STRATEGI PENCEGAHAN PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH
MULTIGUNA BERMASALAH
(Studi Kasus Pada BNI Syariah Cabang Surabaya)
SKRIPSI
Oleh
Afina Truly Rasidahadi
NIM. C04211050
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
STRATEGI PENCEGAHAN PEMBIAYAAN MURA<<BAH>}AH
MULTIGUNA BERMASALAH
(Studi Kasus Pada BNI Syariah Cabang Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Ilmu Ekonomi Syariah
Oleh
Afina Truly Rasidahadi
NIM. C04211050
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
Surabaya
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Strategi Pencegahan Pembiayaan mura>bah}ah
Multiguna Bermasalah (Studi Kasus Pada BNI Syariah Cabang Surabaya)” ini
merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi
pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan bagaimana
implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
Untuk menjawab permasalahan di atas, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara (interview) dan dokumentasi. Selanjutnya, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analitis dengan pola pikir deduktif untuk memperjelas kesimpulannya.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam melakukan pencegahan
terjadinya pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah, Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya melakukan tindakan atau prosedur pokok, yaitu dengan menggunakan analisis penerapan prinsip kehati-hatian yang dilihat dari aspek 5C (character, capital, capacity, collateral, dan condition). Penerapan masing-masing aspek 5C dilakukan setiap pengajuan pembiayaan oleh calon nasabah. Ketika calon nasabah terdapat salah satu syarat tidak sesuai dengan analisis 5C maka pihak bank tidak bisa mencairkan dana yang dibutuhkan oleh calon nasabah. Dalam melakukan pemantauan penggunaan pembiayaan dengan via telepon dan
kunjungan on the spot. Kegiatan itu dilakukan oleh Bank BNI Syariah Cabang
Surabaya secara rutin setiap bulan atau tiga bulan sekali dengan tujuan untuk mengingatkan nasabah dalam pengembalian pembiayaan ataupun menanyakan perkembangan yang terjadi pada nasabah dan dapat membantu memecahkan masalah ketika nasabah mengalami permasalahan usahanya, sehingga penerapan
strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna di Bank BNI Syariah
Cabang Surabaya memiliki beberapa implikasi yaitu: pembiayaan mura>bah}ah
multiguna efisien, nasabah bermasalah dapat lancar kembali, dana yang stabil, dan manajemen efektif.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
PENGESAHAN iv
MOTTO v
ABSTRAK vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TRANSLITERASI xiv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah 11
C. Rumusan Masalah 11
D. Kajian Pustaka 12
E. Tujuan Penelitian 15
F. Kegunaan Hasil Penelitian 15
G. Definisi Operasional 16
H. Metode Penelitian 18
I. Sistematika Pembahasan 24
BAB II MANAJEMEN RISIKO, PRODUK PEMBIAYAAN DAN
PEMBIAYAAN BERMASALAH 26
A. Manajemen Risiko 26
B. Pembiayaan 30
1. Unsur-unsur Pembiayaan 31
3. Manfaat Pembiayaan 34
4. Jenis-jenis Pembiayaan 36
5. Analisis Pembiayaan 39
6. Penggolongan Pembiayaan 45
C. Pembiayaan Bermasalah 46
D. Akad Mura>bah}ah 50
1. Definisi Akad Mura>bah}ah 50
2. Landasan Syariah Mura>bah}ah 52
3. Rukun dan Syarat Mura>bah}ah 54
4. Manfaat Mura>bah}ah 55
5. Skema Mura>bah}ah 56
E. Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna 57
BAB III PRODUK PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA DAN STRATEGI PENCEGAHAN PEMBIAYAAN
BERMASALAH 59
A. Pofil PT. Bank BNI Syariah 59
1. Sejarah PT. Bank BNI Syariah 59
2. Visi dan Misi PT. Bank BNI Syariah 61
3. Struktur Organisasi PT. Bank BNI Syariah 62
B. Produk Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna 63
1. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya 63
2. Kelebihan Produk Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya 64
3. Persyaratan Pengajuan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna
Bank BNI Syariah Cabang Surabaya 65
4. Penjelasan dan Rincian Pembiayaan Multiguna 66
C. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna
Bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya 69
BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA
BERMASALAH 75
Bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya 75
B. Implikasi Dari Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah
Multiguna Bermasalah di Bank BNI Syariah Surabaya 85
BAB V PENUTUP 88
A. Kesimpulan 88
B. Saran 88
DAFTAR PUSTAKA 89
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek ekonomi sangatlah luas, salah satunya peningkatan pembangunan suatu negara ditentukan oleh perbankan. Hubungan antara masyarakat dan perbankan hampir sulit untuk dipisahkan. Pentingnya peranan bank bagi aktivitas perekonomian mampu menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara baik kearah peningkatan kehidupan masyarakat. Jadi, bank merupakan lembaga keuangan perantara yang amat menunjang kelancaran perekonomian.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. 1 Bank dapat menghimpun dana masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan ketentuan memenuhi persyaratan yang ada pada bank.
Perkembangan perekonomian di Indonesia, banyak bermunculan lembaga keuangan syariah yang menawarkan berbagai fasilitas layanan. Saat ini, perkembangan lembaga keuangan syariah yang semakin pesat menyebabkan persaingan dunia usaha perbankan syariah juga akan semakin ketat pula. Oleh karena itu, bank berusaha semaksimal mungkin dalam
2
meningkatkan kinerja usahanya maupun pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien agar dapat mengupayakan fokus pada pekerjaan tersebut sehingga memperoleh hasil yang baik dan diinginkan oleh setiap perbankan syariah. Sehingga, kepercayaan masyarakat kepada lembaga keuangan harus tetap dijaga.
Strategi pengembangan bank syariah diarahkan untuk meningkatkan kompetensi usaha yang sejajar dengan sistem perbankan konvensional yang dilakukan secara komprehensif dengan mengacu pada analisis kekuatan dan kelemahan perbankan syariah di Indonesia saat ini. Upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan keahlian sumber daya manusia, penyempurnaan ketentuan, dan program sosialisasi.2
Perbankan syariah adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam. Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).3 Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk meminjamkan atau memungut pinjaman dengan mengenakan riba, serta larangan untuk berinvestasi pada usaha-usaha
2Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 227.
