• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV."

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Samrotul Jannah, NIM B01212029, 2016, PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Persepsi Santri, Program Dakwah, Yuk Kita Sholawatan, Padange Ati.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan di TV9 dan Padange Ati di JTV. (2) Bagaimana komparasi antara program dakwah

“Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil

persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan jenis Induktif. Serta teknik Analisis Komparatif Konstan (Constant Comparative Analysis). Menganalisis serta membandingkan program dakwah Yuk Kita Sholawatan dan Padange Ati dengan model teori Uses

and Gratifications.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV ada dua persepsi yaitu persepsi positif dan persepsi negatif (1) persepsi positif: mayoritas santri PPM. Al-Jihad Surabaya cenderung menyetujui dan mendukung dengan adanya kedua program dakwah tersebut karena selain bermanfaat kedua tayangan tersebut menarik untuk diikuti, kreatif, unik dan inovatif, acaranya santai, dan dapat diaplikasan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dilihat dari persepsi ini santri PPM. Al-Jihad Surabaya merasa puas terhadap apa yang dilihat dan didengar (gratifiction) juga mengandung manfaat atau adanya hikmah yang dipetik (uses) (2) persepsi negatif: santri PPM. Al-Jihad Surabaya kurang puas terhadap program YKS karena terlalu banyak guyonan sehingga timbul rasa bosan. Sedangkan untuk acara Padange Ati selain kurang puas dengan sesi tanya jawab yang model settingan karena bagi audiens lain yang ingin bertanya tidak bisa tersampaikan juga kurang puas dengan jam tayangnya, karena waktunya menjelang maghrib hingga ba’da maghrib sehingga untuk pemirsa yang melaksanakan ibadah sholat maghrib tidak dapat mengikuti acara secara keseluruhan karena waktunya terpotong oleh sholat magrib.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik 1. Tinjauan Program Dakwah ... 16

2. Macam-macam Program Dakwah ... 23

3. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 28

(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 48

B. Kehadiran Peneliti ... 50

C. Setting Penelitian ... 50

D. Sumber Data ... 51

E. Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Data ... 58

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 59

H. Tahapan Penelitian ... 60

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 68

B. Penyajian Data ... 76

C. Temuan Penelitian ... 91

D. Komparasi Hasil Penelitian ... 104

E. Relevansi Hasil Temuan Penelitian dengan Teori ... 115

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era modern ini, perkembangan dalam bidang teknologi informasi

sedemikian pesatnya sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan

yang terjadi terlihat secara eksponensial dan tidak ada yang dapat menahan

lajunya perkembangan teknologi informasi (Bungin 2008: 143). Amat

disayangkan manakala kemajuan tekhnologi informasi ini tidak

dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Apalagi dalam realitas sekarang

ini, hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki peralatan teknologi

informasi.1

Salah satu contoh peralatan teknologi yang banyak disukai oleh

masyarakat adalah televisi. Kehadiran televisi bagi masyarakat industri

bagaikan “agama baru”. Betapa tidak, televisi telah menggeser agama

-agama konvensional. Khutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah

yang lebih besar dari jamaah agama apapun. Rumah ibadahnya tersebar di

seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh kekhidmatan

dan dapat menggetarkan hati serta mempengaruhi bawah sadar manusia.

Kehadiran televisi juga telah mengambil sebagian besar waktu manusia

untuk menonton televisi. Menurut Broadcasting Year-book (1985)

rumah-rumah di Amerika Serikat, 25 % menonton TV di waktu pagi, 30 % di

1 Abdul Basit, “Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan di Indonesia”, Jurnal

(10)

2

waktu sore, dan 63 % di waktu malam (jam 8-11), dan hampir ¾ atau 84

dari mereka adalah menonton televisi (Jeffers 1986: 122).2

Tidak dipungkiri, dewasa ini televisi merupakan media massa yang

sangat populer ditengah masyarakat. Ia ada hampir di setiap tempat-tempat

umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu, setiap berita yang

disampaikan melalui media televisi akan sangat mudah sampai ke tengah

kalangan masyarakat. Demikian pula jika yang disampaikan melalui

televisi adalah pesan-pesan tabligh, maka ia akan dengan cepat

tersosialisasikan.3 Untuk itu, alangkah baiknya jika program-program

dakwah di televisi lebih diperbanyak lagi, karena menyeru kebenaran dan

mencegah kemungkaran adalah tugas hidup setiap Muslim. Dengan kata

lain, setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah. Sebagaimana dalam

firman Allah dalam QS. Ali Imran [03]: 104.



















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [03]:

104).4

2 Ibid, hh. 88-89

3 Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Pres, 2004), hh. 73-74

(11)

3

Oleh karena itu perlunya pemanfaatan televisi sebagai media dakwah

dengan sebaik-baiknya, agar proses penyampaian dakwah cepat

menyeluruh ke seluruh pelosok dunia dan dakwahpun berjalan efektif.

Televisi sangat berperan penting untuk mengembangkan dakwah

karena dakwah melalui televisi hasilnya akan lebih efektif dibanding

dengan dakwah konvensional. Media televisi mampu menjangkau

khalayak sasaran yang sangat luas, bahkan mampu menjangkau khalayak

yang tidak terjangkau oleh media cetak. Televisi ditonton oleh jutaan

orang secara teratur yang secara geografis belum tentu terjangkau oleh

media lain, sebagai media yang menggabungkan unsur visual dan suara,

maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap audien dengan tekanan

pada dua indra sekaligus, yaitu penglihatan dan pendengaran selain itu

televisi mempunyai kemampuan kuat dalam memengaruhi persepsi

khalayak, bahkan orang rela berjam-jam meluangkan waktu untuk

mengikuti acara berita, hiburan dan lain-lain. Televisi juga mampu

menyajikan informasi teraktual dengan cepat yang tidak bisa dilakukan

oleh media cetak.5 Serta sebagai suatu sarana komunikasi ampuh yang

tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.6

Media televisi memang mampu menjauhkan manusia dari kenyataan

hidup sehari-hari. Tetapi TV juga dapat disebut sebagai „jendela dunia

besar’, karena realitas sosial yang berhasil ditayangkannya. Pada dasarnya

5 Rama Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2015), h. 129.

(12)

4

manusia mempunyai keingintahuan yang besar terhadap sesuatu diluar

dirinya, untuk itu media televisi menjawabnya dengan model suara gambar

yang bergerak dan mampu menyentuh aspek pikologis setiap manusia.7

Berkat jangkauannya yang luas dan mendalam, televisi mempunyai

peran dan dampak yang besar dalam mengajar dan mendidik anak

Indonesia. Televisi sangat mempengaruhi masyarakat penontonnya, untuk

itu harus mempertimbangkan dengan baik pengaruh apa saja yang

diinginkan dan tidak diinginkan dari sebuah tayangan televisi.8 Namun

dalam hal ini stasiun televisi TV9 dan JTV menampilkan berbagai macam

program religi. Semakin banyak program religi yang ditayangkan di

berbagai stasiun tv maka semakin banyak pulalah pengaruh positif dalam

kehidupan manusia baik itu dalam segi pendidikan, pemahaman mengenai

Islam maupun tingkat keimanannya.

