SKRIPSI Oleh :
SYAFA’ATUR ROHMAH NIM. D97213124
PROGRAM STUDI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Concept Mapping
Siswa Kelas IV SDI darul Hikmah Krian Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Dosen pembimbing I Drs. Nadlir, M.Pd.I dan dosen pembimbing II Drs. H. Munawir, M.Ag
Kata Kunci : Pemahaman, Ilmu Pengetahuan Alam, Metode Concept Mapping Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo tentang materi gaya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Guru masih menggunakan metode ceramah sehingga pemahamn siswa masih kurang karena siswanya kurang aktif ketika guru menggunakan metode tersebut. Oleh karena itu diperlukan metode yang lebih berinovasi lagi selain menggunakan metode ceramah yaitu dengan menggunkana metode concept mapping untuk meningktakan pemahaman siswa tentang materi gaya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana penerapan
metode Concept Mapping dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk
meningkatkan pemahaman materi gaya siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo? (2) Bagaimana peningkatan pemahaman materi gaya melalui metode Concept Mapping dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo?
Metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan,(2)Pelaksanaan,(3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, tes, dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Penerapan metode Concept
Mapping untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi gaya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo berjalan dengan baik. (2) Ada peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode Concept Mapping siswa kelas IV di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo. Dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas pada siklus I memperoleh 79,3 dengan prosentase ketuntasan hasil belajar 66,6%, kemudian nilai rata-rata kelas meningkat pada siklus II yaitu memperoleh 91,3 dengan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa memperoleh 81,8%.
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR RUMUS ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tindakan yang Dipilih ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Lingkup Penelitian... 9
1. Pengertian Pemahaman ... 12
2. Indikator Pemahaman ... 13
3. Tingkatan Pemahaman ... 14
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 15
B. Konsep Dasar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1. Hakikat Pembelajaran Sanins ... 19
2. Pengertian IPA ... 20
3. Karakteristik Bidang Kajian IPA ... 20
4. Tujuan Pembelajaran IPA ... 21
5. Tinjauan Materi Gaya dalam Mata Pelajaran IPA ... 21
C. Metode Concept Mapping 1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 24
2. Pengertian Metode Concept Mapping ... 25
3. Langkah-langkah Metode Concept Mapping ... 25
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Concept Mapping ... 26
D.Hubungan Antara Pemahaman IPA dengan Metode Concept Mapping 1. Peningkatan Pemahaman IPA Materi Gaya Melalui Metode Concept Mapping ... 28
D.Rencana Tindakan ... 33
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 39
F. Indikator Kinerja ... 50
G.Teknik Analisis Data ... 51
H.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 55
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
RIWAYAT HIDUP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi dibandingkan
makhluk lain ciptaan-Nya disebabkan memiliki kemampuan berbahasa dan akal
pikiran/rasio, sehingga manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
yang berbudaya. Kemampuan mengembangkan diri dilakukan melalui interaksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.1
Sains berasal dari kata science yaitu istilah yang mengacu pada
masalah-masalah kealaman (nature). secara sederhana sains didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Sains juga merupakan
bagian dari ilmu pengetahuan yang terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan teori-teori yang merupakan produk dari proses ilmiah.
Namun demikian sebenarnya sains bukan hanya sebuah produk,
melainkan juga sebagai proses yang menghubungkan sistem, metode atau proses
pengamatan, pemahaman dan penjelasan tentang alam, seperti yang di tulis dalam
salah satu situs internet yang menyatakan bahwa sains merupakan suatu sistem
1 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung : Sinar Baru, 1989),
yang saling berhubungan dari metode-metode atau proses-proses yang digunakan
untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan alam semesta.2
Dinamika perubahan dan pengembangan teori-teori pembelajaran sangat
cepat dan sangat produktif, sehingga pembaharuan pendidikan sudah mengalami
percepatan siklus dari sepuluh tahunan, pada lima tahunan. Aspek-aspek yang
senantiasa menjadi perhatian para akademisi pendidikan antara lain kurikulum,
metode dan strategi pembelajaran, penilaian, dan pengolahan pendidikan.
Paradigma yang di usung dalam perubahan-perubahan tersebut adalah
demokratisasi penyelenggaraan pendidikan yang memperkuat pelibatan siswa,
guru, orang tua dan masyarakat dalam berbagai aspek penyelenggaraan
pendidikan.3
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran.
Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan
pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai
materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral
pembelajaran. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar,
gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan.
Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga
menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa
2 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta : Indeks, 2011), hlm 19
3 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press,
senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Mendidik
memerlukan cara dan metode yang dapat membantu peserta didik menyerap dan
memahami materi dan pengajaran yang disampaikan pendidik.4
Salah satu pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini nampak dari
rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.
Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat
konfensional yang tak menyentuh ranah demensi peserta didik itu sendiri, yaitu
bagaimana sebenarnya belajar itu. Dalam arti yang lebih substansial bahwa proses
pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominan guru dan tak
memberikan akses bagi anak diidk untuk berkembang secara mandiri melalui
penemuan dan proses berfikirnya.5
Dari proses belajar mengajar ini akan diperoleh suatu hasil yang pada
umumnya disebut hasil pengajaran, atau dikenal dengan istilah tujuan
pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi, agar memperoleh hasil yang optimal,
maka proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta
terorganisasi dengan baik.6
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
4 Abdul Fattah Abu Ghuddah, 40 Metode Pendidikan & Pengajaran Rasulullah SAW, (Bandung :
Irsyad Baitus Salam,2009) hlm 5
5 Trianto, Model-Model Inovatif Berorientasi Konstruktivis, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007) hal i
6 Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006),
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas danpertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan
bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.7
Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang
dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada,
pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi.8
Peneliti melakukan wawancara pribadi kepada guru mata pelajaran IPA
yaitu ibu Sayidatul Munifah, S.Psi tentang apa sajakah masalah yang ada di dalam
kelas IV SDI Darul Hikmah. Dan ternyata setelah saya melakukan wawancara
kepada beliau masih ada siswa yang belum paham materi.
