PANDANGAN SANTRI PONPES MAHASISWA AL-JIHAD
SURABAYA TERHADAP GAGASAN NEGARA ISLAM
HIZBUT TAHRIR INDONESIA
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuludin dan Filsafat
Oleh: Abdul Basid NIM : E04212011
PROGRAM STUDI FILSAFAT POLITIK ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNEVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Pandangan Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Gagasan Negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaiamana pandangan negara Islam menurut santri ponpes mahasiswa Jihad Surabaya ?, dan bagaimana pandangan santri ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia?
Penelitian skripsi ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, dengan menguraikan berbagai sumber, baik dari sumber primer ataupun sekunder. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara secara langsung dengan pihak terkait yakni para santri pondok pesantren mahasisw al-Jihad Surabaya. Dalam Proses analisa peneliti menggunakan teori konstruksi sosial untuk mengetahui pembentukan pemikiran santri, dan juga peneliti menggunakan konsep negara Islam dari beberapa tokoh diantaranya; Hasan al-Banna (negara khilafah koordinatif), al-Khomeini (wilayah al-Faqih), Abul A’la Al-Maududi (negara teo-demokrasi), Ali Abd. Raziq (khilafah yang elastis), dan Taqiyuddin An-Nabhani (khilafah Islamiyah) untuk mengetahui negara seperti apa yang difahami oleh santri.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa santri al-Jihad menolak terhadap gagasan khilafah Islamiyah HTI karena sistem Khilafah tidaklah sesuai dengan kondisi sosial politik di Indonesia dan para santri mempunyai rumusan negara Islam sendiri jika memang negara Islam ingin didirikan dengan menggunakan sistem pemerintahan demokrasi Islam yang menggunakan musyawarah sebagai pokok dasarnya. Bukan menggunakan sistem kekhilafahan melainkan demokrasi Islam seperti negara versi Ali Abd Raziq dimana Agama tidak meletakkan bentuk pemerintahan tertentu, tetapi Agama memberi kebebasan mutlaq untuk menjalankan negara sesuai dengan kondisi intelektual, sosial, dan ekonomi yang dimiliki dengan mempertimbangkan perkembangan sosial dan tutntutan zaman.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat penelitian ... 9
E. Batasan Masalah ... 10
F. Kajian Konseptual ... 10
G. PenelitianTerdahulu ... 13
H. Metode Penelitian ... 16
I. Sistematika Pembahasan ... 25
BAB II : PROFIL PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad 27 B. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad 31 C. Visi dan Misi ... 31
D. Motto ... 32
E. Struktur Pengurus Yayasan Al-Jihad Surabaya ... 32
G. Karakteristik Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad
Surabaya ... 37
BAB III : KAJIAN TEORI A. Teori Konstruksi Sosial ... 40
B. Konsep Negara Islam Menurut Beberapa Tokoh Pemikir Islam 43 1. Hasan Al-Banna ... 43
2. Ruhullah Al-Musawi Al-Khomeini... 47
3. Abul A’la Al-Maududi ... 49
4. Ali Abd. Raziq ... 54
C. Konsep Negara Islam Menurut HTI (Taqiyuddin An-Nabhani) 57 1. Struktur Khilafah ... 60
a. Khalifah ... 60
b. Para Muawin ... 63
c. Para Wali ... 64
d. Departemen Perang ... 65
e. Departemen Keamanan Dalam Negeri ... 67
F. Departemen Luar Negeri ... 68
g. Depatemen Perindustrian ... 69
h. Departemen Peradilan ... 69
i. Departemen Pelayanan Rakyat ... 71
j. Departemen Keuangan dan Perbendaharaan negara 72 k. Departemen Informasi ... 73
l. Majelis Umat ... 73
2. Penghambat Terbentuknya Khilafah ... 75
BAB IV : PEMBAHASAN A. Pandangan Santri Pondok Pesantren Al-Jihad terhadap Khilafah HTI ... 77
B. Negara Islam Versi Santri ... 87
2. Tujuan Berdirinya ... 89
3. Bentuk Pemerintahan ... 92
BAB V : PENUTUP A. KESIMPULAN ... 99
B. SARAN ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG MASALAH
Pada era reformasi banyak tokoh-tokoh Islam yang tampil
mewarnai sekaligus menentukan arah reformasi. Tidak hanya dari gerakan
Islam seperti NU dan Muhammadiyah yang memang dari awal telah
bergabung dengan negara. Akan tetapi pada masa tersebut muncul juga
gerakan Islam yang menolak untuk bergabung ke dalam NKRI (negara
kesatuan republik Indonesia), karena mereka menginginkan tegaknya
syariat Islam dengan berdirinya sistem khilafah di Indonesia. Munculnya
gerakan-gerakan baru yang bercorak Islam di Indonesia ini menjadi
kekuatan sosial yang tak terduga. Beberapa di antaranya bahkan
bercita-cita agar umat Islam bersatu dalam satu kekhalifahan dunia.
Salah satu gerakan Islam yang mencita-citakan mendirikan
khilafah Islamiyah adalah Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir adalah sebuah
organisasi politik yang berideologi Islam. Politik merupakan kegiatannya,
dan Islam adalah ideologinya. Hizbut Tahrir bergerak di tengah-tengah
umat, dan bersama-sama mereka berjuang untuk menjadikan Islam sebagai
permasalahan utamanya, serta membimbing mereka untuk mendirikan
kembali sistem khilafah dan menegakkan hukum yang diturunkan Allah
dalam realitas kehidupan. Hizbut Tahrir merupakan organisasi politik,
2
(seperti lembaga studi agama atau badan penelitian), bukan lembaga
pendidikan (akademis), dan bukan pula lembaga sosial (yang bergerak di
bidang sosial kemasyarakatan). Ide-ide Islam menjadi jiwa, inti, dan
sekaligus rahasia kelangsungan kelompoknya.1
Hizbut Tahrir mempunyai tujuan untuk membangkitkan kembali
umat Islam dari kemerosotan yang amat parah, membebaskan umat dari
ide-ide, sistem perundangan dan hukum-hukum kufur serta membebaskan
mereka dari dominasi dan pengaruh negara-negara yang dianggap “kafir” begitupun dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai cabang
organisasi Hizbut Tahrir yang ada di Indonesia. Mereka bertujuan
melanjutkan kehidupan Islam dalam mengemban dakwah Islam ke seluruh
dunia. Tujuannya adalah mengajak kaum muslimin kembali hidup secara
Islami dalam darul Islam dan masyarakat Islam. seluruh kegiatan
kehidupannya diatur sesuai dengan hukum-hukum syara. Pandangan hidup
yang akan menjadi pedoman adalah halal dan haram, di bawah naungan
daulah Islamiyah, yaitu daulah khilafah, yang dipimpin oleh seorang
khalifah yang diangkat dan dibaiat oleh kaum muslimin untuk didengar
dan ditaati agar menjalankan pemerintahan berdasarkan kitabullah dan
Sunnah Rasul-Nya, selain itu juga bertujuan mengemban risalah Islam ke
seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.2
1
http://hizbuttahrir.al-khilafah.org/tentang-kami/(Kamis, 07 April 2016, 23:12)
2
3
Khilafah adalah suatu kepemimpinan umum bagi seluruh kaum
Muslim di dunia. Khilafah di sini bertanggung jawab menerapkan hukum
Islam, dan menyampaikan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Khilafah
terkadang juga disebut Imamah; dua kata ini mengandung pengertian yang
sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih. Sistem
pemerintahan khilafah berbeda dengan sistem kepemimpinan manapun
yang sekarang ada dan diterapkan di Dunia Islam. Meskipun banyak dari
pengamat dan sejarawan yang berupaya menginterpretasikan atau
mengartikan sistem khilafah menurut kerangka politik yang ada sekarang,
akan tetapi hal itu tidak berhasil, karena memang khilafah adalah sistem
politik yang khas (istimewa).3
Sebagai organisasi yang bersifat internasional, Hizbut Tahrir
memiliki tugas untuk memperjuangkan berdirinya khilafah Islamiyah
(negara Islam) dalam suatu negara, Termasuk di Indonesia. Sebagai negara
yang mayoritas beragama Islam terbesar di dunia, Indonesia dipandang
penting oleh Hizbut Tahrir untuk memperjuangkan dan memperlancar
perjuangan mereka untuk mendirikan khilafah Islamiyah. Dilihat dari
sejarahnya, kedatangan Hizbut Tahrir ke Indonesia belum begitu lama,
yakni sekitar tahun 1980-an. Tetapi keberadaan kelompok ini mampu
menyedot perhatian lebih dari kalangan terdidik seperti mahasiswa.