Media televisi di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah,

seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah

menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat

nusantara untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah

merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualitas diri.9

Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk

mengkomunikasikan informasi dengan menggunakan bayangan gambar

7 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi Cetakan I (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 33

(13)

5

dan suara, demikian halnya dengan video dan film.10 Televisi merupakan

suatu sistem yang luar biasa besarnya, kamera dan mikroponnya

mempunyai peranan yang menentukan bagi daya tarik mata dan telinga,

sedangkan video kabel yang akan membawakan sinyal agar dapat

menyentuh sistem saraf kita.11 Seperti diketahui bahwa kita menerima

berbagai informasi melalui panca indera, mata, telinga, hidung, mulut dan

kulit. Berbagai informasi ini justru informasi melalui mata yang paling

besar prosentasenya, sampai 75% dari seluruh informasi yang dapat

diterima, hal ini dapat kita rasakan bahwa sebagian besar informasi ini

diterima dengan jalan melihat. Dengan demikian bahwa media audio

visual (televisi) merupakan media yang memberikan informasi terbesar

dibanding dengan informasi yang diberikan melalui media lainnya.12

Dengan citra dan suaranya, televisi dapat menjangkau 96 persen

rumah tangga Inggris. Televisi hadir di segenap lapisan masyarakat dan

mengudara 24 jam dalam sehari. Tingkat jangkauan televisi dan konteks

domestik penerimaannya memberinya sejenis kekuasaan yang khas.

Jangkauan itu meningkat melalui modus penyampaian. Wajah dan

kata-kata atraktif sang pemandu acara TV secara personal berdialog langsung

dengan audien dari layar kaca, misalnya pada program yang bersifat akrab

dan langsung.13

10 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 2

11 Ibid, hh. 3-4 12 Ibid, h. 5

13 Graeme Burton, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi

(14)

6

Sesuai dengan daya tarik televisi yang sangat besar terhadap

khalayak serta mampu menjangkau sasaran luas (sebagian besar

masyarakat Indonesia) maka televisi lebih efektif jika digunakan sebagai

media dakwah, karena dakwah yang disampaikan melalui media televisi

secara otomatis jangkauan dakwahnya akan lebih luas dan kesan

keagamaan yang timbul akan lebih dalam karena media televisi selain

dapat didengar juga dapat dilihat meskipun hanya dilayar saja.

Media televisi memang termasuk salah satu alat untuk kesuksesan

program dakwah. Namun persepsi khalayak juga mampu membangun

efektivitas kegiatan dakwah itu sendiri. Dalam kenyataannya, tidak setiap

muslim dengan sengaja melakukan kegiatan dakwah dan tidak setiap

muslim yang sengaja berdakwah telah melakukan perannya dengan efektif.

Oleh karena itu agar program dakwah dapat berlangsung lancar dan

berhasil baik diperlukan pengetahuan tentang persepsi dari masyarakat,

karena dari persepsi itu sendiri akan terlihat letak kekurangan dan

kelebihan program dakwah tersebut, setelah kelebihan ataupun kekurangan

tersebut tampak maka dari kekurangan itu bisa di perbaiki dan dari

kelebihan tersebut bisa lebih dioptimalkan kembali sehingga berhasil

meraih program dakwah yang efektif. Pada dasarnya dakwah adalah

kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lainnya,

maka perlu dikaji faktor apa saja yang merupakan penghambat dan

memperlancar kegiatan dakwah. Dalam hal ini persepsi adalah sebagai

(15)

7

hasil yang maksimal, oleh karena itu di sini persepsi santri PPM. Al-Jihad

di jadikan dasar atas efektifnya program dakwah di TV9 dan JTV.

Saat ini banyak sekali tayangan program baru televisi yang

menggunakan jargon “religi” misalnya yang ditayangkan oleh stasiun TV9

dan JTV. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV” yang bertujuan untuk mengetahui persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah di TV9 dan JTV

khususnya pada tayangan Yuk Kita Shalawatan (YKS) di TV9 dan

“Padange Ati (PA)” di JTV. Kemudian dari persepsi santri mengenai

kedua program dakwah tersebut dikomparasikan, dengan mencari

persamaan dan perbedaan persepsi santri Al-Jihad mengenai program

dakwahnya.

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu mengetahui persepsi

santri al-Jihad terhadap salah satu program dakwah di TV9 dan JTV. Maka

harus ada persamaan dan perbedaan dari masing-masing persepsi tersebut

mengenai program dakwah YKS dan Padange Ati. Karena setiap orang

pasti mempunyai persepsi yang berbeda-beda.

Alasan peneliti memilih TV9 dan JTV karena keduanya merupakan

televisi Surabaya yang mayoritas disukai oleh masyarakat Jawa Timur dan

dominan menayangkan acara-acara edukatif yang bernuansa religi

dibanding dengan stasiun tv lainnya yang mayoritas menayangkan sinetron

(16)

8

salah satu televisi stasiun dangdut tetapi tv ini juga banyak menayangkan

program religi, dalam kata lain JTV termasuk stasiun televisi yang

dominan lebih banyak menayangkan program religi bisa dikatakan JTV

merupakan stasiun tv Jawa bernuansa religi kedua setelah TV9. Selain itu

kedua televisi ini merupakan televisi Jawa Timur yang tayangan

dakwahnya terdapat berbagai macam variasi misalnya dalam bentuk

tausiyah agama, musik religi, talkshow Islami dan lain-lain.

Tidak dapat dipungkiri program-program religi pada kedua stasiun tv

tersebut merupakan suatu program yang banyak diminati khalayak

khususnya masyarakat Jawa Timur. Sehingga peneliti tertarik untuk

menjadikan TV9 dan JTV sebagai bahan penelitian dengan

membandingkan persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai salah

satu program dakwahnya. Karena dari beberapa persepsi itu akan

membangun media yang memuat program religi tersebut sehingga menjadi

lebih inovatif dan kreatif. Alasan peneliti memilih santri al-Jihad sebagai

responden karena santri Al-Jihad sendiri sudah pernah menyaksikan kedua

program acara tersebut, dari sini juga dapat diketahui mengapa santri

al-Jihad menyukai progragram YKS dan Padange Ati, apakah memang

acaranya yang menarik untuk diikuti, ataukah karena pengisi acaranya dari

keluarga besar al-Jihad sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat memaparkan

(17)

9

1. Bagaimana persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program

dakwah “Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati

(PA)” di JTV?