3 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media
3
berkategori terlarang haram.4 Perbankan syariah juga berdasarkan atas
Alquran dan hadis, dengan demikian bank syariah memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Landasan syariah dari akad mura>bah}ah adalah terdapat dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 275:
Artinya: “Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli itu sama dengan riba. Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. al-Baqarah (2) ayat 275).5
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
4Wikipedia, “Perbankan Syariah”, dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah, diakses pada 15 Desember 2014.
5
4
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat diminati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.6
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang berbunyi Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mud}a>rabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musha>rakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (mura>bah}ah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ija>rah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ija>rah wa iqtina).7
Aktivitas pemberian pembiayaan dapat memberikan kontribusi pendapatan terbesar bagi bank. Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
6 Bank Indonesia, “Perbankan Syariah”, dalam http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/ Contents/ Default.aspx, diakses pada 15 Desember 2014.
7 Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, Lembar Negara Nomor
5
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (peminjam).8
Pembiayaan sangatlah dibutuhkan apalagi berkembangnya suatu kebutuhan individu, tentu akan diperlukan adanya sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai keperluan pribadi untuk memenuhi kebutuhan tambahan peralatan kerja yang semakin berkembang. Dengan demikian, dana yang diperlukan dapatlah disebut juga sebagai pembiayaan konsumtif seperti pembelian rumah, pembelian ruko, memperbaiki tempat kerja, peralatan kantor, peralatan kedokteran, dan lain sebagainya.
Bagi mereka yang berpenghasilan tetap tentunya tidak lengkap rasanya bekerja dengan barang atau tempat milik orang lain. Setiap orang pasti menginginkan memiliki barang atau tempatnya sendiri. Akan tetapi, harga memperbaiki atau membeli tempat usaha, tempat praktek dan membeli alat-alat kedoktoran/medis atau lain sebagainya, tidaklah murah seiring pesatnya pembangunan atau peralatan yang semakin canggih sebagai perkembangan usaha mereka. Kendala ini menyebabkan pembiayaan konsumtif pada mura>bah}ah multiguna menjadi pilihan alternatif.
Pembiayaan dengan akad mura>bah}ah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah, di mana pihak bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin/keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah.9
8Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik…, 160.
6
Bank BNI Syariah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak mempunyai cukup dana. Prinsip yang digunakan untuk melakukan pembiayaan komsumtif adalah prinsip jual beli atau yang dikenal dengan mura>bah}ah. Dalam prinsip ini, antara bank dan nasabah dapat melakukan perikatan jual beli dengan sistem mura>bah}ah, yaitu jual beli dengan adanya tambahan dari harga asal.10 Salah satu sistem pembiayaan Bank BNI Syariah adalah pembiayaan mura>bah}ah (jual beli) untuk pembelian secara pemesanan barang. Secara umum pengeluaran produk Mura>bah}ah Multiguna iB Hasanah BNI Syariah membantu memenuhi kebutuhan nasabah untuk pembelian berbagai macam barang yang halal dan tidak melanggar ketentuan syariah.11 Mura>bah}ah Multiguna iB Hasanah BNI Syariah menawarkan jasa pengelolaan dana secara syariah. Pembiayaan jenis ini tidak ada sistem bunga, sementara beban atas pengelolaan dana nilainya tetap, bukan seperti bank konvensional yang mengikuti kondisi pasar uang saat pembayaran.
Pada September 2014, seluruh total dan presentase pembiayaan Bank BNI Syariah, dari total pembiayaan sebagian besar merupakan pembiayaan konsumtif cabang 52,68%, disusul oleh pembiayaan kecil & menengah (UKM) cabang 22,26%, pembiayaan komersial 14,93%, pembiayaan mikro 7,27%, dan pembiayaan kartu Hasanah Card 2,87%.12 Dilihat dari
10 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), 156.
11 Sri Sugiarti, “Pembiayaan Multiguna Syariah”, dalam http://mysharing.co/pembiayaan-multiguna-di-bank-syariah/, diakses pada 21 Oktober 2014.
12BNI Syariah, “BNI Syariah Batam Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tumbuh Lebih Dari 35%
7
keseluruhan, dibuktikan bahwa pembiayaan konsumtiflah yang banyak diminati.
Kegiatan penyaluran pembiayaan mempunyai peranan penting bagi kegiatan perbankan, karena kredit atau pembiayaan merupakan bagian terbesar sumber penghasilan bank. Setiap pemberian pembiayaan kepada nasabah harus melalui proses analisis pembiayaan. Jika tidak melalui proses analisis pembiayaan, maka akan menyebabkan pembiayaan bermasalah atau disebut dengan NPF (Non Perfoming Financing).
Pembiayaan bermasalah adalah jumlah yang tergolong kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.13 Pembiayaan bermasalah akan menyebabkan keterlambatan dalam pembayaran atau diperlukan tindakan yudiris dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss. Bagi sebuah lembaga keuangan perbankan syariah, pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang asing lagi didengar. Oleh karena itu, masalahnya sekarang adalah bagaimana mencegah masalah tersebut. Tidak sedikit lembaga keuangan yang mampu memanajemen masalah ini dengan baik. Sehingga, setiap bank harus mempunyai strategi pencegahan supaya pembiayaan bermasalah tidak terjadi. Dilihat dari data perbankan syariah pada Bank Indonesia, pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan kualitas pembiayaan:
8
Tabel 1.1 Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Kualitas Pembiayaan14
Dalam miliar rupiah
Kolektabilitas
Pembiayaan 2011 2012
2013 2014
Nop Des Agust*) Sept*)
Lancar 100.067 144.236 175.269 179.292 181.331 181.331
- Lancar 95.480 138.483 166.658 171.229 169.077 169.077
-Dalam Perhatian
Khusus 4.587 5.753 8.612 8.063 12.253 12.253
Non Lancar 2.588 3.269 5.561 4.828 6.554 6.554
- Kurang Lancar 1.075 980 1.420 1.353 2.039 2.039
- Diragukan 297 535 1.140 739 1.035 1.035
-Macet 1.216 1.753 3.000 2.735 3.480 3.480
Total Pembiayaan 102.655 147.505 180.830 184.120 187.885 187.885
Presentase NPF 2,52% 2,22% 3,08% 2,62% 3,49% 3,49%
*) Angka-angka sementara
Bank syariah akan mengambil strategi pencegahan pembiayaan bermasalah agar dana yang telah disalurkan dapat diterima kembali oleh bank, karena bank syariah sebagai penerima amanat memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana tersebut dengan baik. Oleh karena itu, kualitas lancar dan dalam perhatian khusus inilah pencegahan mulai diatasi agar pembiayaan bermasalah tidak terjadi. Bank dalam pemberian kredit selain menggunakan analisis pembiayaan juga mencakup latar belakang nasabah serta faktor-faktor lainnya, hal ini dilakukan agar pembiayaan yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan dapat kembali.15
Berdasarkan pemberian pembiayaan menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pasal 8 tentang Perbankan yang berisi bahwa yang pertama,
14
OJK, Statistik Perbankan Syariah (Jakarta: t, 2014), 26.