Sebagaimana kelompok fundamentalis lainnya, Hizbut Tahrir juga
3
4
memilliki obsesi melakukan obyektivikasi (tujuan nyata) terhadap Islam
agar menjadi suatu ideologi alternatif. Untuk mewujudkan obsesinya,
Hizbut Tahrir secara sistematis dan intensif membentuk bagian jaringan
yang kuat ditingkat anggota yang sekaligus sebagai basis gerakan
sosialnya.4
Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia melalui K.H Abdullah bin Nuh.
Ketika K.H Abdullah bin Nuh atau yang lebih dikenal dengan panggilan “Mamak” mengajak Syaikh Abdurrahman al Baghdadi ke Indonesia. K.H
Abdullah bin Nuh adalah seorang ulama, tokoh pendidikan, sekaligus
sastrawan dan pejuang. K.H Abdullah bin Nuh lahir di Kampung Meron
Kaum, Kota Cianjur Jawa Barat pada tanggal 6 Juni 1905 .5
Ketika K.H Abdullah bin Nuh sedang berkunjung ke Australia dan
bertemu dengan seorang ulama aktivis Hizbut Tahrir (Syaikh
Abdurrahman al Baghdadi) yang sedang menyampaikan ceramah tentang
kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan khilafah guna
melawan hegemoni penjajahan dunia. Dari ceramah itu K.H Abdullah bin
Nuh timbul rasa ketertarikan terhadap pemikiran Hizbut Tahrir, yang mana
buah dari ketertarikan itu berujung pada masuknya Hizbut Tahrir ke
Indonesia. K.H Abdullah bin Nuh adalah ulama yang pertama mendukung
perkembangan dakwah Hizbut Tahrir di Indonesia. Peran beliau terhadap
4
Syamsul arifin,Pertautan Agama Dalam Ideologi Dan Gerakan Sosial: Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia“, Akademika, Vol. 18,No.2 (Maret, 2006), 3.
5
5
Hizbut Tahrir sebatas memberikan dukungan. walaupun demikian, apa
yang dilakukan beliau cukup besar pengaruhnya terhadap perkembangan
dakwah HT di Indonesia. sekitar tahun 1980-an dakwah Hizbut Tahrir di
Indonesia baru dimulai jadi hanya sedikit dari masyarakat Indonesia yang
mengetahui tentang organisasi ini.6 Hizbut Tahrir mulai bergerak
memperjuangkan pemikiranya dengan merintis dakwah di kampus-kampus
besar di seluruh Indonesia seperti UGM, UI, IPB, UNAIR, UNDIP dan
Pada era 1990-an ide-ide dakwah Hizbut Tahrir merambah ke masyarakat,
melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan
perumahan.7
Hizbut Tahrir memandang Indonesia sebagai bangsa yang
mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi hingga kini masih sulit
untuk menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik
dan hukumnya. Kondisi ini diperparah oleh banyaknya umat Islam yang
juga memiliki pandangan bahwa agama Islam tidak perlu diatur atau
mengatur negara, biarkanlah urusan agama menjadi urusan pribadi
kelompok keagamaan yang akan membinanya, sementara negara cukup
mengatur kehidupan bersama dalam masyarakat.8
Sementara Islam dalam konstruksi teologi Hizbut Tahrir tidak
hanya mengatur tata pribadatan (ritual) antara manusia dengan Tuhannya
saja. Dalam Islam juga mengandung tata aturan sosial yang berhubungan
http://hizbuttahrir.al-khilafah.org/tentang-kami/ (Kamis, 07 April 2016, 23:12)
8
6
persoalan orang banyak. Salah satu ajaran Agama Islam yang banyak
memperoleh apresiasi dan elaborasi (penggarapan secara tekun dan
cermat) dari Hizbut Tahrir adalah dalam bidang politik. Dari sini Hizbut
Tahrir kemudian berkesimpulan bahwa Islam merupakan agama politik
dan spiritual sekaligus.9
Bicara mengenai Hizbut Tahrir tidak akan terlepas dengan para
anggotanya. Karena perlu diketahui bahwa beberapa dari anggota Hizbut
Tahrir Indonesia dulunya adalah seorang santri di pondok pesantren yang
ada di Indonesia. Tidak hanya dari santri saja, tapi dari akademisi
(mahasiswa) juga ikut menjadi anggota dari organisasi tersebut. Di Pondok
pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya terdapat santri yang pernah
menjadi anggota dari Hizbut Tahrir. Pondok pesantren Mahasiswa al-Jihad
adalah pondok pesantren modern yang para santrinya merupakan
mahasiswa dari universitas/kampus yang ada di Wilayah Surabaya.
Pesantren modern adalah pesantren yang mengajarkan pendidikan umum,
yang presentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan umum
(bahasa Inggris, bahasa Arab dll), meskipun mengajarkan tentang tentang
ilmu umum tetapi tidak lupa untuk menekankan nilai-nilai dari
kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri untuk
menjalani kehidupan didunia. Sedangkan mahasiswa adalah tingkatan
tertinggi dari seorang siswa yang diberi kepercayaan sebagai agen
9
7
perubahan oleh masyarakat untuk merubah bangsa dan negara ini ke arah
yang lebih baik.
Melalui latar belakang yang dimiliki santri yang heterogen
(beraneka ragam) dan terdapat santri yang pernah menjadi anggota Hizbut
Tahrir menjadikan masih banyak sudut pandang yang digunakan para
santri ketika menanggapi pemikiran yang di usung oleh Hizbut Tahrir
yang ada di Indonesia. Seperti muncul suatu penilaian pada orang-orang
Hizbut Tahrir, tentang mereka yang menonjolkan sifat lebih sopan, ramah
dan lebih jujur menjadikan nilai positif dalam pandangan masyarat umum.
Hal ini bisa kita lihat dari sebuah contoh, misalnya ada dua pembeli yang
satunya orang Hizbut Tahrir dan satunya lagi orang dari kelompok atau
organisasi keagamaan lainnya saya lebih memilih beli ditempat orang
Hizbut Tahrir. Secara visual sopan santun dan sifat ramah mereka
cenderung membuat individu maupun masyarakat tertarik dan lebih
percaya kepada orang Hizbut Tahrir tidak menutup kemungkinan santri
juga ikut tertarik. karena dalam pandangan kaum pesantren maupun orang
awam orang yang memakai pakaian gamis, menutup aurat, dan
berjenggot di ibaratkan sebagai orang yang faham betul dengan masalah
keagamaan. Jika secara pakaian dan attitude (prilaku) sudah membuat
orang tertarik bagaimana dengan pemikiran atau gagasan yang ditawarkan
8
B RUMUSAN MASALAH
Pada setiap pelaksanaan penelitian pada dasarnya dimulai dari
sesuatu yang dianggap sebagai permasalahan yang perlu dicari
jawabannya. Berawal dari latar belakang yang telah peneliti uraikan di
atas, maka untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini,
maka rumusan masalah tersebut disusun kedalam pertanyaan-pertanyaan
sebagai batasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pandangan santri Ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya
terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia ?
2. Bagaimana pandangan negara Islam menurut santri Ponpes
mahasiswa al-Jihad Surabaya ?
