• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL FITHRAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI AL FITHRAH SURABAYA."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

“BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI

AL-FITHRAH SURABAYA”

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

ELIJAH RIZQIYANI NIM. B53213045

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Elijah Rizqiyani (B53213045), Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1) Bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok pesantren Al-Fithroh Surabaya ini dapat meningkatkan motivasi belajar santrinya? 2) Bagaimana hasil yang didapatkan dari kegiatan bimbingan konseling islam yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Fithroh Surabaya dalam meningkatkan motivasi belajar santrinya?

Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif, dan analisa data deskriptif komparatif. Peneliti mencari data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk mengetahui hasil dari bimbingan konseling islam dalam meningkatkan motivasi belajar santri di pondok pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya, peneliti membandingkan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan, peneliti juga membandingkan intensitas motivasi belajar santri sebelum melakukan bimbingan konseling pesantren dengan setelah melakukan bimbingan konseling pesantren.

Penelitian ini menghasilkan data bahwa bimbingan konseling islam bisa meningkatkan motivasi belajar santri pondok pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya dengan cara memberikan semangat, cerita-cerita inspiratif, dan nasehat-nasehat. Dengan menggunakan bimbingan konseling islam, santri yang awalnya tidak memiliki tempat untuk bercerita tentang masalahnya, sekarang memiliki tempat untuk menceritakannya ke konselor tanpa harus malu datang ke ruang BK. Santri merasakan memiliki semangat yang lebih stabil daripada sebelum melakukan konseling pesantren, yang awalnya intensitas motivasi belajarnya rendah dan naik turun.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Konsep ... 4

1. Bimbingan Konseling Islam ... 5

2. Motivasi Belajar ... 7

F. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9

2. Subjek Penelitian ... 10

3. Jenis dan Sumber Data ... 10

4. Tahap-tahap Penelitian ... 11

5. Teknik Pengumpulan Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 16

7. Teknik Keabsahan Data ... 17

G. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam ... 21

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 21

2. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 27

3. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 40

4. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 41

5. Landasan Bimbingan Konseling Islam ... 42

6. Metode dan Teknik Bimbingan Konseling Islam ... 44

B. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar ... 48

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 48

2. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 50

3. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 50

(8)

x

Motivasi Belajar Santri ... 58

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 58

Bab III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 61

1. Deskrepsi Lokasi Penelitian ... 61

a. Profil Pondok Pesantren ... 61

b. Jaminan Mutu Lulusan ... 62

c. Visi dan Misi ... 62

d. Arti Lambang ... 63

e. Program Pendidikan ... 65

f. Struktur Kepengurusan ... 66

g. Tata Tertib Pondok Pesantren ... 74

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78

1. Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 78

a. Team Koordinator ... 80

b. Konselor ... 80

c. Klien ... 82

d. Jadwal Konseling ... 85

e. Proses Bimbingan Konseling ... 87

2. Hasil dari Kegiatan Bimbingan Konseling Islam yang dilakukan di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Santri ... 92

BAB IV: ANALISIS DATA A.Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 95

B.Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 99

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 102

(9)

[image:9.595.135.482.227.566.2]

DAFTAR TABEL

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya zaman kehidupan manusia juga semakin

beragam. Masalah yang dihadapi oleh manusia pada zaman sekarang pun

semakin komplek. Mulai dari masalah kecil hingga masalah besar yang

sama-sama harus diseleseikan. Begitu juga dalam kehidupan santri, seiring

berkembangnya zaman masalah yang dihadapi oleh santri pun semakin

beragam. Santri yang rata-rata adalah manusia dalam tahap remaja dan

dewasa awal ini, seringkali menemukan masalah-masalah yang tidak

diinginkan dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang mereka alami yaitu

masalah motivasi belajar. Mereka kerap kali menemui masalah-masalah yang

membuat motivasi belajarnya menurun. Seperti di Pondok Pesantren Assalafi

Al-Fithrah Surabaya, santri-santrinya kerap menemukan kendala-kendala

dalam motivasi belajarnya.

Sebenarnya setiap harinya di masing-masing kelas para ustadz dan

ustadzah sudah memberikan motivasi belajar kepada santri saat melakukan

kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi motivasi itu dilakukan secara umum

kepada semua santri di kelas itu. Sedangkan setiap santri memiliki cara yang

berbeda-beda dalam meyerap kata-kata motivasi. Ada yang memang cepat

menyerap dan langsung bisa menjalankannya. Tapi ada juga yang

memerlukan beberapa kali kata-kata motivasi itu didengarkan baru bisa

(11)

2

Selain itu ada beberapa hal-hal yang bisa mempengaruhi

menurunnnya motivasi belajar santri. Hal-hal tersebut bisa berasal dari dalam

diri santri maupun luar. Hal-hal tersebut bisa berupa masalah-masalah yang

mereka hadapi. Baik masalah dalam belajarnya maupun masalah lain yang

bisa mempengaruhi belajarnya. Apabila masalah-masalah ini tidak segera

diseleseikan maka akan bisa berpengaruh terhadap motivasi santri dalam

belajar. Dengan adanya masalah tersebut bisa membuat santrinya tidak fokus

dalam belajar. Oleh karenanya masalah-masalah itu harus diseleseikan agar

santri dapat menjalankan rutinitas belajarnya dengan lebih semangat lagi.

Sedangkan dalam menyeleseikan masalah-masalah tersebut tidak bisa

dilakukan ketika berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas.

Macam-macam motivasi santri itu ada dua yakni motivasi instrinsik

dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup ke

dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan santri.

Motivasi ini sering disebut dengan motivasi murni yakni motivasi yang

sebenarnya timbul dari dalam jiwa santri itu sendiri . Sedangkan motivasi

ekstrinsik motif-motif yang aktif dan fungsinya karena adanya rangsangan

dari luar.

Dengan inilah, pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya

berusaha meningkatkan motivasi belajar santrinya melalui motivasi esktrinsik

dengan mengadakan bimbingan konseling islam dengan kegiatan saur manuk.

Kegiatan ini bertujuan untuk membantu santri untuk menyeleseikan

(12)

3

belajarnya maupun masalah-masalah lain yang juga bisa mengganggu

belajarnya.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang dilatarbelakangi oleh hal-hal diatas tadi, bisa

diambil rumusan masalah seperti berikut :

1. Bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok

pesantren Al-Fithrah Surabaya ini dapat meningkatkan motivasi belajar

santrinya?