9
dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi uangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Kedua, bank umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan ditetapkan oleh Bank Indonesia.16 Terjadinya resiko kegagalan atau kemacetan dalam pelunasan dapat dicegah atau dihindari.
Pencegahan pembiayaan bermasalah dilakukan oleh Bank BNI Syariah Cabang Surabaya adalah pembiayaan harus prudent (hati-hati) yang menggunakan analisis 5C. Perlu diperhatikan dalam pembiayaan pada analisis 5C harus memenuhi semua kriteria, maka permohonan pembiayaan akan diterima. Jika karakter calon penerima pembiayaan dianggap memiliki karakter yang buruk walaupun memiliki penghasilan yang cukup maka akan ditolak. Pemantauan penggunaan pembiayaan melalui via telepon untuk mengingatkan pembayaran angsuran pada tiap bulan dan melakukan kunjungan tujuannya juga mengingatkan pembayaran angsuran atau menanyakan keadaan nasabah.17
Kasus transaksi mura>bah}ah multiguna: seorang dokter ingin membeli sebuah alat kedokteran. Ia dapat datang ke Bank Syariah dengan memohon agar bank membelikannya. Setelah diteliti dan dinyatakan dapat diberikan,
16 Indonesia, Undang-Undang tentang Perbankan, UU No. 10 Tahun 1998, Lembar Negara Nomor
182, Tambahan Lembar Negara Nomor 3790, Pasal 8 ayat 1 dan 2.
10
bank membelikan alat kedokteran tersebut dan diberikan kepada nasabah. Saat pembiayaan dicairkan kepada dokter, saat itu pula pihak Bank yang mencairkan dana untuk pembelian alat kedokteran. Setelah beberapa tahun kemudian pemasukan dana pada dokter tersebut mulai berkurang, akibatnya untuk membayar angsuran kepada bank macet. Inilah yang dinamakan pembiayaan bermasalah.
Bagi nasabah yang tidak bertanggung jawab atau melanggar perjanjian yang telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan bermasalah. Kualitas pembiayaan ini dapat berupa: pembiayaan dengan kualitas lancar, perhatian khusus, kurang lancar, diragukan bahkan macet. Pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran dan pembiayaan yang memiliki potensi merugikan bank.
Untuk membuktikan sehubungan dengan masalah tersebut maka penulis tertarik mengangkat persoalan bagaimana strategi pencegahan yang dilakukan Bank BNI Syariah berjalan dengan baik atau tidak khususnya pada pembiayaan mura>bah}ah multiguna. Sehingga, dapat diketahui keterlibatan dari strategi-strategi pencegahan yang dijalani ini menguntungkan ataukah akan merugikan bagi bank.
11
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang muncul adalah:
1. Strategi yang dilakukan untuk mencegah pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
2. Implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
3. Proses pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah.
4. Proses penyaluran pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah. Berdasarkan identifikasi tersebut, maka penelitian yang dilakukan penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Strategi yang dilakukan untuk mencegah pembiayaan mura>bah}ah
multiguna bermasalah.
2. Implikasi dari strategi pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
C. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka muncul rumusan masalah sebagai beriku:
1. Bagaimana strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di BNI Syariah Cabang Surabaya?
12
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok penelitian ini tampak sangat jelas, karena penelitian tentang pembiayaan mura>bah}ah multiguna ini belum ada yang membahas judul “Strategi
Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah di BNI Syariah Cabang Surabaya”. Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap
kondisi obyektif di lapangan sehingga akan dihasilkan suatu kajian yang berkualitas.
Skripsi oleh Muhammad Asyhuri, yang berjudul “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Produk Pembiayaan di BMT Amal Mulia Suruh”.
Penelitian ini menganalisis tentang strategi pencegahan dan penyelamatan pada semua produk pembiayaan bermasalah di BMT.18 Persamaan penelitian ini mengenai strategi pencegahan pembiayaan bermasalah produk pembiayaan. Sedangkan perbedaan penelitian ini, yaitu pertama analisis strategi pencegahan pembiayaan bermasalah menggunakan prinsip 3C dan penelitian ini menggunakan prinsip 5C. Kedua, pembahasan menfokuskan pada produk pembiayaan saja tidak dijelaskan dengan tepat sedangkan penelitian ini menfokuskan pada pembiayaan mura>bah}ah multiguna. Ketiga, obyek penelitian yang berbeda yaitu di BMT Amal Mulia Suruh dan penelitian ini di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
18 Muhammad Asyhuri, “Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Produk Pembiayaan di
BMT Amal Mulia Suruh”, Skripsi (Salatiga: Program Studi Perbankan Syariah, Sekolah Tinggi
13
Skripsi oleh Marie Astridy Amellia, yang judul: “Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Kredit Multiguna Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk, (Bank Jatim) Cabang Utama
Surabaya.” Penelitian ini menganalisis tentang pelaksanaan perjanjian kredit dengan keputusan pengangkatan pegawai negeri sipil pada Bank Jatim.19 Persamaan penelitian ini dalam mengenai kredit atau pembiayaan multiguna bermasalah. Sedangkan perbedaan penelitian ini, yaitu pertama rumusan masalah membahas surat keputusan pengangkatan pegawai negeri sipil dalam hukum jaminan dan upaya Bank Jatim untuk mengamankan terhadap adanya kredit atau pembiayaan multiguna yang bermasalah sedangkan penelitian ini membahas strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah. Kedua, sistem bank yang berbeda yaitu bank konvensional dan bank syariah. Ketiga, tempat penelitian yang berbeda yaitu di Bank Jatim dan penelitian ini di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
Skripsi oleh Farida Afriyani, yang judul: “Restrukturisasi Pembiayaan Sebagai Upaya Penanganan Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah”.
