• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1959-2016 M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID DESA NGUMPAKDALEM KECAMATAN DANDER KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 1959-2016 M."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh Devy Nur Afida NIM: A02212045

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro”. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat sekitar?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penulis menggunakan pendekatan sosiologi yang mencakup teori fungsionalisme struktural dan teori kepemimpinan karismatik.

(7)

ABSTRACT

This thesis is the result of field research on the title “THE HISTORY OF DEVELOPMENT ON ISLAMIC BOARDING SCHOOL AL ROSYID IN NGUMPAKDALEM VILAGE, DANDER DISTRIC, BOJONEGORO RAGENCY

YEAR 1959-2016 M”. The research questions are 1. How is the establishment history

of the Islamic Boarding School Al Rosyid?, 2. How is the improvement of the Islamic Boarding School Al Rosyid since 1959-2016?, and 3. How is the contribution of the Islamic boarding school to the people surrounding it?

This research used a method of historical research that includes heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. The writer used sociology approach that consists of structural functionalism theory and charismatic leadership theory.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II PONDOK PESANTREN AL RASYID A. Letak geografis ... 19

B. Latar Belakang Berdirinya ... 24

C. Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26

D. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26

(9)

F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid ... 34

BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974) ... 40

B. Periode II KH. Shajjidun (1976 - 1989) ... 45

C. Periode III KH. Alamul Huda (1989 - 2016) ... 52

BAB IV KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A. Alumni Pondok Pesantren Al Rosyid ... 58

B. Pengaruh Pondok Pesantren Al Rosyid Bagi Masyarakat

Sekitar ... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 79

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau dan

termasuk penulisan yang harus memenuhi beberapa syarat tertentu yakni syarat

sebagai ilmu. Sejarah dapat dilihat dalam arti subjektif dan objektif. Sejarah dalam

arti subjektif adalah suatu konstruk yakni bangunan yang disusun penulis sebagai

suatu uraian atau cerita.1 Sedangkan sejarah dalam arti objektif menunjuk pada

kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.2

Sejarah asal permulaan pondok pesantren di Indonesia bersamaan dengan

bermula dan berkembangnya agama islam di Indonesia. Adayang berpendapat bahwa

pondok pesantren itu warisan dari system Hindu yang dinamakan padepokan, tetapi

jelas ada perbedaan besar antara pesantren dan padepokan. Pada zaman Hindu yang

belajar dan mengajar di padepokan hanya kasta-kasta khusus, yaitu brahmana dan

ksatria. Namun dalam pondok pesantren Islam semua orang dapat belajar tanpa ada

perbedaan.3

Peristiwa sejarah memiliki ciri yang khas diantaranya bersifat unik. Dari

karakteristik diatas, penulis mengklasifikasikan pondok pesantren Al Rosyid Desa

1

(11)

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tergolong pondok yang

memiliki keunikan tersendiri yakni model pondok pesantren salafi yang bercorak

klasik yang dipadukan dengan system kurukulum pondok pesantren modern

Darussalam Gontor Ponorogo, dan pada umumnya mengalami perkembangan dari

tahun ke tahun. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan

berkembang di kalangan masyarakat serta berperan dalam upaya mencerdaskan

kehidupan bangsa dan negara, tidak hanya dari segi moral tapi juga ikut memberikan

sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren telah

banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, muballigh dan guru agama yang

dibutuhkan masyarakat. Hingga sekarang, pondok pesantren tetap konsisten

melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi

dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.

Dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic

studies, Pondok Pesantren Al-Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk memupuk

dan mengembangkan serta membina umat. Di Pondok ini diajarkanilmu-ilmu agama

yang representatif dan kompeten. Pondok ini tidak hanya menyiapkan anak didiknya

terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini

tentunya akan memiliki nilai tambah bagi alumnus Pondok Pesantren Al-Rosyid

untuk membentuk peradaban islam yang kaffah dengan mengimplementasikan

ilmu-ilmu yang diajarkan di Pondok Pesantren guna mewujudkan sosok muslim yang

(12)

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara yang

eksistensinya masih tetap bertahan hingga sekarang di tengah-tengah kontestasi

dengan pendidikan modern yang berkiblat pada dunia pendidikan model barat yang

dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19 M.4

Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini

digabung menjadi pondok pesantren.5 Pesantren adalah lembaga pendidikan

tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menhayati, dan

mengamalkan agama islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan

sebagai pedoman perilaku sehari-hari.6 Pesantren sebagai suatu tempat pendidikan

dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama dan mengembangkan kepribadian

muslima dan didukung asrama sebagai sebagai tempat tinggal santri yang bersifat

permanen. Pesantren juga merupakan komunitas tersendiri dimana kiai, ustadz, santri

dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan,

berlandaskan nilai-nilai agama islam lengkap dengan norma-norma dan

kebiasaan-kebiasaanya sendiri-sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum

yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah

asuhan seorang kiai atau ulama, yang dibantu oleh beberapa kiai dan ustadz.7

4

Jajat Burhanuddin, Mencetak Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), 2.

5

Qomar Mujamil, Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi (Jakarta: Erlangga, 2008), 1.

6

(13)

Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan

kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan,

berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat

dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi

pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunah

Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan

agama atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat di tengah-tengah

masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian

masyarakat.8

Penelitian ini menitik beratkan pada pondok pesantren yang berada di wilayah

Ngumpakdalem Dander Kabupaten Bojonegoro. Al Rosyid merupakan sebuah

pondok pesantren yang ada di wilayah Kendal Ngumpakdalem Dander Bojonegoro.

Al Rosyid merupakan nama pemberian yang diberikan oleh putra dari kiai Rosyid,

sedangkan Kendal adalah sebuah penyebutan tempat berdirinya pesantren Al Rosyid

karena terdapat pohon Kendal yang besar. Oleh karena itu pondok pesantren ini

dikenal dengan sebutan Al Rosyid Kendal. Pengasuh pondok saat ini bernama K.H.

Alamul Huda Masyhur. Pondok ini merupakan pondok yang menganut sistem salaf.

Sistem klasikal adalah sebuah pembelajaran dengan orientasi pendidikan dan

pengajarannya tertata secara runtut dan rapi baik berhubungan dengan kurikulum,

tingkatan maupun kegiatan didalamnya.

8

(14)

Penulis mengambil rentan waktu antara tahun 1959-2016 dengan alasan pada

tahun 1959 pondok pesantren Al Rosyid mulai berdiri dan pada tahun 2016 masih

mengalami berbagai perkembangan pembangunan gedung asrama putra dan putri,

perluasan tanah dan bangunan, serta kuantitas jumlah santri maupun kualitas prestasi

akademik maupun non akademik.

Madrasah diniyah merupakan lembaga keagamaan Islam nonformal yang

dijadikan pelengkap bagi siswa pendidikan umum. Melihat peranannya yang cukup

besar dalam pembentukan akhlakul karimah bagi generasi selanjutnya. Dalam

perkembangannya secara kelembagaan, madrasah mengalami penyempurnaan secara

berangsur-angsur.

Adapun alasan penulis memilih judul Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid

desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016

dikarenakan pondok ini memiliki ciri khas tersendiri. Pondok Al Rosyid

menggabungkan dengan berbagai macam model pendidikan, pondok pesantren

menyesuaikan dengan apa yang dimilikinya sekarang dengan apa yang di yang di

inginkan masyarakat, karena masyarakt sendiri ada yang menginginkan model

pendidikan lama dan ada juga yang mendinginkan model pendidikan modern, pada

akhirnya pondok pesantren menggabungkan antara keduanya yakni antara model

klasik dan modern.

berstatus salaf namun pada tahun 1979 pondok pesantren ini menambahkan

sistem modern. Pada kurikulum pendidikan modern pondok Al Rosyid memadukan

(15)

pendidikan terwujudnya generasi Islam yang berdedikasi tinggi, unggul dalam

prestasi dan berakhlaqul karimah. Selain penekanan pada tauhid, aqidah, fiqih, dan

akhlak juga ditekankan pada santri untuk menguasai Bahasa arab dan Bahasa Inggris

bahkan bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari, selain itu juga

mencetak generasi Muhafadzoh.

Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan, dan diarahkan oleh

nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. ajaran Islam ini menyatu

dengan struktur kontekstual atau realitas social yang digumbuli dalam hidup

keseharian. Hal ini yang mendasari konsep pembangunan dan peran kelembagaan

peran pesantren.

B. Rumusan Masalah

Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan

membatasi yang disesuaikan judul, Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid Kendal Desa

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Kajian ini dibatasi

dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak keluar dari

masalah apa yang telah ditulis. Berikut masalah penelitian ini di buat:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem

(16)

3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat

sekitar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini penulis

mempunyai tujuan antara lain:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid

Kendal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari

tahun 1959-2016.

2. Untuk mengetahi bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Rosyid Kendal

Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun

1959-2016.

3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap

perkembangan masyarakat sekitar

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan nantinya akan memberi

(17)

1. Aspek praktis: Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem

kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.

2. As pek Akademik: Dari aspek ini diharap dapat dijadikan referensi bagi peneliti

yang ada kaitannya dengan sejarah pondok pesantren dan menambah

pengetahuan tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem

kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori

Berbicara mengenai perspektif teori (theory perspective), masing-masing

perspektif itu digunakan untuk mempersepsi apa yang penting dan apa yang membuat

dunia ini terus berjalan. Semua peneliti yang baik sangat berhati-hati terhadap data.

Meski tidak mutlak dalam penelitian kualitatif, teori juga membantu kerja peneliti

agar penelitiannya berjalan dengan baik.

Ilmu bantu sejarah dalam melakukan penelitian sejarah dapat membantu

sejarawan menemukan informasi dan mendapatkan data sesuai kebutuhan dalam

batas penelitiannya. Dalam hal ini, penulis memerlukan ilmu bantu sejarah dalam

bidang sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya masyarakat, ilmu

(18)

merupakan kumpulan manusia yang bercampur dalam waktu yang sama, sadar akan

kesatuan serta memiliki suatu sistem hidup bersama.9

Secara definitif Max Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang

berusaha untuk menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta antar hubungan

sosial untuk sampai kepada penjelasan kasual. Tindakan yang dimaksudkan adalah

dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat

berupa yang bersifat subjektif yang mungkin terrjadi karena pengaruh positif dan

situasi tertentu.10

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.

Salah satunya yakni dalam masyarakat terjadi perubahan sosial. Perubahan-perubahan

sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di

dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya

nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam

masyarakat.11

Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan,

ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,

unsur-unsur yang diungkapkan dan lain sebagainya. Peneliti lebih mengacu pada

pendekatan sosiologi. Dalam pendekatan ini penulis menggunakan pendekatan:

9

Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 25. 10

Alimandan, Sosiologi, Ilmu Sosial Berparadigma Ganda (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), 44. 11

(19)

1. Teori fungsionalisme struktural

Teori ini menekankan kepada keturunan dan mengabaikan konflik serta

perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi

laten, fungsi manifest, dan keseimbangan.

Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri

atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan dan saling menyatu

dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa

perubahan pula terhadap bagian yang lain. Singkatnya adalah masyarakat menurut

kaca mata teori senantiasa berada dalam keadaan brubah secara berangsur-angsur

dengan tetap memelihara keseimbangan.12

Seperti halnya pondok pesantren Al Rosyid Pada awal berdiri, pesantren ini

hanya memiliki lembaga pendidikan diniyah, yang didirikan untuk memberikan

kesempatan pada masyarakat sekitar yang ingin belajar pengetahuan agama sejak

dini bagi yang duduk di tingkat SD. Pada perkembangan selanjutnya, setelah

pembukaan pendidikan formal Pesantren Al Rosyid mengadakan pengembangan

kurikulum. Dan begitu pula dengan perkembangan bangunan pondok yang

semakin luas dan adanya santri yang semakin bertambah hingga saat ini santri yng

menuntut ilmu di pondok Al Rosyid mencapai 1250 lebih yang terdiri dari santri

putra dan santri putri.

12

(20)

2. Teori Kepemimpinan

Pada teori kepemimpinan ini penulis menggunakan kepemimpina

kharismatik seperti yang diungkapkan Max Weber seorang pemimpin yang

kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut karena

mempunyai kharakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat

sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat

besar.13

Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah

terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial.sejak mula

terbentuknya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang diantara

warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya,

sehingga KH. Masyhur tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.

Kualitas kepribadian yang dimiliki KH. Masyhur dalam memberikan ilmu

melalui pengajin kitab-kitab kuning yang diselenggarakan setiap hari merupakan

contoh konkrit ketinggian ilmu yang senantiasa diperagakan dalam sikap dan

aktifitasnya. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil

jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam

Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya. KH. Masyhur sering

membangkitkan semangat hidup beragama melalui tindakan yang diajarkan.

Munculnya kharisma terletak dimata orang yang memandangnya, kharisma

bukan merupakan sikap yang benar ada pada diri seorang pemimpin, melainkan

13

(21)

lebih merupakan sikap yang menurut para pengikutnya ada pada pemimpin

mereka.14

F. Penelitian Terdahulu

Pada dasarnya penelitian pondok pesantren cukup banyak namun pembahasan

tentang pondok pesantren Al-Rosyid belum ada yang meneliti dalam segi sejarah

pondok pesantren, peran kiai. Peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang pondok

pesantren Al-Rosyid sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil judul Sejarah

Pondok Pesantren Al-Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten

Bojonegoro tahun 1959, namun peneliti mengambil penelitian terdahulu sebagai

pedoman dalam penulisan skripsi.

1. Sumadi, NIM F.054.111.55, Program Studi Ilmu Keislaman Konsentrasi

Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Model

Pengembangan Pendidikan Pesantren Study Di Pondok Pesantren Al Rasyid

Dander Bojonegoro, 2014, yang membahas tentang model pengembagan dan

pembaharuan pendidikan di pondok pesantren Al Rosyid

2. Chafid Rosyidi, NIM 07101244034, Program Studi Manajemen Pendidikan

jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Yogyakarta, Manajemen Implementasi Kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin Al

-Islamiyah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid Bojonegoro Jawa Timur,

2012, yang membahas tetntang proses perencanaan kurikulum Kulliyyatul

14

(22)

Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid,

proses implementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) di

Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, hasil pembelajaran dalam

limplementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah

Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, serta keunggulan dan kelemahan kurikulum

Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor dibandingkan

kurikulum MAN.

G. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Sejarah Pondok Pesantren Al

Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro adalah

metode penelitian sejarah. Langkah langkah praktis dalam yang harus dilalui oleh

peneliti sejarah berkaitan dengan penerapan metode sejarah adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Heuristik yakni tehnik untuk mengumpulkan sumber-sumber, data atau

jejak-jejak sejarah.15 Sumber yang bisa digunakan penulis dalam penelitian

tersebut diantaranya terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder sebagai

penunjang dari sumber primer. Data yang dikumpulkan berupa berupa tulisan

maupun lisan. Seluruh data kemudian dianalisis secara induktif sehingga

menghasilkan data yang deskriptif. Untuk memperoleh data dilakukan atau

dibutuhkan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang

15

(23)

digunakan adalah wawancara, dan dokumentasi yang berupa sumber bacaan atau

tertulis.

a. Sumber Primer

Pada sumber primer penulis mendapatkan data yang berupa sumber lisan dan

dokumen:

1) Ibu nyai Hj. Malikah Masyhur selaku istri dari pendiri pondok pesantren Al

Rosyid

2) K. Yasir Chulaimi dan pak Mansur selaku orang sezaman pelaku peristiwa

atau saksi mata.