Berdasarkan observasi peneliti, diketahui bahwa proses pembelajaran
yang berlangsung di kelas IV Sekolah Dasar Islam (SDI) Darul Hikmah Krian
Sidoarjo saat ini masih dominan menggunakan metode ceramah dalam
penyampaian materi dan media yang sesuai, sehingga menyebabkan siswa pasif
dalam proses pembelajaran.9
Dalam Pembelajaran IPA yang berlangsung di SDI saat ini
menggunakan sistem yang monoton, yaitu sistem yang bertumpu pada aktivitas
7 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta : Pustaka Belajar,
2009), hlm 54-55
8 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2006), hlm 124
9 Sayidatul Munifah, Guru Kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo, wawancara Pribadi, 19
guru. Pada umumnya guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam
mengajar karena mudah dilakukan dan cepat. Dapat dilihat dari hasil belajar siswa
yaitu 51,5% hal ini belum mencapai indikator yang ditentukan oleh peneliti dan
juga belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan oleh pihak sekolah yaitu
75.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru
memiliki cara atau metode mengajar yang baik dan mampu memilih metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang
akan disampaiakan. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan
memilih metode atau cara dalam menyampaikan materipelajaran agar diperoleh
peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA.
Metode Concept Mapping atau peta konsep sebagai salah satu metode
dari pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan suatu
pembelajaran yang efektif, yang mungkin bisa di persiapkan secara matang.
Metode ini merupakan suatu cara mengingat dan memahami apa yang telah siswa
pelajari. dalam metode Concept Mapping guru berperan sebagai fasilitator yang
membantu agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru
ke siswa.
Berdasarkan latar belakang diatas menunjukkan bahwa metode
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “PENINGKATAN
PEMAHAMAN MATERI GAYA MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM MELALUI METODE CONCEPT MAPPING SISWA
KELAS IV SDI DARUL HIKMAH KRIAN SIDOARJO”.
Berdasarkan penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti, adapun
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yaitu sebagai
berikut:
Pertama, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Atep Sujana
dari UPI Kampus Sumedang menyatakan bahwa dengan menggunakan peta
konsep, ternyata terdapat perbedaan yang signifikan antara. Dari 13 siswa yang
dijadikan sebagai subjek penelitian, diperoleh rata-rata tes awal (pretest) sebesar
65,00 dengan standar deviasi 8,66. Sedangkan hasil tes akhir (post test) diperoleh
nilai rata-rata 83,08 dengan standar deviasi 8,55.
Disamping hasil tes tertulis, dari hasil dari hasil rubric penilaian peta
konsep dan pembuatan peta konsep juga diperoleh hasil yang memuaskan.
Dari ke-13 subyek penelitian, diperoleh nilai rata-rata 73. Selian itu, dari hasil
wawancara diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar siswa merasa senang dan
merasa mudah belajar dengan menggunakan peta konsep.10
10
Kedua, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Akhmad
Muhaimin dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta menyatakan bahwa hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan yaitu penerapan metode concept
mapping dalam pembelajaran IPAmampu meningkatkan minat belajar siswa kelas
IV SD Negeri 3 Putatnganten. Hal ini terlihat adanya peningkatan jumlah siswa
yang berminat pada pelajaran IPA dari pra siklus hingga Siklus yaitu: 1) minat
belajar IPA siswa pada pra siklus siswa yang menyukai pelajaran IPA berjumlah
14 siswa atau dengan persentase hanya 30%. 2) Setelah dilaksanakannya
pembelajaran dengan menerapkan metode concept mappingpada siklus 1 siswa
yang berminat pada pelajaran IPA berjumlah 29 siswa dengan presentase 63%.3)
meningkat lagi pada siklus 2 siswa menyukai pelajaran IPA berjumlah 42 siswa
dengan presentase 91%.11
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan metode Concept Mapping dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam untuk meningkatkan pemahaman materi gaya siswa kelas
IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo?
11
2. Bagaimana peningkatan pemahaman materi gaya melalui metode Concept
Mapping dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDI
Darul Hikmah Krian Sidoarjo?
C. Tindakan yang Dipilih
Tindakan yang dipilih untuk memecahkan masalah yang ada di dalam
kelas IV pada materi gaya yaitu dengan peningkatan pemahaman materi gaya
mata pelajaran IPA melalui metode Concept Mapping Disini siswa diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman terkait dengan materi tersebut. Maka peneliti
dalam hal ini mengajak siswa agar lebih mudah memahami atau menjawab
pertanyaan yang sulit dengan menggunakan metode Concept Mapping.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan Penelitian
Tindakan Kelas diantaranya sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan metode Concept Mapping dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam untuk meningkatkan pemahaman materi gaya siswa kelas
IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman materi gaya melalui metode Concept
Mapping dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDI
E. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
kelas IV di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo dengan :
1. Subjek yang diteliti yaitu siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo
dengan jumlah 33 anak dalam satu kelas.
2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV
materi gaya dengan menggunakan metode Concept Mapping.
3. Langkah-Langkah menggunakan metode Concept Mapping adalah sebagai
berikut :
a. Menyiapkan potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep
utama.
b. Membagikan potongan-potongan kartu
c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik mencoba membuat suatu
peta yang menggambarkan hubungan antar konsep.
d. Memastikan peserta didik membuat garis penghubung antar
konsep-konsep tersebut.
e. Di setiap garis penghubung diharapkan peserta didik menulis kata atau
kalimat yang menjelaskan antar konsep.
f. Kalimat-kalimat itu menunjukkan asumsi yang dibangun peserta didik
g. Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik.
h. Sebagai bahan perbandingan tampilkan satu konsep yang Anda buat.
i. Hasil pekerjaan peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu
persatu.
j. Ajaklah seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap
peta-peta konsep yang di presentasikan.
k. Diakhir pembelajaran ajaklah seluruh kelas merumuskan beberapa
kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep tersebut.
