PERKEMBANGAN PENGAMAL DOA KAUTSARAN PADA TAREKAT SHIDDIQIYYAH
DI LOSARI PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR (1956-2009)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Oleh: NIA SUSANTI NIM: A0.22.12.013
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: “Perkembangan Pengamal Doa Kautsaran Pada Tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009)”. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) bagaimana proses turunnya Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur? 2) bagaimana proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur? dan 3) apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa ke masa?.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode sejarah. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik (mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan pembahasan Doa Kautsaran), verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran) serta historiografi (penulisan sejarah). Sedangkan pendekatan dan teori yang digunakan adalah pendekatan sejarah (mendeskripsikan peristiwa pada masa lampau) dan teori yang digunakan yaitu teori fungsionalisme, teori
challenge and response dan teori tingkah laku kumpulan masa (collective behavior).
ABSTRACT
Thesis entitled “Developmant Devotion of Kautsaran Pray by Tarekat
Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009)”. The researches problem in this thesis is 1) how is the process descend Kautsaran Pray by Tarekat Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang East Java? 2) how is the process proliferation Kautsaran Pray by Tarekat Shiddiqiyyah at Losari Ploso Jombang Jawa Timur? 3) what are the benefiti Kautsaran Pray for finish accomplish from era to era?
Answer that problem, the writer of uses the historical approach. The method used by the author of historical writing uses some steps, they are historical method, by collecting the archieves related to the discussion addressed, verification (criticism of the data), interpretation and how the writing of history. While approach and theory that used historical method, fungsionalisme theory, challenge and response theory collective behavior theory.
In this research, it can be concluded about 1) process descend Kautsaran pray not happen just so, but descend randomly. It descend to be based on ilham ruhi accepted by kiai Muchammad Muchtar Muthi when travel, 2) proliferation Kautsaran Pray to derive from him student. Then at 1974, he built Islamic school with a name Majmal Bahrain because that era many student. Then at 1981, he constructed Jamiyah Kautsaran Putri with hope organize womans. One of activities inside application Kautsaran Pray. Jamiyah Kautsaran Putri also have many branch every regiona at Indonesia. Every region also have twigs and also grups. 3) benefit this Kautsaran Pray can implemented as grups are alone. Fungtion obtained can use for prayed someone not yet to be born to world until that someone come back to Allah Swt. that is died.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PENYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTO ... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 6
F. Penelitian Terdahulu ... 9
G. Metode Penelitian ... 12
BAB II PROSES TURUNNYA DOA KAUTSARAN
A. Sejarah Turunnya Doa Kautsaran ... 18
1. Turunnya Ilham Ruhi ... 19
2. Penyusunan Ilham Ruhi ... 23
3. Pembuktian Hikmah Kautsaran ... 25
4. Pemberian Nama Doa Kautsaran ... 26
B. Komposisi Doa Kautsaran ... 36
C. Tujuan Doa Kautsaran ... 44
1. Rohmatun ... 44
2. Barokatun ... 45
3. Yasra ... 46
D. Riwayat Hidup Muchammad Muchtar Muthi ... 48
1. Kelahiran ... 48
2. Pendidikan ... 50
3. Perjuangan Hidup ... 51
BAB III PENYEBARAN DOA KAUTSARAN A. Suasana dan Situasi Ploso, Jombang ... 55
B. Mendirikan Pondok Pesantren ... 57
C. Mendirikan Jamiyah Kautsaran Putri ... 60
1. Sejarah Jamiyah Kautsaran Putri ... 60
2. Dasar Pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri ... 61
3. Tujuan Pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri ... 62
4. Kepengurusan Jamiyah Kautsaran Putri ... 63
BAB IV MANFAAT PENGAMALAN DOA KAUTSARAN DARI MASA KE MASA
A. Manfaat ketika dilaksanakan kelompok ... 69 B. Manfaat ketika dilaksanakan sendiri ... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 77 B. saran ... 79
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan
dunia. Agama merupakan alat untuk menganalisis hubungan sistem
keagamaan dan sistem tindakan. Agama juga dapat menguatkan keteraturan
hidup masyarakat. Peran agama dapat dilihat dari segi budaya seperti
adat-istiadat. Dalam agama juga disebutkan bahwa manusia harus menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika hal itu dilakukan
akan membawa ketentraman dan ketenangan bagi hidup manusia. Oleh sebab
itu muncullah tarekat dalam kehidupan manusia.
Pengertian tarekat secara etimologi diambil dari Bahasa Arab
thoriqoh yang berarti jalan, haluan atau madhab. Kata thoriqoh merupakan bentuk muannaths (perempuan), mudzakarnya (laki-laki) adalah thoriq. Thoriqoh sebagaimana thoriq secarabahasa dapat dilihat dalam simbol-simbol konkrit seperti garis pada sesuatu atau lubang-lubang pada bumi, serta segala
sesuatu yang bagian-bagiannya saling menempel atau sebagiannya terletak di
atas yang lain. Sedangkan secara abstrak thoriqoh berarti kondisi atau petualangan, baik atau buruk. Tarekat juga mempunyai arti yang merujuk pada
segolongan orang-orang yang dipandang mulia, yaitu orang-orang yang
dihormati dan diakhiri oleh masyarakat karena keluhuran jiwanya.1
1
2
Tarekat secara sederhana dapat diartikan sebagai cara, jalan atau
metode untuk mendekatkan diri pada Allah Swt. Menurut Harun Nasution,
tarekat adalah jalan yang ditempuh para calon sufi untuk mendekatkan diri
pada Allah Swt.2 Sebuah tarekat biasanya terdiri dari pensucian batin, kekeluargaan tarekat, upacara keagamaan dan kesadaran sosial. Yang
dimaksud pensucian jiwa ialah melatih rohani dengan hidup zuhud, menghilangkan sifat-sifat jelek yang menyebabkan dosa dan mengisi dengan
sifat-sifat terpuji, taat menjalankan perintah agama, menjauhi larangan, taubat
atas segala dosa dan mawas diri terhadap semua amalan-amalannya.3
Sebenarnya membicarakan tarekat tentu tidak bisa terlepas dari
bahasan tasawuf, karena pada dasarnya tarekat itu sendiri bagian dari tasawuf.
Di dunia Islam tasawuf telah menjadi kegiatan kajian keislaman dan telah
menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan tasawuf yang terdiri dari
ajaran nilai moral dan etika, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu
kekhusyuan telah terpancang kokoh sebelum ilmu tasawuf ini membuka
pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling
keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya. Dengan
demikian kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa dipisahkan.
Dalam hal ini praktik ubudiyah dan muamalah dalam tarekat,
walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan
abad sesudah adanya konkrit pendekatan kepada Allah yang telah dicontohkan
oleh nabi Muhammad saw. kemudian diteruskan oleh sahabat-sahabatnya,
2
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid II (Jakarta: UI Press, 2002), 76.
3
3
tabiin, lalu tabiat dan seterusnya sampai kepada auliyaullah dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak Nabi hingga sampai syekh tarekat
yang hidup saat ini yang lainnya dikenal dengan silsilah tarekat.
Tarekat Shiddiqiyyah adalah salah satu dari sekian banyak tarekat
yang berkembang diseluruh dunia. Konon tarekat ini sudah ada sejak zaman
nabi Muhammad saw., meskipun pada masa itu belum menggunakan nama
tarekat Shiddiqiyyah. Menurut mursyid tarekat Shiddiqiyyah di Indonesia
yakni kiai Muchammad Muchtar bin Abdul Muthi, nama tarekat ini berasal
dari gelar yang diberikan Rasulullah saw. kepada sahabat Abu Bakar, yaitu
As-Shiddiq, ketika Rasulullah saw. menceritakan pengalamannya seusai
melaksanakan Isra dan Mikraj kepada penduduk Mekah, saat itu.
Meskipun diyakini berasal dari nabi Muhammad saw., keadaan
tarekat ini pernah melalui segala rintangan dan halangan dalam
perkembangannya. Tarekat ini awalnya dinilai sebagai tarekat yang tidak
standart (Ghairu Mu’tabaroh), tetapi tahun 2009 sesuai dengan keputusan Kongres Nasional pimpinan Jamiyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia
(JATMI) tarekat ini direkomendasikan dan dimasukkan dalam 40 daftar
Tarekat Mu’tabaroh.