3) Ny. Hj. Masturotun selaku istri dari pengasuh periode II pada tahun

1974-1989 yakni KH. Muhammad Sajjidun Murtadho.

4) KH. Alamul Huda selaku pengasuh periode III pada tahun 1974-2016.

5) Sumber dokumen yang ada seperti piagam pengakuan telah dirikanny

pondok pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama Republik Indonesia

Kabupaten Bojonegoro, Akta pendirian yayasan pondok pesantren Al

Rosyid dan majalah pondok pesantren Al Sosyid.

b. Sumber Sekunder

Untuk mendukung penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan

sumber sekunder berupa buku-buku literature yang berkaitan dengan tema yang

penulis bahas dalam skripsi ini.

(24)

Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh

agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, dan

apakah sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah

bisa disebut dengn istilah kritik intern dan kritik ekstern16

a. Kritik intern

Kritik intern merupakan suatu kegiatan untuk menilai data-data yang

diperoleh dengan maksud agar mendapatkan suatu data yang autentik atau

tidak dan mendapatkan suatu data yang kredibilitas atau dapat dipercaya.

Peneliti mengkritisi dengan adanya sumber daya yang peneliti dapatkan yakni

mengenai dokumen terlulis, seperti akata pendirian yang di sahkan pada tahun

2014, begitupula dengan tdak adanya sumber tulisan yang berisi tentang

sejarah berdirinya pondok yang di tulis langsung oleh pendiri pondok

pesantren, dan tidak adanya situs monument atau prasarti yang berbebtuk

untuk membuktikan bahwasanya Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan pada

tahun 1959 M.

b. Kritik Ekstern

Kritik ekstern merupakan proses untuk mengetahui apakah sumber yang

didapatkan autentik atau tidak. Dalam kritik ekstern ini penelis menemukan

sumber yang autentik yakni sumber lisan dari istri pendiri pondok Al Rosyid

dan santri pondok pesantren Al Rosyid yang sezaman.

16

(25)

3. Interpretasi

Interpretasi adalah suatu upaya sejarawan melihat kembali tentang

sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber yang didapatkan saling

berhubungan satu sama lain.17 Dengan demikian interpretasi merupakan suatu

kegiatan untuk menguraikan, menganalisa kemudian mengumpulkan semua

bahan sumber yang diperoleh yang berhubungan dengan fakta-fakta yang ada.

Dalam hal ini sumber-sumber yang penulis dapatkan antara sumber yang satu

dengan sumber yang lain memiliki kesamaan informasi contohnya pernyataan

hasil wawancara tentang tahun pendirian pondok memiliki kesamaan informasi

dengan dokumen piagam Pondok Pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama

Republik Indonesia.

4. Historiografi

Historiografi adalah penyusunan atau merekontruksi fakta-fakta yang

telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap

sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.18 Dengan demikian historiografi

merupakan langkah-langkah untuk menyajikan hasil interpretasi fakta sejarah ke

dalam suatu bentuk penulisan sejarah, yakni usaha untuk merekontruksi kejadian

masa lampau dengan menguraikan secara sistematis, terperinci, utuh dan

komunikatif agar dapat digunakan dengan mudah oleh para pembaca. Dalam penulisan ini menghasilkan laporan yang berjudul “Sejarah Perkembangan

17

Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1, (Surabaya: 2005), 13. 18

(26)

Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander

Kabupaten Bojonegoro Tahun 1959-2016 M”.

Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan sejarah deskriptif analitik ,

yang merupakan metodologi dimaksudkan menguraikan sekaligus menganalisis.

Dengan itu maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal. Jadi

penulis akan menguraikan mengenai Pondok Pesantren Al Rosyid desa

Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro, yang telah didirikan

oleh KH. Masyhur pada tahun 1959 M.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini penulis menyusunnya menjadi

beberapa bab yakni:

Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latarbelakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode

penelitian, landasan teori dan sistematika pembahasan.

Bab II yakni Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro. Dalam bab ini akan membahas tentang letak

geografis, latar belakang berdirinya, biografi singkat pendiri, sejarah berdirinya,

tujuan berdirinya, dan aktivitas pondok pesantren.

Bab III yakni perkembangan pondok pesantren Al Rosyid Desa

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959. Dalam

(27)

Bab IV yakni kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem

Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat

sekitar. Yakni membahas tentang alumni dan pengarug pondok pesantren terhadap

masyarakat sekitar,

Bab V yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan

(28)

BAB II

PONDOK PESANTREN AL ROSYID

A.Letah Geografis

1. Letak Desa

Desa Ngumpakdalem merupakan desa yang berada di Kecamatan

Dander Kabupaten Bojonegoro Jl. KH. R. Moh. Rosyid, karena letak desa

Ngumpakdalem ini tidak jauh dari kota maka untuk sampai ke desa tersebut

tidaklah sulit untuk ditempuh. Jarak dari pusat kecamatan sekitar 3 Km,

sedangkan dari pusat kabupaten sekitar 6 Km.1 Kawasan ini dilalui jalur jalan

raya untuk menuju ke Nganjuk dan Kediri. Letak yang strategis tersebut

banyak diketahui oleh masyarakat. Dan desa ini juga masih terjaga lingkungan

santrinya, karena bnyak pesantren yang yang berdiri. Ada sekitar enam

pesantren yang berdiri tetapi dengan pemilik yang berbeda-beda. Al Rosyid

sendiri yang merupakan pesantren yang terletak di sebelah timur, sedangkan

lima pesantren ada di sebelah barat. Sebenarnya antara timur dan barat masih

ada hubungan darah jika dilihat dari silsilah keturunan dari kyai Rosyid yang

mempunyai anak bernama Latifah dan Riwan, latifah menikah dengan kyai

Shoim, sehingga dari situ ada hubungan kerabat di wilayah tersebut.

Sesuai dengan data monografi desa Ngumpakdalem pada tahun 2015,

luas desa Ngumpakdalem ± 799.964 Ha, dengan perincian sebagai berikut:

1

(29)

tanah sawah 669.380 Ha, tanah kering (pemukiman, ladang) 10.024 Ha, tanah

fasilitas umum 120.56.

Adapun batas-batas wilayah desa adalah:

a) Sebelah utara Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander

b) Sebelah selatan Desa Mojoranu Kecamatan Dander

c) Sebelah timur Desa Bangilan Kecamatan Kapas

d) Sebelah barat desa Leran kecamatan Kalitidu2

2. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk desa Ngumpakdalem yang tercatat sampai tahun 2015

berjumlah 12.767 jiwa dengan rincian: laki-laki sebanyak 6.373 jiwa dan

perempuan sebanyak 6.394 jiwa yang terdiri dari 10 RW dan 52 RT.3

3. Luas wilayah menurut penggunaan

Di desa Ngumpak dalem memiliki luas wilayah yang dibagi menjadi

beberapa bagian tanah diantaranya adalah tanah sawah seluas 669.380 Ha,

tanah kering seluas 10.042 Ha dan tanah fasilitas umum seluas 120.65 Ha.