4. Kompetensi Dasar
7.1.1 : Siswa dapat Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya (dorongan dan
tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda dengan Concept
Mapping
7.1.2 : Siswa dapat menyebutkan contoh gaya (dorongan dan tarikan)
dapat mengubah bentuk suatu benda dengan Concept Mapping
7.2.1 : Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu benda dengan Concept Mapping
dapat mengubah bentuk suatu benda dengan Concept Mapping.
F. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis :
Secara teoritik hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
ilmu pengetahuan bagi lembaga pendidikan khususnya yang berhubungan dengan
metode pembelajaran.
Manfaat Praktis :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru di Sekolah
Dasar Islam untuk memperbaiki proses pembelajaran serta dapat berkembang dan
meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai,
merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran, dan dapat menjadikannya
KAJIAN TEORI
A. Pemahaman Ilmu Pengetahuan Alam 1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada
jenjang pemahaman ini misalnya adalah : peserta didik atas pertanyaan Guru
Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang
terkandung dalam surat al-‘Ashr secara lancar dan jelas.1
Pembelajaran comprehension/pemahaman adalah pembelajaran yang
menghendaki peserta memahami hubungan antar faktor, antar konsep, dan
antar data, hubungan sebab-akibat, dan penarikan kesimpulan setelah proses
mengetahui dan mengingat. Kegiatan belajar yang menunjukkan pemhaman
antara lain :2
a. Mengungkapkan gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri
b. Menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri
c. Mendeskripsi dengan kata-kata sendiri
Siswa dapat dikatakan memahami suatu materi jika memenuhi
beberapa indikator. Indikator dari pemahaman itu sendiri yaitu mengartikan,
memberi contoh, mengklasifikasikan, menyimpulkan, menduga,
membandingkan dan menjelaskan.3
Indikator pemahaman dari kata kerja operasional kompetensi
kognitif yaitu, memperkirakan, mengkategorikan, mencirikan, merinci,
mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontrasikan,
mengubah, mempertahankan, menguraikan, menyalin, membedakan,
2
Supardi, penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor Konsep dan Aplikasi,
(Jakarta : Rajawali Pers, 2016) hlm 153
mendiskusikan, menggali, mencontohkan, menerangkan, mengemukakan,
mempolakan, memperluas, menyimpulkan, meramalkan, merangkum,
menjabarkan, menjelaskan, mengelompokkan, menggolongkan.4
Dari beberapa indikator pemahaman di atas sudah jelas jika seorang
siswa dapat dikatakan memahami suatu materi jika siswa tersebut dapat
mencapai indikator-indikator pemahaman tersebut dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri.
Pemahaman meliputi perilaku menterjemahkan, menafsirkan,
menyimpulkan, mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan
menggunakan kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri.
Dengan kata lain, pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan
kemampuan pesertadidik dalam menangkap pengertian suatu konsep.5
3. Tingkatan-tingkatan Pemahaman
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai
setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap
individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami
apa yang dia pelajari. Ada yang mampu memahami materi secara menyeluruh
dan ada pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang
telah dia pelajari, sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui. Untuk
4 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013),
(Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm 171
itulah terdapat tingkatan-tingkatan dalam memahami. Pengetahuan
komprehensi dapat dibedakan dalam tiga tingkatan :6
1. Pengetahuan komprehensi terjemahan seperti dapat menjelaskan arti
Bhinneka Tunggal Ika dan dapat menjelaskanfungsi hijau daun pada
tumbuhan.
2. Pengetahuan komprehensi penafsiran seperti dapat menghubungkan
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya, dapat
menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau
membedakan yang pokok dari yang bukan pokok.
3. Pengetahuan komprehensi ekstrapolasi. Dengan ekstrapolasi seseorang
diharapkan mampu melihat dibalik yang tertulis, atau dapat membuat
ramalan tentang konsekuensi sesuatu, atau dapat memperluas persepsinya
dalam arti waktu, dimensi, kasus, atau masalah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Pencapaian terhadap tujuan intruksional khusus (TIK) merupakan
tolak ukur awal dari keberhasilan suatu pembelajaran. Secara prosedural,siswa
dapat dikatakan berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan guru secara
langsung dengan tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes formatif yang
6 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
diadakan oleh lembaga pendidikan dengan baik. Kategori baik ini dilihat
dengan tingkat ketercapaian KKM. Untuk itu pasti terdapat hal-hal yang
melatarbelakangi keberhasilan belajar siswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus
keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan perjalanan proses
belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan
pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
Karena sebagai pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar, maka guru selalu diwajibkan
merumuskan tujuan pembelajarannya. Guru hanya merumuskan Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPK) karena Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
sudah tersedia di dalam GBPP. Tujuan Pembelajaran Khusus ini harus
dirumuskan secara operasional dengan memenuhi syarat-syarat tertentu,
yakni :
a) Secara spesifik menyatakan perilaku yang akan dicapai
b) Membatasi dalam keadaan mana perubahan perilaku diharapkan dapat
c) Secara spesifik menyatakan kriteria perubahan perilaku dalam arti
menggambarkan standar minimal perilaku yang dapat diterima sebagai
hasil yang dicapai.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan pada peserta didik disekolah. Guru adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Di dalam satu kelas peserta
didik satu berbeda dengan lainya, untuk itu setiap individu berbeda pula
keberhasilan belajarnya. Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru
dituntut untuk memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai
dengan keadaan peserta didik, sehingga semua peserta didik akan
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke
sekolah untuk belajar bersama guru dan teman sebayanya. Mereka
memiliki latar belakang yang berbeda, bakat, minat dan potensi yang
berbeda pula. Sehingga dalam satu kelas pasti terdiri dari peserta didik
yang bervariasi karakteristik dan kepribadiannya. Hal ini berakibat pada
berbeda pula cara penyerapan materi atau tingkat pemahaman setiap
adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar
sekaligus hasil belajar atau pemahaman peserta didik.
d. Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara
guru dengan anak didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang
mengajar. Anak didik yang belajar. Maka guru adalah orang yang
menciptakan lingkungn belajar bahkan kepentingan belajar anak didik.
