• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan santri pondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya terhadap gagasan Negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pandangan santri pondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya terhadap gagasan Negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN SANTRI PONPES MAHASISWA AL-JIHAD

SURABAYA TERHADAP GAGASAN NEGARA ISLAM

HIZBUT TAHRIR INDONESIA

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuludin dan Filsafat

Oleh: Abdul Basid NIM : E04212011

PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNEVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul Pandangan Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Gagasan Negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaiamana pandangan negara Islam menurut santri ponpes mahasiswa Jihad Surabaya ?, dan bagaimana pandangan santri ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia?

Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan menguraikan berbagai sumber, baik dari sumber primer ataupun sekunder. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara secara langsung dengan pihak terkait yakni para santri pondok pesantren mahasisw al-Jihad Surabaya. Dalam Proses analisa peneliti menggunakan teori konstruksi sosial untuk mengetahui pembentukan pemikiran santri, dan juga peneliti menggunakan konsep negara Islam dari beberapa tokoh diantaranya; Hasan al-Banna (negara khilafah koordinatif), al-Khomeini (wilayah al-Faqih), Abul A’la Al-Maududi (negara teo-demokrasi), Ali Abd. Raziq (khilafah yang elastis), dan Taqiyuddin An-Nabhani (khilafah Islamiyah) untuk mengetahui negara seperti apa yang difahami oleh santri.

Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa santri al-Jihad menolak terhadap gagasan khilafah Islamiyah HTI karena sistem Khilafah tidaklah sesuai dengan kondisi sosial politik di Indonesia dan para santri mempunyai rumusan negara Islam sendiri jika memang negara Islam ingin didirikan dengan menggunakan sistem pemerintahan demokrasi Islam yang menggunakan musyawarah sebagai pokok dasarnya. Bukan menggunakan sistem kekhilafahan melainkan demokrasi Islam seperti negara versi Ali Abd Raziq dimana Agama tidak meletakkan bentuk pemerintahan tertentu, tetapi Agama memberi kebebasan mutlaq untuk menjalankan negara sesuai dengan kondisi intelektual, sosial, dan ekonomi yang dimiliki dengan mempertimbangkan perkembangan sosial dan tutntutan zaman.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat penelitian ... 9

E. Batasan Masalah ... 10

F. Kajian Konseptual ... 10

G. PenelitianTerdahulu ... 13

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 25

BAB II : PROFIL PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad 27 B. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad 31 C. Visi dan Misi ... 31

D. Motto ... 32

E. Struktur Pengurus Yayasan Al-Jihad Surabaya ... 32

(8)

G. Karakteristik Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad

Surabaya ... 37

BAB III : KAJIAN TEORI A. Teori Konstruksi Sosial ... 40

B. Konsep Negara Islam Menurut Beberapa Tokoh Pemikir Islam 43 1. Hasan Al-Banna ... 43

2. Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini... 47

3. Abul A’la Al-Maududi ... 49

4. Ali Abd. Raziq ... 54

C. Konsep Negara Islam Menurut HTI (Taqiyuddin An-Nabhani) 57 1. Struktur Khilafah ... 60

a. Khalifah ... 60

b. Para Muawin ... 63

c. Para Wali ... 64

d. Departemen Perang ... 65

e. Departemen Keamanan Dalam Negeri ... 67

F. Departemen Luar Negeri ... 68

g. Depatemen Perindustrian ... 69

h. Departemen Peradilan ... 69

i. Departemen Pelayanan Rakyat ... 71

j. Departemen Keuangan dan Perbendaharaan negara 72 k. Departemen Informasi ... 73

l. Majelis Umat ... 73

2. Penghambat Terbentuknya Khilafah ... 75

BAB IV : PEMBAHASAN A. Pandangan Santri Pondok Pesantren Al-Jihad terhadap Khilafah HTI ... 77

B. Negara Islam Versi Santri ... 87

(9)

2. Tujuan Berdirinya ... 89

3. Bentuk Pemerintahan ... 92

BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ... 99

B. SARAN ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG MASALAH

Pada era reformasi banyak tokoh-tokoh Islam yang tampil

mewarnai sekaligus menentukan arah reformasi. Tidak hanya dari gerakan

Islam seperti NU dan Muhammadiyah yang memang dari awal telah

bergabung dengan negara. Akan tetapi pada masa tersebut muncul juga

gerakan Islam yang menolak untuk bergabung ke dalam NKRI (negara

kesatuan republik Indonesia), karena mereka menginginkan tegaknya

syariat Islam dengan berdirinya sistem khilafah di Indonesia. Munculnya

gerakan-gerakan baru yang bercorak Islam di Indonesia ini menjadi

kekuatan sosial yang tak terduga. Beberapa di antaranya bahkan

bercita-cita agar umat Islam bersatu dalam satu kekhalifahan dunia.

Salah satu gerakan Islam yang mencita-citakan mendirikan

khilafah Islamiyah adalah Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir adalah sebuah

organisasi politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya,

dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah

umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai

permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan

kembali sistem khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah

dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik,

(11)

2

(seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga

pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di

bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan

sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.1

Hizbut Tahrir mempunyai tujuan untuk membangkitkan kembali

umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari

ide-ide, sistem perundangan dan hukum-hukum kufur serta membebaskan

mereka dari dominasi dan pengaruh negara-negara yang dianggap “kafir” begitupun dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai cabang

organisasi Hizbut Tahrir yang ada di Indonesia. Mereka bertujuan

melanjutkan kehidupan Islam dalam mengemban dakwah Islam ke seluruh

dunia. Tujuannya adalah mengajak kaum muslimin kembali hidup secara

Islami dalam darul Islam dan masyarakat Islam. seluruh kegiatan

kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara. Pandangan hidup

yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan

daulah Islamiyah, yaitu daulah khilafah, yang dipimpin oleh seorang

khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh kaum muslimin untuk didengar

dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan kitabullah dan

Sunnah Rasul-Nya, selain itu juga bertujuan mengemban risalah Islam ke

seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.2

1

http://hizbuttahrir.al-khilafah.org/tentang-kami/(Kamis, 07 April 2016, 23:12)

2

(12)

3

Khilafah adalah suatu kepemimpinan umum bagi seluruh kaum

Muslim di dunia. Khilafah di sini bertanggung jawab menerapkan hukum

Islam, dan menyampaikan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Khilafah

terkadang juga disebut Imamah; dua kata ini mengandung pengertian yang

sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih. Sistem

pemerintahan khilafah berbeda dengan sistem kepemimpinan manapun

yang sekarang ada dan diterapkan di Dunia Islam. Meskipun banyak dari

pengamat dan sejarawan yang berupaya menginterpretasikan atau

mengartikan sistem khilafah menurut kerangka politik yang ada sekarang,

akan tetapi hal itu tidak berhasil, karena memang khilafah adalah sistem

politik yang khas (istimewa).3

Sebagai organisasi yang bersifat internasional, Hizbut Tahrir

memiliki tugas untuk memperjuangkan berdirinya khilafah Islamiyah

(negara Islam) dalam suatu negara, Termasuk di Indonesia. Sebagai negara

yang mayoritas beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia dipandang

penting oleh Hizbut Tahrir untuk memperjuangkan dan memperlancar

perjuangan mereka untuk mendirikan khilafah Islamiyah. Dilihat dari

sejarahnya, kedatangan Hizbut Tahrir ke Indonesia belum begitu lama,

yakni sekitar tahun 1980-an. Tetapi keberadaan kelompok ini mampu

menyedot perhatian lebih dari kalangan terdidik seperti mahasiswa.

