PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor : 44/Menhut-II/2013
TENTANG
RENCANA KERJA
KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2014
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah, dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun
2013 mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga Negara menyusun
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga yang merupakan penjabaran
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2010-2014 dan Rencana
Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan Peraturan
Menteri Kehutanan tentang Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun
2014;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3419);
2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
- 2 -
Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4412);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4405);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2010-2014;
10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2013 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2014;
11. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor
P.51/Menhut-II/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan
Tahun 2010-2014;
12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan;
- 3 -
13. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2010 tentang Sistem
Perencanaan Kehutanan;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut-II/2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan;
15.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.15/Menhut-II/2013 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.51/Menhut-II/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Kehutanan Tahun 2010-2014;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG RENCANA KERJA
KEMENTERIAN KEHUTANAN TAHUN 2014.
Pasal 1
Rencana Kerja Kementerian Kehutanan Tahun 2014 adalah sebagaimana tercantum dalam
lampiran Peraturan ini.
Pasal 2
Renja Kementerian Kehutanan ini menjadi acuan dalam penyusunan Renja dan dokumen
anggaran unit kerja Eselon I dan Eselon II lingkup Kementerian Kehutanan Tahun 2014.
Pasal 3
Unit Pelaksana Teknis lingkup Kementerian Kehutanan menyusun Renja Tahun 2014 mengacu
pada Renja Unit Kerja Eselon I-nya.
Pasal 4
Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Agustus 2013
MENTERI KEHUTANAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ZULKIFLI HASAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 September 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 1074
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BIRO HUKUM DAN ORGANISASI,
ttd.
Banyak pohon, banyak rejeki
Kementerian Kehutanan
ii
iii
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Rencana Kerja Tahun 2014
i
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Pengantar Menteri Kehutanan Republik Indonesia
Renja Tahun 2014 ini merupakan dokumen perencanaan pembangunan kehutanan, yang proses
penyusunannya berusaha melibatkan berbagai pihak untuk memperluas hasil yang ingin diperoleh.
Diantaranya melalui forum Rakorenbanghutda di seluruh provinsi dan Musrenbangnas. Indikasi sasaran di
setiap provinsi juga telah disepakati Kementerian Kehutanan, Kementerian PPN/Bappenas dan Bappeda
Provinsi.
ii
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4 Renja Tahun 2014 ini disusun bersamaan dengan RKP Tahun
2014, yang telah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden
Republik I n d o n e s i a Nomor 39 Tahun 2013. Dengan demikian,
Renja Tahun ini merupakan bagian sekaligus penjabaran dari
RKP Tahun 2014.
Berangkat dari keinginan untuk senantiasa melakukan
penyempurnaan, Kementerian Kehutanan berusaha menyajikan
Renja Tahun 2014, meliputi : (1) capaian pembangunan
kehutanan hingga Tahun 2012 dan kemungkinan
peningkatannya di Tahun 2013; (2) tantangan dan kebijakan;
(3) target pembangunan kehutanan provinsi; (4) pengukuran
kinerja. Bagian terakhir dari Renja Tahun 2014 ini merupakan
upaya untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan di
lingkungan Kementerian Kehutanan, sedemikian rupa sehingga
kinerja dapat dipenuhi.
Akhirnya, semoga Allah SWT, melimpahkan rahmat dan
karunianya bagi kita sehingga seluruh kinerja yang dirumuskan
dapat dicapai. Amin
Menteri Kehutanan Republik Indonesia,
ttd.
iii
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Daftar Isi
i.
Pengantar Menteri Kehutanan
Republik Indonesia
iii.
Daftar Isi
iv.
Daftar Tabel
v.
Daftar Singkatan
vii.
Ringkasan Eksekutif
I.
Pendahuluan..
1
II.
Tantangan dan
Kebijakan..
27
III.
Target Pembangunan
Kehutanan Provinsi Tahun
2014..
44
IV.
Pengukuran Kinerja Tahun
2014..
56
V.
Penutup..
74
iv
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Daftar Tabel
No. Teks halaman
1.
Perkembangan pemantapan kawasan hutan. ...
3
2.
Perkembangan pelepasan kawasan hutan hingga Mei 2013 ...
4
3.
Perkembangan pemenuhan bahan baku. ...
5
4.
Perkembangan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu. ...
6
5.
Perkembangan ekspor kayu ...
6
6.
Perkembangan produk kayu olahan ...
7
7.
Perkembangan penyelesaian konflik kawasan konservasi ...
9
8.
Perkembangan pengelolaan ekosistem esensial ...
10
9.
Perkembangan 14 spesies prioritas utama ...
11
10.
Perkembangan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar ...
14
11.
Perkembangan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi ...
15
12.
Perkembangan rehabilitasi hutan dan lahan ...
16
13.
Perkembangan pembuatan KBR ...
17
14.
Perkembangan HKm, HD dan HR (kemitraan) ...
18
15.
Jenis HHBK unggulan nasional dan lokasi klaster ...
19
16.
Perkembangan Penyelenggaraan, Penyuluhan, Kediklatan, dan
Pengembangan SDM Kehutananan ...
21
17.
Perkembangan pemantauan kinerja pengawasan ...
24
18.
Status Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi hingga B-03 ...
24
19.
Perkembangan pencapaian kinerja Sekretariat Jenderal ...
25
20.
Perkembangan PNBP Kehutanan ...
25
21.
Perkembangan realisasi anggaran Kemenhut ...
26
22.
Perkembangan pelaksanaan SAKIP ...
26
23.
Prioritas nasional pembangunan kehutanan 2013 ...
31
24.
Prioritas pembangunan bidang sumberdaya alam ...
32
v
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Daftar Singkatan
Bappeda
: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BMN
: Barang Milik Negara
BPKH
: Balai Pemantapan Kawasan Hutan
BP2SDM
: Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM
BPDAS
: Balai Pengelolaan DAS
BPDASPS : Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial
BPK
: Badan Pemeriksa Keuangan
BUK
: Bina Usaha Kehutanan
CA
: Cagar Alam
DAS
: Daerah Aliran Sungai
DAOPS
: Daerah Operasional
Diklat
: Pendidikan dan Pelatihan
Dishut
: Dinas Kehutanan
DR
: Dana Reboisasi
FEM
:
Food, energy , medicine
HA
: Hutan Alam
HD
: Hutan Desa
HHBK
: Hasil Hutan Bukan Kayu
HKm
: Hutan Kemasyarakatan
HL
: Hutan Lindung
HR (K)
: Hutan Rakyat (kemitraan)
HT
: Hutan Tanaman
HTI
: Hutan Tanaman Industri
HTR
: Hutan Tanaman Rakyat
IHMB
: Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala
IKK
: Indikator Kinerja Kegiatan
IKU
: Indikator Kinerja Utama
IPK
: Izin Pemanfaatan Kayu
IUPHHK
: Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu
K/L
: Kementerian/Lembaga
KBR
: Kebun Bibit Rakyat
Kemenhut : Kementerian Kehutanan
KPH
: Kesatuan Pengelolaan Hutan
LH
: Lingkungan hidup
vi
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Litbang
: Penelitian dan Pengembangan
LOA
:
Logged Over Areas
Musrenbangnas
: Musyawarah Pembangunan Nasional
Rakorenbanghutda
: Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah
Rakorenbanghutreg : Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Regional
RE
: Restorasi Ekosistem
Renja
: Rencana Kerja
Renstra
: Rencana Strategis
RHL
: Rehabilitasi Hutan dan Lahan
RKP
: Rencana Kerja Pemerintah
RKTN
: Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
RPDAST
: Rencana Pengelolaan DAS Terpadu
RSNI
: Rancangan Standar Nasional Indonesia
RTk
: Rencana Teknik
PHKA
: Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
RTRW
: Rencana Tata Ruang Wilayah
PNBP
: Pendapatan Negara Bukan Pajak
PPN
: Perencanaan Pembangunan Nasional
PSDH
: Provisi Sumberdaya Hutan
SDA
: Sumberdaya Alam
SDH
: Sumberdaya Hutan
SDM
: Sumberdaya Manusia
SM
: Suaka Margasatwa
SNI
: Standar Nasional Indonesia
TB
: Taman Buru
TN
: Taman Nasional
TSP
:
Temporary Sampling Plot
PSP
:
Permanent Sampling Plot
vii
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Ringkasan Eksekutif
Pembangunan kehutanan diarahkan pada rehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi dan gundul
akibat deforestasi dalam rangka peningkatan penutupan lahan untuk mencegah erosi, banjir, dan
kebakaran hutan sekaligus menyerap CO
2di udara terkait mitigasi perubahan iklim dan berkontribusi
terhadap penyediaan kayu sebagai bahan industri dan pengembangan jasa lingkungan hutan seperti
perbaikan tata air, keindahan wisata alam, dan pemulihan keanekaragaman hayati.
