SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh Devy Nur Afida NIM: A02212045
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro”. Adapun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016? 3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat sekitar?
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang mencakup heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Penulis menggunakan pendekatan sosiologi yang mencakup teori fungsionalisme struktural dan teori kepemimpinan karismatik.
ABSTRACT
This thesis is the result of field research on the title “THE HISTORY OF DEVELOPMENT ON ISLAMIC BOARDING SCHOOL AL ROSYID IN NGUMPAKDALEM VILAGE, DANDER DISTRIC, BOJONEGORO RAGENCY
YEAR 1959-2016 M”. The research questions are 1. How is the establishment history
of the Islamic Boarding School Al Rosyid?, 2. How is the improvement of the Islamic Boarding School Al Rosyid since 1959-2016?, and 3. How is the contribution of the Islamic boarding school to the people surrounding it?
This research used a method of historical research that includes heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. The writer used sociology approach that consists of structural functionalism theory and charismatic leadership theory.
DAFTAR ISI
BAB II PONDOK PESANTREN AL RASYID A. Letak geografis ... 19
B. Latar Belakang Berdirinya ... 24
C. Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26
D. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid ... 26
F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid ... 34
BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID
A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974) ... 40
B. Periode II KH. Shajjidun (1976 - 1989) ... 45
C. Periode III KH. Alamul Huda (1989 - 2016) ... 52
BAB IV KONTRIBUSI PONDOK PESANTREN AL ROSYID
A. Alumni Pondok Pesantren Al Rosyid ... 58
B. Pengaruh Pondok Pesantren Al Rosyid Bagi Masyarakat
Sekitar ... 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 78 B. Saran ... 79
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau dan
termasuk penulisan yang harus memenuhi beberapa syarat tertentu yakni syarat
sebagai ilmu. Sejarah dapat dilihat dalam arti subjektif dan objektif. Sejarah dalam
arti subjektif adalah suatu konstruk yakni bangunan yang disusun penulis sebagai
suatu uraian atau cerita.1 Sedangkan sejarah dalam arti objektif menunjuk pada
kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.2
Sejarah asal permulaan pondok pesantren di Indonesia bersamaan dengan
bermula dan berkembangnya agama islam di Indonesia. Adayang berpendapat bahwa
pondok pesantren itu warisan dari system Hindu yang dinamakan padepokan, tetapi
jelas ada perbedaan besar antara pesantren dan padepokan. Pada zaman Hindu yang
belajar dan mengajar di padepokan hanya kasta-kasta khusus, yaitu brahmana dan
ksatria. Namun dalam pondok pesantren Islam semua orang dapat belajar tanpa ada
perbedaan.3
Peristiwa sejarah memiliki ciri yang khas diantaranya bersifat unik. Dari
karakteristik diatas, penulis mengklasifikasikan pondok pesantren Al Rosyid Desa
1
Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro tergolong pondok yang
memiliki keunikan tersendiri yakni model pondok pesantren salafi yang bercorak
klasik yang dipadukan dengan system kurukulum pondok pesantren modern
Darussalam Gontor Ponorogo, dan pada umumnya mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan
berkembang di kalangan masyarakat serta berperan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa dan negara, tidak hanya dari segi moral tapi juga ikut memberikan
sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Sebagai pusat pengajaran ilmu-ilmu agama Islam, pondok pesantren telah
banyak melahirkan ulama, tokoh masyarakat, muballigh dan guru agama yang
dibutuhkan masyarakat. Hingga sekarang, pondok pesantren tetap konsisten
melaksanakan fungsinya dengan baik, bahkan sebagian telah mengembangkan fungsi
dan perannya sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Dalam rangka melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic
studies, Pondok Pesantren Al-Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk memupuk
dan mengembangkan serta membina umat. Di Pondok ini diajarkanilmu-ilmu agama
yang representatif dan kompeten. Pondok ini tidak hanya menyiapkan anak didiknya
terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
tentunya akan memiliki nilai tambah bagi alumnus Pondok Pesantren Al-Rosyid
untuk membentuk peradaban islam yang kaffah dengan mengimplementasikan
ilmu-ilmu yang diajarkan di Pondok Pesantren guna mewujudkan sosok muslim yang
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara yang
eksistensinya masih tetap bertahan hingga sekarang di tengah-tengah kontestasi
dengan pendidikan modern yang berkiblat pada dunia pendidikan model barat yang
dibawa oleh Pemerintah Hindia Belanda sejak abad ke-19 M.4
Istilah pesantren bisa disebut dengan pondok saja atau kedua kata ini
digabung menjadi pondok pesantren.5 Pesantren adalah lembaga pendidikan
tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menhayati, dan
mengamalkan agama islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan
sebagai pedoman perilaku sehari-hari.6 Pesantren sebagai suatu tempat pendidikan
dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama dan mengembangkan kepribadian
muslima dan didukung asrama sebagai sebagai tempat tinggal santri yang bersifat
permanen. Pesantren juga merupakan komunitas tersendiri dimana kiai, ustadz, santri
dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan,
berlandaskan nilai-nilai agama islam lengkap dengan norma-norma dan
kebiasaan-kebiasaanya sendiri-sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum
yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah
asuhan seorang kiai atau ulama, yang dibantu oleh beberapa kiai dan ustadz.7
4
Jajat Burhanuddin, Mencetak Muslim Modern: Peta Pendidikan Islam Indonesia ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ), 2.
5
Qomar Mujamil, Pesantren: dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi (Jakarta: Erlangga, 2008), 1.
6
Tujuan pendidikan pesantren adalah menciptakan dan mengembangkan
kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan,
berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat atau berkhidmat kepada masyarakat
dengan jalan menjadi kawula atau abdi masyarakat tetapi rasul, yaitu menjadi
pelayan masyarakat sebagaimana kepribadian Nabi Muhammad (mengikuti sunah
Nabi), mampu berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan
agama atau menegakkan agama islam dan kejayaan umat di tengah-tengah
masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian
masyarakat.8
Penelitian ini menitik beratkan pada pondok pesantren yang berada di wilayah
Ngumpakdalem Dander Kabupaten Bojonegoro. Al Rosyid merupakan sebuah
pondok pesantren yang ada di wilayah Kendal Ngumpakdalem Dander Bojonegoro.
Al Rosyid merupakan nama pemberian yang diberikan oleh putra dari kiai Rosyid,
sedangkan Kendal adalah sebuah penyebutan tempat berdirinya pesantren Al Rosyid
karena terdapat pohon Kendal yang besar. Oleh karena itu pondok pesantren ini
dikenal dengan sebutan Al Rosyid Kendal. Pengasuh pondok saat ini bernama K.H.
Alamul Huda Masyhur. Pondok ini merupakan pondok yang menganut sistem salaf.
Sistem klasikal adalah sebuah pembelajaran dengan orientasi pendidikan dan
pengajarannya tertata secara runtut dan rapi baik berhubungan dengan kurikulum,
tingkatan maupun kegiatan didalamnya.
8
Penulis mengambil rentan waktu antara tahun 1959-2016 dengan alasan pada
tahun 1959 pondok pesantren Al Rosyid mulai berdiri dan pada tahun 2016 masih
mengalami berbagai perkembangan pembangunan gedung asrama putra dan putri,
perluasan tanah dan bangunan, serta kuantitas jumlah santri maupun kualitas prestasi
akademik maupun non akademik.
Madrasah diniyah merupakan lembaga keagamaan Islam nonformal yang
dijadikan pelengkap bagi siswa pendidikan umum. Melihat peranannya yang cukup
besar dalam pembentukan akhlakul karimah bagi generasi selanjutnya. Dalam
perkembangannya secara kelembagaan, madrasah mengalami penyempurnaan secara
berangsur-angsur.
