Pengaruh
Likuiditas
Terhad
ap (Inderpricing
Saham
Perdana
Muniya
AltezaUniv e r s it a s N e ge r
i
Yo gtakar t aAbstract
This research resr the underpricing
of
IPOsin
,Iakarta Stock Exchange and pointsout
the determinantsof
underpricing based on afiermarket liquidity hypotheses. The total samples taken are 85 IPOsfrom the period 1998 to 2003. Dato analysis method conducted through one sample t-test and multiple linear regression. The study shows that inveslor could get positive abnornml relurn in thefirst
dayof
trading in the secondary market, which means that the underpricing of IPOs exists in the JSX.It
is also proved that expected aftermarket liquidity and liquidity risk are important deterntinants of IPO underpricing, afler conlrollingfor
the asymmetric information variables traditionally used to explain underpricing. An IPO shares that is expected to be more illiquid and to have higher liquidity risk should feature higher underpricing.initial public offering, underpricing, aflernmrket liquidity, osyntnretric infunnation
1.
Pendahuluan
Keberadaan dana dibutulrkan oleh perusahaan untuk dapat menunjang pertumbuhan yang diinginkan. Terkait dengan hal ini, ada dua pilihan sumber dana yang dapat digunakan berupa sumber dana internal maupun eksternal. Pada awal L"rJirinya, peiusahaan biasanya mengarrdalkan dana internal
dari
laba ditahan, tetapi seiring dengan perturnbuhan yang semakin cepat maka diperlukan surnber dana tambahan secara eksternal, yang dapat dipenuhi lewat penerbitan saham atau obligasi di pasar modal.Apabila perusahaan memilih mengguna(an dana lewat penerbitan saham, maka tahap pertarna yang harus
dilalui
adalah menawarkan saham pertama kali kepada masyarakat umum melalui pasar primer. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan penawaran saham perdana atau initial publicffiring
(lPO). Dana yang diperolehdari
penawaran perdana dapat digunakan untuk membiayai ekspansi, memperkuat working capital, dan melunasi hutang yang pada akhirnya diharapkanJumal Studi Bisnis, Vol. 3, No.2, 2005: 145 - 158
semakin meningkatkan posisi keuangan perusahaan, Selain sebagai nrekanisme memperoleh dana, dengan melakukan penawaran perdana maka emiterr akan berubah statusnya rnenjadi perusahaan publik, sehingga
di
masa depan dapat menerbitkan saham baru untuk meningkatkan modal. Setelah penjualan perdana kepada publik barulah saham perusahaan yang bersangkutan dapat diperjualbetikan oleh investor di pasar sekunder.Untuk memudahkan perusahaan dalam proses penawaran perdana, dibutuh-kan keterlibatan penjamin emisi (underwrirey'. Fungsi yang dijalankan oleh
penja-min
emisiini
ada tiga. Fungsi pertarna adalah melakukan penjaminan terhadap peqjualan saham yang ditawarkan oleh emiten (underwriting function). Ada dua jenis penjaminan yang dapatdipilih
yaitufutt commitment, di mana penjamin emisi memiliki kewajiban penuh terhadap penjualan dan harus membeli sisa saham yang tidak terjual dan best effort, di mana penjamin emisi hanya bertanggung jawab untuk menjualkan saham dengan usaha terbaik dan dapat mengembalikan sisa saham yang tidak laku. Fungsi kedua ialah memberikan nasehat dalam menetapkan harga dan waktu penawaran saham yang terbaik (advisoryfurtction), dan fungsi ketiga adalah menjalankan aktivitas pemasaran berupa distribusi penjualan saham kepada investor (marketingfunction).Salah satu keputusan penting dalam penawaran perdana adalah penetapan harga saham, yang biasanya bukan merupakan hal yang mudah karena melibatkan kepentingan berbagai partisipan yang berbeda. Harga saham yang akan dijual di pasar primer ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan antara emiten dengan penjamin emisi. Bertolak darikepentingan perusahaan, seharusnya penjarnin emisi menetapkan harga perdana yang cukup tinggi sehingga perusahaan dapat memperoleh tambahan dana yang menradai. Namun pada kenyataannya, pada saat
penawaran perdana
inijustru
dijumpai underpricingdi
mana saham dijual dengan harga lebih rendah dari seharusnya- Terkait denganhal
tersebut, ada beberapa penjelasan yang dapat dikemukakan antara lain melalui hipotesis informasi asimetri (Rock, 1986; Baron dan Holmstrom, 1980), hipotesis sigrtoling(Welch, 1989; Allen dan Faulhaber, 1989), hipotesis rnarket climote (Aussenegg,1997; Kooli dan Suret, 2001) maupun hipotesis afierntorket liquidity (Ellul dan Pagano, 2003). Penelitian ini secara empiris akan menguji fenomena terjadinya underpricing pada penawaran perdana yang dilakukandi
Bursa Efek Jakarta dan nrengidentifikasi faktor yang mempengaruhi besarnya underpricing tersebut dililrat dari aspek likuiditas melalui pengujian h ipotesis aftermarket liquidity.2.