Rehabilitasi hutan dan lahan telah berhasil menurunkan lahan kritis seluas 2,9 juta ha yang mana
pada tahun 2006 seluas 30,1 juta ha dan pada tahun 2011 menjadi seluas 27,2 juta ha. Pada tahun
2012 telah dilakukan rehabilitasi hutan konservasi/lindung seluas 100.986 ha dan rehabilitasi lahan
kritis, termasuk penanaman hasil KBR Tahun 2011 seluas 398.631 ha dan rehabilitasi mangrove,
gambut dan rawa seluas 8.869 ha. Disamping itu Gerakan Menanam Satu Milyar Pohon pada tahun
2010 terealisasi sebanyak 1,39 Milyar pohon, pada tahun 2011 sebanyak 1,52 Milyar pohon, dan pada
tahun 2012 meningkat menjadi 1,6 Milyar pohon.
Pada tahun 2013, rehabilitasi hutan dan lahan akan ditingkatkan seluas 563.446 ha. Upaya
rehabilitasi ini didukung dengan fasilitasi penetapan areal kerja HKm dan HD serta pembangunan HR
Kemitraan. Selama periode 2010-2012, areal kerja HKm dan HD telah diverifikasi seluas 1.538.199,80
viii
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
ha, dan pengembangan HR kemitraan seluas 158.492 ha. Pada tahun 2013, program ini ditingkatkan
menjadi seluas 500.175 ha untuk HKm dan HD, serta 50.000 ha pengembangan HR kemitraan dalam
rangka menciptakan lapangan kerja
(creating job) dan pengentasan kemiskinan di pedesaan sekitar
atau di dalam kawasan hutan.
Pembalakan liar dan perambahan terhadap kawasan hutan konservasi terus diturunkan hingga 24.100
ha di tahun 2012, dari total 25 ribu ha yang harus diselesaikan di akhir 2014. Untuk memerangi
pembalakan liar perambahan kawasan hutan tanpa izin yang dilakukan secara terorganisasi,
Pemerintah bersama DPR-RI telah mengesahkan Undang-undang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan. Demikian juga untuk menangani kasus-kasus kejahatan kehutanan, telah dilakukan
MoU penanganan kejahatan kehutanan melalui
multi doors system,
yaitu K/L yang terkait dengan
penegakan hukum dan penerimaan negara,
dimana para pelaku kejahatan kehutanan dapat
dikenakan pasal berlapis tidak saja Undang-undang Kehutanan, tetapi juga Undang-undang
Lingkungan Hidup, Undang-undang tentang Pencucian Uang, dan Undang-undang tentang Korupsi.
Demikian juga untuk pemantapan kawasan hutan dan perbaikan tata kelola kehutanan, telah dibuat
MoU oleh 12 K/L yang langsung dan tidak langsung berkaitan dengan penyelesaian penatagunaan
kawasan hutan yang diinisiasi oleh KPK.
Untuk pemulihan keanekaragaman hayati, populasi spesies prioritas berhasil ditingkatkan pada tahun
2012 dibandingkan dengan data tahun 2008. Spesies Bekantan, Kakaktua Jambul Kuning dan Maleo
memiliki kecenderungan peningkatan populasi terbesar, demikian halnya dengan Badak Jawa,
Harimau Sumatera dan Orangutan Kalimantan dan Komodo. Untuk meningkatkan mekanisme
perlindungan kawasan yang dianggap penting di luar kawasan konservasi, pada tahun 2012 telah
dibangun komitmen para pihak di 3 lokasi, yaitu Kabupaten Tulang Bawang untuk perlindungan
ekosistem lahan basah, Kabupaten Bengkalis untuk perlindungan ekosistem mangrove dan gambut,
dan Kabupaten Ciamis untuk perlindungan perairan dan karst. Secara kumulatif, telah dibangun 10
komitmen para pihak di DI. Yogyakarta, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, Jawa Timur dan Papua Barat.
ix
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Berdasarkan kebijakan, program, dan kegiatan di atas, laju deforestasi dan degradasi hutan untuk
periode 2009-2011 tinggal 450 ribu ha dibandingkan pada periode 1998-2002 yang mencapai sekitar
3,5 juta ha. Berdasarkan data deforestasi periode 1990-2003 rata-rata sebesar 1,125 juta ha per tahun
bila ditetapkan sebagai
baseline penghitungan penurunan emisi di hutan, maka dengan penurunan
deforestasi rata-rata pada periode 2003-2006 ke periode 2009-2011 sebesar 0,675 juta ha per tahun
dengan asumsi 1 ha sebesar 725 ton CO
2ekuivalen
,maka penurunan emisi dari hutan sebesar 489 juta
ton CO
2ekuivalen atau setara 72,8% dari kewajiban RAN-GRK kehutanan sampai dengan 2020 sebesar
87,6%. Dengan demikian penurunan emisi gas rumah kaca akan lebih murah dan melibatkan banyak
pemangku kepentingan bila kita lakukan dengan mencegah laju deforestasi dengan sungguh-sungguh
dan benar.
Pemerintah juga berkepentingan terhadap pertumbuhan ekonomi di bidang kehutanan di bidang
produksi kayu lestari dimana pada 2012 produksi mencapai 49,11 juta m
3, atau meningkat dibanding
tahun 2011 (sebesar 47,42 juta m
3). Adapun produksi dari HT tahun 2009 sebesar 18,95 juta m
3dan
pada tahun 2012 telah mencapai 26,12 juta m
3. Sedangkan HR, produksi pada tahun 2010 sekitar 2,76
juta m
3meningkat menjadi sekitar 3,20 juta m
3pada tahun 2012.
x
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Sementara itu nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu olahan pada tahun 2012 sebesar US$ 2,41
milyar. Sedangkan realisasi PNBP Kehutanan tahun 2012 sebesar Rp. 3,3 trilyun dan pada Juni 2013
sebesar Rp. 1,3 trilyun.
Perkiraan tenaga kerja yang terserap di tahun 2012 dengan adanya industri kehutanan, ijin usaha
pemanfaatan hutan alam, hutan tanaman industri, hutan tanaman rakyat, hutan rakyat, pengusahaan
pariwisata alam, penangkaran dan pengedar tumbuhan dan satwa liar, diperkirakan sebanyak 79.415
orang. Angka ini belum termasuk keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebun bibit rakyat,
kelompok usaha produktif mandiri dan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat.
