“BIMBINGAN KONSELING ISLAM UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SANTRI PONDOK PESANTREN ASSALAFI
AL-FITHRAH SURABAYA”
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ELIJAH RIZQIYANI NIM. B53213045
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Elijah Rizqiyani (B53213045), Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya.
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini ada dua yaitu: 1) Bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok pesantren Al-Fithroh Surabaya ini dapat meningkatkan motivasi belajar santrinya? 2) Bagaimana hasil yang didapatkan dari kegiatan bimbingan konseling islam yang dilaksanakan di pondok pesantren Al-Fithroh Surabaya dalam meningkatkan motivasi belajar santrinya?
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif, dan analisa data deskriptif komparatif. Peneliti mencari data dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Untuk mengetahui hasil dari bimbingan konseling islam dalam meningkatkan motivasi belajar santri di pondok pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya, peneliti membandingkan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan, peneliti juga membandingkan intensitas motivasi belajar santri sebelum melakukan bimbingan konseling pesantren dengan setelah melakukan bimbingan konseling pesantren.
Penelitian ini menghasilkan data bahwa bimbingan konseling islam bisa meningkatkan motivasi belajar santri pondok pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya dengan cara memberikan semangat, cerita-cerita inspiratif, dan nasehat-nasehat. Dengan menggunakan bimbingan konseling islam, santri yang awalnya tidak memiliki tempat untuk bercerita tentang masalahnya, sekarang memiliki tempat untuk menceritakannya ke konselor tanpa harus malu datang ke ruang BK. Santri merasakan memiliki semangat yang lebih stabil daripada sebelum melakukan konseling pesantren, yang awalnya intensitas motivasi belajarnya rendah dan naik turun.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Definisi Konsep ... 4
1. Bimbingan Konseling Islam ... 5
2. Motivasi Belajar ... 7
F. Metode Penelitian ... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
2. Subjek Penelitian ... 10
3. Jenis dan Sumber Data ... 10
4. Tahap-tahap Penelitian ... 11
5. Teknik Pengumpulan Data ... 15
6. Teknik Analisis Data ... 16
7. Teknik Keabsahan Data ... 17
G. Sistematika Pembahasan ... 18
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam ... 21
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 21
2. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 27
3. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 40
4. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 41
5. Landasan Bimbingan Konseling Islam ... 42
6. Metode dan Teknik Bimbingan Konseling Islam ... 44
B. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar ... 48
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 48
2. Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 50
3. Jenis-jenis Motivasi Belajar ... 50
x
Motivasi Belajar Santri ... 58
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 58
Bab III: PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 61
1. Deskrepsi Lokasi Penelitian ... 61
a. Profil Pondok Pesantren ... 61
b. Jaminan Mutu Lulusan ... 62
c. Visi dan Misi ... 62
d. Arti Lambang ... 63
e. Program Pendidikan ... 65
f. Struktur Kepengurusan ... 66
g. Tata Tertib Pondok Pesantren ... 74
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 78
1. Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 78
a. Team Koordinator ... 80
b. Konselor ... 80
c. Klien ... 82
d. Jadwal Konseling ... 85
e. Proses Bimbingan Konseling ... 87
2. Hasil dari Kegiatan Bimbingan Konseling Islam yang dilakukan di Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Santri ... 92
BAB IV: ANALISIS DATA A.Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 95
B.Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya ... 99
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 102
[image:9.595.135.482.227.566.2]
DAFTAR TABEL
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin berkembangnya zaman kehidupan manusia juga semakin
beragam. Masalah yang dihadapi oleh manusia pada zaman sekarang pun
semakin komplek. Mulai dari masalah kecil hingga masalah besar yang
sama-sama harus diseleseikan. Begitu juga dalam kehidupan santri, seiring
berkembangnya zaman masalah yang dihadapi oleh santri pun semakin
beragam. Santri yang rata-rata adalah manusia dalam tahap remaja dan
dewasa awal ini, seringkali menemukan masalah-masalah yang tidak
diinginkan dalam kehidupannya. Salah satu masalah yang mereka alami yaitu
masalah motivasi belajar. Mereka kerap kali menemui masalah-masalah yang
membuat motivasi belajarnya menurun. Seperti di Pondok Pesantren Assalafi
Al-Fithrah Surabaya, santri-santrinya kerap menemukan kendala-kendala
dalam motivasi belajarnya.
Sebenarnya setiap harinya di masing-masing kelas para ustadz dan
ustadzah sudah memberikan motivasi belajar kepada santri saat melakukan
kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi motivasi itu dilakukan secara umum
kepada semua santri di kelas itu. Sedangkan setiap santri memiliki cara yang
berbeda-beda dalam meyerap kata-kata motivasi. Ada yang memang cepat
menyerap dan langsung bisa menjalankannya. Tapi ada juga yang
memerlukan beberapa kali kata-kata motivasi itu didengarkan baru bisa
2
Selain itu ada beberapa hal-hal yang bisa mempengaruhi
menurunnnya motivasi belajar santri. Hal-hal tersebut bisa berasal dari dalam
diri santri maupun luar. Hal-hal tersebut bisa berupa masalah-masalah yang
mereka hadapi. Baik masalah dalam belajarnya maupun masalah lain yang
bisa mempengaruhi belajarnya. Apabila masalah-masalah ini tidak segera
diseleseikan maka akan bisa berpengaruh terhadap motivasi santri dalam
belajar. Dengan adanya masalah tersebut bisa membuat santrinya tidak fokus
dalam belajar. Oleh karenanya masalah-masalah itu harus diseleseikan agar
santri dapat menjalankan rutinitas belajarnya dengan lebih semangat lagi.
Sedangkan dalam menyeleseikan masalah-masalah tersebut tidak bisa
dilakukan ketika berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Macam-macam motivasi santri itu ada dua yakni motivasi instrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup ke
dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan santri.
Motivasi ini sering disebut dengan motivasi murni yakni motivasi yang
sebenarnya timbul dari dalam jiwa santri itu sendiri . Sedangkan motivasi
ekstrinsik motif-motif yang aktif dan fungsinya karena adanya rangsangan
dari luar.
Dengan inilah, pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya
berusaha meningkatkan motivasi belajar santrinya melalui motivasi esktrinsik
dengan mengadakan bimbingan konseling islam dengan kegiatan saur manuk.
Kegiatan ini bertujuan untuk membantu santri untuk menyeleseikan
3
belajarnya maupun masalah-masalah lain yang juga bisa mengganggu
belajarnya.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan yang dilatarbelakangi oleh hal-hal diatas tadi, bisa
diambil rumusan masalah seperti berikut :
1. Bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok
pesantren Al-Fithrah Surabaya ini dapat meningkatkan motivasi belajar
santrinya?
2. Bagaimana hasil yang didapatkan dari bimbingan konseling islam yang
dilaksanakan di pondok pesantren Al-Fithrah Surabaya dalam
meningkatkan motivasi belajar santrinya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang diungkapkan diatas, peneliti memiliki
beberapa tujuan yang akan dicapai dengan penelitian ini, yakni sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui kegiatan bimbingan konseling islam ini bisa
meningkatkan motivasi belajar santri pondok pesantren As-Salafi
Al-Fithrah Surabaya.
2. Untuk mengetahui hasil yang didapatkan dari bimbingan konseling islam
yang diadakan di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya dalam
4
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan bisa menghasilkan
manfaat- manfaat sebagai berikut :
1. Sebagai Teoritis
a. Memberikan wawasan bagi calon-calon konselor lain khususnya yang
berada di pesantren dan semua kalangan pada umumnya tentang
bimbingan konseling islam dalam meningkatkan motivasi belajar santri
di pondok pesantren.
b. Sebagai sumber informasi dalam referensi tentang kegiatan bimbingan
konseling islam yang dilakukan di pesantren dalam meningkatkan
motivasi belajar santrinya.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kepada santri dalam
meningkatkan motivasi belajarnya.
b. Bagi konselor, penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat
sebagai acuan pelaksanaan kegiatan konseling pesantren dalam
meningkatkan motivasi belajar santrinya.
E. Definisi Konsep
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengartikan dan
interprestasi, maka penulis akan menegaskan kembali dan memperjelas
mengenai judul “Bimbingan Konseling Islam untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya” dengan
5
1. Bimbingan Konseling Islam
Menurut Ahmad Mubarak, Bimbingan dan Konseling Islam adalah
usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang
sedang mengalami kesulitan lahir dan batin menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan
membangkitkan kekuatan getaran batin (Iman) didalam dirinya untuk
mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapi. Sedangkan Syaiful
Akhyar Lubis menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam
merupakan layanan bantuan konselor kepada klien atau konseli untuk
menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam memahami dan
menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih
alternatif tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup didunia
maupun diakhirat dibawah naungan ridha dan kasih sayang Allah.2
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
konseling islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan
berupa bimbingan kepada individu yag membutuhkan untuk
menyeleseikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat
mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta
dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar
secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rosul, sehingga
mendapatkan petunjuk Allah dalam hidupnya.
2
6
Dalam penelitian ini, bimbingan konseling islam yang dimaksud
adalah yang dilakukan dalam kegiatan Saur Manuk. Kegiatan Saur Manuk
adalah kegiatan konseling dimana pihak pondok pesantren mendatangkan
konselor ke setiap kamar yang ada di pondok pesantren ini. Adapun setiap
kamar didatangkan dua konselor dimana santri disini boleh curhat apapun
kepada konselor tersebut.
Adapun pengertian kata “saur manuk” adalah “saur” yang berarti bersahutan dan “manuk” yang berarti burung. Dari sini diambil pengertian bahwa “saur manuk” adalah pembicaraan tanpa arah dan tanpa aturan seperti burung yang saling bersahutan.3 Sedangkan pengertian dari “saur
manuk” menurut buku panduan bimbingan konseling “saur manuk”
pondok pesantren Assaalafi Al-Fithrah Suarabaya adalah “saur” berarti Integrasi ,dan “manuk” yang berarti interkoneksi. Dengan ini, diharapkan dengan diadakannya kegiatan ini akan terjadi hubungan
integrasi-interkoneksi antara konselor dan konseli (santri) di pondok pesantren
Assalafi Al-Fithrah Surabaya.4
Kegiatan ini dibentuk karena keadaan konseling di pondok ini yang
masih tabu bagi santri-santrinya. Mereka masih menganggap bahwa
konselor adalah polisi pondok sedang kegiatan konseling adalah kegiatan
persidangan. Untuk menghilangkan pemikiran seperti itu pihak pesantren
menggunakan sistem “jemput bola” yakni dengan mendatangkan konselor
3
Adiwimarta, Kamus Ungkapan Bahasa Jawa Sri Sukesi, ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), hal.120.
4
7
ke setiap kamarnya yang disebut dengan kegiatan konseling pesantren
“saur manuk” itu. Konseling Saur Manuk ini meggunakan teknik
konseling direct (langsung). Dalam teknik konseling ini konselor lah yang
lebih aktif dalam menyeleseikan masalah konselinya. Konseli bersifat
menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor.5
2. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam setiap aspek kehidupan manusia, demikian juga para peserta didik
akan melakukan sesuatu bilamana berguna bagi mereka untuk
melakukan tugas-tugas pekerjaan sekolah. Dalam proses belajar
motivasi juga diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin akan melakukan aktifitas
belajar. Hal ini merupakan bukti bahwa sesuatu yang akan
dikerjakan tidak menyentuh kebutuhannya. Secara etimologi kata
motivasi artinya; sebab-sebab yang menjadi dorongan; tindakan
seseorang.6
Dalam Islam istilah motif, diartikan dengan “niatan atau
niat” (innamal ‘amalubinniat artinya sesungguhnya perbuatan tergantung pada niat). Jadi “niat”kira-kira seperti dengan motivasi,
yaitu kecenderungan hati yang mendorong seseorang untuk melakukan
tindakan tertentu.
5
Prof. Dr. Sofyan S. Willis, Konseling Individual,(Bandung : Alfabeta, 1999), hal 63
6
8
Ada beberapa ahli yang memberikan definisi untuk
menggambarkan gambaran yang jelas mengenai motivasi yang
dikemukakan di bawah ini:
1) S. Nasution motivasi adalah usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi sehingga anak itu mau dan ingin melakukan sesuatu.
2) M. Ngalim Purwanto mengemukakan motivasi adalah segala
sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu.7
Sedangkan belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
kelakuan.8
Menurut Slameto belajar adalah suatu proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan.
Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama.
7
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 2
8
9
Dengan demikian motivasi belajar adalah sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki peserta didik tercapai.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam melakukan
sebuah penelitian. Karena dengan metode penelitian inilah peneliti bisa
mendapatkan data-data yang mendukung penelitiannya. Metode penelitian
adalah cara yang dilakukan untuk menemukan atau menggali sesuatu yang
telah ada, untuk kemudian diuji kebenarannya yang mungkin masih
diragukan.9 Dengan Penelitian tersebut, peneliti berharap bisa menemukan,
mengembangkan, menggali serta menguji kebenaran. Adapun dalam penelitian
ini, peneliti ini menggunakan metode antara lain:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan
masalah yang diteliti disini adalah masalah yang bersifat kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan
yang tidak dicapai dengan statistik atau angka.10Melalui pendekatan
kualitatif ini, diharapkan terangkat gambaran aktualitas, realitas sosial dan
persepsi sasaran penelitian tanpa tercemar oleh pengukuran formal.
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal. 120
10
10
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Jenis penelitian
deskriptif adalah penelitian yang mempunyai tujuan
menggambarkan,meringkaskan berbagai kondisi, atau berbagai variable
yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian tersebut.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah santri
As-Salafi Al-Fithrah yang berlokasi di Kedinding Lor Surabaya.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka jenis data yang
digunakan adalah data yang bersifat non statistik, dimana nantiya data
yang diperoleh adalah dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk
angka.
Data-data yang akan dibutuhkan dalam melakukan penelitian ini
adalah :
1) Data primer yaitu data yang diambil langsung dari sumber pertama di
lapangan. Dimana data ini mengenai faktor-faktor, macam-macam
perilaku negatif klien, dampak, pelaksanaan proses dan hasil akhir
pelaksanaan konseling dan lain-lain.
2) Data sekunder yaitu data uang diambil dari sumber kedua atau
berbagai sumber guna melengkapi data primer.11
b. Sumber Data
11
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format-Format Kualitatif dan Kuantitatif,
11
Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh. Adapun
sumber datanya adalah :
1) Sumber data primer :
a) Santri (klien)
Yang dimaksud adalah mereka yang menimba ilmu di
Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
b) Ustadz (konselor)
Yang dimaksud adalah mereka yang menjadi konselor dalam
kegiatan konseling pesantren yang diadakan di pondok pesantren
As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
2) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari
dokumen-dokumen yang bersangkutan dengan kegiatan konseling di
pondok pesantren ini, seperti absensi kegiatan konseling dan
catatan-catatan konseling.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tahapan dalam penelitian yang harus
ditempuh oleh peneliti yakni sebagai berikut :
a. Tahap Pra Lapangan
1) Menyusun Rancangan Penelitian
Untuk dapat menyusun rancangan penelitian, maka terlebih
dahulu memahami fenomena yang bersangkutan dengan motivasi
12
akan fenomena tersebut maka peneliti membuat latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan
membuat rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian.
2) Memilih Lapangan Penelitian
Setelah membaca fenomena yang ada di lapangan menyangkut
tentang motivasi belajar, maka saatnya peneliti menentukan lapangan
penelitian yakni di Pondok Pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
3) Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi serta latar belakang penelitian
tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah santri dan ustadzah
yang ada di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
4) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti menyiapkan pedoman wawancara, alat tulis, map,
buku, dan semua yang berhubungan dengan tujuan untuk
mendapatkan deskripsi data lapangan.
5) Persoalan Etika Penelitian
Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut hubungan
baik antara peneliti dengan subjek penelitian, baik secara
perseorangan maupun kelompok. Peneliti harus mampu memahami
kebudayaan ataupun bahasa yang digunakan, kemudian untuk
13
dalam lingkungan latar penelitinya.12 Karena penelitian ini dilakukan
di pondok pesantren, peneliti harus bisa memahami nilai-nilai dan
budaya-budaya yang ada di pesantren.
b. Tahapan Pekerjaan Lapangan
1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri
Untuk memasuki lapangan, peneliti perlu memahami latar
belakang penelitian, bisa menempatkan diri, menyesuaikan
penampilan dengan kebiasaan dari tempat penelitian yang akan dia
teliti, selain itu peneliti juga harus mempersiapkan fisik maupun
mental juga diperlukan agar penelitian berjalan dengan lancar dan
efektif. Seperti dalam penelitian ini, latar belakang yang akan diteliti
oleh peneliti adalah pondok pesantren, maka peneliti juga harus
memahami nilai-nilai yang ada di pondok pesantren yakni dengan
menyesuaikan pakaian yang lebih sopan, bersikap sopan dan lebih
santun.
2) Memasuki Lapangan
Dalam memasuki lapangan, seorang peneliti menciptakan
hubungan antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti dengan
sangat baik. Sehingga antara peneliti dengan objeknya sudah seperti
melebur, seolah-olah sudah tidak ada lagi dinding pemisah diantara
keduanya. Selain itu penyesuaian bahasa juga diperlukan, karena
dalam menumbuhkan hubungan yang erat dibutuhkan bahasa yang
12
14
mudah dipahami oleh keduanya. Sehingga komunikasi yang peneliti
dan ojeknya jalani bisa berjalan dengan baik. Dalam tahap ini peneliti
mendekati santri dan ustadzah yang ada di pondok pesantren As-Salafi
Al-Fithrah Surabaya dengan cara sering bermain ke kamar-kamar
santri dan berbincang dengan mereka dan juga bermain ke kamar
ustadzahnya agar semakin dekat.
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data
Dalam tahap ini, peneliti mulai memperhatikan waktu, tenaga,
biaya, serta pembuatan field notes. Field notes atau catatan lapangan
dibuat oleh peneliti sewaktu mengadakan pengamatan, wawancara
atau menyaksikan suatu kejadian tertentu. Dalam pengumpulan data,
peneliti juga memperhatikan sumber data lainnya seperti : dokumen,
foto, gambar yang sekiranya perlu dijadikan sumber bagi peneliti.
Dalam tahap ini, peneliti juga ikut berpartisipasi dalam mengikuti
kegiatan konseling pesantren beberapa kali. Dimana peneliti juga ikut
menjadi konselor dan berkesempatan masuk kamar untuk bersentuhan
langsung dengan santri dalam kegiatan konseling pesantren ini.
c. Tahap Analisis Data
Suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Peneliti menganailisis data yang
dilakukan dalam suatu proses yang berarti pelaksanaannya sudah mulai
dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara
15
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik- teknik yang dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan
data adalah sebagai berikut :
a. Wawancara
Metode wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari narasumber.13 Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari narasumber
tentang bagaimana bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok
pesantren As-Salafi Al-Fithrah bisa meningkatkan motivasi belajar
santrinya. Narasumber dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti
disini yakni santri dan ustadzah yang menjadi konselor dalam kegiatan
bimbingan konseling islam di pondok pesantren As-Salafi Al-Fithrah
Surabaya.
b. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki.14 Metode ini digunakan
untuk mengumpulkan data tentang gambaran umum pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling islam yang dilakukan di pondok pesantren
As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang telah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monument
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta : Rineka Cipta, 1997) hal. 145
14
16
dari seseorang. Dokumen yang berbentu tulisan misalnya: catatan harian,
sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya : foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.15
Dalam penelitian ini, dokumen yang dikumpulkan oleh peneliti yakni
berupa absensi kegiatan bimbingan konseling islam baik absensi santri
maupun absensi ustadzahnya, catatan kegiatan bimbingan konseling
islam.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada oranglain. 16
Analisis yang dilakukan adalah analisis non statistik, yaitu analisis
deskriptif kualitatif. Karena data yang diwujudkan dalam penelitian ini
bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian
deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan
deskriptif komperatif. Dalam analisis data di penelitian ini, peneliti
menganalisis hasil dan menganalisis proses. Yaitu dengan membandingkan
teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, dan membandingkan
keadaan sebelum santri melakukan bimbingan konseling islam dengan
15
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung : Alfabeta, 2009) hal.240
16
17
sesudah melakukan bimbingan konseling islam dalam masalah motivasi
belajarnya.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya langsung menganalisa
data di lapangan untuk menghindari kesalahan-kesalahan. Maka untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam penelitian, peneliti harus mengetahui
tingkat keabsahan data, antara lain :
a) Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri relevan
dengan persoalan atai isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
b) Triangulasi
Triangulasi adalah penggunaan beberapa metode dan sumber data
dalam pengumpulan data untuk menganalisis suatu fenomena yang saling
berkaitan dari perspektif yang berbeda. 17 Dan juga teknik pemeriksaan
yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori
serta untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak
konsisten atau kontradiksi. Oleh karena itu dengan menggunakan teknik
triangulasi dalam mengumpulkan data, maka data yang diperoleh akan
lebih konsisten, tuntas, dan pasti.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan triangulasi dengan
perbandingan sumber dan teori, melakukan pengecekan antar data-data
17
18
yang didapat dari observasi, wawancara dan juga dokumentasi yang ada,
dengan dua cara :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan santri dengan apa yang dikatakan
oleh ustadzah.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang yang disekitar objek
peneliti dengan objek itu sendiri.
4. Membandingkan hasil suatu wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan.
c) Kecukupan referensial
Kecukupan referensial sebagai alat menampung dan
menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.
G.Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami keseluruhan isi dari skripsi ini,
maka perlu disusun secara sistematik sehingga menunjukkan totalitas yang
utuh dalam pembahasan penelitian ini. Adapun sistematika pembahasannya
yakni sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Terdiri dari : judul penelitian, persetujuan pembimbing, peryataan
otensitas skripsi, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel.
19
Bab I. Pedahuluan. Dalam bab ini membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, penelitian konsep, metode
penelitian, serta sistematis pemahaman.
Bab II. Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini membahas tentang kajian teoritik
yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek kajian yang
dikaji dalam penelitian ini, pembahasannya meliputi : 1. Bimbingan
konseling, terdiri dari : pengertian bimbingan konseling islam, unsur-unsur
bimbingan konseling islam. 2. Konseling pesantren, yakni menjelaskan
kegiatan yang dilakukan dalam melakukan konseling pesantren di pondok
pesantren Al-Fithrah. 3. Motivasi belajar, terdiri dari pengertian motivasi
dan pengertian belajar, teori motivasi dan teori belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar, cara menggerakan motivasi belajar.
Bab III. Penyajian data, didalam penyajian data meliputi : Deskripsi lokasi
penelitian yakni mendeskrepsikan lembaga pondok pesantren As-Salafi
Al-Fithrah. Deskripsi obyek penelitian, meliputi : deskripsi konselor,deskripsi
klien, deskripsi masalah dan selanjutnya yaitu tentang deskripsi hasil
penelitian yang berisi : deskripsi proses pelaksanaan bimbingan konseling
islam melalui konseling pesantren untuk meningkatkan motivasi belajar
santri PP As-Salafi Al-Fithrah Surabaya.
Bab VI. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terdiri antara :
analisis tentang motivasi belajar analisis tentang pelaksanaan bimbingan
konseling islam denga konseling pesantren dalam meningkatkan motivasi
20
Bab V. Penutup, didalam penutup terdapat dua poin : kesimpulan dan saran.
3. Bagian Akhir
Dalam bagian akhir ini berisi tentang Daftar Pustaka,
21 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Tinjauan Tentang Bimbingan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Istilah bimbingan merupakan alih bahasa dari istilah inggris
guidance. Dalam kamus bahasa inggris guidance dikaitkan dengan kata asal
guide, yang artinya sebagai berikut; menunjukan jalan (showing the way),
memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving
instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), memberikan
nasehat (giving advice).18
Bimbingan merupakan salah satu bidang dan program dari
pendidikan dan program ini ditunjukan untuk membantu mengoptimalkan
perkembangan siswa. Menurut Tolbert, bimbingan adalah seluruh program
atau semua kegiatan dan layanan dalam lembaga pendidikan yang diarahkan
pada membantu individu agar mereka dapat menyusun dan melaksanakan
rencana serta melakukan penyesuaian diri dalam semua aspek kehidupannya
sehari-hari. Bimbingan merupakan layanan khusus yang berbeda dengan
pendidikan lainnya.19
Secara garis besar, bimbingan dapat dimaknai sebagai proses
bantuan yang bertujuan membantu individu membuat keputusan penting
dalam hidupnya yang biasanya terjadi pada seting pendidikan atau
18 Ws. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: PT Gramedia, 1997), hal. 65.
22
persekolahan. Bimbingan lebih bersifat preventife (pencegahan) yaitu
bantuan yang dilakukan untuk membantu individu dalam beradaptasi dan
menccapai proses perkembangannya baik secara pribadi, intelektual, sosial,
emosi, dan karirnya.20
Pengertian bimbingan menurut para ahli sebagai berikut :
1) Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan sebagai “suatu proses
pemberian bantuan kepada siswa yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya siswa tersebut dapat memahami dirinya
sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga,
masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dengan demikian dia akan
dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberi sumbangan
yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya. 21
2) Prayitno dan Erman Anti mengemukakan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun
dewasa. Tujuannya adalah orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan madiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan
norma-norma yang berlaku.22
20 Dra. Gantina Komalasari, M. Psi, dkk, Teori dan teknik konseling, (Jakarta Barat : PT Indeks,2011), hal. 15.
21 Prof Syamsu Yusuf L.N, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah,( Bandung : Rizqi Press, 2015), hal. 38.
23
3) Kartini Kartono memberikan batasan pengertian bimbingan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu agar ia memahami
kemampuan-kemampuan dan kelemahan-kelemahan serta mempergunakan
pengetahuan tersebut secara efektif dalam menghadapi dan mengatasi
masalah-masalah hidup secara bertanggung jawab.23
4) Jones, Staffire dan Stewart menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuan
yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan-pilihan dan
penyesuaian-penyesuaian yang bijaksana. Bantuan itu berdasarkan atas
prinsip demokrasi yang merupakan tugas dan hak setiap individu untuk
memilih jalan hidupnya sendiri sejauh tidak mencampuri hak oranglain.
Kemampuan dalam menentukan pilihan tidak diwariskan dari orangtua
akan tetapi dikembangkan.
Selanjutnya pengertian konseling menurut istilah yaitu konseling
berasal dari bahasa latin yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau
“bicara bersama” yang dirangkai “menerima” atau “memahami”. Pengertian
bicara bersama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang
atau beberapa klien. Sedangkan dalam bahasa Anglo-saxon, istilah
konseling berasal dari “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “
menyampaikan”.24 Sebagaimana konseling merupakan salah satu teknik inti
atau kunci dalam memberikan bimbingan kepada seorang yang dibimbing.25
23 Dra. Kartini Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaanya(Jakarta : CV Rajawali, 1985,cet.I), hal. 99.
24 Erman Amti. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling(Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hal.99-100.
24
Rogers mengartikan konseling adalah keterampilan untuk membantu
klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta,
dapat mengambil keputusan dan aktualisasi.26
Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses
berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan sosial, antara
seseorang dengan seseorang, dimana seorang konseler yang memiliki
kemampuan profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan
psikologis, berusaha membantu klien dengan metode yang cocok dengan
kebutuhan klien tersebut, dalam hubungannya dengan keseluruhan program
ketenangan, supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri,
belajar bagaimana memanfaatkan pemahaman tentang dirinya untuk
realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang berbahagia
dan lebih produktif.27
Adapun konseling menurut Prayitno dan Erman Amti adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami
suatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah
yang sedang dihadapi oleh klien. Sejalan dengan itu, Winkel mendifinisikan
bahwa konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan
dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau
26 Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-dasar Konseling,(Jakarta: Kencana,2011),hal. 2
25
masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh
konseli/klien.28
Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para tokoh
konseling diatas, dalam pemaparannya tidak jauh beda, yang intinya bahwa
konseling itu merupakan suatu proses bantuan yang dilakukan antar pribadi
dimana satu orang dibantu oleh satu orang lainnya untuk meningkatkan
suatu pemahaman dan kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang
dihadapi dan menghasilkan sebuah solusi. Konseling merupakan pemberian
nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pilihan.
Setelah menguraikan definisi dari bimbingan dan konseling menurut
para ahli, penulis menguraikan bimbingan konseling ditinjau dari perspektif
islam.
Menurut Hamdani Bakran bimbingan konseling islam adalah suatu
aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (konseli) dalam hal bagaimana seharusnya
seorang konseli dapat mengembangkan akal fikirannya, kejiwaannya,
keimanan, dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup
dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma
kepada Al-Qur’an dan As-Sunah Rosululloh SAW.29
Menurut Ahmad Mubarok, bimbingan konseling islam adalah usaha
pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedang
28 Drs. Anas Salahudin,M.Pd, Bimbingan dan Konseling,(Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), hal. 15.
26
mengalami kesulitan dahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas
hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan
membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorong
mengatasi masalah yang sedang ia hadapi.30
Dalam bukunya, Tohari Musnawar mendefinisikan bimbingan
konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.31
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
konseling islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa
bimbingan kepada individu yag membutuhkan untuk menyeleseikan
masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal
fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika
hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah Rosul, sehingga mendapatkan petunjuk Allah dalam hidupnya.
2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam
Bimbingan konseling islam memiliki asas-asas yang berladaskan
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yakni sebagai berikut :
30 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4
27
a. Asas-asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan konseling pesantren tujuan akhirnya adalah membantu
klien atau konseli, yakni orang yang dibimbing mencapai kebahagiaan
hidup yang didambakan setiap muslim khususnya santri. Seperti yang
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah, ayat 201 :
ۡ ݜقمقو
ݗُݟ
ۡ
ݚ܅م
ۡ
ُۡظݠُݐقي
ۡ
ۡ ܛقݜ܅بقر
ۡ
ܛقݜقتاقء
ۡ
ۡقف
ۡٱ
ۡ ن܆د
ܛقي
ۡ
ۡمܟقݜ قسقح
ۡ
ۡقفقو
ۡٱ
ٓ
ۡقةقܱقخ
ۡ
ۡمܟقݜ قسقح
ۡ
ܛقݜقققو
ۡ
ۡقباقܰقع
ۡ
ٱ
ۡقرܛ܅ن
ۡ
١
ۡ
Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".32
Kebahagiaan hidup di dunia bagi santri adalah hanya merupakan
kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang
menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan
kebahagiaan abadi yang amat banyak.
Oleh karena itu kebahagiaan dunia dan akhirat dapat menjadikan
seseorang santri mencapai keseimbangan hidup.
b. Asas fitrah
Bimbingan dan konseling islami merupakan bantuan kepada klien
untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala
gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya tersebut.
Asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum, ayat 30 :
28
ۡ ݗقق
ق
ܕقف
ۡ
ۡ جقو
ۡمݍيقݜقحۡ قݚيقكلق ۡ قݑقݟ
ۡ ܛۡ
ۡ ݁قف
ۡ قتقܱ
ٱ
ۡق ܅َ
ٱ
ۡ قܱ ق݁ق ۡ قِ
܅ل
ٱ
ۡ يقݖقعۡ قسܛ܅ن
ۡ ܛقݟ
ۡ
ۡ ܞق ۡ
َ
ق
ۡ قليقܯ
ۡ ݖق قِ
ۡقݎ
ٱ
ۡ ق܅َ
ۡۡ
قذ
ۡ قݑق
ٱ
ۡ ُݚيقكد
ٱۡ ل
ۡ قلقوُۡݗقكيقݐ
ۡ
ق
ثۡ ܅ݚقك
ۡق قَ
ٱ
ۡ عقيۡ
َۡ قسܛ܅ن
ق
ۡقنݠُݙقݖ
ۡ
ۡ
ۡArtinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.33
Manusia, menurut islam dilahirkan dalam atau dengan membawa
fitrah yaitu berbagai kemampuan potensial bawaan dan keccenderungan
sebagai muslim atau beragama islam. Bimbingan dan konseling
membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu atau
mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat serta
menghayatinya, sehingga dengan demikian akan mampu mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai
dengan fitrahnya itu.
Jadi dengan mengenal dan memahami fitrahnya, manusia akan
mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c. Asaas “Lillahi Ta’ala
Bimbingan konseling islami dilakukan semata-mata hanya karena
Allah. Konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya
dengan penuh kekhlasan, tanpa pamrih. Sementara konseli atau yang
dibimbing pun senantiasa menerima dan meminta bimbingan atau
konseling dengan ikhlas dan rela,karena semua pihak merasa bahwa
29
semua yang dilakukan adalah karena dan untuk pengabdian kepada Allah
semata, sesuai dengan fungsi dam tugasnya sebagai makhluk Allah yang
harus senantiasa mengabdi pada-Nya. Asas ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-An’am, ayat 162 :
ۡ لُق
ۡ
ۡ قمقوۡ قِ ُس
ُنقوۡ قِ قَ قصۡ܅نقإ
ۡ قكبقرۡق ܅ قَۡ قِܛقݙق قوۡ قيܛقي
ٱۡ ل
ۡ ق
ۡ قنقݙقݖ
٢
ۡ
ۡ
Artinya: Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.34
Jadi dalam membantu seseorang, haruslah suka rela, tidak pamrih
kepada oranglain. Sehingga bantuannya dapat berjalan dengan lancar.
d. Asas bimbingan seumur hidup
Setiap manusia yang hidup, pasti memiliki masalah entah kecil
maupun besar. Masalah ini tidak akan berhenti sebelum manusia itu mati.
Untuk itu bimbingan dan konseling islam dibutuhkan selama seumur
hidup.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian dari komponen
pendidikan. Oleh karena itu, pemberian layanan bimbingan dan
konseling dilakukan sepanjang hidup manusia.
e. Asas keseimbangan ruhaniyah
Dalam rohani manusia, terdapat daya kemampuan berfikir,
merasakan, kehendak hawa nafsu dan juga akal. Rohani manusia
memiliki unsur daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan
30
kehendak atau hawa nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan
sisi lain kemampuan fundamental potensial untuk :
1) Mengetahui (mendengar).
2) Memperhatikan atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau
dukungan pikiran).
3) Menghayati )hati atau af’idah, dengan dukungan kalbu dan akal(.
Konseli diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu
diketahuinya, kemudian memikirkan apa-apa yang perlu difikirkannya,
sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja, tetapi tidak
juga menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang perlu
dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis
yang jernih diperoleh keyakinan tersebut. Firman Allah (Q.S. Al-A’raf:
179) :
ۡ ܯقݐقلقو
ۡ
ۡ
أقرقم
ۡميقث
قكۡقݗ܅ݜقݟق قِۡܛقن
ۡ قݚقكمۡا
ٱ
ۡق
ِ
ۡقوۡ قكݚ
ٱ
ۡق
ل
ۡ قۖن
ۡ
ۡ ݗُݟق
ۡ
ۡ بݠُݖُق
ۡ
ۡ ݍقيۡ
َ
܅
ۡ ݗُݟق قوۡܛقݟقبۡ قنݠُݟقݐ
ۡ
ۡ
ق
ث
ۡ ُن
ۡ
ۡ ܞُيۡ
َ
܅
ۡ ݗُݟق قوۡܛقݟقبۡ قنوُ قِ
ۡ
ۡ ناقماقء
ۡ
ۡ سقيۡ
َ
܅
ۡ ܛقݟقبۡ قنݠُعقݙ
ۡ
ۡ قلْو
ُ
ث
ۡقكۡ قݑقئ
ٱ
ۡ
ق
ل
ۡ ن
ۡ ق
ۡ لقبۡ قݗ
ۡ
ۡ ݗُه
ۡ
ۡقض
ق
ث
ۡ ܆لۡ
ۡ قلْو
ُ
ث
ُۡݗُهۡ قݑقئ
ٱۡ ل
ۡ ق
ۡقنݠُݖقݍ
٩
ۡArtinya :Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.35
35
31
f. Asas kemaujudan individu
Dalam Bimbingan dan konseling islam, berlangsung pada citra
manusia menurut islam, memandang seseorang individu merupakan
suatu maujud (eksestensi) tersendiri. Individu mempunyai hak,
mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai
kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan
fundamental potensial rohaniahnya.36
Mengenai perbedaan individu antara lain dapat dipahami pada
firman Allah (Q.S. Al-Kahfi: 29).
ۡ قل
ُققو
ٱ
ۡق
ل
ۡ ݗُكقكب܅رۡݚقمۡ ܆ݎ
ۡ
ۡ ܛقشۡ ݚقݙق
ۡ ݖقفۡ قء
ۡ ܖُي
ۡ ܛ قشۡ ݚقمقوۡ ݚقم
ۡ ݖقفۡ قء
ۡ كقي
ۡ ُܱݍ
ۡ
ۡ ܛ܅نقإ
ۡ
ۡ
ق
ث
ۡ ܯقܢ
ۡܛقن
ۡ ܅ ݖق
ۡقنۡ قنقݙقݖ
ۡ ݗقݟقبۡ قطܛقح
ق
ثۡاًرܛ
ۡ
ۡ ܛقݟُ قلاق ُُ
ۡ
ۡ سقيۡنِ
ۡ ܛقݙقبۡ
ْاݠُثܛقغُيْۡاݠُثيقغقܢ
ۡلءۡ
ۡقك
ٱۡ
ۡ ݟُݙ
ۡ شقيۡ قل
ۡيقݠ
ٱۡ
ۡ قهݠُجُݠ
ۡ
ۡ ئقب
ۡ قۖ
ٱ
ۡ ܛقسقوۡ ُباق ܅َ
ۡ تقء
ۡ
ۡ ُܱ
ܛًݐقݍق
ۡ
٩
ۡArtinya: dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.37
g. Asas sosialitas manusia
Seperti yang kita tahu, Manusia merupakan makhluk social. Hal
ini di akui dan diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islami.
Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, merupakan aspek-aspek yang
36 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian, (Yogyakarta: Daristy, 2006), hal. 27-28.
37
32
diperhatikan dalam Bimbingan dan konseling Islami. Dalam bimbingan
dan konseling Islami, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan
hak individu dalam batas tanggung jawab sosial.
Dalam bimbingan dan konseling islami yang kami kutib,
sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu (jadi
bukan komunisme); hak individu juga diakui dalam batas tanggung
jawab sosial. Jadi bukan pula liberalisme, dan masih pula ada hak “alam”
yang harus dipenuhi manusia (prinsip ekosistem), begitu pula hak tuhan.
Dalam Firman Allah Swt mengenai asas sosialitas manusia,
dalam (Q.S. An-Nisa: 1) :
ۡ قي
ۡܛقݟ܆ي
أ
ق
ٱ
ۡ ُسܛ܅ن
ٱ
ۡ ُݗُك܅بقرْۡاݠُݐ܅
ٱ
ۡ ݍ܅نۡݚقكمۡ ݗُكقݐقݖقخۡ يق
َ
܅
ۡ لۖ
ۡۡ قو
ۡلةقܯقح
ۡ
ۡ ݜقمۡ قݎقݖقخقو
ۡܛقݟ
ۡ وقز
ۡ ݜقمۡ ܅ܣقبقوۡ ܛقݟقج
ۡ
م
َܛقجقرۡ ܛقݙُݟ
ۡميقث
قكۡ
ۡ ܛ قسقنقوۡ ا
ۡ مء
ۡۡقو
ٱ
ۡ ْاݠُݐ܅
ٱ
ۡق ܅َ
ۡٱ
ۡ ܛ قسقتۡ يق
َ
܅
ۡقݝقبۡ قنݠ
ُ قء
ۦۡ
ۡقوٱ
ۡ
ق
ل
ۡ ر
ۡ قعܛقح
ۡ
ۡ܅نقإ
ٱ
ۡ يقݖقعۡقن قَۡق ܅َ
ۡ ݗُك
ۡ
ۡمܞيق قر
ۡܛۡ
ۡ
Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.38
h. Asas kekhalifahan manusia
Allah menciptakan manusia di dunia ini sebagai khalifah yang
harus bisa menjadi pemimpin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
orang lain. Tuhan menganugerahkan kekuatan besar kepada manusia
berupa akal yang tajam, cita-cita yang tinggi, kemauan yang keras,
38
33
kesanggupan yang luar biasa.39 Sebagai khalifah, manusia harus
memelihara keseimbangan, sebab problem-problem kehidupan kerap kali
muncul dari ketidak seimbangan tersebut yang diperbuat oleh manusia itu
sendiri. Mengenai asas kekhalifahan manusia dalam Firman Allah (Q.S.
Ar-Ra’ad:11(:
ُۡ
ق
ل
ۥۡ
ۡ قبقكݐقعُم
ۡ ܠ
ۡ
ۡ ݚقكم
ۡ
ۡق نقب
ۡ يقܯقيۡ
ۡ ݚقمقوۡقݝ
ۡ
ۡ ݖقخ
ۡقݝقݍ
ۦۡ
ۡ قي
ُۡݝقنݠ ُ݄قݍ
ۥۡ
ۡ ݚقم
ۡ
ۡ
ق
ث
ۡقܱ
ٱ
ۡهق܅َ
ۡ
ۡ ܅نقإ
ٱ
ۡ
َۡق ܅َ
ق
ۡ ݠقݐقبۡܛقمُۡ قكيقغُي
ۡ ܅ِقحۡفم
ۡ
ۡه ݗقݟقسُݍن
ق
ܕقبۡܛقمۡ
ْاوُ قكيقغُي
ۡ
ۡ اقمِ
ۡ
ۡقلاقر
ق
ث
ٱ
ۡ ݠقݐقبُۡ ܅َ
ۡلمۡ
ۡ ݠُس
ۡمء
ُۡ
ق
لۡ܅لقܱق ۡ قَقفۡا
ۡ ۥۡ
ۡݚقكمۡݗُݟق ۡܛقمقو
ۡقݝقنوُل
ۦۡ
ۡ فظاقوۡݚقم
١
ۡ
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.40
Kedudukan Manusia seagai kholifah itu dalam keseimbangan
dengan kedudukanya sebagai makhluk Allah yang harus mengabdi
pada-Nya, dengan demikian juka memiliki kedudukan tidak akan
memperturutkan hawa nafsu semata.41
i. Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan,
keserasian, dalam segala segi. Dengan kata lain, Allah menginginkan
manusia berlaku adil terhadap diri sendiri, alam semesta, dan juga kepada
39 Fachruddin HS. Pembinaan Mental Bimbingan Al-Qur’an, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), hal. 18-21
40
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 250.
34
Allah SWT. Mengenai asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al
-Hadid ayat 25 :
ۡ ي܅ݍق ۡ ܅ݗُ
ۡ
ق قَۡܛقݜ
ۡ
ۡ قثاقء
ۡقوۡ ܛقݜقݖُسُܱقبۡ ݗقهقܱ
ۡ ي܅ݍق
ۡ قَيقعقبۡ ܛقݜ
ٱۡ ب
ۡ ܱق ۡ قݚ
ۡ يق اقءقوۡ قݗقي
ۡ قن
ۡ ُݝ
ٱ
ۡق
ل
ۡ قليقي
ۡ
ۡ ݖقعقجقو
ۡ قبݠ
ُݖُقۡ قفۡܛقݜ
ٱ
ۡ قݚيق
َ
܅
ٱ
ۡ
ثقرُۡهݠُعقܞ܅
ۡمܟقف
ۡ
ۡق حقرقو
ۡ مܟۡ
ۡ هقرقو
ۡ ًܟ܅يقنܛقܞ
ٱۡ ب
ۡ ܞقܢقكۡܛقمۡܛقهݠُعقܯقܢ
ۡ قن
ۡܛقݟ
ۡ يقݖقع
ۡ ݗقݟ
ۡ
ۡ
َقإ
܅
ٱۡ ب
ۡ ܛقغقܢ
ۡ ضقرۡقء
ۡ قو
ۡ قن
ٱ
ۡ ݠقعقرۡܛقݙق ۡق ܅َ
ۡقي قَقرۡ ܅ݎقحۡܛقه
ۡ ܛقݟقܢ
ۡ
ۡ قط
ق
ۡ يقتا
ۡܛقݜ
ٱ
ْۡاݠُݜقماقءۡ قݚيق
َ
܅
ۡ ݜقم
ۡ ݗُݟ
ۡ
ۡ ج
ق
ث
ۡ ݗُهقܱ
ۡ
ۡ يقث
قكقو
ۡ
ۡ ݜقكم
ۡ ݗُݟ
ۡۡ قف
ۡقنݠُݐقس
٧
ۡ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.42
j. Asas pembinaan akhlakul karimah
Salah satu tujuan dari Bimbingan dan Konseling Islam adalah
menjadikan Konseli menjadi seorang yang berakhlak karimah, dengan
memperbaiki perilaku-perilaku yang kurang baik, menyempurnakannya
menjadi perilaku yang baik dan sesuai dengan ajaran agama islam dan
adat-istiadat setempat. Dalam hal ini Bimbingan dan konseling Islami
membantu konseli atau yang dibimbing memelihara, mengembangkan
sifat-sifat yang baik sejalan dengan tugas dan fungsi Rasulullah di utus
oleh Allah SWT. Q.S. Al-Ahzab: 32.
ۡ قي
ۡ ܛ قسقن
ۡقء
ٱ
ۡ سق ۡ قك قب܅ن
ۡلܯقح
ق
ܕقكۡ ܅ ُُ
ۡ
ۡ قݚقكم
ٱ
ۡ ܛ قسقكنل
ۡقنقإۡقء
ٱ
ۡ يقݐ܅
ۡ ܅ ُُ
ۡ
ۡ
ق
تۡ قَقف
ۡ ع قض
ۡقبۡ قݚ
ٱۡ ل
ۡ ݠقݐ
ۡ ݁قيق ۡقظ
ۡق݅قݙ
ٱ
ۡقفۡيق
َ
܅
ۡ ݖققۡ
ۡقݝقܞ
ۦۡ
ۡ ضقܱق
ۡ
ۡ ݖُققو
ۡ ݠققۡ قݚ
ۡ
م
َ
ۡ ع܅مۡ
ۡمفوُܱ
ۡܛ
ۡ
35
Artinya :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.43
Sifat kepribadian yang baik (akhlak yang mulia) dari seorang
pembimbing diperlukan seorang pembimbing untuk menunjang
keberhasilannya melakukan bimbingan konseling islami.44 Sifat-sifat
yang baik itu diantaranya adalah: Siddiq (mencintai dan membenarkan
kebenaran),amanah (bisa dipercaya), tabligh (mau menyampaikan apa
yang layak disampaikan), fatonah (intelejen, cerdas, berpengetahuan),
mukhlish (ikhlas dalam menjalankan tugas), sabar, tawaduk (rendah
hati), saleh (mencintai, melakukan, membina, menyokong kebaikan),
adil, mampu mengendalikan diri.45
k. Azas Kasih sayang
Siapapun itu, Setiap orang memerlukan kasih sayang dan cinta
dari orang lain. karena dengan kasih sayang dan cinta, maka semua yang
akan dilakukan menjadi mudah. Untuk itu layanan bimbingan dan
konseling islam menggunakan kasih sayang dan cinta untuk
mempermudah jalannya proses bimbingan dan konseling.
Bimbingan dan Konseling islam dilakukan dengan berlandaskan
kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan
43
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 422.
44Hamzan Tualeka, dkk. Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press), hal.
158.
45
36
konseling akan berhasil.46 Asas ini dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al
-Imron ayat 31 :
ۡ لُق
ۡ
ۡ ݗُܢݜُكۡنقإ
ۡ
ۡقنݠ܆ܞق
ُ
ُ
ٱ
ۡقفۡق ܅َ
ٱ
ۡ ُيۡ قِݠُعقܞ܅ت
ۡ ܞقܞ
ُۡݗُك
ٱ
ۡ غقيقوُۡ ܅َ
ۡ ܱقݍ
ۡ
ۡ ݗُكقل
ۡ
ۡ ݗُكقبݠُنُم
ۡۡقو
ٱ
ُۡ ܅َ
ۡ رݠُݍق
ۡ
ۡ ݗيقح܅ر
ۡ
ۡ
ۡArtinya: Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.47
l. Azas Saling menghargai dan menghormati.
Dalam bimbingan dan konseling kedudukan konselor dan klien
pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya hanya terletak pada
fungsi saja yakni konselor memberikan bantuan sedangkan klien
menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara konselor dan klien
merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan
masing-masing sebagai makhluk Allah.
Konselor dipandang diberi kehormatan oleh klien karena dirinya
dianggap mampu memberikan bantuan mengatasi kesulitannya atau
untuk tidak mengalami masalah, sementara klien diberi kehormatan dan
dihargai oleh konselor dengan cara yang bersangkutan bersedia
membantu atau membimbingnya. Prinsip saling menghargai ini seperti
yang di ajarkan Tuhan dalam Qur’an Surat An-Nisa: 86.
46
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (yogyakarta: UII Press, 2001), hal. 33.
37
ۡلܟ܅يقحقܢقبۡݗُܢيقكيُحۡاقمِ
ۡۡقف
ۡ ح
ق
ܕقبۡ
ْاݠ܆يقح
ۡ ݜقمۡ قݚ قس
ۡ ܛقݟ
ۡ
ۡ و
ق
ث
ۡ
ۡه ܛقهو܆لُر
ۡ
ۡ ܅نقإ
ٱ
ۡ
ق قَۡقنقَۡق ܅َ
ۡ
ۡ قشۡ ق
ك ُك
ۡفء
ܛًܞيقسقح
ۡ
٦
ۡ
Artinya : Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.48
m.Azas Musyawarah.
Dalam proses bimbingan dan konseling islam dilakukan adanya
musyawarah dengan baik untuk mencapai tujuan layanan bimbingan dan
konseling. Sehingga tidak aka nada pihak yang merasa tertekan atau
menekan satu sama lain. Bimbingan dan konseling Islami dilakukan
dengan asas musyawarah. artinya antara pembimbing dengan yang di
bimbing terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak mendiktekan, tidak
ada rasa tertekan dan terbuka dalam berpendapat. 49 Asas ini dijelaskan
dalam Al-Qur’an surat Al-Imron ayat 159 :
ۡق حقرۡ ܛقݙقܞقف
ۡلܟۡ
ۡ قݚقكم
ٱ
ۡ ݗُݟق ۡ قܠقنۡق ܅َ
ۡ
ۡ ݠق قو
ۡ
ۡ ق݂يقݖقغۡ ܛ ً݄ق ۡ قܠݜُك
ٱۡ ل
ۡ ݖقݐ
ۡ
ق
لۡ قܜ
ۡ ݚقمْۡاݠ ܆ضقݍن
ۡ
ۡ ݠقح
ۡ قݑق
ۡۡقف
ٱ
ۡ
ۡق ۡ ُف
ۡ ݜ
ۡ ݗُݟ
ۡۡقو
ٱ
ۡ س
ۡ غقܢ
ۡ ܱقݍ
ۡ
ۡ ݗُݟق
ۡ
ۡ رقوܛقشقو
ۡ ݗُه
ۡ
ۡ قف
ٱ
ۡ
ق
ل
ۡ ۡ قܱ
ۡ
ۡ مقܲقعۡاقمقܗقف
ۡ ܅ّقݠقܢق ۡ قܠ
ۡ
ۡ
ق قَ
ٱ
ۡ ق܅َ
ۡ
ۡ܅نقإ
ٱ
ۡ ܆ܜق ُيۡق ܅َ
ٱۡ
نق قكّقݠقܢُݙ
٩
ۡ
Artinya :Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
48
Kementerian Agama, Al-Qur’an dan Terjemah,hal. 81.
38
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya (Q.S. Ali Imran: 159).50
n. Azas keahlian
Layanan bimbingan dan konseling islam harus dilakukan oleh
seorang yang sudah ahli dan terampil dalam hal tekhnik dan metodologi
serta dalam hal menangani masalah klien agar masalah klien bisa
terselesaikan sesuai dengan prosedur yang baik. 51
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling,
para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai
pengetahuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang ditampilkan oleh
konselor akan menunjang hasil konseling. asas ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 36 :
ۡ
ق
َقو
ۡ
ۡ ݐق
ۡ ُف
ۡ
ܛقم
ۡ
ۡ يقل
ۡ قۖ
ۡ
ۡقݑق
ۡ
ۡقݝقب
ۦۡ
ۡ ݖقع
ۡ ݗۡ
ۡ܅نقإ
ۡٱ
ۡ ݙ ܅س
ۡق݅ۡ
ۡقوٱ
ۡق
ل
ۡق قِ
ۡۡقو
ٱۡ ل
ۡقلاقܖُݍ
ۡ
ۡ܆ ُك
ۡ
ۡ قلْو
ُ
ث
ۡقݑقئ
ۡ
ۡقن قَ
ۡ
ۡ ݜق
ُۡݝۡ
ۡ ۖق
ُ
ۡ
م
َو
ۡ
٦
ۡ
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.52
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan
konseling islam itu dapat dirumuskan sebagai “membantu individu
mewu