lJnderpricing
Saham Perdana
Underpricing merupakan keadaan
di
mananilai
saham dianggap lebih murah dari yang sebenarnya. Oleh karena itulah maka harga perdana lebih rendahP eng aruh Ukuiditas Tah ad E U nd eWbW Saham Pedana (Muniya Neza)
daripada harga yang terjadi saat saham diperdagangkan pertama kalinya
di
pasar sekunder. Dengan adanya underpricing maka investoryang
membeli saham perdana dan menjual kembali di bursa akan mendapatkan capital gainr yang disebut dengan initial return. Ditinjau dari sisi emiten, maka penetapan harga semacam ini merugikan, karena mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk mendapatkan dana secara maksimal. Sebaliknya dari sisi investor apabila saham dijual dengan harga terlalu tinggi maka mereka tidak bersedia melakukan pembelian.Fenomena underpricing ini memang telah diidentifikasi terjadi di berbagai pasar modal
di
banyak negara, dengan pengukuran underpricing menggunakaninitial
return
maupun abnormalreturn.
Pengujian memakai abnormal returnmemiliki
keunggulan karena memperhitungkan tingkat keuntungan investor dan memperhatikan perbedaan faktor risiko (Ernyan dan Husnan, 2002). Penelitian di developed market misalnyaArosio et a/. (2000) menemukan ruta-rataabnormal returnhari pertarna perdagangan bagi saham perdana
di
Milan Stock Excharzge sebesar 23.94yo, sementara Ellul dan Pagano (2003) mengindika sikan initial return sebesar 42.21% untuk emisi perdana di Inggris. Du Charme et al.(20A\
yang secara khusus meneliti penawaran perdana perusahaan internet di Amerika menemukan adanya fenomena internet bubble, ditandai dengan rata-rata tingkat underpricing yang lebih tinggi dibanding jenis perusahaan lain, mencapai 113.80%. Studi di enterging market yang antara lain dilakukan Ghosh (2002) membuktikan underpricirlg saham perdana di Bombay Stock Exchange sebesar 26.29%. Sementara Wong dan Uddin(ZOOO) mengidentifikasi rata-rata capital gains yang dapat diperoleh investor di Malaysia yang menjual kembali saham perdana di hari pertama perdagangan senilai 56.64%.lndikasi underpricing yang sangat besar, mencapai 129.16% ditemukan dalam studi Chi dan Padgett (2002) pada penawaran saham perdana di Cina akibat diberlakukannya sistem kuota oleh pemerintah.
Di
Indonesia sendiri terdapat beberapa penelitian yang menguji fenomena underpricing, antara tain Hanafi dan Husnan (1991) yang membuktikan adanya abnoimal,itum
positif di akhir minggu pertama pada emisi saham perdana tahun 1990. Husnan (1996) juga mengindikasikan utderprice pada penawaran perdana perusahaan publik maupun privat. Ernyan dan Husnan (2002) menemukaninitial
return positif untuk investor yang membeli salram perdana baik perusahaan keuangatt maupun non keuangan tahun 1991-1997. Dengan memakai periode pengamatan yang sama hasil serupa diperoleh Triaryati (2003) dengan pengukuran underpricing memakai abnormal return. Berdasarkan uraian tersebut untuk menguji fenomena underpricing dalam penelitian ini diajukan bhipotesis sebagai berikut:
H,
: terdap atrata-rata abnormal returnpositif
padahari pertama perdagangan'
di
pasar sekunder.Jumal Studi Bisnis, VoL 3, N0.2,2005: 145 - 158
3. Hipotesis
Informasi
Asimetri
Selain mengidentilikasi underpricing, penelitian sebelumnya juga berusaha membuktikan faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing. Penjelasan Rock (1986) memaparkan informasi asimetri yang terjadi antara dua kelompok investor yang berbeda
di
pasar modal. Kelompok pertama adalah informed investor yangmemiliki cukup informasi mengenai prospek dan kualitas emiten dan uninformed investor yang tidak mengetahui dengan pasti kondisi perusahaan. Model ini sering pula disebut winner curse hypothesis karena investor yang mempunyai keunggutan informasi akan mendapatkan alokasi edaran saham yang menguntungkan karena hanya akan membeli saham yang dijual underprice. Sebaliknya, investor yang tidak
memiliki informasi akan membeli semua saham yang ditawarkan, baik underprice maupun overprice sehingga mereka banyak yang memilih keluar dari pasar primer.
Agar uninformed investortetap bersedia berpartisipasi dalam penawaran perdana maka saham harus ditawarkan dengan underpricing yang layak untuk mengkompensasi kerugian akibat pembelian saham yang overprice.
Pengembangan model
lain
dikemukakan Baron dan Holmstrom (1980) yang menyebutkan bahwa underpricing terjadi akibat informasi asimetri antara penjamin emisi yangmemiliki
informasi mengenai kondisi pasar modal lebih baik dibandingkan emiten. Underpricing merupakan kompensasi atas superioritas informasi yang dimiliki, sekaligus mekanisme untuk memudahkan penjarnin emisi menjual saham secara lebih cepat dengan tanggungan biaya lebih kecil sehingga mengurangi risiko saham tidak terjual.Banyak penelitian sebelumnya yang telah berhasil mengidentifikasi penga-ruh variabel proksi informasi asimetri terhadap underpricittg.