Dari fokus penelitian di atas, peneliti menjelaskan Pandangan
Santri Ponpes Mahasiswa Al-jihad Surabaya terhadap gagasan negara
Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
C TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan fokus penelitian di atas, maka peneliti mempuyai
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari
penelitian ini agar memperoleh gambaran yang jelas dan tepat serta
terhindar dari adanya interpretasi dan meluasnya masalah dalam
memahami isi penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menjelaskan Bagaimana negara Islam menurut santri Ponpes
9
2. Untuk menjelaskan Bagaimana persepsi santri Ponpes mahasiswa
al-Jihad Surabaya terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir
Indonesia.
3. Guna menyelesaikan tugas akhir hingga mendapatkan gelar sarjana
strata 1.
D MANFAAT PENELITIAN
Berhubungan dengan tujuan penelitian di atas maka peneliti dapat
paparkan bahwa manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis penelitian ini merupakan kegiatan dalam
rangka mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya wacana
politik. Secara akademis penelitian ini diharapkan mampu memberi
sumbangan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya khususya kepada
mahasiswa/mahasiswi maupun dosen dan perpustakaan sebagai
bahan bacaan yang bersifat ilmiah dan sebagai kontribusi
intelektual.
2) Manfaat Praktis
a. Bagi santri pondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi
pemikiran bagi Ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya mengenai
gambaran negara Islam dan seperti apa bentuk negara Islam
yang ditawarkan oleh organisasi HTI
10
Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk
menerapkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan
untuk dipraktekkan pada lembaga nyata yang ada
dimasyarakat.
E BATASAN MASALAH
Pada penelitian ini, peneliti memberi batasan penelitian yang
berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian data, pembatasan tersebut
antara lain:
1. Penelitian hanya dilakukan pada santri yang masi terdaftar aktif
dipondok pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya.
2. penelitian hanya membahas negara Islam dari sudut pandang
santri
3. Peneliti akan meneiliti mengenai pandangan santri mengenai
negara Islam secara umum yag kemudian difokuskan kepada
pandangan santri terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir
Indonesia.
F KAJIAN KONSEPTUAL
Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok
fakta atau gejalah yang menjadi pokok perhatian. Untuk menghindari
kemungkinan adanya kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini dan
11
teoritis maupun praktis dari istilah yang dijadikan judul dalam penelitian
ini, anatara lain:
1. Santri Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jihad
Santri adalah murid santren (pesantren); calon rohaniawan
Islam.10Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan
orang-orang pesantren, seorang-orang alim hanya bisa disebut kyai bilamana
memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren untuk
mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri
merupakan elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Santri
Pondok Pesantren Mahasiswa al-Jihad adalah seorang mahasiswa dari
beberapa kampus di daerah Surabaya yang kemudian menimba ilmu
atau mondok di pondok pesantren mahsasiswa al-Jihad.
2. Ponpes Mahasiswa Al-Jihad
Pondok pesantren mahasiswa al-Jihad merupakan pondok
pesantren yang santrinya rata-rata adalah mahasiswa, baik itu
Mahasiswa UINSA maupun mahasiswa dari Universitas lain selain
UINSA. Di Ponpes al-Jihad juga terdapat yayasan yatim piatu.
Pemangku dari Ponpes mahasiswa al-Jihad terdiri dari KH. M. Imam
Chambali dan istrinya ibu Hj. Luluk Chumaidah, pengasuh PPM
(pondok pesantren mahasiswa) al-Jihad, KH. Syukron Djazilan,
dewan pengurus yayasan al-Jihad, Alm. H. Abdullah Suwaji, Pendiri
yayasan al-Jihad, KH. Saiful Jazil, M. Ag., pengurus pendidikan
10
12
PPM al-Jihad, dan H. Nasir ketua yayasan al-Jihad. Lokasi pondok
pesantren mahasiswa al-Jihad bertempat di Jalan Jemursari Utara
Gg. 3 No. 9 Surabaya Selatan. 11
3. Negara Islam Hizbut Tahrir
Para sarjana telah mencoba dengan berbagai pendekatan
untuk menjelaskan negara Islam yang pertama kali didirikan oleh nabi
dan pewarisnya, khulafa al-Rasyidin. Sebagian berpendapat bahwa
negara Islam waktu itu merupakan negara teokrasi, yaitu negara yang
diperintah oleh Tuhan atau para Tuhan. Sebagian yang lain
berpendapat bahwa negara Islam bersifat monarki (bentuk
pemerintahan yang dikepalai oleh raja) atau oligarki (pemerintahan
yang dijalankan oleh beberapa orang yang berkuasa dari golongan
kelompok tertentu) dengan kekuasaan yang diserahkan lewat
kekerasan atau nalar pikiran pada satu atau beberapa orang, sebuah
sistem pemerintahan berdasarkan hukum.12
Sedangkan Ainur Rofiq Al-Amin dalam bukunya yang berjudul “proyek khilafah HTI perspektif kritis” menjelaskan
bagaimana Hizbut Tahrir mendefinisikan negara Islam sebagai
berikut:
Hizbut Tahrir mendefinisikan negara Islam sebagai eksistensi
politik praktis yang menerapkan Islam, serta menyebarkan-nya
keseluruh dunia dengan dakwah dan jihad. sedangkan dari aspek-lain,
11
Dokumen resmi Pondok Pesantrern Mahasiswa Al-Jihad Surabaya (Buku Profil), 3.
12
13
negara Islam harus mempunyai sistem keamanan yang mandiri. Hal
ini dapat dilihat dari penjelasan tentang Dar Al-Islam, Dar Al-Islam
adalah negara yang menetapkan hukum Islam dan keamanannya, baik
di dalam negeri maupun di luar negeri ditangan Islam, walaupun
mayoritas penduduknya non-muslim.13
4. Hizbut Tahrir Indonesia
HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) adalah suatu organisasi
keislaman yang identik dalam perjuangannya menegakan syariah dan
khilafah di Indonesia.14 Hizbut Tahrir Indonesia adalah gerakan
fundamentalis yang mempromosikan serta menegakkan kembali
negara Islam atau yang biasa disebut oleh mereka khilafah Islamiyah
seperti pada masa nabi dan khulafa al-Rasyidin.
G PENELITIAN TERDAHULU
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh peneliti mengenai
penelitian terdahulu tentang pandangan santri pondok pesantren dan
gagagsan negara Islam HTI, peneliti menemukan data sebagai berikut:
Relasi Islam dan negara dalam perspektif Hizbut Tahrir. Skripsi
Moh. Syaichul Ulum Mahasiswa Program studi S1 prodi Politik Islam
Fakulktas Ushuludin Institut Agama Islam Negri Surabaya 2010. Skripsi
ini membahas tentang relasi Agama Islam dan negara menurut HT (hizbut
13
Ainur Rofiq Al-Amin, Proyek Khilafah HTI Perspektif Kritis, (Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara, 2015), 38-39.
14
14
tahrir) dan konsep negara Islam menurut HT. dari kesimpulan skripsi ini
adalah Islam dalam pandangan Hizbut Tahrir tidak hanya mengatur tata
peribadatan (ritual) antar manusia dengan tuhannya saja. Islam juga
mengandung tata aturan sosial yang berhubungan dengan persoalan publik
manusia. Salah satu ajaran Islam yang banyak memperoleh tanggapan
positif sehingga menjadi pedoman bagi HIzbut Tahrir adalah ajaran Islam yang berkaitan dengan bidang politik. Penerapan aqidah dan hukum syara‟
melalui negara khilafah, dan menjadikan Islam sebagai ideologi negara.
Khilafah Islamiyah adalah Bentuk negara Islam Hizbut Tahrir, hizbut
tahrir menyebutkan bahwa hukum didirikannya khilafah Islamiyah adalah
wajib dengan dasar surat al-ma‟idah ayat 48-49 dan al-Nisa‟ ayat 59.