Tabel 3.1 Tanah Sawah

No. Jenis Sawah Luas (Ha)

1 Sawah irigasi teknis 225.79

2 Sawah irigasi ½ teknis 93.125

2

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

3

(30)

3 Sawah tadah hujan 350.465

Total Luas 669.380 Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

Tabel 3.2 Tanah Kering

No. Jenis Tanah Kering Luas (Ha)

1 Tegal / ladang 9.550

2 Pemukiman 474

3 Pekarangan -

Total Luas 10.042 Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

Tabel 3.3

Tanah Fasilitas Umum

No. Jenis Fasilitas Umum Luas (Ha)

1 Kas desa/kelurahan

a. Tanah bengkok

b. Sawah desa

63.04 22.045

2 Lapangan olahraga 5

3 Perkantoran pemerintah 15.45

4 Tempat pemakaman desa/umum 4

5 Bangunan sekolah/perguruan tinggi 1.025

6 Pertokoan 0.25

(31)

8 Jalan 9.500

Total Luas 120.65Ha

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

4. Mata Pencaharian

Masyarakat desa Ngumpakdalem sebagian banyak menggantungkan

nafkahnya dari penghasilan bertani. Sesuai dengan daerahnya sehingga bagian

besar wilayahnya yakni tanah sawah. Untk melihat jumlah penduduk menurut

mata pencaharian dapat diketahui dalam table berikut:

(32)

14. Karyawan perusahaan swasta 404 201

15. Karyawan perusahaan pemerintah 7 6

Jumlah 2568 1987

Jumlah Total Penduduk 4555

Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.

5. Agama Masyarakat

Masyarakat desa Ngumpakdalem mayoritas penduduk beragama

islam. bila ditinjau dari kehidupan keagamaannya, pemeluk agama islam di

desa Ngumpakdalem ini sangat giat dan taat di dalam menjalankan ajaran

agama baik yang utama seperti rukun islam maupun amalan-amalan sunah

lainnya. Hal ini bisa dilihat dari semaraknya dalam menjalankan sholat

berjamaah, pelaksanaan pengajian umum ataupun pengajian rutin baik di

mushola ataupun di masjid.

Meskipun dalam satu wilayah terdapat beberapa pemeluk agama,

mereka tetap hidup saling berdampingan dan menghormati satu sama lain.

Hal ini bisa dilihat pada tebel berikut:

Tabel 5.5

No. Agama/aliran kepercayaan Laki-laki (Orang)

(33)

B.Latar Belakang Berdirinya

Berdirinya pondok pesantren Al Rosyid dilatarbelakangi oleh keadaan

masyarakat desa Ngumpakdalem pada umumnya masih terpengaruh oleh faham

pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Dahulu masyarakat

Ngumpakdalem masih mempercayai adanya pohon keramat yang bernama pohon

Kendal, mereka meyakini dengan adanya pohon tersebut bisa menyembuhkan

segala penyakit, bahkan mereka juga memujanya agar hajat mereka terkabulkan.

Dahulu pohon tersebut juga digunakan untuk memohon perlindungan agar

selamat hidupnya. Apabila diantara pemuja itu meremehkan atau menghina akan

berakibat fatal diantaranya muntah, sakit panas, mencret dan segala macam

marabahaya.4

Raden KH. Muhammad Rosyid adalah seorang yang pertama kali babat

agama islam di daerah Ngumpakdalem yang terkenal dengan wilayah Kendal.

Dahulu beliau adalah asli orang Sukorejo dimana jika dilihat dari garis keturunan

beliau termasuk keturunan R. Singonoyo, dari situlah bisa di lihat bahwa beliau

merupakan sosok keturunan ningrat (darah biru).

Mbah rosyid iku seng pertama kali babat agama desa Ngumpak, asli wong sukorejo. Mbah rosyid iki keturunane raden Singonoyo keturunan nungrat. 5

Artinya: mbah Rosyid adalah orang pertama yang babat agama di Desa Ngumpakdalem, mbah Rosyid ini merupakan turunan dari Raden Singonoyo, jadi mbah Rosyid ini merupakan keturunan ningrat.

Melihat masyarakat yang seperti itu mbah Rosyid tidak tega melihat

penduduk desa Ngumpakdalem menjadi musyrik dan sesat. Akhirnya dengan

tekat bulatnya mbah Rosyid membasmi kemusyrikan dan kesesatan masyarakat

4An Naba’, Media Informasi dan Dakwah, Edisi I/th I/Juli

-Desember 2010, 23.

5

(34)

Ngumpakdalem, dengan membaca bismillah mbah Rosyid menebang pohon

Kendal yang begitu besar dan dianggap keramat, atas izin Allah pohon tersebut

roboh. Pada saat itulah mbah Rosyid mulai menanamkan ajaran Islam di daerah

Ngumpakdalem, sedikit demi sedikit orang-orang mulai banyak berdatangan

untuk menimba ilmu kepada mbah Rosyid dan bermukim di sekitar rumah mbah

Rosyid.

Setelah sekian lama berlalu akhirnya mbah Rosyid wafat pada tahun 1905

dan diteruskan kyai Shoim sampai tahun 1920, setelah itu pengajaran mengalami

kevakuman yang cukup panjang sampai tahun 1959.

Seiring berjalannya waktu KH. Masyhur yang merupakan turunan ke-4

dari keturunan Raden KH. Muhammad Rosyid, bermula dari sebuah niatan untuk

meneruskan perjuangan kyai Rosyid dan kyai Shoim, maka muncullah ide yang

digagas oleh kyai Masyhur. Kyai masyhur ingin meneruskan perjuangan kyai

Rosyid yang sudah vakum selama puluhan tahun. Kemudian pada tahun 1959

KH. Masyhur mendirikan sebuah pesantren yang dinamai Al Rosyid, nama

tersebut diambil dari nama mbah Rosyid. Tidak hanya itu pemerintah daerah juga

memberi nama jalan mulai daerah pacul sampai pasar Ngumpakdalem, diberi

nama Jalan KH. Moch Rosyid sebagai sarana untuk mengenang jasa beliau yang

berjuang menghilangkan kesesatan dan membasmi kemusyrikan daerah

Ngumpakdalem. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Masturotun sebagai

(35)

Kiai Masyhur ini keturunan keempat dari keturunannya mbah Rosyid, dari sebuah niatan untuk meneruskan perjuangan mbah Rosyid dan mbah Shoim kemudian muncul ide mbah masyhur untuk mendirikan pondok pesantren pada tahun 1959. 6

C.Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid

KH. Masyhur lahir pada tahun 1929 putra dari pasangan H. Siroj dan Nyai

Maisaroh. KH. Masyhur merupakan keturunan ke-4 dari silsilah keluarga KH.

Muhammad Rosyid.7 Dalam pengalaman pendidikan, KH. Masyhur bermula dari

mengenyam Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Abu Darrin pada tahun

1945, kemudian dilanjutkan lagi pendidikan di pondok pesantren Mojosari

Kabupeten Nganjuk pada tahun 1949. Selanjutnya di pondok pesantren Lasem

Jawa Tengah pada tahun 1953-1956. Pada pengalaman organisasi, KH. Masyhur

pernah menjabat sebagai Rois Syuriah Nahdhatul Ulama Cabang Bojonegoro pada

tahun 1972.

KH. Masyhur mempunyai istri yang bernama Nyai Malikah, mereka

dikaruniai delapan anak putra dan putri yaitu: Hj. Masturotun, Hj. Lumchatin,

KH. Alamul Huda, KH. Moh. Syafiyullah, Masnuah, Nur Hidayatin, Siti

Cholisoh, dan Ulfah.8

D.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid

Pondok pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun 1959 oleh KH. Masyhur

sebagai realitas atas cita-cita beliau untuk meneruskan dan menghidupkan kembali

aktifitas pengajaran agama Islam yang dirintis oleh KH. Muhammad Rosyid sejak

6

Masturotun (anak pertama kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 21 Mei 2016

7

Biografi KH. Muhammad Rosyid dan silsilah keluarga (Bojonegoro: Pengurus keluarga bani KH. Muhammad Rosyid, 2006), 27.