Tarekat ini memiliki amalan dengan nama yang cukup menarik
diteliti, yakni “Doa Kautsaran” yang di dalamnya terdapat bacaan zikir dan
doa. Proses turunnya Doa Kautsaran ini juga tidak langsung turun secara
lengkap begitu saja, tetapi berproses secara berangsur-angsur melalui ilhām
4
cukup menarik, mulai dari penamaan doa sampai penyebarannya. Manfaatnya
pun juga sudah banyak dirasakan oleh yang mengamalkannya. Untuk lebih
jelasnya dalam skripsi ini akan dibahas mengenai perkembangan Doa
Kautsaran beserta manfaat yang secara riil diperoleh.
Penelitian ini memulai bahasannya sejak 1956, karena ilhām rūhī itu
turun, ketika sang mursyid melakukan perjalanan. Ilhām rūhī itu turun secara
berangsur-angsur sehingga sampai terbentuk susunan Doa Kautsaran.
Kemudian peneliti membatasi batasan penelitian sampai 2009 karena mulai
tahun 1956-2009 perjalanan tarekat Shiddiqiyyah berkembang pesat meskipun
pernah mengalami berbagai tantangan. Diantara tahun-tahun tersebut juga
terdapat pembentukan Jamiyah Kautsaran Putri yang nantinya juga akan
dibahas dalam skripsi ini. Dari latar belakang di atas peneliti bermaksud
menyusun skripsi ini dengan Judul ”Perkembangan Pengamal Doa Kautsaran
pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur (1956-2009).”
B. Rumusan Masalah
Agar penelitian ini efektif dan efisien dalam memperoleh hasil
temuan ilmiah, maka pengkajian skripsi ini diarahkan untuk menjawab tiga
topik utama yang didasarkan pada pemaparan dalam latar belakang masalah di
atas. Adapun rumusan masalah pada pembahasan skripsi ini antara lain
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses turunnya Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di
5
2. Bagaimana proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah
di Losari Ploso Jombang Jawa Timur?
3. Apa manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah mengamalkannya dari masa
ke masa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses turunnya Doa Kautsaran Pada tarekat
Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur.
2. Untuk mengetahui proses penyebaran Doa Kautsaran pada tarekat
Shiddiqiyyah di Losari Ploso Jombang Jawa Timur.
3. Untuk mengetahui manfaat Doa Kautsaran bagi yang sudah
mengamalkannya dari masa ke masa.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan hasil penelitian ini, sekurang-kurangnya
diharapkan:
1. Secara Akademik (Praktis)
a. Memberikan tambahan kazanah keilmuan sejarah Indonesia pada
umumnya dan sebagai bahan referensi dalam bidang sejarah dan
kebudayaan Islam pada khusunya, serta memberikan informasi bagi
6
b. Sebagai pelengkap kazanah ilmu pengetahuan agama dan memberikan
wacana bagi perkembangan perbendaharaan ilmu pengetahuan Islam,
terutama dalam bidang sejarah.
2. Secara Ilmiah (teoritis)
a. Bagi penulis, penyusunan penelitian ini digunakan untuk memenuhi
persyaratan meraih gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Adab dan
Humaniora dalam Progam Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.
b. Untuk memperkaya kajian sejarah yang ada di Indonesia yang berupa
perkembangan Doa dengan metode tarekat.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Menurut Sartono Kartodirjo, penggambaran kita mengenai suatu
peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita
memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang
diungkapkan, dan sebagainya.4 Dengan pendekatan tersebut maka akan memudahkan penulis untuk merelasikan antara ilmu sosial sebagai ilmu bantu
dalam penelitian sejarah.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan
diantaranya pendekatan sejarah. Sebagai sebuah ilmu, sejarah membahas
berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur, tempat, waktu, objek, latar
belakang dan pelaku. Menurut ilmu ini, segala peristiwa dapat dilacak dengan
4
7
melihat kapan peristiwa itu terjadi, dimana, apa sebabnya dan siapa yang
terlibat dalam peristiwa tersebut.5 Pendekatan sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana latar belakang dan
perkembangan Doa Kautsaran pada tarekat Shiddiqiyyah di Losari Ploso
Jombang Jawa Timur.
Teori dalam disiplin sejarah seringkali juga disebut dengan kerangka
referensi atau skema referensi. Kerangka teori atau kerangka referensi
merupakan perangkat atau kaidah yang memandu sejarawan untuk
menyelidiki masalah yang akan diteliti, dalam menyusun bahan-bahan yang
telah diperolehnya dari sumber-sumber, dan juga mengevaluasi
penemuannya.6 Teori merupakan pedoman guna mempermudah jalannya penelitian dan sebagai pegangan pokok bagi peneliti disamping sebagai
pedoman, teori adalah salah satu sumber bagi peneliti dalam memecahkan
masalah penelitian.7 Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme. Teori ini dikemukakan oleh Malinowski seperti yang dikutip
oleh Suwardi Endaraswara. Fungsionalisme budaya menghendaki agar
peneliti mampu mengeksploitasi budaya tertentu. Teori ini berhubungan
dengan naluri manusia yang sadar akan kebutuhannya dalam bidang
ketenangan jiwanya.8 Inti dari teori fungsionalisme Malinowski adalah bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu
5
Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), 105.
6
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah (Surabaya: Tanpa Penerbit, 2008), 14.
7
Djarwanto, Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penelitian Skripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.
8
8
rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri manusia yang berhubungan dengan
seluruh kehidupannya.
Tarekat sangat berhubungan dengan ketenangan jiwa, karena tarekat
adalah sebuah kegiatan zikir untuk menselaraskan antara jasmani dan rohani.
Maka dari itu tarekat sangat berhubungan dengan hati, sedangkan hati yang
menentukan baik buruknya manusia. Pada kenyataannnya tarekat yang
awalnya disebut sebagai suatu metode, cara atau jalan yang ditempuh
seseorang untuk mencapai tingkat spiritual tertinggi telah berkembang
menjadi sebuah institusi keagamaan yang mengikat para anggotanya dalam
sebuah ikatan tali persaudaraan.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori Challenge and response yang dikemukakan oleh Arnold Joseph Toynbee. Teori ini menjelaskan adanya perubahan sosial.9 Kemudian dalam perubahan sosial penelitian ini menggunakan Growth of civilization yaitu perkembangan kebudayaan. Dalam penelitian ini tantangan dari masyarakat itu yang menjadi
(challenge), dan tantangan tersebut menyebabkan masyarakat memiliki beberapa respon terhadap Doa Kautsaran ini (response). Ketika penyusun Doa Kautsaran terselesaikan dan diamalkan tentuntunya akan mendapatkan
respon dari masyarakat. Mereka ada yang mau ikut mengamalkan, ada yang
masih ragu untuk mengamalkan, bahkan tidak ikut mengamalkan. Kemudian
Doa Kautsaran ini seiring berjalannya waktu mengalami perkembangan.
9Muhammad Fuad bin Ganti, “Sejarah Perkembangan Tarekat Qadiriyah Wa Naqshabandiyah di
9
Untuk menganalisis aktivitas ketika melakukan Doa Kautsaran, dalam
penelitian ini peneliti juga menggunakan teori tingkah laku kumpulan massa
yang dikemukakan oleh Neil Smelser. Teori ini juga disebut collective Behavior. Dalam teori ini dinyatakan bahwa suatu kumpulan masa adalah suatu kelompok yang saling bertindak dan berinteraksi.10
F. Penelitian Terdahulu
Untuk mengetahui dari sisi mana penelitian yang telah diungkap dan
sisi lain yang belum terungkap diperlukan kajian penelitian terdahulu.
Penelusuran penelitian terdahulu sangat diperlukan sebab dengan melakukan
penelusuran terhadap penelitian terdahulu, dapat diidentifikasi posisi dan
peranan penelitian yang sedang dilakukan dalam konteks permasalahan yang
lebih luas, serta hasilnya yang mungkin dapat disumbangkan kepada
perkembangan ilmu pengetahuan terkait.