2. Bagaimana komparasi antara program dakwah “Yuk Kita Sholawatan

(YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil persepsi

santri PPM. Al-Jihad Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai

program dakwah “YKS” di TV9dan “Padange Ati” di JTV.

2. Untuk mengetahui komparasi antara program dakwah “Yuk Kita

Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil

persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan pasti mempunyai manfaat, baik itu bagi diri sendiri

maupun orang lain. Begitu pula dengan penelitian ini. Karena dari hasil

penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain, khususnya

dikalangan mahasiswa, untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang

masalah yang sama dan serupa.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Teoritis:

a) Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru terhadap

pengembangan ilmu di bidang dakwah khususnya di prodi

(18)

10

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai

pedoman atau referensi untuk penelitian yang sejenis.

2. Praktis:

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis

b) Bagi media televisi khususnya TV9 dan JTV, hasil penelitian ini

diharapkan mampu dijadikan sebagai salah satu referensi untuk

meningkatkan kualitas program yang sudah ada serta

memunculkan program-program dakwah baru yang lebih kreatif

dan inovatif.

c) Di era modern ini kalangan anak muda lebih menyukai

tayangan-tayangan sinetron FTV dibanding dengan acara-acara dakwah.

Untuk itu diharapkan penelitian ini dapat lebih memotivasi dengan

menambah minat para santri PPM. Al-Jihad Surabaya dalam

mengikuti tayangan program dakwah.

E. Definisi Konsep

1. Persepsi Santri

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan

tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian

yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi

dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda

yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Persepsi

ini di definisikan sebagai proses yang menggabungkan dan

(19)

11

dikembangkan sedemikian rupa sehingga seseorang dapat menyadari di

sekelilingnya, termasuk sadar akan dirinya sendiri.14

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan

membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian

terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan

membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan

pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.15

Dalam hal ini yang dimaksud persepsi santri ialah persepsi santri

PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program dakwah Yuk Kita

Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV. Adapun

persepsi ini terjadi karena santri PPM. Al-Jihad sudah pernah

menyaksikan kedua program dakwah tersebut.

2. Program Dakwah

Sebelum membahas program dakwah, terlebih dahulu perlu

mengenai istilah program dan dakwah.

Dalam Kamus Ilmiah Populer, program ialah acara, rencana untuk

diperjuangkan, rancangan.16 Menurut Suharsimi Arikunto, program

adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang dilakukan maka program

merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan

bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program

14 Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 88

15 Ibid, h. 89

(20)

12

ini terjadi di dalam sebuah organisai yang artinya harus melibatkan

sekelompok orang.17

Syekh Ali Mahfuz sebagaimana yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail

dan Prio Hotman mengartikan dakwah dengan mengajak manusia

kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada

kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya

mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.18 Pengertian dakwah

yang dimaksud Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah dan pidato,

walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentikkan dengan

keduanya.19

Berdasarkan definisi dari masing-masing kata yakni program dan

dakwah, maka makna dari program dakwah adalah rencana usaha yang

disusun dalam rangka mencapai tujuan dakwah yaitu merealisasikan

nilai-nilai Islami dalah kehidupan masyarakat guna menciptakan

masyarakat yang diridhai Allah SWT.20 Jadi program dakwah

merupakan suatu rancangan yang sudah disusun secara terperinci, detail

dan sistematis dalam perencanaan aktivitas dakwah, yang dibuat

sebagai aktivitas penyampaian nilai-nilai Islam.

17 Ullyn Kartikasari, “Pelaksanaan Program Dakwah Kelompok Bermain dan Taman Kanak -Kanak Islam “Buah Hati Kita” Danguran Kabupaten Kalten” (Skripsi tidak diterbitkan,

Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), h. 12

18 A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 28

19 Ibid, h. 29

(21)

13

Dalam hal ini yang menjadi program dakwah ialah acara-acara

religi yang terdapat di TV9 dan JTV khususnya pada program dakwah

YKS dan Padange Ati. Hal ini bertujuan untuk membandingkan serta

mengetahui persamaan dan perbedaan kedua program tersebut dari

persepsi santri al-Jihad mengenai adanya kedua program dakwah

tersebut. Sehingga dapat juga diketahui keefektivan dari masing-masing

program dakwah.

Jika yang diperbandingkan situasi atau kejadian, unsur-unsur atau

komponen yang dianalisis sedikit berbeda, umpamanya meliputi

deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau

intensitas kejadian, faktor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari

analisis tersebut juga akan dapat ditemukan faktor-faktor dominan yang

melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.

F. Sistematika Pembahasan

Agar dalam penyusunan proposal ini lebih sistematis dan terfokus

pada satu pikiran, maka peneliti menyajikan sistematika pembahasan

sebagai gambaran umum penulisan proposal penelitian.

BAB I : PENDAHULUAN pada bab ini pembahasannya berisi

tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Definisi Konsep dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN berisi tentang kerangka

teoritik, yaitu bagian yang menguraikan dari berbagai literatur yang

(22)

14

BAB III : METODE PENELITIAN pada bab ini menguraikan

tentang berbagai metode yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, dan sumber data,

tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data, tekhnik pengecekan

keabsahan data, tahapan penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN berisi

tentang Setting Penelitian, Penyajian Data, Temuan Penelitian.