Sebagaimana kelompok fundamentalis lainnya, Hizbut Tahrir juga

3

(13)

4

memilliki obsesi melakukan obyektivikasi (tujuan nyata) terhadap Islam

agar menjadi suatu ideologi alternatif. Untuk mewujudkan obsesinya,

Hizbut Tahrir secara sistematis dan intensif membentuk bagian jaringan

yang kuat ditingkat anggota yang sekaligus sebagai basis gerakan

sosialnya.4

Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia melalui K.H Abdullah bin Nuh.

Ketika K.H Abdullah bin Nuh atau yang lebih dikenal dengan panggilan “Mamak” mengajak Syaikh Abdurrahman al Baghdadi ke Indonesia. K.H

Abdullah bin Nuh adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, sekaligus

sastrawan dan pejuang. K.H Abdullah bin Nuh lahir di Kampung Meron

Kaum, Kota Cianjur Jawa Barat pada tanggal 6 Juni 1905 .5

Ketika K.H Abdullah bin Nuh sedang berkunjung ke Australia dan

bertemu dengan seorang ulama aktivis Hizbut Tahrir (Syaikh

Abdurrahman al Baghdadi) yang sedang menyampaikan ceramah tentang

kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan khilafah guna

melawan hegemoni penjajahan dunia. Dari ceramah itu K.H Abdullah bin

Nuh timbul rasa ketertarikan terhadap pemikiran Hizbut Tahrir, yang mana

buah dari ketertarikan itu berujung pada masuknya Hizbut Tahrir ke

Indonesia. K.H Abdullah bin Nuh adalah ulama yang pertama mendukung

perkembangan dakwah Hizbut Tahrir di Indonesia. Peran beliau terhadap

4

Syamsul arifin,Pertautan Agama Dalam Ideologi Dan Gerakan Sosial: Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia“, Akademika, Vol. 18,No.2 (Maret, 2006), 3.

5

(14)

5

Hizbut Tahrir sebatas memberikan dukungan. walaupun demikian, apa

yang dilakukan beliau cukup besar pengaruhnya terhadap perkembangan

dakwah HT di Indonesia. sekitar tahun 1980-an dakwah Hizbut Tahrir di

Indonesia baru dimulai jadi hanya sedikit dari masyarakat Indonesia yang

mengetahui tentang organisasi ini.6 Hizbut Tahrir mulai bergerak

memperjuangkan pemikiranya dengan merintis dakwah di kampus-kampus

besar di seluruh Indonesia seperti UGM, UI, IPB, UNAIR, UNDIP dan

Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat,

melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan

perumahan.7

Hizbut Tahrir memandang Indonesia sebagai bangsa yang

mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi hingga kini masih sulit

untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik

dan hukumnya. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya umat Islam yang

juga memiliki pandangan bahwa agama Islam tidak perlu diatur atau

mengatur negara, biarkanlah urusan agama menjadi urusan pribadi

kelompok keagamaan yang akan membinanya, sementara negara cukup

mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat.8

Sementara Islam dalam konstruksi teologi Hizbut Tahrir tidak

hanya mengatur tata pribadatan (ritual) antara manusia dengan Tuhannya

saja. Dalam Islam juga mengandung tata aturan sosial yang berhubungan

http://hizbuttahrir.al-khilafah.org/tentang-kami/ (Kamis, 07 April 2016, 23:12)

8

(15)

6

persoalan orang banyak. Salah satu ajaran Agama Islam yang banyak

memperoleh apresiasi dan elaborasi (penggarapan secara tekun dan

cermat) dari Hizbut Tahrir adalah dalam bidang politik. Dari sini Hizbut

Tahrir kemudian berkesimpulan bahwa Islam merupakan agama politik

dan spiritual sekaligus.9

Bicara mengenai Hizbut Tahrir tidak akan terlepas dengan para

anggotanya. Karena perlu diketahui bahwa beberapa dari anggota Hizbut

Tahrir Indonesia dulunya adalah seorang santri di pondok pesantren yang

ada di Indonesia. Tidak hanya dari santri saja, tapi dari akademisi

(mahasiswa) juga ikut menjadi anggota dari organisasi tersebut. Di Pondok

pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya terdapat santri yang pernah

menjadi anggota dari Hizbut Tahrir. Pondok pesantren Mahasiswa al-Jihad

adalah pondok pesantren modern yang para santrinya merupakan

mahasiswa dari universitas/kampus yang ada di Wilayah Surabaya.

Pesantren modern adalah pesantren yang mengajarkan pendidikan umum,

yang presentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan umum

(bahasa Inggris, bahasa Arab dll), meskipun mengajarkan tentang tentang

ilmu umum tetapi tidak lupa untuk menekankan nilai-nilai dari

kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri untuk

menjalani kehidupan didunia. Sedangkan mahasiswa adalah tingkatan

tertinggi dari seorang siswa yang diberi kepercayaan sebagai agen

9

(16)

7

perubahan oleh masyarakat untuk merubah bangsa dan negara ini ke arah

yang lebih baik.

Melalui latar belakang yang dimiliki santri yang heterogen

(beraneka ragam) dan terdapat santri yang pernah menjadi anggota Hizbut

Tahrir menjadikan masih banyak sudut pandang yang digunakan para

santri ketika menanggapi pemikiran yang di usung oleh Hizbut Tahrir

yang ada di Indonesia. Seperti muncul suatu penilaian pada orang-orang

Hizbut Tahrir, tentang mereka yang menonjolkan sifat lebih sopan, ramah

dan lebih jujur menjadikan nilai positif dalam pandangan masyarat umum.

Hal ini bisa kita lihat dari sebuah contoh, misalnya ada dua pembeli yang

satunya orang Hizbut Tahrir dan satunya lagi orang dari kelompok atau

organisasi keagamaan lainnya saya lebih memilih beli ditempat orang

Hizbut Tahrir. Secara visual sopan santun dan sifat ramah mereka

cenderung membuat individu maupun masyarakat tertarik dan lebih

percaya kepada orang Hizbut Tahrir tidak menutup kemungkinan santri

juga ikut tertarik. karena dalam pandangan kaum pesantren maupun orang

awam orang yang memakai pakaian gamis, menutup aurat, dan

berjenggot di ibaratkan sebagai orang yang faham betul dengan masalah

keagamaan. Jika secara pakaian dan attitude (prilaku) sudah membuat

orang tertarik bagaimana dengan pemikiran atau gagasan yang ditawarkan

(17)

8

B RUMUSAN MASALAH

Pada setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari

sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari

jawabannya. Berawal dari latar belakang yang telah peneliti uraikan di

atas, maka untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini,

maka rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pertanyaan

sebagai batasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan santri Ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya

terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia ?

2. Bagaimana pandangan negara Islam menurut santri Ponpes

mahasiswa al-Jihad Surabaya ?

Dari fokus penelitian di atas, peneliti menjelaskan Pandangan

Santri Ponpes Mahasiswa Al-jihad Surabaya terhadap gagasan negara

Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

C TUJUAN PENELITIAN

Berkaitan dengan fokus penelitian di atas, maka peneliti mempuyai

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari

penelitian ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta

terhindar dari adanya interpretasi dan meluasnya masalah dalam

memahami isi penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan Bagaimana negara Islam menurut santri Ponpes

(18)

9

2. Untuk menjelaskan Bagaimana persepsi santri Ponpes mahasiswa

al-Jihad Surabaya terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir

Indonesia.

3. Guna menyelesaikan tugas akhir hingga mendapatkan gelar sarjana

strata 1.

D MANFAAT PENELITIAN

Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka peneliti dapat

paparkan bahwa manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Manfaat Teoritis

Dari segi teoritis penelitian ini merupakan kegiatan dalam

rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya wacana

politik. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memberi

sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususya kepada

mahasiswa/mahasiswi maupun dosen dan perpustakaan sebagai

bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi

intelektual.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi santri pondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi

pemikiran bagi Ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya mengenai

gambaran negara Islam dan seperti apa bentuk negara Islam

yang ditawarkan oleh organisasi HTI

(19)

10

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk

menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan

untuk dipraktekkan pada lembaga nyata yang ada

dimasyarakat.