8

(36)

tahun 1902, dimana setelah wafatnya beliau pada tahun 1909 terjadi kevakuman

yang cukup panjang yakni sekitar dua tahun.

Kehidupan masyarakat sewaktu pondok ini didirikan bersumber dari

pertanian dan perdagangan. Adapun sisi religi mereka pada umumnya masih

terpengaruh oleh faham pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Maka

dari itu KH. Masyhur melangkahkan kakinya dengan bermodalkan tekat semangat

serta niat kuat, dengan tekat dan tawakal kepada Allah SWT, niscaya Allah akan

menolong hambanya yang berjuang di jalanNya, serta respon masyarakat yang

menjadikan tekatnya menjadi bulat dan tetap berusaha berjuang untuk

mewujudkan harapan dan impiannya untuk mendirikan sebuah pondok pesantren

yang mampu menampung para santri untuk menimba ilmu kepada beliau.

Pada tahun 1959 Kyai Masyhur hanya memiliki santri putra berjumlah 12

orang, dan serambi masjidlah yang digunakan sebagai tempat mengaji, tidak lama

kemudian kyai Masyhur hanya menyediakan rumah sederhana untuk mngaji.

Lambat laun kyai Masyhur dianggap oleh masyarakat sebagai ulama yang mampu

dan menguasai agama, sehingga masyarakat mempercayai bahwa ulama tersebut

mampu untuk dijadikan sebagai guru atau panutan terutama dalam hal agama.9

Dari hal tersebut, masyarakat mulai mempercayakan anaknya untuk nyantri di

rumah kyai Masyhur. Dimulai dengan datangnya satu santri yang mengaji

dirumahnya hingga esoknya bertambahlah santrinya. Lambat laun pada tahun

1961 santri semakin bertambah banyak sampai dengan 60-an santri, sehingga

dibuatkan beberapa kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu dan disekat

9

(37)

dengan bambu. Kamar-kamar kecil tersebut digunakan para santri untuk mengaji.

Sebagaimana yang di sampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut:

Cah ngaji gek bien ki yo mok sitik ndok, mulai teko cah siji trus sesok e nambah meneh suwe-suwe yo sampek suwidakan santrine. Mulai teko iku mbah Hur mulai mbanguno kamar-kamaran yo cilik-cilik ngunu gae panggon ngaji. 10

Artinya: dulu yang mengaji itu hanya sedikit nak, dari datangnya satu anak kemudian besoknya bertambah dan seterusnya hingga santri mencapai enam puluhan. Mulailah dari situ mbah Hur sedikit membangun kamar-kamar kecil untuk tempat mengaji.

Dengan semakin mahirnya kiai Masyhur dalam menyampaikan

dakwahnya, banyak masyarakat yang tertarik belajar kepadanya. Masyarakat

menganggap penyampaian dakwah kiai Masyhur sangat mudah dimengerti, selain

itu kiai Masyhur juga dikenal sebagai kiai yang gigih dalam menyebarkan agama.

Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya santri yang belajar di rumah kiai

Masyhur.

Kiai Masyhur dikenal mempunyai sifat yang santun. Kiai Masyhur suka

berbaur dengan masyarakat, tetapi tidak melebur dengan aktifitas masyarakat

yang negatif, karena kiai Masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak

masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat

tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”. Dengan kewibawaan dan wira’i yang dilakukannya, membuat para

masyarakat kagum dan menjadikannya panutan. Perjuangan yang dilakukan cukup

berat hingga membanting tulang untuk mendirikan sebuah pondok pesantren.

Sebagaimana yang disampaikan oleh pak Yasir sebagai berikut:

Mbah Masyhur itu orangnya baik sekali, beliau mempunyai sifat yang santun suka berbaur pada masyarakat. Mbah masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak

10

(38)

masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”.11

Sambil mengasuh dua putra dan enam putrinya kiai Masyhur ditemani

sosok istri yang mempunyai tujuan hidup dalam memperjuangkan agama. Nyai

Malikah selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh suami selama ber-ijtihad

di jalan Allah. Dengan dukungan keras yang dilakukan oleh nyai Malikah, kyai

Masyhur mampu memimpin pesantren dan mempertahankan pesantren tersebut di

era Orde Baru yang mempersulit sistem Islam dan pendidikannya. Sebagai mana

yang disampaikan oleh ustadzah Ulfa sebagai berikut: “Dulu sambil mengasuh

delapan putra-putrinya dan ditemani oleh ibuk Malikah yang mempunyai tujuan

hidup dalam memperjuangkan agama. Dengan dukungan keras yang dilakukan

oleh nyai Malikah, kiai Masyhur mampu memimpin pesantren dan

mempertahankan pesantren tersebut di era Orde Baru.” 12

Pada pada masa PKI yang sedang gencar di tahun 1965-an, ada salah satu

santri yang hilang selama berbulan-bulan dan akhirnya santri tersebut kembali

pulang ke pesantren, hilangnya santri tersebut membuat panik dikarenakan pada

saat itu sedang gencarnya kasus penculikan PKI. Pesantren Al Rosyid tergolong

aman dalam berbagai konflik yang dialami oleh Indonesia. Pesantren terus

berjalan meski pergolakan politik semakin memanas. Kyai Masyhur selalu

bergerak untuk pendidikan pesantren ini.13

11

Yasir Chulaimi (alumni santri pondok pesantren Al Rosyid), wawancara, Bojonegoro, 23 April 2016

12

Ulfa Fathul Bani (anak kedelapan kiai Masyhur), wawancara, Bojonegoro, 8 Mei 2016

13

(39)

Nama Al Rosyid merupakan nama yang tidak asing lagi dalam sejarah

pesantren ini, karena secara tidak langsung nama Rosyid sendiri adalah nama kyai

ternama di tahun 90-an. Pada awalnya pondok pesantren ini bernama Al Miftah,

kemudian nama Al Rosyid ini diperoleh ketika kyai Masyhur sowan ke rumah

putra kyai Rosyid di Malang pada tahun 1962. Ketika itu terjadi percakapan yang

begitu panjang dan akhirnya pembicaraan tersebut ada yang membahas keadaan

pondok Al Rosyid dan bagaimana keadaan santri. Selain itu juga membahas

tentang penamaan pondok pesantren. Putra dari kiai Rosyid berpesan untuk

memberi nama pondok dengan nama Al Rosyid. Harapannya adalah nama

tersebut dapat memicu semangat untuk belajar menjadi orang yang cerdas.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “Jeneng

pondok iki bien iku dijenengi putrane mbah Rosyid seng nuk malang (Artinya:

nama pondok ini dulu diberi nama oleh putranya mbah Rosyid yang ada di

Malang). 14

Begitulah nasihat yang diberikan kyai kepada muridnya. Karena

ta’dzimnya terhadap kyai, maka kyai Masyhur mematuhi apa yang disarankan

oleh kyai atau gurunya. Di pesantren ini juga diajarkan bagaimana keta’dziman

para santri yang dilakukan kepada kyainya. Seorang santri haruslah patuh dan

mengikuti apa yang diucapkan atau diajarkan oleh sang kyai, sehingga keta’dziman di dalam suatu pesantren merupakan hal yang penting. Dari suatu

nasehat dan keta’dziman tersebut maka nama Al Rosyid disahkan sebagai nama

14

(40)

sebuah pondok yang dikelola oleh kiai Masyhur sebagai penerus estafet

perjuangan kiai Rosyid.