BAB V : PENUTUP berisi tentang kesimpulan dari hasil kajian dari

permasalahan yang ada dalam penelitin ini dan kemudian ditutup dengan

saran yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi bagi penelitian

(23)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik

Program dakwah merupakan suatu rancangan kegiatan islami yang

telah disusun secara detail, rinci dan sistematis. Dalam hal ini yang

menjadi program dakwah ialah acara-acara religi yang terdapat pada

stasiun tevisi TV9 dan JTV khususnya pada tayangan “Yuk Kita

Sholawatan” dan Padange Ati” kemudian membandingkannya dari

masing-masing program dakwah yang terdapat dikedua stasiun tersebut,

dengan dicari persamaan dan perbedaan dari keduanya dari hasil persepsi

santri al-Jihad. TV9 dan JTV memuat berbagai macam bentuk program

religi, misalnya dalam bentuk ceramah, talkshow, musik religi, wayang,

dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Uses and

Gratifications (model kegunaan dan kepuasan) yang ditemukan oleh Elihu

Katz Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch.1 Teori ini mengungkapkan

tentang penggunaan media massa yang dapat menimbulkan kepuasan atau

pemenuhan kebutuhan bermedia. Model teori ini menunjukkan bahwa

yang menjadi permasalahn utama bukanlah bagaimana media mengubah

sikap dan perilaku khalayak, tetapi lebih bagaimana media memenuhi

kebutuhan pribadi dan sosial khalayak yang aktif, yang sengaja

menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

(24)

16

Model Uses and Gratifications ini tidak tertarik pada apa yang

dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang

dilakukan seseorang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif

menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang

ini memusatkann perhatian pada penggunaan (uses) media untuk

mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Oleh

karena itu, sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui

berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu.2 Contoh

pengaplikasian pada media yaitu memanfaatkan media televisi sebagai

media dakwah untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai ajaran

Islam dan bagaimana perkembangannya.

1. Tinjaun Program Dakwah

a. Pengertian Program Dakwah

Sebelum membahas program dakwah, terlebih dahulu perlu

mengenal istilah program dan dakwah.

Dalam Kamus Ilmiah Populer, program ialah acara, rencana

untuk diperjuangkan, rancangan.3 Ada dua pengertian untuk

istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum.

Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan

sebagai rencana4. Misalnya jika seorang mahasiswa UINSA

jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam “Retorika” ditanya oleh

2 Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdiana, Komunikasi Masa Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), hh. 73-74

3 Nur Khalif Hazin & AR. Elhan, Kamus Ilmiah Populer, h. 348

(25)

17

salah satu dosen mengenai apa programnya sesudah

menyelesaikan pendidikan strata satu (S1), maka arti program

dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan

yang akan dilakukan setelah lulus kuliah. Rencana ini mungkin

berupa keinginan untuk melanjutkan ke S2, mendirikan lembaga

dakwah, membuka pelatihan da’I muda dan lain sebagainya.

Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam

menentukan program, yaitu:

1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

2) Terjadi dalam waktu relatif lama, bukan kegiatan tunggal

tetapi jamak berkesinambungan, dan

3) Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok

orang.5

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat

diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan

yang berkesinambungan karena melakukan suatu kebijakan. Oleh

karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu

yang relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau

kesatuan kegiatan, maka program merupakan sebuah sistem, yaitu

rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi

(26)

18

berkesinambungan. Pengertian program yang dikemukakan di

atas adalah pengertian secara umum.6

Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291)

mendefinisikan program sebagai suatu kegiatan yang

direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf

Tayibnapis (2000: 9) mengartikan program sebagai segala sesuatu

yang dicobalakukan seseorang dengan harapan akan

mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam buku ini program

diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan

sekasama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses

yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang

melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat

unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

1) Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama.

Bukan asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang

disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.

2) Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu

kegiatan ke kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada

keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan

sesudahnya.

(27)

19

3) Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik

organisasi formal maupun organisasi non formal bukan

kegiatan individual.

4) Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya

melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan

oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang

lain.7

Dalam kehidupan, terdapat juga program yang berlangsung

hanya dalam waktu singkat, misalnya program Hari Besar

Nasional di suatu organisasi kemahasiswaan. Kegiatan-kegiatan

dalam program ini dapat diklasifikasikan sebagai program karena

mengandung beberapa komponen kegiatan. Misalnya, kegiatan

memperingati HUT RI, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI),

Bulan Ramadan, Iedul Fitri dan lain sebagainya.8

Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah

berasal dari Bahasa Arab, yang berarti “panggilan, ajakan atau

seruan”.9

Dalam bahasa al-Qur’an, dakwah terambil dari kata,

Da’a, Yad’u, Da’watan. Secara lughawi (etimologi) memiliki

kesamaan makna dengan kata al-nida yang berarti menyeru atau

7 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik

dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hh. 8-9

8 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 4

(28)

20

memanggil.10 Arti kata dakwah ini semakna dengan apa yang

terkandung dalam QS. An-Nahl [16]: 125

                                 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl

[16]:125).11

Ditinjau dari aspek terminologis, menurut beberapa pakar

dakwah adalah:

1) Sebagaimana yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail dan Prio

Hotman dalam bukunya Filsafat Dakwah bahwa Sayyid

Qurthub lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu

sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam

kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti

keluarga, hingga yang paling besar, seperti Negara atau

umamah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Dan untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut M.

Quraish Shihab diperlukan keinsafan atau kesadaran

(29)

21

masyarakat untuk melakukan perubahan dari keadaan yang

tidak atau kurang baik menjadi baik.12

2) S.M. Nasaruddin Latif sebagaimana yang dikutip Siti Muriah

dakwah adalah usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan

dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil

manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT

sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta akhlak

Islamiyah.13

3) Thoha Yahya Umar sebagaimana yang dikutip Siti Muriah

dakwah yakni mengajak manusia dengan cara bijaksana

kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.14

Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil benang merah

bahwah dakwah ialah suatu aktivitas mengajak/menyeru

kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar untuk

mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berdasarkan definisi dari masing-masing kata yakni program

dan dakwah, maka makna dari program dakwah adalah rencana usaha

yang disusun dalam rangka mencapai tujuan dakwah yaitu

merealisasikan nilai-nilai Islami dalah kehidupan masyarakat guna

12 A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah, h. 29

13 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer Cet I (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), h. 4

(30)

22

menciptakan masyarakat yang diridhai Allah SWT.15 Dengan kata lain

program dakwah merupakan suatu rancangan kegiatan yang sudah

disusun sacara terperinci, detail dan sistematis dalam perencanaan

aktivitas dakwah, yang dibuat sebagai aktivitas penyampaian

nilai-nilai Islam. Dalam hal ini yang menjadi program dakwah ialah

acara-acara religi yang terdapat di TV9 dan JTV baik itu dalam bentuk

tausiyah, musik religi maupun talkshow. Hal ini bertujuan untuk

pengetahui persamaan dan perbedaan dari setiap program dakwah

sehingga dapat diketahui keefektifan dari masing-masing program

dakwah.

Kriteria program dakwah, dalam menyusun suatu program

dakwah, haruslah direncanakan dan disusun secara matang karena bila

suatu program disusun dengan tidak ada pertimbangan yang matang

maka akan terjadi kegagalan dalam pencapaian tujuannya. Dengan

demikian dalam penyusunan program dakwah ada hal-hal yang harus

diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a) Program dakwah disusun berdasarkan kenyataan atas kebutuhan

kenyataan yang ada (terbukti secara empiris). Jadi, penyusunan

program disesuaikan dengan kebutuhan obyek dakwah yang akan

dihadapi.

b) Menggunakan pemikiran, imajinasi dan kemampuan memprediksi

hal-hal yang mungkin saja terjadi di masa yang akan datang.