Penelitian tentang tarekat tidak pernah ada habisnya. Banyak orang
yang tertarik untuk meneliti tarekat karena antara tarekat yang satu dengan
yang lainnya memiliki keunikan tersendiri. Penelitian tarekat banyak dimuat
di dalam jurnal ilmiah, skripsi, tesis, ataupun disertasi. Adapun yang menjadi
kajian terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. TIM IAIN Sunan Ampel, Laporan Hasil Penelitian Thoriqot Ghoiru
Mu’tabaroh: Studi tentang Eksistensi dan Potensi Gerakan Minoritas Shufi
Dalam kehidupan Agama dan Sosial di Jawa Timur, 1992. Isi dari
10
10
penelitian tersebut menjelaskan bahwa tarekat Shiddiqiyyah pada periode
itu senantiasa diwarnai oleh berbagai hambatan dan kontroversi status.
Namun, setelah diadakan penyelidikan oleh badan koordinasi aliran
kemasyarakatan tentang tarekat-tarekat yang ada di tingkat I Jawa Timur
yang disampaikan kepada kejaksaan agung Republik Indonesia di Jakarta,
maka gerakan tarekat Shiddiqiyyah yang berpusat di Losari Ploso
Jombang memperoleh pengakuan keberadaannya dari pemerintah pada
tanggal 15 Januari 1973. Dalam penelitan di atas tidak ada pembahasan
mengenai Doa Kautsaran seperti yang penulis teliti.
2. Drs. Abd. Syakur, M.Ag, Disertasi berjudul “Gerakan Tarekat
Shiddiqiyyah Pusat Losari Ploso Jombang (Studi tentang Strategi
Bertahan, Struktur Mobilisasi dan Proses Pembingkaian)”, 2008. Di
dalamnya membahas tentang tarekat Shiddiqiyyah semula merupakan
kelompok zikir yang dipimpin oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi yang
bergerak dalam bidang ketenangan batin, kanoragan dan kadigdayaan. Seiring berjalannya waktu akhirnya kelompok zikir itu menjadi kelompok
tarekat. Dalam penelitian tersebut tidak dibahas lebih khusus tentang Doa
Kautsaran.
3. Zaenu Zuhdi , Disertasi berjudul “Ibadah Penganut Tarekat: Studi tentang
Afiliasi Madhab Fikih Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah,
Shiddiqiyyah dan Shadhiliyah di Jombang”, 2013. Disertasi ini membahas
11
dengan fikih ibadah madhab. Di dalamnya tidak ada pembahasan
mengenai Doa Kautsaran seperti yang penulis akan teliti.
4. Totok, skripsi berjudul “Studi tentang Sejarah Ajaran Tarekat
Shiddiqiyyah di Desa Wage, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo
(1985-2006), 2009. Isi dari skripsi tersebut membahas perkembangan
tarekat Shiddiqiyyah yang khusus berada di Desa Wage, Kecamatan
Taman, Kabupaten Sidoarjo. Pembahasan Doa Kautsaran tidak dibahas
dalam penelitian ini. pada penelitian ini lebih dijelaskan tentang ajaran
dan aktivitas tarekat Shiddiqiyyah.
5. Sri Rahayu Faizah, skripsi berjudul “Sejarah Tarekat Shiddiqiyah di Desa
Sri Rande Deket Lamongan: Studi tentang Salat Jumat (1972-1973)”,
2013. Skripsi ini lebih memfokuskan bahasan tentang salat Jumat yang
dilaksanakan oleh penganut tarekat Shiddiqiyyah, sehingga tidak ada
pembahasan mengenai Doa Kautsaran.
6. Ahmad Khuzaini, skripsi yang berjudul “Shiddiqiyyah: studi perubahan
status Tarekat dari Ghairu Mu’tabarah ke Mu’tabarah oleh JATMI
(1957-2009 M), 2015. Isi dari skripsi ini menjelaskan tentang perubahan status
tarekat Shiddiqiyyah yang awalnya termasuk golongan tarekat ghoiru mu’tabarah menjadi tarekat mu’tabaroh yang disahkan oleh JATMI. Di
dalamnya tidak ada pembahasan tentang Doa Kautsaran.
Dari keenam macam judul yang pernah diteliti di atas tidak ada yang
12
oleh penganut tarekat Shiddiqiyyah. Dalam amatan peneliti belum ada yang
membahas lebih khusus mengenai perkembangan amalan Doa Kautsaran ini.
G. Metode Penelitian
Metode merupakan seperangkat prosedur, alat atau piranti yang
digunakan (sejarawan) dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah.11 Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata
kunci yaitu ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Ilmiah berarti kegiatan
penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan
sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara yang
masuk akal. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh
indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian
menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Metode yang digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah metode
sejarah. sedikitnya ada dua pendapat tentang pengertian metode sejarah, antara
lain sebagai berikut:
Pertama, Gilbert J. Garraghan menyatakan bahwa yang dimaksud
metode sejarah ialah sekumpulan prinsip dan aturan yang sistematis,
dimaksudkan untuk memberikan bantuan secara efektif dalam pengumpulan
sumber, penilaian secara kritis terhadapnya, kemudian menyajikan sebagai
sintesis, biasanya dalam bentuk tertulis.
11
13
Kedua, Louis Gottschalk berpendapat bahwa metode sejarah sebagai
proses, proses pengujian dan analisis sumber atau laporan dari masa lampau
secara kritis. Hasil rekontruksi imajinatif masa lampau berdasarkan data atau
fakta yang diperoleh lewat proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).
Adapun langkah-langkah praktis yang harus dilalui oleh peneliti
dalam menyusun skripsi ini antara lain sebagai berikut:12
1. Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang dilakukan
oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak
sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Maka sumber dalam
penelitian ini merupakan hal yang paling utama yang akan menentukan
bagaimana aktualisasi masa lalu manusia bisa dipahami orang lain. peneliti
mengumpulkan sumber berasal dari dokumen-dokumen, foto-foto,
buku-buku, dan wawancara.
a. Sumber primer, adalah sumber yang dihasilkan atau ditulis oleh
pihak-pihak yang secara langsung terlibat atau menjadi saksi mata dalam
peristiwa yang akan diteliti ini. Sumber-sumber tersebut antara lain
sebagai berikut:
1) Syeich Muchtarullah Almutjaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran, Jombang: Al Ikhwan
2) Muchtarulloh Almujtaba, Kautsaran dan Dasar Wirid Kautsaran,
Jombang: Al Ikhwan
12
14
3) Muchtarulloh Almujtaba, Doa-doa Muqoddimah Kautsaran dan Syair Pohon Shiddiqiyyah, Jombang: Al Ikhwan
4) Muchtar Mu’thi, Moch. Informasi tentang Shiddiqiyah, Jombang:
YPS, 1992
5) Wawancara langsung
a) Salah satu Khalifah Shiddiqiyyah yaitu Bapak Adib
b) Kesaksian dari Pengamal Doa Kautsaran baik secara
berkelompok maupun sendiri-sendiri yaitu mbak Laili, bapak
Asmuin, bapak Munaji, ibu Mahfudz, mas Jefri Alamsyah,
mbak Lia dan mas Tomi.
b. Sumber sekunder, adalah sumber yang dihasilkan oleh orang yang
hidup sezaman, tetapi tidak terlibat atau menyaksikan secara langsung
peristiwa yang ditulis. Sumber-sumber tersebut antara lain sebagai
berikut:
1) Pranoto. Sejarah Thoriqoh Shiddiqiyyah Fase Pertama: Kelahiran Kembali Nama Thoriqoh Shiddiqiyyah. Jakarta: Aspeka Pratama. 2014.
2) A. Munajin Nasih. Sepenggal Perjalanan Hidup Sang Mursyid.
Jombang: Al-Ikhwan. 2006.
2. Kritik sumber adalah satu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang
diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel
atau tidak, dan apakah sumber tersebut autentik apa tidak.13 Pada proses
13
15
ini dalam metode sejarah biasa disebut dengan istilah kritik intern dan
kritik ekstern. Kritik intern adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
sejarawan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup kredibel atau
tidak, sedangkan kritik ekstern adalah kegiatan peneliti untuk melihat
apakah sumber yang dipaparkan autentik ataukah tidak, dalam artian asli,
turunan, palsu, serta relevan tidaknya suatu sumber. Tujuan kritik sumber
ini untuk menyeleksi data menjadi fakta. Sehingga setelah mendapatkan
data-data penulis berusaha melakukan kritik sumber dengan cara
memilah-milah data yang ada kemudian dianalisa.