Alli
etal.
(1994), Kunz dan Aggarwal (1994), Mc. Guinnes (1992), Aussenegg (1997) dan Arosio et al. (2000) membuktikan pengaruh negatif deviasi standar return saham setelah diperdagangkandi
pasar sekunder atau disebut afternrurketvolatility
terhadap underpricing. Adanya informasi asimetri akan menimbulkan pengharapan yang beraneka ragam (heterogeneous expeciation) yang tercennin pada harga saham, hingga mengakibatkan ketidakpastian harga sahamdi
masa depan (ex-anle uncer-tainty). Underpricing merupakan kompensasi atas biaya informasi tersebut di mana semakin besar afterntarketvolotility
maka semakirrtinggi
ketidakpastian yang ditanggung investor akibatnya underpricingjuga semakin besar.Selanjutnya, Aktas
el al.
(20A3) nrenyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan salah satu variabel yang berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Pada perusahaan yang besar maka umumnya investor lebih mudah mengakses informasi dan semakin baik pula informasi yang disampaikan kepada publik melalui prospektusnya. Kemudahan ini akan mengurangi informasi asimetriyang timbul dan menurunkan underpricing. Jadi semakin besar ukuran perusahaan maka semakinm-'*'*'g*ff*l#:[r!,y;ff:X,
kecil abnorntar return yang diperoreh investor dan.sebariknya. Kesimpuran serupa diungkapkan pura oreh Kim et'at. (1993) serta
Ma dan Tsai(200r). Penelitian di Indonesia juga banyak yang terah rnengambir
proksi hipotesis informasi asimetri untuk menjeralkan
inqeipriiing
i;ilil
(2003)menemukan bahwa abnormar retu:n.emisi saham perdana
,ia"faip"rJrruhi
reputasi penjamin emisi, afiermarket
vo.t!t,iu,
r*u,
p.*ruhaan dan,"J i!**n
ini serupa dehgan Nurhidayati dan Indriantoro
(r99i)
yang tidak berhasir membuktikan satu pun hipotesis yang dikembangkan daram tonteksinro*uriurir"i.i
untu. peraku pasar modal. sedangkan yasa (2003) dengan menggunaka,
p"rioa" p"neritian murai r990_ 200
l,
menemukan bahwa hanya uuiiub"r reputasipenjam in
"*
iri yung berpengaruhterhadap
initial
return, itupun dengan trnaauerrffi; il;*
yangdiharapkan. Hasil berbeda ditemukan riwat studi Desiyanti.(2oo+l
yr"g
*!mbuktikan pengaruh negatif aftermarket volatility terhadap unierpricing.'
J-"o
"'vt4.
Pengaruh
Likuiditas
Terhadap
Underpricing
Penjelasan rain terkait dengan underpricingdiungkapkan Eilur
dan pagano (2003)melaluihipotes.isqf elmarkeitquiditv,vang;e*pJruuJ;;rikasiteoririkuiditas bagi seasoned securities J<e pasar primer. Beibagai
'p";;ii,*
seberumnyaterah menemukan bahwareturndarisekuritasmencakupp,iriLrgiiiiliditurr"hu*,dimana sahamvangtidakrikuidharusdapatmemberikankl;;;;;"r?;;n[atingkatre
rurnyans lebih tinggi' Pengujian empirisyangdilakukan guna membuktikan
pengaruh likuiditas terhadap return suatu saham
,*un,nyu
memafaia"ngunprokJyung berbeda_beda. Keragaman ini antara rain disebabkan komprek.nyu
alr.iliijt.riait
,
sebagaimana dipaparkan Amihud (2002) bira rikuiditurr".Tplnyai
sejumrah aspek yang tidak dapat tercakup dalam satu rkuran tunggat. Lebihjauh
Liu (2o}gmenyatakanbila pengertian likuiditas mencakupempatdiiensiyait*r"r,ir*p".aagangan,
kecepatan perdagangan, biaya perdagangan, dan price impact.
Penelitian pertama dirakukan oreh Amihud dan
Menderson (r9g6) dengan mengambil proksi bid-ask spread dan berhasil
*.n"*r[rn
irh*a
return
yang diharapkan akan naik.seiring dengan kenaikan
btd-;i-;;;;a"d
reratif. Kenaikan:"lur.
tersebut merupakan kompensasi atas tingkat,irilr;;rg
,emakin besar. Hat ini didukung Easley et ar. ( I996 j.yang menyatakan bahwa ,ut"ir-rut
um yang rikuidatau sering diperdagangkan cenderung memiriki
,ry1"iv"ie
blrh
kecir dibanding saham yang kurang rikuid. sementaia Amihud(zoon'y'iJ^ii1,
pror,ri rikuiditas berupa price impact yang menunjukkan persentase
absolut perubahan harga untuk setiap dolar volume perdagangan.