(31)

23

Memberikan gambaran keadaan pada masa yang akan

datang serta tindakan-tindakan alternatif yang biasa menghambat

dakwah. Pada tahap ini diharapkan seorang manajer mempunyai

rencana cadangan apabila banyak terdapat hal-hal yang biasa

menghambat prosesnya.16

2. Macam-macam Program Dakwah

a. Program Dakwah TV9

1) KISWAH: Kajian Islam Aswaja (Kiswah) adalah paket

program unggulan dan fovorit pemirsa, berupa pengajian rutin

(reguler mingguan) diasuh oleh para Kyai pesantren dan

intelektual Islam. Program ini mengajak pemirsa mendalami

Islam secara benar, utuh dan toleran. Pengasuh program ini

antara lain: KH. Agus Ali Masyhuri, Prof. Dr. KH. Ahmad

Zahro, MA, KH. Abdurrohman Navis, KH. Imron Jamil, KH.

Sonhaji Mahfudz, Habib Taufiq Assegaf, Habib Jamal Baaqil,

KH. Husein Rifai, KH. Lukman Hakim, KH. Ahmad

Jamaludin, dan sejumlah Kyai pesantren lainnya. Acara ini

tayang pada setiap hari Senin-Minggu, 16.30 WIB.

2) KISWAH EVENT: Event acara pengajian Kiswah yang

dilaksanakan oleh masyarakat/komunitas ASWAJA

sebagaimana Pesantren, Ta’mir Masjid, dan Majlis Ta’lim,

kepengusan NU. Keunggulan acara ini terletak pada proses

16 Agita Pratiwi, Makalah Program Dakwah

(32)

24

produksi yanga alami, bersifat roadshow dan dihadiri oleh

ribuan pengunjung, sehingga sangat bagus untuk

dikerjasamakan dengan sponsorship.

3) SHALLU ALAN NABI: Merupakan program musik yang

paling digemari pemirsa, menampilkan musik khas selera

masyarakat santri, berupa musikalisasi Shalawat Nabi

diberbagai venue dan event yang diselenggarakan oleh

masyarakat. Program ini telah berhasil mengetengahkan seni

ritual keagamaan bershalawat yang selama ini terpinggir ke

ranah budaya populer masyarakat melalui televisi. Program ini

tayang pada hari Kamis, 22.00 WIB dan Juma’at, 13.00 WIB.

4) JURNAL 9 : Program berita televisi yang menampilkan

peristiwa dengan penyajian yang santun menggunakan prinsip

„Jurnalisme Kemaslahatan’. Tayang empat kali sehari. Jurnal9

Pagi (04.30), Jurnal9 Siang (12.00) dan Jurnal9 Petang (18.00).

Disetiap akhir pekan disajikan Jurnal9 Sepekan (18.00).

5) INSPIRASI FATAYAT : Merupakan program acara yang

ditujukan bagi wanita muda untuk memberikan inspirasi bagi

mereka agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat dan

bermartabat. Acara ini berdurasi 60 menit dikemas dalam

bentuk dialog dengan mendatangkan narasumber yang

(33)

25

sepenuhnya oleh Fatayat NU Jawa Timur, sehingga memiliki

audien yang loyal dan tersegmentasi. Tayang pada 20.00 WIB.

6) BUKAN SEKEDAR KULINER : Merupakan program

masak-memasak yang ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga/para

perempuan. Konsep program BKS ini adalah ulasan cara

membuat masakan/jajanan kuliner khas pondok pesantren dan

masyarakat umum. Dengan dibawakan oleh Nyai Hj. Diana

Susilowati atau yang lebih akrab dipanggil ning Sus, program

ini juga menyampaikan cara memilih menu favorit, dan

memilih rumah makan yang tepat disebuah daerah. Acara ini

tayang pada setiap hari Kamis, 17.00 WIB.

7) NDERES KITAB KUNING: Varian program Kiswah, yang

secara spesifik menampilkan tradisi transformasi keilmuan

melalui literatur kitab kuning (buku klasik) bertuliskan arab

yang biasa digunakan di pondok pesantren. Sang Kyai

penghasuh pondok pesantren ini, membaca kitab kuning dan

menjelaskannya kepada audien yang juga para santri dengan

logika, ilustrasi dan guyonan khas pesantren yang segar,

egaliter dan apa adanya.

8) BENGKEL KELUARGA SAKINAH: Program acara yang

mengetengahkan segala permasalahan dan solusi bagi

masyarakat yang ingin membentuk keluarga. Program ini

(34)

26

rumah tangga. Diasuh oleh KH. Ilhamullah Sumarkhan dan

dipandu oleh seorang presenter serta dihadiri oleh audien

ibu-ibu jama’ah pengajian, muslimat fatayat dan majlis ta’lim

secara bergulir. Acara ini semakin terasa rileks karena diselingi

dengan penampilan seni qasidah dan hadrah.

9) APA KATA BUNYAI: Program acara kiswah yang dipandu

oleh Ibu Nyai Ucik Nur Hidayah, dengan format pengajian

wanita, dengan jamaah dan presenter untuk membahas dan

mengkaji permasalahan yang sering timbul dilingkungan

kehidupan masyarakat. Cara Nyai Ucik membawakan materi

sangat khas para Ibu Nyai pesantren, lengkap dengan selingan

humor dan lantunan shalawat dan nyanyian keagamaan.

10) BANAWA SEKAR: Merupakan hajatan besar Maiyah yang

bertepatan dengan 27 Rajab 1435H/27 Mei 2014, yang juga

menjadi puncak rangkaian dari pertemuan jamaah Maiyah

Nusantara yang di Menturo, Jombang pada satu hari sebelum

Banawa Sekar diselenggarakan.

11) YUK KITA SHALAWATAN (YKS): Program acara yang

mengajak sholawatan seluruh masyarakat Islam yang disertai

dengan tausiyah singkat dari ustadz-ustadz yang sudah ahli

dalam bidangnya.17

(35)

27

b. Program Dakwah JTV

1) PADANGE ATI : Merupakan program yang hadir untuk

memenuhi kebutuhan spiritual keagamaan masyarakat. Yang

diisi oleh KH. Much. Imam Chambali sebagai pengasuh PPM.