Konsep Khilafah Islamiyah dan strategi dakwah Islam Menurut
Hizbut Tahrir. Skripsi Ratna Hendri Astuti, Mahasiwa program studi S1
jurusan akidah filsafat fakultas ushuludin, Institute Agama Islam Negri
Surabaya 2004. Skripsi karya Ratna Hendri Astuti, menjelaskan mengenai
pokok-pokok pemikiran Hizbut Tahrir dalam persoalan khilafah dan
strategi dakwah Islam menurut Hizbut Tahrir dalam mewujudkan khilafah
Islamiyah. Kesimpulan dari skripsi ini bahwa prinsip dasar dalam
pemerintahanIslam adalah kedaulatan tertinggi berada ditangan Allah dan
kekuasaan ditangan umat, kemudian melalui sistem baiat diangkatlah
seorang khalifah sebagai pemimpin negara. Sistem pemerintahan dalam
Islam adalah khilafah dan wajib hukumnya untuk menegakkannya. Bentuk
15
karena akan menyebabkan timbulnya loyalitas ganda. Dalam rangka
mewujudkan tujuan menegakkan khilafah Hizbut Tahrir memiliki tiga
tahapan. Pertama, tahap pembinaan dan kaderisasi, kedua, tahap interaksi
dengan umat dalam rangka mensosialisasikan fikrah Islam dan thariqah
Islam sehingga umat akan memiliki persepsi keduanya dengan bvenar,
ketiga, tahap perebutan kekuasaan (istilam al-Hukmi) ketika dirasa umat
Islam sudah memiliki kesamaan visi dan persepsi akan urgensitas khilafah
Islamiyah.
Pandangan santri pondok pesantren Tebuireng Jombang terhadap
pandangan Hizbut Tahrir Indonesia tentang Pancasila. Skripsi Nuning
Hadi Wijayanti, Mahasiswa program studi S1 Prodi PPKn, FIS,
Universitas Negeri Surabaya 2013. Dalam Skripsi karya Nuning Hadi
Wijayanti, menjelaskan bagaimana pandangan santri Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang terhadap pandangan HTI tentang Pancasila dan
apakah santri Tebuireng Jombang setuju dengan penolakan HTI tentang
pancasila sebagai ideologi bangsa. Kesimpulan dari hasil penelitian skripsi
ini menunjukan santri kurang mendukung Pancasila sebagai ideologi
karena beberapa alasan, pertama Pancasila adalah ideologi produk manusia
yang kebenarannya tidak terjamin. Kedua Islam adalah agama yang bukan
sebatas ajaran melainkan juga sebuah ideologi sehingga hal ini
menyebabkan Islam dan Pancasila berbenturan. Ketiga, Melaksanakan
hukum Pancasila termasuk ingkar kepada ayat-ayat Allah. Keempat,
16
menjadi negara maju. Kelima, Beberapa konsep Pancasila berbeda dengan
ajaran Islam.
Dari keterangan di atas dapat dilihat dari penelitian terdahulu
tentang pandangan santri pondok pesantren/ponpes dan penelitian tentang
HTI tidak ditemukan persamaan mengenaii masalah yang akan diteliti oleh
peneliti, dari ketujuh penelitian diatas tidak ditemukan mengenai
penelitian yang membahas tentang pandangan seorang santri sekaligus
merangkap sebagai mahasiswa, tentang negara Islam yang di gagas oleh
Hizbut Tahrir Indonesia.
H METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari alat untuk
penelitian. Penelitian ini menjelaskan mengenai pandangan santri Ponpes
Mahasiswa Al-Jihad Surabaya tentang gagasan negara Islam HTI. Untuk
itu penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif merupakan metode penelitian yang mencoba memaparkan secara
analistis terhadap suatu keadaan, Gejala individu maupun kelompok
tertentu.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian
diskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendiskriptifkan
17
penelitian dilaksanakan.15 yaitu menggambarkan atau menguraikan
bagaiman sebenarnya pandangan santri ponpes al-Jihad Surabaya
terhadap gagasan negara Islam HTI. Jadi alasan penelitian ini
menggunakan pendekatan dan jenis penelitian kualitatif diskriptif
karena untuk mendapatkan informasi maupun data yang sebenarnya
dengan jelas dari informan yang sesuai dengan apa yang diteliti.
2. Lokasi Penelitian
Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya berlokasi di Jemursari
Utara Gg. 3 No. 9, kecamatan Wonocolo Surabaya. Tepatnya di
belakang kampus UIN Sunan Ampel Surabaya dan berdampingan
dengan warga Desa Jemursari.16
Untuk lebih jelasnya letak geografis Yayasan Al-Jihad Surabaya
adalah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Wonocolo.
b. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Raya Jemursari.
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Ngawinan.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Jemur Wonosari.
Penentuan lokasi penelitian di pondok pesantren mahasiswa al-Jihad
Surabaya didasarkan pada beberapa pertimbangan, sebagai berikut:
a. menurut pengamatan peneliti, terdapat santri yang pernah
menjadi anggota organisasi Hizbut Tahrir Indonesia.
15
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 76
16
18
b. tingkat keberagaman santri yang tidak hanya menjadi
mahasiswa di UINSA saja melainkan dari kampus lain
misalnya UNUSA, UNESA, ITS, UPN, UNSURI, dan
UNAIR.
c. merupakan pondok pesantren terbesar yang ada di daerah
wonocolo dan jemursari.
Berdasarkan hal tersebut, pondok pesantren mahasiswa
al-Jihad Surabaya bisa dijadikan sebagai lokasi penelitian.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai
informan dalam sebuah penelitian. informan ini kemudian dimintai
informasinya mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Adapun
penentuan informan dalam penelitian ini adalah Santri yang menjadi
pengurus di Ponpes Mahasiswa al-Jihad Surabaya. Santri yang
mendapatkan informasi lewat media masa seperti Koran, buku-buku,
dan majalah. Dan juga dari media elektronik seperti pesawat televise,
radio maupun lewat smartphone, dari situ para santri bisa mengakses
berita online maupun searcing (mencari) di google. santri yang
mengetahui dan paham akan gagasan negara Islam HTI, yang mereka
peroleh dari dosen maupun buku-buku bacaan diperpus kampus tempat
mereka kuliah. Sehingga informan tersebut dirasa mengetahui betul
19
Pada penelitian ini peneliti menetapkan 6 (enam) orang untuk
dijadikan informan. Pertama, Faby Toriqir Rama. santri yang juga
menjabat sebagai bendahara DASA (badan pengumpul dan pengelola
shodaqoh, infaq, zakat dan wakaf) di yayasan al-Jihad Surabaya, pernah
menjabat sebagai pengurus devisi kependidikan pondok pesantren
al-Jihad periode 2014-2015, dan mahasiswa aktif UINSA di jurusan
hukum keluarga Islam fakultas hukum dan syari‟ah, dan mempunyai teman yang aktif mengikuti organisasi HTI. Kedua, Muhammad Hanan
Tantowi. Pernah menjadi anggota HTI beberapa bulan pada awal
masuk kuliyah tahun 2012 kemudian keluar, lulusan S-1 UINSA tahun
2016, pernah menjabat sebagai wakil ketua pondok pesantren al-Jihad
periode 2013-2014, bekerja sebagai guru private. Ketiga, M. Zanuar
luqmana. Santri sekaligus mahasiswa aktif di ITS jurusan teknik
perkapalan, pernah menjabat sebagai pengurus dengan jabatan ketua
kamar periode 2013-2014, pengetahuan tentang HTI didapat dari
ibunya yang pernah mengikuti muktamar HTI di Surabaya pada waktu
yg lalu.
Keempat, Masrurotul Fadlilah. Santri dan pentugas koperasi
pondok pesantren al-Jihad, mahasiswa UINSA jurusan Management
penyiaran Islam fakultas dakwah, dan mengetahui tentang HTI ketika
melihat berita di televise, juga penah melihat dikampus ketika
membagikan selembaran mengenai HTI, dan juga melalui beberapa
20
Qisthiyah, santri dan anggota devisi kesehatan pondok putri di pondok
pesantren al-Jihad pada periode 2016-2017. Mahasiswa di UNUSA
pada jurusan kesehatan masyarakat , mendapatkan pengetahuan tentang
HTI lewat selembaran yang pernah dibagikan orang HTI diarea
kampus. keenam, Dewi Ilmiyah. Santri dan pengurus pondok putri di
pondok pesantren al-Jihad sebagai ketua kamar periode 2016-2017.