Adapun alasan penulis memilih judul Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid
desa Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016
dikarenakan pondok ini memiliki ciri khas tersendiri. Pondok Al Rosyid
menggabungkan dengan berbagai macam model pendidikan, pondok pesantren
menyesuaikan dengan apa yang dimilikinya sekarang dengan apa yang di yang di
inginkan masyarakat, karena masyarakt sendiri ada yang menginginkan model
pendidikan lama dan ada juga yang mendinginkan model pendidikan modern, pada
akhirnya pondok pesantren menggabungkan antara keduanya yakni antara model
klasik dan modern.
berstatus salaf namun pada tahun 1979 pondok pesantren ini menambahkan
sistem modern. Pada kurikulum pendidikan modern pondok Al Rosyid memadukan
pendidikan terwujudnya generasi Islam yang berdedikasi tinggi, unggul dalam
prestasi dan berakhlaqul karimah. Selain penekanan pada tauhid, aqidah, fiqih, dan
akhlak juga ditekankan pada santri untuk menguasai Bahasa arab dan Bahasa Inggris
bahkan bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa sehari-hari, selain itu juga
mencetak generasi Muhafadzoh.
Sistem pendidikan pesantren didasari, digerakkan, dan diarahkan oleh
nilai-nilai kehidupan yang bersumber pada ajaran dasar Islam. ajaran Islam ini menyatu
dengan struktur kontekstual atau realitas social yang digumbuli dalam hidup
keseharian. Hal ini yang mendasari konsep pembangunan dan peran kelembagaan
peran pesantren.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembatasan masalah dan perumusan masalah ini, penulis akan
membatasi yang disesuaikan judul, Sejarah Pondok Pesantren Al Rosyid Kendal Desa
Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Kajian ini dibatasi
dengan pembahasan yang bersifat kohesif dan terfokus, sehingga tidak keluar dari
masalah apa yang telah ditulis. Berikut masalah penelitian ini di buat:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959-2016?
2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem
3. Bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat
sekitar?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini penulis
mempunyai tujuan antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid
Kendal Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari
tahun 1959-2016.
2. Untuk mengetahi bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Al-Rosyid Kendal
Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun
1959-2016.
3. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa
Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap
perkembangan masyarakat sekitar
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan nantinya akan memberi
1. Aspek praktis: Dengan diadakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem
kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.
2. As pek Akademik: Dari aspek ini diharap dapat dijadikan referensi bagi peneliti
yang ada kaitannya dengan sejarah pondok pesantren dan menambah
pengetahuan tentang sejarah pondok pesantren Al Rosyid desa Ngumpakdalem
kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro tahun 1959-2016.
E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Berbicara mengenai perspektif teori (theory perspective), masing-masing
perspektif itu digunakan untuk mempersepsi apa yang penting dan apa yang membuat
dunia ini terus berjalan. Semua peneliti yang baik sangat berhati-hati terhadap data.
Meski tidak mutlak dalam penelitian kualitatif, teori juga membantu kerja peneliti
agar penelitiannya berjalan dengan baik.
Ilmu bantu sejarah dalam melakukan penelitian sejarah dapat membantu
sejarawan menemukan informasi dan mendapatkan data sesuai kebutuhan dalam
batas penelitiannya. Dalam hal ini, penulis memerlukan ilmu bantu sejarah dalam
bidang sosiologi. Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya masyarakat, ilmu
merupakan kumpulan manusia yang bercampur dalam waktu yang sama, sadar akan
kesatuan serta memiliki suatu sistem hidup bersama.9
Secara definitif Max Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami tindakan sosial serta antar hubungan
sosial untuk sampai kepada penjelasan kasual. Tindakan yang dimaksudkan adalah
dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat
berupa yang bersifat subjektif yang mungkin terrjadi karena pengaruh positif dan
situasi tertentu.10
Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-perubahan.
Salah satunya yakni dalam masyarakat terjadi perubahan sosial. Perubahan-perubahan
sosial adalah segala perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola kelakuan diantara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.11
Penggambaran mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan,
ialah dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan,
unsur-unsur yang diungkapkan dan lain sebagainya. Peneliti lebih mengacu pada
pendekatan sosiologi. Dalam pendekatan ini penulis menggunakan pendekatan:
9
Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 25. 10
Alimandan, Sosiologi, Ilmu Sosial Berparadigma Ganda (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), 44. 11
1. Teori fungsionalisme struktural
Teori ini menekankan kepada keturunan dan mengabaikan konflik serta
perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi
laten, fungsi manifest, dan keseimbangan.
Menurut teori ini masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri
atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan dan saling menyatu
dalam keseimbangan. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian yang lain. Singkatnya adalah masyarakat menurut
kaca mata teori senantiasa berada dalam keadaan brubah secara berangsur-angsur
dengan tetap memelihara keseimbangan.12
Seperti halnya pondok pesantren Al Rosyid Pada awal berdiri, pesantren ini
hanya memiliki lembaga pendidikan diniyah, yang didirikan untuk memberikan
kesempatan pada masyarakat sekitar yang ingin belajar pengetahuan agama sejak
dini bagi yang duduk di tingkat SD. Pada perkembangan selanjutnya, setelah
pembukaan pendidikan formal Pesantren Al Rosyid mengadakan pengembangan
kurikulum. Dan begitu pula dengan perkembangan bangunan pondok yang
semakin luas dan adanya santri yang semakin bertambah hingga saat ini santri yng
menuntut ilmu di pondok Al Rosyid mencapai 1250 lebih yang terdiri dari santri
putra dan santri putri.
12
2. Teori Kepemimpinan
Pada teori kepemimpinan ini penulis menggunakan kepemimpina
kharismatik seperti yang diungkapkan Max Weber seorang pemimpin yang
kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut karena
mempunyai kharakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat
sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat
besar.13
Kepemimpinan merupakan hasil daripada organisasi sosial yang telah
terbentuk atau sebagai hasil dinamika daripada interaksi sosial.sejak mula
terbentuknya suatu kelompok sosial seseorang atau beberapa orang diantara
warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif daripada rekan-rekannya,
sehingga KH. Masyhur tampak lebih menonjol dari lain-lainnya.
Kualitas kepribadian yang dimiliki KH. Masyhur dalam memberikan ilmu
melalui pengajin kitab-kitab kuning yang diselenggarakan setiap hari merupakan
contoh konkrit ketinggian ilmu yang senantiasa diperagakan dalam sikap dan
aktifitasnya. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil
jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam
Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya. KH. Masyhur sering
membangkitkan semangat hidup beragama melalui tindakan yang diajarkan.
Munculnya kharisma terletak dimata orang yang memandangnya, kharisma
bukan merupakan sikap yang benar ada pada diri seorang pemimpin, melainkan
13
lebih merupakan sikap yang menurut para pengikutnya ada pada pemimpin
mereka.14
F. Penelitian Terdahulu
Pada dasarnya penelitian pondok pesantren cukup banyak namun pembahasan
tentang pondok pesantren Al-Rosyid belum ada yang meneliti dalam segi sejarah
pondok pesantren, peran kiai. Peneliti merasa perlu adanya penelitian tentang pondok
pesantren Al-Rosyid sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil judul Sejarah
Pondok Pesantren Al-Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten
Bojonegoro tahun 1959, namun peneliti mengambil penelitian terdahulu sebagai
pedoman dalam penulisan skripsi.
1. Sumadi, NIM F.054.111.55, Program Studi Ilmu Keislaman Konsentrasi
Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Model
Pengembangan Pendidikan Pesantren Study Di Pondok Pesantren Al Rasyid
Dander Bojonegoro, 2014, yang membahas tentang model pengembagan dan
pembaharuan pendidikan di pondok pesantren Al Rosyid
2. Chafid Rosyidi, NIM 07101244034, Program Studi Manajemen Pendidikan
jurusan Administrasi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Manajemen Implementasi Kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin Al
-Islamiyah Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid Bojonegoro Jawa Timur,
2012, yang membahas tetntang proses perencanaan kurikulum Kulliyyatul
14
Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid,
proses implementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) di
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, hasil pembelajaran dalam
limplementasi kurikulum Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Madrasah
Aliyah Pondok Pesantren Al Rosyid, serta keunggulan dan kelemahan kurikulum
Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Gontor dibandingkan
kurikulum MAN.
G. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian Sejarah Pondok Pesantren Al
Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro adalah
metode penelitian sejarah. Langkah langkah praktis dalam yang harus dilalui oleh
peneliti sejarah berkaitan dengan penerapan metode sejarah adalah sebagai berikut:
1. Heuristik
Heuristik yakni tehnik untuk mengumpulkan sumber-sumber, data atau
jejak-jejak sejarah.15 Sumber yang bisa digunakan penulis dalam penelitian
tersebut diantaranya terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder sebagai
penunjang dari sumber primer. Data yang dikumpulkan berupa berupa tulisan
maupun lisan. Seluruh data kemudian dianalisis secara induktif sehingga
menghasilkan data yang deskriptif. Untuk memperoleh data dilakukan atau
dibutuhkan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
15
digunakan adalah wawancara, dan dokumentasi yang berupa sumber bacaan atau
tertulis.
a. Sumber Primer
Pada sumber primer penulis mendapatkan data yang berupa sumber lisan dan
dokumen:
1) Ibu nyai Hj. Malikah Masyhur selaku istri dari pendiri pondok pesantren Al
Rosyid
2) K. Yasir Chulaimi dan pak Mansur selaku orang sezaman pelaku peristiwa
atau saksi mata.
3) Ny. Hj. Masturotun selaku istri dari pengasuh periode II pada tahun
1974-1989 yakni KH. Muhammad Sajjidun Murtadho.
4) KH. Alamul Huda selaku pengasuh periode III pada tahun 1974-2016.
5) Sumber dokumen yang ada seperti piagam pengakuan telah dirikanny
pondok pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama Republik Indonesia
Kabupaten Bojonegoro, Akta pendirian yayasan pondok pesantren Al
Rosyid dan majalah pondok pesantren Al Sosyid.
b. Sumber Sekunder
Untuk mendukung penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan
sumber sekunder berupa buku-buku literature yang berkaitan dengan tema yang
penulis bahas dalam skripsi ini.
Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yang diperoleh
agar memperoleh kejelasan apakah sumber tersebut kredibel atau tidak, dan
apakah sumber tersebut autentik apa tidak. Pada proses ini dalam metode sejarah
bisa disebut dengn istilah kritik intern dan kritik ekstern16
a. Kritik intern
Kritik intern merupakan suatu kegiatan untuk menilai data-data yang
diperoleh dengan maksud agar mendapatkan suatu data yang autentik atau
tidak dan mendapatkan suatu data yang kredibilitas atau dapat dipercaya.
Peneliti mengkritisi dengan adanya sumber daya yang peneliti dapatkan yakni
mengenai dokumen terlulis, seperti akata pendirian yang di sahkan pada tahun
2014, begitupula dengan tdak adanya sumber tulisan yang berisi tentang
sejarah berdirinya pondok yang di tulis langsung oleh pendiri pondok
pesantren, dan tidak adanya situs monument atau prasarti yang berbebtuk
untuk membuktikan bahwasanya Pondok Pesantren Al Rosyid didirikan pada
tahun 1959 M.
b. Kritik Ekstern
Kritik ekstern merupakan proses untuk mengetahui apakah sumber yang
didapatkan autentik atau tidak. Dalam kritik ekstern ini penelis menemukan
sumber yang autentik yakni sumber lisan dari istri pendiri pondok Al Rosyid
dan santri pondok pesantren Al Rosyid yang sezaman.
16
3. Interpretasi
Interpretasi adalah suatu upaya sejarawan melihat kembali tentang
sumber-sumber yang didapatkan apakah sumber yang didapatkan saling
berhubungan satu sama lain.17 Dengan demikian interpretasi merupakan suatu
kegiatan untuk menguraikan, menganalisa kemudian mengumpulkan semua
bahan sumber yang diperoleh yang berhubungan dengan fakta-fakta yang ada.
Dalam hal ini sumber-sumber yang penulis dapatkan antara sumber yang satu
dengan sumber yang lain memiliki kesamaan informasi contohnya pernyataan
hasil wawancara tentang tahun pendirian pondok memiliki kesamaan informasi
dengan dokumen piagam Pondok Pesantren Al Rosyid oleh Departemen Agama
Republik Indonesia.
4. Historiografi
Historiografi adalah penyusunan atau merekontruksi fakta-fakta yang
telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap
sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.18 Dengan demikian historiografi
merupakan langkah-langkah untuk menyajikan hasil interpretasi fakta sejarah ke
dalam suatu bentuk penulisan sejarah, yakni usaha untuk merekontruksi kejadian
masa lampau dengan menguraikan secara sistematis, terperinci, utuh dan
komunikatif agar dapat digunakan dengan mudah oleh para pembaca. Dalam penulisan ini menghasilkan laporan yang berjudul “Sejarah Perkembangan
17
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah 1, (Surabaya: 2005), 13. 18
Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro Tahun 1959-2016 M”.
Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan sejarah deskriptif analitik ,
yang merupakan metodologi dimaksudkan menguraikan sekaligus menganalisis.
Dengan itu maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal. Jadi
penulis akan menguraikan mengenai Pondok Pesantren Al Rosyid desa
Ngumpakdalem kecamatan Dander kabupaten Bojonegoro, yang telah didirikan
oleh KH. Masyhur pada tahun 1959 M.
H. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini penulis menyusunnya menjadi
beberapa bab yakni:
Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latarbelakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, metode
penelitian, landasan teori dan sistematika pembahasan.
Bab II yakni Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro. Dalam bab ini akan membahas tentang letak
geografis, latar belakang berdirinya, biografi singkat pendiri, sejarah berdirinya,
tujuan berdirinya, dan aktivitas pondok pesantren.
Bab III yakni perkembangan pondok pesantren Al Rosyid Desa
Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro dari tahun 1959. Dalam
Bab IV yakni kontribusi Pondok Pesantren Al Rosyid Desa Ngumpakdalem
Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro terhadap perkembangan masyarakat
sekitar. Yakni membahas tentang alumni dan pengarug pondok pesantren terhadap
masyarakat sekitar,
Bab V yakni penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan
BAB II
PONDOK PESANTREN AL ROSYID
A.Letah Geografis
1. Letak Desa
Desa Ngumpakdalem merupakan desa yang berada di Kecamatan
Dander Kabupaten Bojonegoro Jl. KH. R. Moh. Rosyid, karena letak desa
Ngumpakdalem ini tidak jauh dari kota maka untuk sampai ke desa tersebut
tidaklah sulit untuk ditempuh. Jarak dari pusat kecamatan sekitar 3 Km,
sedangkan dari pusat kabupaten sekitar 6 Km.1 Kawasan ini dilalui jalur jalan
raya untuk menuju ke Nganjuk dan Kediri. Letak yang strategis tersebut
banyak diketahui oleh masyarakat. Dan desa ini juga masih terjaga lingkungan
santrinya, karena bnyak pesantren yang yang berdiri. Ada sekitar enam
pesantren yang berdiri tetapi dengan pemilik yang berbeda-beda. Al Rosyid
sendiri yang merupakan pesantren yang terletak di sebelah timur, sedangkan
lima pesantren ada di sebelah barat. Sebenarnya antara timur dan barat masih
ada hubungan darah jika dilihat dari silsilah keturunan dari kyai Rosyid yang
mempunyai anak bernama Latifah dan Riwan, latifah menikah dengan kyai
Shoim, sehingga dari situ ada hubungan kerabat di wilayah tersebut.
Sesuai dengan data monografi desa Ngumpakdalem pada tahun 2015,
luas desa Ngumpakdalem ± 799.964 Ha, dengan perincian sebagai berikut:
1
tanah sawah 669.380 Ha, tanah kering (pemukiman, ladang) 10.024 Ha, tanah
fasilitas umum 120.56.