Sebagai lembaga pendidikan yang independen, yang tidak berafiliasi

kepada salah satu golongan dengan berasaskan Islam. pondok Pesantren Al

Rosyid berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan

bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang berilmu, beramal sholeh,

bertaqwa kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Dengan

membuat pola kegiatan dan pengajaran yang sedemikian rupa disertai upaya

pengembangan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna. Pondok

pesantren Al Rosyid berupaya untuk tetap eksis dengan semua tujuan yang ingin

dicapai.

Setelah meninggalnya KH. Masyhur pada tanggal 1 Agustus 1974, pondok

pesantren mengalami kevakuman yang cukup panjang. Pada waktu itu pesantren

di pegang oleh santri yang terpercaya selama dua tahun, namun pesantren tidak

berjalan dengan lancar. Ketidaklancaran tersebut dikarenakan pihak luar yang

menjalankan, sehingga tidak tidak berkuasa penuh untuk menjalankan sebagai

kebijakan yang ada di pesantren. Peranan pimpinan selama dua tahun tersebut

hanya seperti ketua pondok yang memantau berbagai kegiatan pondok, akan tetapi

tidak berkuasa penuh atas perubahan dan kebijakan dalam suatu pesantren.15

Setelah putri pertama kyai Masyhur yang bernama Masturotun menikah

dengan Sajjidun pada tahun 1976, pihak keluarga meminta Sajjidun untuk

15 Mansur As’ad

(41)

meneruskan estafet perjuangan yang sudah dirintis oleh kyai Masyhur dengan

segala pertimbangan yang ada, Sajjidun mau menerima suatu amanah tersebut.

Jaman gek bien aku ijek cilik kok umur telong puloh limo ditinggal mbah hur mati, trus

umur telong puloh pitu ki ewoh mantu jajal toh mantu anakku seng nomer siji jenenge

Masturotun. Bocae ijek sak kiyek umur nembelas tahun, yo jek sekolah SMA kelas loro

tak rabekno mbek Sajjidun anak e mbah yai Shoim, yo cek ono seng ganteni mimpin

pondok.16

Artinya: zaman dulu saya masih muda umur kira-kira umur tuga puluh lima tahun, mbah

Masyhur meninggal kemudian pada saat saya berumur tiga puluh tujuh menikahkan putra

pertama yakni Masturotun yang masih kecil yang berumur enam belas tahun sekolah

SMA kelas dua sudah dinikahkan dengan Sajjidun anaknya mbah yai Shoim, agar ada

yang menggantikan sebagai pemimpin pondok.

Pada tahun 1976 kekuasaan pondok sudah dipegang oleh Sajjidun. Dengan

kearifan dan kebijaksanaannya Sajjidun dapat memimpin pondok dan mengayomi

para santri. Kewajibanya sebagai pemimpin keluarga tidak pernah ditinggalkan.

Seiring berjalannya waktu, perubahan pun sudah mualai terlihat. Sedikit demi

sedikit perubahan terjadi baik secara fisik maupun secara internal, seperti keadaan

santri yang tidak terkondisikan dan jumlah pengajar yang ada.

Peninggalan bangunan berupa mushola yang dibangun pada tahun 1979

oleh Sajjidun masih ada hingga sekarang. Musholla tersebut masih digunakan

untuk kegiatan haflah yang dirintis oleh kyai Sajjidun. Sebagaimana disampaikan

oleh Nyai Masturotun sebagai berikut: “Pada tahun 1979 pak Sajjidun ini

mendirikan musholla, sampai sekarang masih ada mbak di sebelah rumah. Biasanya masih digunakan untuk kegiatan mengaji.” 17

16

Mlikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016

17

(42)

Pada awal kepemimpinan kyai Sajjidun, kondisi pesantren masih belum

tertata karena kevakuman kekuasaan selama dua tahun. Dengan ketekunan dan

kewibawaan kyai Sajjidun, santripun mulai bertambah, setiap tahunnya. Semua

santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Rosyid, dituntun agar akhlaknya selalu

terjaga. Pada masa kepemimpinan kyai Sajjidun terjadi perubahan pada sistem

pendidikan, perubahan sistem pendidikan tersebut dari sistem salaf ke sistem

modern. Dengan perubahan ini masyarakat tidak begitu saja menerima perubahan

itu. Banyak penolakan dari berbagai pihak, tetapi kyai Sajjidun tetap gigih untuk

meneruskan sistem pendidikan baru, demi perkembangan pesantren. Lambat laun

masyarakat pun akhirnya menyadari bahwa perkembangan teknologi semakin

maju, sehingga masyarakat semakin perkembangan pendidikan yang harus

diikuti.18

Perjuangan kyai Sajjidun berakhir pada tahun 1989 ketika putra tertua dari

kyai Masyhur kembali ke Al Rosyid setelah menempuh pendidikan di pesantren

Gontor di Ponorogo, yakni KH. Alamul Huda Masyhur meneruskan perjuangan

kyai Masyhur hingga saat ini pondok pesantren terus berkembang.

E.Tujuan Berdirinya

a. Visi

Terwujudnya generasi Islam yang berdedikaasi tinggi, unggul dalam prestasi

dan berakhlaqul karimah.

b. Misi

18

(43)

1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan inovatif

2) Melaksanakan bimbingan yang Islami sehingga nilai islam menjadi jalan

hidup bagi setiap siswa

3) Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bekal hidup kepada siswa

4) Siswa mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kehidupan

sehari-hari yang dilandasi dengan akhlaqul karimah.

F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid

a. Bidang pendidikan

Sekian lama pondok pesantren dipandang sebagai lembaga eksklusif,

sampai akhirnya mengalami perubahan. Dalam kurun waktu yang panjang,

pesantren mengkonsumsi kitab kuning sebagai pedoman berfikir dan

bertingkah laku. Ia telah menjadi bagian yang intern dalam pesantren. Menurut

masyarakat pesantren dan kitab kuning merupakan formulasi final dari

ajaran-ajaran Al Quran dan sunnah Nabi. Pada pondok pesantren Al Rosyid ini

memberikan pengajaran sekolah diniyah. Adapun pelajaran yang di diberikan

antara lain: Fiqih, Aqidah, Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain sebagainya.

Pada bidang pendidikan dibawah naungan pondok pesantren Al Rosyid

ini berdiri pula lembaga Pendidikan Hidayatul Mutabi’in (LPHM) lembaga ini

didirikan sejak tahun 1979, pada saat itu hanya ada lembaga formal Madrasah

aliyah. Kemudian pada tahun 1988 LPHM berubah nama menjadi Yayasan

Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid (YPPPA) dan menyelenggarakan lima

(44)

pendidikan formal meliputi: Play Group/Kelompok Bermain, Roudhotul

Athfal, Madrasah ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah.

Sedangkan pendidikan informal adalah Madrasah Diniyah, pengajian kitab kuning, Majlis Ta’lim, Amaliyah Tadris, dan kepramukaan.