Anak didik adalah orang yang digiring ke dalam lingkungan belajar yang
telah diciptakan oleh guru.
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat didalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan
ulangan. Alat-alat evaluasi yang umumnya digunakan tidak hanya
benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple-choice), menjodohkan
(matching), melengkapi (completation), dan essay. Masing-masing alat
evaluasi itu mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Menyadari
akan hal itu, jarang ditemukan pembuatan item-item soal yang hanya
menggunakan satu alat evaluasi. Dalam penggunaannya, guru tidak harus
memilih hanya satu alat evaluasi tetapi bisa menggabungkan lebih dari
f. Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, anak didik, kegiatan pengajaran, serta
bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi
biasanya dilaksanakan didalam kelas. Besar kecilnya jumlah anak diidk
yang dikumpulkan didalam kelas akan mempengaruhi suasana kelas.
Sekaligus mempengaruhi suasana evaluasi yang dilaksanakan. Sistem
silang adalah teknik lain dari kegiatan mengelompokkan anak didik dalam
rangka evaluasi. Sistem ini dimaksudkan untuk mendapatkan data hasil
evaluasi yang benar-benar objektif.7
B. Konsep Dasar Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1. Hakikat Pembelajaran Sains
Hakikat sains adalah sebagai a way of thinking (cara berpikit), a way
of investigating (cara penyelidikan), dan a body of knowledge (sekumpulan
pengetahuan). Sebagai cara berpikir, sains merupakan aktivitas mental
(berpikir) orang-orang yang bergelut dalam bidang yang dikaji. Sebagai cara
penyelidikan, sains memberikan gambaran tentang pendekatan-pendekatan
dalam menyusun pengetahuan. Observasi dan prediksi merupakan dasar
sejumlah metode dalam menyelesaikan masalah pengetahuan. Sebagai
7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta,
sekumpulan pengetahuan, sains merupakan susunan sistematis hasil temuan
yang dilakukan para ilmuan. Hasil temuan tersebut berupa fakta, konsep,
prinsip, hukum, teori maupun model ke dalam kumpulan pengetahuan sesuai
dengan bidang kajiannya, misalnya biologi, kimia, fisika, dan sebagainya.8
2. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu
pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah,
dengan ciri : objektif, metodik, sistematis, universal dan tentatif. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam
dan segala isinya. Trianto dalam bukunya “Model Pembelajaran Terpadu
dalam Teori dan Praktek”mendefinisikan IPA sebagai “ pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.9
3. Karakteristik Bidang Kajian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang
diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan
deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang
8
Siti Fatonah, Zuhdan K. Prasetyo, Pembelajaran Sains, (Yogyakarta : Penerbit Ombak, 2014), hlm 6
9 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Prestasi Pustaka, 2007),
dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu : (1) kemampuan
untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi
apa yang belum diamati, dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil
eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah.10
4. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Pada dasarnya tujuan pembelajaran IPA sebagai suatu kerangka
model dalam proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan tujuan pokok
pembelajaran terpadu itu sendiri, yaitu (1) : meningktakan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; (2) : meningkatkan minat dan motivasi; (3)
Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus.11
5. Tinjauan Materi Gaya dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Gaya adalah tarikan atau dorongan yang terjadi terhadap suatu
benda. Gaya dapat menimbulkan perubahan posisi, gerak atau perubahan
bentuk pada benda. Di kelas III, kamu telah mengetahui berbagai gerak
benda. Tahukah kamu, gerak apakah yang terjadi pada benda yang ada
disekitarmu? Apakah yang menyebabkan benda bergerak? Sebelum
10 Ibid, hlm 102-103
mengetahui penyebab benda bergerak, buatlah daftar gerak benda yang telah
kamu ketahui.
1. Gerak Benda
Dalam ilmu pengetahuan alam, menggerakkan suatu benda berarti
memberi gaya pada benda tersebut. Ketika menendang bola, berarti kamu
memberi gaya pada bola itu. Ketika memukul bola tenis, berarti kamu
memberi gaya pada meja itu. Sukakah kamu bermain sepak bola? Bola yang
dilempar atau ditendang berarti dikenai gaya. Akibatnya, bola bergerak.
Namun, tidak selamanya gaya menyebabkan benda bergerak. Cobalah kamu
menggerakkan dinding. Bergerakkah dindidng itu?
Tarikan dan dorongan menyebabkan benda bergerak. Tarikan dan
dorongan seperti itu termasuk gaya. Gaya bukan hanya dilakukan oleh
manusia melainkan juga dilakukan oleh hewan dan mesin-mesin. Hal itu
dapat kita lihat pada saat kuda menarik kereta, mobil melaju dijalan raya,
dan traktor menarik bajak disawah.
2. Beberapa hal yang Memengaruhi Gerak Benda
Telah kamu pelajari bahwa dorongan dan tarikan dapat
menyebabkan benda bergerak. Gerak benda ada yang makin cepat, makin
lambat, dan berganti arah. hal itu berarti gerak benda dipengaruhi oleh
Bumi mempunyai gaya tarik bumi. Gaya gravitasi bumi
menyebabkan benda selalu jatuh kebawah. Benda yang berat mengalami
gaya gravitasi lebih besar. Akibatnya, benda yang berat lebih sulit
digerakkan. Dapatkah kamu membuktikannya? Angkatlah botol kosong.
angkatlahbotol yang penuh berisi air. Manakah yang lebih sulit diangkat?
Botol yang penuh berisi air tentu lebih sulit diangkat daripada botol kosong.
Hal itu terjadi karena pengaruh adanya gaya gravitasi bumi.
