• Tidak ada hasil yang ditemukan

B1J010216 12.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "B1J010216 12."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

4

II.

TELAAH PUSTAKA

Sampah adalah bahan buangan yang berasal dari aktivitas manusia dan sudah tidak dipergunakan lagi. Keberadaan sampah dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber penularan penyakit. Sampah merupakan tempat yang ideal untuk sarang dan tempat berkembangbiaknya berbagai vektor penularan penyakit, seperti lalat, mikroorganisme, dan tikus. Lalat merupakan salah satu vektor penular penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan, seperti diare karena lalat mempunyai kebiasaan hidup di tempat kotor dan tertarik bau busuk seperti sampah basah (Rudiando & Azizah, 2005).

Seiring dengan meningkatnya kegiatan masyarakat, jumlah sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah banyak. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diikuti oleh perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana pengelolahannya dapat mengakibatkan permasalahan yang kompleks, antara lain sampah tidak terangkut dan terjadi pembuangan sampah liar. Hal tersebut akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungan pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan (Selintung et al., 2013).

Dalam rangka pencegahan dampak dari pembuangan sampah liar tersebut pemerintah memberikan fasilitas pengolahan sampah yaitu Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA sampah merupakan pelayanan umum atau fasilitas kota yang akan memberi keuntungan bagi masyarakat dalam meminimalkan dampak penimbunan sampah. Tempat penimbunan sampah tersebut disediakan oleh pemerintah sebagai bentuk pertanggungjawaban khususnya dibidang kesehatan masyarakat dan lingkungan (Evelin & Zetly, 2009).

Purwokerto memiliki beberapa tempat pembuangan akhir sampah, salah satunya adalah TPA Gunung Tugel. Sampah yang dibuang di TPA Gunung Tugel berasal dari limbah rumah tangga, industri, dan pasar. Sampah tersebut terdiri dari berbagai jenis, diantaranya kertas, plastik, kain, boneka, karet, makanan basi, alat elektronik bekas, lampu, dan batu baterai. Sampah yang masih bisa dipakai atau didaur ulang dikumpulkan oleh masyarakat setempat, sedangkan yang lainnya ditimbun. Sampah yang ditimbun di TPA akan mengalami proses dekomposisi alamiah. Proses dekomposisi tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan hasil samping yaitu leachate atau air lindi (Anam et al., 2013).

(2)

5

Air lindi yang dihasilkan di TPA Gunung Tugel ditampung pada bak penampungan, akan tetapi karena saat ini bak sudah rusak sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik akibatnya banyak air lindi yang mengalir ke lingkungan sekitarnya, antara lain pemukiman warga, kebun milik warga, selokan, dan pesawahan. Widyatmoko (2007), telah melakukan penelitian tentang kandungan logam pada air lindi di TPA Bantargerbang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa air lindi yang dikeluarkan oleh TPA tersebut selain mengandung bahan organik juga mengandung berbagai macam logam seperti Hg (merkuri), Pb (timbal), Cd (kadmium), Cu (tembaga), Cr (kromium), Ni (nikel), dan Zn (seng) yang bersifat toksik. Logam berat Hg (merkuri) merupakan logam yang paling berbahaya dibandingkan dengan logam lainnya. Merkuri bersifat toksik untuk makhluk hidup bila penggunaannya dalam jumlah yang cukup dan dalam waktu yang lama. Merkuri akan tersimpan secara permanen di dalam tubuh, yaitu terjadi inhibisi enzim dan kerusakan sel sehingga kerusakan tubuh dapat terjadi secara permanen (Inswiasri, 2008 dalam Hilamuhu, 2013).

Merkuri (Hg) adalah logam berbahaya yang dapat mempengaruhi ekologi dan kesehatan masyarakat (Driscoll et al., 2007). Merkuri bersifat neurotoxin, artinya merkuri menyerang susunan saraf otak dengan target organ utama adalah otak (Yanuar, 2008). Selain menyerang sistem syaraf, merkuri juga dapat menyebabkan ketulian, sulit berkonsentrasi dan gangguan kulit (Lestarisa, 2010). Merkuri banyak tersebar di karang-karang, tanah, batu, udara, air dan organisme hidup melalui proses-proses fisik, kimia dan biologi yang kompleks (Fardiaz, 1992). Menurut Herman (2006), merkuri yang terbentuk sebagai fraksi halus, unsur jejak, dan ion seharusnya diwaspadai apabila terakumulasi dalam jumlah signifikan karena dapat berdampak merugikan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup. Di lingkungan, merkuri terdapat dalam bentuk unsur merkuri (Hg0), merkuri monovalen (Hg+1), dan merkuri bivalen (Hg+2) (Gosh & Singh, 2005). Pencemaran yang disebabkan oleh merkuri berasal dari berbagai sumber seperti industri dan pencemaran pestisida. Pencemaran merkuri di lingkungan dapat berdampak buruk bagi biota. Menurut Wurdiyanto (2007), merkuri yang masuk kedalam perairan akan termakan oleh mikroorganisme dan secara kimiawi berubah menjadi metil-merkuri. Mikroorganisme tersebut dimakan oleh ikan sehingga metil-merkuri terakumulasi di dalam jaringan tubuh ikan. Hal ini akan berdampak buruk bagi manusia apabila mengkonsumsi ikan tersebut.

