• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKENARIO PELAKSANAAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI: APAKAH MENUJU DESENTRALISASI SETENGAH HATI DI SEKTOR KESEHATAN? | Trisnantoro | Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 2675 4625 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SKENARIO PELAKSANAAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI: APAKAH MENUJU DESENTRALISASI SETENGAH HATI DI SEKTOR KESEHATAN? | Trisnantoro | Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 2675 4625 1 SM"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 11, No. 2 Juni 2008l43

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 11 No. 02 Juni l 2008 Halaman 43

Editorial

SKENARIO PELAKSANAAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI:

APAKAH MENUJU DESENTRALISASI SETENGAH HATI

DI SEKTOR KESEHATAN?

Bukti empirik di berbagai negara menyatakan bahwa penyusunan dan pelaksanaan kebijakan desentralisasi membutuhkan waktu, proses yang rumit, dan penghalusan-penghalusan. Dapat dipahami bahwa ada pihak yang tidak sabar dengan pelaksanaan desentralisasi. Bagi pihak yang kontra dengan kebijakan ini maka kata desentralisasi menjadi hal yang tidak lagi menarik untuk dipergunakan. Namun harus ditegaskan bahwa Undang- Undang (UU) No. 32/2004 menyatakan bahwa sektor kesehatan merupakan bidang yang harus didesentralisasikan. Undang – Undang (UU) ini diikuti dengan berbagai Peraturan Pemerintah (PP) seperti PP No. 38/2007, PP No. 41/2007, PP No. 08/2008 yang memastikan pelaksanaan desentralisasi. Mau atau tidak mau, kebijakan desentralisasi sudah merupakan kebijakan nasional dalam tingkat UU, kecuali apabila terjadi amandemen. Pada tahun 2008 ini sudah terjadi situasi “Point of No Return”.

Dalam konteks pelaksanaan kebijakan desentralisasi ketidakpastian yang ada adalah: pihak mana yang akan “lebih berpengaruh” dalam strategi pembangunan kesehatan di Indonesia: apakah yang pro sentralisasi ataukah yang pro desentralisasi. Bagaimana kita menghadapi ketidakpastian tentang pelaksanaan kebijakan desentralisasi kesehatan di Indonesia?

Berbagai teori perencanaan sering gagal memperkirakan masa depan. Salah satu penyebab kegagalan adalah asumsi bahwa perkembangan ke masa depan adalah sesuatu yang linier. Sementara itu kenyataan menunjukkan bahwa masa depan dapat bervariasi akibat berbagai faktor. Dalam hal ini dibutuhkan perencanaan yang bersifat skenario. Perencanaan berdasar skenario (scenario planning) bukan merupakan kegiatan untuk memilih alternatif, akan tetapi lebih untuk pemahaman bagaimana tiap kemungkinan akan berjalan. Dengan pemahaman ini sebuah lembaga atau negara dapat mempersiapkan diri dalam membuat berbagai keputusan strategis untuk menghadapi berbagai kemungkinan di masa mendatang. Perencanaan skenario adalah alat bantu untuk melihat ke depan yang penuh ketidak-pastian.

Inti perencanaan skenario adalah pengembangan gambaran mengenai

kemungkinan-kemungkinan kondisi di masa mendatang dan mengidentifikasi perubahan-perubahan, serta implikasinya yang muncul sebagai akibat dari kondisi tersebut. Referensi lain menyebutkan bahwa perencanaan skenario dilakukan untuk menilai skenario-skenario yang memungkinkan untuk suatu kegiatan: kemungkinan terbaik, kemungkinan terburuk dan berbagai kemungkinan diantaranya.

Dalam konteks pelaksanaan kebijakan desentralisasi kesehatan di Indonesia, faktor yang tidak pasti adalah keinginan pemerintah daerah dan pemerintah pusat untuk menjalankan desentralisasi dengan sepenuh hati. Dengan menggunakan kedua kemungkinan tersebut ada 4 skenario yang mungkin: skenario 1, adalah situasi dimana pemerintah pusat bersemangat untuk melaksanakan desentralisasi, berusaha melaraskan struktur organisasinya dengan pemerintah daerah, dan pemerintah daerah bersemangat pula untuk melakukannya. Skenario 2: terjadi situasi dimana pemerintah pusat (khususnya Departemen Kesehatan) cenderung ingin sentralisasi, sementara pemerintah daerah berada dalam sistem yang semakin desentralisasi. Skenario 3: Pemerintah pusat tidak berkeinginan melakukan desentralisasi di bidang kesehatan demikian pula pemerintah daerah. Akibatnya terjadi perubahan UU (amandemen UU No. 32/2004) sehingga kesehatan kembali menjadi sektor yang sentralisasi; dan skenario 4: pemerintah pusat (Departemen Kesehatan dan DPR) berubah menjadi bersemangat untuk desentralisasi, namun pemerintah daerah tidak mau menjalankan.

Referensi

Dokumen terkait

As a result, we proposed the FAVARMA framework, which combines two parsimonious methods to represent the dynamic interactions between a large number of time series: factor analysis

Jadi, untuk mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut (aqidah dan syari’ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau akhlak,

3.2 Mengenal teks petunjuk/arahan tentang perawatan tubuh serta pemeliharaan kesehatan dan kebugaran tubuh dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis

Proses penelitian yang dilakukan menghasilkan: (1) buku untuk panduan guru dalam menerapkan pembelajaran sosiokultural pada mata pelajaran matematika di Kelas IV SD; (2)

The data obtained from the test used to know what types of common error made by the second grade students in making simple sentence.. It gained from students’ answer

• Pernyataan empati merupakan kata yang digunakan konselor untuk memasuki dunia konseli dan dalam perspektif (kaca mata) konseli.. Syarat merespon

Pada hari ini Kamis tanggal Delapan bulan Nopember Tahun Dua Ribu Dua Belas , kami yang bertanda tangan dibawah ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Bina Marga dan

pun terdapat visualisasi akan Neraka, yaitu yang telah Allah sediakan bagi orang-.. orang yang tidak patuh