3. Bentuk Benda
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memanfaatkan berbagai
macam benda. Setiap benda mempunyai bentuk dan fungsi tertentu.
Misalnya, pisau dibuat tipis karena berfungsi untuk memotong, wajan dibuat
lebar karena berfungsi untuk wadah (menggoreng), dan kabel dibuat
panjang karena berfungsi untuk menghantarkan arus listrik. Bagaimana
benda-benda itu dibentuk? Untuk memberi bentuk suatu benda, bahan baku
benda itu harus diberi gaya.
4. Arah Gerak
Selain dapat menyebabkan benda bergerak dan mengubah bentuk
benda, gaya juga dapat mengubah arah gerak benda. Gaya dapat
menyebabkan benda bergerak, mengubah arah gerak benda, dan
itu dipukul oleh temanmu, arah gerak bola menjadi berubah. Perubahan arah
gerak bola terjadi karena bola mendapatkan gaya. Demikian juga yang
terjadi pada saat bola dilemparkan, kemudian ditangkap. Ketika ditangkap,
bola berhenti. Hal itu terjadi karena bola mendapatkan gaya.12
C. Metode Concept Mapping
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut Pupuh metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian
yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran,
metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada
peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, salah satu keterampilan yangharus dimiliki oleh seorang guru
dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode.13
Metode merupakan salah satu “sub-system” dalam “sistem
pembelajaran”, yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Metode adalah cara
atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar
dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.14
12 Sri Harmi, Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Kelas IV SD dan MI, (Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2015), hlm 127-133
13 TIM LAPIS PGMI, Strategi Pembelajaran Paket 1, hlm 11
14 Triyo Supriyatno dkk, Strategi Pembelajaran Partisipasi di perguruan Tinggi, (UIN-Malang Press,
2. Pengertian Metode Concept Mapping
Konsep atau pengertian merupakan kondisi utama yang diperlukan
untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya berdasarkan ciri-ciri dari sekumpulan stimulus dan
objek-objeknya. Carrol mendefinisikan konsep sebagai suatu abstraksi dari
serangkaian pengalaman yang didefinisikan sebagai suatu kelompok objek
atau kejadian. Abstraksi, berarti suatu proses pemusatan perhatian seseorang
padasituasi tertentu dan mengambil elemen-elemen tertentu, serta
mengabaikan elemen yang lain.
Adapun yang dimaksud peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret
yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke
konsep-konsep lain pada kategori yang sama. 15
3. Langkah-langkah Metode Concept Mapping
a. Siapkan potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.
b. Guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan
konsep-konsep utama kepada peserta didik.
c. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali
membuat suatu peta yang menggambarkan hubungan antar konsep.
d. Pastikan peserta didik membuat garis penghubung antar konsep-konsep
tersebut.
e. Disetiap garis penghubung diharapkan peserta didik menuis kata atau
kalimat yang menjelaskan antar konsep.
f. Kalimat-kalimat itu menunjukkan asumsi yang dibangun peserta didik
dalam menjelaskan hubungan antar konsep.
g. Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik.
h. Sebagai bahan perbandingan tampilkan satu konsep yang Anda buat.
i. Hasil pekerjaan peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu
persatu.
j. Ajaklah seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap
peta-peta konsep yang di presentasikan.
k. Diakhir pembelajaran ajaklah seluruh kelas merumuskan beberapa
kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep tersebut.
4. Kelebihan dan kekurangan Metode Concept Mapping
1. Keunggulan Peta Konsep
Bagi Guru:
a. Pemetaan konsep dapat menolong guru mengorganisir seperangkat
pengalaman belajar secara keseluruhan yang akan disajikan.
b. Pemetaan konsep merupakan cara terbaik menghadirkan materi
menimbulkan efek verbal bagi siswa, karena siswa dengan mudah
melihat, membaca dan mengerti makna yang diberikan.
c. Pemetaan konsep menolong guru memilih aturan pengajaran
berdasarkan kerangka kerja yang hierarki, hal ini mengingat banyak
materi pelajaran yang disajikan dalam urutan yang acak.
d. Membantu guru meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengajarannya.
Bagi Siswa:
a. Pemetaan konsep merupakan cara belajar yang mengembangkan
proses belajar bermakna, yang akan meningkatkan pemahaman siswa
dan daya ingat belajarnya.
b. Dapat meningkatkan keaktifan dan kreatifitas berpikir siwa, hal ini
menimbulkan sikap kemandirian belajar yang lebih pada siswa.
c. Mengembangkan struktur kognitif yang terintegrasi dengan baik, yang
akan memudahkan belajar.
d. Dapat membantu siswa melihat makna materi pelajaran secara lebih
komprehensif dalam setiap komponen konsep-konsep dan mengenali
hubungan antara konsep-konsep berikut.
2. Kelemahan Peta Konsep
a. Perlunya waktu yang cukup lama untuk menyusun peta konsep,
b. Sulit menentukan konsep-konsep yang terdapat pada materi yang
dipelajari.
c. Sulit menentukan kata-kata untuk menghubungkan konsep yang satu
dengan konsep yang lain.16
D. Hubungan Antara Pemahaman IPA dengan Metode Concept Mapping
1. Peningkatan Pemahaman IPA Materi Gaya Melalui metode Concept
Mapping
Dengan menggunakan metode Concept Mapping ini siswa akan
lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru.
Karena seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Ada beberapa
peserta didik kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo yang sudah
menguasai materi dan memahami isi materi dan ada juga yang belum
memahami isi materi tersebut. Disini peneliti akan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan menggunakan metode Concept Mapping dan
harapan peneliti disini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik
tersebut.
16
Dalam pembelajaran IPA tidak semua peserta didik itu mampu
memahami semua materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini
peneliti mengambil materi gaya untuk dijadikan sebuah penelitian
tindakan kelas yang mana masalah di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo
adalah tentang pemahaman.