(3)

6

Berdasarkan hasil penelitian O’Neill (1994) dalam Herman (2006), tercatat bahwa sejumlah kejadian tragis yang disebabkan keracunan merkuri (Hg) di negara-negara Jepang, Guatemala, Irak, dan Pakistan. Kasus keracunan di Minamata, Jepang diakibatkan karena pencemaran oleh pembuangan limbah industri yang mengandung metil-merkuri ke dalam air danau sehingga mengakibatkan kematian banyak ikan yang hidup di danau tersebut. Akibat lain dari pencemaran tersebut adalah ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan tersebut melahirkan bayi yang mengalami kerusakan otak serius. Kasus keracunan metil-merkuri juga terjadi di Irak, Guatemala, dan Pakistan yang menyebabkan kematian ribuan penduduk karena mengkonsumsi biji-bijian yang telah tercemar metil-merkuri yang berasal dari pembasmi hama serangga. Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa faktor penyebab keracunan dikarenakan penduduk mengkonsumsi makanan yang telah tercemar oleh merkuri (Hg).

Berdasarkan hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan, maka untuk mengetahui suatu wilayah sudah tercemar logam Hg atau belum perlu adanya biomonitoring kandungan logam Hg di wilayah tersebut. Menurut Zhou et al., dalam Rumahlatu et al., (2014), biomonitoring merupakan teknik evaluasi lingkungan untuk mengetahui apakah suatu lingkungan sudah tercemar logam berat atau belum, yang dapat dilakukan dengan mengukur kandungan bahan pencemar (logam) pada tanah, air dan organisme yang hidup di lingkungan tersebut. Ayeni et al., (2010), menyatakan bahwa organisme yang digunakan sebagai bioindikator logam berat, harus dapat mengakumulasi logam berat dalam jumlah yang tinggi dan mudah dipelihara pada kondisi laboratorium.

Menurut Hardiani dalam Irsyad et al., (2014), sejumlah tanaman dari banyak famili terbukti memiliki sifat hipertoleran, yakni mampu mengakumulasi logam dengan konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan daunnya sehingga bersifat hiperakumulator. Logam terserap oleh tanaman melalui akar kemudian ditransfer ke bagian tanaman seperti batang dan daun melalui jaringan pengangkut floem dan xilem (Gosh & Singh, 2005).

Masing-masing tanaman mempunyai kemampuan dalam mengakumulasi logam berat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian Irsyad et al., (2014), tanaman bayam (Amaranthus sp.) merupakan salah satu tanaman hiperakumulator yang dapat menyerap logam Hg. Tanaman bayam mampu mengakumulasi logam Hg sebesar 10 mg.l-1 pada bagian daun. Menurut Mohamad (2013), tanaman bayam mempunyai komponen utama berupa protein sekitar 8,9 % dengan gugus amina

(4)

7

NH2), gugus karboksil(-COOH), juga gugus sulfidril (-SH) dan selulosa 53,10%

dengan gugus hidroksil(-OH). Adanya gugus-gugus ini menyebabkan bayam mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat poliektrolit kation sehingga sangat efektif sebagai adsorben terhadap logam berat pada tanah yang tercemar. Menurut Syahputra (2005), fitokhelatin yang diekresikan oleh jaringan akar tanaman juga dapat meningkatkan efisiensi penyerapan logam. Salt (2000)

dalam Hilamuhu (2013), menambahkan bahwa dalam mekanisme pengkhelatan,

diperkirakan unsur logam diserap oleh tanaman dalam bentuk kompleks logam-khelat yang lebih mudah diserap akar dan ditranslokasikan ke tajuk. Royyani (2004), menyatakan bahwa selain tanaman bayam, kangkung (Ipomoea sp.) juga dapat menyerap logam Hg dengan kadar berkisar antara 0,0051 - 0,6216 mg.l-1. Menurut Lasat dalam Sabaruddin (2011), tanaman hiperakumulator merkuri adalah tanaman yang dapat mengkelat logam merkuri dalam konsentrasi yang sangat tinggi yaitu 10 mg.l-1.

Menurut Zhou et al., (2008), selain menggunakan organisme (komponen biotik) seperti tanaman hiperakumulator, analisis kandungan logam di lingkungan juga dapat menggunakan komponen abiotik seperti tanah. Yuniarti (2012), melakukan penelitian tentang kandungan logam Hg di TPA Kebun Kongok kota Mataram dengan menggunakan tanah sebagai indikator. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Hg yang terkandung dalam tanah di TPA tersebut sebesar 0,004 mg.l-1.

Hipotesis dari penelitian ini adalah tanah dan tanaman yang tumbuh di TPA Gunung Tugel telah tercemar oleh logam Hg dan tanaman Bayam mampu mengakumulasi logam Hg paling tinggi.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kelayakan game edukasi 2D sebagai media pembelajaran mata pembelajaran jaringan komputer untuk siswa TKJ SMK Harapan

Kajian Pustaka Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul, “Motivasi Perempuan Lansia Bekerja Studi Pada Buruh Gendong Di Pasar Beringharjo” merupakan penelitian yang belum

Dari Gambar 5.6 dapat dilihat perbandingan hasil akhir penelitian laju aliran massa refrigeran dari beberapa variasi yang dilakukan penelitian bahwa disebabkan

Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai orang sebagai sumber keunggulan kompetitif (competitive advantage), namun perusahaan belum secara penuh mengeksploitasi manfaat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada kebutuhan dan kepentingan siswa terhadap pengembangan kesiapan kerja menurut siswa, orang tua, dan guru BK berdasarkan hasil kajian

Metode ini digunakan penulis untuk mencari data yang ada, dengan cara datang langsung ke objek atau lokasi penelitian dengan memperhatikan dan mencatat segala

Path analysis digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening yang disertakan dalam model yaitu mengetahui apakah profitabilitas, leverage, dan

Adapun tujuan khususnya adalah: (1) Mengetahui karakteristik keluarga TKW; (2) Mengidentifikasi dukungan sosial, fungsi pengasuhan, interaksi dalam keluarga, kualitas perkawinan,