Penelitian lainnya juga dirakukan oreh Hu (r.gg?) di
Tokyo stock Exchange yang memilih memakai
trading
turnover sebagaip.r.ri-ritiriai,rr.
peneritianini
berhasil mengidentifikasi pJngaruh negatifJihiaitu,
teriadap
return
yar|
Jumal Studi Bisnis, Vol. 3, No. 2, 2005 : 145 - l5g
diharapkan, artinya saham dengan trading turnover semakin tinggi merniliki tingkat return.yang diharapkan yang sernakin
kecil.
Pemilihanturiiver
dibandinglon spread karena datanya yang relatif tersedia dan penggu naan quotetl spreodlidak
secara aktual mengukur biaya transaksi saham. Temuan serupu jrgu dilaiukan oleh Datar et al. (1998) yang melakukan regresi cross-sectionat teihidap return saham NISE dan sama-sama menyimpulkan bahwa saham yang tidak likuld membrrikan return lebih tinggi. Pengujian empiris yang sejenis dilalukan oleh
chui
dan wei dengan data NYSE/AMEX danNAsDAe
juga
mengidentifikasi pengaruh rasio turnover.terhadap return dalam chan dan Faff,2002j. sedangkan Brinnan er ol.(1998) dalam pengujiannya membuktikan pengaruh negatif u"olu,r" perdagangan terhadap rata-rata return,yang berarti konsisien J"ngun uiunyupremi likuiditi's plaa
asset pricing.
Hal
serupa seharusnya juga terdapat pada saham perdana, dimana return yang didapatkan investor melalui underpricirtgtelah mencakup premi bagi likuiditas saham karena investor yang akan melakukan pernbelian saham'perdanaiebenarnya juga harus menanggung keberadaan biaya likuiditas. Berdasarkari berbagai inlormasi relevan yang dapat diperoleh investor baik dari prospektus maupun pirblikasi lain makaia
akan membuat ekspektasi mengenai likuiditas saham'tersebut nantinya setelah diperdagangkandi
bursa (expected tiquidity). Apabila investor ternyata mengekspektasikan saham semakin tidak likuid maka artinya ia akan nr",rryuruik"n kompensasi yang semakin besar pula dalam melakukan pembelian saham berupa semakin tingginyareturnyangdiharapkan. Oleh karena itu, emiten harus memberikan underprice yang semakin tinggi. Selain itu investor juga harus menanggung risiko likuiditas (liquidity risk) karena tidak mengetahui secara tepat stabilitas li[uiditas saham tersebut setelah diperjualbelikan di bursa dalam jangka waktu tertentu. Salram yang semula diestirnasikanlikuid
memiliki probabilitas berubah rnenjadi tidaklikuid setelah beberapa waktu diperdagangkan di pasar sekunder sehingga terdapat variabilitas likuiditas. Apabila variabilitas ini semakin besar maka artinya
,.*ukin
tinggi pula risiko likuiditas yang dihadapi investor sehingga ia mensyaratkan premi return yang semakin tinggi. Oleh karena itu, saham harus ditawarkan dengan tingkat u.nderpricingyanglayak mengkornpensasi risiko tersebut. Ellul dan Pagano (2003) dalam studinya
di
Inggris menemukan dua hasil penting yung m.nyimpulkan\:b".*9T1premi
likuiditas bagi saham perdana. Sebagaipiblsi
irprrtia
fiquidity dipakai bid-ask spread dan dibuktikan bahwa semakin besar bid-isk spread yan"gmenunjukkan saham semakin
tidak
likuid
maka underpricing,",rukin
tinggi
Sedangkan deviasi standar bid-ask spread sebagai proksi fiquidityrisft berperrgiih positif terhadap underprrcing Semakin besar deviasi standa i turrorrrmaka sernakin besar pula risiko likuiditas sehingga penerbit saham harus mengkompensasinya dengan underpricing yang semakin
tinggi.
cuna
menguji pengaruh' likuiditas terhadap underpricing saham perdana diajukan hipotesis:Pmgaruh Likuiditas Tarhadap Underybrng Saham Pedana (Munia Alteza)
Hr,: expected liquidity berpengaruh negatif terha dap underpricrirg penawaran saham perdana.
Hro: liquidity
risk berpengaruh.positif terhadap unclerpricing penawaran sahanr perdana.5.
Metode Penelitian
Penelitian ini memakai data sekunder dari perusahaan publik yang terdaftar
di
Bursa Efek Jakarta yang bersumber dari Indonesian Capiial Maiket-Directory(ICl'tD)
dan Indonesian securities Market Database(ISMD) ppA
FE ucM.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode piurposive sampling dengan kriteria sampel sebagai berikut:
a)
Perusahaan melakukan penawaran perdana periode Januari 1998- Desernber 2003.b)
Perusahaan memiliki data lengkap mengenai tanggal listing, harga perdan4 harga penutupan saham dan volume serama 20h;i
perdagangan pe(arna diBEJ, jumlah aset total.