Penelitian ini membahas tentang upaya penanganan mura>bah}ah dan mud}a>rabah bermasalah di bank syariah secara global.20 Persamaan penelitian
ini menggunakan tata cara resktrukturisasi pembiayaan pada mura>bah}ah
19 Marie Astridy Amellia, “Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Kredit
Multiguna Pada PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk, (Bank Jatim) Cabang Utama
Surabaya”, Skripsi (Surabaya: Jurusan Ekonomi Islam, Universitas Airlangga, 2013).
20 Geys Bahasuan, “Restrukturisasi Pembiayaan Sebagai Upaya Penanganan Pembiayaan
Bermasalah Di Bank Syariah”, Tesis (Surabaya: Jurusan Ekonomi Islam, Universitas Airlangga,
14
dalam pembiayaan bermasalah. Sedangkan perbedaan penelitian ini, yaitu pertama rumusan masalah membahas kriteria pembiayaan mura>bah}ah dan mud}a>rabah bermasalah dalam akad di bank syariah dan upaya penanganan pembiayaan mura>bah}ah dan mud}a>rabah bermasalah di bank syariah sedangkan penelitian ini membahas strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah. Kedua, pembahasan menfokuskan pada pembiayaan mura>bah}ah dan mud}a>rabah bermasalah sedangkan penelitian ini menfokuskan pada pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah. Ketiga, tempat penelitian yang berbeda yaitu di Bank Syariah yang tidak fokus dalam satu tempat sedangkan penelitian ini di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
15
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan di atas maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
2. Untuk mengetahui implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dua aspek baik secara teoritis maupun praktis, yakni:
1. Aspek teoritis (keilmuan), hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan informasi kepada mahasiswa maupun karyawan di bidang perbankan syariah khususnya pada pembiayaan mura>bah}ah produk Multiguna iB Hasanah di Bank BNI Syariah. Serta dapat memberikan tambahan pemikiran secara teoritik maupun konseptual dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dibidang manajemen organisasi Islam, terkait dengan masalah strategi dalam mencegah pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah, dengan tidak mengesampingkan aturan atau prinsip syariah Islam.
16
bank syariah menerapkan atau bahan acuan strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dimasa yang akan datang.
G. Definisi Operasional
Agar mempermudah dalam memahami tulisan skripsi ini maka penulis akan memuat penjelasan tentang pengertian yang bersifat operasional dari konsep atau variabel penelitian sehingga bias dijadikan acuan atau menelusuri, menguji atau mengukur variabel tersebut melalui penelitian, yakni:
1. Strategi Pencegahan
Istilah strategi dari bahasa Inggris yaitu strategy, yang berarti siasat atau taktik atau cara.21 Dalam skripsi ini, strategi pencegahan yang dimaksud adalah cara mencegah pembiayaan bermasalah pada pembiayaan mura>bah}ah multiguna yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
Strategi pencegahan pembiayaan bermasalah dilakukan oleh Bank BNI Syariah Cabang Surabaya adalah pembiayaan harus hati-hati yang menggunakan analisis 5C. Perlu diperhatikan dalam pembiayaan pada analisis 5C harus memenuhi semua kriteria, maka permohonan pembiayaan akan diterima. Jika karakter calon penerima pembiayaan dianggap memiliki karakter yang buruk walaupun memiliki penghasilan yang cukup maka akan ditolak. Pemantauan penggunaan pembiayaan
17
melalui via telepon untuk mengingatkan pembayaran angsuran pada tiap bulan dan melakukan kunjungan tujuannya juga mengingatkan pembayaran angsuran atau menanyakan keadaan nasabah.
2. Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna
Pembiayaan mura>bah}ah diartikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli, atau suatu perjanjian dimana pihak bank membiayai pembelian barang yang diperlukan nasabahnya dengan sistem pembayarannya ditangguhkan.22
Pembiayaan mura>bah}ah yang dimaksud dalam skripsi ini adalah pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, dimana pembiayaan mura>bah}ah multiguna merupakan pembiayaan bagi pegawai/pengusaha/professional untuk pembelian berbagai barang yang tidak bertentangan undang-undang atau hukum yang berlaku dan tidak termasuk yang diharamkan syariah Islam. Tetapi keperluan usaha produksi atau komersial dan pembelian tanah atau rumah tidak diperkenankan, kecuali untuk pengembangan usaha dan penggunaannya terbatas.
3. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah jumlah yang tergolong kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.23 Suatu kondisi pembiayaan,
22 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga terkait di Indonesia
(Jakart: Raja Grafindo Persada, 1996), 93.
18
dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan keterlambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yudiris dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss (kerugian).
Saat pembiayaan dicairkan kepada nasabah, saat itu pula pihak Bank yang mencairkan dana, sudah mempunyai resiko yang akan ditanggung dikemudian hari dan resiko tersebut terjadi karena ada pihak-pihak atau ada nasabah yang tidak bertanggung jawab. Bagi nasabah yang tidak bertanggung jawab atau melanggar perjanjian yang telah disepakati, biasanya mengalami pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah ini dapat berupa: pembiayaan yang tidak lancar, pembiayaan dimana debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran dan pembiayaan yang memiliki potensi merugikan bank.
Berdasarkan uraian di atas maka maksud judul peneliti adalah
menjelaskan tentang “Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah (Studi Kasus pada BNI Syariah Cabang Surabaya)”.
H. Metode Penelitian
19
bermasalah. Untuk memperoleh data validitas, teknik pengumpulan data menjadi hal yang penting.
1. Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan adalah data yang perlu dihimpun untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yakni data tentang strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah yang dilakukan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya dan data tentang implikasi yang terjadi dalam strategi tersebut.
2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sumber data primer
Sumber data primer yakni yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data secara langsung pada subyek sebagai sumber informasi utama yang dicari. Untuk dapat memperoleh data primer ini, penulis langsung kepada Bank BNI Syariah Cabang Surabaya mengadakan wawancara dengan bagian Pembiayaan atau Account Officer (AO) yang mempunyai hubungan langsung mengenai strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
b. Sumber data sekunder
20
penelitian ini penulis mengumpulkan data pendukung yang berasal dari buku-buku, artikel, jurnal, internet, dokumen dan lain sebagainya yang berhubungan dengan materi penulisan skripsi ini, diantaranya:
1) Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, dikarang oleh Muhammad
Syafi’I Antonio.