Adapun batas-batas wilayah desa adalah:
a) Sebelah utara Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander
b) Sebelah selatan Desa Mojoranu Kecamatan Dander
c) Sebelah timur Desa Bangilan Kecamatan Kapas
d) Sebelah barat desa Leran kecamatan Kalitidu2
2. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk desa Ngumpakdalem yang tercatat sampai tahun 2015
berjumlah 12.767 jiwa dengan rincian: laki-laki sebanyak 6.373 jiwa dan
perempuan sebanyak 6.394 jiwa yang terdiri dari 10 RW dan 52 RT.3
3. Luas wilayah menurut penggunaan
Di desa Ngumpak dalem memiliki luas wilayah yang dibagi menjadi
beberapa bagian tanah diantaranya adalah tanah sawah seluas 669.380 Ha,
tanah kering seluas 10.042 Ha dan tanah fasilitas umum seluas 120.65 Ha.
Tabel 3.1 Tanah Sawah
No. Jenis Sawah Luas (Ha)
1 Sawah irigasi teknis 225.79
2 Sawah irigasi ½ teknis 93.125
2
Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.
3
3 Sawah tadah hujan 350.465
Total Luas 669.380 Ha
Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.
Tabel 3.2 Tanah Kering
No. Jenis Tanah Kering Luas (Ha)
1 Tegal / ladang 9.550
2 Pemukiman 474
3 Pekarangan -
Total Luas 10.042 Ha
Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.
Tabel 3.3
Tanah Fasilitas Umum
No. Jenis Fasilitas Umum Luas (Ha)
1 Kas desa/kelurahan
a. Tanah bengkok
b. Sawah desa
63.04 22.045
2 Lapangan olahraga 5
3 Perkantoran pemerintah 15.45
4 Tempat pemakaman desa/umum 4
5 Bangunan sekolah/perguruan tinggi 1.025
6 Pertokoan 0.25
8 Jalan 9.500
Total Luas 120.65Ha
Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.
4. Mata Pencaharian
Masyarakat desa Ngumpakdalem sebagian banyak menggantungkan
nafkahnya dari penghasilan bertani. Sesuai dengan daerahnya sehingga bagian
besar wilayahnya yakni tanah sawah. Untk melihat jumlah penduduk menurut
mata pencaharian dapat diketahui dalam table berikut:
14. Karyawan perusahaan swasta 404 201
15. Karyawan perusahaan pemerintah 7 6
Jumlah 2568 1987
Jumlah Total Penduduk 4555
Sumber: data monografi dan peta desa Ngumpakdalem tahun 2015.
5. Agama Masyarakat
Masyarakat desa Ngumpakdalem mayoritas penduduk beragama
islam. bila ditinjau dari kehidupan keagamaannya, pemeluk agama islam di
desa Ngumpakdalem ini sangat giat dan taat di dalam menjalankan ajaran
agama baik yang utama seperti rukun islam maupun amalan-amalan sunah
lainnya. Hal ini bisa dilihat dari semaraknya dalam menjalankan sholat
berjamaah, pelaksanaan pengajian umum ataupun pengajian rutin baik di
mushola ataupun di masjid.
Meskipun dalam satu wilayah terdapat beberapa pemeluk agama,
mereka tetap hidup saling berdampingan dan menghormati satu sama lain.
Hal ini bisa dilihat pada tebel berikut:
Tabel 5.5
No. Agama/aliran kepercayaan Laki-laki (Orang)
B.Latar Belakang Berdirinya
Berdirinya pondok pesantren Al Rosyid dilatarbelakangi oleh keadaan
masyarakat desa Ngumpakdalem pada umumnya masih terpengaruh oleh faham
pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Dahulu masyarakat
Ngumpakdalem masih mempercayai adanya pohon keramat yang bernama pohon
Kendal, mereka meyakini dengan adanya pohon tersebut bisa menyembuhkan
segala penyakit, bahkan mereka juga memujanya agar hajat mereka terkabulkan.
Dahulu pohon tersebut juga digunakan untuk memohon perlindungan agar
selamat hidupnya. Apabila diantara pemuja itu meremehkan atau menghina akan
berakibat fatal diantaranya muntah, sakit panas, mencret dan segala macam
marabahaya.4
Raden KH. Muhammad Rosyid adalah seorang yang pertama kali babat
agama islam di daerah Ngumpakdalem yang terkenal dengan wilayah Kendal.
Dahulu beliau adalah asli orang Sukorejo dimana jika dilihat dari garis keturunan
beliau termasuk keturunan R. Singonoyo, dari situlah bisa di lihat bahwa beliau
merupakan sosok keturunan ningrat (darah biru).
Mbah rosyid iku seng pertama kali babat agama desa Ngumpak, asli wong sukorejo. Mbah rosyid iki keturunane raden Singonoyo keturunan nungrat. 5
Artinya: mbah Rosyid adalah orang pertama yang babat agama di Desa Ngumpakdalem, mbah Rosyid ini merupakan turunan dari Raden Singonoyo, jadi mbah Rosyid ini merupakan keturunan ningrat.
Melihat masyarakat yang seperti itu mbah Rosyid tidak tega melihat
penduduk desa Ngumpakdalem menjadi musyrik dan sesat. Akhirnya dengan
tekat bulatnya mbah Rosyid membasmi kemusyrikan dan kesesatan masyarakat
4An Naba’, Media Informasi dan Dakwah, Edisi I/th I/Juli
-Desember 2010, 23.
5
Ngumpakdalem, dengan membaca bismillah mbah Rosyid menebang pohon
Kendal yang begitu besar dan dianggap keramat, atas izin Allah pohon tersebut
roboh. Pada saat itulah mbah Rosyid mulai menanamkan ajaran Islam di daerah
Ngumpakdalem, sedikit demi sedikit orang-orang mulai banyak berdatangan
untuk menimba ilmu kepada mbah Rosyid dan bermukim di sekitar rumah mbah
Rosyid.
Setelah sekian lama berlalu akhirnya mbah Rosyid wafat pada tahun 1905
dan diteruskan kyai Shoim sampai tahun 1920, setelah itu pengajaran mengalami
kevakuman yang cukup panjang sampai tahun 1959.
Seiring berjalannya waktu KH. Masyhur yang merupakan turunan ke-4
dari keturunan Raden KH. Muhammad Rosyid, bermula dari sebuah niatan untuk
meneruskan perjuangan kyai Rosyid dan kyai Shoim, maka muncullah ide yang
digagas oleh kyai Masyhur. Kyai masyhur ingin meneruskan perjuangan kyai
Rosyid yang sudah vakum selama puluhan tahun. Kemudian pada tahun 1959
KH. Masyhur mendirikan sebuah pesantren yang dinamai Al Rosyid, nama
tersebut diambil dari nama mbah Rosyid. Tidak hanya itu pemerintah daerah juga
memberi nama jalan mulai daerah pacul sampai pasar Ngumpakdalem, diberi
nama Jalan KH. Moch Rosyid sebagai sarana untuk mengenang jasa beliau yang
berjuang menghilangkan kesesatan dan membasmi kemusyrikan daerah
Ngumpakdalem. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Masturotun sebagai
Kiai Masyhur ini keturunan keempat dari keturunannya mbah Rosyid, dari sebuah niatan untuk meneruskan perjuangan mbah Rosyid dan mbah Shoim kemudian muncul ide mbah masyhur untuk mendirikan pondok pesantren pada tahun 1959. 6
C.Biografi Singkat Pendiri Pondok Pesantren Al Rosyid
KH. Masyhur lahir pada tahun 1929 putra dari pasangan H. Siroj dan Nyai
Maisaroh. KH. Masyhur merupakan keturunan ke-4 dari silsilah keluarga KH.
Muhammad Rosyid.7 Dalam pengalaman pendidikan, KH. Masyhur bermula dari
mengenyam Pendidikan Agama di Pondok Pesantren Abu Darrin pada tahun
1945, kemudian dilanjutkan lagi pendidikan di pondok pesantren Mojosari
Kabupeten Nganjuk pada tahun 1949. Selanjutnya di pondok pesantren Lasem
Jawa Tengah pada tahun 1953-1956. Pada pengalaman organisasi, KH. Masyhur
pernah menjabat sebagai Rois Syuriah Nahdhatul Ulama Cabang Bojonegoro pada
tahun 1972.