3. Interpretasi atau penafsiran adalah suatu upaya peneliti untuk melihat
kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber-sumber
yang didapatkan dan yang telah diuji autentisitasnya terdapat saling
berhubungan. Pada tahap interpretasi penulis mencari saling hubung antar
berbagai fakta yang telah ditemukan kemudian menafsirkannya. Penulis
juga akan mencoba untuk bersikap se-objektif mungkin terhadap
penyusunan penelitian ini.
4. Historiografi adalah menyusun atau merekontruksi fakta-fakta yang telah
tersusun yang didapatkan dari penafsiran peneliti terhadap sumber-sumber
sejarah dalam bentuk tertulis. Pada tahap ini rangkaian fakta yang telah
ditafsirkan disajikan secara tertulis sebagai kisah atau cerita sejarah. Untuk
menggambarkan perkembangan Doa Kautsaran dalam penelitian ini
16
memanjangnya lukisan yang berdimensi waktu, dengan sedikit saja luasan
ruangan.
H. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah pemahaman dalam menyajukan pokok
permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, maka perlu adanya
langkah-langkah yang sistematis dalam penulisan skripsi ini, dimana apabila
dijabarkan maka pokok bahasannya terdiri dari lima bab.
Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan
dan kerangka teori, metode penelitian, sistematika pembahasan. Bab ini untuk
mengarahkan pembaca pada subtansi penelitian dan menjadi kerangka acuan
dari penelitian ini.
Bab kedua membahas proses turunnya Doa Kautsaran. Mulai dari
turunnya ilhām rūhī, penyusunan ilhām rūhī, pengamalan ilhām rūhī sampai
pemberian nama Doa Kautsaran. Tidak hanya itu pada bab ini juga dijelaskan
komposisi, tujuan Doa Kautsaran dan riwayat hidup kiai Muchammad
Muchtar Muthi.
Bab ketiga membahas penyebaran Doa Kautsaran mulai dari suasana
Losari Ploso Jombang kemudian pendirian pondok pesantren Majmal Bahrain,
pendirian Jamiyah Kautsaran Putri sampai membentuk cabang-cabang
17
Bab keempat membahas manfaat yang diperoleh bagi penganut
tarekat Shiddiqiyyah yang mengamalkan Doa Kautsaran. Manfaat itu
diperoleh dari masyarakat dilihat dari masa ke masa.
Bab kelima merupakan penutup yang terbagi atas kesimpulan dan
saran. Kesimpulan adalah hasil analisa dan pemaparan bab-bab sebelumnya
dari awal sampai akhir. Tidak lupa penulis menyertakan saran-saran untuk
18
BAB II
PROSES TURUNNYA DOA KAUTSARAN
A. Sejarah Turunnya Doa Kautsaran
Asal mula timbulnya doa berawal dari kisah manusia yang pertama
kali diciptakan oleh Allah Swt. Mereka adalah nabi Adam as beserta istrinya
yang bernama ibu Hawa. Saat itu nabi Adam dan ibu Hawa sedang tertipu
dengan bujuk rayu iblis. Keduanya melanggar larangan-larangan Allah Swt.
sehingga Allah Swt. kecewa dan membuang mereka ke bumi. Kemudian nabi
Adam dan ibu Hawa memohon ampun kepada Allah Swt. seraya berdoa:
Artinya: keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.1
Jadi jelaslah bahwa asal mula doa itu bersamaan dengan manusia
yang bernama Adam dan Hawa sewaktu di surga kemudian doa itu diikuti
oleh hampir seluruh bangsa manusia yang ada di muka bumi.2
Begitu halnya dengan Doa Kautsaran tidak turun dengan begitu saja,
doa ini memiliki proses tersendiri. Doa Kautsaran pertama kali diperoleh
seorang Mursyid dari tarekat Shiddiqiyyah yaitu kiai Muchammad Muchtar
1
al-Qur’an, 7 (Al A’raaf): 23.
2
19
Muthi. Jadi sebelum ia menyebarkan ajaran tarekat Shiddiqiyyah di Losari
Ploso Jombang Jawa Timur ia terlebih dahulu mendapatkan Doa Kautsaran.
1. Turunnya Ilhām Rūhī
Sebelum turunnya ilhām rūhī kiai Muchammad Muchtar Muthi
melakukan safari (perjalanan) dari daerah satu ke daerah lainnya dan juga
dari makam satu ke makam lainnya. Safari itu dilakukan pada tahun 1956,
ketika melakukan perjalalan ia mengamalkan wirid khusus yang tidak
boleh dikerjakan dengan duduk melainkan dengan berjalan. Safari ini ia
laksanakan karena adanya dorongan dari sebuah hadis yang berbunyi:
لَص ِه ا ُل ْوُس َر َل اَق
اْوحِصَت اْو ُرِف اَس : َمَلَس َو ِهْيَلَع ُه ا ى
اْوُ ق َز ْرَ ت َو
Artinya: bersabda Rasulullah saw.: “Bermusafirlah (berpergianlah), kamu akan diberi kesehatan dan kamu akan diberi rezeki”.3
Perjalanan kiai Muchammad Muchtar Muthi diawali dari daerah
Tuban, tepatnya pada makam Ibrahim Asmoroqondi. Makam syekh
Ibrahim Asmoroqondi terletak di Desa Gesik Harjo Kecamatan Palang,
Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi dikenal sebagai ayahanda
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), diperkirakan lahir di Samarkhand,
Asia Tengah pada abad XIV. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi hidup
sekitar 1351 sampai 1425 M. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi
3
20
adalah orang yang suci, seorang pendidik yang sabar dan telaten, beliau
dikenal sebagai ahli fikih dan ilmu kanoragan. Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi seorang yang taat menjalankan ajaran Islam, memiliki
kebatinan yang tinggi dan karomah.4
Setelah dari makam Asmoroqondi ia melanjutkan perjalanan ke
makam Sunan Bonang Tuban. Salah satu putra dari pasangan Sunan
Ampel dan Dyah Siti Manila binti Arya Teja yaitu Sunan Bonang yang
terkenal dengan sebutan Makdum Ibrahim. Sunan Bonang diperkirakan
hidup sekitar tahun 1467-1525 M. Sunan Bonang adalah wali yang amat
berjasa mengubah jalan hidup Raden Syahid dari lingkaran kehidupan
yang sesat kepada jalan yang benar.5 Tepat di Pasujudan ia mendapatkan
ilhām rūhī yang pertama yang berupa sembilan macam surat yang ada di
dalam Alquran. Surat-surat itu yaitu Surat al-Fatihah, Surat al-Ikhlas, Surat
al-Falaq, Surat an-Nas, Surat al-Insyirah, Surat al-Qadar, Surat al- Kautsar,
Surat an-Nasr dan Surat al-Ashr.
Setelah 7 hari di Pasujudan, lalu berjalan lagi hingga pekalongan.
Di sana turunlah ilhām rūhī yang kedua yaitu istigfar, salawat Nabi dan
Baqiyatus olihat yang terdiri dari subhānallāh, alhamdulillāh dan allāhuakbar.
Selanjutnya ia melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai di
gunung Sambung Cirebon bermalam di sana, di makamnya Syekh Dzatul
Kahfi (Syekh Nurul Iman). Komplek makam Gunung Sembung berada di
4Siti Nur Mahmudah, “Kepurbakalaan Komplek Makam Syekh Ibrahim Asmoroqondi di Tuban
(Studi Sejarah dan Akulturasi), (Skripsi, UIN Sunan Ampel Surabaya 2015), 51.
5
21
Dusun Astana, Kecamatan Cirebon Utara. Komplek makam terletak di
sebelah barat jalan raya yang menghubungkan Cirebon dan Indramanyu.6 Syekh Dzatul Kahfi dikenal juga dengan nama Syekh Idhofi atau Syekh
Nurul Jati atau Syekh Jati adalah tokoh penyebar Islam di wilayah Cirebon
dan leluhur dari pembesar Sumedang.7 Di makam tersebut turunlah ilhām rūhī yang ketiga yaitu nafi isbat yang berbunyi kalimat Lā Ilā Hailallāh.
Setelah beberapa malam di sana, kemudian ia berjalan lagi
menuju Banten. Mendekati Banten turun ilhām rūhī yang ke empat berupa
Asmaul Husna (Yā Ro mān Yā Ro īm, Yā Qorīb Yā Mujīb, Yā Fattā Yā
Rozzāq, Yā afīẓ Yā Na īr) sampai masuk Banten.