2) Perbankan Syariah, Cetakan ke-1, dikarang oleh Ismail 3) Brosur Bank BNI Syariah
4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan 5) Fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang mura>bah}ah 6) Website Bank BNI Syariah.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.24 Maka agar mempermudah teknik pengumpulan data tersebut
maka diperlukan beberapa macam teknik pengumpulan data, yakni : a. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.25 Wawancara adalah sebuah dialaog
24 Raco J.R, Metode Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: Grasindo, 2013),
21
yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.26 Wawancara dilakukan dengan cara penulis (interviewer) mengajukan pertanyaan langsung dengan bidang Pembiayaan atau Account Officer (AO) Bank BNI Syariah Cabang Surabaya (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu27 yang berkaitan dengan strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya. Pewawancara mengacu pada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya meliputi strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada, atau catatan-catatan yang tersimpan.28 Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.29 Untuk mendapatkan informasi yang lebih valid maka penulis mencari dokumen dari instansi terkait sebagai tambahan untuk bukti penguat yang berupa sejarah Bank BNI Syariah, visi dan misi Bank BNI Syariah, produk dan jasa Bank BNI Syariah,
26 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitihan Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), 132.
27 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 5.
28 Margono S, Metode Penelitihan Pendidikan Komponen MKDK (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2000), 50.
22
prosedur pengajuan pembiayaan multiguna Bank BNI Syariah, persyaratan pengajuan pembiayaan multiguna Bank BNI Syariah, penjelasan dan rincian pembiayaan multiguna Bank BNI Syariah dan lain-lain.
4. Teknik Pengolahan Data
Setelah data berhasil diambil dari seluruh sumber yang ada, maka penulis menggunakan teknik pengolahan data sebagai berikut:
a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapannya, kejelasan makna, keselarasan antara data yang ada dan relevansi dengan penelitian.30 Dalam hal ini penulis akan mengambil data yang akan dianalisis dengan rumusan masalah saja. Penulis mengambil data dari Bank BNI Syariah tentang strategi yang dilakukan sesuai dengan apa yang terjadi pada pembiayaan mura>bahah multiguna bermasalah. Setelah itu merangkum data yang didapat untuk keselarasan pembahasan.
b. Organizing, yaitu mengatur dan menyusun bagian sehingga seluruhnya menjadi suatu kesatuan yang teratur.31 Penulis melakukan pengelompokan data yang dibutuhkan untuk dianalisis dan menyusun data tersebut dengan sistematis untuk memudahkan penulis dalam menganalisa data.
30 Ibid, 243.
31 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
23
c. Penemuan hasil, yaitu dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.32
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.33 Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.34 Penelitian ini juga memakai pola pikir deduktif dimana kerangka tersebut memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.35
32 Raco J.R, Metode Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya…, 246.
33 Raco J.R, Metode Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya…, 244.
34 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu sosial (Jakarta: Salemba
Humanika, 2012), 9.
24
Deskriptif yaitu teknik untuk menggambarkan atau menjelaskan data-data yang terkait atau berhubungan dengan pembahasan.36 Sedangkan deskriptif analitis adalah memaparkan data yang terkumpul tentang strategi yang dilakukan Bank BNI Syariah Cabang Surabaya pada produk Multiguna iB Hasanah dalam mengatasi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan implikasi yang terjadi dijadikan kesimpulan disertai dengan analisis.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahami dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah:
Bab pertama, peneliti akan membahas beberapa hal tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian (meliputi data yang dikumpulkan, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data) serta sistematika pembahasan.
25
Bab kedua, mengenai landasan teori yang terdiri dari beberapa meliputi manajemen risiko, produk pembiayaan dan pembiayaan bermasalah.
Bab ketiga, mengenai data dalam skripsi ini meliputi profil umum Bank BNI Syariah Cabang Surabaya (meliputi sejarah Bank BNI Syariah, visi dan misi Bank BNI Syariah, struktur organisasi Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, produk dan jasa Bank BNI Syariah), produk pembiayaan mura>bah}ah multiguna (meliputi prosedur pengajuan pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, kelebihan produk pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, persyaratan pengajuan pembiayaan mura>bah}ah multiguna Bank BNI Syariah Cabang Surabaya, penjelasan dan rincian pembiayaan multiguna) dan strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah.
Bab keempat, mengenai deskripsi dan analisis yaitu strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya dan implikasi dari strategi pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya.
BAB II
MANAJEMEN RISIKO, PRODUK PEMBIAYAAN, DAN PEMBIAYAAN BERMASALAH
A. Manajemen Risiko
Manajemen merupakan suatu metode pengelolaan yang baik dan benar
untuk menghindari kesalahan, kekeliruan, dan menegakkan kebenaran.
Menegakkan kebenaran adalah metode Allah yang harus ditaati oleh manusia.
Dengan demikian, manajemen yang disusun oleh manusia untuk menegakkan
kebenaran itu menjadi wajib.1
Manajemen dalam Islam bersandar pada ijtihad pemimpin dan
umatnya, dengan catatan tidak boleh bertentangan dengan konsep dasar dan
prinsip hukum yang bersumber dari Alquran dan hadis. Rasulullah saw
bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani:2
َُِقْتُ ي ْنَأ َلَمَعْلا ُمُك ُدَحأ َلِمَع اَذإ بِحُي َها نإ
{
ناربّطلا اور
}
Artinya: “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara itqan (tepat, terarah, jelas, dan tuntas)” )HR. Ath-Thabarani(.3
َ َع للا ِرِ َتْ ا َ ِِ َْا ِرْ َ َلِإ ُرْ َاا َدِْ ُا اَذِإ
Artinya: “Apabila suatu urusan (amanah) diserahkan pada bukan
ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya” (HR. Bukhari).4
1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet, 2002), 99.
2 Trisadini P. Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank Syariah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2013),
83.
3 DR. K. H. Didin Haffidhuddin, M.Sc & Hendri Tanjung S.Si., M.M, Manajemen Syariah dalam
Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2003), 2.
