pada siswa setelah menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia metode pembelajaran Struktural Analitik Sintetik
(SAS)?
Tabel 3.5
Pedoman wawancara untuk siswa setelah penelitian
Nama :
1. Apakah kalian suka membaca?
2. Apakah kalian merasa kesulitan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode Struktural Analitik Sintetik
(SAS)?
3. Apa kesulitan yang kalian alami ketika pembelajaran membaca?
4. Bagaimanakah perasaan kalian ketika pembelajaran menggunakan metode Struktural Analitik Sintetik (SAS)? 5. Apakah metode SAS dapat meningkatkan kemampuan
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan; pengawasan; peninjauan;
penyelidikan; riset.37 Observasi adalah suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.38
Dalam pengamatan ini digunakan dua lembar pengamatan,
yaitu lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang digunakan
untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
apakah sudah sesuai dengan RPP atau belum.
Tabel 3.6
Lembar observasi aktivitas guru
No Aspek yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak
3 Guru mengecek tentang kehadiran siswa 4 Guru mengajak siswa bernyanyi lagu
ABCD
5 Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari
6 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1 Guru memperlihatkan gambar keluarga kerja bakti
2 Guru menunjukkan beberapa gambar sambil menjelaskan gambar menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf
8 Guru membantu siswa menggabungkan kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat
9 Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih membaca
10 Guru berkeliling mengamati siswa membaca
11 Guru melakukan evaluasi dengan cara siswa praktek membaca satu persatu
12 Guru memberikan apresiasi kepada siswa Kegiatan Penutup
3 Guru memberikan umpan balik kepada siswa dengan memberikan bacaan yang ditulis di papan umtuk dibaca siswa
4 Berdo’a untuk mengakhiri pembelajaran 5 Guru menutup pembelajaran dengan salam
ℎ = ( ) x 100%
Keterangan:39
Pengisian lembar observasi aktivitas guru dengan memberi tanda
checklist (√)
Skor 1: Jika “Ya” atau terlaksananya aktivitas pembelajaran yang
sesuai dengan aspek yang diamati.
Skor 0: Jika “Tidak” atau tidak terlaksananya aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan aspek yang diamati.
Tabel 3.7
Lembar observasi aktivitas siswa
No Aspek yang Diamati Terlaksana
Ya Tidak Persiapan
1 Siswa dibangkunya waktu pelajaran akan dimulai 2 Kerapian siswa dalam berseragam
3 Siswa sudah siap untuk belajar dengan bukunya Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1 Siswa menjawab salam
2 Siswa menjawab pertanyaan kabar dari guru 3 Siswa berdoa bersama-sama
4 Siswa memperhatikan guru saat mengabsensi 5 Siswa menyanyikan lagu “ABCD” bersama 6 Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
materi yang akan dipelajari
7 Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
Kegiatan Inti
1 Siswa mengamati gambar yang ditunjukkan oleh guru
2 Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang gambar-gambar yang ditunjukkan
3 Siswa memperhatikan kartu kalimat yang ditempel
4 Siswa memperhatikan guru membaca kartu kalimat
5 Siswa membaca secara struktural kartu kalimat 6 Siswa mengurai kalimat menjadi kata, kata
menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf 7 Siswa menggabungkan kembali dari huruf
menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kemudian kata menjadi kalimat
8 Siswa berlatih membaca bacaan yang ada di buku 9 Siswa mempraktikkan membaca di depan kelas
Kegiatan Penutup
1 Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran bersama guru
3 Siswa merespon umpan yang diberikan oleh guru 4 Siswa berdoa dengan khusuk
5 Siswa menjawab salam
ℎ = ( ) X 100%
Keterangan:40
Pengisian lembar observasi aktivitas siswa dengan memberi tanda
checklist (√)
Skor 1: Jika “Ya” atau terlaksananya aktivitas pembelajaran yang
sesuai dengan aspek yang diamati.
Skor 0: Jika “Tidak” atau tidak terlaksananya aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan aspek yang diamati.
c. Non-tes
Pada penelitian ini, teknik penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam membaca adalah non-tes.
Non-tes merupakan alat penilaian yang dipergunakan untuk
mendapatkan informasi keadaan si tertes (siswa) tanpa
menggunakan alat tes.41
Tingkat keterampilan membaca siswa diukur dengan teknik
non-tes dengan bentuk penilaian performance. Instrumen yang
digunakan adalah rubrik penilaian performance.
40Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013), 150.
41 Burhan Nurgiyanto, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (Yogyakarta: BPFE,
Berikut adalah rubrik penilaian hasil kemampuan membaca siswa:
Tabel 3.8
Rubrik penilaian hasil kemampuan membaca(performance)
No Nama Aspek yang dinilai Nilai
1 = Mengenal dan melafalkan huruf-huruf 2 = Melafalkan suku-suku kata
3 = Melafalkan kalimat sederhana
4 = Melafalkan beberapa kalimat sederhana
Tabel 3.9
Kriteria penilaian hasil kemampuan membaca(performance)42
No Aspek Kriteria B C K Keterangan
intonasi yang
tepat dengan intonasi yang tepat
(skor 3)
Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan,43
Dokumentasi pada penelitian ini adalah absensi, data nilai,
dan gambar-gambar yang dibutuhkan selama proses pembelajaran
berlangsung.
3. Teknik Analisis Data
Pada penelitian tindakan kelas ini, digunakan analisis deskripsi
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan
untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa, juga untuk
mengetahui respon siswa selama proses pembelajaran berlangsung.44
a. Analisis Prosentase Aktivitas Guru dan Siswa
Data tentang aktivitas guru dan siswa dianalisis dengan
menghitung prosentase aktivitas guru dan siswa untuk setiap
indikator. Rumus menghitung prosentase aktivitas guru dan siswa
adalah:
ℎ = X 100% (Rumus 3.1)
b. Analisis Ketuntasan
Untuk analisis tingkat keberhasilan atau presentase
ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung, dilakukan dengan cara memberikan penilaian berupa
penilaian performance pada setiap akhir siklus. Analisis ini dihitung
dengan menggunakan statistik sederhana sebagai berikut:
1) Penilaian Performance
Penilaian hasil siswa didasarkan pada 4 aspek yaitu
siswa mampu mengenal dan melafalkan huruf-huruf, melafalkan
suku-suku kata, melafalkan kalimat sederhana, dan melafalkan
beberapa kalimat sederhana dengan masing-masing aspek
diklasifikasikan dalam empat tingkatan sesuai dengan kriteria
penilaian yang ditetapkan dalam RPP.
44 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, TK, (Bandung: CV. Yrama