2. Bagaimana hasil yang didapatkan dari bimbingan konseling islam yang

dilaksanakan di pondok pesantren Al-Fithrah Surabaya dalam

meningkatkan motivasi belajar santrinya?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang diungkapkan diatas, peneliti memiliki

beberapa tujuan yang akan dicapai dengan penelitian ini, yakni sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui kegiatan bimbingan konseling islam ini bisa

meningkatkan motivasi belajar santri pondok pesantren As-Salafi

Al-Fithrah Surabaya.

2. Untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari bimbingan konseling islam

yang diadakan di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya dalam

(13)

4

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan bisa menghasilkan

manfaat- manfaat sebagai berikut :

1. Sebagai Teoritis

a. Memberikan wawasan bagi calon-calon konselor lain khususnya yang

berada di pesantren dan semua kalangan pada umumnya tentang

bimbingan konseling islam dalam meningkatkan motivasi belajar santri

di pondok pesantren.

b. Sebagai sumber informasi dalam referensi tentang kegiatan bimbingan

konseling islam yang dilakukan di pesantren dalam meningkatkan

motivasi belajar santrinya.

2. Secara Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepada santri dalam

meningkatkan motivasi belajarnya.

b. Bagi konselor, penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat

sebagai acuan pelaksanaan kegiatan konseling pesantren dalam

meningkatkan motivasi belajar santrinya.

E. Definisi Konsep

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikan dan

interprestasi, maka penulis akan menegaskan kembali dan memperjelas

mengenai judul “Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya” dengan

(14)

5

1. Bimbingan Konseling Islam

Menurut Ahmad Mubarak, Bimbingan dan Konseling Islam adalah

usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang

sedang mengalami kesulitan lahir dan batin menjalankan tugas-tugas

hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan

membangkitkan kekuatan getaran batin (Iman) didalam dirinya untuk

mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan Syaiful

Akhyar Lubis menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam

merupakan layanan bantuan konselor kepada klien atau konseli untuk

menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam memahami dan

menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih

alternatif tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup didunia

maupun diakhirat dibawah naungan ridha dan kasih sayang Allah.2

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

konseling islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan

berupa bimbingan kepada individu yag membutuhkan untuk

menyeleseikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat

mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta

dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar

secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rosul, sehingga

mendapatkan petunjuk Allah dalam hidupnya.

2

(15)

6

Dalam penelitian ini, bimbingan konseling islam yang dimaksud

adalah yang dilakukan dalam kegiatan Saur Manuk. Kegiatan Saur Manuk

adalah kegiatan konseling dimana pihak pondok pesantren mendatangkan

konselor ke setiap kamar yang ada di pondok pesantren ini. Adapun setiap

kamar didatangkan dua konselor dimana santri disini boleh curhat apapun

kepada konselor tersebut.

Adapun pengertian kata “saur manuk” adalah “saur” yang berarti bersahutan dan “manuk” yang berarti burung. Dari sini diambil pengertian bahwa “saur manuk” adalah pembicaraan tanpa arah dan tanpa aturan seperti burung yang saling bersahutan.3 Sedangkan pengertian dari “saur

manuk” menurut buku panduan bimbingan konseling “saur manuk”

pondok pesantren Assaalafi Al-Fithrah Suarabaya adalah “saur” berarti Integrasi ,dan “manuk” yang berarti interkoneksi. Dengan ini, diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini akan terjadi hubungan

integrasi-interkoneksi antara konselor dan konseli (santri) di pondok pesantren

Assalafi Al-Fithrah Surabaya.4

Kegiatan ini dibentuk karena keadaan konseling di pondok ini yang

masih tabu bagi santri-santrinya. Mereka masih menganggap bahwa

konselor adalah polisi pondok sedang kegiatan konseling adalah kegiatan

persidangan. Untuk menghilangkan pemikiran seperti itu pihak pesantren

menggunakan sistem “jemput bola” yakni dengan mendatangkan konselor

3

Adiwimarta, Kamus Ungkapan Bahasa Jawa Sri Sukesi, ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), hal.120.

4

(16)

7

ke setiap kamarnya yang disebut dengan kegiatan konseling pesantren

“saur manuk” itu. Konseling Saur Manuk ini meggunakan teknik

konseling direct (langsung). Dalam teknik konseling ini konselor lah yang

lebih aktif dalam menyeleseikan masalah konselinya. Konseli bersifat

menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.5

2. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting

dalam setiap aspek kehidupan manusia, demikian juga para peserta didik

akan melakukan sesuatu bilamana berguna bagi mereka untuk

melakukan tugas-tugas pekerjaan sekolah. Dalam proses belajar

motivasi juga diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai

motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin akan melakukan aktifitas

belajar. Hal ini merupakan bukti bahwa sesuatu yang akan

dikerjakan tidak menyentuh kebutuhannya. Secara etimologi kata

motivasi artinya; sebab-sebab yang menjadi dorongan; tindakan

seseorang.6

Dalam Islam istilah motif, diartikan dengan “niatan atau

niat” (innamal ‘amalubinniat artinya sesungguhnya perbuatan tergantung pada niat). Jadi “niat”kira-kira seperti dengan motivasi,

yaitu kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindakan tertentu.

5

Prof. Dr. Sofyan S. Willis, Konseling Individual,(Bandung : Alfabeta, 1999), hal 63

6

(17)

8

Ada beberapa ahli yang memberikan definisi untuk

menggambarkan gambaran yang jelas mengenai motivasi yang

dikemukakan di bawah ini:

1) S. Nasution motivasi adalah usaha untuk menyediakan

kondisi-kondisi sehingga anak itu mau dan ingin melakukan sesuatu.

2) M. Ngalim Purwanto mengemukakan motivasi adalah segala

sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan

sesuatu.7

Sedangkan belajar adalah modifikasi atau memperteguh

kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar

bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan.8

Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang di

lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan.

Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi

semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang

memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan

bertahan lama.

7

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 2

8

(18)

9

Dengan demikian motivasi belajar adalah sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang

menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki peserta didik tercapai.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam melakukan

sebuah penelitian. Karena dengan metode penelitian inilah peneliti bisa

mendapatkan data-data yang mendukung penelitiannya. Metode penelitian

adalah cara yang dilakukan untuk menemukan atau menggali sesuatu yang

telah ada, untuk kemudian diuji kebenarannya yang mungkin masih

diragukan.9 Dengan Penelitian tersebut, peneliti berharap bisa menemukan,

mengembangkan, menggali serta menguji kebenaran. Adapun dalam penelitian

ini, peneliti ini menggunakan metode antara lain:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan

masalah yang diteliti disini adalah masalah yang bersifat kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan

yang tidak dicapai dengan statistik atau angka.10Melalui pendekatan

kualitatif ini, diharapkan terangkat gambaran aktualitas, realitas sosial dan

persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal.