Terkait dengan upaya peningkatan pendapatan masyarakat di dalam dan sekitar hutan, sebagai upaya
dalam pengentasan kemiskinan, dari data tahun 2012 menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat
rata-rata meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 15,60%. Masyarakat di wilayah pengelolaan satuan
kerja yang telah melebihi target pendapatannya hingga di atas Rp.1.000.000,-/kk/bulan berturut-turut
adalah di BKSDA Jawa Timur (sebesar Rp. 1.826.500,-/kk/bulan), di BTN. Bogani Nani Wartabone
(sebesar Rp. 1.777.794,-/kk/bulan), di BTN. Karimunjawa (sebesar Rp. 1.777.604,-/kk/bulan), di
BKSDA Lampung (sebesar Rp. 1.300.000,-/kk/bulan), di BBKSDA Bukit Barisan Selatan (sebesar Rp.
1.052.340,-/kk/bulan) dan di BTN. Wasur (sebesar Rp. 1.000.000,-/kk/bulan).
xi
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Selanjutnya, capaian sasaran srategis pembangunan kehutanan 2010-2014 disajikan sebagai berikut ;
Posisi Sasaran strategis pembangunan kehutanan 2010-2014 Capaian hingga 2012
Perkiraan
capaian 2013 Status
Kontr
n Tanaman rehabilitasi seluas 2,5 juta ha
(1) 1.124.577 ha 748.285 ha On the track
Terbangunnya HKm dan HD seluas 2,5 juta ha 1.538.199,80
ha 566.295 ha
On the track
Hotspot turun 20% per tahun di Pulau Sumatera, Kalimantan
dan sulawesi 45,11% 59,2%
On the track
Rencana pengelolaan DAS terpadu sebanyak 108 DAS 95 DAS 13 DAS On the track Opini wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
Kementerian Kehutanan mulai laporan keuangan tahun 2011 WTP (DPP) WTP Tercapai
Ini
Tata batas kawasan hutan sepanjang 25.000 km(2)
25.135,91 km 19.000 km Target terlampui
KPH beroperasi sebanyak 120 KPH
60 KPH 30 KPH On the track
Penyelenggaraan Diklat aparatur dan SDM kehutanan lainnya
sebanyak 15.000 orang 17.457 orang 3.000 orang Target terlampui
Terbentuknya kerjasama kemitraan melalui peningkatan peran serta pelaku utama dan pelaku usaha dalam pemberdayaan masyarakat sebanyak 50 kerjasama
30 kerjasama 10 kerjasama On the track
Data dan informasi sebanyak 5 judul(3)
Neraca
Populasi spesies prioritas utama yang terancam punah
meningkat 3% dari kondisi tahun 2008 4,87% 5,37% Target terlampui
Hutan tanaman bertambah seluas 2,65 juta ha 1.159.609 ha 600.000 ha Need more effort IUPHHK-HA/RE pada LOA seluas 2,5 juta ha 858.586 ha 650.000 ha Need more effort Produk industri hasil hutan yang bersertifikat legalitas kayu
meningkat 50% 53,18% 10% Target terlampui
Penyediaan teknologi dasar dan terapan sebanyak 25 judul 60% 20% On the track Penanganan perkara, pemulihan hak-hak negara bidang
kehutanan menang 80% 57,14% 64% On the track
Kelemahan administrasi, pelanggaran perundangan diturunkan 50%, serta potensi kerugian negara diturunkan 25% dari temuan 2006-2009
1. Target RPJMN 2010-2014 seluas 1,6 juta ha, tidak termasuk di dalamnya adalah hasil penanaman satu milyar pohon, dan hasil-hasil penanaman yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah, pelajar dan perusahaan.
2. Hasil inisiatif baru panjang batas menjadi 63.000 km
1
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
I.
P
ENDAHULUAN
Renja Kementerian Kehutanan Tahun 2014 disusun berdasarkan hasil dari proses perencanaan di
provinsi (Rakorenbanghutda) dan kesepakatan antara Kementerian Kehutanan, Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dan Bappeda Provinsi di seluruh Indonesia (trilateral
desk).
Renja Kementerian Kehutanan 2014 menyajikan : (1) capaian pembangunan kehutanan hingga tahun
2012, dan kemungkinan peningkatannya pada tahun 2013; (2) tantangan dan kebijakan tahun 2014;
(3) target pembangunan kehutanan provinsi tahun 2014; dan (4) pengukuran kinerja tahun 2014.
2
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Perencanaan Makro Bidang Kehutanan dan Pemantapan Kawasan Hutan
Pada tahun 2012 telah diselesaikan penataan batas luar dan batas fungsi kawasan hutan sepanjang
16.621,08 km. Secara kumulatif, hingga tahun 2012 telah dicapai penyelesaian tata batas sepanjang
25.135,91 km dan angka ini akan ditingkatkan sepanjang 19.000 km di tahun 2013. Peningkatan target
tata batas ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan konflik pemanfaatan kawasan hutan dan
mempercepat penyelesaian RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota. Sampai dengan tahun 2012
telah diselesaikan persetujuan substansi kehutanan di 22
Provinsi.
Secara paralel, pengelolaan di tingkat tapak ini diperkuat dengan pembentukan KPH. Pembentukan
dan operasionalisasi KPH hingga saat ini telah mencapai 60 unit, diperkirakan tahun 2013 bertambah
menjadi 90 unit.
Untuk mendorong operasionalisasi KPH dilakukan peningkatan sumber daya manusia, baik dari
jumlah maupun kapasitas, melalui penyelenggaraan diklat calon kepala KPH. Hingga tahun 2012 telah
dicapai 86 personil calon kepala KPH dan tahun 2013 diperkirakan bertambah menjadi sebanyak 120
personil calon kepala KPH.
3
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tabel 1. Perkembangan pemantapan kawasan hutan.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
1. Tata batas (km) 1216 3.366 5.148,83 16.621,08
2. KPH 10 12 12 36
3. Pelepasan Kawasan Hutan
a. Perkebunan
–Ijin prinsip Menhut (unit) 16 2 6 17
–Ijin prinsip Menhut (luas) 266.570 13.254 208.327 24.275
–SK. Pelepasan (unit) 17 0 19 11
–SK. Pelepasan (luas) 258.614,3 0 196.405,15 223.076,47
b. Permukiman Transmigrasi
–Ijin prinsip Menhut (unit) 1 2 1 0
–Ijin prinsip Menhut (luas) 2.316,6 1.836 751,77 0
–Pelepasan (unit) 259 0 2 0
–Pelepasan (luas) 956.672,8 0 1.329,76 0
4. Tata Ruang
a. Persetujuan Menhut 7 11 15 22
b. Proses persetujuan Menhut 11 2 3 9
c. Belum mengajukan review 15 3 0 0
d. Proses Tim Terpadu 0 17 15 7
4
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Terkait dengan pelepasan kawasan hutan, hingga Mei 2013 telah dilepaskan 962 ribu ha untuk
transmigrasi dan 5,8 juta ha untuk wilayah perkebunan. Upaya ini diharapkan dapat membantu
menyelesaikan permasalahan penggunaan ruang. (Tabel 2).
Tabel 2. Perkembangan pelepasan kawasan hutan hingga Mei 2013.