Ketika di Banten, ia bermalam di makamnya Maulana Yusuf
tepatnya di Kesembon. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan
merupakan putra dari Maulana Hasanuddin pendiri kesultanan Banten. Ia
melanjutkan kekuasaan ayahnya di Banten dalam rentang waktu
1570-1585.8 Di makam Maulana Yusuf ia bermujahada di bawah pohon jati yang sekarang dongkelnya ia pindah ke lokasi Istianah. Di makam
Maulana Yusuf turunlah ilhām rūhī doa yaitu Yā Qoḍiyal Hājat, Yā
Mujibad Da’wāt.
Diatas telah dijelaskan turunnya Doa Kautsaran berdasarkan
ilhām rūhī yang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi. Disini
6 Disparbud, “
Syekh Datul Kahfi”, dalam http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=234&lang=id (15 Nopember 2015)
7Wikipedia, “
Syekh Datuk Kahfi”, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Syekh_Datuk_Kahfi (15 Nopember 2015)
8 Wikipedia, “
22
penulis akan menjelaskan tentang ilhām rūhī itu. Pengertian Ilham
menurut kamus besar Bahasa Indonesia berati 3 hal yaitu petunjuk Tuhan
yang timbul di hati, pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati, dan
bisikan hati. Sedangkan menurut Hamdi, Ilham adalah penyampaian suatu
makna, pikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati secara melimpah.
Maksudnya Allah Swt. menciptakan padanya ilmu dharuri yang ia tidak
dapat menolaknya.9 Selanjutnya, mengenai kata rūhī, kemungkinan merupakan istilah dari kiai Muchammad Muchtar Muthi sendiri. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari ilhām shayōn, oleh sebab itu ia menggunakan istilah ilhām rūhī untuk memperkuat bahwa ilham tersebut
memang benar-benar berasal dari petunjuk Allah Swt.
Sehingga ilhām rūhī yang diterima oleh kiai Muchammad
Muchtar Muthi ini merupakan sebuah petunjuk dari Allah Swt. yang
berasal dari bisikan hatinya. Sebenarnya awal mula turunnya ilhām rūhī
dikarenakan kiai Muchammad Muchtar Muthi melakukan beberapa wirid
khusus, yang tidak boleh dikerjakan dengan duduk, melainkan harus
dengan jalan.10 Apa yang diwiridkannya tidak bisa dijelaskan untuk umum, hanya ia sendiri yang mengetahui wirid khusus tersebut. Ketika
berada di suatu daerah atau di sebuah makam, ia berkonsentrasi dengan
memperbanyak dzikir dan menggunakan teknik pernafasan. Hati yang
bersih dengan diisi banyak berdzikir dan berkonsentrasi menimbulkan
turunnya ilhām rūhīyang diterima oleh kiai Muchammad Muchtar Muthi.
9Hamdi Blogger, “Makna Ilham dan Wahyu”, dalam http://Hamdiblogger.blogspot.com
(18 Nopember 2015)
10
23
2. Penyusunan Ilhām Rūhī
Proses penyusunan Doa Kautsaran berdasarkan ilhām rūhī yang
turun. Setelah kiai Muchammad Muchtar Muthi mendapatkan ilhām rūhī
ia menyusunnya untuk diamalkan. Awalnya ia menunggu beberapa saat
mungkin akan turun ilhām rūhī lagi, tetapi ternyata tidak ada lagi.
Sehingga ia menyusunnya berdasarkan urutan turunnya ilhām rūhī, bukan
berasal dari pemikiran ia sendiri.
Seiring berjalannya waktu susunan ini mengalami
penambahan-penambahan. Namun, penambahan-penambahan itu tidak meninggalkan
ilhām rūhī yang turun. Adapun penambahan-penambahan tersebut yaitu
sebagai berikut:
a. Syair Muqoddimah ketika pengamalan Doa Kautsaran antara lain
sebagai berikut:11
Syair Pohon Shiddiqiyyah
Atas Berkat Rahmat Allah Maha Kuasa 2x Pohon Shiddiqiyyah Tumbuh di Nusantara 2x Hidup dan Berkembang dengan Bijaksana 2x Atas berkenannya Allah Maha Esa 2x
Al amdulillāhirobbil’alamīn
Syair Sumber Kemerdekaan dan Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Kuasa Dengan Berkat Rahmat Allah Maha Kuasa Bangsa Indonesia telahlah merdeka
Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Esa
11
24
Dengan berkat rahmat Allah Maha Esa Berdirilah Negara Republik Indonesia Jangan kamu lupa, jangan kamu lengah Atas berkat rahmat Allah Maha Pemurah Dengan berkat rahmat Allah Maha Pemurah Kita wajib syukur akanlah nikmatnya
Kedua syair diatas merupakan ciptaan dari kiai Muchammad
Muchtar Muthi sendiri bukan orang lain. kedua syair tersebut selalu
digunakan ketika ada acara-acara besar tarekat Shiddiqiyyah, jadi tidak
hanya digunakan pada Doa Kautsaran saja.
b. Wasilah yang terdiri 7 macam karena ilhām rūhī yang pertama dibaca
7 kali. Wasilah juga ada hubungannya dengan tawasul. Pengertian
tawasul menurut Bahasa yaitu sebagaimana menurut Ibnu Manzur
yang berkata: “al-Wasilah” bermakna al-Qurbah (pendekatan), seperti contoh bahwa si fulan berperantara kepada Allah Swt. dengan suatu
wasilah yaitu melakukan suatu perbuatan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Sedangkan tawasul menurut syariat adalah ibadah
yang dengan dimaksudkan tercapainya ridho Allah Swt. dan surga.12 Adapun wasilah tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Ilā aḍrat al-Nabī al-Mu afā Muhammad allāllāhu ‘alayhi wasallam (al-Fāti ah).
2) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’i al-Anbiyā’ wa al-mursalīn ‘alayhim al- alātu wa al-Salām (al-Fāti ah).
12
25
3) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’i al-A ābi wa ahli bayt al-Nabī
al-āhirīna roḍiyallāh ‘anhum (al-Fāti ah).
4) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’ al-Awliyā’ wa al-‘Ulamā’ wa
al-Shuhadāi’ wa al- āli īna wajamī’i al-Mu’minīna wa al-
Mu’mināti wa al-Muslimīna wa al-Muslimāti aynamā kānū min
mashāriq al-Arḍi ilā maghāribihā barrihā wabahrihā shay’u lillāhi lahum (al-Fāti ah).
5) Wa ilā aḍrati arwā i jamī’ al-Malāikat fī al-Samawāti wa al-
Arḍi khu ū an sayyidinā jibrīl wa mika’il wa isrā’il wa i rafīl
‘alaihi mu al- alāti wa al-Salām (al-Fāti ah).
6) Wa ilā aḍratin khu ū an Shayh Mu tarullāh al-Musjabatu
(al-Fāti ah).
7) Wailā aḍratin ābā anā wa ummaha tina (al-Fāti ah).
c. Bagian ilhām rūhī yang terakhir biasanya menyesuaikan hajat yang di
inginkan sehingga doanya berbeda-beda dan ada beberapa doa yang
dikhususkan seperti doa salam, doa jaljalud sughro, doanya nabi Ibrahim as (untuk kemakmuran tanah air), doa mohon kaya Ilmu, dan
doa raja istigfar.
3. Pembuktian Hikmah Doa Kautsaran
Kiai Muchammad Muchtar Muthi mengamalkan Doa Kautsaran
selama 1 tahun setelah tersusunnya Doa Kautsaran tersebut. Saat itu ia
26
tahun 1957, Allah Swt. memberikan rezeki padanya, akhirnya ia bisa
membeli kitab Ihya Ulumuddin 1 set (berisi 4 jilid) di toko buku kairo
Surabaya seharga 200 ribu.
Tidak hanya dapat membeli kitab Ihya Ulumuddin saja, setelah ia
mengamalkan Doa Kautsaran selama setahun, semua yang ia inginkan
diberikan kemudahan oleh Allah Swt.13 Melihat adanya keajaiban ini ia lama-lama merasa tidak enak sendiri karena banyak keberkahan yang
didapatkan. Ia bertanya pada dirinya sendiri, semua yang ia terima ini
merupakan panglulon ataukah ridho dari Allah. Sehingga pada akhirnya ia
berkeinginan untuk mengamalkan Doa Kautsaran dengan masyarakat
lainnya, yang mau ikut mengamalkannya.