Mahasiswa di UINSA Pengetahuan tetang HTI lewat selembaran yang
pernah dibagikan orang HTI diarea kampus.
4. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penulisan penelitian jurusan
muammalah (hukum ekonomi syariah) fakultas hukum dan syari‟ah.
ini, adalah data yang diperoleh dari sumbernya baik data primer dan
data sekunder, yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer di sini adalah sumber data yang
diperoleh secara langsung dari subyek penelitiannya, yakni dari ke
6 (enam) informan yang sudah disebutkan di atas, yang meliputi
santri dan pengurus ponpes mahasiswa al-Jihad Surabaya.
b. Sumber Data Sekunder
Data yang diambil dan diperoleh dari bahan pustaka yaitu
mencari data atau informasi, yang berupa benda-benda tertulis
21
peraturan dan catatan harian lainnya.17 Salah satu kegunaan sumber
data sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam
petunjuk ke arah mana peneliti melangkah.18 Berikut sumber data
sekunder yang digunakan peneliti: Buku, Proyek Khilafah HTI
Perspektif Kritis karya Ainur Rofiq al-Amin, Langit Suci Agama
sebagai Realitas Sosial karya Peter L. Berger. Jurnal, Gerakan
Hizbut Tahrir dan Realitas Politik Islam Kontemporer di Indonesia
Karya Jonkenedi Jurnal Komunika, Vol 6, No 1 Januari-Juni 2012,
Pertautan Agama dalam Ideologi dan Gerakan Sosial:
Pengalaman Hizbut Tahrir Indonesia Jurnal Akademika, Vol. 18,
No 2 Maret, 2006. Sumber Internet, buku berbentuk PDF Struktur
Negara Khilafah (Pemerintahan dan Administrasi) Terj. Yahya,
Hizbut Tahrir.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan.19 Pada dasarnya teknik
observasi di gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan
17
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.XII. 2000), 115
18
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Surabaya: Kencana, 2006), 155.
19
22
fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan atau
responden.20 Karena data dalam penelitian kualitatif lebih berupa
kata-kata, maka wawancara menjadi perangkat yang sedemikian penting.21
Dalam hal ini peneliti mencari data dengan mewawancarai santri dan
pengurus Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya yang paham
mengenai gagasan negara Islam HTI. Demi mendapatkan data berupa
pandangan santri tentang negara Islam dan data mengenai pandangan
santri terhadap gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia.
c. Dokumentasi
Penggunaan dokumentasi adalah dengan cara mengumpulkan
data yang dianggap penting meliputi data tertulis misalnya buku-buku,
majalah, dokumen, foto, dan sebagainya. Jadi, dengan dokumentasi
peneliti dapat mengolah data sebagai bahan informasi tambahan atau
bukti autentik sebagai penunjang dalam pengumpulan data penelitian.
20
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, Cet.XII. 2000), 145.
21
23
7. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:22
a. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.
b. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan
sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan,
mengkode, menulis memo dan sebagainya dengan maksud
menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.
c. Display Data
Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun
yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam
bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik,
diagram, tabel dan bagan.
d. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and
Verification)
22
24
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan
berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang
telah disajikan.
8. Teknik Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif haruslah ilmiah untuk menjaga
keilmiahan tersebut dapat dilihat dari data yang ada karena kesalahan
mungkin terjadi pada peneliti sendiri atau informan. Untuk memperoleh
keabsahan data yang sesuai agar tidak terjadi kesalahan maka peneliti
menggunakan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data yang diperoleh.23
Dengan triangulasi peneliti dapat me-recheck temuannya
dengan jalan membandingkannya antara data, sumber dan teori. Untuk
itu maka peneliti dapat melakukannya dengan cara mengajukan
berbagai macam variasi pertanyaan yang bekenaan dengan negara Islam
dan gagasan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia, kemudian data yang
diperoleh dari hasil wawancara kepada informan (santri pondok
pesantren mahasiswa al-Jihad Surabaya) dicek dengan teori konstruksi
sosial, beberapa konsep negara Islam menurut beberapa tokoh Islam
terutama kosep negara Islam menurut Taqiyudin An-Nabani. Data
23
25
tersebut dikategorikan berdasarkan pandangan yang sama dan yang
berbeda untuk mengetahui mana yang lebih spesifik dari keseluruhan
data, kemudian data tersebut dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan.
I SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Dalam tulisan ini nantinya akan membahas berbagai aspek yang
berhubungan dengan negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia. Agar
pembahasan mempunyai alur pikiran yang jelas dan terfokus pada pokok
permasalahan, maka penulis menyusun sistematika dalam lima bab
meliputi:
Bab I : Dalam bab ini penulis memberikan gambaran latar belakang
mengapa penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
pandangan santri terhadapa gagsan negara Islam Hizbut
Tahrir Indonesia. Dengan beberapa bagian terkait seperti,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kajian konseptual, kajian teori , penelitian terdahulu, metode
penelitian dan sistematika pembahasan,
Bab II : Bab kedua penulis memberikan penjelasan mengenai
gambaran umum Ponpes Mahasiswa Al-Jihad Surabaya,
meliputi sejarah singkat berdirinya, visi-misi, struktur
organisasi, program-program yang ada di ponpes mahasiswa
26
Bab III: Pada bab ketiga penulis mencoba menjelaskan konsep/gagasan
negara Islam menurut beberapa tokoh intelektual Islam dan
konsep/gagasan negara Islam menurut HTI.
Bab IV: Pada bab keempat, dalam bagian ini penulis menganalisa
menyajikan mengenai pembahasan permasalahan. Yang
terdiri dari dua sub bab; pertama, membahas mengenai
negara Islam menurut santri pondok pesantren Al-jihad
Surabaya. Dan kedua, membahas mengenai persepsi santri
pondok pesantren Al-jihad Surabaya terhadap gagasan
negara Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Bab V : Padabagian bab akhir yakni penutup penulis mengemukakan
kesimpulan dari penelitian dan saran.
BAB II
PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA
A. SEJARAH BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MAHASISWA
AL-JIHAD
Al-Jihad terletak di jalan Jemursari Utara III/09 kelurahan
Jemurwonosari kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Pondok pesantren
(ponpes) mahasiswa Jihad awalnya hanya sebuah taman pendidikan Al-Qur‟an (TPQ) yang bernama “Roudlotut Ta‟limil Qur‟an”. Taman
Pendidikan Al-Qur‟an ini diasuh oleh bapak Drs. H. Soerowi dan bapak Achmad Syaifuddin. Tepatnya pada tanggal 30 maret 1982 dengan ucapan “Bissmillah” beliau melangkahkan kakinya untuk merintis sebuah
lembaga pendidikan, dengan bermodalkan tekat semangant serta niat kuat,
dengan tekat dan tawakal kepada Allah Swt, niscaya Allah akan menolong
hamba-hambanya yang berjuang di jalan, serta respon masyarakat yang
menjadikan tekatnya menjadi bulat dan tetap berusaha berjuang untuk
mewujudkan harapan dan impiannya untuk mendirikan sebuah lembaga
yang mampu menampung anak-anak yang belajar dan mengaji
dirumahnya.1
Seiring berjalannya waktu semakin banyak anak-anak yang belajar
Al-Qur‟an di TPA setiap bulannya tersebut. Sehingga menuntut pengelolaan untuk menambah ustadz/ustadzah, demi terselenggaranya
1
28
kegiatan belajar mengajar dengan baik. Pada waktu itu sekitar tahun 1983
ustadz/ustadzah yang mengajar di TPA tersebut berjumlah lima orang
semuanya dari IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Sunan Ampel)
yang merupakan alumni pondok pesantren Tambakberas Jombang yang
diorganisir oleh IMABAYA (Ikatan Mahasiswa Bahrul Ulum Surabaya).