E BATASAN MASALAH

Pada penelitian ini, peneliti memberi batasan penelitian yang

berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian data, pembatasan tersebut

antara lain:

1. Penelitian hanya dilakukan pada santri yang masi terdaftar aktif

dipondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya.

2. penelitian hanya membahas negara Islam dari sudut pandang

santri

3. Peneliti akan meneiliti mengenai pandangan santri mengenai

negara Islam secara umum yag kemudian difokuskan kepada

pandangan santri terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir

Indonesia.

F KAJIAN KONSEPTUAL

Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok

fakta atau gejalah yang menjadi pokok perhatian. Untuk menghindari

kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini dan

(20)

11

teoritis maupun praktis dari istilah yang dijadikan judul dalam penelitian

ini, anatara lain:

1. Santri Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jihad

Santri adalah murid santren (pesantren); calon rohaniawan

Islam.10Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan

orang-orang pesantren, seorang-orang alim hanya bisa disebut kyai bilamana

memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk

mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri

merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Santri

Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jihad adalah seorang mahasiswa dari

beberapa kampus di daerah Surabaya yang kemudian menimba ilmu

atau mondok di pondok pesantren mahsasiswa al-Jihad.

2. Ponpes Mahasiswa Al-Jihad

Pondok pesantren mahasiswa al-Jihad merupakan pondok

pesantren yang santrinya rata-rata adalah mahasiswa, baik itu

Mahasiswa UINSA maupun mahasiswa dari Universitas lain selain

UINSA. Di Ponpes al-Jihad juga terdapat yayasan yatim piatu.

Pemangku dari Ponpes mahasiswa al-Jihad terdiri dari KH. M. Imam

Chambali dan istrinya ibu Hj. Luluk Chumaidah, pengasuh PPM

(pondok pesantren mahasiswa) al-Jihad, KH. Syukron Djazilan,

dewan pengurus yayasan al-Jihad, Alm. H. Abdullah Suwaji, Pendiri

yayasan al-Jihad, KH. Saiful Jazil, M. Ag., pengurus pendidikan

10

(21)

12

PPM al-Jihad, dan H. Nasir ketua yayasan al-Jihad. Lokasi pondok

pesantren mahasiswa al-Jihad bertempat di Jalan Jemursari Utara

Gg. 3 No. 9 Surabaya Selatan. 11

3. Negara Islam Hizbut Tahrir

Para sarjana telah mencoba dengan berbagai pendekatan

untuk menjelaskan negara Islam yang pertama kali didirikan oleh nabi

dan pewarisnya, khulafa al-Rasyidin. Sebagian berpendapat bahwa

negara Islam waktu itu merupakan negara teokrasi, yaitu negara yang

diperintah oleh Tuhan atau para Tuhan. Sebagian yang lain

berpendapat bahwa negara Islam bersifat monarki (bentuk

pemerintahan yang dikepalai oleh raja) atau oligarki (pemerintahan

yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan

kelompok tertentu) dengan kekuasaan yang diserahkan lewat

kekerasan atau nalar pikiran pada satu atau beberapa orang, sebuah

sistem pemerintahan berdasarkan hukum.12

Sedangkan Ainur Rofiq Al-Amin dalam bukunya yang berjudul “proyek khilafah HTI perspektif kritis” menjelaskan

bagaimana Hizbut Tahrir mendefinisikan negara Islam sebagai

berikut:

Hizbut Tahrir mendefinisikan negara Islam sebagai eksistensi

politik praktis yang menerapkan Islam, serta menyebarkan-nya

keseluruh dunia dengan dakwah dan jihad. sedangkan dari aspek-lain,

11

Dokumen resmi Pondok Pesantrern Mahasiswa Al-Jihad Surabaya (Buku Profil), 3.

12

(22)

13

negara Islam harus mempunyai sistem keamanan yang mandiri. Hal

ini dapat dilihat dari penjelasan tentang Dar Al-Islam, Dar Al-Islam

adalah negara yang menetapkan hukum Islam dan keamanannya, baik

di dalam negeri maupun di luar negeri ditangan Islam, walaupun

mayoritas penduduknya non-muslim.13

4. Hizbut Tahrir Indonesia

HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) adalah suatu organisasi

keislaman yang identik dalam perjuangannya menegakan syariah dan

khilafah di Indonesia.14 Hizbut Tahrir Indonesia adalah gerakan

fundamentalis yang mempromosikan serta menegakkan kembali

negara Islam atau yang biasa disebut oleh mereka khilafah Islamiyah

seperti pada masa nabi dan khulafa al-Rasyidin.

G PENELITIAN TERDAHULU

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti mengenai

penelitian terdahulu tentang pandangan santri pondok pesantren dan

gagagsan negara Islam HTI, peneliti menemukan data sebagai berikut:

Relasi Islam dan negara dalam perspektif Hizbut Tahrir. Skripsi

Moh. Syaichul Ulum Mahasiswa Program studi S1 prodi Politik Islam

Fakulktas Ushuludin Institut Agama Islam Negri Surabaya 2010. Skripsi

ini membahas tentang relasi Agama Islam dan negara menurut HT (hizbut

13

Ainur Rofiq Al-Amin, Proyek Khilafah HTI Perspektif Kritis, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), 38-39.

14

(23)

14

tahrir) dan konsep negara Islam menurut HT. dari kesimpulan skripsi ini

adalah Islam dalam pandangan Hizbut Tahrir tidak hanya mengatur tata

peribadatan (ritual) antar manusia dengan tuhannya saja. Islam juga

mengandung tata aturan sosial yang berhubungan dengan persoalan publik

manusia. Salah satu ajaran Islam yang banyak memperoleh tanggapan

positif sehingga menjadi pedoman bagi HIzbut Tahrir adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan bidang politik. Penerapan aqidah dan hukum syara‟

melalui negara khilafah, dan menjadikan Islam sebagai ideologi negara.

Khilafah Islamiyah adalah Bentuk negara Islam Hizbut Tahrir, hizbut

tahrir menyebutkan bahwa hukum didirikannya khilafah Islamiyah adalah

wajib dengan dasar surat al-ma‟idah ayat 48-49 dan al-Nisa‟ ayat 59.

Konsep Khilafah Islamiyah dan strategi dakwah Islam Menurut

Hizbut Tahrir. Skripsi Ratna Hendri Astuti, Mahasiwa program studi S1

jurusan akidah filsafat fakultas ushuludin, Institute Agama Islam Negri

Surabaya 2004. Skripsi karya Ratna Hendri Astuti, menjelaskan mengenai

pokok-pokok pemikiran Hizbut Tahrir dalam persoalan khilafah dan

strategi dakwah Islam menurut Hizbut Tahrir dalam mewujudkan khilafah

Islamiyah. Kesimpulan dari skripsi ini bahwa prinsip dasar dalam

pemerintahanIslam adalah kedaulatan tertinggi berada ditangan Allah dan

kekuasaan ditangan umat, kemudian melalui sistem baiat diangkatlah

seorang khalifah sebagai pemimpin negara. Sistem pemerintahan dalam

Islam adalah khilafah dan wajib hukumnya untuk menegakkannya. Bentuk

(24)

15

karena akan menyebabkan timbulnya loyalitas ganda. Dalam rangka

mewujudkan tujuan menegakkan khilafah Hizbut Tahrir memiliki tiga

tahapan. Pertama, tahap pembinaan dan kaderisasi, kedua, tahap interaksi

dengan umat dalam rangka mensosialisasikan fikrah Islam dan thariqah

Islam sehingga umat akan memiliki persepsi keduanya dengan bvenar,

ketiga, tahap perebutan kekuasaan (istilam al-Hukmi) ketika dirasa umat

Islam sudah memiliki kesamaan visi dan persepsi akan urgensitas khilafah

Islamiyah.