4 Marhian Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Mukhtarul Aahadits wa al-Hukmu al-Muhammadiyah
27
Dalil tersebut menjelaskan yakni apabila sesuatu yang baik tidak
diikuti dengan mekanisme yang baik, tidak terukur secara matang, bias saja
membuahkan hasil tidak baik. Ini tujuannya agar tidak menghasilkan sesuatu
yang mubadzir (sia-sia). Hal ini juga diterangkan dalam Islam, apabila
mengambil suatu mekanisme haruslah terukur, terstruktur dan jelas. Dan
dalam pengelolaan keuangan apabila tidak diberi pada seseorang yang ahli
maka manajemen keuangan tersebut akan mengalami masalah, bukan tidak
mungkin anggran keuangan tidak terorganisasi dengan baik.
Menurut Adiwarman Karim sasaran kebijakan manajemen risiko
adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan jalannya
kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah,
terintegrasi, dan berkesinambungan sehingga manajemen risiko berfungsi
sebagai filter atau pemberi peringatan dini terhadap kegiatan usaha bank.
Tujuan manajemen risiko antara lain:
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable
(tidak dapat diterima)
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled
(terkendali).
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.5
28
Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang berbeda
dengan bank konvensional, terutama jenis-jenis risiko yang khas melekat
pada bank syariah. Perbedaan mendasar antara bank Islam dan bank
konvensional bukan terletak pada bagaimana cara mengukur, melainkan pada
apa yang dinilai. Menurut Adiwarman Karim perbedaan itu terlihat dalam
proses manajemen risiko operasional bank Islam yang meliputi identifikasi
risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko dan monitoring risiko.6
Menurut Adiwarman Karim identifikasi risiko yang dilakukan oleh
bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang ada pada bank-bank
umumnya, tetapi juga meliputi risiko yang khas yang hanya ada pada bank
Islam. Hal ini dikarenakan keunikan dari bank Islam tersebut, yaitu:
1. Proses transaksi pembiayaan
2. Proses manajemen
3. Sumber daya manusia
4. Teknologi
5. Lingkungan eksternal
6. Kerusakan7
Sependapat dengan Adiwarman Karim bilamana bank syariah tidak
berhati-hati dalam mengelola risiko-risiko tersebut, akibatnya akan
berdampak pada kesehatan bank syariah, yang pada akhirnya tidak menutup
kemungkinan bank syariah akan kesulitan likuditas dan berakibat
6 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
29
menurunnya kepercayaan masyarakat, sehingga masyarakat akan menarik
dananya secara bersamaan. Apabila hal ini terjadi maka akan sangat
berpengaruh eksitensi pada bank syariah. Bank Indonesia akan berupaya
untuk menyehatkan kembali bank syariah, tetapi jika upaya yang dilakukan
tidak berhasil maka upaya terakhir yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dengan mencabut izin usaha bank syariah.8
Berbagai perkembangan dalam perekonomian atau kebijaksanaan
perdagangan pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dan harga barang
yang menuntun kepada risiko asset, harga, dan tingkat pengembalian. Jika
dikaitkan dengan pembiayaan maka piutang yang diciptakan dalam
mura>bah}ah tidak dapat ditambah, bahkan jika tingkat suku bunga pasar
secara umum meningkat. Dalam kasus yang tidak sesuai dengan ajaran
syariah, tidak hanya pendapatan yang terkait akan pindah ke rekening amal,
tapi juga akan menuntun kepada risiko kredibilitas bagi semua bank Islam,
yang nantinya akan membawa risiko penarikan dan efek menular bagi
industri keuangan Islam. Keterlibatan bank Islam dalam asset fisik juga dapat
menuntun kepada risiko legal yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
harus dihadapi bank konvensional.9
Salah satu risiko yang dihadapi bank syariah adalah risiko pembiayaan.
Risiko pembiayaan adalah risiko timbulnya kerugian akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah dalam memenuhi kewajiban sesuai akad atau
perjanjian yang telah ditetapkan antara pihak bank dengan nasabah. Risiko
30
pembiayaan umumnya bersumber dari karakter nasabah, kemampuan nasabah
dan siklus bisnis. Risiko tersebut dapat tampak lebih besar bagi perbankan
syariah, sehingga risiko pembiayaan harus diidentifikasi, diukur, dipantau,
dan dikendalikan.10
B. Pembiayaan
Pembiayaan merupakan aktivitas Bank Syariah dalam menyalurkan
dananya kepada pihak nasabah yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat
bermanfaat bagi bank syariah, nasabah, dan pemerintah. Pembiayaan
memberikan hasil yang paling besar di antara penyaluran dana lainnya yang
dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui
pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan secara
mendalam.11
Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan
dana kepada pihak lain berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik
dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada penerima dana,
bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti akan terbayar.
Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi pembiayaan,
sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk mengembalikan
10 Ibid.
31
pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah
diperjanjikan dalam akad pembiayaan.12
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, Pembiayaan
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah,
pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada
prinsip syariah.13
1. Unsur-unsur Pembiayaan
a) Bank Syariah, merupakan badan usaha yang memberikan
pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.
b) Mitra Usaha/Partner, merupakan pihak yang mendapatkan
pembiayaan dari bank syariah atau pengguna dana yang disalurkan
oleh bank syariah.
c) Kepercayaan, bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak
yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban
untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka
waktu tertentu yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan
pembiayaan kepada mitra usaha sama artinya dengan bank
memberikan kepercayaan kepada pihak penerima pembiayaan,
12 Ibid.
13
32
bahwa pihak penerima pembiayaan akan dapat memenuhi
kewajibannya.
d) Akad, merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang
dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/mitra.
e) Risiko, setiap dana yang disalurkan/diinvestasikan oleh bank
syariah selalu mengandung risiko. Risiko pembiayaan merupakan
kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang
disalurkan tidak dapat kembali.
f) Jangka waktu, merupakan periode waktu yang diperlukan oleh
nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan
oleh bank syariah. Jangka waktu dapat bervariasi antara lain jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
g) Balas jasa, sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank
syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan
akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.14
2. Fungsi Pembiayaan
Ada beberapa fungsi dari pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah kepada masyarakat penerima, antara lain:
a) Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang jasa.
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang, hal ini
seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka
33
pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran
barang dan jasa.
b) Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle
fund.
Dana yang berasal dari golongan yang kelebihan dana, apabila
disalurkan kepada pihak yang membutuhkan dana, maka akan
efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang
membutuhkan dana.
c) Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
Pemberian pembiayaan yang ekspansif akan mendorong
meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan
peredaran uang akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya,
pembatasan pembiayaan, akan berpengaruh pada jumlah uang yang
beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat
memiliki dampak pada penurunan harga.
d) Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat
ekonomi yang ada.