Santri yang tercatat waktu itu berjumlah 75 orang santri. Dengan
bertambahnya santri menjadi kurang lebih 200 anak, sehingga harus
menambah guru lagi dari Mahasiswa asal Bojonegoro sebanyak 10 orang,
yang masih aktif kuliah di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
(sekarang UIN Sunan Ampel). Kebutuhan akan tempat pengajaran juga menjadi pertimbangan para pengasuh. Kemudian dipilihlah mushola “
Al-Ikhlas” milik bapak Muhammad Anwar sebagai tempat mengaji santri.
Pada tahun 1985 Melihat tuntutan dan kebutuhan umat Islam
terhadap keimanan dan keislaman semakin terasa meningkat, maka
kemudian didirikanlah :
1. Pengajian ibu-ibu seminggu sekali.
2. Pengajian tafsir al-Qur‟an setiap hari sabtu (Ba‟da shalat shubuh).
3. Jama‟ah dzikir (istighosah) “Rahmatan Lil Alamin” tiap malam minggu
bulan terakhir.
Kegiatan tersebut diasuh langsung oleh Bapak KH. Moch. Imam
Chambali, setelah kurun waktu kurang lebih 10 tahun, perkembangan terus
29
dan semakin meningkatnya jamaah majlis ta‟lim yang diasuh KH. Moch.
Imam Chambali, maka muncullah gagasan untuk mendirikan sebuah
yayasan untuk mewadai semua kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut.
Dari gagasan tersebut, maka dibentuklah kepengurusandalam mendirikan
yayasan tersebut, yaitu:
Pendiri : H. Achmad Saifoeddin,
H. Abdullah Suwaji,
H. Habib
H. Soerowi
KH. Moch. Imam Chambali
Ketua : KH. Moch. Imam Chambali
Sekertaris : H. Soerowi
Pembantu umum: H. M. Syukron Djazilan Badri
Dari susunan kepengurusan di atas, maka didirikanlah sebuah yayasan yang diberi nama “Al-jihad”. Yayasan ini resmi berdiri pada
tanggal 23 juli 1996 dengan Akte Notaris : Zuraida Zain, SH. Tanggal 23
juli 1996 No. 22, dengan ini yayasan Al-jihad mempunyai kekuatan
hukum.2 salah seorang pendiri yayasan, yakni H. Abdullah Suwaji
mewakafkan tanah seluas 60 m2 untuk didirikan pondok pesantren. Dengan tanah wakaf tersebut, pengurus, jama‟ah dan para dermawan
yayasan Al-jihad bergotong royong untuk membeli dan memperluas tanah
2
30
di sekitarnya seluas 387 m2. Pada tahun 1997 dibangun pondok pesantren
berlantai III diatas tanah seluas 387 M2 yang didanai oleh para dermawan,
sumbangan masyarakat dan para jamaah pengajian. Pada tanggal 22 maret
1998 pondok pesantren mahasiswa Al-Jihad diresmikan oleh bapak
Brigjen polisi H. Goenawan (Wakapolda) Jakarta pusat, Sekaligus sebagai
penyumbang dana terbanyak pada saat itu.
Pada tahun 1998-2004, pondok pesanten Al-Jihad semakin
berkembang dengan dilanjutkan pembangunan gedung PPM Al-jihad
(putri) dan gedung asrama panti asuhan yatim piatu. Pada tahun 2000,
jumlah santri putra sebanyal 100 santri, sedangkan santri putri sebanyak 35
santri. Untuk jumlah total anak yatim piatu puta-putri sebanyak 50 anak.
Pada tahun 2000 mulai dibentuklah struktur kepengurusan ponpes
mahasiswa Al-jihad, adapun yang mengemban amanat menjadi ketua
pondok putra adalah Khoirul Adhimm, sedangkan ketua pondok putri
adalah Hanna Koirun Nisa. Dalam empat tahun trakhir ini telah didirikan
dua gedung baru untuk memnuhi kebutuhan kuota santri mahasiswa yang
terus bertambah. Pada tanggal 25 juli 2011, telah diresmikan gedung
asrama baru tiga lantai. Aula lantai satu digunakan sebagai TPQ Al-jihad,
Asrama yatim putri dilantai dua dan asrama pondok putri dilantai tiga.
Gedung tesebut diresmikan langsung oleh pendiri yayasan Al-jihad, Bapak
H. Suwaji dan ketua yayasan Al-jihad, Bapak Nasir. Kemudian disusul
31
Sringatin pada tanggal 31 mei 2014.3 Pada tahun 2016 ini, ponpes
mahasiswa Al-jihad masih melakukan perkembangan pembangunan
dengan meluaskan area masjid pondok. supaya bisa menampung santri
serta para jamaah pengajian maupun para jamaah sholat lima waktu.
B. TUJUAN BERDIRINYA PONDOK PESANTREN MAHASISWA
AL-JIHAD
Adapun tujuan didirikannya Pondok Pesantren Al-Jihad antara lain :
a. Mengaktualisasikan misi islam sebagi Rahmatan lil alamiin dalam
bingkai pendidikan pondok pesantren dan segala aktifitas
pembelajarannya.
b. Melahirkan dan mengorbitkan generasi muslim mas depan yang
memiliki bekal life-skil tinggi, tangguh, unggul, luas keilmuanya serta
berbudi mulia (berakhlakul karimah).4
C. VISI DAN MISI
Adapun visi dan misi pondok pesantren Al-Jihad yaitu :
1. Visi
Al-Muhafadhahotul „ala qadimis-shalih wa ahdzu bil jadiid ashlah, yaitu mengiktiarkan pondok pesantren Al-Jihad Surabaya menjadi
3
Ibid, 11.
4
32
lembaga pendidikan berkarakter Islam yang akan menjadi tempat
bertemunya unsur tradisionalis dengan modernis.
2. Misi
1. Merencanakan dan menyelengarakan pendidikan yang berkualitas,
tertata, sekaligus profesional. Guna melahirkan kader-kader umat
yang hanya memiliki keterampilan yang tinggi, juga mendalam
ilmunya.
2. Menyelenggarakan pendidikan yang orientatif dalam upaya
menginterlisasikan paradikma sains dan teknologi modern terhadap
nilai-nilai Islam.
3. Membaca memahami dan mengembalikan sikap terhadap realitas
sosial, politik, ekonomi dan budaya ditengah pergaulan dunia
global melalui langkah-langkah kerjasama dalam bidang dakwah,
kajian keilmuan dan pelatihan-pelatihan.5
D. MOTTO
Untuk memahami moto Yayasan Al-Jihad perlu di pahami definisi
masing-masing : Sabar itu indah (NotableCharacter), Ikhlas itu mujarab
(SoundBody), Istiqomah itu karomah (IndependentMind).