Pandangan santri pondok pesantren Tebuireng Jombang terhadap

pandangan Hizbut Tahrir Indonesia tentang Pancasila. Skripsi Nuning

Hadi Wijayanti, Mahasiswa program studi S1 Prodi PPKn, FIS,

Universitas Negeri Surabaya 2013. Dalam Skripsi karya Nuning Hadi

Wijayanti, menjelaskan bagaimana pandangan santri Pondok Pesantren

Tebuireng Jombang terhadap pandangan HTI tentang Pancasila dan

apakah santri Tebuireng Jombang setuju dengan penolakan HTI tentang

pancasila sebagai ideologi bangsa. Kesimpulan dari hasil penelitian skripsi

ini menunjukan santri kurang mendukung Pancasila sebagai ideologi

karena beberapa alasan, pertama Pancasila adalah ideologi produk manusia

yang kebenarannya tidak terjamin. Kedua Islam adalah agama yang bukan

sebatas ajaran melainkan juga sebuah ideologi sehingga hal ini

menyebabkan Islam dan Pancasila berbenturan. Ketiga, Melaksanakan

hukum Pancasila termasuk ingkar kepada ayat-ayat Allah. Keempat,

(25)

16

menjadi negara maju. Kelima, Beberapa konsep Pancasila berbeda dengan

ajaran Islam.

Dari keterangan di atas dapat dilihat dari penelitian terdahulu

tentang pandangan santri pondok pesantren/ponpes dan penelitian tentang

HTI tidak ditemukan persamaan mengenaii masalah yang akan diteliti oleh

peneliti, dari ketujuh penelitian diatas tidak ditemukan mengenai

penelitian yang membahas tentang pandangan seorang santri sekaligus

merangkap sebagai mahasiswa, tentang negara Islam yang di gagas oleh

Hizbut Tahrir Indonesia.

H METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari alat untuk

penelitian. Penelitian ini menjelaskan mengenai pandangan santri Ponpes

Mahasiswa Al-Jihad Surabaya tentang gagasan negara Islam HTI. Untuk

itu penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan metode penelitian yang mencoba memaparkan secara

analistis terhadap suatu keadaan, Gejala individu maupun kelompok

tertentu.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian

diskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendiskriptifkan

(26)

17

penelitian dilaksanakan.15 yaitu menggambarkan atau menguraikan

bagaiman sebenarnya pandangan santri ponpes al-Jihad Surabaya

terhadap gagasan negara Islam HTI. Jadi alasan penelitian ini

menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif diskriptif

karena untuk mendapatkan informasi maupun data yang sebenarnya

dengan jelas dari informan yang sesuai dengan apa yang diteliti.

2. Lokasi Penelitian

Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya berlokasi di Jemursari

Utara Gg. 3 No. 9, kecamatan Wonocolo Surabaya. Tepatnya di

belakang kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan berdampingan

dengan warga Desa Jemursari.16

Untuk lebih jelasnya letak geografis Yayasan Al-Jihad Surabaya

adalah:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Wonocolo.

b. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Jemursari.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Ngawinan.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Jemur Wonosari.

Penentuan lokasi penelitian di pondok pesantren mahasiswa al-Jihad

Surabaya didasarkan pada beberapa pertimbangan, sebagai berikut:

a. menurut pengamatan peneliti, terdapat santri yang pernah

menjadi anggota organisasi Hizbut Tahrir Indonesia.

15

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 76

16

(27)

18

b. tingkat keberagaman santri yang tidak hanya menjadi

mahasiswa di UINSA saja melainkan dari kampus lain

misalnya UNUSA, UNESA, ITS, UPN, UNSURI, dan

UNAIR.

c. merupakan pondok pesantren terbesar yang ada di daerah

wonocolo dan jemursari.

Berdasarkan hal tersebut, pondok pesantren mahasiswa

al-Jihad Surabaya bisa dijadikan sebagai lokasi penelitian.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai

informan dalam sebuah penelitian. informan ini kemudian dimintai

informasinya mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Adapun

penentuan informan dalam penelitian ini adalah Santri yang menjadi

pengurus di Ponpes Mahasiswa al-Jihad Surabaya. Santri yang

mendapatkan informasi lewat media masa seperti Koran, buku-buku,

dan majalah. Dan juga dari media elektronik seperti pesawat televise,

radio maupun lewat smartphone, dari situ para santri bisa mengakses

berita online maupun searcing (mencari) di google. santri yang

mengetahui dan paham akan gagasan negara Islam HTI, yang mereka

peroleh dari dosen maupun buku-buku bacaan diperpus kampus tempat

mereka kuliah. Sehingga informan tersebut dirasa mengetahui betul

(28)

19

Pada penelitian ini peneliti menetapkan 6 (enam) orang untuk

dijadikan informan. Pertama, Faby Toriqir Rama. santri yang juga

menjabat sebagai bendahara DASA (badan pengumpul dan pengelola

shodaqoh, infaq, zakat dan wakaf) di yayasan al-Jihad Surabaya, pernah

menjabat sebagai pengurus devisi kependidikan pondok pesantren

al-Jihad periode 2014-2015, dan mahasiswa aktif UINSA di jurusan

hukum keluarga Islam fakultas hukum dan syari‟ah, dan mempunyai teman yang aktif mengikuti organisasi HTI. Kedua, Muhammad Hanan

Tantowi. Pernah menjadi anggota HTI beberapa bulan pada awal

masuk kuliyah tahun 2012 kemudian keluar, lulusan S-1 UINSA tahun

2016, pernah menjabat sebagai wakil ketua pondok pesantren al-Jihad

periode 2013-2014, bekerja sebagai guru private. Ketiga, M. Zanuar

luqmana. Santri sekaligus mahasiswa aktif di ITS jurusan teknik

perkapalan, pernah menjabat sebagai pengurus dengan jabatan ketua

kamar periode 2013-2014, pengetahuan tentang HTI didapat dari

ibunya yang pernah mengikuti muktamar HTI di Surabaya pada waktu

yg lalu.

Keempat, Masrurotul Fadlilah. Santri dan pentugas koperasi

pondok pesantren al-Jihad, mahasiswa UINSA jurusan Management

penyiaran Islam fakultas dakwah, dan mengetahui tentang HTI ketika

melihat berita di televise, juga penah melihat dikampus ketika

membagikan selembaran mengenai HTI, dan juga melalui beberapa

(29)

20

Qisthiyah, santri dan anggota devisi kesehatan pondok putri di pondok

pesantren al-Jihad pada periode 2016-2017. Mahasiswa di UNUSA

pada jurusan kesehatan masyarakat , mendapatkan pengetahuan tentang

HTI lewat selembaran yang pernah dibagikan orang HTI diarea

kampus. keenam, Dewi Ilmiyah. Santri dan pengurus pondok putri di

pondok pesantren al-Jihad sebagai ketua kamar periode 2016-2017.

Mahasiswa di UINSA Pengetahuan tetang HTI lewat selembaran yang

pernah dibagikan orang HTI diarea kampus.

4. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan penelitian jurusan

muammalah (hukum ekonomi syariah) fakultas hukum dan syari‟ah.

ini, adalah data yang diperoleh dari sumbernya baik data primer dan

data sekunder, yaitu:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer di sini adalah sumber data yang

diperoleh secara langsung dari subyek penelitiannya, yakni dari ke

6 (enam) informan yang sudah disebutkan di atas, yang meliputi

santri dan pengurus ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya.

b. Sumber Data Sekunder

Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu

mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis

(30)

21

peraturan dan catatan harian lainnya.17 Salah satu kegunaan sumber

data sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam

petunjuk ke arah mana peneliti melangkah.18 Berikut sumber data

sekunder yang digunakan peneliti: Buku, Proyek Khilafah HTI

Perspektif Kritis karya Ainur Rofiq al-Amin, Langit Suci Agama

sebagai Realitas Sosial karya Peter L. Berger. Jurnal, Gerakan

Hizbut Tahrir dan Realitas Politik Islam Kontemporer di Indonesia

Karya Jonkenedi Jurnal Komunika, Vol 6, No 1 Januari-Juni 2012,

Pertautan Agama dalam Ideologi dan Gerakan Sosial:

Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia Jurnal Akademika, Vol. 18,

No 2 Maret, 2006. Sumber Internet, buku berbentuk PDF Struktur

Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) Terj. Yahya,

Hizbut Tahrir.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,

sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan.19 Pada dasarnya teknik

observasi di gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan

17

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.XII. 2000), 115

18

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Surabaya: Kencana, 2006), 155.

19

(31)

22

fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat

dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.

b. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan atau

responden.20 Karena data dalam penelitian kualitatif lebih berupa

kata-kata, maka wawancara menjadi perangkat yang sedemikian penting.21

Dalam hal ini peneliti mencari data dengan mewawancarai santri dan

pengurus Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya yang paham

mengenai gagasan negara Islam HTI. Demi mendapatkan data berupa

pandangan santri tentang negara Islam dan data mengenai pandangan

santri terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia.

c. Dokumentasi

Penggunaan dokumentasi adalah dengan cara mengumpulkan

data yang dianggap penting meliputi data tertulis misalnya buku-buku,

majalah, dokumen, foto, dan sebagainya. Jadi, dengan dokumentasi

peneliti dapat mengolah data sebagai bahan informasi tambahan atau

bukti autentik sebagai penunjang dalam pengumpulan data penelitian.

20

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.XII. 2000), 145.

21

(32)

23

7. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:22

a. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

b. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan

sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,

mengkode, menulis memo dan sebagainya dengan maksud

menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.

c. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam

bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik,

diagram, tabel dan bagan.

d. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and

Verification)

22

(33)

24

Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan

berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang

telah disajikan.

8. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif haruslah ilmiah untuk menjaga

keilmiahan tersebut dapat dilihat dari data yang ada karena kesalahan

mungkin terjadi pada peneliti sendiri atau informan. Untuk memperoleh

keabsahan data yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan maka peneliti

menggunakan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data yang diperoleh.23

Dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck temuannya

dengan jalan membandingkannya antara data, sumber dan teori. Untuk

itu maka peneliti dapat melakukannya dengan cara mengajukan

berbagai macam variasi pertanyaan yang bekenaan dengan negara Islam

dan gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia, kemudian data yang

diperoleh dari hasil wawancara kepada informan (santri pondok

pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya) dicek dengan teori konstruksi

sosial, beberapa konsep negara Islam menurut beberapa tokoh Islam

terutama kosep negara Islam menurut Taqiyudin An-Nabani. Data

23

(34)

25

tersebut dikategorikan berdasarkan pandangan yang sama dan yang

berbeda untuk mengetahui mana yang lebih spesifik dari keseluruhan

data, kemudian data tersebut dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan.

I SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam tulisan ini nantinya akan membahas berbagai aspek yang

berhubungan dengan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia. Agar

pembahasan mempunyai alur pikiran yang jelas dan terfokus pada pokok

permasalahan, maka penulis menyusun sistematika dalam lima bab

meliputi:

Bab I : Dalam bab ini penulis memberikan gambaran latar belakang

mengapa penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

pandangan santri terhadapa gagsan negara Islam Hizbut

Tahrir Indonesia. Dengan beberapa bagian terkait seperti,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

kajian konseptual, kajian teori , penelitian terdahulu, metode

penelitian dan sistematika pembahasan,

Bab II : Bab kedua penulis memberikan penjelasan mengenai

gambaran umum Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya,

meliputi sejarah singkat berdirinya, visi-misi, struktur

organisasi, program-program yang ada di ponpes mahasiswa

(35)

26

Bab III: Pada bab ketiga penulis mencoba menjelaskan konsep/gagasan

negara Islam menurut beberapa tokoh intelektual Islam dan

konsep/gagasan negara Islam menurut HTI.

Bab IV: Pada bab keempat, dalam bagian ini penulis menganalisa

menyajikan mengenai pembahasan permasalahan. Yang

terdiri dari dua sub bab; pertama, membahas mengenai

negara Islam menurut santri pondok pesantren Al-jihad

Surabaya. Dan kedua, membahas mengenai persepsi santri

pondok pesantren Al-jihad Surabaya terhadap gagasan

negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)

Bab V : Padabagian bab akhir yakni penutup penulis mengemukakan

kesimpulan dari penelitian dan saran.

(36)

BAB II

PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA

A. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MAHASISWA

AL-JIHAD

Al-Jihad terletak di jalan Jemursari Utara III/09 kelurahan

Jemurwonosari kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Pondok pesantren

(ponpes) mahasiswa Jihad awalnya hanya sebuah taman pendidikan Al-Qur‟an (TPQ) yang bernama “Roudlotut Ta‟limil Qur‟an”. Taman

Pendidikan Al-Qur‟an ini diasuh oleh bapak Drs. H. Soerowi dan bapak Achmad Syaifuddin. Tepatnya pada tanggal 30 maret 1982 dengan ucapan “Bissmillah” beliau melangkahkan kakinya untuk merintis sebuah

lembaga pendidikan, dengan bermodalkan tekat semangant serta niat kuat,

dengan tekat dan tawakal kepada Allah Swt, niscaya Allah akan menolong

hamba-hambanya yang berjuang di jalan, serta respon masyarakat yang

menjadikan tekatnya menjadi bulat dan tetap berusaha berjuang untuk

mewujudkan harapan dan impiannya untuk mendirikan sebuah lembaga

yang mampu menampung anak-anak yang belajar dan mengaji

dirumahnya.1

Seiring berjalannya waktu semakin banyak anak-anak yang belajar

Al-Qur‟an di TPA setiap bulannya tersebut. Sehingga menuntut pengelolaan untuk menambah ustadz/ustadzah, demi terselenggaranya

1

(37)

28

kegiatan belajar mengajar dengan baik. Pada waktu itu sekitar tahun 1983

ustadz/ustadzah yang mengajar di TPA tersebut berjumlah lima orang

semuanya dari IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Sunan Ampel)

yang merupakan alumni pondok pesantren Tambakberas Jombang yang

diorganisir oleh IMABAYA (Ikatan Mahasiswa Bahrul Ulum Surabaya).

Santri yang tercatat waktu itu berjumlah 75 orang santri. Dengan

bertambahnya santri menjadi kurang lebih 200 anak, sehingga harus

menambah guru lagi dari Mahasiswa asal Bojonegoro sebanyak 10 orang,

yang masih aktif kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya

(sekarang UIN Sunan Ampel). Kebutuhan akan tempat pengajaran juga menjadi pertimbangan para pengasuh. Kemudian dipilihlah mushola “

Al-Ikhlas” milik bapak Muhammad Anwar sebagai tempat mengaji santri.

Pada tahun 1985 Melihat tuntutan dan kebutuhan umat Islam

terhadap keimanan dan keislaman semakin terasa meningkat, maka

kemudian didirikanlah :

1. Pengajian ibu-ibu seminggu sekali.

2. Pengajian tafsir al-Qur‟an setiap hari sabtu (Ba‟da shalat shubuh).

3. Jama‟ah dzikir (istighosah) “Rahmatan Lil Alamin” tiap malam minggu

bulan terakhir.