9

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal. 120

10

(19)

10

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian

deskriptif adalah penelitian yang mempunyai tujuan

menggambarkan,meringkaskan berbagai kondisi, atau berbagai variable

yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Sasaran penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah santri

As-Salafi Al-Fithrah yang berlokasi di Kedinding Lor Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka jenis data yang

digunakan adalah data yang bersifat non statistik, dimana nantiya data

yang diperoleh adalah dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk

angka.

Data-data yang akan dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini

adalah :

1) Data primer yaitu data yang diambil langsung dari sumber pertama di

lapangan. Dimana data ini mengenai faktor-faktor, macam-macam

perilaku negatif klien, dampak, pelaksanaan proses dan hasil akhir

pelaksanaan konseling dan lain-lain.

2) Data sekunder yaitu data uang diambil dari sumber kedua atau

berbagai sumber guna melengkapi data primer.11

b. Sumber Data

11

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format-Format Kualitatif dan Kuantitatif,

(20)

11

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh. Adapun

sumber datanya adalah :

1) Sumber data primer :

a) Santri (klien)

Yang dimaksud adalah mereka yang menimba ilmu di

Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

b) Ustadz (konselor)

Yang dimaksud adalah mereka yang menjadi konselor dalam

kegiatan konseling pesantren yang diadakan di pondok pesantren

As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

2) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari

dokumen-dokumen yang bersangkutan dengan kegiatan konseling di

pondok pesantren ini, seperti absensi kegiatan konseling dan

catatan-catatan konseling.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan dalam penelitian yang harus

ditempuh oleh peneliti yakni sebagai berikut :

a. Tahap Pra Lapangan

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Untuk dapat menyusun rancangan penelitian, maka terlebih

dahulu memahami fenomena yang bersangkutan dengan motivasi

(21)

12

akan fenomena tersebut maka peneliti membuat latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan

membuat rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Setelah membaca fenomena yang ada di lapangan menyangkut

tentang motivasi belajar, maka saatnya peneliti menentukan lapangan

penelitian yakni di Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

3) Memilih dan Memanfaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang penelitian

tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah santri dan ustadzah

yang ada di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Peneliti menyiapkan pedoman wawancara, alat tulis, map,

buku, dan semua yang berhubungan dengan tujuan untuk

mendapatkan deskripsi data lapangan.

5) Persoalan Etika Penelitian

Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut hubungan

baik antara peneliti dengan subjek penelitian, baik secara

perseorangan maupun kelompok. Peneliti harus mampu memahami

kebudayaan ataupun bahasa yang digunakan, kemudian untuk

(22)

13

dalam lingkungan latar penelitinya.12 Karena penelitian ini dilakukan

di pondok pesantren, peneliti harus bisa memahami nilai-nilai dan

budaya-budaya yang ada di pesantren.

b. Tahapan Pekerjaan Lapangan

1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri

Untuk memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar

belakang penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan

penampilan dengan kebiasaan dari tempat penelitian yang akan dia

teliti, selain itu peneliti juga harus mempersiapkan fisik maupun

mental juga diperlukan agar penelitian berjalan dengan lancar dan

efektif. Seperti dalam penelitian ini, latar belakang yang akan diteliti

oleh peneliti adalah pondok pesantren, maka peneliti juga harus

memahami nilai-nilai yang ada di pondok pesantren yakni dengan

menyesuaikan pakaian yang lebih sopan, bersikap sopan dan lebih

santun.

2) Memasuki Lapangan

Dalam memasuki lapangan, seorang peneliti menciptakan

hubungan antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti dengan

sangat baik. Sehingga antara peneliti dengan objeknya sudah seperti

melebur, seolah-olah sudah tidak ada lagi dinding pemisah diantara

keduanya. Selain itu penyesuaian bahasa juga diperlukan, karena

dalam menumbuhkan hubungan yang erat dibutuhkan bahasa yang

12

(23)

14

mudah dipahami oleh keduanya. Sehingga komunikasi yang peneliti

dan ojeknya jalani bisa berjalan dengan baik. Dalam tahap ini peneliti

mendekati santri dan ustadzah yang ada di pondok pesantren As-Salafi

Al-Fithrah Surabaya dengan cara sering bermain ke kamar-kamar

santri dan berbincang dengan mereka dan juga bermain ke kamar

ustadzahnya agar semakin dekat.

3) Berperan serta sambil mengumpulkan data

Dalam tahap ini, peneliti mulai memperhatikan waktu, tenaga,

biaya, serta pembuatan field notes. Field notes atau catatan lapangan

dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara

atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Dalam pengumpulan data,

peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti : dokumen,

foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan sumber bagi peneliti.

Dalam tahap ini, peneliti juga ikut berpartisipasi dalam mengikuti

kegiatan konseling pesantren beberapa kali. Dimana peneliti juga ikut

menjadi konselor dan berkesempatan masuk kamar untuk bersentuhan

langsung dengan santri dalam kegiatan konseling pesantren ini.

c. Tahap Analisis Data

Suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Peneliti menganailisis data yang

dilakukan dalam suatu proses yang berarti pelaksanaannya sudah mulai

dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara

(24)

15

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik- teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Metode wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber.13 Teknik ini

digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari narasumber

tentang bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok

pesantren As-Salafi Al-Fithrah bisa meningkatkan motivasi belajar

santrinya. Narasumber dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti

disini yakni santri dan ustadzah yang menjadi konselor dalam kegiatan

bimbingan konseling islam di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah

Surabaya.

b. Observasi

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.14 Metode ini digunakan

untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum pelaksanaan

kegiatan bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok pesantren

As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang telah berlalu.

Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monument

13

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal. 145

14

(25)

16

dari seseorang. Dokumen yang berbentu tulisan misalnya: catatan harian,

sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya : foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.15

Dalam penelitian ini, dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti yakni

berupa absensi kegiatan bimbingan konseling islam baik absensi santri

maupun absensi ustadzahnya, catatan kegiatan bimbingan konseling

islam.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi

satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada oranglain. 16

Analisis yang dilakukan adalah analisis non statistik, yaitu analisis

deskriptif kualitatif. Karena data yang diwujudkan dalam penelitian ini

bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian

deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan

deskriptif komperatif. Dalam analisis data di penelitian ini, peneliti

menganalisis hasil dan menganalisis proses. Yaitu dengan membandingkan

teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, dan membandingkan

keadaan sebelum santri melakukan bimbingan konseling islam dengan

15

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2009) hal.240

16

(26)

17

sesudah melakukan bimbingan konseling islam dalam masalah motivasi

belajarnya.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya langsung menganalisa

data di lapangan untuk menghindari kesalahan-kesalahan. Maka untuk

mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian, peneliti harus mengetahui

tingkat keabsahan data, antara lain :

a) Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri relevan

dengan persoalan atai isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan

diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

b) Triangulasi

Triangulasi adalah penggunaan beberapa metode dan sumber data

dalam pengumpulan data untuk menganalisis suatu fenomena yang saling

berkaitan dari perspektif yang berbeda. 17 Dan juga teknik pemeriksaan

yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori

serta untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak

konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik

triangulasi dalam mengumpulkan data, maka data yang diperoleh akan

lebih konsisten, tuntas, dan pasti.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan triangulasi dengan

perbandingan sumber dan teori, melakukan pengecekan antar data-data

17

(27)

18

yang didapat dari observasi, wawancara dan juga dokumentasi yang ada,

dengan dua cara :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan santri dengan apa yang dikatakan

oleh ustadzah.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang yang disekitar objek

peneliti dengan objek itu sendiri.

4. Membandingkan hasil suatu wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

c) Kecukupan referensial

Kecukupan referensial sebagai alat menampung dan

menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.

G.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami keseluruhan isi dari skripsi ini,

maka perlu disusun secara sistematik sehingga menunjukkan totalitas yang

utuh dalam pembahasan penelitian ini. Adapun sistematika pembahasannya

yakni sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Terdiri dari : judul penelitian, persetujuan pembimbing, peryataan

otensitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.

(28)

19

Bab I. Pedahuluan. Dalam bab ini membahas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian konsep, metode

penelitian, serta sistematis pemahaman.

Bab II. Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini membahas tentang kajian teoritik

yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang

dikaji dalam penelitian ini, pembahasannya meliputi : 1. Bimbingan

konseling, terdiri dari : pengertian bimbingan konseling islam, unsur-unsur

bimbingan konseling islam. 2. Konseling pesantren, yakni menjelaskan

kegiatan yang dilakukan dalam melakukan konseling pesantren di pondok

pesantren Al-Fithrah. 3. Motivasi belajar, terdiri dari pengertian motivasi

dan pengertian belajar, teori motivasi dan teori belajar, faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar, cara menggerakan motivasi belajar.

Bab III. Penyajian data, didalam penyajian data meliputi : Deskripsi lokasi

penelitian yakni mendeskrepsikan lembaga pondok pesantren As-Salafi

Al-Fithrah. Deskripsi obyek penelitian, meliputi : deskripsi konselor,deskripsi

klien, deskripsi masalah dan selanjutnya yaitu tentang deskripsi hasil

penelitian yang berisi : deskripsi proses pelaksanaan bimbingan konseling

islam melalui konseling pesantren untuk meningkatkan motivasi belajar

santri PP As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.

Bab VI. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terdiri antara :

analisis tentang motivasi belajar analisis tentang pelaksanaan bimbingan

konseling islam denga konseling pesantren dalam meningkatkan motivasi

(29)

20

Bab V. Penutup, didalam penutup terdapat dua poin : kesimpulan dan saran.

3. Bagian Akhir

Dalam bagian akhir ini berisi tentang Daftar Pustaka,

(30)

21 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Istilah bimbingan merupakan alih bahasa dari istilah inggris

guidance. Dalam kamus bahasa inggris guidance dikaitkan dengan kata asal

guide, yang artinya sebagai berikut; menunjukan jalan (showing the way),

memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving

instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan

nasehat (giving advice).18

Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari

pendidikan dan program ini ditunjukan untuk membantu mengoptimalkan

perkembangan siswa. Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program

atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan

pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan

rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya

sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan

pendidikan lainnya.19

Secara garis besar, bimbingan dapat dimaknai sebagai proses

bantuan yang bertujuan membantu individu membuat keputusan penting

dalam hidupnya yang biasanya terjadi pada seting pendidikan atau

18 Ws. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hal. 65.

(31)

22

persekolahan. Bimbingan lebih bersifat preventife (pencegahan) yaitu

bantuan yang dilakukan untuk membantu individu dalam beradaptasi dan

menccapai proses perkembangannya baik secara pribadi, intelektual, sosial,

emosi, dan karirnya.20

Pengertian bimbingan menurut para ahli sebagai berikut :

1) Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai “suatu proses

pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara

berkesinambungan, supaya siswa tersebut dapat memahami dirinya

sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara

wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,

masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan

dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan

yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. 21

2) Prayitno dan Erman Anti mengemukakan bahwa bimbingan adalah

proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada

seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun

dewasa. Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan

kemampuan dirinya sendiri dan madiri dengan memanfaatkan kekuatan

individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan

norma-norma yang berlaku.22

20 Dra. Gantina Komalasari, M. Psi, dkk, Teori dan teknik konseling, (Jakarta Barat : PT Indeks,2011), hal. 15.

21 Prof Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,( Bandung : Rizqi Press, 2015), hal. 38.

(32)

23

3) Kartini Kartono memberikan batasan pengertian bimbingan sebagai

bantuan yang diberikan kepada individu agar ia memahami

kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahan serta mempergunakan

pengetahuan tersebut secara efektif dalam menghadapi dan mengatasi

masalah-masalah hidup secara bertanggung jawab.23

4) Jones, Staffire dan Stewart menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan

yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan

penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas

prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk

memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak oranglain.

Kemampuan dalam menentukan pilihan tidak diwariskan dari orangtua

akan tetapi dikembangkan.

Selanjutnya pengertian konseling menurut istilah yaitu konseling

berasal dari bahasa latin yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau

“bicara bersama” yang dirangkai “menerima” atau “memahami”. Pengertian

bicara bersama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang

atau beberapa klien. Sedangkan dalam bahasa Anglo-saxon, istilah

konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “

menyampaikan”.24 Sebagaimana konseling merupakan salah satu teknik inti

atau kunci dalam memberikan bimbingan kepada seorang yang dibimbing.25

23 Dra. Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaanya(Jakarta : CV Rajawali, 1985,cet.I), hal. 99.

24 Erman Amti. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hal.99-100.

(33)

24

Rogers mengartikan konseling adalah keterampilan untuk membantu

klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta,

dapat mengambil keputusan dan aktualisasi.26

Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses

berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara

seseorang dengan seseorang, dimana seorang konseler yang memiliki

kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan

psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan

kebutuhan klien tersebut, dalam hubungannya dengan keseluruhan program

ketenangan, supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri,

belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk

realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia

dan lebih produktif.27

Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh

seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami

suatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah

yang sedang dihadapi oleh klien. Sejalan dengan itu, Winkel mendifinisikan

bahwa konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan

dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien

dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau

26 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling,(Jakarta: Kencana,2011),hal. 2

(34)

25

masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh

konseli/klien.28

Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para tokoh

konseling diatas, dalam pemaparannya tidak jauh beda, yang intinya bahwa

konseling itu merupakan suatu proses bantuan yang dilakukan antar pribadi

dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan

suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang

dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi. Konseling merupakan pemberian

nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pilihan.

