• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan perkembangan berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan tahun 1992-2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah dan perkembangan berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan tahun 1992-2016."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BERDIRINYA PONDOK

PESANTREN METAL MOESLIM AL-HIDAYAH DI DESA

REJOSO LOR PASURUAN TAHUN 1992-2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mengerjakan Tugas Akhir Perkuliahan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)

Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

OLEH;

LAILATUL MASLAKHAH NIM : A02213043

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini mengkaji tentang sejarah pondok pesantren yang berjudul Sejarah Dan Perkembangan Berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah Di Desa Rejoso Lor Pasuruan Tahun 1992-2016. Untuk mengetahui beberapa permasalahan yang terdapat dalam penelitian tersebut maka dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan. 2) Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan dari tahun 1992-2016 3) Bagaimana respon masyarakat terhadap Pondok Pesantren Metal MoeslimAl-hidayah yang berdiri tahun 1992-2016.

Judul tersebut diangkat karena memiliki karakteristik pesantren yang mengikuti pola perkembangan zaman, sehingga sangat menarik untuk menjadi pembahasan. Skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristic, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, studi lapangan atau wawancara dan studi kearsipan. Skripsi ini menggunakan pendekatan sejarah atau histories. Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan mampu mangungkapkan sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah Untuk menganalisis fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah penelitian, skripsi ini menggunakan teori gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun.

(7)

ABSTRACT

This thesis examines the history of the boarding school, titled History And Development Of The Boarding Boarding Moeslim Al-Hidayah Metal In The Village Rejoso Lor Pasuruan Year 1992-2016. To find some of the issues contained in the study then formulated some problems including: 1) How does the history of Metal Moeslim Pondok Pesantren Al-Hidayah in Rejoso Lor village of Pasuruan. 2) How is the development of Metal Moeslim Pondok Pesantren Al-Hidayah in Pasuruan Lor Rejoso village of the year 1992 to 2016 3) What about the public response to Boarding School Metal Moeslim Al-guidance that was built in 1992-2016.

The title is lifted because it has the characteristics of schools that follow the pattern of the times, so it's very exciting to be a discussion.. This thesis uses the method of historical research that consists of four stages heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Methods of data collection is done by means of literature studies, field studies or interviews and archival studies. To analyze the facts relating to the problem of research, this paper uses the theory of the movement of history by Ibnu Khaldun.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II PONDOK PESANTREN METAL MOESLIM AL-HIDAYAH A. Sejarah Berdiri 1. Latar belakang berdiri pondok pesantren ... 17

2. Tujuan didirikan pondok pesantren ... 20

3. Visi dan misi pondok pesantren metal moeslim al-hidayah .... 21

4. Jadwal kegiatan santri di pondok pesantren metal ... 22

5. Susunan kepengurusan di pondok pesantren ... 24

(9)

Al Hidayah ... 26 C. Peran Tokoh-Tokoh Yang Terlibat Dalam Membangun Pondok

Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah ... 28 BAB III PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN METAL MOESLIM

AL-HIDAYAT REJOSO LOR PASURUAN TAHUN 1992-2016 A. Perkembangan Pondok Pesantren Bidang Fisik ... 32

B. Perkembangan Pondok Pesantren Bidang Non Fisik ... 43 BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN

METAL MOESLIM AL-HIDAYAH REJOSO LOR PASURUAN A. Respon Dari Kalangan Pondok Pesantren ... 50 B. Respon Masyarakat diluar Pondok Pesantren ... 56 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pesantren dari waktu ke waktu memang mempunyai andil yang sangat besar di dalam proses islamisasi di nusantara, semua itu tidak terlepas dari peran kyai sebagai pioner sekaligus dasar adanya pondok pesantren. Pada awal islam datang ke jawa, yang paling berperan dalam penyebaran agama Islam adalah para wali, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Salah satu cara mereka untuk menyebarkan agama Islam adalah mendirikan pondok pesantren sebagai pusat pendidikan.

Menurut Sudjoko Prasojo, bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran untuk umat islam yang ingin belajar tentang agama Islam. Umumnya metode pengajaran di pondok pesantren dengan cara klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada santrinya dengan sistem sorogan, yang dimaksud dengan sorogan adalah kyai membaca kitab-kitab dan para santrinya mendengarkan lalu menulis materi yang dibaca oleh kyai tersebut.1

Pondok pesantren umumnya dipimpin oleh Kyai yang memiliki jiwa berkharismatik. Kyai berasal dari bahasa jawa kuno kiai-kiai yang artinya

1

(11)

2

orang yang dihormati.2 Kebanyakan sebuatan Kyai biasanya untuk panggilan orang tua pada umumnya, atau orang yang memiliki keahlian di bidang keislaman dan mengajarkan kepada santri-santri di pondok pesantren. Selain itu Kyai juga disebut sebagai seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya).