4. Pemberian Nama Doa Kautsaran
Doa menurut Bahasa, adalah al- alabu yang berarti permohonan atau al-nidāu’ yang berarti panggilan. Sedangkan menurut istilah syari, doa adalah meminta pertolongan kepada Allah Swt., berlindung
kepada-Nya dan memanggil-kepada-Nya demi mendapatkan manfaat atau kebaikan, dan
menolak gangguan atau balak.14 Bila ditinjau kata Doa di dalam Alquran itu banyak sekali, tetapi dari semua kata doa itu memiliki arti yang
berbeda-beda, antara lain sebagai berikut:15
13
Syeich Muchtarulloh Almujtaba, Sejarah Penyusunan Doa Kautsaran (Jombang: Al-Ikhwan, 2014), 9.
14
Ahmad bin Abdullah Isa, Ensiklopedi Doa dan Wirid Shohih (Surabaya: Pustaka Elba, 2006), 51.
15
27
a. Arti ibadah
Berdoa bisa berarti ibadah kepada Allah Swt. Di dalam doa
ada rangkaian-rangkain kegiatan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
sehingga doa itu hendaknya hanya kepada Allah Swt. bukan kepada
yang lain.
ْو ُد ْنِم ُع ْدَت َاَو
َكُعَفْ نَ ي ًا َام ِها ِن
Artinya: “Dan janganlah kamu beribadat kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat kepada kamu dan juga tidak dapat memberimu mudharat kepada kamu”.16
b. Arti memohon pertolongan
Berdoa berarti memohon pertolongan kepada Allah Swt.
karena hanya kepada-Nya manusia dan segala ciptaan-Nya memohon
pertolongan. Allah maha segalanya, Allah akan selalu memberikan
pertolongan kepada siapapun yang meminta pertolongan tanpa
terkecuali.
ِه ِن ْو ُد ْنِم ْمُك َء اَدَهُش اْوُع ْداَو
Artinya: “Dan mohonlah pertolongan kamu kepada para pembantu
kamu selain Allah”.17
16
al-Qur’an, 10 (Yunus): 108.
17
28
c. Arti panggilan
Berdoa berarti memanggil Allah Swt. ketika seseorang itu
sedang berdoa berarti secara tidak langsung ia memanggil Allah Swt.
Ia akan terus memuji asma Allah Swt. dalam setiap doa-doanya. Suatu
saat nanti Allah Swt. juga akan kembali memanggil manusia guna
untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya selama hidup di
dunia.
ْمُكُع ْدَي َمْوَ ي
Artinya: “(Yaitu) Pada hari Dia memanggil kamu”.18
d. Arti perkataan
Berdoa berarti berkata-kata. Manusia ketika berdoa akan
menyusun sebuah kata-kata yang berisi permohonan-permohonan atau
permintaan-permintaan kepada Allah Swt. tidak hanya itu, mereka juga
selalu memuji Allah Swt. dengan kalimat-kalimat thoyyibah atau asma-asma Allah Swt.
اَوْعَد
ُ
للا َكَن اَحْبُس اَهْ يِف ْم
مُه
Artinya: “Perkataan mereka didalamnya (surga): subhānak
Allāhumma(maha suci engkau wahai Tuhanku)”.19
18
al-Qur’an, 17 (Al Isra’): 52.
19
29
e. Arti pujian
Berdoa berarti melakukan pujian-pujian kepada Allah Swt.
seperti halnya manusia yang hidup di dunia ketika membutuhkan
bantuan orang lain, kebanyakan dari mereka sering memuji orang yang
dimintai bantuan agar memperoleh bantuan. Begitu juga dengan
manusia yang memohon pertolongan kepada Allah Swt. mereka ketika
berdoa akan memuji Allah Swt, akan menyanjung Allah Swt. dengan
harapan mereka akan mendapat pertolongan dari Allah Swt.
ِن ْْ رلااوُعْد اِو َا َها ْوُع ْدا ِلُق
Artinya: “Katakanlah pujilah Allah atau pujilah Rahman”.
f. Arti permohonan
Berdoa berarti melakukan permohonan. Seseorang ketika
berdoa akan memohon kepada Allah Swt. dengan penuh harap. Mereka
mengungkapkan berbagai macam permohonan-permohonan dalam
keadaan benar-benar membutuhkan.
ْمُكَل ْبِجَتْس َا ْ ِِْوُعْدُا
Artinya: “Mohonlah kamu kepada-Ku, pasti Aku akan
mengabulkan permohonanmu”.20
20
30
Adapun fungsi dari doa yang terdapat dalam hadis nabi
Muhammad saw., antara lain sebagai berikut:21 a. Sebagai Ibadah
Doa merupakan ucapan permohonan dan pujian kepada Allah
Swt. dengan cara-cara tertentu. Doa sendiri sebagai ibadah, sebenarnya
lebih dari sekedar memohon atau meminta sesuatu kepada Allah Swt.
berdoa merupakan jalan untuk membuka komunikasi dengan-Nya dan
memelihara komunikasi ini.
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق
:ا
ل
ع د
ِةَد اَبِعْلا َوُ ُء ا
Artinya: Bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu Ibadah”. (HR. Tirmidzi)
Doa merupakan aktivitas ibadah yang paling agung.
Sebagaimana hadis di atas. Dengan demikian bisa difahami bahwa
sebuah ibadah pasti mengandung doa kepada Allah Swt. dan doa tanpa
ibadah belumlah sempurna.
b. Sebagai otaknya ibadah
Tentang berdoa, nabi Muhammad saw. juga menyatakan
bahwa Doa itu otaknya ibadah, yang bunyinya sebagai berikut:
21
31
ْوُس َر َل اَق
ُل
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
ُةَد اَبِعْلا خُم ُء اَعدلا :
Artinya: Bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu otaknya Ibadah”. (HR. Tirmidzi)
Dikatakan otak ibadah karena doa dapat berfungsi sebagai
titik awal, bahkan titik utama, kesadaran keimanan dalam diri manusia.
Dengan kata lain nilai utama doa terletak pada terjadinya komunikasi
pribadi yang intim dan intens antara manusia dengan Allah Swt.
Dalam keintiman komunikasi itu, seseorang tidak hanya memperoleh
rasa aman dan damai, tetapi juga perlindungan dan pertolongan Allah
Swt.
c. Sebagai kuncinya Rahmat
Doa merupakan kunci pembuka pintu-pintu rahmat. Ketika
seseorang itu berdoa maka Allah Swt. akan memberikan taufik serta
hidayah-Nya. Meskipun terkadang permintaan-permintaan itu tidak
terkabulkan, tetapi Allah Swt. mempunyai rencana lain yang lebih
indah untuk seseorang yang benar-benar dekat dengan-Nya dan
melimpahkan segala rahmat-Nya untuk mereka.
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق
ِةَْْ رلا ُح اَتْفِم ُء اَعدلا :
32
d. Sebagai senjata bagi orang mukmin
Doa sebagai senjata dan bisa menguatkan orang mukmin
karena adanya pertolongan dari Allah. Letak kekuatannya berada
dikeyakinan seseorang yang sedang berdoa, tetapi letak
kemakbulannya ada pada kehendak Allah Swt. Doa bisa menjadi
senjata untuk melawan hawa nafsu dan godaan setan. Doa juga bisa
menjadi senjata untuk melawan kemiskinan, tetapi harus dibarengi
dengan usaha kerja keras, hemat dan bersedekah. Dapat disimpulkan,
senjata disini bisa diartikan sebagai perlindungan yakni dari Allah Swt.