Al-Jihad Surabaya dan Abah Topan sebagai hostnya.

2) PADANGE ATI BLUSUKAN : Program ini mendekati

jamaahnya dengan hadir dalam acara hajatan masyarakat, atau

dikenal dengan istilah blusukan. Program ini diisi oleh

narasumber yang sudah berkompeten dalam bidang agama

yaitu KH. Much. Imam Chambali dan dimpingi oleh seorang

host yang humoris.

3) ISLAM ITU MUDAH : Program religi yang mengupas

problematika kehidupan sehari-hari dengan sudut pandang

Islam kontemporer, namun tetap berpegang teguh pada

Al-Qur’an dan Hadits. Acara ini dipandu oleh Prof. Dr. Ahmad

Zahro, MA.

4) MUTIARA HATI : Merupakan program religi dengan bentuk

tausiyah agama yang dilaksanakan secara outdoor dari satu

tempat ke tempat yang lain. Materi yang disampaikan ialah

global, jadi bisa juga diterima oleh orang non muslim. Selain

(36)

28

5) MENEK BLIMBING CAK NUN : Merupakan acara tausiyah

yang diisi oleh cak Nun yang dilaksanakan di daerah satu ke

daerah yang lain.

3. Televisi sebagai Media Dakwah

a. Televisi

Televisi adalah satu-satunya bentuk komunikasi publik

yang paling kuat, serta tempat utama bagi negosiasi sosial perihal

gagasan-gagasan, nilai-nilai dan gaya hidup.18

Kebihan media televisi: 1) Jangkauan sasaran luas, televisi

mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, bahkan

mampu menjangkau khalayak yang tidak terjangkau oleh media

cetak. Televisi ditonton oleh jutaan orang secara teratur yang

secara geografis belum tentu terjangkau oleh media lain. 2)

Dampak yang kuat, sebagai media yang menggabungkan unsur

visual dan suara, maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap

audien maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap audien

dengan tekanan pada dua indra sekaligus yaitu: penglihatan dan

pendengaran. 3) Pengaruh kuat, televisi mempunyai kemampuan

kuat dalam mempengaruhi persepsi khalayak, orang rela

berjam-jam meluangkan waktu untuk mengikuti acara berita, hiburan dan

lain-lain. Hal ini juga kemampuan televisi menyajikan informasi

(37)

29

teraktual dengan cepat yang tidak bisa dilakukan oleh media

cetak.19

Kelemahan media televisi: televisi tidak mampu

menjangkau khalayak yang selektif seperti yang dilakukan oleh

media cetak atau radio.20

b. Media Dakwah

1) Pengertian dan Penggunaan Media dalam Dakwah

Media berasal dari bahasa latin medium yang berarti

perantara, pengantar atau tengah. Dalam pengertian tunggal

dipakai istilah medium, sedangkan dalam pengertian jamak

dipakai istilah media. Kemudian istilah media itu digunakan

dalam bahasa inggris dan diserap ke dalam bahasa Indonesia,

dengan makna antara lain: alat komunikasi, perantara atau

penghubung.21

Media adalah alat atau wahana yang digunakan untuk

memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.22 Menurut

Asmuni Syukir (1983:163) media dakwah adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai

tujuan dakwah yang telah ditentukan.23

19 Rama Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan, h. 129 20 Ibid, h. 130

21 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi Cetakan I (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 89

(38)

30

Sekalipun media dakwah bukan penentu utama bagi

kegiatan dakwah, akan tetapi media ikut memberikan andil

yang besar untuk kesuksesan dakwah. Pesan dakwah yang

penting dan perlu segera diketahui semua lapisan masyarakat,

mutlak memerlukan media radio, koran ataupun televisi.24

Media dakwah dapat berfungsi secara efektif bila ia

dapat menyesuaikan diri dengan pendakwah, pesan dakwah,

dan mitra dakwah. Selain ketiga unsur ini, media dakwah juga

perlu menyesuaikan diri dengan unsur-unsur dakwah yang lain,

seperti metode dakwah dan logistik dakwah. Pendek kata,

pilihan media dakwah sangat terkait dengan kondisi

unsur-unsur dakwah.25

Sebenarnya media dakwah tidak hanya berperan sebagai

alat bantu, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem,

yang mana sitem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur)

yang komponen atu dengan yang lainnya saling berkaitan dan

saling membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini

media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama

dibanding dengan komponen dakwah yang lain, seperti metode

dakwah, obyek dakwah dan sebagainya.26

24 Ibid, h. 428 25 Ibid, h. 428

(39)

31

2) Macam-macam Media Dakwah

Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara

lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun

yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut

dapat dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk

berdakwah. Intinya semua alat itu tergantung dari tujuannya.27

Media dakwah dalam pelaksanaan dakwah merupakan

satu unsur yang menentukan pula, sebab media dakwah ini

adalah perantara atau penghubung yang diperlukan agar materi

dakwah yang diberikan juru dakwah (subyek) dapat diterima,

diresapi dan diamalkan oleh umat yang menjadi obyek

dakwahnya.28

Pada garis besarnya media dakwah ini ada 4 macam

yaitu:

Visual : yakni sesuatu yang dapat dilihat, misalnya berupa

lukisan-lukisan yang berlafalkan Islam, foto-foto, khat-khat

indah, dan lain-lainnya.

Audio : yakni yang dapat didengar, misalnya casette-casette,

radio-radio dan sebagainya.

Audio Visual : yakni sesuatu yang dapat dilihat dan sekaligus

dapat didengar suaranya, misalnya film-film televisi dan

lain-lain.

27 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 405

(40)

32

Tulisan : yakni buku-buku, majalah-majalah, harian-harian,

brosur-brosur dan lain-lain.29

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai media

dakwah ialah media audio visual yang berupa televisi.

3) Televisi sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan

dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan

pemanfaatan hasil hasil tehnologi itu diharapkan seluruh

aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih

optimal baik kuantitatif maupun kualitatif.30

Media dakwah dengan televisi ini sangat banyak

memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media lainya,

sebagian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan

didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri,

sedangkan mubalighnya hanya pada pusat pemberitaan (studio)

saja.31

Televisi sebagai media massa, merupakan jenis yang ke

empat hadir di dunia, setelah kehadiran pers, film dan radio.