No. Provinsi Transmigrasi Perkebunan
Unit ha Unit ha
1 Aceh 12 39.376,65 58 265.743,70
2 Sumatera Utara 12 28.054,00 27 142.762,33
3 Sumatera Barat 10 17.433,85 26 157.956,37
4 Riau 11 66.499,78 136 1.529.740,70
5 Jambi 14 78.412,53 44 345.775,98
6 Sumatera Selatan 30 121.222,46 34 328.188,28
7 Bengkulu 5 14.327,45 11 57.581,25
8 Lampung 16 134.147,20 8 83.964,15
10 Kep. Riau 2 7.530,00 8 55.333,03
18 NTB 2 2.950,00 3 846,86
19 NTT 2 1.137,00 0 0
20 Kalimantan Barat 17 49.199,16 20 241.540,14
21 Kalimantan Tengah 30 68.511,52 66 712.675,78
22 Kalimantan Selatan 9 43.501,50 18 214.204,83
23 Kalimantan Timur 9 39.891,09 56 492.942,79
24 Sulawesi Utara 0 0 1 2.000,00
25 Sulawesi Tengah 17 36.623,79 9 78.532,90
26 Sulawesi Selatan 6 7.447,85 3 4.584,50
27 Sulawesi Tenggara 21 54.446,21 3 20.784,20
28 Gorontalo 3 5.089,56 5 53.966,68
29 Sulawesi Barat 2 3.944,80 10 103.776,71
30 Maluku 3 5.664,58 12 12.657,74
31 Maluku Utara 11 20.032,64 10 52.421,57
32 Papua 15 92.304,10 24 671.050,84
33 Papua Barat 7 24.890,38 13 250.948,81
Jumlah 266 962.638,10 605 5.879.980,14
5
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Peningkatan Usaha Kehutanan
Produksi kayu sebagai bahan baku industri tahun 2012 mencapai 49,11 juta m
3, angka ini meningkat
dibanding tahun 2011 (sebesar 47,42 juta m
3). Kecenderungan peningkatan ini terjadi sejak tahun
2009 (sebesar 37,59 juta m
3) dan tahun 2010 (sebesar 44,25 juta m
3). Sumbangan terbesar produksi
kayu diberikan oleh hutan tanaman (sebesar 26,12 juta m
3), berturut-turut sesudahnya adalah
land
clearing penyiapan lahan HTI (sebesar 8,50 juta m
3), hutan alam (sebesar 5,10 juta m
3) dan hutan
rakyat (3,20 juta m
3). Hutan tanaman terus tumbuh dan secara perlahan telah menggantikan peran
hutan alam untuk menyediakan bahan baku industri. Kondisi ini terlihat dari angka ini tahun 2009
(sebesar 18,95 juta m
3) hingga tahun 2011 (19,84 juta m
3) (Tabel 3).
Pada tahun 2012, Kementerian Kehutanan melakukan kampanye penangkaan anti kayu tropis secara
intensif, antara lain dipimpin Menteri Kehutanan yang menjelaskan kebijakan dan peraturan
pengelolaan hutan Indonesia di forum-forum multipihak di London, Washington, Bonn dan Seoul.
Upaya tersebut efektif untuk meredam isu negatif terhadap produk kayu Indonesia, sehingga perlu
dilanjutkan di forum-forum internasional lain.
Tabel 3. Perkembangan pemenuhan bahan baku.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Realisasi Pemenuhan Bahan Baku (m3) 37.590.339,67 44.256.753,95 47.424.309,19 49.112.386,14
a. Stock di IPHHK (m3) 2.763.664,72 2.086.987,09 4.348.848,99 3.918.481,58
b. IUPHHK-HA (m3) 4.642.569,29 5.285.445,07 5.088.695,42 5.105.469,20
c. IUPHHK-HTI (m3) 18.953.483,19 18.561.413,95 19.840.678,96 26.123.583,29
d. LC Penyiapan Lahan HTI (m3) 6.349.279,40 13.571.293,20 13.591.697,28 8.502.633,20
e. Perum Perhutani 87.827,81 98.002,96 104.776,60 142.457,78
f. ILS/IPK (m3) 482.781,59 736.727,23 600.597,53 712.906,05
g. Hutan Rakyat (m3) 3.204.735,56 2.769.547,53 2.831.619,62 3.207.936,15
h. Kayu perkebunan (m3) 595.460,71 469.264,47 428.239,51 635.440,74
i. Impor kayu bulat (m3) 12.482,33 46.618,38 9.782,76 48.169,17
j. Hasil Lelang (m3) 4.451,91 4.524,15 - -
k. Pemilik/Pedagang Hasil Hutan
KB(m3) 252.250,73 187.995,05 87.861,61
92.095,32
l. IPHHK Lain (m3) 238.275,29 438.934,87 491.510,93 623.213,66
Peningkatan peran hutan tanaman juga terlihat dari perkembangan investasi dan penyerapan tenaga
kerja di HTI dan HTR. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin berkembanganya IUPHHK untuk HTI
dan HTR jika dibandingkan dengan HA. Perkembangan ini juga diikuti adanya RE yang mengalami
peningkatan yang nyata (Tabel 4). Pada tahun 2009, jumlah ijin di HA sebanyak 304 unit, pada tahun
2012 turun menjadi 294 unit. Sedangkan jumlah ijin di HTI pada tahun 2009 sebanyak 226 unit dan
pada tahun 2012 menjadi 238 unit. Kondisi yang sama terjadi di HTR, pada tahun 2009 jumlah ijin
hanya sebanyak 14 unit dengan luas 35.575,04 ha, dan pada tahun 2012 menjadi 3.490 unit dengan
luas 168.447,84 ha.
6
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
dengan luas 219.350 ha. Jumlah investasi yang telah masuk sebesar US$ 67.201.400 dengan perkiraan
jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak 897 orang di tahun 2012.
Tabel 4. Perkembangan ijin pemanfaatan hasil hutan kayu.
Kegiatan
Tahun
2009 2010 2011 2012
1. IUPHHK- HA / HPH
a. Unit 304 303 292 294
b. Luas (Ha) 25.660.000 24.950.000 23.409.375 23.902.979
c. Investasi (Rp) 1.985.384.050 7.517.541.922.364 7.100.331.874.995 6.096.882.349.595
d. Jumlah tenaga kerja 31.058 29.105 29.105 29.762
2. IUPHHK- HTI
a. Unit 226 239 249 238
b. Luas (Ha) 8.983.957,43 9.432.735 10.046.839 9.834.744
c. Investasi (Rp) 1.677.000.000.000 1.986.000.000.000 2.132.350.256.955 2.345.467.681.550
d. Jumlah tenaga kerja 11.990 12.941 23.042 28.906
3. IUPHHK- RE
a. Unit 0 3 4 5
b.Luas (Ha) 0 185.005 199.085 219.350
c. Investasi (US$) 0 227,602.68 27.996.765 67.201.400
d. Jumlah tenaga kerja 0 152 204 897
4. IUPHHK- HTR
a. Luas Pencadangan (Ha) 383.402 634.918 661.150,73 669.450,73
b. Luas Ijin (Ha) 35.575,04 99.749,89 164.749,60 168.447,84
c. Unit 14 50 3.147 3.490
Nilai ekspor produk kehutanan berupa kayu pada tahun 2012 sebesar US$ 2,4 milyar. Sumbangan
terbesar diberikan oleh kayu lapis (US$ 1,69 milyar), berturut-turut setelahnya adalah moulding (US$
400,95 juta) dan kayu pertukangan (US$ 224,21 juta) (Tabel 5).
Tabel 5. Perkembangan ekspor kayu.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Nilai ekspor produk kehutanan (US$) 1.628.108.434 1.987.475.888 2.318.286.186 2.410.473.015
- Kelompok Kayu Gergajian (US$) 30.373.640 27.687.946 32.378.632 39.831.157
- Veneer (US$) 16.057.069 17.365.298 21.624.030 21.082.862
- Moulding (US$) 310.111.888 320.711.791 406.850.678 400.955.746
- Papan Partikel (US$) 1.646.226 2.182.335 1.283.172 1.142.396
- Papan Fiber Kayu (US$) 17.967.523 15.555.779 13.045.351 18.153.355
- Kayu Lapis (US$) 1.060.827.638 1.362.500.792 1.618.275.741 1.691.678.013
- Kayu yg dipadatkan (US$) - - - -
- Peti, kotak, drum, pengemas (US$) 2.855.182 3.429.355 3.882.386 11.058.956
- Kayu pertukangan (US$) 185.357.647 235.113.733 218.965.361 224.219.131
- Produk kayu lainnya (US$) - - - -
7
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Produksi kayu olahan tahun 2012 cenderung meningkat untuk jenis veneer, kayu gergajian dan serpih
kayu. Sedangkan untuk plywood dan LVL, serta pulp mengalami penurunan dibandingkan angka tahun
2011. Peningkatan terbesar adalah pada jenis serpih kayu (19,6 juta m
3), dibandingkan tahun 2011
(sebesar 1,77 juta m
3) (Tabel 6).