Pembiayaan mud}a>rabah dan musha>rakah yang diberikan oleh bank
syariah memiliki dampak pada kenaikan makro-ekonomi. Mitra
(pengusaha), setelah mendapatkan pembiayaan dari bank syariah,
34
jadi, meningkatkan volume perdagangan, dan melaksanakan
kegiatan ekonomi lainnya.15
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan usahanya.
Masyarakat disini merupakan individu, pengusaha, lembaga, dan badan
usaha yang membutuhkan dana.
3. Manfaat Pembiayaan16
Beberapa manfaat atas pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah kepada mitra usaha antara lain:
a) Manfaat pembiayaan bagi Bank
(a) Pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah akan
mendapat balas jasa.
(b) Pembiayaan akan berpengaruh pada peningkatan profitabilitas bank.
(c) Pemberian pembiayaan kepada nasabah secara sinergi akan
memasarkan produk bank syariah lainnya seperti produk dana dan
jasa.
(d) Kegiatan pembiayaan dapat mendorong peningkatan kemampuan
pegawai untuk lebih memahami secara perinci aktivitas usaha para
nasabah diberbagai sektor usaha.
b) Manfaat pembiayaan bagi debitur
(a) Meningkatkan usaha nasabah
15
35
(b) Biaya yang diperlukan dalam rangka mendapatkan pembiayaan dari
bank syariah relatif murah.
(c) Nasabah dapat memilih berbagai jenis pembiayaan berdasarkan
akad yang sesuai dengan tujuan penggunaannya.
(d) Bank dapat memberikan fasilitas lainnya kepada nasabah.
(e) Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan jenis pembiayaan dan
kemampuan nasabah dalam membayar kembali pembiayaannya.
c) Manfaat pembiayaan bagi pemerintah
(a) Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong
pertumbuhan sektor riil.
(b) Pembiayaan bank dapat digunakan sebagai alat pengendali moneter
(c) Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menciptakan
lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
(d) Secara tidak langsung pembiayaan bank syariah dapat
meningkatkan pendapatan negara.
d) Manfaat pembiayaan bagi masyarakat luas
(a) Mengurangi tingkat pengangguran
(b) Melibatkan masyarakat memiliki profesi tertentu.
(c) Penyimpan dana akan mendapat imbalan.
(d) Memberikan rasa aman bagi masyarakat yang menggunakan
36
4. Jenis-Jenis Pembiayaan17
Pembiayaan bank syariah dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
a) Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan
(a) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan ini diberikan bank syariah kepada nasabah untuk
pengadaan barang-barang modal (aset tetap) yang mempunyai nilai
ekonomis lebih dari satu tahun.
(b) Pembiayaan Modal Kerja
Pembiayaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja
yang biasanya habis dalam satu siklus usaha. Pembiayaan modal
kerja ini diberikan dalam jangka pendek yaitu selama-lamanya satu
tahun.
(c) Pembiayaan Konsumtif
Pembiayaan konsumtif diberikan kepada nasabah untuk membeli
barang-barang keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha.
Beberapa contoh pembiayaan konsumtif antara lain, pembiayaan
untuk pembelian tempat tinggal, kendaraan bermotor dan untuk
keperluan lain yang habis pakai. Dalam praktiknya bank juga
memberikan pembiayaan kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS),
BUMN, swasta dalam bentuk pembiayaan konsumtif untuk
memenuhi kebutuhannya misalnya untuk pembelian komputer dan
untuk barang elektronik.
37
b) Pembiayaan dilihat dari jangka waktunya
(a) Pembiayaan Jangka Pendek
Pembiayaan diberikan dengan jangka waktu maksimal satu tahun.
(b) Pembiayaan Jangka Menengah
Pembiayaan ini diberikan dengan jangka waktu antara satu tahun
hingga tiga tahun.
(c) Pembiayaan Jangka Panjang
Pembiayaan yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.
c) Pembiayaan dilihat dari sektor usaha
(a) Sektor Industri
Sektor usaha yang mengubah bentuk dari bahan baku menjadi
barang jadi atau mengubah suatu barang menjadi barang lain yang
memiliki manfaat lebih tinggi.
(b) Sektor Perdagangan
Pembiayaan ini diberikan kepada pengusaha yang bergerak dalam
bidang perdagangan, baik perdagangan kecil, menengah, dan besar.
(c) Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Perkebunan
Pembiayaan ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di
sektor pertanian, peternakan, perikanan serta perkebunan.
(d) Sektor Jasa
Pembiayaan ini diberikan kepada beberapa sektor jasa, yaitu: jasa
38
(e) Sektor Perumahan
Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra usaha yang
bergerak di bidang pembangunan perumahan.
d) Pembiayaan dilihat dari segi jaminan
(a) Pembiayaan dengan Jaminan
Jenis pembiayaan yang didukung demgan jaminan (agunan) yang
cukup. Agunan atau jaminan dapat digolongkan menjadi jaminan
perorangan, benda berwujud, dan benda tidak berwujud.
(b) Pembiayaan tanpa jaminan
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah tanpa didukung adanya
jaminan.
e) Pembiayaan dilihat dari jumlahnya
(a) Pembiayaan Retail
Pembiayaan yang diberikan kepada individu atau pengusaha dengan
skala usaha sangat kecil. Jumlah pembiayaan yang dapat diberikan
hingga Rp 350.000.000,-.
(b) Pembiayaan Menengah
Pembiayaan yang diberikan kepada pengusaha pada level menengah,
dengan batasan antara Rp 350.000.000 hingga Rp 5.000.000.000,-.
(c) Pembiayaan Korporasi
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dengan jumlah nominal
39
Misalnya jumlah pembiayaan lebih dari Rp 5.000.000.000,-
dikelompokkan dalam pembiayaan korporasi.
5. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan adalah suatu kajian untuk mengetahui
kelayakan dari suatu proposal pembiayaan yang diajukan nasabah. Melalui
hasil analisis dapat diketahui pakah usaha nasabah tersebut layak, dalam arti
bisnis yang dibiayai diyakini dapat menjadi sumber pengembalian dari
pembiayaan yang diberikan. Jumlah pembiayaan sesuai kebutuhan, baik dari
sisi jumlah maupun penggunaannya, serta tepat struktur pembiayaannya
sehingga mengamankan risiko dan menguntungkan bagi bank dan nasabah.