Televisi telah mengubah dunia dengan terciptanya dunia baru

bagi masyarakat dengan seluruh keunggulan dan

kelemahannnya sebagai media. Televisi telah merupakan

penggabungan antara radio dan film, sehingga

29 Ibid, h. 55

(41)

33

kekurangan yang ada pada radio dan film, tidak lagi dijumpai

dalam penyiaran televisi. Sebagai media yang bersifat audio

visual, televisi telah terampil sebagai media yang relatif

sempurna. Meskipun demikian kelebihan yang terdapat dalam

surat kabar atau barang tercetak lainnya, tidak dijumpai dalam

penyiaran televisi.32

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka televisi sangat

penting untuk menjadi media dakwah, atau menyalurkan

pean-pesan dakwah. Hal ini telah banyak dilakukan di Indonesia.

Pada umumnya lembaga penyiaran televisi di Indonesia

menyediakan waktu untuk kegiatan dakwah, seperti adzan

magrib atau acara-acara khusus pada bulan Ramadhan, hari

raya Idul Fitri dan Idul Adha. Televisi dapat juga bermanfaat

sebagai media yang menyajikan dialog-dialog tentang berbagai

maalah yang dihadapi oleh ummat Islam.33

4) Kelebihan dan Kekurangan Televisi sebagai Media Dakwah

a) Kelebihan Televisi sebagai Media Dakwah

Keunggulan televisi sebagai media dakwah terletak

pada daya persuasinya yang sangat tinggi, karena khalayak

dapat melihat gambar hidup dan suara sekaligus. Bahkan

suara dan gambar hidup itu dapat diterima oleh khalayak

pada saat sebuah peristiwa tabligh atau khotbah yang

(42)

34

sedang terjadi, melalui liputan secara langsung. Dengan

demikian televisi memiliki kecepatan dan aktualitas yang

tinggi dengan daya persuasi yang tinggi pula. Televisi juga

dapat mengembangkan topik yang disajikan oleh media

cetak (surat kabar dan majalah). Saat ini televisi dapat

dilihat melalui telepon genggam sehinga

hambatan-hambatan yang bersifat teknis dan geografis dapat

teratasi.34

Sebagai alat media komunikasi atau media dakwah,

jelas sekali bahwa dalam usaha memengaruhi khalayak

dengan jalan menggugah dan menyentuh emosi dan

pikirannya, televisi mempunyai banyak keunggulan yang

menonjol dibandingkan dengan surat kabat, radio dan

film. Justru itu penyiaran televisi sebagai media dakwah

yang bertujuan untuk memengaruhi khalayak sebayak

mungkin dengan daya persuasif yang tinggi. Hal ini sangat

diperlukan, baik untuk kahlayak dakwah yang

berpendidikan tinggi maupun yang buta huruf.35

Selain itu televisi juga memiliki daya jangkau

(coverage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan

pesan secara cepat dengan segala dampaknya dalam

kehidupan individu dan masyarakat. Justru itu dapat

(43)

35

dipahami jika MCLuhan (1964) menyebut bahwa berkat

televisi, dunia menjadi “desa jagat” dari pengalaman

-pengalaman yang disampaikan seketika dan dirasakan

secara bersama-sama. Tatanan sosial muncul dari makna

trasenden yang diturunkan dari budaya bermedia

elektronik yang sama.36

b) Kekurangan Televisi sebagai Media Dakwah

Meskipun kehebatan televisi sangat menonjol, bukan

berarti televisi paling baik untuk dijadikan media dakwah.

Sebab seperti media-media yang lain televisi pun juga

memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

(1) Kelemahan media radio juga dimiliki oleh televisi

(2) Kadang-kadang masyarakat dalam menonton hanya

sebagai pelepas lelah (hiburan), sehingga di lain

hiburan mereka tidak senang.37

(3) Bersifat transitory maka isinya tidak dapat di memori

oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak,

informai dapat disimpan dalam bentuk kliping koran).

(4) Televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan

media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja.

36 Ibid, h. 114

(44)

36

(5) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan

pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti

halnya media cetak.

Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran

televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen

(status sosial ekonominya), juga karena kepentingan

politik dan stabilitas keamanan negara.38

4. Persepsi Santri

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan

makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi

dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi.

Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak

hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi,

dan memori. Sedangkan menurut Achmad Mubarok, persepsi

adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia

memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi

informasi.39

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan

tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu

(45)

37

kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa

persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan

oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan

penginderaan. Persepsi ini di definisikan sebagai proses yang

menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera

(penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga

seseorang dapat menyadari di sekelilingnya, termasuk sadar akan

dirinya sendiri.40

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah

kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan

perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses

pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses

interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau

objek.41 Yang dimaksud persepsi santri dalam hal ini ialah

penilaian santri al-Jihad terhadap program dakwah Yuk Kita

Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV.

b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

1) Obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

40 Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam, h. 88

(46)

38

yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar

stimulus datang dari luar individu.42

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syarat

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai

alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai

alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.43

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai

suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas

individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan

objek.44

c. Proses terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut.

Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera

atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa objek dan stimulus itu

berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi

42 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 70 43 Ibid, h. 71

(47)

39

satu, mislanya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung

mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.45

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses

kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat

indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang

disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di

otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa

yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses

yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang

disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialh

individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa

yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima

melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari

persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai

akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai

macam bentuk.46

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai

langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena

keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh

satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam

stimulus yng ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun

(48)

40

demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu

untuk dipersepsi. Stimulus mana yang dipersepsi atau mendapat

respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang

bersangkutan.47

d. Macam-macam Persepsi

1. Persepsi Positif

Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap

suatu obyek atau informasi dengan pandangan positif atau

sesuai dengan yang diharapkan dari obyek yang dipersepsikan

atau dari atuaran yang ada. Penyebab munculnya persepsi

positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap

obyek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan

individu, serta adanya pengalaman individu terhadap obyek

yang dipersepsikan.48

2. Persepsi Negatif

Persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap

obyek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif,

berlawanan dengan yang diharapkan dari obyek yang

dipersepsikan dari aturan yang ada. Penyebab munculnya

persepsi negatif seseorang dapat muncul karena adanya

ketidakpuasan individu terhadap obyek yang menjadi sumber

47 Ibid, hh. 71-72

(49)

41

persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya

kepuasan individu terhadap obyek yang dipersepsikan dan

sebaliknya.49

Menurut Leavit individu cenderung melihat kepada

hal-hal yang mereka anggap akan memuaskan

kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mengabaikan hal-hal yang dianggap

merugikam atau mengganggu. Menurut Robbins keadaan

psikologis menjadi sangat berperan dalam proses interpretasi

atau penafsiran terhadap stimulus, sehingga sangat mungkin

persepsi seorang individu akan berbeda dengan individu lain,

meskipun objek atau stimulusnya sama. Dadidof

menambahkan bahwa penafsiran sangat dipengaruhi oleh

karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara

lain sikap, motif, atau kebutuhan, kepentingan atau minat,

pengalaman masalalu dan harapan. Proses persepsi melibatkan

interpretasi yang mengakibatkan hasil persepsi antara satu

orang dengan orang lain sifatnya berbeda (individualis).50

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian

yang relevan dengan penelitian ini. Dan menegaskan bahwa penelitian kali

ini tidak pernah dibahas dalam penelitian sebelumnya.