Dalam melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic

studies, pondok pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk

memupuk dan mengembangkan serta membina umat. Di pondok ini diajarkan

ilmu-ilmu agama yang representatif dan kompeten. Pondok pesantren ini juga

tidak hanya menyiapkan anak didiknya pada ranah kognitif, tetapi juga ranah

efektif dan psimotorik sehingga terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan

dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tentunya akan memiliki nilai tambah

bagi alumnus pondok pesantren Al Rosyid untuk membentuk islamic

civilization yang kaffah dengan memimplementasikan ilmu-ilmu yang

diajarkan guna mewujudkan sosok muslim yang dibutuhkan agama, bangsa dan

negara.19

Adapun macam-macam kegiatan Pondok Pesantren Al Rosyid yang

bersifat harian dan mingguan, berikut merupakan jadwal aktivitas santri:

Tabel a.1

Jadwal Aktivitas Harian Santri

No. Jam Nama Kegiatan

1. 04.30 – 05.15 Bangun pagi –jama’ah

2. 05.15 – 06.00 Mufrodat pagi

19

(45)

3. 06.00 – 07.00 Persiapan belajar

4. 07.00 – 12.30 Belajar formal

5. 12.30 – 14.00 Istirahat –jama’ah

6. 14.00 – 15.00 Pelajaran diniyah

7. 15.00 – 15.45 Jama’ah –Qiroalul Qur’an

8. 15.45 – 16.45 Olahraga sore

9. 16.45 – 17.15 Istirahat

10. 17.15 – 18.00 Qiroatul Qur’an

11. 18.00 – 20.00 Jamaah

12. 20.00 – 21.30 Belajar pelajaran formal dan diniyah

Sumber: Data diperoleh dari pengurus Pondok Pesantren Al Rosyid

Tabel a.2

Jadwal kegiatan Mingguan Santri

No. Jam Nama Kegiatan

1. 18.30 – 20.00 Mauidhoh bapak pimpinan pondok

pesantren (setiap malam jum’at)

2. 19.30 – 21.00 Latihan pidato (senin)

3. 21.00 – 21.30 Tamrinat mingguan (senin)

4. 20.00 – 22.00 Dzibaiyah/berjanji (setiap malam

jum’at)

5. 05.15 – 05.30 Senam Jum’ah

6. 05.30 – 06.00 Muhadatsah/conversation (jum’at)

(46)

b. Bidang keagamaan (Majlis Ta’lim)

Keagamaan adalah segala sesuatu yang mengenai agama yang berupa

getaran batin yang dapat mengarahkan tingkah laku hubungan antara manusia

dengan Tuhannya. Pondok Pesantren Al Rosyid memiliki aktivitas kegiatan keagamaan berupa majlis ta’lim.

Majlis ta’lim merupakan suatu lembaga non-formal yang

diselenggarakan secara berkala dan teratur yang diikuti oleh jamaah yang

relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan

yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia

dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya. Untuk memberikan

pendidikan kepada masyarakat yang sangat heterogen, perlu disampaikan

materi pendidikan agama yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat dan

tidak menyimpang dari aqidah agama serta disesuaikan dengan adat istiadat

dan budaya setempat. Pelajaran ini disampaikan melalui lembaga keagamaan

yang ada pada masyarakat itu sendiri, biasanya dilakukan dengan

menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, dan metode lainnya.

Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Al Rosyid

adalah kegiatan yang berbentuk pengajian, kemudian diikuti dengan dzikir bersama, dalam kegiatannya majlis ta’lim ini juga disebut istighosah.20

Yang

melatar belakangi majlis ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

yang memang mereka membutuhkan siraman rohani, untuk mondok juga umur

sudah tua.

20

(47)

Majlis ini sudah ada sejak awal kepemimpinan kepemimpinan KH.

Masyhur, dalam lingkup majlis ini mecakup beberapa kegiatan pengajian yang

dilakukan yaitu:

1) Pengajian kitab untuk bapak-bapak

Pengajian bapak-bapak ini dilakukan setiap hari minggu pagi jam

09.00, pengajian ini dilakukan dengan menggunakan metode wetonan atau

bandongan. Metode ini merupakan metode yang paling utama dilingkungan

pesantren, yakni suatu metode pengajaran dengan cara kiai membaca,

menerjemahkan dan menerangkan kitab yang dikaji.

2) Pengajian Ahad Kliwon

Pengajian ini dilakukan berpusat di masjid Al-Istiqomah Desa

Ngumpakdalem, kegiatan pengajian ini dihadiri oleh seluruh warga

masyarakat desa Ngumpakdalem dan para santri pondok pesantren Al

Rosyid.

3) Pengajian Rutinan Lapanan

Pengajian rutinan lapanan ini adalah pengajian yang dilakunan setiap

hari Ahad pahing yang dihadiri oleh warga masyarakat sekitar dan para

santri. Pengajian ini disampaikan oleh Drs. KH. Imron Jamil dari Jombang.

4) Pengajian kitab bapak-bapak dan Ibu-ibu alumni pondok Pesantren Al

Rosyid

Kelompok pengajian ini mulai di bentuk dan disahkan pada tahun

2013. Pengajian dilakukan setiap satu bulan sekali pada hari Ahad pon,

(48)

dihadiri oleh para alumni pondok peasantren Al Rosyid. Kegiatan di

lakukan dengan tujuan untuk menjalin silaturrahmi antara alumni dengan

kyai, dan sesama alumni.

c. Bidang Sosial

1. Mendirikan panti asuhan, panti jompo dan panti wreda

2. Mendirikan rumah sakit, poliklinik dan laboratorium

3. Memberi bantuan kepada korban bencana alam

4. Memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan gelandangan

(49)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID

Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya

kita harus dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren.1 Dan

seharusnya juga diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya

perubahan itu sendiri.

Perubahan itu dapat kita lihat pada pondok, masjid, santri, pengajaran

kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini

berarti bahwa suatu lembaga yang telah berkembang akan mengubah statusnya

menjadi pesantren.2 Dengan melihat dari perubahan-perubahan itu maka penulis

dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren. Di dalam perkembangan

pondok pesantren Al Rosyid ini ada tiga periode, yaitu:

A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974)

Pada tahun 1959 pondok pesantren didirikan oleh Kiai Masyhur di Desa

Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sebagai permulaan

untuk merintis sebuah pesantren. Kiai Masyhur hanya menyediakan rumah

sederhana untuk mengaji. Lambat laun Kiai Masyhur dianggap oleh masyarakat

1

Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 79. 2

(50)

sebagai ulama yang mampu dan menguasai agama. Dari situlah masyarakat

mempercayakan anaknya untuk nyantri di rumah Kiai Masyhur. Setelah pondok

pesantren didirikan akhirnya berbondong-bondonglah santri untuk mengaji akan

tetapi pada periode awal tersebut jumlah santri 12 orang diantaranya berasal dari

Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “ sak wise

ngadeke pondok awale jumlah santri yo muk rolas nduk, iku teko Semarang,

Cepu, Tuban, Cirebon, Suroboyo, Pekalongan mbik Jugjo (Artinya: setelah

berdinya pondok pesantren dulu itu hanya ada dua belas santri dari Semarang,

Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta).3 Pada tahun

1960 Dimulai dengan datangnya beberapa santri yang mengaji di rumahnya

hingga esoknya bertambah, pada saat itu hanya ada santri putra. Lambat laun

santri semakin bertambah banyak hingga 30-an santri, sehingga dibuatkan

kamar-kamar yang terbuat dari bambu oleh Kiai Masyhur dijadikan tempat untuk

mengaji para santri. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil

jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam

Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya

Dengan jumlah santri yang semakin bertambah, membuat Kiai Masyhur

berkeinginan untuk memperluas tempat para santri untuk belajar. Dari sini,

istrinya pun merelakan sebuah perhiasan emas yang dimiliki satu-satunya untuk

dijual dan hasil dari jerih payah Kiai Masyhur yang bekerja sebagai pedagang

3

(51)

sebagai modal pembangunan pondok. Selain itu juga banyak bantuan sumbangan

dari para pejabat kaya seperti kepala desa yang saat itu dipegang oleh H. Ridwan

yang berhubungan dekat sebagai teman dengan Kiai Masyhur. Nyai Malikah

berkeyakinan bahwa dengan merelakan hartanya untuk jalan kebaikan, maka

akan akan mendatangkan kebaikan pula.4 Sebagai mana seperti yang dituturkan

oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Biyen nuk kene ki yo rong ono bangunane, santri pertama seng melok mbah hur ki yo muk cah rolas kui teko Semarang, Cepu, Tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja trus ono cah Bojonegoro kene yo onok. Pas nganten anyar gres lo mbak aku rong duwe anak rung duwe opo-opo, sak durunge ki y owes ngaji karo mbah hur nuk mejid Ngumpak, lakok suwe-suwe podo mangkat njalok mondok nuk kene omae mbah hur, na aku rong duwe omah kok podo jalok mondok. Byien ki rong luas bangunane ijek akeh tanah kosong,trus dibangun sa’tek-sa’tek karo mbah hur. Riwayate gek bien iku yo rakaruan mbak kok jengenge rialat yo tirakat yo riwayat yo mlarat. Nomer jiji yo niat yo tekat kui, hallah y owes rakaruan.5