Metode Concept Mapping adalah salah satu pembelajaran
kooperatif yang dapat meningkatkan pemahaman peserta didik. Karena
Metode Concept Mapping pada intinya meringkas sebuah konsep-konsep
A. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas atau
yang biasanya di singkat dengan PTK. Dalam bahasa Inggris PTK diartikan dengan
Classroom Action Research, disingkat CAR. Namanya sendiri sebetulnya sudah
menunjukkan isi yang terkandung didalamnya.Oleh karena itu ada tiga kata yang
membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian pula yang dapat
diterangkan.
1. Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan
penting bagi peneliti.
2. Tindakan – sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas – sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Bataasan yang ditulis untukpengertian tentang
kelas tersebut adalah pengertian lama, untuk melumpuhkan pengertian yang
salah dan diapahami secara luas oleh umum dengan “ruangan tempat guru
mengajar”. Kelas bukan wujud ruangan tetapi sekelompok peserta didik yang
sedang belajar, kelompok orang yang sedang belajar dapat kerja di lab, lapangan
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.1
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan model Kurt Lewin yang
menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu :2
a) Perencanaan (Planning),
b) Aksi atau tindakan (Acting),
c) Observasi (Observing), dan
d) Refelksi (Reflecting), (Lewin 1990)
Gambar 1 : Bentuk Spiral, terdiri dari beberapa siklus
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian, dan
siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
1 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas,... hlm 12-13
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian atau lokasi penelitian tndakan kelas ini
dilaksanakan di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap di tahun
ajaran 2017/2018 yaitu pada bulan Februari dan Maret 2017. Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian
tindakan kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses
belajar mengajar yang efektif di kelas.
c. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK ini dilakukan melalui 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui edua siklus tersebut
dapat diamati peningkatan pemahaman siswa pada materi gaya mata pelajaran
IPA melalui metode Concept Mapping.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo tahun
pelajaran 2017-2018, dengan jumlah siswa 33 siswa dalam satu kelas, siswa
laki-laki berjumlah 12 dan siswa perempuan berjumlah 21 siswa. Kurikulum yang
digunakan adalah KTSP dengan kompetensi Dasar (KD) menyimpulkan hasil
benda, menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu benda.
Objek yang diteliti adalah kemampuan memahami materi gaya pada siswa
kelas IV SDI Darul Hikmah yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pembelajaran dengan metode Concept Mapping yang belum digunakan
pada pembelajaran materi tersebut dan akan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan memahami pada pembelajaran materi tersebut.
C. Variabel Yang Diteliti
Pada penelitian ini peneliti menggunakan variabel penerapan metode
pembelajaran Concept Mapping untuk meningkatkan pemahaman materi gaya kelas
IV di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo. Didalam variabel tersebut terdapat beberapa
varibel yaitu :
1. Varibel Input : Siswa kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo
2. Variabel Proses : Penerapan metode Concept Mapping
3. Variabel Output : Peningkatan Pemahaman materi gaya
D. Rencana Tindakan
Pada rencana tindakan kelas ini peneliti memilih dan menggunakan model
Kurt Lewin. Dan pada setiap siklus meliputi empat komponen diantaranya : 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Model ini dipilih oleh
hingga melakukan pengulangan kembali dan melakukan perbaikan-perbaikanpada
siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Jika pada
penerapan metode Concept Mapping pada siklus pertama dan siklus kedua belum
berhasil maka peneliti akan melanjutkan dengan siklus-siklus selanjutnya.
1. Siklus 1
Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan
refleksi.
a. Perencanaan (Planning)
Tahap ini merupakan tahap pembuatan rancangan RPP, menyusun
fasilitas, sarana atau media yang dibutuhkan, mempersiapkan instrumen untuk
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan yaitu : lembar kerja,
lembar observasi guru dan siswa.
Langkah-langkah menentukan perencanaan dalam siklus 1 sebagai
berikut :
1. Menentukan waktu untuk pelaksanaan perbaikan, sekaligus melakukan
kesepakatan bahwa peneliti akan mempratekkan RPP dan guru bertindak
sebagai observer.
2. Pembuatan instrumen penelitian yang berupa :
a. Instrumen observasi guru
b. Instrumen observasi aktivitas siswa
Alat/media yang digunakan adalah buku paket Ilmu Pengetahuan Alam.
4. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Materi Gaya mata
pelajaran IPA, menggunakan metode pembelajaran Concept Mapping.
5. Membuat instrumen penilaian untuk mengukur pemahaman siswa.
Instrumen evaluasi berupa Lembar Kerja (LK) individu.
6. Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
Berdasarkan kriteria, peneliti ingin mengetahui seberapa efektif
tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus 1, jika tujuan tersebut telah
dicapai maka tindakan perbaikan dihentikan (siklus selesai). Namun apabila
belum tercapai, maka peneliti terus melakukan perbaikan-perbaikan pada
siklus berikutnya.
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan peneliti (guru) melaksanakan pembelajaran
pada materi gaya dengan menerapkan metode Concept Mapping. Kegiatan
pelaksanaan yang dilakukan sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disusun untuk siklus 1. Adapun rincian rencana pelaksanaan
pembelajarannya, meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
c. Pengamatan (observing)
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan
melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran
Concept Mapping dikelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo. Pengamatan
yang dilakukan diantaranya sebagi berikut :
1) Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau
kekurangan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunakan metode pembelajaran Concept Mapping.
2) Meneliti dan menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian seperti
lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan kegiatan siswa,
lembar pengamatan kegiatan guru, lembar kerja siswa.
d. Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menganalisis hasil
observasi yang dilaksanakan pada siklus 1, Peneliti mengevaluasi hasil
observasi, mengenalisis hasil pembelajaran, yang mana dapat diketahui
apakah kegiatan yang dilakukan pada siklus 1 dapat meningkatkan
kemampuan memahami siswa dalam materi gaya. Peneliti juga dapat
mencatat kelemahan-kelemahan proses pembelajaran pada siklus 1 untuk
dijadikan bahan penyusunan perancangan siklus berikutnya sampai tujuan
PTK tercapai.