Setelah menguraikan definisi dari bimbingan dan konseling menurut

para ahli, penulis menguraikan bimbingan konseling ditinjau dari perspektif

islam.

Menurut Hamdani Bakran bimbingan konseling islam adalah suatu

aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu

yang meminta bimbingan (konseli) dalam hal bagaimana seharusnya

seorang konseli dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya,

keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup

dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma

kepada Al-Qur’an dan As-Sunah Rosululloh SAW.29

Menurut Ahmad Mubarok, bimbingan konseling islam adalah usaha

pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang

28 Drs. Anas Salahudin,M.Pd, Bimbingan dan Konseling,(Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), hal. 15.

(35)

26

mengalami kesulitan dahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas

hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan

membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorong

mengatasi masalah yang sedang ia hadapi.30

Dalam bukunya, Tohari Musnawar mendefinisikan bimbingan

konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar

menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya

hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Sehingga dapat

mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.31

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

konseling islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa

bimbingan kepada individu yag membutuhkan untuk menyeleseikan

masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal

fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika

hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan

Sunnah Rosul, sehingga mendapatkan petunjuk Allah dalam hidupnya.

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan konseling islam memiliki asas-asas yang berladaskan

Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yakni sebagai berikut :

30 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4

(36)

27

a. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat

Bimbingan konseling pesantren tujuan akhirnya adalah membantu

klien atau konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan

hidup yang didambakan setiap muslim khususnya santri. Seperti yang

dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah, ayat 201 :

ۡ ݜقمقو

ݗُݟ

ۡ

ݚ܅م

ۡ

ُۡظݠُݐقي

ۡ

ۡ ܛقݜ܅بقر

ۡ

ܛقݜقتاقء

ۡ

ۡقف

ۡٱ

ۡ ن܆د

ܛقي

ۡ

ۡمܟقݜ قسقح

ۡ

ۡقفقو

ۡٱ

ٓ

ۡقةقܱقخ

ۡ

ۡمܟقݜ قسقح

ۡ

ܛقݜقققو

ۡ

ۡقباقܰقع

ۡ

ٱ

ۡقرܛ܅ن

ۡ

١

ۡ

Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".32

Kebahagiaan hidup di dunia bagi santri adalah hanya merupakan

kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang

menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan

kebahagiaan abadi yang amat banyak.

Oleh karena itu kebahagiaan dunia dan akhirat dapat menjadikan

seseorang santri mencapai keseimbangan hidup.

b. Asas fitrah

Bimbingan dan konseling islami merupakan bantuan kepada klien

untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala

gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.

Asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum, ayat 30 :

(37)

28

ۡ ݗقق

ق

ܕقف

ۡ

ۡ جقو

ۡمݍيقݜقحۡ قݚيقكلق ۡ قݑقݟ

ۡ ܛۡ

ۡ ݁قف

ۡ قتقܱ

ٱ

ۡق ܅َ

ٱ

ۡ قܱ ق݁ق ۡ قِ

܅ل

ٱ

ۡ يقݖقعۡ قسܛ܅ن

ۡ ܛقݟ

ۡ

ۡ ܞق ۡ

َ

ق

ۡ قليقܯ

ۡ ݖق قِ

ۡقݎ

ٱ

ۡ ق܅َ

ۡۡ

قذ

ۡ قݑق

ٱ

ۡ ُݚيقكد

ٱۡ ل

ۡ قلقوُۡݗقكيقݐ

ۡ

ق

ثۡ ܅ݚقك

ۡق قَ

ٱ

ۡ عقيۡ

َۡ قسܛ܅ن

ق

ۡقنݠُݙقݖ

ۡ

ۡ

ۡ

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.33

Manusia, menurut islam dilahirkan dalam atau dengan membawa

fitrah yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan keccenderungan

sebagai muslim atau beragama islam. Bimbingan dan konseling

membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu atau

mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat serta

menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai

dengan fitrahnya itu.

Jadi dengan mengenal dan memahami fitrahnya, manusia akan

mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

c. Asaas “Lillahi Ta’ala

Bimbingan konseling islami dilakukan semata-mata hanya karena

Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya

dengan penuh kekhlasan, tanpa pamrih. Sementara konseli atau yang

dibimbing pun senantiasa menerima dan meminta bimbingan atau

konseling dengan ikhlas dan rela,karena semua pihak merasa bahwa

(38)

29

semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah

semata, sesuai dengan fungsi dam tugasnya sebagai makhluk Allah yang

harus senantiasa mengabdi pada-Nya. Asas ini dijelaskan dalam

Al-Qur’an surat Al-An’am, ayat 162 :

ۡ لُق

ۡ

ۡ قمقوۡ قِ ُس

ُنقوۡ قِ قَ قصۡ܅نقإ

ۡ قكبقرۡق ܅ قَۡ قِܛقݙق قوۡ قيܛقي

ٱۡ ل

ۡ ق

ۡ قنقݙقݖ

٢

ۡ

ۡ

Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.34

Jadi dalam membantu seseorang, haruslah suka rela, tidak pamrih

kepada oranglain. Sehingga bantuannya dapat berjalan dengan lancar.

d. Asas bimbingan seumur hidup

Setiap manusia yang hidup, pasti memiliki masalah entah kecil

maupun besar. Masalah ini tidak akan berhenti sebelum manusia itu mati.

Untuk itu bimbingan dan konseling islam dibutuhkan selama seumur

hidup.

Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari komponen

pendidikan. Oleh karena itu, pemberian layanan bimbingan dan

konseling dilakukan sepanjang hidup manusia.

e. Asas keseimbangan ruhaniyah

Dalam rohani manusia, terdapat daya kemampuan berfikir,

merasakan, kehendak hawa nafsu dan juga akal. Rohani manusia

memiliki unsur daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan

(39)

30

kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan

sisi lain kemampuan fundamental potensial untuk :

1) Mengetahui (mendengar).

2) Memperhatikan atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau

dukungan pikiran).