Kegiatan tersebut diasuh langsung oleh Bapak KH. Moch. Imam

Chambali, setelah kurun waktu kurang lebih 10 tahun, perkembangan terus

(38)

29

dan semakin meningkatnya jamaah majlis ta‟lim yang diasuh KH. Moch.

Imam Chambali, maka muncullah gagasan untuk mendirikan sebuah

yayasan untuk mewadai semua kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut.

Dari gagasan tersebut, maka dibentuklah kepengurusandalam mendirikan

yayasan tersebut, yaitu:

Pendiri : H. Achmad Saifoeddin,

H. Abdullah Suwaji,

H. Habib

H. Soerowi

KH. Moch. Imam Chambali

Ketua : KH. Moch. Imam Chambali

Sekertaris : H. Soerowi

Pembantu umum: H. M. Syukron Djazilan Badri

Dari susunan kepengurusan di atas, maka didirikanlah sebuah yayasan yang diberi nama “Al-jihad”. Yayasan ini resmi berdiri pada

tanggal 23 juli 1996 dengan Akte Notaris : Zuraida Zain, SH. Tanggal 23

juli 1996 No. 22, dengan ini yayasan Al-jihad mempunyai kekuatan

hukum.2 salah seorang pendiri yayasan, yakni H. Abdullah Suwaji

mewakafkan tanah seluas 60 m2 untuk didirikan pondok pesantren. Dengan tanah wakaf tersebut, pengurus, jama‟ah dan para dermawan

yayasan Al-jihad bergotong royong untuk membeli dan memperluas tanah

2

(39)

30

di sekitarnya seluas 387 m2. Pada tahun 1997 dibangun pondok pesantren

berlantai III diatas tanah seluas 387 M2 yang didanai oleh para dermawan,

sumbangan masyarakat dan para jamaah pengajian. Pada tanggal 22 maret

1998 pondok pesantren mahasiswa Al-Jihad diresmikan oleh bapak

Brigjen polisi H. Goenawan (Wakapolda) Jakarta pusat, Sekaligus sebagai

penyumbang dana terbanyak pada saat itu.

Pada tahun 1998-2004, pondok pesanten Al-Jihad semakin

berkembang dengan dilanjutkan pembangunan gedung PPM Al-jihad

(putri) dan gedung asrama panti asuhan yatim piatu. Pada tahun 2000,

jumlah santri putra sebanyal 100 santri, sedangkan santri putri sebanyak 35

santri. Untuk jumlah total anak yatim piatu puta-putri sebanyak 50 anak.

Pada tahun 2000 mulai dibentuklah struktur kepengurusan ponpes

mahasiswa Al-jihad, adapun yang mengemban amanat menjadi ketua

pondok putra adalah Khoirul Adhimm, sedangkan ketua pondok putri

adalah Hanna Koirun Nisa. Dalam empat tahun trakhir ini telah didirikan

dua gedung baru untuk memnuhi kebutuhan kuota santri mahasiswa yang

terus bertambah. Pada tanggal 25 juli 2011, telah diresmikan gedung

asrama baru tiga lantai. Aula lantai satu digunakan sebagai TPQ Al-jihad,

Asrama yatim putri dilantai dua dan asrama pondok putri dilantai tiga.

Gedung tesebut diresmikan langsung oleh pendiri yayasan Al-jihad, Bapak

H. Suwaji dan ketua yayasan Al-jihad, Bapak Nasir. Kemudian disusul

(40)

31

Sringatin pada tanggal 31 mei 2014.3 Pada tahun 2016 ini, ponpes

mahasiswa Al-jihad masih melakukan perkembangan pembangunan

dengan meluaskan area masjid pondok. supaya bisa menampung santri

serta para jamaah pengajian maupun para jamaah sholat lima waktu.

B. TUJUAN BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MAHASISWA

AL-JIHAD

Adapun tujuan didirikannya Pondok Pesantren Al-Jihad antara lain :

a. Mengaktualisasikan misi islam sebagi Rahmatan lil alamiin dalam

bingkai pendidikan pondok pesantren dan segala aktifitas

pembelajarannya.

b. Melahirkan dan mengorbitkan generasi muslim mas depan yang

memiliki bekal life-skil tinggi, tangguh, unggul, luas keilmuanya serta

berbudi mulia (berakhlakul karimah).4

C. VISI DAN MISI

Adapun visi dan misi pondok pesantren Al-Jihad yaitu :

1. Visi

Al-Muhafadhahotulala qadimis-shalih wa ahdzu bil jadiid ashlah, yaitu mengiktiarkan pondok pesantren Al-Jihad Surabaya menjadi

3

Ibid, 11.

4

(41)

32

lembaga pendidikan berkarakter Islam yang akan menjadi tempat

bertemunya unsur tradisionalis dengan modernis.

2. Misi

1. Merencanakan dan menyelengarakan pendidikan yang berkualitas,

tertata, sekaligus profesional. Guna melahirkan kader-kader umat

yang hanya memiliki keterampilan yang tinggi, juga mendalam

ilmunya.

2. Menyelenggarakan pendidikan yang orientatif dalam upaya

menginterlisasikan paradikma sains dan teknologi modern terhadap

nilai-nilai Islam.

3. Membaca memahami dan mengembalikan sikap terhadap realitas

sosial, politik, ekonomi dan budaya ditengah pergaulan dunia

global melalui langkah-langkah kerjasama dalam bidang dakwah,

kajian keilmuan dan pelatihan-pelatihan.5

D. MOTTO

Untuk memahami moto Yayasan Al-Jihad perlu di pahami definisi

masing-masing : Sabar itu indah (NotableCharacter), Ikhlas itu mujarab

(SoundBody), Istiqomah itu karomah (IndependentMind).

E.STRUKTUR KEPENGURUSAN YAYASAN AL-JIHAD

SURABAYA

Struktur Kepengurusan Yayasan Al-Jihad Surabaya :

5

(42)

33

Penasihat : Brigjen H. Gunawan

H. Saimi Saleh, SE Drs. H. Soerowi

H. Mardjono, BA H. Burhanuddin H. Suzy Sukamto

Pembina : Drs. KH. Much. Imam Chambali

Hj. Luluk Chumaidah, SH., S.Pd.I

Ketua : H. Naser, SE

H. Soemali

Sekretaris : Drs. H. Zainuddin, M.Si Ali Mashudi

Bendahara : Moch. Ichwan, SS., M.Si Moch. Ali Hasan, S.Pd.I

Bidang-Bidang Kegiatan :

Pendidikan : Dr. KH. Syaiful Jazil, M.Ag Yahya Aziz, M.Pd.I

Panti Asuhan : M. Sholihin, M.HI M. Aroby S.I.Kom

Taman Pendidikan Al-Qur‟an : Drs. H. Syaikhul Amin, M.M. Heriyatini, S.Pd

Ana Aisyah, S.Pdi

KBIH Bryan Makkah : KH. M. Syukron Jazilan Badri, M.Ag KH. Miftahul Huda, S.Ag

Majlis Dzikir : Syahrul Mubarok Fajar Khoirul Anam

(43)

34

Imam Syafi‟i, S.HI Dana Sosial Al-Jihad : H. M. Sumali Pengajian ibu-ibu Muslimat : Hj. Isti‟aroh Suwadji