KH. Masyhur mempunyai istri yang bernama Nyai Malikah, mereka
dikaruniai delapan anak putra dan putri yaitu: Hj. Masturotun, Hj. Lumchatin,
KH. Alamul Huda, KH. Moh. Syafiyullah, Masnuah, Nur Hidayatin, Siti
Cholisoh, dan Ulfah.8
D.Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al Rosyid
Pondok pesantren Al Rosyid didirikan pada tahun 1959 oleh KH. Masyhur
sebagai realitas atas cita-cita beliau untuk meneruskan dan menghidupkan kembali
aktifitas pengajaran agama Islam yang dirintis oleh KH. Muhammad Rosyid sejak
6
Masturotun (anak pertama kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 21 Mei 2016
7
Biografi KH. Muhammad Rosyid dan silsilah keluarga (Bojonegoro: Pengurus keluarga bani KH. Muhammad Rosyid, 2006), 27.
8
tahun 1902, dimana setelah wafatnya beliau pada tahun 1909 terjadi kevakuman
yang cukup panjang yakni sekitar dua tahun.
Kehidupan masyarakat sewaktu pondok ini didirikan bersumber dari
pertanian dan perdagangan. Adapun sisi religi mereka pada umumnya masih
terpengaruh oleh faham pra Hindu-Budha, yakni animisme dan dinamisme. Maka
dari itu KH. Masyhur melangkahkan kakinya dengan bermodalkan tekat semangat
serta niat kuat, dengan tekat dan tawakal kepada Allah SWT, niscaya Allah akan
menolong hambanya yang berjuang di jalanNya, serta respon masyarakat yang
menjadikan tekatnya menjadi bulat dan tetap berusaha berjuang untuk
mewujudkan harapan dan impiannya untuk mendirikan sebuah pondok pesantren
yang mampu menampung para santri untuk menimba ilmu kepada beliau.
Pada tahun 1959 Kyai Masyhur hanya memiliki santri putra berjumlah 12
orang, dan serambi masjidlah yang digunakan sebagai tempat mengaji, tidak lama
kemudian kyai Masyhur hanya menyediakan rumah sederhana untuk mngaji.
Lambat laun kyai Masyhur dianggap oleh masyarakat sebagai ulama yang mampu
dan menguasai agama, sehingga masyarakat mempercayai bahwa ulama tersebut
mampu untuk dijadikan sebagai guru atau panutan terutama dalam hal agama.9
Dari hal tersebut, masyarakat mulai mempercayakan anaknya untuk nyantri di
rumah kyai Masyhur. Dimulai dengan datangnya satu santri yang mengaji
dirumahnya hingga esoknya bertambahlah santrinya. Lambat laun pada tahun
1961 santri semakin bertambah banyak sampai dengan 60-an santri, sehingga
dibuatkan beberapa kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu dan disekat
9
dengan bambu. Kamar-kamar kecil tersebut digunakan para santri untuk mengaji.
Sebagaimana yang di sampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut:
Cah ngaji gek bien ki yo mok sitik ndok, mulai teko cah siji trus sesok e nambah meneh suwe-suwe yo sampek suwidakan santrine. Mulai teko iku mbah Hur mulai mbanguno kamar-kamaran yo cilik-cilik ngunu gae panggon ngaji. 10
Artinya: dulu yang mengaji itu hanya sedikit nak, dari datangnya satu anak kemudian besoknya bertambah dan seterusnya hingga santri mencapai enam puluhan. Mulailah dari situ mbah Hur sedikit membangun kamar-kamar kecil untuk tempat mengaji.
Dengan semakin mahirnya kiai Masyhur dalam menyampaikan
dakwahnya, banyak masyarakat yang tertarik belajar kepadanya. Masyarakat
menganggap penyampaian dakwah kiai Masyhur sangat mudah dimengerti, selain
itu kiai Masyhur juga dikenal sebagai kiai yang gigih dalam menyebarkan agama.
Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya santri yang belajar di rumah kiai
Masyhur.
Kiai Masyhur dikenal mempunyai sifat yang santun. Kiai Masyhur suka
berbaur dengan masyarakat, tetapi tidak melebur dengan aktifitas masyarakat
yang negatif, karena kiai Masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak
masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat
tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”. Dengan kewibawaan dan wira’i yang dilakukannya, membuat para
masyarakat kagum dan menjadikannya panutan. Perjuangan yang dilakukan cukup
berat hingga membanting tulang untuk mendirikan sebuah pondok pesantren.
Sebagaimana yang disampaikan oleh pak Yasir sebagai berikut:
Mbah Masyhur itu orangnya baik sekali, beliau mempunyai sifat yang santun suka berbaur pada masyarakat. Mbah masyhur mempunyai pedoman bahwa “berbaur tidak
10
masalah untuk mendekatkan diri pada masyarakat dan agar dakwah dapat tersampaikan dengan lebih mudah, asal tidak melebur dengan kegiatan yang negatif”.11
Sambil mengasuh dua putra dan enam putrinya kiai Masyhur ditemani
sosok istri yang mempunyai tujuan hidup dalam memperjuangkan agama. Nyai
Malikah selalu mendukung apapun yang dilakukan oleh suami selama ber-ijtihad
di jalan Allah. Dengan dukungan keras yang dilakukan oleh nyai Malikah, kyai
Masyhur mampu memimpin pesantren dan mempertahankan pesantren tersebut di
era Orde Baru yang mempersulit sistem Islam dan pendidikannya. Sebagai mana
yang disampaikan oleh ustadzah Ulfa sebagai berikut: “Dulu sambil mengasuh
delapan putra-putrinya dan ditemani oleh ibuk Malikah yang mempunyai tujuan
hidup dalam memperjuangkan agama. Dengan dukungan keras yang dilakukan
oleh nyai Malikah, kiai Masyhur mampu memimpin pesantren dan
mempertahankan pesantren tersebut di era Orde Baru.” 12
Pada pada masa PKI yang sedang gencar di tahun 1965-an, ada salah satu
santri yang hilang selama berbulan-bulan dan akhirnya santri tersebut kembali
pulang ke pesantren, hilangnya santri tersebut membuat panik dikarenakan pada
saat itu sedang gencarnya kasus penculikan PKI. Pesantren Al Rosyid tergolong
aman dalam berbagai konflik yang dialami oleh Indonesia. Pesantren terus
berjalan meski pergolakan politik semakin memanas. Kyai Masyhur selalu
bergerak untuk pendidikan pesantren ini.13
11
Yasir Chulaimi (alumni santri pondok pesantren Al Rosyid), wawancara, Bojonegoro, 23 April 2016
12
Ulfa Fathul Bani (anak kedelapan kiai Masyhur), wawancara, Bojonegoro, 8 Mei 2016
13
Nama Al Rosyid merupakan nama yang tidak asing lagi dalam sejarah
pesantren ini, karena secara tidak langsung nama Rosyid sendiri adalah nama kyai
ternama di tahun 90-an. Pada awalnya pondok pesantren ini bernama Al Miftah,
kemudian nama Al Rosyid ini diperoleh ketika kyai Masyhur sowan ke rumah
putra kyai Rosyid di Malang pada tahun 1962. Ketika itu terjadi percakapan yang
begitu panjang dan akhirnya pembicaraan tersebut ada yang membahas keadaan
pondok Al Rosyid dan bagaimana keadaan santri. Selain itu juga membahas
tentang penamaan pondok pesantren. Putra dari kiai Rosyid berpesan untuk
memberi nama pondok dengan nama Al Rosyid. Harapannya adalah nama
tersebut dapat memicu semangat untuk belajar menjadi orang yang cerdas.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “Jeneng
pondok iki bien iku dijenengi putrane mbah Rosyid seng nuk malang (Artinya:
nama pondok ini dulu diberi nama oleh putranya mbah Rosyid yang ada di
Malang). 14
Begitulah nasihat yang diberikan kyai kepada muridnya. Karena
ta’dzimnya terhadap kyai, maka kyai Masyhur mematuhi apa yang disarankan
oleh kyai atau gurunya. Di pesantren ini juga diajarkan bagaimana keta’dziman
para santri yang dilakukan kepada kyainya. Seorang santri haruslah patuh dan
mengikuti apa yang diucapkan atau diajarkan oleh sang kyai, sehingga keta’dziman di dalam suatu pesantren merupakan hal yang penting. Dari suatu
nasehat dan keta’dziman tersebut maka nama Al Rosyid disahkan sebagai nama
14
sebuah pondok yang dikelola oleh kiai Masyhur sebagai penerus estafet
perjuangan kiai Rosyid.