Tabel 6. Perkembangan produk kayu olahan.
Produk kayu olahan Tahun
2009 2010 2011 2012
a. Plywood dan LVL (m3) 2.995.952,54 3.236.744,62 3.204.707,52 3.187.974,05
b. Veneer (m3) 684.677,91 727.286,71 812.343,01 878.733,64
c. Kayu gergajian (m3) 711.509,58 877.072,85 907.118,69 1.027.445,94
d. Serpih kayu (m3) 1.012.704,28 1.195.375,76 1.778.435,25 19.640.523,87
e. Pulp (ton) 4.687.038,78 5.437.724,42 6.178.359,10 5.364.107,05
8
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan.
Hingga tahun 2012, telah diselesaikan konflik seluas 24.100 ribu ha dari total 25 ribu ha yang harus
diselesaikan di akhir 2014 (Tabel 7). Dan untuk meningkatkan mekanisme perlindungan di luar
kawasan konservasi yang dianggap penting (seperti mangrove, karst dan habitat burung) migran,
Kementerian Kehutanan telah mendorong komitmen para pihak, utamanya pemerintah daerah untuk
melindungi kawasan esensial. Pada tahun 2012, telah disusun dan ditandatangani nota kesepahaman
di 3 lokasi, yaitu Kabupaten Tulang Bawang untuk perlindungan ekosistem lahan basah, Kabupaten
Bengkalis untuk perlindungan ekosistem mangrove dan gambut, dan Kabupaten Ciamis untuk
perlindungan perairan dan karst (Tabel 8).
9
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tabel 7. Perkembangan penyelesaian konflik kawasan konservasi.
Lokasi Kawasan Tahun (ha) Jumlah
2010 2011 2012
1. TN. Way Kambas 6.000 6.000
2. TN. Gn. Ciremai 2.300 2.300
3. TN. Kerinci Seblat 200 2.000 2.200
4. TN. Gn. Leuser 500 1.000 1.500
5. TN. Bukit Barisan Selatan 5.000 4.000 9.000
6. CA. Kamojang 1.000 1.000
7. KSDA Sumatera Utara 200 200
8. KSDA Sumatera Selatan 300 300
9. TN. Bantimurung Bulusaraung 400 400
10.TN. Rawa Aopa Watumohai 1.200 1.200
Jumlah 9.000 7.000 8.100 24.100
Panorama bawah laut Pulau Menjangan, TN. Bali Barat
10
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tabel 8. Perkembangan pengelolaan ekosistem esensial.
Tahun (ha)
2010 2011 2012
1. Kawasan karst di Kab. Bantul dan Gn. Kidul (DI. Yogyakarta)
1. Kawasan habitat mangrove dan burung migran di SM. Pulau Rambut (DKI Jakarta)
1. Kawasan ekosistem lahan basah di Kab. Tulang Bawang (Lampung)
2. Kawasan karst di Kab. Maros dan Pangkep (Sulsel)
2. Kawasan lahan basah pantai di Pantai Timur (Jatim)
2. Kawasan ekosistem mangrove dan gambut di Kab. Bengkalis (Riau) 3. Kawasan gambut di Kab. Kapuas Hulu
(Kalbar)
3. Kawasan karst Mangkalihat Sangkulirang (Kaltim)
3. Kawasan ekosistem perairan dan karst di Ciamis (Jabar)
4. Kawasan ekosistem esensial di Kepala Burung Papua (SM Jamursma Medi dan sekitarnya) (Papua Barat)
Spesies prioritas utama berhasil ditingkatkan populasinya pada tahun 2012 dibandingkan dengan data
tahun 2008. Dari 95 lokasi pengamatan yang tersebar di 48 UPT, spesies Bekantan, Kakaktua Jambul
Kuning dan Maleo memiliki kecenderungan peningkatan populasi terbesar (Tabel 9). Selanjutnya,
perkembangan 14 spesies prioritas utama di tiap lokasi pengamatan di sajikan sebagai berikut :
11
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tabel 9. Perkembangan 14 spesies prioritas utama.
Spesies, UPT Baseline Data Jumlah Populasi
% Kenaikan 2011 dari
baseline
% Kenaikan 2012 dari
base line
Populasi 2010 2011 2012
1. Banteng
BTN Kayan Mentarang 14 14 22 7 57,14 -50,00
BTN Ujung Kulon 124 124 124 124 0,00 0,00
BBKSDA Jawa Timur 28 28 28 25 0,00 -10,71
BBKSDA Jawa Timur 19 19 19 18 0,00 -5,26
BTN Meru Betiri 56 56 62 58 10,71 3,57
BTN Alas Purwo 57 97 100 120 75,44 110,53
2. Badak Jawa
BTN Ujung Kulon 48 48 35 51 -27,08 6,25
3. Harimau Sumatera
BBKSDA Sumatera Utara 4 4 4 6 0,00 50,00
BBTN Bukit Barisan Selatan 1 1 2 4 100,00 300,00
BTN Berbak 7 7 12 13 71,43 85,71
BTN Bukit Tigapuluh 19 19 19 25 0,00 31,58
BTN Way Kambas 22 22 24 24 9,09 9,09
BBTN Gunung Leuser 8 8 8 8 0,00 0,00
12
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Spesies, UPT Baseline Data Jumlah Populasi
13
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Spesies, UPT Baseline Data Jumlah Populasi
% Kenaikan
14. Kakaktua Jambul Kuning
14
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2012, jumlah penangkar meningkat menjadi 724 unit dibanding tahun 2011 (709 unit). Kondisi yang
sama juga terjadi untuk pengedar jenis tumbuhan dan dan satwa liar, tahun 2012 meningkat menjadi
205 unit dibanding tahun 2011 (Tabel 10). Beberapa jenis telah diperdagangkan ke luar negeri dengan
perkiraan nilai devisa pada tahun 2012 sebesar US$ 319.431.990,73 (asumsi 1 US$ sebesar
Rp.9.000,-). Beberapa komoditi dari satwa yang diperdagangkan diantaranya adalah tanduk rusa, kulit
buaya dan empedu ular. Sedangkan dari tumbuhan yang diperdagangkan diantaranya anggrek, gaharu
dan ramin.
Tabel 10. Perkembangan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Pengusahaan pariwisata alam (unit) 24 25 25 35
Lembaga konservasi (unit) 40 47 52 55
Penangkar tumbuhan dan satwa liar (unit) 701 709 724
Pengedar tumbuhan dan satwa liar (unit) - 195 202 205
15
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Hingga tahun 2014, diharapkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan meningkat menjadi
minimal Rp. 800.000,-/kk/bulan. Dari 18 UPT yang menjadi lokasi pemantauan, ditemukan bahwa
pada tahun 2012 pendapatan masyarakat rata-rata meningkat dibanding tahun 2011 sebesar 15,60%
(Tabel 12). Wilayah pengelolaan satuan kerja yang telah melebihi target hingga di atas
Rp.1.000.000,-/kk/bulan adalah BKSDA Jawa Timur (sebesar Rp. 1.826.500,-Rp.1.000.000,-/kk/bulan), BTN. Bogani Nani
Wartabone (sebesar Rp. 1.777.794,-/kk/bulan), BTN. Karimunjawa (sebesar Rp.
1.777.604,-/kk/bulan), BKSDA Lampung (sebesar Rp. 1.300.000,-1.777.604,-/kk/bulan), BBKSDA Bukit Barisan Selatan
(sebesar Rp. 1.052.340,-/kk/bulan) dan BTN. Wasur (sebesar Rp. 1.000.000,-/kk/bulan).