berikut ini bunyi hadisnya:
ُس َر َل اَق
ُل ْو
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
ِنِم ْؤُمْلا ُح َاِس ُء اَعدلا :
Artinya: bersabda Rasulullah saw. : “Doa itu senjatanya orang mukmin”. (HR. Ibnu Hibban dan Tirmidzi)
e. Sebagai tiang agama
Kedudukan salat lima waktu adalah sebagai tiang agama. Di
dalam salat terdapat berbagai macam bacaan-bacaan doa, sehingga doa
di sini juga bisa dijadikan sebagai tiang agama. Ketika seseorang itu
tidak melaksanakan salat ataupun berdoa maka mereka termasuk
orang-orang yang tiang agamanya roboh, dalam artian mereka akan
jauh dari agama tentunya juga akan jauh dari Allah Swt., sedangkan
33
dalam artian keimanan semakin kuat dan salalu dekat dengan Allah
Swt. berikut ini bunyi hadisnya:
ُل ْوُس َر َل اَق
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
ِنْي ِدلا ُد اَمِع ُء اَعدلا :
Artinya: bersabdala Rasulullah saw. : “Doa itu tiangnya agama”. (HR. Tirmidzi)
f. Menjadi cahaya langit dan bumi
Cahaya adalah sesuatu yang secara esensial benderang dan
menerangi yang lain. Doa merupakan cahaya langit dan bumi. Cahaya
disini bisa diartikan sebagai penerang jiwa dan hati manusia yang
sedang berdoa. Sehingga dengan berdoa manusia akan senantiasa hati
dan jiwanya tersinari oleh cahaya tersebut. Mereka akan senantiasa
dalam perlindungan dan pertolongan Allah Swt. karena Allah
merupakan cahaya semesta Alam. Berikut ini bunyi hadis mengenai
hal tersebut:
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِها ُل ْوُس َر َل اَق
ِت اَوَمسلا ُر ْوُ ن ُء اَعدلا :
ِضْر َْااَو
34
g. Bisa menjadi tentaranya Allah
َر َل اَق
ُل ْوُس
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
ِها َاَنْجَا ْنِم ُدْنُج ُء اَعدلا :
Artinya: bersabdalah Rasulullah saw.: “Doa itu tentara dari tentaranya Allah Swt.” (HR. Tirmidzi)
h. Bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan yang belum turun.
اَق
ُل ْوُس َر َل
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
َل َزَ ن ا ِِ ُعَفْ نَ ي ُء اَعدلا :
ُلِزْنَ ي ََْ ا َِِو
Artinya: bersabda Rasulullah saw.: “Doa itu bermanfaat terhadap sesuatu yang telah turun dan dari sebagian sesuatu yang belum turun”. (HR. Tirmidzi)
Maksud dari hadis diatas yaitu, ketika seseorang akan
mendapatkan balak atau musibah kemudian didahului dengan berdoa
maka balak atau musibah itu tidak jadi turun dan apabila balak atau
musibah itu sudah turun kemudian orangnnya berdoa, maka
dibebaskan dari berbagai macam balak.
i. Bisa menolak balak
Doa itu bisa menolak balak, bisa bermanfaat terhadap
musibah yang telah menimpa seseorang. Apabila musibah itu masih
35
menimpanya maka ia akan diberikan kesabaran dan akan terasa ringan
baginya untuk menjalaninya atau menjadikannya ridho terhadap
musibah tersebut sehingga ia bisa menikmati musibah itu terjadi.
Sedangkan ketika musibah itu belum menimpanya maka Allah Swt.
akan mengangkatnya sebelum musibah itu terjadi. Sehingga manusia
diharapkan agar banyak-banyak berdoa dalam setiap waktu.
ُل ْوُس َر َل اَق
ِها
َملَسَو ِهْيَلَع ُها ىلَص
ِء َاَبْلا دُرَ ي ُء اَعدلا :
Artinya: bersabdalah Rasulullah saw.: “Doa itu bisa menolak balak”. (HR. Tirmidzi)
Di atas telah dijelaskan tentang berbagai macam pengertian, maksud
dan fungsi Doa. Adapun maksud dari kiai Muchammad Muchtar Muthi
memberi nama Doa Kautsaran yaitu berasal dari kalimat kautsar. Kalimat
tersebut berasal dari Alquran yang bebunyi Innā a’oināk al-kauthar. Bunyi kalimat tersebut berasal dari Surat al-Kautsar. Arti dari Kautsar yaitu Khoiron Kathirān (kebaikan yang banyak).22 Kemudian dari kalimat tersebut kautsar itu timbullah istilah Kautsaran. Hal ini dapat disamakan dengan kalimat
maulud muncul istilah mauludan, rejeb muncul istilah rejeban, tahlil muncul istilah tahlilan, manakib muncul istilah manakiban, jadi kalimat kautsar
timbullah istilah kautsaran. Adanya pemberian nama tersebut diharapkan
mampu memberikan kebaikan yang banyak sesuai dengan arti kautsar itu
sendiri.
22
36
Kata Kautsar selain terdapat di dalam Alquran juga terdapat didalam
beberapa kitab, antara lain yaitu disebutkan didalam tafsir Ibnu Abbas
halaman 520:23
اَنْ يَطْعَا ان ِا
َُم اَي َك اَنْ يَطْعَا :ُل ْوُقَ ي َرَ ث ْوَكْلا َك
َرْ يِيَكْلا َرْ يََْا ُدم
Artinya: “Sesungguhnya Saya berikan kepadamu Al-Kautsar
(dikatakan), Aku berikan kepadamu Yaa Muhammad kebaikan yang Banyak”.
Di dalam kitab Almufrodat al-Fadzil Quran, bab huruf “Kaf”,
halaman 443, diterangkan
لا ُمْيِظَعْلا ُرْ يََْا َوُ
ُ اَطْعَا ىِذ
َو
َملَس َو ِهْيَلَع ُها ىلَص ِِنلا
Artinya: Kautsar itu ialah kebaikan yang agung, yang diberikan ia kepada Nabi Muhammad saw.
B. Komposisi Doa Kautsaran
Doa Kautsaran ini bisa dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu:
1. Bagian pertama berisi surat-surat Alquran, yaitu:
a. Surat al-Fatihah (Surat ke 1)
Ibnu Qayyim Rahmatullah dalam kitabnya ibbun Al-Nabawi (hal. 178), berkata tentang keutamaan surat al-Fatihah:24
23
Muchtarulloh Almujtaba, Kautsaran dan Dasar-dasar Wirid Kautsaran (Jombang: Al-Ikhwan, 2012), 1-2.
24
37
“Surat al-Fatihah mengandung banyak hal. Diantaranya
mengikhlaskan ibadah kepada Allah, pujian-pujian terhadap-Nya, memasrahkan urusan, memohon pertolongan, bertawakkal, dan meminta pokok segala keberuntungan kepada-Nya. Pokok itu adalah hidayah, yang dengannya segala nikmat datang, dan segala bencana menjadi tertolak. Karena itulah al-Fatihah menjadi salah satu obat penawar yang paling mujarab.”
b. Surat al-Ikhlas (Surat ke 112)
Abu Said Al-Khanafi menerangkan tentang latar belakang dan
manfaat pengamalan Surat al-Ikhlas sebagai berikut:
“Surat ini dinamakan surat Al-Ikhlas artinya bersih atau lepas, maka barang siapa yang membacanya dan mengamalkannya dengan hati yang ikhlas maka ia akan dilepaskan kesusahan-kesusahan duniawi, dimudahkan didalam gelombang sakaratul maut, dihindarkan dari kegelapan kubur dan kengerian dihari
kiamat.”
c. Surat al-Falah (Surat ke 113)
d. Surat an-Nas (Surat ke 114)
Di dalam Shahih nasa’ (no. 5446), as-Shahih Al-Musnad (no.
981), dan Shohih Al-Matjar Ar-Rabih (no. 780). Dari Uqbah bin Amir
ia berkata:25
“saya pernah berjalan bersama Rasulullah saw., lalu beliau bersabda ‘wahai Uqbah, katakanlah!’ Aku berkata, ‘apa yang harus
aku katakan, wahai Rasulullah?’ Lalu beliau terdiam. Kemudian
beliau berkata lagi, ‘wahai Uqbah, katakanlah?’ lalu aku berkata,
‘wahai Rasulullah! apa yang harus saya katakan?’ Lalu beliau terdiam, kemudian aku berdoa, ‘Ya Allah ulangi pertanyaan itu padaku’. Maka beliau bersabda, ‘wahai Uqbah katakan!’, Aku
25
38
berkata, ‘apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah?’ Maka
beliau berkata, ‘katakanlah Qul A’uudzuu birobbil falaq’Ṭ Saya pun membacanya sampai selesai kemudian beliau bersabda,
‘Katakanlah!’ Aku berkata, ‘Apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah’ Lalu beliau membaca Qul A udzu Birobbin Naas. Saya
pun membacanya sampai selesai. Lalu beliau bersabda, ‘wahai
Uqbah! Tidak ada seorang pun yang meminta atau memohon perlindungan kepada Allah dengan surat yang lebih baik dari
keduanya.”
e. Surat Alam Nasroh (Surat ke 94)
Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 444, telah
dijelaskan sebagai berikut:
لَص ِِنلا ِنَع
ى
ُها
ِهْيَلَع
َََْا َةَر ْوُس َا َرَ ق ْنَم :َملَس َو
َف ْح َرْشَن
ِنَء اَج اََ َاَك
َِّع َح َرَفَ ف مَتْغُم اَنَاَو
Artinya: keterangan dari Rasulallah saw.: “barang siapa yang
membaca surat Alam Nasroh, maka seakan-akan ia mendatangi
saya dan saya sedang kesusahan ia menggembirakan saya.”
f. Surat al-Qodar (Surat ke 97)
Kegunaan surat al-Qadar antara lain sebagai berikut:
1) barangsiapa yang mengambil air, kemudian dibacakan surat
al-Qadar 36 kali, kemudian air tersebut digunakan merebus pakaian
yang masih baru, maka yang memakai pakaian tersebut akan diberi
oleh Allah Swt. rezeki yang lapang.