Hj.Ririn Widiyastutik Hj. Lubna Lu‟lu‟

Keamanan : H.M. Soeripto

Choirul Anam Fathul Munir Ta‟mir Masjid : Muhtadi, S.HI

Ahmad Hanafi, S.HI Salamun Musthofa, S.HI Dwi Cahyo Kurniawan, S.Th.I

Pembangunan : H. Bambang Wiwoho

Ikatan Alumni : M. Syamsul Rizal, S.Hi

Mekanik : Nur Qosim

Pembantu Umum : Drs. H. Nasuha Hadi Prayitno, S.Hi

Dzenal Rifa‟i Sukadi Saidi6

F. DAFTAR KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL-JIHAD

1. kegiatan harian

a. Sholat maktubah berjamaah

b. Sholat qiyamul lail (taubah, tahajjud, hajat, dan witir)

c. Amalan surah yasin dan Al-Waqi‟a setelah qiyamul lail (sampaidatang waktu sholat subuh)

6

(44)

35

d. Amalan surah Al-Kautsar, Al-Qadar, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas

(setelah jamaah sholat subuh, masing-masing dibaca 11 kali)

e. Amalan surah Al-Fatihah dan surah Al-Insyiroh (dibaca setelah

sholat maghrib, masing-masing 11 kali untuk mendoakan kedua

orang tua)

f. Amalan ayat kursi (setelah jamaah isya‟, sebanyak 7 kali supaya

diberikan ilmu yang bermanfaat dan selamat dunia akhirat)

2. Kegiatan mingguan

a. Kajian tafsir Al-Ibris setiap hari sabtu ba‟da sholat subuh oleh pengasuh.

b. Kajian kitab fiqh Al-fiqhul manhaji lil madzahibi asy-syafi‟I setiap senin ba‟da subuh.

c. Latihan muhadlarah setiap rabu ba‟da maghrib.

d. Malam yasinan (membaca surat yasin 3 kali) setiap senin jam

22;00 WIB (sepuluh malam)

e. pembacaan burdah dan dibaiyah setiap selasa ba‟da maghrib.

f. Kajian kitab Nashaih Al-Ibadsetiap kamis ba‟da shubuh.

g. Muthola‟ah Al-qur‟an setiap senin ba‟da isya‟ untuk santri putra, sedangkan untuk santri putri dilaksanakan setiap hari selasa ba‟da

subuh.

h. Itensif B.arab dan B.inggris setiap rabu ba‟da isya‟.

(45)

36

j. Malam fatihah-an (sholat taubah, tasbih, hajat, dan tahajjud, dan

witir dilanjutkan membaca surat Al-fatihah sebanyak 41 kali). k. Khatmil Qur‟an berjamaah setiap jumat ba‟da mahgrib.

l. Seni banjari setiap jumat ba‟da isya‟.

m. Latihan MC setiap rabu ba‟da isya‟.

n. Kultum setiap senin dan kamis ba‟da maghrib.

o. Tahfidzul Qur‟an 30 juz setiap senin dan kamis ba‟da isya‟ (bagi

santri yang mengikuti program tahfidz).

p. Kerja bakti membersikan pondok setiap sabtu pagi.

q. Rebana bagi santri putri setiap satu minggu sekali.

r. pengajian tafsir, santri putri bersama ibu-ibu jamaah pengajian pada

ahad sore.

3. Kegiatan bulanan

a. Istighosah Rohmatal lil „alamin setiap sabtu malam diakhir bulan, ba‟da isya‟ (diikuti kurang lebih 1.000 jamaah).

b. Malam asma‟ Al-husna setiap tanggal 15 bulan Hijriyah (bulan purnama).

c. Senam aerobik jam 06;30 WIB, sekaligus persiapan untuk

pengajian Rohmatal lil „alamin.

d. Jalan Sehat.

(46)

37

4. Konsentrasi kitab-kitab yang diajarkan:

1. Kajian tafsir Al-ibris setiap hari sabtu ba‟da shubuh oleh KH. Much. Imam Chambali.

2. Kajian kitab Miftakhus Sa‟adah Azzaujiah setiap senin ba‟da

Shubuh oleh KH. Ilhamullah Sumarkan.

3. Kajian kitab ringkasan Al-hikam setiap selasa ba‟da shubuh oleh KH. Saiful jazil.

4. Kajian kitab Nashoihul „Ibad setiap rabu ba‟da subuh oleh KH.

M.Syukron Djazilan.

5. kajian kitab Washoya lil banat oleh ustadz Sya‟dulloh sarofi setiap kamis ba‟da shubuh.7

G. KARAKTERISTIK SANTRI PONDOK PESANTREN

MAHASISWA AL-JIHAD

Santri di ponpes mahasiswa Al-jihad dengan jumlah santrinya

sebanyak 480, kebanyakan adalah mahasiswa di Universitas Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya. akan tetapi bisa di jumpai juga

mahasiswa dari luar UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya) seperti, Mahasiswa UNESA, ITS, UNUSA, UPN,

UNSURI, UNAIR dan UWK. Tidak hanya mahasiswa, di ponpes

mahasiswa Al-jihad juga terdapat santri yang sudah bekerja baik itu

menjadi ustadz, Guru, dan pegawai kantoran. santri yang mondok di

7

(47)

38

pondok pesantren Al-jihad rata-rata belum pernah mondok ditempat

lain sebelumnya dan baru pertama mondok ketika mereka kuliah,

itupun kehendak dari orang tua mereka.8 Orang tua santri mengetahui

info pondok Al-jihad dari pengajian maupun media televisi, dimana

dalam pengajian itu yang menjadi penceramah adalah para pengasuh

pondok pesantren Al-jihad, seperti KH. Much. Imam Chambali, Hj.

Luluk Chumaidah, KH. Syaiful Jazil, dan KH. M. Syukron Jazilan

Badri. Dengan mengikuti pengajian dan mendengarkan ceramah dari

para pengasuh pondok kemudian muncul rasa ketrertarikan untuk

memondokkan anak mereka dipondok yang diasuh oleh para ulama

dibatas.

Pesantren mahasiswa al-Jihad berbeda dengan pondok

pesantren biasanya yang memberikan pendidikan klasik dengan

metode salaf yang lengkap dengan kitab-kitab ulama terdaluhu. Akan

tetapi pesantren al-Jihad yang berada di kota Surabaya ini

memberikan sebuah pemikiran yang general dan kritis serta tidak

terpaku oleh budaya pesantren yang klasik.9 Dengan berbagai

pengembangan santri al Jihad ini diarahkan untuk menjadi santri yang

produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan

berpedoman al Muhafadhatu ala Qodim al Sholih wal Ahkdhu bi

Jadid al Aslah, yakni dengan menjaga budaya klasik yang baik dan

mengembil budaya baru yang lebih baik lagi. Dengan model pesantren

8

Dokumen resmi yayasan pondok pesantren mahasiswa Al-jihad (buku profil pondok), 28. .

9

(48)

39

yang mengkomparasikan budaya lama dan modern inilah menjadikan

para santri di al jihad ini dituntun untuk kritis terhadap segala

perkembangan dunia modern yang semakin canggih.10

Sebagai seorang mahasiswa dan memiliki kepribadian

dewasa, santri al jihad merupakan salah satu agen of Change memiliki

sebuah tuntutan untuk terus memberikan sebuah solusi bagi semua

masyarakat. Disinilah yang memebedakan santri al Jihad dengan

santri di pondok pesantren yang lain. Dan lebih spesifik lagi

permasalah-permasalahan keagamaan yang ada di Indonesia yang

semakin komplek dan sensitif dengan kekerasan dan anarkis yang

mengatasnamakan agama.