Berdasarkan kriteria ini terkumpul sampel sebanyak g5 perusahaan. variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel dependen (AR) adalalt underpricing saham perdana yang diukur melalui abnormal return. Sedangkan abnormal return itu sendiri
dihiiun[
dengan market adjusled ntodel (AR= IR-R.),di
mana berturut-turut AR=abnorrnalretirn
saham, lR=initial relurn saham dan R,:return IFISG. Perhitungan initial return dilakukan dengan rumus:Initial return: ln ( P, / Po )
Pr
:
harga penutupan di hari pertama bursaPo
= harga perdanaSementara retum lHSG dihitung dengan rurnus:
R :ln(P /P
ml . mt )mt-l /
\,
:
retunr Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari ke t P*, = IHSG pada hari ke tP,,_,: IHSG pada hari ke t- |
variabel independerr adalah proksi hipotesis aftermarket liquicliry, yang rnasing-masing diukur sebagai rata-rata selanra periode 20 hari pertama perdagangan di pasir sekunder dengan mempertimbangkan bahwa pada hari ke-20 likuidiias saham telah mencapai kondisi steady (Ellul dan Pagano, 2003). proksi likuiditas yang digunakan adalah turnover dengan memperhatikan hasil studi sebelumnya oleh Hiauyuii (2005)
(l)
(2)
Jumal Studi Bisnis, Vol. 3, No. 2, 2005: l4S _ tilg
yang berhasil rnenemukan pengaruh
h*noverterhadap return seasonecr securitie.r di
yARTURN
-
.IJunrlah sahanr i yang diperdagangkan pada hari
t)
( Jumtahsahamiy;m]
dan t = hari ke _ I sanrpai hari ke - 20
variabel kontror mewakiri hipotesis informasi asimetri, yang banyak
digunakan dalam penelitian sebelumnya,
;"r; ;";;;;;
a.
Ukuran perusahaan (SIZE) dilihat sebelum p€nawaran perdana.b'
Afiermarket wrat.iri.tlt(voLAT)
diukur dengandeviasi standar retunr saham hari kedua sampai dengan hari
kedua putuh perdagangan. Pengu.iian H, dilakukan merarui uji
t
untuk satu samper untuk rnerihatsignifikansi
;ff
,:::';::'JI;:!,;^':;;;:darinot'sedangkanpengujianH,,J"'H,,aitakukandengan
6. Hasil Penelitian
(3)
(4)
dengan julnlah aset total tahun terakhir
6.1.
Hasil
Pengujian Hipotesis
pertama
Thbel
I
menyajikan hasir penguj ian underpricingdarampeneritian ini.
Thbel I
Mean Abnormal Return Deviasi Standar
Nilai
t p-value0.3491 0.4354
7.394 0.00 Sumber: data diolah
Berdasarkarr Thber
t
tertihatbahwa pada hari pertama perdagangan, saham perdana mampu memberikan
"oiorioi'
sebesar
y.ii;)",
irre,se:ar3 sratisrik,,rr,;f::{;rir"liil;,:;ll!::
,t?flJffi";
abnornnt
returi
paia hari
fi;;;";?;irgun*un
maka hipotesis pertama yangE-Pengaruh Ukuidflas Terhadap Underyiclng
Saham Pedana (Muniya Alteza)
menguji fenomena wtderpricitts dalam penelitian
ini
dapat diterinra. t-lasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Flanafi (l99B), Ernyan dan t-lusnan (2002), Triaryati(2003) maupun Desiyanti (2004),yang semuanya mengidentifikasi gejala underpricing dalam penawaran perdana di BEJ.6.2.
Hasil
Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua dilakukan rnelalui analisis regresi berganda dan sebelumnya dilakukan
uji
asumsi klasik untuk nremastikan regresi nrenrenuhi kriteria Be.st Linier Unbiased Eslimator (BLUE). Uji nonnalitas re.sidual ditakukan melalui normal probobilityplot
yang menunjukkan penyebaran plot di sekitar dan mengikuti garis diagonal, sehingga asumsi normalitas pada nrodel regresi telah terpenuhi. Sedangkan penditeksian autokorelasi dilakukan melaluiuji
Durbin watson(D-w).
Nilai d, dand,
pada level 5% untuk sampel sebanyak 85 adalah 1.550 dan l.747,sedangkan nilai D-W hasil estimasi adalah 1.767.Nilai
tersebut berada antarad,
sampai dengan (4-du), hal ini mengindikasikan bahwauji
regresi terbebas dari masalah autokorelasi. Pengujian multikolinearitas dilakukan nrelaluiVIF
yang semuanya bernilaijauh
di
bawa_hl0
dan disinrpulkan bahwa model regresi terbebas dari multikolinearitas. Asumsi teraklrir yaitu heteroskedastisitas, pengujiannya dilakukan melalui uji Glejser yang meregresikan nilai atrsolut residual dengan variabel independen. Hasilrrya mernperlihatkan bahwa tidak ada satupun koefisien variabel yang signifikan, dengan demikian maka regresi mernenuhi asumsi homoskedastisitas.Setelah regresi memenuhi persyaratan asuqrsi klasik kernudian dilakukan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh variabel likuiditas terhadap under-pricing saham perdana dan diturrjukkan dalarn'Iabel 2 .