3) Menghayati )hati atau af’idah, dengan dukungan kalbu dan akal(.

Konseli diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu

diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu difikirkannya,

sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak

juga menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu

dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis

yang jernih diperoleh keyakinan tersebut. Firman Allah (Q.S. Al-A’raf:

179) :

ۡ ܯقݐقلقو

ۡ

ۡ

أقرقم

ۡميقث

قكۡقݗ܅ݜقݟق قِۡܛقن

ۡ قݚقكمۡا

ٱ

ۡق

ِ

ۡقوۡ قكݚ

ٱ

ۡق

ل

ۡ قۖن

ۡ

ۡ ݗُݟق

ۡ

ۡ بݠُݖُق

ۡ

ۡ ݍقيۡ

َ

܅

ۡ ݗُݟق قوۡܛقݟقبۡ قنݠُݟقݐ

ۡ

ۡ

ق

ث

ۡ ُن

ۡ

ۡ ܞُيۡ

َ

܅

ۡ ݗُݟق قوۡܛقݟقبۡ قنوُ قِ

ۡ

ۡ ناقماقء

ۡ

ۡ سقيۡ

َ

܅

ۡ ܛقݟقبۡ قنݠُعقݙ

ۡ

ۡ قلْو

ُ

ث

ۡقكۡ قݑقئ

ٱ

ۡ

ق

ل

ۡ ن

ۡ ق

ۡ لقبۡ قݗ

ۡ

ۡ ݗُه

ۡ

ۡقض

ق

ث

ۡ ܆لۡ

ۡ قلْو

ُ

ث

ُۡݗُهۡ قݑقئ

ٱۡ ل

ۡ ق

ۡقنݠُݖقݍ

٩

ۡ

Artinya :Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.35

35

(40)

31

f. Asas kemaujudan individu

Dalam Bimbingan dan konseling islam, berlangsung pada citra

manusia menurut islam, memandang seseorang individu merupakan

suatu maujud (eksestensi) tersendiri. Individu mempunyai hak,

mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai

kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan

fundamental potensial rohaniahnya.36

Mengenai perbedaan individu antara lain dapat dipahami pada

firman Allah (Q.S. Al-Kahfi: 29).

ۡ قل

ُققو

ٱ

ۡق

ل

ۡ ݗُكقكب܅رۡݚقمۡ ܆ݎ

ۡ

ۡ ܛقشۡ ݚقݙق

ۡ ݖقفۡ قء

ۡ ܖُي

ۡ ܛ قشۡ ݚقمقوۡ ݚقم

ۡ ݖقفۡ قء

ۡ كقي

ۡ ُܱݍ

ۡ

ۡ ܛ܅نقإ

ۡ

ۡ

ق

ث

ۡ ܯقܢ

ۡܛقن

ۡ ܅ ݖق

ۡقنۡ قنقݙقݖ

ۡ ݗقݟقبۡ قطܛقح

ق

ثۡاًرܛ

ۡ

ۡ ܛقݟُ قلاق ُُ

ۡ

ۡ سقيۡنِ

ۡ ܛقݙقبۡ

ْاݠُثܛقغُيْۡاݠُثيقغقܢ

ۡلءۡ

ۡقك

ٱۡ

ۡ ݟُݙ

ۡ شقيۡ قل

ۡيقݠ

ٱۡ

ۡ قهݠُجُݠ

ۡ

ۡ ئقب

ۡ قۖ

ٱ

ۡ ܛقسقوۡ ُباق ܅َ

ۡ تقء

ۡ

ۡ ُܱ

ܛًݐقݍق

ۡ

٩

ۡ

Artinya: dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.37

g. Asas sosialitas manusia

Seperti yang kita tahu, Manusia merupakan makhluk social. Hal

ini di akui dan diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islami.

Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, merupakan aspek-aspek yang

36 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Daristy, 2006), hal. 27-28.

37

(41)

32

diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islami. Dalam bimbingan

dan konseling Islami, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan

hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.

Dalam bimbingan dan konseling islami yang kami kutib,

sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu (jadi

bukan komunisme); hak individu juga diakui dalam batas tanggung

jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme, dan masih pula ada hak “alam”

yang harus dipenuhi manusia (prinsip ekosistem), begitu pula hak tuhan.

Dalam Firman Allah Swt mengenai asas sosialitas manusia,

dalam (Q.S. An-Nisa: 1) :

ۡ قي

ۡܛقݟ܆ي

أ

ق

ٱ

ۡ ُسܛ܅ن

ٱ

ۡ ُݗُك܅بقرْۡاݠُݐ܅

ٱ

ۡ ݍ܅نۡݚقكمۡ ݗُكقݐقݖقخۡ يق

َ

܅

ۡ لۖ

ۡۡ قو

ۡلةقܯقح

ۡ

ۡ ݜقمۡ قݎقݖقخقو

ۡܛقݟ

ۡ وقز

ۡ ݜقمۡ ܅ܣقبقوۡ ܛقݟقج

ۡ

م

َܛقجقرۡ ܛقݙُݟ

ۡميقث

قكۡ

ۡ ܛ قسقنقوۡ ا

ۡ مء

ۡۡقو

ٱ

ۡ ْاݠُݐ܅

ٱ

ۡق ܅َ

ۡٱ

ۡ ܛ قسقتۡ يق

َ

܅

ۡقݝقبۡ قنݠ

ُ قء

ۦۡ

ۡقوٱ

ۡ

ق

ل

ۡ ر

ۡ قعܛقح

ۡ

ۡ܅نقإ

ٱ

ۡ يقݖقعۡقن قَۡق ܅َ

ۡ ݗُك

ۡ

ۡمܞيق قر

ۡܛۡ

ۡ

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.38

h. Asas kekhalifahan manusia

Allah menciptakan manusia di dunia ini sebagai khalifah yang

harus bisa menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk

orang lain. Tuhan menganugerahkan kekuatan besar kepada manusia

berupa akal yang tajam, cita-cita yang tinggi, kemauan yang keras,

38

(42)

33

kesanggupan yang luar biasa.39 Sebagai khalifah, manusia harus

memelihara keseimbangan, sebab problem-problem kehidupan kerap kali

muncul dari ketidak seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia itu

sendiri. Mengenai asas kekhalifahan manusia dalam Firman Allah (Q.S.