2) barangsiapa yang ingin mengetahui tempat pasangan sihir yang
39
bacalah surat ini, maka ia akan mendapat petunjuk atau mengetahui
dalam mimpi, dimana tempat sihir itu ditanam.
g. Surat al-Kautsar (Surat ke 108)
Kegunaan surat ini antara lain sebagai berikut:26
1) barangsiapa yang ingin menang menghadapi lawan atau dalam
urusan pengadilan atau ingin dikeluarkan dari tawanan, maka
masuklah ketempat yang sunyi dan bacalah surat ini 313 kali.
Insyaallah akan dikabulkan oleh Allah Swt. apa yang diniatkannya.
2) barangsiapa yang menulisnya dan digunakan azimat, maka azimat
tersebut akan menjadi penangkis dari kejelekan musuh-musuh anda
dan anda tidak akan dihadapkan pada masalah yang tidak
diinginkan.
3) barangsiapa yang ingin rezeki, harta, kedudukan, maka bacalah tiap
hari 1000 kali.
h. Surat An Nasr (Surat ke 110)
Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 454, telah
dijelaskan sebagai berikut:
ِرْجَْاا َنِم َيِطْعُاَء اَج اَذِاَا َرَ ق ْنَم :ُم َاسلاَو ُة َاصلا ِهْيَلَع ُهْنَعَو
ُم َاسلاَو ُة َاصلا ِهْيَلَع ٍدمَُم َعَم َدِهَش ْنَمَك
ُةكَم ِحْتَ ف َمْوَ ي
Artinya: keterangan dari Rasulullah saw.: “Barang siapa membaca idhā jā a, ia diberi pahala laksana pahalanya orang yang mati
26
40
syahid dengan Muhammad saw. dalam waktu terbukanya kota
Mekah”.
i. Surat Al Ashr (surat ke 103)
Di dalam Tafsir Anwār at-Tanzīl: Jilid 2, halaman 450, telah
dijelaskan sebagai berikut:
لَص ِِنلا ِنَع
ى
ُها
ِهْيَلَع
ُهَل ُهاَرَفَغ ِرْصَعْلا َةَر ْوُس َا َرَ ق ْنَم :َملَس َو
ْوَص اَوَ ت ْن ِِ َن اَك َو
ِْبصل اِب ْوَص َوَ تَو ِقَحْلِبا
Artinya: keterangan dari Rasulullah saw.: “Barang siapa yang membaca surat Wa al-’A ri, Allah Swt. memberikan ampun akan dosanya. Dan ialah sebagaian dari orang yang telah mengajak kepada al- aq dan kepada soal al- abru”.
Saat Doa Kautsaran, pembacaan 9 Surat diatas dibaca sebanyak
tujuh kali pembacaan. Dalam pembacaan surat tersebut tidak diawali
dengan bacaan taawudz, tetapi hanya diawali dengan bacaan basmallah
saja, selanjutnya tanpa basmalah sampai ke tujuh. Menurut Budi menjelaskan bahwa bacaan basmalah yang pertama itu sudah mewakili dari ke tujuh kali pembacaan masing-masing surat, sehingga tidak perlu
membaca basmalah lagi.27 2. Bagian Kedua berisi
a. Istigfar
Dengan istigfar seseorang akan mendapatkan ridho dari Allah
Swt. Ia membuat setan benci dan jauh darinya. Dengan istigfar pula,
27
41
rezeki, harta, anak-anak, dan turunnya hujan menjadi semakin banyak
dan melimpah ruah. Juga dengan istigfar, suatu kaum menjadi kuat.
Mereka selalu diliputi rahmat, serta bisa selamat dari siksa api neraka
di akhirat kelak. Hal ini terdapat dalam ayat al-Quran yaitu:
Artinya: (10) Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, (11) niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, (12) dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.28
Istigfar dalam susunan Doa Kautsaran ini berbeda dengan
istigfar pada umumnya. Istigfar yang digunakan dalam Doa Kautsaran
berbunyi:
مْيحَرلارْوفغْلا هرفْغتْسا
Artinya: Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha pengampun dan Maha penyayang.
Sebenarnya yang membedakan istigfar pada Doa Kautsaran
dengan istigfar pada umumnya terletak di bagian belakangnya. Bunyi
istigfar pada umumnya yaitu:
28
42
مْيظعْلا هرفْغتْسا
Artinya: Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha agung.
Perbedaan yang terlihat yaitu antara maha agung dengan
maha pengampun dan maha penyayang. Menurut salah satu pengamal
Doa Kautsaran yang lebih cocok itu maha pengampun dan maha
penyayang. Hal ini di karenakan seseorang itu hendaknya memohon
pengampunan itu lebih pasnya kepada yang maha pengampun dan
maha penyayang.29 b. Salawat Nabi
Seseorang yang mengucapkan salawat atas Nabi saw. akan
mendapat sepuluh kali salawat, setiap kali ia mengucapkan salawat
kepada beliau. Dengan mengucapkan salawat, seorang hamba menjadi
terangkat sepuluh derajat, mendapat sepuluh kebaikan dan terhapus
sepuluh kesalahan. Orang yang membaca salawat atas nabi
Muhammad saw. maka doanya akan cepat terkabul.
Bacaan salawat pada Doa Kautsaran ini juga memiliki
perbedaan dengan bacaan salawat pada umumnya. Bacaan salawat
pada Doa Kautsaran berbunyi:
دَمحم ىلع ِلص َم للا
ِلس
ْم
c. Baqiyatu ōlihāt (subhānallāh, alhamdulillāh dan allāhuakbar) 3. Bagian ketiga berisi Tahlil (Lā ilā ha illallāh)
29
43
Bacaan diatas merupakan empat kalimat yang paling disukai
Allah Swt. Apabila seseorang membaca kalimat tersebut maka seseorang
tersebut juga akan disukai Allah Swt. Telah bersabda Rasulullah saw.:
“Yang lebih disukai kalam bagi Allah swt. ialah empat hal yaitu:
subhānallāh, alhamdulillāh wa Lā ilā ha illallāh allāhuakbarṬ Tidak jadi
apa bagimu dengan empat kalimat ini manakah yang kamu baca pertama”.
(Sumroh bin Jundab, HR. Muslim, halaman 16)
Dalam melafalkan tahlil ketika membaca Doa Kautsaran juga
memiliki perbedaan dengan yang lain. kalimat tahlil yang pertama, kedua
dan ketiga itu dibunyikan secara bergantian antara pimpinan pembaca Doa
Kautsaran dengan jamaahnya. Menurut Budi salah satu pengamal Doa
Kautsaran menjelaskan bahwa membaca kalimat tahlil secara bergantian
dengan bersama itu memiliki perbedaan, ia lebih terasa hatinya tersentuh
ketika dibunyikan secara bergantian dari pada dibunyikan secara
bersama-sama. Setelah membaca tiga kali kalimat tahlil secara bergantian
dilanjutkan membaca tahlil secara bersama.
4. Bagian keempat berisi Asmaul Husna, yaitu:
a. Yā Ra mān - Yā Ra īm
b. Yā Qarīb - Yā Mujīb
c. Yā Fattā - Yā Razzāq
d. Yā afīẓ -Yā Na īr
Delapan Asma’ul Husna di atas ialah sebagian dari 99 Asma’ul
44
bagi