Tabel 2
Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
**
signifi kan pada a=lo/or
signifikan pada cr:5%Sumber: data diolah
A TU TURNVAR+B.SIZE+B VOLAT+e
Variatrel Nilai Koefisien Nilai t D-value
Konstanta
TURN TURNVAR SIZE VOLAT
t.l 59 9.1 53
-5.48 t -0.082 2.294
2.894
2.557 -2.231
-2.619
2.087
0.005* *
0.012* 0.028*
0.0 t t*
0.040* Nilai F
R2
Adiusted R2
5.4 I 8 (p-value 0.001)** 0.213
0.174
[image:9.595.40.511.256.766.2]JumalStudiBisnis, Vol. 3, No. 2,2005 : 145 - 158
Berdasar thbel
2
dapat dianalisis bila AIL=1.159+9.153*,RN-5.481.,.r**un*-0.082r,r.r+2.294uo,**eNilai
F adalah 5.418 yang secara statistik siglrifikarr padaa:lyo
ntenunjukkan bila nrodel regresi.f/ untrrk rnenrprediksi ure{erpric'ing atau bisa dikatakan bahwa senlua variabel itrdependen secara serernpak berperrgaruh terhadap underpricing.Nilai
Il2 sebesar 0.213 rnenunjukkan bahwa 2l .30% variasi underpricing dapat dijelaskan olehlurnoter
deviasi standar tuntot'er, .size dan afternrarket wtlotilils,. sententara sisanya sebesar 18.7% diielaskan olelr variabel lain yang tidak terdapat dalarn rnodel.Dengan melihat hasil di atas penelitiarr irri herhasil nrembuktikarr perrgaruh
likuiditas
terhadap underpricirn deugarr nrelakukarr korrtrol terlradap variabel infonnasi asitnetri yang selarna ini banyak digunakan dalam penelitian sehelunrrya. Dimensi pertantayailu
expeclccl liEriclit.), yatrg diproksikarr derrgan turnoyer berpengarult negatil'terhadap unc{erpricing yallg dihitung lewat uhnorntol retunr. Sementara dirnetrsi kedua yaitu liquidity rLsk yang diukur nrelalui deviasi standar turnor)er berpengaruh positif pula terhadap underpric'irg. Dengarr diiderrtifikasinya pengaruh likuiditas terhadap obtronnal relrrrr rnaka perrelitian berhasil rrernbuktikan eksistensi hipotesis ay' ermorket liquidity sebagai salah satu variabelyarrg ruerrf elaskan underpricirr,g. Besarnya uulerpricirtg yang dicernrinkan dari obnornrul retttru telalt mencakttp keberadaarr prenri bagi likuiditas salraln. lrri bennakrra balrrva irrvestor yang melakukan pernbelian saltant perdana di pasar prirnerjuga telah rnernperhatikan faktor liktriditas, sebagainrana halnya apabila mereka nrelakukan perdagangan saharndi
pasar sekunder. Ilasil irri tnenurtjukkart lnendukurrg perrelitiarr sebelurnlrya yang dilakukan dettgatt santpel seosoned.securilie,s rnisalnya olelr Datar et crl. (1998). Chan dan Faff(2002) rnaupun I{idayalr (2005). Dalarn rnelakukan pembeliarr saham perdana terttyata investor tidak hanya rnengekspektasikan saharn likrricl, tetapi .iuga nrenginginkan risiko variabilitas likuiditas 1,ang kecil, dicerrrrirrkarr dari stabilitas likuiditas saltam selarna diperdagangkan di trursa sekurrder. Bukti di BIiJ irri sesuai dengan temuan Elluldan Pagano (2003) dalarn pcnguiiannya terhadap ernisi sahanr perdana di Inggris menemukarr bila erpected liquidit.l'danliEidity
rrs& berperrgaruh terlradap tingkat utderpric ing.7.
Simpulan
I-lasil yang
diperoleh rnenyirrtpulkanterjadi
toulerpricirrlg penawaran saham perdanadi
BE.l,di
ntana terdapat uhnorntqlrctmlt
positil- sigrrifikan pada hari pertarna perdagangarr di pasar sekunder. Besarnl,a unde rpricittg salraln perdarra yang ditawarkandi
pasar primer telalr nrerrcakup adanya prcnri return positifbagi likuiditas saham, yarrg berarti mernbuktikarr eksistensi hipotesis oftermarket
liquidity. Fenomena ini merrurrjukkarr bila aplikasi teori likuiditas yang selama ini hanya diterapkarr bagi sea.soned securities di bursa sekunder.iuga berlaku bagi saharn perdarta yang ditawarkan di pasar prinrer.
IEr-Pengaruh Ukuidilas Terhd ap U nderprbhq
Saham perdana (Muniya Alteza)
Selain itu dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat puta diidentifikasi beberapa keterbatasan yaitu :
l.
Jumlah sarnpel yang masih sangat terbatas yaitu sebanyak g6 sampel.2.