Ar-Ra’ad:11(:

ُۡ

ق

ل

ۥۡ

ۡ قبقكݐقعُم

ۡ ܠ

ۡ

ۡ ݚقكم

ۡ

ۡق نقب

ۡ يقܯقيۡ

ۡ ݚقمقوۡقݝ

ۡ

ۡ ݖقخ

ۡقݝقݍ

ۦۡ

ۡ قي

ُۡݝقنݠ ُ݄قݍ

ۥۡ

ۡ ݚقم

ۡ

ۡ

ق

ث

ۡقܱ

ٱ

ۡهق܅َ

ۡ

ۡ ܅نقإ

ٱ

ۡ

َۡق ܅َ

ق

ۡ ݠقݐقبۡܛقمُۡ قكيقغُي

ۡ ܅ِقحۡفم

ۡ

ۡه ݗقݟقسُݍن

ق

ܕقبۡܛقمۡ

ْاوُ قكيقغُي

ۡ

ۡ اقمِ

ۡ

ۡقلاقر

ق

ث

ٱ

ۡ ݠقݐقبُۡ ܅َ

ۡلمۡ

ۡ ݠُس

ۡمء

ُۡ

ق

لۡ܅لقܱق ۡ قَقفۡا

ۡ ۥۡ

ۡݚقكمۡݗُݟق ۡܛقمقو

ۡقݝقنوُل

ۦۡ

ۡ فظاقوۡݚقم

١

ۡ

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.40

Kedudukan Manusia seagai kholifah itu dalam keseimbangan

dengan kedudukanya sebagai makhluk Allah yang harus mengabdi

pada-Nya, dengan demikian juka memiliki kedudukan tidak akan

memperturutkan hawa nafsu semata.41

i. Asas keselarasan dan keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,

keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Allah menginginkan

manusia berlaku adil terhadap diri sendiri, alam semesta, dan juga kepada

39 Fachruddin HS. Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hal. 18-21

40

Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 250.

(43)

34

Allah SWT. Mengenai asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al

-Hadid ayat 25 :

ۡ ي܅ݍق ۡ ܅ݗُ

ۡ

ق قَۡܛقݜ

ۡ

ۡ قثاقء

ۡقوۡ ܛقݜقݖُسُܱقبۡ ݗقهقܱ

ۡ ي܅ݍق

ۡ قَيقعقبۡ ܛقݜ

ٱۡ ب

ۡ ܱق ۡ قݚ

ۡ يق اقءقوۡ قݗقي

ۡ قن

ۡ ُݝ

ٱ

ۡق

ل

ۡ قليقي

ۡ

ۡ ݖقعقجقو

ۡ قبݠ

ُݖُقۡ قفۡܛقݜ

ٱ

ۡ قݚيق

َ

܅

ٱ

ۡ

ثقرُۡهݠُعقܞ܅

ۡمܟقف

ۡ

ۡق حقرقو

ۡ مܟۡ

ۡ هقرقو

ۡ ًܟ܅يقنܛقܞ

ٱۡ ب

ۡ ܞقܢقكۡܛقمۡܛقهݠُعقܯقܢ

ۡ قن

ۡܛقݟ

ۡ يقݖقع

ۡ ݗقݟ

ۡ

ۡ

َقإ

܅

ٱۡ ب

ۡ ܛقغقܢ

ۡ ضقرۡقء

ۡ قو

ۡ قن

ٱ

ۡ ݠقعقرۡܛقݙق ۡق ܅َ

ۡقي قَقرۡ ܅ݎقحۡܛقه

ۡ ܛقݟقܢ

ۡ

ۡ قط

ق฀ ฀

ۡ يقتا

ۡܛقݜ

ٱ

ْۡاݠُݜقماقءۡ قݚيق

َ

܅

ۡ ݜقم

ۡ ݗُݟ

ۡ

ۡ ج

ق

ث

ۡ ݗُهقܱ

ۡ

ۡ يقث

قكقو

ۡ

ۡ ݜقكم

ۡ ݗُݟ

ۡۡ قف

ۡقنݠُݐقس

٧

ۡ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.42

j. Asas pembinaan akhlakul karimah

Salah satu tujuan dari Bimbingan dan Konseling Islam adalah

menjadikan Konseli menjadi seorang yang berakhlak karimah, dengan

memperbaiki perilaku-perilaku yang kurang baik, menyempurnakannya

menjadi perilaku yang baik dan sesuai dengan ajaran agama islam dan

adat-istiadat setempat. Dalam hal ini Bimbingan dan konseling Islami

membantu konseli atau yang dibimbing memelihara, mengembangkan

sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah di utus

oleh Allah SWT. Q.S. Al-Ahzab: 32.

ۡ قي

ۡ ܛ قسقن

ۡقء

ٱ

ۡ سق ۡ قك قب܅ن

ۡلܯقح

ق

ܕقكۡ ܅ ُُ

ۡ

ۡ قݚقكم

ٱ

ۡ ܛ قسقكنل

ۡقنقإۡقء

ٱ

ۡ يقݐ܅

ۡ ܅ ُُ

ۡ

ۡ

ق

تۡ قَقف

ۡ ع قض

ۡقبۡ قݚ

ٱۡ ل

ۡ ݠقݐ

ۡ ݁قيق ۡقظ

ۡق݅قݙ

ٱ

ۡقفۡيق

َ

܅

ۡ ݖققۡ

ۡقݝقܞ

ۦۡ

ۡ ضقܱق

ۡ

ۡ ݖُققو

ۡ ݠققۡ قݚ

ۡ

م

َ

ۡ ع܅مۡ

ۡمفوُܱ

ۡܛ

ۡ

(44)

35

Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.43

Sifat kepribadian yang baik (akhlak yang mulia) dari seorang

pembimbing diperlukan seorang pembimbing untuk menunjang

keberhasilannya melakukan bimbingan konseling islami.44 Sifat-sifat

yang baik itu diantaranya adalah: Siddiq (mencintai dan membenarkan

kebenaran),amanah (bisa dipercaya), tabligh (mau menyampaikan apa

yang layak disampaikan), fatonah (intelejen, cerdas, berpengetahuan),

mukhlish (ikhlas dalam menjalankan tugas), sabar, tawaduk (rendah

hati), saleh (mencintai, melakukan, membina, menyokong kebaikan),

adil, mampu mengendalikan diri.45

k. Azas Kasih sayang

Siapapun itu, Setiap orang memerlukan kasih sayang dan cinta

dari orang lain. karena dengan kasih sayang dan cinta, maka semua yang

akan dilakukan menjadi mudah. Untuk itu layanan bimbingan dan

konseling islam menggunakan kasih sayang dan cinta untuk

mempermudah jalannya proses bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan Konseling islam dilakukan dengan berlandaskan

kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan

43

Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 422.

44Hamzan Tualeka, dkk. Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press), hal.

158.

45

(45)

36

konseling akan berhasil.46 Asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al

-Imron ayat 31 :

ۡ لُق

ۡ

ۡ ݗُܢݜُكۡنقإ

ۡ

ۡقنݠ܆ܞق

ُ

ُ

ٱ

ۡقفۡق ܅َ

ٱ

ۡ ُيۡ قِݠُعقܞ܅ت

ۡ ܞقܞ

ُۡݗُك

ٱ

ۡ غقيقوُۡ ܅َ

ۡ ܱقݍ

ۡ

ۡ ݗُكقل

ۡ

ۡ ݗُكقبݠُنُم

ۡۡقو

ٱ

ُۡ ܅َ

ۡ رݠُݍق

ۡ

ۡ ݗيقح܅ر

ۡ

ۡ

ۡ

Artinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.47

l. Azas Saling menghargai dan menghormati.

Dalam bimbingan dan konseling kedudukan konselor dan klien

pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada

fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien

menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara konselor dan klien

merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan

masing-masing sebagai makhluk Allah.

Konselor dipandang diberi kehormatan oleh klien karena dirinya

dianggap mampu memberikan bantuan mengatasi kesulitannya atau

untuk tidak mengalami masalah, sementara klien diberi kehormatan dan

dihargai oleh konselor dengan cara yang bersangkutan bersedia

membantu atau membimbingnya. Prinsip saling menghargai ini seperti

yang di ajarkan Tuhan dalam Qur’an Surat An-Nisa: 86.

46

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 33.

(46)

37

ۡلܟ܅يقحقܢقبۡݗُܢيقكيُحۡاقمِ

ۡۡقف

ۡ ح

ق

ܕقبۡ

ْاݠ܆يقح

ۡ ݜقمۡ قݚ قس

ۡ ܛقݟ

ۡ

ۡ و

ق

ث

ۡ

ۡه ܛقهو܆لُر

ۡ

ۡ ܅نقإ

ٱ

ۡ

ق قَۡقنقَۡق ܅َ

ۡ

ۡ قشۡ ق

ك ُك

ۡفء

ܛًܞيقسقح

ۡ

٦

ۡ

Artinya : Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.48

m.Azas Musyawarah.

Dalam proses bimbingan dan konseling islam dilakukan adanya

musyawarah dengan baik untuk mencapai tujuan layanan bimbingan dan

konseling. Sehingga tidak aka nada pihak yang merasa tertekan atau

menekan satu sama lain. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan

dengan asas musyawarah. artinya antara pembimbing dengan yang di

bimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak mendiktekan, tidak

ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat. 49 Asas ini dijelaskan

dalam Al-Qur’an surat Al-Imron ayat 159 :

ۡق حقرۡ ܛقݙقܞقف

ۡلܟۡ

ۡ قݚقكم

ٱ

ۡ ݗُݟق ۡ قܠقنۡق ܅َ

ۡ

ۡ ݠق قو

ۡ

ۡ ق݂يقݖقغۡ ܛ ً݄ق ۡ قܠݜُك

ٱۡ ل

ۡ ݖقݐ

ۡ

ق

لۡ قܜ

ۡ ݚقمْۡاݠ ܆ضقݍن

ۡ

ۡ ݠقح

ۡ قݑق

ۡۡقف

ٱ

ۡ

ۡق ۡ ُف

ۡ ݜ

ۡ ݗُݟ

ۡۡقو

ٱ

ۡ س

ۡ غقܢ

ۡ ܱقݍ

ۡ

ۡ ݗُݟق

ۡ

ۡ رقوܛقشقو

ۡ ݗُه

ۡ

ۡ قف

ٱ

ۡ

ق

ل

ۡ ۡ قܱ

ۡ

ۡ مقܲقعۡاقمقܗقف

ۡ ܅ّقݠقܢق ۡ قܠ

ۡ

ۡ

ق قَ

ٱ

ۡ ق܅َ

ۡ

ۡ܅نقإ

ٱ

ۡ ܆ܜق ُيۡق ܅َ

ٱۡ

نق قكّقݠقܢُݙ

٩

ۡ

Artinya :Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.

48

Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 81.

(47)

38

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran: 159).50

n. Azas keahlian

Layanan bimbingan dan konseling islam harus dilakukan oleh

seorang yang sudah ahli dan terampil dalam hal tekhnik dan metodologi

serta dalam hal menangani masalah klien agar masalah klien bisa

terselesaikan sesuai dengan prosedur yang baik. 51

Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling,

para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai

pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh

konselor akan menunjang hasil konseling. asas ini dijelaskan dalam

Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 36 :

ۡ

ق

َقو

ۡ

ۡ ݐق

ۡ ُف

ۡ

ܛقم

ۡ

ۡ يقل

ۡ قۖ

ۡ

ۡقݑق

ۡ

ۡقݝقب

ۦۡ

ۡ ݖقع

ۡ ݗۡ

ۡ܅نقإ

ۡٱ

ۡ ݙ ܅س

ۡق݅ۡ

ۡقوٱ

ۡق

ل

ۡق قِ

ۡۡقو

ٱۡ ل

ۡقلاقܖُݍ

ۡ

ۡ܆ ُك

ۡ

ۡ قلْو

ُ

ث

ۡقݑقئ

ۡ

ۡقن قَ

ۡ

ۡ ݜق

ُۡݝۡ

ۡ ۖق

ُ฀ ฀

ۡ

م

َو

ۡ

٦

ۡ

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.52

3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan

konseling islam itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu

mewu

Gambar

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya  66 Tabel 4.1 Perbandingan Teori dengan Pelaksanaan di Lapangan ......................
Tabel 3.1 :Struktur kepengurusan pondok pesantren Assalafi Al-
Tabel 4.1: Perbandingan proses pelaksanaan di lapangan dengan teori

Referensi

Dokumen terkait

18 Agustus 2011, maka dengan ini diumumkan pemenang pelelangan umum untuk pekerjaan. sebagaimana

Digital Repository Universitas Jember Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository Universitas Jember Digital Repository

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap kerjasama dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Course

[r]

weaner gaduh dan swadana mandiri adalah harga jual sapi untuk sistem weaner gaduh yaitu Rp44.000,00/kg, sedangkan untuk sistem swadana mandiri sebesar

penyelenggara Pemerintahan Daerah. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Pangandaran. Pimpinan Alat Kelengkapan DPRD yang selanjutnya disebut Pimpinan Alat

Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan peraturan perundang-Undangan, hasil-hasil penelitian, atau

Tentunya ketiga milestone tersebut tidak dapat diwujudkan dengan kekuatan Program Studi Teknik Sipil semata, tapi juga membutuhkan dukungan dari semua unit dalam