Artinya: dulu disini itu belum ada bangunan, santri pertama yang ikut mbah Hur itu Cuma ada 12 orang itu dari daerah semarang, tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja, kemudian Bojonegoro juga ada. Waktu itu saya dan mbah Hur penganti baru belum punya anak, jadi ya belum ada apa-apa. Sebelumnya juga sudah mengaji dengan mbah Hur di Masjid Ngumapakdelem, lama kelamaan mintak mondok di rumah mbah Hur. Pada saat itu mbah Hur masih ikut mertua dan belum mempunyai rumah sendiri. trus dibangunkan kamaran sedikit demi sedikit. Riwayatnya dulu itu banyak, ada rialat, tirakat, riwayat dan mlarat. Yang utama yakni niat dan tekat.

Pada tahap awal pendidikan di Pondok Pesantren Al Rosyid bertujuan

semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau

kitab kuning diantaranya kitab Dirrasam Safinah dan belajar Al-Quran, sistem

pendidikan yang digunakan merupakan sistem pendidikan tradisional.

4

Malikah Masyhur (istri KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 19 Mei 2016

5

(52)

Pendidikan tradisional tersebut menggunakan sistem yang sangat sederhana.

Misalnya santri hanya belajar bagaimana mengucapkan lafadh Quran secara

hafalan yang diajarkan oleh sang guru. Sistem pendidikan ini biasanya dikenal

dengan istilah wetonan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Jawa yaitu wektu

(waktu). Dinamakan demikian karena pelajaran ini diberikan pada waktu

tertentu. Biasanya waktu yang dipilih untuk belajar ini adalah ketika habis sholat maghrib hingga isya’. Pembelajaran tersebut dilakukan tiga kali dalam seminggu.

Kemudian tambahan pelajaran yang diberikan dalam satu minggu sekali yakni

menggunakan metode badogan atau halaqah.6

Pada tahun 1960, Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mengalami

peningkatan dalam sistem pembelajaran. Misalnya mengenai sistem sorogan

termasuk belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan

seorang kiai atau guru dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.7

Sorogan merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara kiai membacakan

isi dari sebuah kitab dan santri mendengarkan serta menyimak apa yang

dibacakan oleh sang kiai. Kemudian santri membuka bagian kitab yang dikaji

dan meletakkannya diatas meja yang telah tersedia dihadapan kiai. Di sini para

santri mendengarkan apapun yang diucapkan oleh sang guru.

6

Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996), 44. 7

(53)

Perkembangan pesantren hingga tahun 1970-an masih mengedepankan

sistem tradisional. Misalnya pada pesantren ini menggunakan kitab-kitab klasik,

kitab kuning. Adapun kitab kuning yang digunakan menggunakan

kitab-kitab tertentu sesuai cabang ilmu yang dipelajari hingga tuntas sebelum naik ke

kitab lain yang lebih tinggi kesukarannya. Kitab kuning yang bisa digunakan

dalam referensi pondok pesantren adalah kitab Fiqih, Nahwu, dan Sorof sebagai

cabang ilmu yang utama.8

Selama kurang lebih lima belas tahun pesantren dipegang oleh Kiai

Masyhur, santri-santri mulai banyak berdatangan hingga jumlah kurang lebih

150-an santri. Saat mulai mau berkembang pada tahun 1974 Kiai Masyhur

meninggal, setelah itu pondok pesantren mengalami kavakuman yang cukup

panjang. Pada waktu itu pesantren dipegang oleh santriwan yang dipercayakan,

namun selama dua tahun tersebut pesantren tidak berjalan dengan lancar, karena

pihak luar yang menjalankan sehingga tidak berkuasa penuh untuk menjalankan

berbagai kebijakan yang ada di pesantren.

Tabel 1

Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Rosyid tahun 1959-1974

Tahun Asal Daerah Jumlah Santri

Laki-laki Perempuan

1959 - 1960 Semarang, Cepu,

Tuban, Surabaya,

12 -

8

(54)

Pekalongan, Sumber: Data diperoleh dari sumber informan ibu nyai Malikah masyhur

Adapun fasilitas pondok pada saat itu masih sangat terbatas sekali.

Misalnya jumlah kamar yang digunakan tempat tinggal santri, musholla, dan

tempat mengaji. Pada awalnya santri ikut bertempat tinggal di rumah kiai,

kemudian lambat laun kiai memiliki anak dan terpaksa para santri dibuatkan

kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu. Kamar tersebut pun digunakan

sebagai tempat menginap sekaligus tempat mereka belajar mengaji, sebelum ada

Kiai Masyhur mendirikan musholla. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh

Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:

Suwe tambah suwe santrine malah akeh telung puluhan santri tetep mempeng ndosok-ndosok njaluk mondok numae mbah Hur, yo omah joglo elek kui di gae panggonan pondok. Akhire lama-lama mbah hur tuku omah gone mbah Nai’ip warisan teko gone kaji Riduwan, bien regane rong puloh ewu, trus dibanguno kamaran cilik-cilik mbik bangun mushola.9

Artinya: lama-kelamaan santri bertambah banyak kira-kira 30-an santri yang pada saat itu memaksakan mbah Hur untuk ikut mondok dirumahnya. Kemudian mbah Hur membeli sebidang tanah seharga dua puluh ribu rupiah untuk membangun kamar-kamar kecil dan musholla.

9

Gambar

   Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.4
   Tabel 5.5
+6

Referensi

Dokumen terkait

“Al - Hadi”. Didukung pula dengan teori perubahan dari Wibowo untuk menggambarkan tentang perkembangan dan perubahan Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an “Al - Hadi”

Untuk menjelaskan dan menganalisis dampak dari strategi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Tahfidh terhadap keberhasilan menghafal Alquran santri di pondok pesantren tahfidh

Lembaga dakwah terdapat majlis ta’lim laki- laki dan perempuan selanjutnya juga ada solidaritas santri alumni Pondok Pesantren Al-Furqon (SIMPATIQ). Respon masyarakat akan

Karena penulis sangat tertarik tentang keunikan yang terjadi di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, dimana santri yang berada

Perkembangan Yayasan Pondok Pesantren Al Fattah dibagi menjadi 2 periode, dalam perkembangannya dapat terlihat dari berdirinya beberapa unit lembaga

Hasil dan Pembahasan Peran Koperasi Pondok Pesantren AL-Hikam Dalam Melakukan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Mitra Koperasi Pondok pesantren Al-Hikam merupakan salah satu pondok

Penutup Berdasarkan hasil pembahasan, keberadaan Pondok Pesantren Al-Fatah di Dusun Muhajirun Natar, Lampung Selatan memberikan dampak bagi perkembangan masyarakat Dusun Muhajirun

Madrasah Aliyah Al Rosyid telah merancang sistem evaluasi seefisien mungkin melalui rutinitas evaluasi pembelajaran dengan berbagai bentuknya, mulai dari pre-test yang dilakukan oleh