(50)

42

1. Ratna Widiyaningsih, 2009, Pesan Dakwah dalam Film Religi di

Indonesia (Studi komparatif pesan dakwah dalam film Ayat-ayat Cinta,

Kun Fayakun dan Doa yang Mengancam).

Masalah yang diteliti pada penelitin terdahulu ialah tentang pesan

dakwah dalam film religi di Indonesia. Fokus masalah yang dibahas

ialah pesan dakwah pada 3 film yaitu Ayat-ayat Cinta, Kun Fayakun

dan Doa yang Mengancam lalu pesan dakwah pada 3 film tersebut

dikomparasikan.

Sedangkan masalah yang dibahas pada penelitian yang berjudul

Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya

Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV adalah tentang persepsi

santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program dakwah di TV9 dan

JTV yang difokuskan pada program Yuk Kita Sholawatan (YKS) di

TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV. Kemudian dari hasil persepsi santri

mengenai kedua program dakwah tersebut dikomparasikan dengan

menjadi persamaan dan perbedaannya. Jadi penelitian ini hampir

relevan dalam penelitian terdahulu karena sama-sama mengkaji

tentang program dakwah di media massa (televisi) dan studi

komparatif namun di penelitian terdahulu lebih menekankan pada

pesan dakwah sedangkan penelitian ini lebih kepada persepsi santri

PPM. Al-Jihad mengenai program dakwah.

2. Sukesi Wulansari, 2009, Format Acara Dakwah pada Radio Studi

(51)

43

Pada penelitian terdahulu ini membahas mengenai format acara

dakwah pada dua radio yaitu, Bens Radio 106,2 FM dengan OZ Radio

90,8 FM kemudian dikomparasikan. Jika jadikan sebagai acuan dengan

penelitian yang berjudul Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa

Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV cukup

relevan karena sama-sama menggunakan studi komparatif namun

bedanya pada penelitian ini yang dikomparasikan ialah hasil dari

persepsi santri sedangkan penelitian terdahulu mengenai format acara

dakwahnya.

3. Rahmad Buyung Wafa, 2015, Karakteristik Gaya Retorika Da’I

Program Religi Televisi di Surabaya.

Masalah yang dibahas pada penelitian terdahulu ini ialah tentang

karakteristik gaya retorika da’i program religi di televisi Surabaya

yaitu TV9, JTV dan TVRI dengan 3 subyek penelitian yaitu ustadz

Syukron Djazilan, ustadz Ilhamullah Sumarkhan dan ustadz Shodiq.

Kemuadian karakteristik gaya retorika ke 3 da’i tersebut

dikomparasikan. Begitu juga dengan penelitian ini mengkomparasikan

persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program YKS di

TV9 dan Padange Ati di JTV.

4. Fitri Hajjah Fauziyah, 2015, Sholawat Dalam Program Talkshow “Yuk

Kita Sholawatan” (YKS) di TV9 (Analisis Semiotik Model Ferdinand

(52)

44

Masalah yang ada dipenelitian terdahulu sama tentang program

YKS di TV9 namun fokusnya pada makna acara talkshow YKS di

TV9 sedangkan pada penelitian ini pada persepsi santri PPM. Al-Jihad

Surabaya mengenai program YKS.

5. A’inatul Mushoina, 2015, Persepsi Masyarakat Mojosari Terhadap

Siaran Dakwah “Lentera Religi” di Radio Angkasa FM Mojosari

Mojokerto.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dan penelitian terdahulu

sama tentang persepsi, namun di penelitian dahulu tentang siaran

dakwah lentera religi di radio Angkasa FM Mojosari Mojokerto,

sedangkan pada penelitian ini tentang persepsi sanri PPM. Al-Jihad

[image:52.595.139.540.210.760.2]

Surabaya pada cara YKS di TV9 dan Padange Ati di JTV.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Ratna

Widiyaningsih

Pesan

Dakwah

dalam Film

Religi di

Indonesia

(Studi

komparatif

pesan dakwah

Sama-sama

menggunakan

studi komparatif

dan

menggunakan

media elektronik

berupa televisi.

Yang diteliti

adalah persepsi

santri PPM.

Al-Jihad Surabaya

mengenai

program dakwah

TV9 dan JTV.

(53)

45

dalam film

Ayat-ayat

Cinta, Kun

Fayakun dan

Doa yang

Mengancam)

skripsi Ratna

Widianingsih

mengenai pesan

dakwah dalam

film religi.

2 Sukesi

Wulansari

Format Acara

Dakwah pada

Radio Studi

Komparatif

Bens Radio

106,2 FM

dengan OZ

Radio 90,8

FM

Sama-sama

menggunakan

studi komparatif

dan acara

dakwah.

Menggunakan

televisi sebagai

media dakwah

dan yakni pada

channel TV9 dn

JTV sedang

dalam penelitian

Sukesi

Wulansari

menggunakan

Radio sebagai

media dakwah

serta

menganalisis

mengenai

format acara

(54)

46

3 Rahmad

Buyung Wafa

Karakteristik

Gaya

Retorika Da’I

Program

Religi Televisi

di Surabaya

Sama-sama

meneliti tentang

prog

Gambar

 Tabel 2.1
 Tabel 3.1
gambar atau
 Tabel 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Metode yang digunakan yaitu spektrofotometri serapan atom (SSA) karena lebih selektif dalam menentukan kadar logam sampel. Sedangkan cemaran mikroba meliputi uji

(3) Pengumuman identitas Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap Anak melalui media cetak, media elektronik, dan/atau media sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c

Rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan juga dapat dilakukan dengan program pelatihan yang dilakukan oleh unit kerja Bidang Cipta Karya, untuk

“…dengan adanya kebijakan pembangunan kepariwisataan mampu meningkatkan kualitas wisata yang ada di Kabupaten Barru, tapi memang tujuan utama dari kebijakan

Sel-sel bakteri menggunakan laktosa dari susu untuk mendapatkan karbon dan energi dan memecah laktosa tersebut menjadi gula sederhana yaitu glukosa dan galaktosa

Laporan akhir ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III pada jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR :.