• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan strategi Lightening the Learning Climate untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas III MI Hasyim Asy'ari Jambangan Candi Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan strategi Lightening the Learning Climate untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran matematika kelas III MI Hasyim Asy'ari Jambangan Candi Sidoarjo."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MOH. FIKRI HAIKAL NIM. D07213024

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada mata Pelajaran Matematika

Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Skripsi.

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing (1) Wahyuniati, M.Si, (2) Sulthon

Mas’ud, S.Ag. M.Pd.I

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa sebagian proses pembelajaran di sekolah masih kurang bervariatif sehingga siswa cenderung pasif, sulit memahami materi pembelajaran dan dampaknya menurunkan motivasi dan hasil belajar siswa. Idealnya proses pembelajaran di sekolah menggunakan pembelajaran yang PAIKEM. Sehingga harapannya siswa mampu aktif, senang, berani berkreasi dan berinovasi atapun mampu memahami materi dengan mudah.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana penerapan strategi lightening the learning climate dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika?, (2) Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa kelas III MI

Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika setelah menerapkan strategi lightening the learning climate dalam pembelajaran?. (3) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika setelah menerapkan strategi lightening the learning climate dalam pembelajaran?.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK dengan menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan subyek

penelitian kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi sidoarjo yang berjumlah 38

siswa. Setiap siklus dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Model penelitian ini telah dilaksanakan dengan baik pada siklus I dan siklus II. Dengan menerapkan strategi lightening the learning climate yang sudah terlaksana dengan baik pada siklus I dan pada siklus II. Sehingga terdapat peningkatan motivasi dan belajar siswa pada materi bangun datar mata pelajaran matematika kelas III MI Hasyim Asy’ari jambangan Candi Sidoarjo. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 78,82 (Cukup) dengan prosentase sebesar 70,6% (Cukup), adapaun nilai rata-rata motivasi belaja sebesar 83 dengan prosentase sebesar 70,59% Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar pada siklus II sebesar 86,57 (Baik) dengan prosentase sebesar 85,71% (Baik), adapaun nilai rata-rata motivasi belajar sebesar 84,4 (Baik) dengan prosentase sebesar 82,9% (Baik).

(7)

HALAMAN SAMPUL ... I

C. Tindakan Yang Dipilih ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Lingkup Penelitian ... 10

F. Signifikan Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran ... 12

1. Pengertian Strategi Pembelajaran... 12

2. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran ... 13

B. Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate... 15

1. Pengertian ... 15

2. Langkah-Langkah Penerapan………... ... 17

3. Kelebihan dan Kekurangan……….. ... 18

C. Motivasi Belajar………... 19

1. Pengertian Motivasi Belajar………... 19

2. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar………... ... 21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ... 24

4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar………... . 25

5. Ciri-Ciri Siswa Termotivasi Belajar………... .... 27

6. Indikator Motivasi Belajar………... 28

D. Teori Kreativitas………... ... 29

1. Pengertian Kretivitas………... ... 29

(8)

2. Tujuan Pembelajaran Matematika……… ... 32

3. Ruang Lingkup Matematika……….... ... 33

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian……….. ... 34

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian………… ... 37

C. Variabel yang Diselidiki……… ... 37

D. Rencana Tindakan……….. ... 38

E. Data dan Cara Pengumpulannya………. ... 45

F. Indikator Kinerja……… ... 60

G. Tim Peneliti dan Tugasnya……… ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. ... 63

1. Deskripsi Siklus I………. ... 63

2. Deskripsi Siklus II………. ... 76

B. Pembahasan……….. ... 89

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ...100

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...103

(9)

A.Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah sebagai mahkluk yang sempurna. Allah memberikan kepada manusia berupa akal pikiran yang membedakannya dengan makhluk ciptaan lainnya. Kesempurnaan yang berupa akal tersebut akan selalu berkembang selama manusia itu terus mengasanya dan terus belajar.

Belajar adalah bagian dari proses pendidikan. Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai peran penting dalam membentuk karakter, perkembangan ilmu dan mental seorang anak, yang nantinya tumbuh menjadi seorang manusia dewasa yang akan berinteraksi dan melakukan banyak hal terhadap lingkungannya, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.1

Pendidikan membutuhkan peran seorang guru. Guru adalah sebagai sumber belajar yang memiliki berbagai kemampuan untuk memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan. Upaya meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan bentuk pengembangan yang diberikan kepada setiap individu merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah.. Dengan memperoleh

(10)

bentuk pengetahuan dan keterampilan yang ada pada diri individu, maka akan memiliki kemampuan bertingkah laku yang mandiri di dalam masyarakat dengan bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut.2

Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator, evaluator, konselor, dan lain-lain sesuai dengan segala kompetensi (kemampuan) yang dimilikinya. Namun sebagai inti dari kegiatan pendidikan sekolah, proses belajar mengajar sangat menentukan hasil yang akan dicapai.3

Proses belajar mengajar, khususnya dari semua mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru namun ditakuti oleh siswa adalah mata pelajaran matematika. Sebenarnya matematika sendiri merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang memiliki peran yang sangat penting bagi keberhasilan mata pelajaran lainnya. Banyak orang yang memandang matematika sebagai mata pelajaran yang paling sulit. Meskipun demikian semua orang harus mempelajarinya karena matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Seperti halnya belajar bahasa (membaca dan menulis), apabila dalam belajar matematika terdapat sesuatu masalah atau mengalami kesulitan maka harus diatasi

2 Jean Amorie, Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate (Oktober 30, 2016). http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath/article/view/84

3

Delvinovita, Meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Matematika dengan menggunakan strategi Pembelajaran ekspositori siswa kelas VIII SMP negeri 1 Kampar Utara Kabupaten kampar

(11)

sesegera mungkin sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar matematika dan pada akhirnya dapat memajukan pendidikan di Indonesia.4

Mata pelajaran matematika adalah satu diantara mata pelajaran yang sangat vital dan berperan strategis dalam pembangunan iptek, karena mempelajari matematika sama halnya melatih pola inovatif dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun matematika sering kali hanya dipahami sebagai rumus-rumus yang sulit sehingga banyak siswa yang kurang menyukainya. Selain itu, Evawati Alisah dan Eko Prasetyo Dharmawan berpendapat, salah satu sebab utama dari kesulitan memahami matematika ialah karena sifatnya yang abstrak. Hal ini sangat kontras dengan alam pikiran kebanyakan dari kita yang terbiasa berpikir tentang obyek-obyek yang kongkret. Bahasa matematika adalah bahasa yang abstrak, bahasa yang dipenuhi dengan begitu banyak pelambang. Karena sifatnya yang abstrak inilah, seringkali kebanyakan orang awam mengira bahwa matematika itu tak ada hubungannya dengan dunia nyata yang kongkret.5

Heruman dalam bukunya yang berjudul Model Pembelajaran matematika juga mengatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol, ilmu dedukatif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.6

4 Fitri Nurchasanah, Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan Pembagian Melalui Model pembelajaran Konstektual (September 22, 2016). http://eprints.uns.ac.id

5 Alisah, Evawati, DKK, Filsafat Dunia Matematika,(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), 3-4

(12)

Matematika tidaklah sulit, dalam matematika setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi penguatan agar bisa mudah dipahami dan ingat dalam memori siswa sehingga akan melekat pada pola pikir dan pola tindakannya. Sebenarnya apabila kita bisa mengetahui cara belajar matematika yang tepat, kita pasti akan mengatakan bahwa matematika tidaklah sulit, tetapi mudah dan menyenangkan.

Matematika akan disenangi oleh siswa jika dalam proses pembelajaran siswa juga diberi motivasi. Motivasi belajar sangat diperlukan oleh siswa sebagai mana yang dikemukan oleh Sobel dan Maletsky; bahwa siswa akan belajar secara efektif dan efisien jika mereka benar-benar tertarik terhadap pelajarannya.7

Motivasi merupakan dorongan dan minat yang dimiliki oleh seorang siswa untuk belajar baik yang datangnya dari diri sendiri maupun dari luar, hal ini diperkuat oleh pendapat yang dikemukakan oleh Hamzah Uno yang menyatakan bahwa indikator yang mengindikasikan siswa memiliki motivasi dalam belajar adalah memiliki minat dan dorongan dalam belajar.8

Setiap siswa pasti memiliki kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut kekuatan mental yang mendorong terjadinya

7 Hamzah Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 23 8

(13)

belajar tersebut sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.

Dari hasil pengamatan penulis di MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi

Sidoarjo ditemukan permasalahan pada mata pelajaran Matematika. Namun peneliti di sini tidak mencari kesempurnaan. Juga tidak mencari guru yang buruk. Hanya saja peneliti mengamati pola pengajaran secara umum berdasarkan dua hal ; pertama, kualitas umum dan substansi instruksi dan kedua, perhatian siswa – apakah sebagian besar dari mereka mengkuti.9 Dan hasil kesimpulan yang didapatkan waktu observasi kelas dan proses wawancara kepada guru kelas yaitu sebagai berikut ; sebagian siswa masih sering bermain ketika mengikuti pelajaran, sebagian siswa tidak bersedia mengemukakan pendapatnya tentang materi yang dipelajari. Dan yang terakhir, siswa mudah bosan mengikuti pelajaran, hal ini ditunjukan banyaknya siswa yang masih bergurau dan kurang bersemangat.10

Maka dari permasalahn yang didapatkan di atas, terlihat bahwa motivasi belajar siswa masih tergolong rendah dan kemudian didapatkan data sebagai berikut: Berdasarkan analisa sementara peneliti, dari 38 siswa yang menyukai pelajaran matematika tidak banyak, bahkan kurang dari setengah yakni 36,8%. Yang kurang menyukai 42,1% dan sisanya 21,1% tidak menyukai. Dalam hal ini

9 Schmoker, Mike, Menjadi Guru yang Efektif, (USA: diterjemahkan dan diterbitkan oleh Erlangga,

2012)

10Kusno, Guru kelas 3 Mata Pelajaran Matematika MI Hasyim Asy’ari, wawancara pribadi, 28

(14)

sudah bisa dipastikan bahwasannya sebagian siswa terlihat kurang bersemangat atau kurang termotivasi dalam mengikuti mata pelajaran matematika, hal itu pasti akan berdampak pada hasil belajar siswa juga. Dan selebihnya secara umum dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di kelas berjalan satu arah dan monoton serta didominasi oleh aktifitas gurunya, sehingga selama proses pembelajaran berlangsung tidak terlihat adanya aktivitas siswa yang mengarah pada proses pembelajaran yang aktif baik mental, fisik maupun sosial. Rendahnya motivasi belajar siswa disebabkan oleh strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik perhatian siswa, karena selama ini guru cenderung menggunakan cara mengajar klasik seperti strategi latihan yaitu pembelajaran lebih banyak diisi oleh siswa mengerjakan latihan sementara guru hanya sebagai pengawas. Kemudian guru lebih cendrung bersifat protektif terhadap siswa, sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran serta pembelajaran lebih terkesan membosankan bagi siswa.

(15)

Strategi Lightening The Learning Climate adalah pembelajaran aktif yang kondusif dimana dalam penerapan strategi ini diselingi dengan humor-humor yang kreatif yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat siswa lebih ceria saja dan juga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Menurut Melvin L. Silberman bahwa “strategi pembelajaran Lightening The Learning Climate adalah sebuah kelas dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan meminta siswa menggunakan humor kreatif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat siswa berhumor ria, namun juga berpikir.11

Darmansyah juga mengatakan, humor dalam pembelajaran adalah komunikasi yang dilakukan guru dengan menggunakan sisipan kata-kata, bahasa dan gambar yang mampu menggelitik siswa untuk tertawa. Sisipan humor yang diberikan dapat berbentuk anekdot, cerita singkat, kartun, karikatur, peristiwa sosial, pengalaman hidup, lelucon atau plesetan yang dapat merangsang terciptanya suasana riang, rileks dan menyenangkan dalam pembelajaran. Bukan berbentuk lawakan yang terkadang yang menjurus pada lelucon-lelucon yang menyangkut pribadi seseorang, politik dan pornografi yang kurang bermanfaat.12

Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Jean Amorie,

dalam jurnalnya yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa

11 Jean Amorie, Peningkatan...(Oktober 30, 2016).

http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath/article/view/84

(16)
(17)

Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada analisa permasalahan pada latar belakang, maka permasalahan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan strategi lightening the learning climate dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika?

2. Bagaimanakah peningkatan motivasi belajar siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika setelah menerapkan strategi lightening the learning climate dalam pembelajaran?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran matematika setelah menerapkan strategi lightening the learning climate dalam pembelajaran?

C.Tindakan yang Dipilih

Merujuk pada latar belakang serta rumusan yang telah diuraiakan, penulis mempunyai sebuah gagasan yang inovatif. Gagasan yang dimaksudkan adalah dengan menerapkan strategi Lightening The Learning Climate Untuk membantu meningkatkan motivasi belajar siswa pada pelajaran matematika siswa kelas III MI

Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Dengan penerapan strategi lightening

(18)

humor dan menyenangkan namun tidak mengurangi tujuan belajar yang sesungguhnya yakni membantu siswa mampu memahami materi yang disampaikan. D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat di tentukan tujuan Penelitian Tindakan Kelas diantaranya, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penerapan strategi Lightening the Learning Climate pada mata pelajaran matematika siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui strategi Lightening the Learning Climate pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika melalui strategi Lightening the Learning Climate pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo.

E.Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada aspek permasalahan pembelajaran di MI

Hasyim Asy’ari. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti temukan. Supaya

penelitian ini bisa terfokus dan meminimalisir kesimpangsiuran yang mungkin terjadi pada pembahasan nantinya, peneliti membatasi pada hal-hal tersebut dibawah ini :

(19)

2. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi bangun datar

3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2016

– 2017

4. Implementasi pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini menerapkan strategi pembelajaran lightening the learning climate

F. Signifikan Penelitian

Jika hasil tujuan penelitian tindakan dapat dicapai, maka peneliti mengharapkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat bermanfaat :

1. Secara Teoritis:

Membantu memberikan sumbangsih ide seperti penerapan strategi pembelajaran atau pengayaan teori pembelajaran matematika di Madrasah/sekolah, khususnya materi bangun datar

2. Secara Praktis:

(20)

A.Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan. Adapun kozma dalam sanjaya menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk memfasilitasi peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.13 Strategi itupun sendiri berupa urutan-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan tertentu. Strategi pembelajaran mencakup juga pengaturan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.14

Strategi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sebab strategi adalah bagian dari seni, di mana pendidik dapat melakukan upaya peniruan, modifikasi, penyempurnaan, dan pengembangan alternatif model pembelajaran yang ada untuk penumbuhan kegiatan belajar siswa sesuai dengan kebutuhan, potensi, dan situasi lingkungan.15

Dengan demikian, strategi dapat diartikan sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai suatu tujuan dengan

13 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015) 13 14 Agus Suprijono, Coopeartive Learning Teori & Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2012) 83

(21)

menggunakan tenaga, waktu, serta kemudahan secara optimal. Apabila dihubungkan dengan proses belajar mengajar, strategi adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, tetapi juga termasuk di dalamnya materi atau paket pengajarannya.16

Guru setiap kali menyusun strategi ketika membuat persiapan pembelajaran. Strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berfikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari, termasuk proses memori (mengingat) dan proses metakognitif. Strategi pembelajaran bertujuan untuk mengajarkan siswa belajar atas kemauan dan kemampuan diri sendiri. Para ahli psikologi kognitif menyebutkan informasi dan pengalaman yang disimpan di dalam memori jangka panjang sebagai pengetahuan awal.

2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

Menurut Rowntree, ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian penemuan (exposition-discovery learning), strategi pembelajaran kelompok, dan strategi pembelajaran individual (groups individual learning.).17

16 Dr. Hamdani, M.A, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011) , 19

(22)

a) Strategi Penyampaian (exposition)

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

Berbeda dengan strategi discovery, yang mana bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas pendidik lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing. Karena sifatnya yang demikian strategi ini sering disebut juga sebagai strategi pembelajaran tidak langsung.

b)Strategi Kelompok

Belajar kelompok dilakukan secara beregu. Bentuk belajar kelompok ini bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau klasikal; atau bisa juga dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi ini tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, semua dianggap sama. Oleh karena itu, dalam belajar kelompok dapat terjadi peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh peserta didik yang kemampuannya biasa-biasa saja. Begitu pula sebaliknya, peserta didik yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh peserta didik yang kemampuannya tinggi.

c) Strategi Pembelajaran Individual (groups-individual learning)

(23)

oleh kemampuan individu peserta didik yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi pembelajaran ini adalah belajar melalui modul atau melalui kaset audio.18

B.Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate 1. Pengertian

Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik, dalam hal ini peserta didik aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dalam belajar serta penyajian materi bersumber dari lingkungan belajar peserta didik. Dengan strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate suatu kelas dapat dengan cepat menemukan suasana belajar yang rileks, informal dan tidak menakutkan dengan meminta peserta didik untuk membuat humor-humor kreatif yang berhubungan dengan materi kuliah. Strategi ini sangatlah informal, akan tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak peserta didik untuk berpikir.19

Menurut Wastrisa bahwa : Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate merupakan strategi pembelajaran dengan sistem kelompok, dimana sebuah kelas dapat dengan cepat mewujudkan iklim belajar informal yang santai dengan minat peserta didik menggunakn kreasi tentang materi pembelajaran

(24)

yang sangat diajarkan. Dan McBer juga menuturkan bahwa yang dikatakan Climate adalah “climate is a measure of the collective perceptions of pupils regarding those dimensions of the classroom environment that have a direct impact on their capacity and motivation to learn.”20 Atau jika diterjemahkan

sebagai berikut iklim adalah ukuran persepsi kolektif siswa mengenai dimensi-dimensi dari lingkungan kelas yang memiliki dampak langsung pada kapasitas dan motivasi mereka untuk belajar.

Menurut Silberman bahwa : Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate adalah sebuah kelas dengan cepat terwujud iklim belajar informal yang santai dengan minat peserta didik menggunaka humor kreaktif tentang materi pelajaran yang tengah diajarkan. Strategi ini tidak hanya akan membuat peserta didik berhumoria, namun juga berpikir.21

Menurut Zaini bahwa: Strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate merupakan strategi pembelajaran dimana suatu kelas dapat dengan cepat menemukan suasana belajar yang rileks, informal dan tidak menakutkan dengan meminta peserta didik untuk membuat humor humor kreatif yang berhubungan dengan materi yang dipelajari.

Strategi ini sangatlah informal, akan tetapi pada waktu yang sama dapat mengajak peserta didik untuk berpikir. Mengawali pembukaan materi dengan humor dan cerita dapat membuat suasana kelas menjadi lebih nyaman dan

(25)

mengurangi suasana formal di kelas serta meringankan iklim belajar di kelas. Proses pembelajaran yang terlalu formal di kelas dapat membuat kejenuhan pada peserta didik, sehingga konsentrasi terhadap suatu materi yang disampaikan oleh guru tidak langsung dapat diterima seutuhnya oleh peserta didik.

2. Langkah-langkah Penerapan

Menurut Silberman, bahwa langkah-langkah penerapan strategi lightening the learning climate sebagai berikut:

a) Guru dapat membuat lelucon tentang materi pelajaran dengan kreasinya sendiri.

b) Buatlah soal berupa pilihan ganda tentang materi yang akan Anda ajarkan. Tambahkan humor pada butir pilihan gandanya. Untuk tiap pertanyaan, perintahkan peserta didik untuk memilih jawaban yang menurut mereka merupakan jawaban yang tidak mungkin benar

c) Membuat soal cerita yang berisi sedikit humor pada pertanyaannya.

d) Jelaskan kepada peserta didik bahwa kita akan memulai pelajaran/perkuliahan dengan aktivitas pembuka yang menyenangkan sebelum masuk pada materi yang lebih serius.

e) Kelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil itu satu tugas untuk membuat kegembiraan atau kelucuan topik, konsep, atau isu dari materi yang dipelajari.

(26)

g) Tanyakan, “Apa yang mereka pelajari tentang materi kita dari latihan ini?”. h) Guru atau dosen memberi penjelasan atau melanjutkan pelajaran dengan

materi lain.22

3. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Zaini, Bermawy Muthe, bahwa :

a) Kelebihan Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate, yaitu: 1) Peserta didik yang lebih aktif dalam memberikan berbagai umpan balik. 2) Menciptakan suasana bela jar yang menyenangkan.

3) Meningkatkan motivasi dan suasana belajar

4) Mengajak peserta didik untuk menghargai hasil dari kreasi materinya. 5) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif sejak dimulainya pembelajaran. 6) Melatih rasa peduli, perhatian dan kerelaan untuk berbagi.

7) Meningkatkan rasa penghargaan terhadap orang lain. 8) Meningkatkan kecerdasan emosional

9) Mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi. 10) Melatih kemapuan berker jasama, team work.

11) Melatih kemampuan mendengarkan pendapat orang lain. 12) Peserta didik tidak malu bertanya kepada temannya sendiri.

b) Kekurangan Strategi Pembelajaran Lightening the Learning Climate, yaitu:

(27)

1) Peserta didik mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengungkapkan sebuah persoalan atau konsep yang menarik atau lucu.

2) Peserta didik yang pintar, bila belum mengerti tujuan yang sesungguhnya dari proses ini, akan merasa sangat dirugikan karena harus repot-repot membantu teman kelompoknya.

3) Peserta didik yang pintar juga akan keberatan karena nilai yang ia peroleh ditentukan oleh prestasi atau pencapaian kelompoknya.

4) Bila kerjasama tidak dapat dijalankan dengan baik, maka yang akan berkerja hanya beberapa orang peserta didik yang pintar saja.

C.Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Lebih lanjut Martin Handoko mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya.23

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dan praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

(28)

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktifitas belajar yang lebih giat dan semangat.24

Terkadang motivasi itu berasal dari humor. Karena di dunia pendidikan dan public speking, humor adalah alat efektif untuk memecah kebosanan. Ilmu yang disampaikan dengan bumbu humor akan menarik untuk didengarkan. Humor juga bisa menjadi cara lain memberi nasehat tanpa terkesan menggurui.25

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang

24 Dr. Hamzah Uno, Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), 23

25 Isa Alamsyah, Humortivasi Mengubah Dunia Melalui Tawa, (Depok: AsmaNadia Publising House,

(29)

menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.26

2. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar

Di dalam kegiatan belajar- mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.27 Dalam hal ini guru dapat menggunakan bermacam- macam motivasi agar murid- murid giat belajar. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi. Untuk itu rumusan yang dikemukakan Sardiman A.M., perlu difahami sebagai berikut:

a) Pemberian angka

Hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka / nilai yang baik. Agar angka ini dapat memberikan motivasi yang tepat, maka dalam memberikan angka kepada siswa diusahakan dapat berkaitan dengan values yang terkandung didalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi juga ketrampilan dan afeksinya.

26 Dr. Hamzah Uno, Teori motivasi dan pengukurannya analisis di bidang pendidikan, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), 23

(30)

b)Hadiah

Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Hadiah dapat diberikan kepada siswa yang berprestasi tertinggi atau rangking satu, dua dan tiga dari siswa lainnya. Pemberian hadiah bisa juga diberikan bukan bentuk beasiswa tetapi bisa berbentuk lain, seperti buku-buku tulis, pensil, balpoint dan buku-buku bacaan lainnya. Dengan cara itu siswa akan termotivasi belajar guna mempertahankan prestasi belajar yang telah mereka capai. Dan tidak menutup kemungkinan akan mendorong siswa lainnya untuk berkompetisi dalam belajar.

c) Persaingan/kompetisi

Digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Dengan adanya persaingan, baik persaingan individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, karena dengan persaingan akan tertanam dalam diri siswa untuk menjadi yang terbaik dan pertama.

d)Ego-involvement

Yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.

e) Memberi ulangan

(31)

f) Memberitahukan hasil pekerjaan siswa

Hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.

g) Pujian

Jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

h)Hukuman

Pada dasarnya, hukuman akan menjadi alat motivasi bisa dilakukan dengan pendekatan edukatif bukan serampangan. Kesalahan yang dilakukan siswa harus diberi hukuman dengan pendekatan edukatif Pendekatan edukatif ini dikonotasikan sebagai hukuman yang mendidik dan bertujuan untuk memperbaiki sikap dan perbuatan siswa yang dianggap salah.

i) Hasrat belajar siswa

(32)

j) Minat

Untuk membangkitkan minat siswa ini yang merupakan bagian dari motivasi dapat ditempuh guru dengan jalan antara lain dalam pelajara agar diberikan dan diberitahukan tujuan apa yang akan dipelajari siswa.28

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar tidak cukup dari diri sendiri melainkan motivasi dari sekelilingnya baik itu dari guru, teman sebaya, maupun tujuan pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan siswa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik dan memuaskan.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Perbuatan atau perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor didalam dirinya, dan lingkungan. Sesungguhnya faktor pribadi dan faktor lingkungan sering berbaur, sehingga sulit menentukan apakah sesuatu benar-benar faktor pribadi, misalnya kebutuhan berafiliasi merupakan kebutuhan bribadi. Jika dilacak terus, tidaklah mungkin bahwa kebutuhan berafiliasi justru sebagai hasil dari interaksi individu yang bersangkutan dengan lingkungan, dalam hal ini interaksi dengan orang lain. Pada dasarnya motif individu muncul dalam

tindakan individu setelah “dibentuk” oleh pengaruh lingkungan. Oleh sebab itu

(33)

motif individu untuk melakukan sesuatu, misalnya motif untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki atau diubah melalui belajardan latihan, dengan perkataan lain, melalui pengaruh lingkungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka secara garis besar dapat dijelaskan faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar terbagi atas dua yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar. Hal ini diperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Oemah Hamalik bahwa yang faktor motivasi belajar siswa yaitu faktor intrinsik, adalah motivasi yang murni yang timbul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Dalam hal belajar motivasi ini seperti perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut. Kemudian faktor ekstrinsik, adalah motivasi yang timbul berkat dorongan dari luar diri seseorang, seperti pujian, hadiah, peraturan dan tata tertib, suri tauladan orang tua, guru dan sebagainya.29

4. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar

Dr. Oemar Hamalik menjelaskan secara umum guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara khusus guru perlu melakukan berbagai upaya tertentu secara nyata untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya.30 Sedangkan Dr. Dimyati dan Drs Mujiono menjelaskan usaha yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sebagai berikut :

(34)

a) Optimalisasi penerapan prinsip belajar. Dengan cara memberi upaya sebagai berikut; 1) guru menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis, 2) guru mampu mengahadapkan siswa pada pemecahan masalah yang menantang, 3) mampu memusatkan kemampuan mental siswa pada program kegiatan tertentu, 4) guru mampu menyesuaikan bahan-bahan belajar sesuai perkembangan jiwa siswa, dan 5) guru perlu memberitahukan kriteria keberhasilan dan kegagalan siswa.

b) Optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran. Dengan cara memberi upaya sebagai berikut; 1) pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya, 2) memeliahara minat, kemauan, dan semangat belajarnya, 3) memberi kesempatan siswa beraktualisasi diri dalam belajar, 4) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, 5) menggunakan waktu secara bijak, 6) guru memberi rangsangan kepercayaan diri pada siswa.

(35)

mengatasi kesukaran belajarnya sendiri, 8) guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri.

d) Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar. Dengan cara membri upaya sebagai berikut; 1) guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, 2) mengikutsertakan siswa untuk memelihara fasilitas belajar, 3) mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan untuk belajar, 4) mengajak serta orang tua siswa untuk memperlengkap fasilitas belajar, 5) siswa diajak berdiskusi tentang keberhasilan dan kegagalan mencapai keinginan, 6) guru bekerja sama dengan pendidik lainnya untuk mendidik dan mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat. 31

5. Ciri-ciri Siswa Termotivasi Belajar

Berdasarkan dari beberapa penjelasan teori di atas, dapat diartikan bahwa murid yang dikata termotivasi dalam belajar adalah murid yang memuliki dorongan untuk belajar, memiliki sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki pelajaran lebih luas serta memiliki sikap yang kreatif dalam belajar. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sardiman bahwa murid yang memiliki motivasi adalah sebagai berikut :

a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

31 Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009),

(36)

c) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d) Lebih senang bekerja sendiri

e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin f) Dapat mempertahankan pendapatnya

g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.32

6. Indikator Motivasi Belajar

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka secara oprasional dapat disimpulkan indikator motivasi dalam penelitian ini sebagai berikut :33

a) Reward

1) Kecekatan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok. 2) Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika

b) Perhatian

1) Keantusiasan siswa selama proses pembelajaran matematika 2) Keterlibatan siswa selama proses pembelajaran matematika c) Ketekunan

1) Kesediaan siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran

2) Ketekunan dan rasa senang siswa dalam mempelajari pelajaran matematika d) Menunjukkan minat

1) Kesiapan siswa dalam proses kegiatan belajar matematika

(37)

2) Kesadaran siswa dalam usaha mempelajari pelajaran matematika D.Teori kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas seseorang ditandai oleh kemampuannya dalam mencetuskan gagasan-gagasan yang relatif baru (misalnya dalam cara memecahkan masalah), dapat menguraikan sesuatu secara lancar dengan bahasa dan istilah yang kaya serta bervariasi (misalnya proses terjadinya suatu peristiwa, atau cara membuat sesuatu), dan kemampuan untuk beralih dari suatu persoalan ke persoalan yang lain secara luwes (misalnya dalam menggunakan istilah, memecahkan suatu persoalan, dan lain-lain).34

Di sekolah, setiap siswa mempunyai tingkat kreativitas yang berbeda-beda. Siswa yang cerdas biasanya mempunyai kreativitas yang tinggi juga meskipun ada juga siswa yang kecerdasannya biasa-biasa saja tetapi memiliki kreativitas yang tinggi, demikian juga sebaliknya.

2. Cara Mengetahui Kreativitas Siswa

Dalam belajar, beberapa siswa yang kreatif biasnya tampak dari cara bekerja dan belajarnya yang seakan-akan tidak kehilangan akal. Jika ia mengalami kesulitan dalam memecahkan soal, ia datang dengan gagasan barunya. Kadang-kadang di kelas siswa tersebut melontarkan pertanyaan yang

34 Prof. Dr. Dedi Supriyadi, Membangun Bangsa Melalui Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja

(38)

kedengarannya aneh atau unik, misalnya: di mana Tuhan berada? Apa itu hari kiamat? Mengapa bumi bulat? Ada apa di langit? Mengapa kapal udara bisa terbang? Mengapa kapal laut tidak tenggelam? Gagasan yang unik seperti itu dapat muncul pada setiap mata pelajaran, termasuk menggambar, mengarang, atau memecahkan soal-soal matematika/berhitung.35

3. Cara Menanggapi Kreativitas Siswa

Menghadapi pertanyaan atau gagasan seperti yang aneh ataupun unik dari siswa, guru seyogjanya tetap bersikap dan bertindak bijaksana, dan tidak mematikan kreativitas siswa yang sedang berkembang tersebut. Berikan penjelasan sesuai kemampuan siswa untuk memahaminya, atau paling tidak

hargailah pertanyaan itu dengan mengatakan, “pertanyaanmu bagus. Sekarang

Bapak/Ibu guru akan menjelaskan seperti ini... kelak kalau kamu sudah memasuki pendidikan yang lebih tinggi akan makin mengetahui jawabannya

secara lengkap...dst”. Sebaliknya guru tidak sepantasnya memberikan jawaban

yang dapat mematikan kreativitas dan motivasi siswa, misalnya dengan

mengatakan, “pertanyaanmu menyimpang dari materi pelajaran ini, karena itu

lupakan dulu”.36

35 Ibid, 84-85

(39)

E.Hakikat Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan keterpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis dapat dikatakan lebih dominan pada siswa, sedangkan mengajar secara metodoligis dapat dikatakan intruksional yang dilakukan oleh guru. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru pada lingkungan belajar yang mengunakan sumber belajar.37 Matematika menurut Russefendi adalah bahasa simbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan strukutur yang terorganisasi.38 Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara stematik dan logis.39 Hakikat pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar adalah kemampuan menghitung dalam proses berfikir untuk mengoprasikan logika meskipun masih berhubungan dengan objek yang bersifat konkret.

Pembelajaran matematika pada tingkat sekolah dasar masuk pada fase konkret yang mana semua objek kajian matematika dihubungkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memecahakan masalah hitungan. Dalam matematika setiap konsep yang abstrak perlu diberikan penguatan agar dapat dipahami oleh siswa serta bertahan lama dalam memori ingatan siswa. Pada

37Ahmad Susanto, Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sedekolah Dasar, (Jakarta:Kencana

Prenadamedia Group,2013), 19

(40)

pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar harus terdapat keterkaitan dengan pengalaman yang dimiliki oleh siswa.

2. Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Menurut Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 Tahun 2006 dalam buku matematika 1 bahwa Mata pelajaran matematika diajarkan di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:40

a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

(41)

3. Ruang Lingkup Matematika

Ruang lingkup matematika SD/MI menurut PERMENDIKNAS Nomor 23 Tahun 2006 yakni:41

a) Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-sifatnya, serta mengunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

b) Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana meliputi unsur-unsur dan sifat-sifatnya serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

c) Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit serta mengalikasikannya dalam pemecahan sehari-hari.

d) Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan mengunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari.

(42)

A.Metode Penelitian

Metode penelitian mengunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dipilih untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. PTK dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom Actions Research (CAR).

Secara umum, ”action research” digunakan untuk menemukan pemecahan

permasalahan yang dihadapi seseorang dalam tugasnya sehari-hari di mana pun tempatnya, dsb.42 Namun kalimat ”action research” secara khusus dapat didefinisikan pula sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.43

Prof. Dr. Sugiyono juga menegaskan bahwa metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu

42 Masnur Muslich, Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research), (Jakarta: Bumi

Aksara, 2009), 7

43 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru, (Jakarta:

(43)

sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam pendidikan.44

Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai. Penelitian tindakan ini dilakukan untuk membenahi perbaikan mutu pada proses pembelajaran. Dalam hal ini, peneliti terjun ke lapangan untuk mengamati dan meneliti secara langsung pada saat guru melakukan proses pembelajaran atau mengajar. Peneliti dalam melakukan penelitian tindakan ini mengunakan bentuk kolaboratif, dari definisi yang telah disebutkan di atas dimana guru sebagai mitra kerja peneliti.

Menurut Susilo, mendefinisikan PTK sebagai sebuah proses penelitian yang terkendali secara berulang dan bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh guru atau calon guru yang bertujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi atau situasi pembelajaran. Selain itu menurut, Samsu Somadayo menyatakan mengenai pengertian PTK dengan memisahkan kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:45

1. Penelitian adalah menunjukkan kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu dalam hal yang diminati.

44 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: CV Alfabeta, 2016), 6

(44)

2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas yakni sekelompok siswa dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian ini, mengunakan model Kurt Lewin dalam penelitian tindakan kelas. Model Kurt Lewin berbentuk spiral yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan tidak hanya sekali namun berulang. Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus terdapat empat langkah pokok, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi.46

Gambar 3.1

Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin

46 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012) 49 Perencanaan

Sikus I

Pengamatan

Pelaksanaan

?

Perencanaan Refleksi

Pelaksanaan Siklus II

Refleksi

(45)

B.Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian

Setting / lokasi penelitian ini adalah MI Hasyim Asy’ari Jambangan, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Penentuan MI Hasyim Asy’ari Jambangan

Candi Sidoarjo sebagai tempat lokasi penelitian karena MI Hasyim Asy’ari tersebut

merupakan sekolahan yang baik dan juga banyak peminatnya. Disamping itu karena lokasinya dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga memudahkan dalam pelaksanaan penelitian.

Subjek penelitian adalah siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo tahun pelajaran 2016-2017. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2016-2017 pada mata pelajaran matematika kelas III dengan jumlah siswa sebanyak 38 siswa, yang terdiri atas 21 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki.

C.Variabel yang Diselidiki

Dalam Penelitian ini variabel yang diteliti yaitu: Penerapan Strategi Lightening the Learning Climate Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Adapun sub variabel yang diselidiki antara lain:

1. Variabel Input : Siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. 2. Variabel Proses : Penerapan Strategi Lightening the Learning Climate

(46)

D.Rencana Tindakan

Pada rencana tindakan peneliti memilih dan mengunakan model dari Kurt Lewin yakni 1) pelaksanaan, 2) perencanaaan, 3) pengamatan, 4) refleksi karena pada penerapan strategi lightening the climate masih terdapat kekurangan hingga melakukan pengulangan kembali dan melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Jika pada penerapan strategi lightening the climate pada siklus I dan siklus II belum berhasil maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.

Siklus I

1. Perencanaan(Planning)

Perencanaan adalah pada tahap ini peneliti mengidentifikasi bagaimana menerapkan strategi pebelajaran Lightening the Learning Climate dalam pelajaran matematika. Persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas, yaitu:

a) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : pada tahap ini peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan di siklus I.

b) Mempersiapkan kelengkapan dalam model pembelajaran dan sumber belajar peserta didik.

c) Membuat lembar pengelolaan pembelajaran menerapkan strategi pembelajaran Lightening the Learning Climate

d) Membuat lembar kerja peserta didik

(47)

f) Merencanakan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) 2. Pelaksanaan (Acting)

Pelaksanaan tindakan adalah pada tahap ini peneliti menerapkan rencana atau strategi pembelajaran yang sudah disusun dan dibuat tersebut pada proses pembelajaran matematika, sebagai berikut:

a) Kegiatan pendahuluan

1) Guru mengucapkan salam “Assalamu’alaikum Wr.Wb”

2) Ketua kelas memimpin do’a dan melanjutkan dengan do’a secara bersama -sama

3) Guru mengecek kehadiran siswa-siswi

4) Guru memberikan motivasi atau ice breaking untuk membangkitkan motivasi atau semangat siswa dalam melakukan proses pembelajaran 5) Guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi hari ini dengan

pengalaman yang dimiliki oleh siswa “bapak punya poto pigora di rumah

yang potonya disitu bapak terjatuh karena terpeleset kulit pisang. Sekarang siapa yang punya poto pigora berbentuk seperti kotak di rumahnya?”

6) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran b)Kegiatan Inti

Eksplorasi

(48)

2) Siswa membaca materi bangun datar (LK 1.1 bahan ajar materi bangun datar)

3) Siswa mendengarkan sedikit penjelasan materi dari guru materi bangun datar

4) Siswa membentuk kelompok kecil (7 kelompok setiap kelompok beranggota 5-6 orang)

5) Siswa mendapat lembar kerja dan alat dan bahan kegiatan yang sudah disiapkan yang dikerjakan secara berkelompok (LK 1.2 bermain dengan batang korek api)

Elaborasi

1) Masing-masing kelompok mengambil batang korek api

2) Guru memberi instruksi “buat 3 bangun datar dari 10 batang korek api” 3) Siswa harus bisa membuat 3 bangun dengan 10 batang korek api tanpa

lebih ataupun tersisa, kemudian menempelkannya dalam buku gambar dan mewarnainya atau menghiasnya

4) Kelompok yang paling cepat dalam menyusun mendapat 5 poin dan yang paling kreatif dapat tambahan 3 poin

5) Siswa mulai bekerja dan berdiskusi dengan teman kelompoknya

6) Siswa yang mempunyai poin paling banyak maka itulah pemenangnya47

47 Heru Kurniawan. 30 Permainan Kreatif Untuk Kecerdasan Logika Matematika Anak. (Bandung:

(49)

Konfirmasi

1) Guru memberikan penguatan atas hasil diskusi tersebut

2) Guru memberikan tambahan penjelasan mengenai materi bangun datar 3) Guru memberikan reward kepada pemenang

c) Kegiatan Penutup

1) Guru memberikan kesimpulan

2) Guru melakukan refleksi atas materi hari ini

3) Guru memberikan sebuah evaluasi dengan memberikan post test (LK 1.3 evaluasi soal pilihan ganda) dan melakukan tanya jawab terkait materi hari ini

4) Guru mengakhiri materi dengan bacaan hamdalah dan dilanjutkan dengan

membaca do’a secara bersama-sama

3. Pengamatan (Observing)

Observasi dilakukan pada saat tindakan berlangsung terhadap aktivitas belajar peserta didik, yaitu partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Observasi pada siklus I meliputi:

a) Pengamatan terhadap pengeloaan pembelajaran

b) Pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran c) Memberikan saran perbaikan untuk tujuan yang lebih baik.

(50)

kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo akan dilanjutkan pada siklus II.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi pada siklus I meliputi: a) Mencatat hasil observasi: mencatat kendala yang telah terjadi pada siklus I

dengan penerapan strategi Lightening the Learning Climate

b) Mengevalusasi hasil observasi: mengevaluasi kendala yang telah terjadi pada siklus I dengan penerapan strategi Lightening the Leraning Climate. Pada tahap ini peneliti dapat melakukan evaluasi dengan berdiskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan di siklus I.

c) Menganalisis hasil pembelajaran: pada tahap ini peneliti menganalisis hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah yang telah ditetapkan dalam RPP.

d) Menentukan kelemahan-kelemahan pada strategi Lightening the Learning Climate untuk dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya. e) Evaluasi tindakan siklus I. Peneliti melakukan evaluasi, yang mana agar dapat

(51)

siklus II. Namun apabila pada pelaksanaan siklus I yang telah diketahui hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus ke II. Pada umunya kegiatan siklus II memiliki banyak tambahan, karena siklus II ada untuk memperbaiki siklus I yang belum berhasil.

Siklus II

Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:

1. Perencanaan(Planning)

Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah kembali berdasarkan masalah yang terjadi pada tahap refleksi siklus I, yakni:

a) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah direvisi dari siklus I

b) Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran c) Menentukan waktu pelaksanaan siklus II

2. Pelaksanaan (Acting)

(52)

3. Pengamatan (Observing)

Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai semua proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung pada siklus II untuk melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan strategi Lightening the Learning Climate pada kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Pengamatan yang dilakukan di antaranya, sebagai berikut:

a) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada siklus II.

b) Mencatat semua masalah atau kekurangan pada pembelajaran matematika dengan mengunakan strategi Lightening the Learning Climate pada siklus II. c) Memantau kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi Lightening

the Learning Climate

d) Meneliti data yang diperlukan dalam penelitian seperti lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan siswa, lembar pengamatan guru, serta lembar kerja siswa yang telah dirancang sesuai dengan tujuan PTK pada siklus II.

4. Refleksi (Reflecting)

(53)

meningkatkan atau tidaknya motivasi dan hasil belajar siswa kelas III MI Hasyim

Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo. Jika meningkat maka tidak perlu

melanjutkan siklus-siklus selanjutnya. Namun apabila pada pelaksanaan siklus II yang telah diketahui kembali adanya hambatan, kekurangan pada proses pembelajaran maka perlu adanya pengulangan yakni dengan melanjutkan ke siklus-siklus selanjutnya. Pada umumnya kegiatan siklus selanjutnya akan memiliki banyak tambahan, karena siklus selanjutnya ada untuk memperbaiki siklus I dan II yang belum berhasil.

E.Data dan Cara Pengumpulannya

1. Sumber Data

Sumber penelitian tindakan kelas yakni: a) Guru

Dari sumber data guru, untuk melihat tingkat keberhasilan, kegagalan, implementasi dari strategi Lightening the Learning Climate

b)Siswa

Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai hasil penerapan peningkatan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika.

2. Cara Pengumpulannya

(54)

pengumpulann data dengan teknik angket, wawancara, dokumentasi, observasi serta teknik tes yang akan dijelaskan pada instrumen penelitian.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar pekerjannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.48

Dalam penelitian ini instrumen disusun dan dikembangkan dalam bentuk angket atau kuesioner. Instrumen angket digunakan untuk menjaring data dari responden mengenai variabel-variabel yang diteliti yaitu :

a) Angket

Angket juga bisa dikatakan dengan sebutan kuesioner, yakni seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis, dan objektif untuk menerangkan variabel ysng diteiliti. Instrumen pengumpulan data berisi daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk direspon oleh sumber data, yaitu responden.49

Teknik ini dilakukan peneliti guna memperoleh data tentang latar belakang siswa yang berhubungan dengan motivasi belajarnya. Angket ini dikenakan pada sasaran obyek siswa sebagai sampel. Berikut kisi-kisi

48 Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka

Cipta, 2006) 150

49 Musfiqon, H.M, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka,

(55)

instrumen angket/kuesioner motivasi belajar siswa mata pelajaran matematika dengan menggunakan skala linkert:

TABEL 3.1

Indikator Motivasi Belajar

No. Aspek Indikator No. Item

1. Reward Kecekatan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok 3. Ketekunan Kesediaan siswa dalam mengikuti

proses kegiatan pembelajaran

5, 7 Ketekunan dan rasa senang siswa dalam mempelajari pelajaran matematika

Setelah menentukan kisi-kisi indikator motivasi belajar, maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar pernyataan angket untuk siswa. Daftar pernyataan angket tertera pada tabel berikut ini :

(56)

2. Saya sudah mempersiapkan buku pelajaran matematika ketika guru memasuki kelas

3. Saya senantiasa menyiapkan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang penting terkait matapelajaran matematika

4. Matematika adalah pelajaran yang menarik dan menantang

5. Saya selalu mendengarkan dan mengikuti pelajaran matematika yang dijelaskan oleh guru

menjelaskan materi kepada teman-teman yang belum memahaminya 11. Matematika adalah pelajaran yang

paling saya senangi 14. Saya sering tanya kepada guru dan juga

teman saya jika ada materi yang sulit 15. Saya sering hadir ketika mengikuti les

matematika

16. Saya belajar matematika ketika akan menghadapi ujian

17. Saya selalu memperhatikan penjelasan guru

(57)

19. Saya jarang mengerjakan soal sendiri, lebih sering minta dikerjakan sama teman saya

20. Saya suka melibatkan diri dengan mengajukan usulan kepada guru saya tentang kegiatan belajar mengajar, contohnya kegiatan belajar matematika yang dilakukan dengan model-model permainan sederhana

Untuk Keterangan pilihan jawaban ialah sebagai berikut : SS adalah Sangat setuju, S adalah Setuju, TS adalah Tidak setuju, dan STS adalah Sangat tidak setuju.

b)Wawancara

Wawacara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan informasi melalui komunikasi secara langsung pada narasumber. Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara:

1) Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yan akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden.

2) Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun terperinci sehingga menyerupai check-list.50

50 Prof. Dr. Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka

(58)

Teknik wawancara ini sengaja dipilih karena tergolong penelitian deskriptif dan dilakukan untuk upaya mendapat data tentang pendapat mengenai proses pembelajaran yang dialami guru selama proses pembelajaran pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo dengan sebelum diadakan PTK dan sesudah diadakan PTK oleh peneliti dengan mengunakan strategi Lightening the Learning Climate serta data pendapat siswa mengenai strategi yang digunakan peneliti sebagai PTK. Berikut kisi-kisi pedoman wawancara :

TABEL 3.3

Kisi-Kisi Pedoman Wawancara untuk Guru

No. Masalah Tujuan pertanyaan Bentuk

(59)
(60)

c) Dokumentasi

Dokumentasi atau studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisa dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.51

Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-data foto-foto pada setiap siklusnya yang ada diproses pembelajaran kelas III di MI Hasyim Asy’ari dengan penerapan strategi Lightening the Learning Climate yang bertujuan sebagai penunjang hasil penelitian.

d)Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.52

Teknik ini sengaja dipilih dan digunakannya teknik ini dimungkinkan hasil penelitian lebih lengkap dan valid. Selain itu pengumpulan data ini untuk mengamati dan mencatat dari setiap siklusnya yang ada diproses pembelajaran kelas III di MI Hasyim Asy’ari dengan penerapan strategi Lightening the Learning Climate yang bertujuan sebagai penunjang hasil penelitian.

51 Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), 221

52 Drs. Zainal Arifin, Penelitian Penddikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT Remaja

Gambar

  Gambar 3.1 Diagram Alur PTK Model Kurt Lewin
 TABEL 3.1
Tabel wawancara di atas digunakan sebagai langkah awal dalam
  Tabel 3.4              Kisi-Kisi Instrumen Observasi untuk Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Radar adalah singkatan dari Radio Detection and Ranging yang artinya alat untuk mendeteksi adanya objek dengan menggunakan gelombang radio.. dimana gelombang radio

Sebagai contoh, dalam hal pemberian hak penguasaan hutan (HPH) serta pelepasan kawasan hutan untuk keperluan usaha perkebunan swasta. Saat undang-undang ini diterapkan

Adapun hipotesis tindakan yang penulis kemukakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: “Dengan implementasi Inquiry dapat meningkatkan pemahaman sifat

Gejala klinik yang khas adalah nyeri kepala, gangguan visual, kejang, gangguan kesadaran, dan gambaran radiologi berupa edema otak terutama di daerah posterior,

Desain tampilan dari program distem akademik SMP N 27 Surakarta terdiri dari beberapa menu yaitu home, profil, about, help, lap siswa, lap siswa kelas, lap guru, lap

[r]

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Iryandi dan Vannywati (2011) yang diperoleh hasil bahwa profesionalisme dan etika profesi berpengaruh positif terhadap

Data yang diperoleh di lokasi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin memiliki umur 20-30 tahun yang merupakan umur aman untuk melahirkan.Hal ini