Sebagai lembaga pendidikan yang independen, yang tidak berafiliasi
kepada salah satu golongan dengan berasaskan Islam. pondok Pesantren Al
Rosyid berusaha semaksimal mungkin dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan
bangsa demi terciptanya insan-insan kamil yang berilmu, beramal sholeh,
bertaqwa kepada Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Dengan
membuat pola kegiatan dan pengajaran yang sedemikian rupa disertai upaya
pengembangan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan sempurna. Pondok
pesantren Al Rosyid berupaya untuk tetap eksis dengan semua tujuan yang ingin
dicapai.
Setelah meninggalnya KH. Masyhur pada tanggal 1 Agustus 1974, pondok
pesantren mengalami kevakuman yang cukup panjang. Pada waktu itu pesantren
di pegang oleh santri yang terpercaya selama dua tahun, namun pesantren tidak
berjalan dengan lancar. Ketidaklancaran tersebut dikarenakan pihak luar yang
menjalankan, sehingga tidak tidak berkuasa penuh untuk menjalankan sebagai
kebijakan yang ada di pesantren. Peranan pimpinan selama dua tahun tersebut
hanya seperti ketua pondok yang memantau berbagai kegiatan pondok, akan tetapi
tidak berkuasa penuh atas perubahan dan kebijakan dalam suatu pesantren.15
Setelah putri pertama kyai Masyhur yang bernama Masturotun menikah
dengan Sajjidun pada tahun 1976, pihak keluarga meminta Sajjidun untuk
15 Mansur As’ad
meneruskan estafet perjuangan yang sudah dirintis oleh kyai Masyhur dengan
segala pertimbangan yang ada, Sajjidun mau menerima suatu amanah tersebut.
Jaman gek bien aku ijek cilik kok umur telong puloh limo ditinggal mbah hur mati, trus
umur telong puloh pitu ki ewoh mantu jajal toh mantu anakku seng nomer siji jenenge
Masturotun. Bocae ijek sak kiyek umur nembelas tahun, yo jek sekolah SMA kelas loro
tak rabekno mbek Sajjidun anak e mbah yai Shoim, yo cek ono seng ganteni mimpin
pondok.16
Artinya: zaman dulu saya masih muda umur kira-kira umur tuga puluh lima tahun, mbah
Masyhur meninggal kemudian pada saat saya berumur tiga puluh tujuh menikahkan putra
pertama yakni Masturotun yang masih kecil yang berumur enam belas tahun sekolah
SMA kelas dua sudah dinikahkan dengan Sajjidun anaknya mbah yai Shoim, agar ada
yang menggantikan sebagai pemimpin pondok.
Pada tahun 1976 kekuasaan pondok sudah dipegang oleh Sajjidun. Dengan
kearifan dan kebijaksanaannya Sajjidun dapat memimpin pondok dan mengayomi
para santri. Kewajibanya sebagai pemimpin keluarga tidak pernah ditinggalkan.
Seiring berjalannya waktu, perubahan pun sudah mualai terlihat. Sedikit demi
sedikit perubahan terjadi baik secara fisik maupun secara internal, seperti keadaan
santri yang tidak terkondisikan dan jumlah pengajar yang ada.
Peninggalan bangunan berupa mushola yang dibangun pada tahun 1979
oleh Sajjidun masih ada hingga sekarang. Musholla tersebut masih digunakan
untuk kegiatan haflah yang dirintis oleh kyai Sajjidun. Sebagaimana disampaikan
oleh Nyai Masturotun sebagai berikut: “Pada tahun 1979 pak Sajjidun ini
mendirikan musholla, sampai sekarang masih ada mbak di sebelah rumah. Biasanya masih digunakan untuk kegiatan mengaji.” 17
16
Mlikah Masyhur (istri kiai Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 9 Mei 2016
17
Pada awal kepemimpinan kyai Sajjidun, kondisi pesantren masih belum
tertata karena kevakuman kekuasaan selama dua tahun. Dengan ketekunan dan
kewibawaan kyai Sajjidun, santripun mulai bertambah, setiap tahunnya. Semua
santri yang belajar di Pondok Pesantren Al Rosyid, dituntun agar akhlaknya selalu
terjaga. Pada masa kepemimpinan kyai Sajjidun terjadi perubahan pada sistem
pendidikan, perubahan sistem pendidikan tersebut dari sistem salaf ke sistem
modern. Dengan perubahan ini masyarakat tidak begitu saja menerima perubahan
itu. Banyak penolakan dari berbagai pihak, tetapi kyai Sajjidun tetap gigih untuk
meneruskan sistem pendidikan baru, demi perkembangan pesantren. Lambat laun
masyarakat pun akhirnya menyadari bahwa perkembangan teknologi semakin
maju, sehingga masyarakat semakin perkembangan pendidikan yang harus
diikuti.18
Perjuangan kyai Sajjidun berakhir pada tahun 1989 ketika putra tertua dari
kyai Masyhur kembali ke Al Rosyid setelah menempuh pendidikan di pesantren
Gontor di Ponorogo, yakni KH. Alamul Huda Masyhur meneruskan perjuangan
kyai Masyhur hingga saat ini pondok pesantren terus berkembang.
E.Tujuan Berdirinya
a. Visi
Terwujudnya generasi Islam yang berdedikaasi tinggi, unggul dalam prestasi
dan berakhlaqul karimah.
b. Misi
18
1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif dan inovatif
2) Melaksanakan bimbingan yang Islami sehingga nilai islam menjadi jalan
hidup bagi setiap siswa
3) Memberikan pendidikan ketrampilan sebagai bekal hidup kepada siswa
4) Siswa mampu mengaplikasikan teori pembelajaran dalam kehidupan
sehari-hari yang dilandasi dengan akhlaqul karimah.
F. Aktivitas Pondok Pesantren Al Rosyid
a. Bidang pendidikan
Sekian lama pondok pesantren dipandang sebagai lembaga eksklusif,
sampai akhirnya mengalami perubahan. Dalam kurun waktu yang panjang,
pesantren mengkonsumsi kitab kuning sebagai pedoman berfikir dan
bertingkah laku. Ia telah menjadi bagian yang intern dalam pesantren. Menurut
masyarakat pesantren dan kitab kuning merupakan formulasi final dari
ajaran-ajaran Al Quran dan sunnah Nabi. Pada pondok pesantren Al Rosyid ini
memberikan pengajaran sekolah diniyah. Adapun pelajaran yang di diberikan
antara lain: Fiqih, Aqidah, Nahwu, Sharaf, Balaghah dan lain sebagainya.
Pada bidang pendidikan dibawah naungan pondok pesantren Al Rosyid
ini berdiri pula lembaga Pendidikan Hidayatul Mutabi’in (LPHM) lembaga ini
didirikan sejak tahun 1979, pada saat itu hanya ada lembaga formal Madrasah
aliyah. Kemudian pada tahun 1988 LPHM berubah nama menjadi Yayasan
Pendidikan Pondok Pesantren Al Rosyid (YPPPA) dan menyelenggarakan lima
pendidikan formal meliputi: Play Group/Kelompok Bermain, Roudhotul
Athfal, Madrasah ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah.