Tabel 11. Perkembangan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.
Satuan Kerja Tahun (Rp.) % Kenaikan Keterangan
2011 2012
BKSDA NTB 1.100.000 1.100.000 0,00 Peningkatan tahun 2010 sebesar 100%, pada
tahun 2012 data belum di up date
BTN. Kepulauan Seribu 605.000 605.000 0,00
Peningkatan tahun tahun 2010 sebesar 10%, tahun 2012 data belum di up date
BBKSDA Jawa Barat 605.000 605.000 0,00
BBKSDA NTT 605.000 605.000 0,00
BKSDA Kalimantan Barat 605.000 605.000 0,00
BTN. Sembilang 605.000 500.000 (17,36)
Peningkatan tahun 2010 sebesar 10%, data belum di up date tahun 2011
BTN. Alas Purwo 605.000 900.000 48,76
BTN. Wasur 605.000 1.000.000 65.29
BTN. Gn. Halimun Salak 605.000 853.000 40,99
BTN. Sebangau 903.804 903.804 0,00
Data belum di up date tahun 2012
BTN. Kepulauan Togean 678.273 678.273 0,0
BTN. Bali Barat 600.000 600.000 0,0
BBTN. Bukit Barisan Selatan 861.967 1.052.340 22,09
BTN. Danau Sentarum 1.086.643 971.429 (10,60)
BTN. Bogani Nani Wartabone 920.290 1.777.794 93,18
BTN. Karimun Jawa 1.749.342 1.777.604 1,62
BKSDA Lampung 1.075.000 1.300.000 20,93
BBKSDA Jawa Timur 1.575.000 1.826.500 15,97
Rata-rata peningkatan 15,60
16
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS berbasis Pemberdayaan Masyarakat .
Upaya untuk menurunkan luasan lahan kritis, pada tahun 2012 telah dilakukan rehabilitasi kawasan
hutan konservasi/lindung sebesar 100.986 ha dan rehabilitasi lahan kritis, termasuk penanaman hasil
Kebun Bibit Rakyat Tahun 2011 sebesar 400.608 ha. Rehabilitasi hutan mangrove, gambut, dan rawa
terus digiatkan dengan capaian sebesar 8.809 ha (Tabel 12).
Tabel 12. Perkembangan rehabilitasi hutan dan lahan.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Rehabilitasi hutan di DAS piroitas (ha) - 100.737 100.743 100.986
Rehabilitasi lahan kritis di DAS prioritas (ha) - - 400.608 400.608
Pembuatan hutan kota (ha) - 1.175 1.395 -
Rehabilitasi hutan mangrove/hutan pantai (ha) - - 10.401 8.809
Rencana pengelolaan DAS terpadu (unit DAS) - 41 31 23
17
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Pada tahun 2012, telah dibangun sebanyak 10.053 unit dengan kemampuan menyediakan jumlah bibit
tiap KBR sebanyak 50.000 bibit. Pada tahun 2011 telah dibangun 10.270 unit (Tabel 13).
Tabel 13. Perkembangan pembuatan KBR.
No Unit Organisasi Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 BPDAS Krueng Aceh 266 266 350 356 361 360
2 BPDAS Wampu Sei Ular 375 330 368 368 227 227
3 PDAS Asahan Barumun 322 376 546 544 300 300
4 BPDAS Agam Kuantan 114 114 98 98 105 105
5 BPDAS Indragiri Rokan 242 242 343 341 431 433
6 BPDAS Batanghari 131 69 195 195 211 211
7 BPDAS Musi 322 167 325 328 306 306
8 BPDAS Ketahun 109 78 268 268 384 384
9 BPDAS Way Seputih Sekampung 352 362 488 518 655 655
10 BPDAS Kepulauan Riau 40 48 60 56 75 75
11 BPDAS Baturusa Cerucuk 41 29 58 56 75 74
12 BPDAS Citarum Ciliwung 200 267 322 321 430 430
13 BPDAS Cimanuk Citanduy 171 223 250 250 474 474
14 BPDAS Pemali Jratun 395 397 304 364 517 517
15 BPDAS Serayu Opak Progo 244 240 369 368 446 446
16 BPDAS Solo 324 406 346 366 494 493
17 BPDAS Brantas 279 308 424 444 477 477
18
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
No Unit Organisasi Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
18 BPDAS Sampean 204 278 310 310 390 390
Kegiatan rehabilitasi ini diperkuat dengan RPDAST sebagai acuan berbagai pihak dalam memelihara
serta meningkatkan daya dukung dan fungsi DAS. Pada tahun 2012 telah disusun 23 unit RPDAST,
sehingga secara kumulatif hingga tahun 2012 telah disusun 95 RPDAST dari target sebanyak 108 DAS.
Untuk mendorong produksi hutan, pada tahun 2012 telah dibangun HKm dan HD seluas 500.377 ha
dalam bentuk penetapan areal kerja. Pembangunan HKm dan HD ini akan ditingkatkan pada tahun
2013 seluas 500.000 ha. Secara kumulatif, jumlah HKm dan HD yang telah dibangun seluas
1.538.199,80 ha dari target 2.500.000 di akhir tahun 2014. Selain itu, pemerintah juga membangun HR
kemitraan di luar kawasan hutan seluas 56.334 ha pada tahun 2012 (tahun 2013 akan ditingkatkan
seluas 50.000 ha. Secara kumulatif, jumlah HR yang telah dibangun hingga 2012 adalah 158.492 ha
dari target 250.000 ha di akhir tahun 2014. (Tabel 14).
Tabel 14. Perkembangan HKm, HD dan HR (kemitraan).
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
HKm dan HD (ha) - 528.507 508.170,9 500.377
Hutan rakyat (kemitraan) (ha) - 51.506 50.651,89 56.334
19
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tab
el 15. Jenis HHBK unggulan nasional dan lokasi klaster.
Jenis HHBK Tahun dan Lokasi Klaster
2010 2011 2012
1. Gaharu (Aquilaria sp) Kab. Bangka Tengah (Babel)
2. Rotan (Calamus sp) Kab. Katingan (Kalteng) Kab. Mamuju (Sulsel)
3. Lebah Madu (Apis sp) Kab. Sumbawa (NTB)
4. Sutera (Bombix sp) Kab. Cianjur (Jabar)
5. Bambu (Bambusea sp) Kab. Bangli (Bali) Kab. Tasikmalaya (Jabar)
6. Nyamplung (Calophyllum
inophylum L) Kab. Purwerejo (Jateng)
7. Kayu manis (Cinnomomum burmanii)
Kab. Aceh Tenggara (Aceh)
8. Kemenyan (Styrax sp) Kab. Tapanuli Utara
(Sumut) 9. Damar mata kucing (Shorea
javanica)
Kab. Lampung Barat (Lampung)
10.Porang (Amorphopalus
vanabilis) Kab. Nganjuk (Jatim)
11.Tengkawang (Shorea sp) Kab. Sanggau (Kalbar)
12.Cendana (Santalum album) Kab. Timor Tengah
Selatan (NTT)
13.Jernang (Daemonorps draco) Kab. Aceh Barat (Aceh)
14.Kemiri (Alleurites mollucanna) Kab. Samosir (Sumut)
15.Pinus (Pinus merkusii) Kab. Tanah Datar (Sumbar)
16.Jelutung (Dyera costulata) Kab. Tanjung Jabung (Jambi)
17.Duku (Lansium domesticum) Kab. Ogan Komering Ilir (Sumsel)
18.Melinjo (Gnetum genmon) Kab. Kab. Pandeglang (Banten)
19.Kapulaga (Amomum
cardamomum) Kab. Tegal (Jateng)
20.Jahe (Zingiber officinale) Kab. Blitar (Jatim)
21.Aren (Arenga pinnata) Kab. Bolaang Mongondow (Sulut)
22.Sagu (Metroxylon spp) Kab. Fax-fak (Papua Barat)
20
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Penyuluhan dan Pengembangan SDM Kehutanan
Pada Tahun 2012 telah dilaksanakan diklat sebanyak 3.036 orang. Hingga Tahun 2012 jumlah lulusan
diklat telah mencapai 17.457 orang, angka ini akan ditingkatkan pada Tahun 2013 sebanyak 3.000
orang. Sedangkan untuk pendidikan menengah kehutanan, pada Tahun 2012 telah dilaksanakan
sebanyak 323 siswa (kumulatif 942 siswa). Dalam mendorong perekonomian kerakyatan seiring
dengan pesatnya perkembangan kemitraan Hutan Rakyat di Pulau Jawa, maka peran penyuluhan
kehutanan dipandang strategis untuk menjembatani penguatan kemitraan usaha antara kelompok tani
hutan dengan pelaku industri perkayuan berbasis kayu rakyat berdasarkan prinsip-prinsip kemitraan.