Kebanyakan seorang kyai di Jawa beranggapan bahwa suatu pesantren dapat diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil dimana seorag Kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan dalam kehidupan dan lingkungan pesantren. Tidak ada seorang pun bahkan santri atau orang lain pun yang bisa melawan kekuasaan para Kyai dalam lingkungan pesantrennya. Para santri beranggapan bahwa Kyai yang dianutnya merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri, baik dalam soal-soal pengetahuan Islam, maupun dalam bidang kekuasaaan di naungan pondok pesantren.3 Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam dimana didalamnya terdapat para santri yang ingin belajar tentang agama-agama Islam agar lebih mengatehui secara mendalam dan langsung dibawah bimbingan Kyai dan para guru.

Melihat definisi pesantren, maka dapat diketahui bahwa pesantren tidak hanya bertujuan untuk penyebaran Islam saja, tetapi juga berperan penting bagi masyarakat. Dengan adanya fungsi sosial tersebut pondok

2

M. Dawam Raharja, Pesantren Dan Pengembangan (Jakarta: LP3ES, 1988), 32. 3

(12)

3

pesantren mempunyai kepekaan dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang terjadi didalam masyarakat. Bisa dilakukan dengan cara meningkatan mutu pendidikan, baik itu pendidikan agama maupun umum.

Berkaitan dengan pondok pesantren penulis melakukan penelitian pondok pesantren yang berada di wilayah Desa Rejoso Lor Pasuran. Nama pondok tersebut adalah Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah, didirikan oleh KH. Abu Bakar Kholil, yang didirikan pada tahun 1992. Pondok pesantren ini sangatlah berbeda dengan pondok-pondok pesantren pada umumnya. Pondok pesanren ini mempunyai ciri khusus. Sebab, pondok ini menampung santri-santriwati yang bermasalah mulai dari orang gila, korban narkoba, sampai orang hamil pranikah, dan juga menampung anak-anak yatim piatu.

Di pondok ini juga diajarkan tentang pelajaran agama-agama Islam, bahkan di pondok ini banyak yang sudah mengahafal Al-qur’an. Mengasuh pondok dengan santri-santri istimewa semacam itu ternyata tak dinilai sebagai pekerjaan berat oleh sang Kyai. Karena banyak dorongan dari istri dan keluarganya yang membuat KH. Abu Bakar Khalil mampu menanggung beban ekonomi, mental, dan sosial atas peran mulianya tersebut. 4

Selama berdirinya pondok metal ini tidak ada campur tangan oleh pemerintah. Semua di tanggung oleh KH. Abu Bakar Khalil. Tetapi semua

4

(13)

4

berbeda ketika sang Kyai meninggal dunia pada bulan Maret 2015. Yang awalnya menerima santri yang bermasalah sekarang tidak mau menerimah lagi santri-santri tersebut. Karena yang bisa menyembuhkan mereka hanya KH. Abu Bakar Khalil. Sehingga para santri lama yang masih bermasalah di alihkan ke Rumah Sakit jiwa yang terdapat di Kabupaten Pasuruan.

Kemudian yang menggantikan posisi beliau sekarang adalah sang istri yaitu Bu Nyai Luthfiyah dan juga dibantu oleh kakaknya. Awalnya tidak ada campur tangan oleh pemerintah, sekarang bu Nyai meminta untuk bantuan dari pemerintah, sehingga nama pondok tersebut ditambahi dengan sebutan Yayasan. Tetapi kata METAL tetap digunakan karena nama tersebut tidak boleh dihilangi oleh KH. Abu Bakar Khalil (pendiri pondok pesantren). Metal bukan berarti diartikan dengan music rock tetapi metal disini artinya yaitu mengahafal al-qur’an. Di pondok ini juga tidak ada penerapan peraturan yang

ketat, yang diutamakan dalam pondok ini adalah tidak pernah telat ikut sholat berjamaah 5 waktu dan megikuti rutinitas pengajian yang diadakan dipondok Metal ini. Penghuni pondok pesantren juga kebanyakan dari anak-anak yatim, dan mereka semua dianggap anak kandung sendiri oleh bu nyai, tidak ada perbedaan. Di pondok tersebut yang dahulunya tidak ada sekolah formal sekarang diadakan, semenjak KH. Abu Bakar Khalil wafat. Tetapi ikut dengan sekolah yang berada di Desa Rejoso Lor.5

5

(14)

5

Dalam penelitian ini akan membahas tentang sejarah berdirinya pondok pesantren metal moeslim al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, perkembangan pondok pesantren metal moeslim al-hidayah dari tahun 1992-2016, dan membahas pengaruh pondok pesantren metal al-hidayah terhadap masyarakat sekitar.