Sedangkan pendidikan informal adalah Madrasah Diniyah, pengajian kitab kuning, Majlis Ta’lim, Amaliyah Tadris, dan kepramukaan.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai agent of science and islamic
studies, pondok pesantren Al Rosyid berusaha semaksimal mungkin untuk
memupuk dan mengembangkan serta membina umat. Di pondok ini diajarkan
ilmu-ilmu agama yang representatif dan kompeten. Pondok pesantren ini juga
tidak hanya menyiapkan anak didiknya pada ranah kognitif, tetapi juga ranah
efektif dan psimotorik sehingga terbentuk pola-pola kepribadian yang relevan
dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini tentunya akan memiliki nilai tambah
bagi alumnus pondok pesantren Al Rosyid untuk membentuk islamic
civilization yang kaffah dengan memimplementasikan ilmu-ilmu yang
diajarkan guna mewujudkan sosok muslim yang dibutuhkan agama, bangsa dan
negara.19
Adapun macam-macam kegiatan Pondok Pesantren Al Rosyid yang
bersifat harian dan mingguan, berikut merupakan jadwal aktivitas santri:
Tabel a.1
Jadwal Aktivitas Harian Santri
No. Jam Nama Kegiatan
1. 04.30 – 05.15 Bangun pagi –jama’ah
2. 05.15 – 06.00 Mufrodat pagi
19
3. 06.00 – 07.00 Persiapan belajar
4. 07.00 – 12.30 Belajar formal
5. 12.30 – 14.00 Istirahat –jama’ah
6. 14.00 – 15.00 Pelajaran diniyah
7. 15.00 – 15.45 Jama’ah –Qiroalul Qur’an
8. 15.45 – 16.45 Olahraga sore
9. 16.45 – 17.15 Istirahat
10. 17.15 – 18.00 Qiroatul Qur’an
11. 18.00 – 20.00 Jamaah
12. 20.00 – 21.30 Belajar pelajaran formal dan diniyah
Sumber: Data diperoleh dari pengurus Pondok Pesantren Al Rosyid
Tabel a.2
Jadwal kegiatan Mingguan Santri
No. Jam Nama Kegiatan
1. 18.30 – 20.00 Mauidhoh bapak pimpinan pondok
pesantren (setiap malam jum’at)
2. 19.30 – 21.00 Latihan pidato (senin)
3. 21.00 – 21.30 Tamrinat mingguan (senin)
4. 20.00 – 22.00 Dzibaiyah/berjanji (setiap malam
jum’at)
5. 05.15 – 05.30 Senam Jum’ah
6. 05.30 – 06.00 Muhadatsah/conversation (jum’at)
b. Bidang keagamaan (Majlis Ta’lim)
Keagamaan adalah segala sesuatu yang mengenai agama yang berupa
getaran batin yang dapat mengarahkan tingkah laku hubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Pondok Pesantren Al Rosyid memiliki aktivitas kegiatan keagamaan berupa majlis ta’lim.
Majlis ta’lim merupakan suatu lembaga non-formal yang
diselenggarakan secara berkala dan teratur yang diikuti oleh jamaah yang
relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan
yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia
dengan sesamanya dan manusia dengan lingkungannya. Untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat yang sangat heterogen, perlu disampaikan
materi pendidikan agama yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat dan
tidak menyimpang dari aqidah agama serta disesuaikan dengan adat istiadat
dan budaya setempat. Pelajaran ini disampaikan melalui lembaga keagamaan
yang ada pada masyarakat itu sendiri, biasanya dilakukan dengan
menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, dan metode lainnya.
Majlis ta’lim yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Al Rosyid
adalah kegiatan yang berbentuk pengajian, kemudian diikuti dengan dzikir bersama, dalam kegiatannya majlis ta’lim ini juga disebut istighosah.20
Yang
melatar belakangi majlis ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
yang memang mereka membutuhkan siraman rohani, untuk mondok juga umur
sudah tua.
20
Majlis ini sudah ada sejak awal kepemimpinan kepemimpinan KH.
Masyhur, dalam lingkup majlis ini mecakup beberapa kegiatan pengajian yang
dilakukan yaitu:
1) Pengajian kitab untuk bapak-bapak
Pengajian bapak-bapak ini dilakukan setiap hari minggu pagi jam
09.00, pengajian ini dilakukan dengan menggunakan metode wetonan atau
bandongan. Metode ini merupakan metode yang paling utama dilingkungan
pesantren, yakni suatu metode pengajaran dengan cara kiai membaca,
menerjemahkan dan menerangkan kitab yang dikaji.
2) Pengajian Ahad Kliwon
Pengajian ini dilakukan berpusat di masjid Al-Istiqomah Desa
Ngumpakdalem, kegiatan pengajian ini dihadiri oleh seluruh warga
masyarakat desa Ngumpakdalem dan para santri pondok pesantren Al
Rosyid.
3) Pengajian Rutinan Lapanan
Pengajian rutinan lapanan ini adalah pengajian yang dilakunan setiap
hari Ahad pahing yang dihadiri oleh warga masyarakat sekitar dan para
santri. Pengajian ini disampaikan oleh Drs. KH. Imron Jamil dari Jombang.
4) Pengajian kitab bapak-bapak dan Ibu-ibu alumni pondok Pesantren Al
Rosyid
Kelompok pengajian ini mulai di bentuk dan disahkan pada tahun
2013. Pengajian dilakukan setiap satu bulan sekali pada hari Ahad pon,
dihadiri oleh para alumni pondok peasantren Al Rosyid. Kegiatan di
lakukan dengan tujuan untuk menjalin silaturrahmi antara alumni dengan
kyai, dan sesama alumni.
c. Bidang Sosial
1. Mendirikan panti asuhan, panti jompo dan panti wreda
2. Mendirikan rumah sakit, poliklinik dan laboratorium
3. Memberi bantuan kepada korban bencana alam
4. Memberi bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan gelandangan
BAB III
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL ROSYID
Untuk dapat mengetahui perkembangan suatu pondok pesantren, tentunya
kita harus dapat memahami perubahan-perubahan di dalam pondok pesantren.1 Dan
seharusnya juga diketahui terlebih dahulu sebab-sebab yang mendorong terjadinya
perubahan itu sendiri.