E.STRUKTUR KEPENGURUSAN YAYASAN AL-JIHAD
SURABAYA
Struktur Kepengurusan Yayasan Al-Jihad Surabaya :
5
33
Penasihat : Brigjen H. Gunawan
H. Saimi Saleh, SE Drs. H. Soerowi
H. Mardjono, BA H. Burhanuddin H. Suzy Sukamto
Pembina : Drs. KH. Much. Imam Chambali
Hj. Luluk Chumaidah, SH., S.Pd.I
Ketua : H. Naser, SE
H. Soemali
Sekretaris : Drs. H. Zainuddin, M.Si Ali Mashudi
Bendahara : Moch. Ichwan, SS., M.Si Moch. Ali Hasan, S.Pd.I
Bidang-Bidang Kegiatan :
Pendidikan : Dr. KH. Syaiful Jazil, M.Ag Yahya Aziz, M.Pd.I
Panti Asuhan : M. Sholihin, M.HI M. Aroby S.I.Kom
Taman Pendidikan Al-Qur‟an : Drs. H. Syaikhul Amin, M.M. Heriyatini, S.Pd
Ana Aisyah, S.Pdi
KBIH Bryan Makkah : KH. M. Syukron Jazilan Badri, M.Ag KH. Miftahul Huda, S.Ag
Majlis Dzikir : Syahrul Mubarok Fajar Khoirul Anam
34
Imam Syafi‟i, S.HI Dana Sosial Al-Jihad : H. M. Sumali Pengajian ibu-ibu Muslimat : Hj. Isti‟aroh Suwadji
Hj.Ririn Widiyastutik Hj. Lubna Lu‟lu‟
Keamanan : H.M. Soeripto
Choirul Anam Fathul Munir Ta‟mir Masjid : Muhtadi, S.HI
Ahmad Hanafi, S.HI Salamun Musthofa, S.HI Dwi Cahyo Kurniawan, S.Th.I
Pembangunan : H. Bambang Wiwoho
Ikatan Alumni : M. Syamsul Rizal, S.Hi
Mekanik : Nur Qosim
Pembantu Umum : Drs. H. Nasuha Hadi Prayitno, S.Hi
Dzenal Rifa‟i Sukadi Saidi6
F. DAFTAR KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL-JIHAD
1. kegiatan harian
a. Sholat maktubah berjamaah
b. Sholat qiyamul lail (taubah, tahajjud, hajat, dan witir)
c. Amalan surah yasin dan Al-Waqi‟a setelah qiyamul lail (sampaidatang waktu sholat subuh)
6
35
d. Amalan surah Al-Kautsar, Al-Qadar, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas
(setelah jamaah sholat subuh, masing-masing dibaca 11 kali)
e. Amalan surah Al-Fatihah dan surah Al-Insyiroh (dibaca setelah
sholat maghrib, masing-masing 11 kali untuk mendoakan kedua
orang tua)
f. Amalan ayat kursi (setelah jamaah isya‟, sebanyak 7 kali supaya
diberikan ilmu yang bermanfaat dan selamat dunia akhirat)
2. Kegiatan mingguan
a. Kajian tafsir Al-Ibris setiap hari sabtu ba‟da sholat subuh oleh pengasuh.
b. Kajian kitab fiqh Al-fiqhul manhaji lil madzahibi asy-syafi‟I setiap senin ba‟da subuh.
c. Latihan muhadlarah setiap rabu ba‟da maghrib.
d. Malam yasinan (membaca surat yasin 3 kali) setiap senin jam
22;00 WIB (sepuluh malam)
e. pembacaan burdah dan dibaiyah setiap selasa ba‟da maghrib.
f. Kajian kitab Nashaih Al-Ibadsetiap kamis ba‟da shubuh.
g. Muthola‟ah Al-qur‟an setiap senin ba‟da isya‟ untuk santri putra, sedangkan untuk santri putri dilaksanakan setiap hari selasa ba‟da
subuh.
h. Itensif B.arab dan B.inggris setiap rabu ba‟da isya‟.
36
j. Malam fatihah-an (sholat taubah, tasbih, hajat, dan tahajjud, dan
witir dilanjutkan membaca surat Al-fatihah sebanyak 41 kali). k. Khatmil Qur‟an berjamaah setiap jumat ba‟da mahgrib.
l. Seni banjari setiap jumat ba‟da isya‟.
m. Latihan MC setiap rabu ba‟da isya‟.
n. Kultum setiap senin dan kamis ba‟da maghrib.
o. Tahfidzul Qur‟an 30 juz setiap senin dan kamis ba‟da isya‟ (bagi
santri yang mengikuti program tahfidz).
p. Kerja bakti membersikan pondok setiap sabtu pagi.
q. Rebana bagi santri putri setiap satu minggu sekali.
r. pengajian tafsir, santri putri bersama ibu-ibu jamaah pengajian pada
ahad sore.
3. Kegiatan bulanan
a. Istighosah Rohmatal lil „alamin setiap sabtu malam diakhir bulan, ba‟da isya‟ (diikuti kurang lebih 1.000 jamaah).
b. Malam asma‟ Al-husna setiap tanggal 15 bulan Hijriyah (bulan purnama).
c. Senam aerobik jam 06;30 WIB, sekaligus persiapan untuk
pengajian Rohmatal lil „alamin.
d. Jalan Sehat.
37
4. Konsentrasi kitab-kitab yang diajarkan:
1. Kajian tafsir Al-ibris setiap hari sabtu ba‟da shubuh oleh KH. Much. Imam Chambali.
2. Kajian kitab Miftakhus Sa‟adah Azzaujiah setiap senin ba‟da
Shubuh oleh KH. Ilhamullah Sumarkan.
3. Kajian kitab ringkasan Al-hikam setiap selasa ba‟da shubuh oleh KH. Saiful jazil.
4. Kajian kitab Nashoihul „Ibad setiap rabu ba‟da subuh oleh KH.
M.Syukron Djazilan.
5. kajian kitab Washoya lil banat oleh ustadz Sya‟dulloh sarofi setiap kamis ba‟da shubuh.7
G. KARAKTERISTIK SANTRI PONDOK PESANTREN
MAHASISWA AL-JIHAD
Santri di ponpes mahasiswa Al-jihad dengan jumlah santrinya
sebanyak 480, kebanyakan adalah mahasiswa di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. akan tetapi bisa di jumpai juga
mahasiswa dari luar UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya) seperti, Mahasiswa UNESA, ITS, UNUSA, UPN,
UNSURI, UNAIR dan UWK. Tidak hanya mahasiswa, di ponpes
mahasiswa Al-jihad juga terdapat santri yang sudah bekerja baik itu
menjadi ustadz, Guru, dan pegawai kantoran. santri yang mondok di
7
38
pondok pesantren Al-jihad rata-rata belum pernah mondok ditempat
lain sebelumnya dan baru pertama mondok ketika mereka kuliah,
itupun kehendak dari orang tua mereka.8 Orang tua santri mengetahui
info pondok Al-jihad dari pengajian maupun media televisi, dimana
dalam pengajian itu yang menjadi penceramah adalah para pengasuh
pondok pesantren Al-jihad, seperti KH. Much. Imam Chambali, Hj.
Luluk Chumaidah, KH. Syaiful Jazil, dan KH. M. Syukron Jazilan
Badri. Dengan mengikuti pengajian dan mendengarkan ceramah dari
para pengasuh pondok kemudian muncul rasa ketrertarikan untuk
memondokkan anak mereka dipondok yang diasuh oleh para ulama
dibatas.
Pesantren mahasiswa al-Jihad berbeda dengan pondok
pesantren biasanya yang memberikan pendidikan klasik dengan
metode salaf yang lengkap dengan kitab-kitab ulama terdaluhu. Akan
tetapi pesantren al-Jihad yang berada di kota Surabaya ini
memberikan sebuah pemikiran yang general dan kritis serta tidak
terpaku oleh budaya pesantren yang klasik.9 Dengan berbagai
pengembangan santri al Jihad ini diarahkan untuk menjadi santri yang
produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan
berpedoman al Muhafadhatu ala Qodim al Sholih wal Ahkdhu bi
Jadid al Aslah, yakni dengan menjaga budaya klasik yang baik dan
mengembil budaya baru yang lebih baik lagi. Dengan model pesantren
8
Dokumen resmi yayasan pondok pesantren mahasiswa Al-jihad (buku profil pondok), 28. .
9
39
yang mengkomparasikan budaya lama dan modern inilah menjadikan
para santri di al jihad ini dituntun untuk kritis terhadap segala
perkembangan dunia modern yang semakin canggih.10
Sebagai seorang mahasiswa dan memiliki kepribadian
dewasa, santri al jihad merupakan salah satu agen of Change memiliki
sebuah tuntutan untuk terus memberikan sebuah solusi bagi semua
masyarakat. Disinilah yang memebedakan santri al Jihad dengan
santri di pondok pesantren yang lain. Dan lebih spesifik lagi
permasalah-permasalahan keagamaan yang ada di Indonesia yang
semakin komplek dan sensitif dengan kekerasan dan anarkis yang
mengatasnamakan agama.