10

(49)

BAB III

KAJIAN TEORI

A.TEORI KONSTRUKSI SOSIAL

Teori konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi

kontemporer yang diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas

Luckman. Charles R. Ngangi menjelaskan, bahwa konstruksi sosial

merupakan sebuah pandangan kepada kita bahwa semua nilai, ideologi,

dan institusi sosial adalah buatan manusia.1 Berger dan Luckman

meringkas teori mereka dengan menyatakan bahwa realitas terbentuk

secara sosial, dalam pengertian individu-individu yang didapat dari

masyarakat itulah yang membangun masyarakat. maka pengalaman

individu tidak terlepas dari campur tangan masyarakat dalam

membentuknya. Menurut Berger dan Luckman, kita semua mencari

pengetahuan atau kepastian bahwa fenomena itu memang nyata adanya

dan memiliki karakteristik yang khusus dalam kehidupan kita sehari-hari 2

Istilah konstruksi atas realitas sosial didefinisikan sebagai proses

sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara

terus menerus suatu realitas atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya.3

1

Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial, ASE – Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 1 – 4, sulutiptek.com/documents/realitassosial.pdf, (Jumat, 15 April 2016, 19:45)

2

Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 300-301

3

(50)

42

realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.

Individu adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia

yang satu dengan manusia lain. Individu menjadi penentu dalam dunia

sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah

korban fakta sosial, namun sebagai media produksi dalam mengkonstruksi

dunia sosialnya.4 Akan tetapi, realitas kehidupan sehari-hari memiliki

dimensi-dimensi subyektif (keadaan dimana seseorang berpikiran relative,

hasildari menduga-duga, berdasarkan perasaan atau selera orang) dan

obyektif(sikap seseorang yang lebih pasti, bisa diyakini kebenarannya,

akan tetapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi). Manusia

merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif

melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui

proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subyektif).5

Teori konstruksi sosial menyatakan bahwa setiap fakta yang

hadir di tengah-tengah masyarakat (realitas sosial) merupakan hasil proses

dialektika. Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan terdapat

dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat

menciptakan individu. Kedua unsur ini saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Proses dialektika tersebut setidaknya

melalui tiga tahap yang oleh kedua tokoh itu disebut sebagai momen.

Yaitu momen eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.

4

ibid

5

(51)

43

Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia

ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Hal ini sudah

menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke

tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai

ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap

dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia. Dengan kata lain,

manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.

Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun

fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan

realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri

sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia

yang menghasilkannya. Internalisasi, Proses internalisasi lebih merupakan

penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa

sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.

Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan

ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai

gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil

dari masyarakat.6

Jadi untuk menganalisis bagaimana terbentuknya pandangan santri

pondok pesantren mahasiswa al-Jihad terhadap negara Islam Hizbut Tahrir

Indonesia peneliti menggunakan teori konstruksi sosial dari Peter L.

Berger dan Thomas Luckman sebagai pisau analisisnya. Karena Teori

6

(52)

44

konstruksi sosial menyatakan bahwa setiap fakta yang hadir di

tengah-tengah masyarakat (realitas sosial) merupakan hasil proses dialektika.

Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan terdapat dialektika

antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan

individu.

B. KONSEP NEGARA ISLAM MENURUT BEBERAPA TOKOH

PEMIKIR ISLAM

1. Hasan Al-Banna

Pada dasarnya, pemikiran Hasan al-Banna tentang negara

amat dipengaruhi oleh kondisi sosiopolitik pada saat ia hidup. Yang

mana Umat islam diharapkan dapat melepaskan diri dari

kungkungan barat dan sistem ideologinya. Justru pada kondisi

seperti itulah seharusnya mereka kembali pada nilai-nilai Islam

yang orisinil. Dalam upayanya memahamkan masyarakat bahwa

Islam memberi perhatian pada politik masyarakat, umat dan negara

sebagaimana perhatian pada ibadah; bahwa orang Muslim tidak

dibenarkan hanya menyibukkan diri dengan shalat dan puasa serta

ibadah-ibadah Mahdhah lainnya saja, sementara mengabaikan

urusan umatnya di timur dan barat.7

7

(53)

45

Mereka harus kembali pada sitem pemerintahan yang

mampu mengakomodasi nilai fitrah yang mereka miliki, yang

bermula dari watak agama mereka yang juga fitrah. Mendesaknya

kebutuhan akan negara Islam adalah atas beberapa alasan sebagai

beriku:

Pertama, latar belakang intelektual dan relegius dunia Islam

sangat berbeda dengat barat, karnanya pengamat barat dan muslim

yang berorientasi barat sulit sekali menghayati dan mengamati

situasi ini. Dengan demikian, seharusnya konsep Islam mengenai

agama dan pandangan kaum muslimin mengenai politik perlu

dipahami dengan jelas sedini mungkin. Hanya dengan cara inilah

pemahaman yang lebih baik atas pemikiran politik kaum muslim

dapat bekembang. Kedua, generasi muda terdidik di dunia muslim

telah terasingkan dari tradisi budaya dan intrelektual mereka

sendiri. dibawah pengaruh pendidikan barat, mereka menelan

mentah-mentah konsep politik barat tampa sedikitpun

mempertimbangkan tradisi muslim tersebut. 8

Menurut Hasan al-Banna bentuk negara yang ideal adalah

khilafah. Khilafah yang dimaksudkan oleh Hasan al-Banna adalah

suatu bentuk negara yang harus mampu mengoordinasikan seluruh

negara Islam yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah

8

(54)

46

bahwa negara-negara Islam yang sepakat tersebut bermusyawarah

untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh

kepentingan umat. Oleh karenanya bentuk negara ideal yang

dimaksudkan oleh beliau adalah negara koordinatif yang berbentuk

khilafah, namun kekuasaan negara bagian masih diperhatikan.

Perlu diketahui bahwa pola kerja khilafah yang dimaksud oleh

beliau adalah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat masa

Nabi Muhammad SAW.9 Walaupun untuk mewujudkan khilafah

tidaklah sekaku gerakan lainnya. Beliau bersikap elastis dan

mengatakan bahwa dalam menegakkan khilafah diperlukan

marhalah (tahapan), serta sifatnya bukanlah dengan melakukan revolusi fisik, tetapi dengan terlebih dahulu menghidupkan “api

Islam” dalam seluruh aspek kehidupan manusia.10

Hasan al-Banna mencoba menguraikan prinsip

kenegaraannya tersebut dengan nilai-nilai Islam, karena menurut

al-Banna terbentuknya negara Islam bersumber dari prinsip dasar

ajaran Islam (Al-Quran dan Sunah). Islam adalah negara dan

bangsa atau pemerintahan dan masyarakat, moral dan kekuasaan,

rahmat dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu

pengetahuan dan hukum, kekayaan materi atau kerja dan harta,

jihad dan dakwah atau kekuatan senjata dan konsep. Islam adalah

aqidah yang benar, sebgaimana halnya ia adalah ibadah yang sahih.

9

Ibid, 199.

10

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna jihad menurut Pimpinan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dan Pimpinan Pondok Pesantren Darusy Syahadah, model serta

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna jihad menurut Pimpinan Pondok Pesantren Ta’mirul Islam dan Pimpinan Pondok Pesantren Darusy Syahadah, model serta

memaknai jihad dalam perspektif Islam. b) Model Pendidikan Jihad yang diterapkan di Pondok Pesantren.. Ta'mirul Islam dan Darusy Syahadah. c) Perbedaan dan persamaan Model

SURABAYA 2013.. rahmat,hidayah dan karunia-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN YA NABIUL ULUM SURABAYA

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisa pelaksanaan strategi fundraising dalam pengelolaan pondok pesantren yang berada di Pondok Pesantren Mahasiswa

Tulisan ini bertujuan untuk mensinergikan wacana tentang negara dan Islam dalam dua pandangan pemikiran, yakni pemikiran ala Hizbut Tahrir dengan tawaran

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 5 orang santri di pondok pesantren As’ad dan 5 orang santri Pondok Pesantren Al-Hidayah didapat hasil bahwa masih

PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN YA NABIUL ULUM SURABAYA TERHADAP SINETRON PESANTREN & ROCK N’ ROLL SEASON 3 DI SCTV.. (Studi deskriptif kualitatif tentang Persepsi Santri