Perubahan itu dapat kita lihat pada pondok, masjid, santri, pengajaran
kitab-kitab Islam klasik dan kiai yang merupakan elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini
berarti bahwa suatu lembaga yang telah berkembang akan mengubah statusnya
menjadi pesantren.2 Dengan melihat dari perubahan-perubahan itu maka penulis
dapat mengetahui perkembangan dari pondok pesantren. Di dalam perkembangan
pondok pesantren Al Rosyid ini ada tiga periode, yaitu:
A. Periode I KH. Masyhur (1959 - 1974)
Pada tahun 1959 pondok pesantren didirikan oleh Kiai Masyhur di Desa
Ngumpakdalem Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro sebagai permulaan
untuk merintis sebuah pesantren. Kiai Masyhur hanya menyediakan rumah
sederhana untuk mengaji. Lambat laun Kiai Masyhur dianggap oleh masyarakat
1
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren (Yogyakarta: LkiS, 2001), 79. 2
sebagai ulama yang mampu dan menguasai agama. Dari situlah masyarakat
mempercayakan anaknya untuk nyantri di rumah Kiai Masyhur. Setelah pondok
pesantren didirikan akhirnya berbondong-bondonglah santri untuk mengaji akan
tetapi pada periode awal tersebut jumlah santri 12 orang diantaranya berasal dari
Semarang, Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta. Sebagaimana yang disampaikan oleh Nyai Malikah sebagai berikut: “ sak wise
ngadeke pondok awale jumlah santri yo muk rolas nduk, iku teko Semarang,
Cepu, Tuban, Cirebon, Suroboyo, Pekalongan mbik Jugjo (Artinya: setelah
berdinya pondok pesantren dulu itu hanya ada dua belas santri dari Semarang,
Cepu, Tuban, Cirebon, Surabaya, Pekalongan, dan Yogyakarta).3 Pada tahun
1960 Dimulai dengan datangnya beberapa santri yang mengaji di rumahnya
hingga esoknya bertambah, pada saat itu hanya ada santri putra. Lambat laun
santri semakin bertambah banyak hingga 30-an santri, sehingga dibuatkan
kamar-kamar yang terbuat dari bambu oleh Kiai Masyhur dijadikan tempat untuk
mengaji para santri. Beliau mengajarkan kitab diantaranya adalah kitab Awamil
jurumiyah, Imriti, Qowaidul I’ra, Hidayatus Shibyan, Tuhfatul Athfal, Sulam
Taufiq, taqrib, ta’limul Muta’lim dan kitab-kitab lainnya
Dengan jumlah santri yang semakin bertambah, membuat Kiai Masyhur
berkeinginan untuk memperluas tempat para santri untuk belajar. Dari sini,
istrinya pun merelakan sebuah perhiasan emas yang dimiliki satu-satunya untuk
dijual dan hasil dari jerih payah Kiai Masyhur yang bekerja sebagai pedagang
3
sebagai modal pembangunan pondok. Selain itu juga banyak bantuan sumbangan
dari para pejabat kaya seperti kepala desa yang saat itu dipegang oleh H. Ridwan
yang berhubungan dekat sebagai teman dengan Kiai Masyhur. Nyai Malikah
berkeyakinan bahwa dengan merelakan hartanya untuk jalan kebaikan, maka
akan akan mendatangkan kebaikan pula.4 Sebagai mana seperti yang dituturkan
oleh Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:
Biyen nuk kene ki yo rong ono bangunane, santri pertama seng melok mbah hur ki yo muk cah rolas kui teko Semarang, Cepu, Tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja trus ono cah Bojonegoro kene yo onok. Pas nganten anyar gres lo mbak aku rong duwe anak rung duwe opo-opo, sak durunge ki y owes ngaji karo mbah hur nuk mejid Ngumpak, lakok suwe-suwe podo mangkat njalok mondok nuk kene omae mbah hur, na aku rong duwe omah kok podo jalok mondok. Byien ki rong luas bangunane ijek akeh tanah kosong,trus dibangun sa’tek-sa’tek karo mbah hur. Riwayate gek bien iku yo rakaruan mbak kok jengenge rialat yo tirakat yo riwayat yo mlarat. Nomer jiji yo niat yo tekat kui, hallah y owes rakaruan.5
Artinya: dulu disini itu belum ada bangunan, santri pertama yang ikut mbah Hur itu Cuma ada 12 orang itu dari daerah semarang, tuban, Suraboyo, Cirebon, Pekalongan, Jogja, kemudian Bojonegoro juga ada. Waktu itu saya dan mbah Hur penganti baru belum punya anak, jadi ya belum ada apa-apa. Sebelumnya juga sudah mengaji dengan mbah Hur di Masjid Ngumapakdelem, lama kelamaan mintak mondok di rumah mbah Hur. Pada saat itu mbah Hur masih ikut mertua dan belum mempunyai rumah sendiri. trus dibangunkan kamaran sedikit demi sedikit. Riwayatnya dulu itu banyak, ada rialat, tirakat, riwayat dan mlarat. Yang utama yakni niat dan tekat.
Pada tahap awal pendidikan di Pondok Pesantren Al Rosyid bertujuan
semata-mata mengajarkan ilmu-ilmu agama saja lewat kitab-kitab klasik atau
kitab kuning diantaranya kitab Dirrasam Safinah dan belajar Al-Quran, sistem
pendidikan yang digunakan merupakan sistem pendidikan tradisional.
4
Malikah Masyhur (istri KH. Masyhur), Wawancara, Bojonegoro, 19 Mei 2016
5
Pendidikan tradisional tersebut menggunakan sistem yang sangat sederhana.
Misalnya santri hanya belajar bagaimana mengucapkan lafadh Quran secara
hafalan yang diajarkan oleh sang guru. Sistem pendidikan ini biasanya dikenal
dengan istilah wetonan. Istilah tersebut berasal dari bahasa Jawa yaitu wektu
(waktu). Dinamakan demikian karena pelajaran ini diberikan pada waktu
tertentu. Biasanya waktu yang dipilih untuk belajar ini adalah ketika habis sholat maghrib hingga isya’. Pembelajaran tersebut dilakukan tiga kali dalam seminggu.
Kemudian tambahan pelajaran yang diberikan dalam satu minggu sekali yakni
menggunakan metode badogan atau halaqah.6
Pada tahun 1960, Pondok Pesantren Al Rosyid sudah mengalami
peningkatan dalam sistem pembelajaran. Misalnya mengenai sistem sorogan
termasuk belajar secara individual dimana seorang santri berhadapan dengan
seorang kiai atau guru dan terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.7
Sorogan merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara kiai membacakan
isi dari sebuah kitab dan santri mendengarkan serta menyimak apa yang
dibacakan oleh sang kiai. Kemudian santri membuka bagian kitab yang dikaji
dan meletakkannya diatas meja yang telah tersedia dihadapan kiai. Di sini para
santri mendengarkan apapun yang diucapkan oleh sang guru.
6
Zamakhsyari Dhofir, Tradisi Pesantren (Yogyakarta: LP3ES, 1996), 44. 7
Perkembangan pesantren hingga tahun 1970-an masih mengedepankan
sistem tradisional. Misalnya pada pesantren ini menggunakan kitab-kitab klasik,
kitab kuning. Adapun kitab kuning yang digunakan menggunakan
kitab-kitab tertentu sesuai cabang ilmu yang dipelajari hingga tuntas sebelum naik ke
kitab lain yang lebih tinggi kesukarannya. Kitab kuning yang bisa digunakan
dalam referensi pondok pesantren adalah kitab Fiqih, Nahwu, dan Sorof sebagai
cabang ilmu yang utama.8
Selama kurang lebih lima belas tahun pesantren dipegang oleh Kiai
Masyhur, santri-santri mulai banyak berdatangan hingga jumlah kurang lebih
150-an santri. Saat mulai mau berkembang pada tahun 1974 Kiai Masyhur
meninggal, setelah itu pondok pesantren mengalami kavakuman yang cukup
panjang. Pada waktu itu pesantren dipegang oleh santriwan yang dipercayakan,
namun selama dua tahun tersebut pesantren tidak berjalan dengan lancar, karena
pihak luar yang menjalankan sehingga tidak berkuasa penuh untuk menjalankan
berbagai kebijakan yang ada di pesantren.
Tabel 1
Jumlah Santri Pondok Pesantren Al Rosyid tahun 1959-1974
Tahun Asal Daerah Jumlah Santri
Laki-laki Perempuan
1959 - 1960 Semarang, Cepu,
Tuban, Surabaya,
12 -
8
Pekalongan, Sumber: Data diperoleh dari sumber informan ibu nyai Malikah masyhur
Adapun fasilitas pondok pada saat itu masih sangat terbatas sekali.
Misalnya jumlah kamar yang digunakan tempat tinggal santri, musholla, dan
tempat mengaji. Pada awalnya santri ikut bertempat tinggal di rumah kiai,
kemudian lambat laun kiai memiliki anak dan terpaksa para santri dibuatkan
kamar-kamar kecil yang terbuat dari bambu. Kamar tersebut pun digunakan
sebagai tempat menginap sekaligus tempat mereka belajar mengaji, sebelum ada
Kiai Masyhur mendirikan musholla. Sebagai mana seperti yang dituturkan oleh
Nyai Malikah (istri KH. Masyhur) yang di wawancarai oleh penulis:
Suwe tambah suwe santrine malah akeh telung puluhan santri tetep mempeng ndosok-ndosok njaluk mondok numae mbah Hur, yo omah joglo elek kui di gae panggonan pondok. Akhire lama-lama mbah hur tuku omah gone mbah Nai’ip warisan teko gone kaji Riduwan, bien regane rong puloh ewu, trus dibanguno kamaran cilik-cilik mbik bangun mushola.9
Artinya: lama-kelamaan santri bertambah banyak kira-kira 30-an santri yang pada saat itu memaksakan mbah Hur untuk ikut mondok dirumahnya. Kemudian mbah Hur membeli sebidang tanah seharga dua puluh ribu rupiah untuk membangun kamar-kamar kecil dan musholla.
9