Mengingat jumlahnyayang
terbatas samper memasukkan sernua jenisperusahaan, tanpa memisahkan golongan keuangan dan non-keuallgan. Meiurut Desiyanti(2004) perbedaan karakteristik perusahaan ini menrpengaruhibesanrya mderpricingdi
11na underpricingpada perusahaan keuangan yung relatif lebih rugulated akan lebih kecil dibandingkan perusahaan non-kirangan.
3.
Nilai
R'? dan Adjusted R2 yang relatif masih kecil sehingga masih banyak variabel lain yang kemungkinan mempengaruhi besamya underpricing teiapi belum dimasukkan dalam modelpenelitian ini.Dengan memperhatikan berbagai keterbatasan di atas, penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakanjumlah sanrpelyang lebih banyak, metakukan kontrol terhadap perbedaan jenis perusahaan dan memasukkan variabel lain yang berdasar studi lain sebelumnya mempengaruhi underpricjrg. Misalnya Aggarwrl
"t ut. (2000) dan Logue etal. (2002) mengungkapkan bahwa untlerpricitglugu aip"ngargliioleli aktivitas pasar pada periode prernarket seperti partiul pricr-odii.rtrrurL dan periode aftermarker seperti price stabilization, overallorntenr oprion din penalty hicts.
Daftar
Pustaka
Aktas, R., Karan, M. 8., dan Aydogarr, K. (2003). Forecasting Short Run perfonnance
of Initial Public Offerings in the lstanbul Stock exchange. lrorking poperi Turkish Mil itary A codenry,l -26.
Allen, F. dan Faulhaber, G. R. (1989). Signalting by Underpricing in rlre
lpo
Market. Journol of Financial Economics,23 :303-323.Alli,
K.,
Yau, J., dan Yung,K.
(1994). The underpricingof
lpos
of
FinancialInstitutions. .Iournal
of
Busines,s Fihance ondAcciunting,2l(7),
october,l0l3-
t030.Amihud, Y' (2002). Illiquidity arrd Stock Returns: Cross Section and Time-Series Effects. Journ al of F in an c i a I Mar ke t s,5,3 I - S 6.
Amihud, Y. dan Mendelson, I{. ( 1986). Asset pricing and The Bid Ask price.1ournal of F in an c ial Econ om ics, I 7, 223 -249.
Arosio, R., Giudici G., dan Paleari
s.
(2000).what
Drives thelnitial
Market Performance of ltalian lPOs? An Empirical lnvestigation on Underpricingand Price support. working paper presented
at ihe
2000 FMAAnnuit
Meeting.JumalStudiBisnis, VoL 3, No. 2, ZNS: t1S - 1SB
Aussettegg, W. (1997). Short arrd [,ong Run Perflornrance
of
lPOs irr tlre Austriarr Stock Markel. lkn'king Paper Deprrrtment of F'inonce, Wenno ( lnit er3itt,of
Technologlt,l -41 .
Baron,
D.
P.' dan !{olmstrontB.
(1980). -l-lre lnvestrnerrt Bankirrg Corrtract for New lssues Urtder Asynrtnetric lnforrnalion: Delegatiorr andl'he
tnceltive Problem. Jourual of Finonce,35(5), I I l5- l l3g.Brennan,
M.J.,
chordia T., dan SutrrarrmanyarnA. (lg9s).
Alternative Factor Specifications, Security Characteristics, ancl the Cross-Section ol'Expectecl Stock Returns. Journal,f
Finonciol Ecttntunic,.s, 49,345_37 -1Chan, [1. W.,dan
Faf[
R. W. (2002). Asset Pricirrg and rhellliquiclity
prernisnr. lYorking Pape4 Mona.s h IJn ivers i 0,.Chi,
J. dan Padgett,C.
(2002). Short-Run [Jnclerpricirrg andits
Characteristicsin
Chinese IPO Markets.ISMA
Discu.r.siotr Paperin
Financ,e. Rcoclirtg University.Datar, v. T., Naik, N. Y., dan Radcliffe, R. (199g). Liquidity and Srock llerunrs: An
A lternative Test. .knt n ru I oJ' F i n on c i tr I
lil
rk e is. 20j -Z I 9 .Desiyanti, R. (2004). IPO lJnderpricirtg )dng Dijelos*on Risiko.'lesis. pascasariarra Universitas Gad.iah Mada. (ridak dipublikasikarr)
Ducharme, L. L., Rajgopal, s., dan sefcik, s. E. (2001). l-owballirrg for..pop'.: the Case of lnternet IPO Underpricing.,tsRl/
lfiirking
paper.l_Zg.Easley,
D.,
Kiefer,N.M., o'ilara,
M.,
da,
paperrran,.t.B.(1996).
r-iquidit1,,lnformation. and lnfrequently Traded strrcks. T'ha
.hnmrtl of
l-ino'nce. 4,I 405- I 436.
Ellul,
A.,
dan Pagano,M.
(2003).lPo
Underpricing arrd Afterrnarket Liquidity. Working Poper, (le ntre .for Studies in Ecorromic:.s rutcl Finonca.l _49.Ernyan dan I{usnan,
S.