10
BAB III
KAJIAN TEORI
A.TEORI KONSTRUKSI SOSIAL
Teori konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi
kontemporer yang diperkenalkan oleh Peter L.Berger dan Thomas
Luckman. Charles R. Ngangi menjelaskan, bahwa konstruksi sosial
merupakan sebuah pandangan kepada kita bahwa semua nilai, ideologi,
dan institusi sosial adalah buatan manusia.1 Berger dan Luckman
meringkas teori mereka dengan menyatakan bahwa realitas terbentuk
secara sosial, dalam pengertian individu-individu yang didapat dari
masyarakat itulah yang membangun masyarakat. maka pengalaman
individu tidak terlepas dari campur tangan masyarakat dalam
membentuknya. Menurut Berger dan Luckman, kita semua mencari
pengetahuan atau kepastian bahwa fenomena itu memang nyata adanya
dan memiliki karakteristik yang khusus dalam kehidupan kita sehari-hari 2
Istilah konstruksi atas realitas sosial didefinisikan sebagai proses
sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara
terus menerus suatu realitas atau kenyataan yang dimiliki dan dialaminya.3
1
Charles R. Ngangi, Konstruksi Sosial Dalam Realitas Sosial, ASE – Volume 7 Nomor 2, Mei 2011: 1 – 4, sulutiptek.com/documents/realitassosial.pdf, (Jumat, 15 April 2016, 19:45)
2
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), 300-301
3
42
realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.
Individu adalah manusia bebas yang melakukan hubungan antara manusia
yang satu dengan manusia lain. Individu menjadi penentu dalam dunia
sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu bukanlah
korban fakta sosial, namun sebagai media produksi dalam mengkonstruksi
dunia sosialnya.4 Akan tetapi, realitas kehidupan sehari-hari memiliki
dimensi-dimensi subyektif (keadaan dimana seseorang berpikiran relative,
hasildari menduga-duga, berdasarkan perasaan atau selera orang) dan
obyektif(sikap seseorang yang lebih pasti, bisa diyakini kebenarannya,
akan tetapi bisa juga melibatkan perkiraan dan asumsi). Manusia
merupakan instrument dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif
melalui proses eksternalisasi, sebagaimana ia mempengaruhinya melalui
proses internalisasi (yang mencerminkan realitas subyektif).5
Teori konstruksi sosial menyatakan bahwa setiap fakta yang
hadir di tengah-tengah masyarakat (realitas sosial) merupakan hasil proses
dialektika. Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan terdapat
dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat
menciptakan individu. Kedua unsur ini saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Proses dialektika tersebut setidaknya
melalui tiga tahap yang oleh kedua tokoh itu disebut sebagai momen.
Yaitu momen eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi.
4
ibid
5
43
Eksternalisasi, yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia
ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Hal ini sudah
menjadi sifat dasar dari manusia, ia akan selalu mencurahkan diri ke
tempat dimana ia berada. Manusia tidak dapat kita mengerti sebagai
ketertutupan yang lepas dari dunia luarnya. Manusia berusaha menangkap
dirinya, dalam proses inilah dihasilkan suatu dunia. Dengan kata lain,
manusia menemukan dirinya sendiri dalam suatu dunia.
Objektivikasi, yaitu hasil yang telah dicapai baik mental maupun
fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia tersebut. Hasil itu menghasilkan
realitas objektif yang bisa jadi akan menghadapi si penghasil itu sendiri
sebagai suatu faktisitas yang berada di luar dan berlainan dari manusia
yang menghasilkannya. Internalisasi, Proses internalisasi lebih merupakan
penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa
sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial.
Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifkan tersebut akan
ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai
gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi, manusia menjadi hasil
dari masyarakat.6
Jadi untuk menganalisis bagaimana terbentuknya pandangan santri
pondok pesantren mahasiswa al-Jihad terhadap negara Islam Hizbut Tahrir
Indonesia peneliti menggunakan teori konstruksi sosial dari Peter L.
Berger dan Thomas Luckman sebagai pisau analisisnya. Karena Teori
6
44
konstruksi sosial menyatakan bahwa setiap fakta yang hadir di
tengah-tengah masyarakat (realitas sosial) merupakan hasil proses dialektika.
Peter L. Berger dan Thomas Luckman menyatakan terdapat dialektika
antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan
individu.
B. KONSEP NEGARA ISLAM MENURUT BEBERAPA TOKOH
PEMIKIR ISLAM
1. Hasan Al-Banna
Pada dasarnya, pemikiran Hasan al-Banna tentang negara
amat dipengaruhi oleh kondisi sosiopolitik pada saat ia hidup. Yang
mana Umat islam diharapkan dapat melepaskan diri dari
kungkungan barat dan sistem ideologinya. Justru pada kondisi
seperti itulah seharusnya mereka kembali pada nilai-nilai Islam
yang orisinil. Dalam upayanya memahamkan masyarakat bahwa
Islam memberi perhatian pada politik masyarakat, umat dan negara
sebagaimana perhatian pada ibadah; bahwa orang Muslim tidak
dibenarkan hanya menyibukkan diri dengan shalat dan puasa serta
ibadah-ibadah Mahdhah lainnya saja, sementara mengabaikan
urusan umatnya di timur dan barat.7
7
45
Mereka harus kembali pada sitem pemerintahan yang
mampu mengakomodasi nilai fitrah yang mereka miliki, yang
bermula dari watak agama mereka yang juga fitrah. Mendesaknya
kebutuhan akan negara Islam adalah atas beberapa alasan sebagai
beriku:
Pertama, latar belakang intelektual dan relegius dunia Islam
sangat berbeda dengat barat, karnanya pengamat barat dan muslim
yang berorientasi barat sulit sekali menghayati dan mengamati
situasi ini. Dengan demikian, seharusnya konsep Islam mengenai
agama dan pandangan kaum muslimin mengenai politik perlu
dipahami dengan jelas sedini mungkin. Hanya dengan cara inilah
pemahaman yang lebih baik atas pemikiran politik kaum muslim
dapat bekembang. Kedua, generasi muda terdidik di dunia muslim
telah terasingkan dari tradisi budaya dan intrelektual mereka
sendiri. dibawah pengaruh pendidikan barat, mereka menelan
mentah-mentah konsep politik barat tampa sedikitpun
mempertimbangkan tradisi muslim tersebut. 8
Menurut Hasan al-Banna bentuk negara yang ideal adalah
khilafah. Khilafah yang dimaksudkan oleh Hasan al-Banna adalah
suatu bentuk negara yang harus mampu mengoordinasikan seluruh
negara Islam yang ada dibawah komandonya. Polanya adalah
8
46
bahwa negara-negara Islam yang sepakat tersebut bermusyawarah
untuk memilih mediator yang disepakati sebagai pemimpin seluruh
kepentingan umat. Oleh karenanya bentuk negara ideal yang
dimaksudkan oleh beliau adalah negara koordinatif yang berbentuk
khilafah, namun kekuasaan negara bagian masih diperhatikan.
Perlu diketahui bahwa pola kerja khilafah yang dimaksud oleh
beliau adalah sebagaimana yang terjadi pada masyarakat masa
Nabi Muhammad SAW.9 Walaupun untuk mewujudkan khilafah
tidaklah sekaku gerakan lainnya. Beliau bersikap elastis dan
mengatakan bahwa dalam menegakkan khilafah diperlukan
marhalah (tahapan), serta sifatnya bukanlah dengan melakukan revolusi fisik, tetapi dengan terlebih dahulu menghidupkan “api
Islam” dalam seluruh aspek kehidupan manusia.10
Hasan al-Banna mencoba menguraikan prinsip
kenegaraannya tersebut dengan nilai-nilai Islam, karena menurut
al-Banna terbentuknya negara Islam bersumber dari prinsip dasar
ajaran Islam (Al-Quran dan Sunah). Islam adalah negara dan
bangsa atau pemerintahan dan masyarakat, moral dan kekuasaan,
rahmat dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu
pengetahuan dan hukum, kekayaan materi atau kerja dan harta,
jihad dan dakwah atau kekuatan senjata dan konsep. Islam adalah
aqidah yang benar, sebgaimana halnya ia adalah ibadah yang sahih.
9
Ibid, 199.
10