Dari target 50 kerjasama kemitraan pada akhir tahun 2014, maka pada Tahun 2012 telah
dilaksanakan 10 kerjasama kemitraan (kumulatif dari tahun 2010-2012 mencapai 30 kerjasama
kemitraan
21
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tabel 16. Perkembangan Penyelenggaraan Penyuluhan, Kediklatan, dan Pengembangan SDM
Kehutanan.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Kerjasama kemitraan (kerjasama) - 18 2 10
Kelompok masyarakat produktif mandiri
(unit) - 81 105 129
Sertifikasi penyuluh (orang) - - 209 356
Pendidikan dan Latihan 5.190 9.231 3.036
Pendidikan Menengah 308 311 323
Sosialisasi kelembagaan penyuluhan kehutanan dilaksanakan di seluruh provinsi, sementara lima
provinsi model diselenggarakan di Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan
Nusa Tenggara Barat. Untuk meningkatkan kualitas penyuluh kehutanan, telah diselenggarakan uji
kompetensi dengan mengacu SKKNI bidang penyuluhan kehutanan. Sampai dengan Tahun 2012 telah
dilaksanakan uji kompetensi kepada 565 orang penyuluh kehutanan dari target 1.500 orang di akhir
tahun 2014. Adapun yang dinyatakan kompeten 495 orang dan yang belum kompeten 70 orang.
Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas kerjasama, pada tahun 2012 telah dilakukan diklat
pendampingan masyarakat sebanyak 2.886 orang dari seluruh Indonesia.
Pada tahun 2012, kelompok masyarakat produktif (KUP) telah dibentuk sebanyak 129 kelompok,
angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 105 KUP. Secara kumulatif, hingga
tahun 2012 telah dibentuk sebanyak 315 KUP (Tabel 16) dari target 500 kelompok hingga akhir 2014.
KUP ini bermaksud untuk memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat, utamanya di dalam dan di
sekitar kawasan hutan untuk mengembangkan potensi ekonomi sesuai karakterisitik desa sehingga
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi ketergantungan secara
langsung terhadap hutan.
22
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kehutanan.
Litbang Kehutanan diarahkan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya hutan sebagai
bentuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sehingga pada akhirnya peran Litbang Kehutanan
diarahkan untuk mendorong produk kehutanan yang dapat menggantikan peran kayu solid, dan
meningkatkan peran hasil hutan dalam memenuhi kebutuhan akan makanan (food), energi (energy)
dan obat-obatan (medicine).
23
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Selanjutnya,
Litbang kehutanan melaksanakan 4 litbang, yaitu : (1) Litbang konservasi dan
rehabilitasi, yaitu hutan alam produksi lahan kering, hutan rawa gambut, hutan mangrove, konservasi
flora, fauna dan mikro-organisme, model pengelolaan kawasan konservasi berbasis ekosistem,
pengelolaan DAS dan pengelolaan sumbardaya lahan dan air pendukung DAS; (2) Litbang peningkatan
produktivitas hutan, yaitu hutan tanaman kayu perkakas, hutan tanaman kayu
pulp, hutan tanaman
kayu energi, pemuliaan tanaman hutan, HHBK FEM (food, energy
dan medicine) dan HHBK Non-FEM;
(3) Litbang keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan, yaitu sifat dasar kayu dan HHBK,
keteknikan dan pemanenan hasil hutan, pengolahan hasil hutan kayu, pengolahan HHBK dan
perekayasaan alat dan substitusi bahan pembantu; dan (4) Litbang perubahan iklim dan kebijakan,
yaitu manajemen lansekap berbasis DAS, Hutan kota/ lansekap perkotaan, ekonomi dan kebijakan
REDD, perhitungan emisi GRK kehutanan, adaptasi bioekologi dan sosekbud terhadap perubahan
iklim, tata kelola kehutanan dan tata kelola industri dan perdagangan hasil hutan
.
Hasil konkrit yang telah diperoleh dan dimanfaatkan hingga tahun 2012, diantaranya : (1) teknik
pembuatan bambu lamina yang sudah diadopsi untuk pengembangan industri kreatif mebel bambu;
(2) teknik produksi resorsinol yang telah diujicobakan di pabrik kayu komposit di Jawa Tengah, Jawa
Barat, Kalimantan Barat dan DI Yogyakarta. Bahan perekat ini juga telah digunakan untuk laminasi
bambu; (3) teknik pengolahan arang dan turunannya sudah diadopsi masyarakat di Jawa Barat ,
Banten; (4) teknik stabilisasi dimensi oleh pengrajin mebel di Jepara; (5) pengolahan dan pemanfaatan
cuka kayu yang diadopsi oleh masyarakat dan pengusaha, serta sudah disusun kerjasama di Toraja,
Cianjur, dan Banten; (6) pedoman penggunaan model alometrik untuk pendugaan biomassa dan stok
karbon hutan di Indonesia; dan, (7) metode penanaman untuk kondisi tapak ekstrim (seperti Aceh,
sebagai areal bekas tsunami dengan habitat lumpur bercampur pasir).
24
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kehutanan
Dari target penurunan kelemahan administrasi sebesar 50% di tahun 2014, telah tercapai sebesar
36,43 % di Tahun 2012 (angka tahun 2012 sebesar 12,74% dari angka dasar sebesar 20,04% di tahun
2009). Penurunan pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang memiliki target 50% di tahun
2014, pada tahun 2012 telah tercapai sebesar 74,27% (angka tahun 2012 sebesar 3,78% dari angka
dasar sebesar 14,69% di tahun 2009). Sedangkan hambatan kelancaran pelaksanaan tugas telah
tercapai sebesar 56,74% di tahun 2012 (angka tahun 2012 sebesar 6,19% dari angka dasar sebesar
14,31% di tahun 2009). Untuk potensi kerugian negara telah diturunkan 16,46% menjadi
Rp.580.638.239,45 dari angka dasar tahun 2009 sebesar Rp.695.079.784.709,- (Tabel 17).
Tabel 17. Perkembangan pemantauan kinerja pengawasan.
Komponen Tahun
2009 2010 2011 2012
Kelemahan administrasi (%) 20,04 23,59 29,85 12,74
Pelanggaran terhadap peraturan perundangan
(%) 14,69 7,10 6,12 3,78
Hambatan kelancaran pelaksanaan tugas (%) 14,31 13,65 10,69 6,19
Potensi kerugian negara (Rp.) 695.079.784.709 644.575.341.139 633.046.075.395 580.702.638.239,45
Terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi, Kementerian Kehutanan telah
melaksanakan 4 rencana aksi dengan 7 kriteria keberhasilan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013
tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi, yang hasilnya telah diverifikasi UKP4
hingga B-03 bahwa 1 kriteria keberhasilan mencapai 120% (biru), 5 kriteria keberhasilan mencapai
100% (hijau) dan 1 kriteria keberhasilan mencapai 70% (kuning) (Tabel 18).