Dalam menganalisis pembiayaan harus diperhatikan kemauan dan
kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya serta terpenuhinya
aspek ketentuan syariah.18
Bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan wajib menempuh
cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya. Risiko pembiayaan bermasalah dapat diperkecil
dengan jalan salah satunya melakukan analisis pembiayaan. Analisis
pembiayaan merupakan tahap preventif yang paling penting dan
dilaksanakan dengan profesional dapat berperan sebagai saringan pertama
dalam usaha bank menangkal bahaya pembiayaan bermasalah. Kelayakan
pembiayaan merupakan fokus dan hal yang terpenting di dalam pengambilan
keputusan pembiayaan karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan
18 Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka
40
kelancaran pembayaran.19 Sebelum memberikan pembiayaan kepada
nasabah, bank syariah melakukan upaya preventif dengan melakukan analisis
5 C, yaitu:
1. Character
Penilaian karakter nasabah adalah untuk mengetahui iktikad baik
nasabah dalam memenuhi kewajibannya dan untuk mengetahui moral,
watak, maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Karakter
merupakan faktor yang dominan dan peting, karena walaupun calon
nasabah tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi
jika tidak mempunyai iktikad baik tentu akan membawa berbagai
kesulitan bagi bank di kemudian hari.20
Cara yang dilakukan oleh bank untuk mengetahui character calon
nasabah antara lain:21
a) Bank dapat melakukan penelitian dengan melakukan BI Checking,
yaitu melakukan penelitian terhadap calon debitur dengan melihat
data debitur dengan melihat data debitur melalui computer online
dengan Bank Indonesia. Dengan melakukan BI checking, maka bank
dapat mengetahui dengan jelas calon debiturnya, baik kualitas kredit
calon debitur bila debitur sudah menjadi debitur lain.
b) Dalam hal debitur masih baru dan belum memiliki pinjaman di bank
lain, maka cara yang efektif ditempuh yaitu dengan meneliti calon
19 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah…, 67. 20 Ibid, 67.
41
debitur melalui pihak-pihak lain yang mengenal dengan baik calon
debitur.
c) Wawancara secara langsung kepada calon debitur dan wawancara
dengan pihak yang disebut calon debitur sebagai pihak yang dikenal
dan tidak serumah.
2. Capacity
Kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna memperoleh
laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan pembiayaan
diterima.22 Semakin baik kemampuan keuangan calon nasabah, maka
semakin baik kemungkinan kualitas pembiayaan, artinya dapat
dipastikan bahwa pembiayaan yang diberikan bank syariah dapat
dibayar sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.23
Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengetahui
kemampuan keuangan calon nasabah, antara lain:24
a) Melihat laporan keuangan debitur. Dalam laporan keuangan calon
nasabah, maka akan dapat diketahui sumber dananya dengan melihat
laporan arus kas. Di dalam laporan arus kas secara keseluruhan dapat
diketahui kondisi keuangan secara tunai dari calon nasabah.
b) Memeriksa slip gaji dan rekening tabungan. Cara lain yang dapat
ditempuh oleh bank syariah, bila calon nasabah pegawai, maka bank
dapat meminta fotokopi slip gaji tiga bulan terakhir dan didukung
22 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah…, 68. 23 Ismail, Perbankan Syariah…, 121.
42
oleh rekening tabungan sekurang-kurangnya untuk tiga bulan
terakhir.
c) Survei kelokasi usaha calon nasabah. Survei ini diperlukan untuk
mengetahui usaha calon nasabah dengan melakukan pengamatan
secara langsung.
3. Capital
Modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon nasabah
atau jumlah dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai.
Semakin besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon nasabah
dalam objek pembiayaan akan semakin meyakinkan bagi bank akan
keseriusan calon nasabah dalam mengajukan pembiayaan dan
pembayaran kembali.25
Cara yang ditempuh oleh bank untuk mengetahui capital antara
lain:26
a) Laporan keuangan calon nasabah. Dalam hal calon nasabah adalah
perusahaan. Perusahaan dianggap kuat dalam menghadapi berbagai
macam risiko apabila jumlah modal sendiri yang dimiliki cukup
besar.
b) Uang muka yang dibayarkan dalam memperoleh pembiayaan. Dalam
hal calon nasabah adalah perorangan dan tujuan penggunaannya jelas.
25 Ibid, 122.
43
4. Collateral
Anggunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan
yang diajukan. Anggunan merupakan sumber pembayaran kedua. Dalam
hal nasabah tidak dapat membayar angsurannya, maka bank syariah
dapat melakukan penjualan terhadap anggunan. Hasil penjualan
anggunan digunakan sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi
pembiayaannya.27
Secara perinci pertimbangan atas collateral dikenal dengan
MAST:28
a) Marketability
Agunan yang diterima oleh bank haruslah agunan yang mudah
diperjualbelikan dengan harga yang menarik dan meningkat dari
waktu ke waktu.
b) Ascertainability of value
Agunan yang diterima memiliki standar harga yang lebih pasti.
c) Stability of value
Agunan yang diserahkan bank memiliki harga yang stabil, sehingga
ketika agunan dijual, maka hasil penjualan bisa meng-cover
kewajiban debitur.
d) Transferability
Agunan yang diserahkan bank mudah dipindahtangankan dan
mudah dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya.
27 Ibid, 124.
44
5. Condition of Economy
Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian. Bank perlu
mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan
kondisi ekonomi. Bank perlu melakukan analisis dampak kondisi
ekonomi terhadap usaha calon nasabah di masa yang akan datang, untuk
mengetahui pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha calon nasabah.29
Beberapa analisis terkait dengan condition of economy antara
lain:30
a) Kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan pemerintah digunakan
sebagai pertimbangan bagi bank untuk melakukan analisis condition
of economy.
b) Bank syariah tidak terlalu focus terhadap analisis condition of
economy Bank akan mengkaitkan antara tempat kerja calon nasabah
dan kondisi ekonomi saat ini dan saat mendatang, sehingga
diestimasikan tentang kondisi perusahaan di mana calon nasabah
bekerja. Kelangsungan hidup perusahaan dan pekerjaan calon
nasabah