Setelah pelaksanaan siklus pertama dengan empat tahapan tersebut
diatas, apabila sudah diketahui keberhasilan atau hambatan dalam tindakan
yang dilakukan dalam siklus pertama, peneliti kemudian mengidentifikasi
Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi keberhasilan, untuk
meyakinkan, atau untuk menguatkan hasil. Tetapi pada umumnya kegiatan
yang dilakukan dalam siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan
dari tindakn sebelumnya yang belum berhasil dalam meningkatkan
kemampuan memahami.
2. Siklus 2
Apabila telah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan
yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, maka guru bersama
penelitimenentukan perancangan siklus berikutnya untukmenguatkan hasil.
a. Perencanaan (Planning)
Kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap perencanaan
pada siklus 2 yaitu membuat rencana pembelajran berdasarkan refleksi dan
hasil analisis yang telah dilakukan pada siklus1. Dari hasil tersebut peneliti
melakukan beberapa hal-hal sebagai berikut :
1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 dengan
memperhatikan kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada siklus 1.
2) Menyiapkan lembar kerja sebagai penerapan dari metode Concept Mapping.
3) Menyiapkan soal lembar evaluasi siswa sebagai penilaian dari hasil
4) Membuat format penilaian serta menyiapkan sarana dan prasarana yang
dapat mendukung dalam proses pembelajaran.
5) Menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian tindakan kelas.
Penyusunan instrumen pengumpulan data sebagai berikut :
1. Lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola proses pembelajaran
didalam kelas sesuai yang telah direnacanakn didalam RPP dengan
menggunakan metode Concept Mapping pada mata pelajaran IPA.
2. Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
menggunakan metode Concept Mapping.
6) Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa
dikatakan berhasil apabila mencapai kriteria ketuntasan minimal dengan
nilai 75).
b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus 2 peneliti dibantu guru mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dalam melaksanakan skenario pembelajaran
seperti yang telah direncanakan dalam RPP seperti pada siklus 1, siklus 2 ini
guru kembali bertindak sebagai observer dan peneliti sebagai guru dalam
menerapkan tindakan pembelajaran.
c. Pengamatan (Observing)
Pada tahap pengamatan ini, peneliti melakukan pengamatan mengenai
perbaikan pembelajaran dengan metode pembelajaran Concept Mapping di
kelas IV SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo.
Pengamatan yang dilakukan diantaranya sebagai berikut :
1) Mengamati semua proses pembelajaran dan mencatat semua masalah atau
kekurangan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan
menggunkana metode Concept Mapping.
2) Meneliti dan menyeleksi data yang diperlukan dalam penelitian seperti
lembar observasi yang meliputi lembar pengamatan kegiatan siswa, lembar
pengamatan kegiatan guru, lembar kerja siswa.
d. Refleksi (Reflecting)
Peneliti melakukanrefleksi terhadap pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2
serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan metode
Concept Mapping dalam upaya meningkatkan pemahaman pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam materi gaya pada siswa kelas IV SDI Darul Hikmah
Krian Sidoarjo.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Data
Data ialah sekumpulan fakta tentang sesuatu fenomena, baik berupa
baik, buruk, berhasil, gagal, tinggi, rendah, yang dapat diolah menjadi
informasi.3
2. Sumber Data
Sumber data dalam PTK adalah sebagai berikut :
a. Siswa
Dari sumber data siswa, untuk mendapatkan data mengenai hasil
penerapan peningkatan pemahaman pada materi gaya.
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi metode
pembelajaran Concept Mapping terhadap kemampuan pemahaman siswa
materi gaya dalam proses pembelajaran.
c. Teman Sejawat/Kolaborator
Teman sejawat/kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk
melihat PTK secara komprehensif, baik dari siswa maupun guru.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diambil atau dilakukan peneliti adalah
teknik observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. teknik pengumpulan data
tersebut dilakukan oleh peneliti diupayakan agar mendapatkan hasil yang valid,
maka peneliti melakukan pengumpulan data dengan beberapa cara :
3 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung : PT Remaja
a. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang sering
digunakan dalam penelitian tindakan kelas. Secara umum, batasan tentang
wawancara dapat diartikan sebagai proses bertemu muka antara para
guru-peneliti dan para siswa, yang direncanakan untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan. Beberapa informasi yang mungkin dapat dikumpulkan,
ketika seorang peneliti bertatap muka dengan responden diantaranya
perspektif pendapat atau reaksi mereka terhadap treatment yang diberikan
oleh guru dikelas, sesuai dengan yang mereka alami. Dalam penelitian
tindakan kelas, wawancara yang baik adalah enggunakan wawancara
mendalam. Menurut Bogdan (1984), wawancara mendalam biasanya
mengarah kepada pernyataan, dan pendapat responden dalam situasi yang
spesifik dan relevan, dengan tujuan yang hendak diteliti.
Dalam kaitannya dengan wawancara, lebih jauh Bogdan juga
membedakan menjadi tiga macam, yaitu wawancara dengan mengacu
kepada sejarah hidup atau otobiografi responden; wawancara penyelidikan
tentang peristiwa dan aktivitas yang dipantau; serta wawancara yang
ditujukan untuk memilih gambaran secara luas mengenai latar belakang,
situasi, dan keadaan sekelompok responden. Masih dalam kaitannya dengan
wawancara secara prospektif, Dezin (2000 : 633) menyatakan bahwa bentuk
waancara mendlam biasanaya memiliki ciri-ciri melibatkan individual atau
menggunakan percakapan verbal; kadang menggunakan kuesioner sebagai
pedoman wawancara atau model terstruktur; dan menggunakan telepon
misalnya untuk survei.4
Berikut ini adalah lembar wawancara peneliti dengan guru kelas IV
yaitu ibu Sayidatul Munifah, S.Psi :
1. Apa sajakah permasalahan yang ada didalam kelas IV SDI Darul
Hikmah ini?