Tabel 18. Status Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi hingga B-03.
Prioritas Program Rencana Aksi Kriteria Keberhasilan
Status
Pelaksanaan pelayanan perizinan tepat waktu
secara on line (6 jenis perizinan) Hijau
Penambahan pelaksanaan perizinan secara on line (2 jenis perizinan, yaitu penangkaran dan izin usaha industri primer hasil hutan)
Hijau
Penyediaan fasilitas pelayanan perizinan on line Biru Penayangan rencana kerja
dan anggaran
Kementerian Kehutanan pada web/situs resmi Kementerian Kehutanan
Transparansi dan akuntabilitas dari rencana kerja
dan anggaran Kementerian Kehutanan Hijau
Pengembangan
Peningkatan penanganan terhadap pengaduan internal dan eksternal atas penyalahgunaan wewenang dan budaya anti korupsi
Peningkatan sikap dan perilaku anti korupsi penyelenggara di lingkungan internal Kementerian Kehutanan
Hijau
Terlaksananya strategi komunikasi pendidikan dan budaya anti korupsi melalui sosialisasi dan kampanye budaya anti korupsi di lingkungan internal/seluruh satker Kementerian Kehutanan
25
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya Kementerian Kehutanan
Laporan keuangan Kementerian Kehutanan pada tahun 2012 memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian dari BPK RI. Status ini meningkat dibanding tahun sebelumnya yang memperoleh opini
wajar tanpa pengecualian (WTP) dengan paragraf penjelasan (DPP) (Tabel 19).
Tabel 19. Perkembangan pencapaian kinerja Sekretariat Jenderal.
Komponen
Tahun Target hinggga
2014 2010 2011 2012
Opini BPK terhadap lapoan keuangan WTP WDP WTP (DPP) WTP
Pencatatan BMN eks Kanwil Kehutanan 15 5 2 1
Pengembalian pinjaman/piutang 69
perusahaan selesai 80% 55 8 6 10
Kerjasama baru bilateral dan multilateral 5 negara dan 3 lembaga 1 negara 1 negara dan 1 lembaga 1 negara dan 1 lembaga
Standar produk dan jasa kehutanan, serta pedoman pengelolaan lingkungan dan perubahan iklim
35 judul 6 judul 12 judul 9 judul1
Sertifikasi pengelolaan hutan rakyat 15 3 5 92
Rekomendasi kebijakan penanganan
perubahan iklim 3 rekomendasi -3 5 rekomendasi 4 rekomendasi
Keterangan:
1. Selama tahun 2010-2012, sebanyak 18 judul telah menjadi SNI dan 9 masih dalam proses penetapan menjadi SNI oleh BSN
2. Hutan rakyat yang telah memperoleh sertifikasi pengelolaan hutan rakyat sebanyak 3 unit, sedangkan 6 unit mash difasilitasi
3. Tugas dan fungsi Pusat Standardisasi dan Lingkungan belum mencakup bidang perubahan iklim.
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor kehutanan tahun 2012 sebesar Rp.3,30 trilyun,
angka ini terus mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 (sebesar Rp. 2,39 trilyun), tahun
2010 (sebesar Rp. 2,94 trilyun) dan tahun 2011 (Rp.3,15 trilyun). Dana reboisasi (DR) memberikan
masih sumbangan terbesar (Rp.1,6 trilyun), meskipun angka ini turun dibanding tahun 2011 (Rp. 1,72
trilyun). (Tabel 20).
Tabel 20. Perkembangan PNBP Kehutanan
Komponen Tahun (Rp.)
2009 2010 2011 2012
Realisasi PNBP Kemenhut 2.397.581.426.000 2.941.096.540.533 3.157.718.314.864 3.309.336.953.264
1. PNBP SDA
a. DR 1.368.085.110.978 1.635.335.683.648 1.720.288.868.765 1.491.399.654.922
b. PSDH 674.358.139.368 797.324.738.602 868.554.324.130 986.268.936.309
c. IIUPH 74.179.913.501 271.527.597.764 119.261.871.703 102.559.757.450
d. DPH 648.803.380 91.902.000 0 0
e. DPEH 418.686.800 135.238.800 4.254.460.392 13.432.687.929
f. IASL/TA 7.878.454.120 6.141.326.398 5.412.676.248 3.376.610.926
g. Pungutan masuk Obyek WA 6.653.144.380 19.444.242.426 26.679.137.821 20.037.555.492
2. PNBP Lainnya
a. Ganti Rugi Nilai Tegakan 0 33.869.834.201 97.295.159.593 157.288.848.915
b. Penggunaan Kawasan Hutan 169.536.525.729 175.854.019.948 315.672.169.228 403.865.794.149
c. Tempat Hiburan/Taman/ 904.387.000 778.500 0 0
Museum/PUPA
d. PIPPA 0,00 294.319.660 102.922.500 358.418.000
26
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Komponen Tahun (Rp.)
2009 2010 2011 2012
f. Pendapatan Lainnya 7.726.108.750 0 78.512.251 88.136.316
Realisasi anggaran Kementerian Kehutanan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang
nyata. Pada tahun 2006, realisasi anggaran sebesar 61,81% (dari anggaran Rp.4,5 trilyun) meningkat
pada tahun berikutnya 63,97% (dari pagu anggaran Rp.7,1 trilyun). Pada tahun 2012, realisasi
anggaran menjadi sebesar 87,46% dari pagu anggaran Rp.5,7 trilyun (Tabel 21).
Tabel 21. Perkembangan realisasi anggaran Kemenhut.
Komponen Tahun (Rp.juta)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pagu anggaran (Rp.) 4.541.116,5 7.158.491,3 4.169.243,3 2.801.073,2 4.023.444,1 5.869.810,3 5.736.851,3
Realisasi (Rp.) 2.806.791,2 4.579.263,5 3.282.232,7 2.417.053,9 3.306.505,9 4.766.120,7 5.017.651,8
% 61,81 63,97 78,72 86,29 82,18 81,20 87,46
Kementerian Kehutanan memperoleh predikat baik untuk pelaksanaan sistem akuntansi kinerja
instansi pemerintah (SAKIP) pada tahun 2012, dengan nilai 65,06. Predikat dan nilai ini meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya (predikat CC dan nilai 58,49). Kondisi ini berbeda dengan tahun
2008, Kementerian Kehutanan mendapatkan predikat C yang digambarkan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi sebagai instansi yang akuntabilitas
kinerjanya cukup baik, taat kebijakan, memiliki sistem yang dapat digunakan untuk memproduksi
informasi kinerja untuk pertanggung jawaban, perlu beberapa perbaikan tidak mendasar (Tabel 22).
Tabel 22. Perkembangan pelaksanaan SAKIP.
Komponen Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Nilai 50 53,37 56,50 58,49 65,06
Predikat C CC CC CC B
Interpretasi Agak Kurang Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Baik
27
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
II.
T
ANTANGAN DAN KEBIJAKAN
Tantangan diidentifikasi berdasarkan permasalahan
yang terjadi dalam memenuhi kinerja pembangunan
kehutanan tahun 2012 dan kemungkinannya pada tahun
2013, untuk diselesaikan sehingga kinerja pembangunan
kehutanan dapat dipenuhi sesuai sasaran Renstra
Kementerian
Kehutanan
Tahun
2010-2014.
Berdasarkan tantangan yang ada, pembangunan
kehutanan tahun 2014 diberikan penekanan sesuai
kinerja yang telah dirumuskan berdasarkan program
dan kegiatan yang dilaksanakan.
Seorang perempuan Bajo melintas setelah memungut kayu mangrove di Kaledupa, TN. Wakatobi, Sulawesi Tenggara
28
R e n c a n a K e r j a 2 0 1 4
Tantangan dan Arahan