(2002). Perbartdirr gan Llnclerltricing Perrerbitan Sa6arn Perdana Perusahaan Keuarrgarrdan
Norr-Keuangandi
pasar
Modal Indonesia: Pengtriian I{ipotesis Asinrelri lrrforrnasi..lurnol
Ekononti andB i sn i.r lndon e s i o. I 7 (4), 37 2-383.
Ghosh, S' (2002). Underpricing of I POs: the lrrdian Experience over the L.ast l)ecacle.
.tSR// Working Poper,l -32.
I{anali,
M.
M. (199S). Elisiensi Enrisi Saharn Barudi
Bursa Efek.takarta (1984-t994). KELOLA,t 7.88- I06.Hanafi,
M.
M., dan Flusnan, S.(1991). perilakrr llarga Sahanr di Pengamatan di Bursa Efek.lakarta Selarna 1990. U.sohay;on,t2_15.
Pasar Pertlana:
I
l.
Nopernber.Pengaruh Llkuiditas Terhad
q
UflerpricingSaham perdana (Muniya Alteza)
Hidayah, N. L. (2005). Pengaruh Foktor Likuidiras pada Rerurn Saham di Bursa Efek Jakarta (Perbandingart Antaro Standard CAPM clengan Extendend
CAp:ttQ. Tesis, Pascasarjana U n iversitas Gadjah Mada. (t ida[ d ipubl ikasi kan ).
Hu, S' ( 1997). Trading Turnover and Expected Stock Returns: The Trading Frequency and Evidence from the Tokyo Stock Exchange. working
trapir
witio,rit
Toiwan University and (Jniversity of Chicago,T-25.
Husnan,
s.
(1996).
Penjualansaham
BUMN:
Apakah
Terjadi
Distribusi Kemakmuran?. Dalam Bunga Rampai Kajian TboriKeuangart In Mentoriant Prof.Dr
Bambang Riyanto,169-179.Kim, J. B., Krinsky, I. da-n Lee, J. ( r 993). Motives for Going public and underpricing:
New Findings from Korea. Journol of Business-Firtance ancl
Acciuntirfi,
20(2), January,I95-2IL
Kooli, M., dan Suret,J. (2001). The Underpricing of lnitial Public Offerings: Further Canadian Evidence, Cirano Working paper.
Kunz, R. M., dan Aggrawal, R. ( 1994). why Initial public ofterings Are underpriced: Evidence from switzerland. Journat of Banking ancl Fiionce,lg,705_723.
Liu,
w.
(2004). Liquidity Premium and A Two-Factor Model. lvorkingpaper
TheUn iv e r s i ty of Man c he s I e
r
Logue D. E., Rogalski, R. J., seward, J. K., dan Foster-Jolrrrson, L. (2002). what
Is Special About the Roles
of
Underwriter and Market Activities in lnitiatPub I ic Offerings?. Jo ur n a I of B u s i n e s s,7 5 (2), Z I j _243 .
Ma, T., dan Tsai, P. R. (2001). Are Initial Return and
lpo
Discounts the Same Thing? A Comparison of Direct Public Offerings and Underwritten IpOs.Workig
Pape4 Nalional Sun Yat-sen University.
Mc.
Guinnes, P. (1992).An
Examinationof
the Underpricingof
lnitial
publicofferings in Hongkon g. Journal of Bu.sine.ss Finance
itcl
Accountinpl, 19(2), January,l65- I 86.
Nurhidayati, S. dan Indriantoro, N. (r998). Analisis Faktor-faktoryang Berpengaruh Terhadap Tingkat underprice pada penawaran perdarru
.ai
ggj.
D-ulu,, Bunga Rampai Kajian Tbori KeuanganIn
ltlennriam prof.Dr
Bamhang Riyanto,4l 5-425 .Rock,
K.
(1986).why
New
lssuesAre
Underpriced. .Iourrrul o.f Financial Econom ics,l 5,1 87 -212.Triaryati,
N.
(2003). Perbandingan AbnormalReturn
Err,isi saham perdana Perusahaan Keuangan danNon
Keuangandi
pasarModal
lndonesia: Pen-gujian Hipotesis Asimetri Informasi. Tesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (tidak dipubtikasikan).\
Jumal Studi Bisnis, Vol. i, No.2, 2005: 145 -
lld
welch,
l.
(1989). seasorred offerings, hnitation costs and 1'he Urrderpricingof
Initial Public Offerings. .Iomnal of Finonce, 44.421-449.
wong,
K.A.,
dan Uddin, M. H. (2000).lpo
lnirial Underpricing in Malaysia: "l'he Eflectof
lnforrnation Revealing in l-isting Tinre Lag. workingpipea
T'heNati onal Un ivers i ty of S in gapore, | -3 4.
Yasa, G. W. (2003). Faktor-faktoryang Mentpengaruhi Unclerprrcirg Saharp di Bursa Efek Jakarta Thhun 1990-2001. 'lesis, Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. (tidak dipublikasikan).