2. Adakah siswa yang belum faham dengan materi yang Anda sampaikan?
3. Ketika Anda mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam metode
apakah yang sering Anda gunakan?
4. Apakah Anda pernah menggunakan metode lain seperti membuat peta
konsep?
5. Berapakah jumlah siswa kelas IV SDI Darul Hikmah?
6. Dari 33 jumlah siswa, berapakah jumlah siswa laki-laki dan jumlah
siswa perempuan?
7. Dari 33 jumlah siswa yang ada didalam kelas ini, kira-kira berapa persen
siswa yang belum faham dengan materi yang Anda sampaikan?
4 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya,
b. Observasi
Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun
bahan-bahan keterangan (=data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhdap fenomena-fenomena yang sedang
dijadikan sasaran pengamatan.5
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. pengamatan partisipasif dilakukan oleh orang yang
terlibat secara aktif dalam proses pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini
dapat dilakukan dengan pedoman pengamatan (format, daftar, cek), catatan
lapangan, jurnal harian, observasi aktivitas dikelas, penggambaran interaksi
dalam kelas, alat perekam elektronik, atau pemetaan kelas. Pengamatan
sangat cocok untuk merekam data kualitatif, misalnya perilaku, aktivitas,
dan proses lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam observasi adalah :
1. Memerhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati, baik
yang umum maupun yang khusus. Kegiatan umum yang harus
diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi dikelas harus diamati dan
dikomentari serta dicatat dalam lapangan. Sementara itu, observasi
kegiatan khusus, hanya memfokuskan pada keadaan khusus yang
terjadi dikelas, seperti kegiatan tertentu atau praktik pembelajaran
tertentu yang sudah didiskusikan sebelumnya.
2. Menentukan kriteria yang diamati, dengan terlebih dahulu
mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.6
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu guru
sering menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi kepada
peserta didik. Oleh karena itu, peneliti berencana akan menggunakan
metode Concept Mapping untuk meningkatkan pemahaman pesera didik.
c. Tes
Secara Harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno :
testum dengan arti : “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia”
(maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat
diperoleh jenis-jenis loga mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa
Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab : Imtihan.
Ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan
dengan uaraian diatas, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang
masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Test adalah alat atau
prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian;
6Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,.... hlm
testing berarti saat dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya
pengukuran dan penilaian; tester artinya orang yang melakukan tes atau
pembuat tes, atau eksperimentor, yaitu orang yang sedang melakukan
percobaan (eksperimen); sedangkan testee (mufrad) dan testees (jama’)
adalah pihak yang dikenai tes (= peserta tes = peserta ujian), atau pihak
yang sedang dikenai percobaan (= tercoba).7
Tes sebagai instrumen sangat lazim digunakan dalam penelitian
tindakan kelas. Hal ini disebabkan dalam PTK pada umumnya salah satu
yang diukur adalah hasil belajar siswa dan hasil belajar siswa slah satunya
diukur dengan menggunakan instrumen tes.
Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang
atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat
perkembangan salah satu atau beberapa aspek psikologis didalam dirinya.
Aspek psikologis dapat berupa prestasi atau hasil belajar, minat, bakat,
sikap, kecerdasan, reaksi motorik, dan berbagai aspek kepribadian lainnya.
8
Peneliti menggunakan instrumen tes berupa soal-soal tes. tes
tertulis dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Pre test
7 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hlm 66
8 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru,...
Pre test dilakukan sebelum siswa melakukan pembelajaran
dengan menggunakan metode pembelajaran Concept Mapping. Pre
test bertujuan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan awal
siswa tentang materi yang akan disampaikan.
2) Post test
Post test diberikan setelah melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode Concept Mapping. Bertujuan untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan siswa mengenai materi yang telah
disampaikan.
Pedoman penskoran untuk melakukan tes tulis (uraian) yaitu
jika siswa dapat menjawab soal sesuai dengan kriteria penilaian
berikut :9
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah laporan tertulis tentang peristiwa yang terjadi
didalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan
data-data foto, serta rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada pada
proses pembelajaran kelas IV di SDI Darul Hikmah Krian Sidoarjo dengan
menggunakan metode Concept Mapping yang bertujuan sebagai
penunjang data.
F. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk melihat tingkat
keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau memperbaiki mutu PBM
dikelas. Indikator kinerja harus realistik dan dapat diukur (jelas cara mengukurnya).
tarikan) dapat
mengubah
bentuk suatu
benda dengan
Concept
Indikator yang ditentukan peneliti untuk ketuntasan hasil belajar siswa yaitu
minimal sebesar 80% sedangkan untuk nilai rata-rata kelas ≥ 75 setelah mendapat
tindakan dari guru/peneliti dalam penelitian tindakan kelas di bandingkan
sebelumnya.
G. Teknik Analisis Data
Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Dalam penelitian
tindakan kelas, analisis dilakukan peneliti sejak awal, pada setiap aspek kegiatan
penelitian. Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya
PTK, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam kegiatan PTK. Dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua jenis data yang dapat dikumpulkan
oleh peneliti, yakni :
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) dapat dianalisis secara deskriptif.
Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Misalnya
mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar, dan lain-lain.
b. Data kualitatif, yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang
memberi gamabarn tentang ekspresi siswa berkaitan dengan tingkat
pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif), pandangan atau sikap
siswa terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktivitas siswa mengikuti
pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan
siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar :
dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Aktivitas siswa dalam PBM dengan
menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM tersebut. Kemudian dikategorikan
dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Implementasi pembelajaran dengan
menganalisis tingkat keberhasilannya, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.10
Ketuntasan Klasikal : . . . x100%
Rumus Menghitung Prosentase Aktivitas Guru dan Aktivitas Siswa11
10 Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas,... hlm 127-129
11
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,……., hlm 43
No Nilai Kriteria
1. 75 – 100 Sangat Baik
2. 75 – 90 Baik
3. 10 – 75 Kurang Baik dan Perlu Bimbingan