Berkaitan dengan latar belakang permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan

Berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso

Lor Kabupaten Pasuruan Tahun 1992-2016”.

B. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, agar lebih praktis dan terarah dalam pembahasannya, maka rumusan masalah yang dapat dipaparkan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Kabupaten Pasuruan?

2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Kabupaten Pasuruan dari tahun 1992-2016?

3. Bagaimana respon masyarakat dengan adanya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Kabupaten Pasuruan?

C. Tujuan Penelitian

(15)

6

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor kabupaten Pasuruan.

2. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor kabupaten Pasuran dari tahun 1992-2016. 3. Untuk mengetahui respon masyarakat dengan adanya Pondok Pesantren

Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor kabupaten Pasuruan. D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu wacana pengetahuan bagi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

2. Secara praktis

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para santri dan para pengurus di pondok pesantren Al-hidayah Moeslim di Desa Rejoso Lor Pasuruan, agar tetap konsisten dalam mengembangkan pondok pesantren tersebut.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian, berupa sajian hasil atau bahasan ringkasan dari hasil temuan penelitian terdahulu yang relavan dengan masalah penelitian.6

6

(16)

7

1. Penulisan Skripsi yang berjudul “Dakwah Dalam Memberantas Penyakit Sosial Masyarakat (Kajian Tentang Pendekatan Dakwah KH. Abu Bakar Kholil dalam membina Pengidap Patologi Sosial di Pondok Pesantren Metal Rejoso Pasuruan)” pada tahun 2012 oleh Iftitah Hidayati yang

pembahasannya fokus pada bentuk pendekatan dakwah yang dilakukan oleh KH. Abu Bakar Kholil dalam membina pengidap patologi sosial, dan proses pembinaan melalui pendekatan dakwahnya.7

2. Penulisan skripsi yang berjudul “Motivasi Masyarakat Dalam Mengikuti Pengajian Di Majelis Ta’lim Pondok Pesantren Metal Rejoso Pasuruan”

pada tahun 2009 oleh Akhmad Indrajed yang pembahasannya fokus pada alasan yang mendorong masyarakat untuk mengikuti pengajian yang dilaksanakan di Pondok Metal Rejoso Pasuruan, serta Kontribusi pengajian di Majelis Pondok Pesantren Metal Rejoso Pasuruan.8

3. Penulisan skripsi yang berjudul “Tipologi Pendidikan Spiritual Santri Secara Dhohiriyah Dan Ruhaniyah Di Pondok Pesantren Metal Moeslim Rejoso Pasuruan” pada tahun 2016 oleh Muhammad Lutfianto Alfarisi

yang pembahasannya fokus pada mendeskripsikan tipologi pendidikan spiritual santri di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah, mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan spiritual santri di Pondok

7

Iftitah Hidayati, “Dakwah Dalam Memberantas Penyakit Sosial Masyarakat (Kajian Tentang Pendekatan Dakwah KH. Abu Bakar Kholil dalam Membina Pengidap Patologi Sosial di Pondok

Metal Rejoso Pasuruan” (Skrispi, Institut Keislaman Abdullah Faqih, Fakultas Dakwah, Gresik, 2012).

8Akhmad Indrajed, “Motivasi Masyarakat Dalam Mengikuti Pengajian di Majelis Ta’lim Pondok

(17)

8

Pesantren Metal Moeslim Rejoso Pasuruan, serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendidikan spiritual santri di Pondok Pesantren Metal Moeslim Rejoso Pasuruan.9

4. Penulisan artikel yang yang berjudul “Pola Pendidikan Di Pondok Pesantren Metal Moeslim Di Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan”

pada tahun 2015 oleh Novi Kusumasari dari fakultas ilmu sosial universitas negeri Surabaya.10

Dari penjelasan diatas, maka penulis mengambil judul Sejarah dan Perkembangan Berdirinya Pondok Peantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan tahun 1992-2016, Karena belum ada yang membahas tentang tema tersebut.

F. Pendekatan Dan Teori

Skripsi ini menggunakan pendekatan sejarah atau histories yakni proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan pada masa lalu.11 Dengan menggunakan pendekatan ini diharapkan mampu mangungkapkan Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan tahun 1992-2016. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah.

9Muhammad Lutfianto Alfarisi, “Tipologi Pendidikan Spiritual Santri Secara Dhohiriyah Dan

Ruhaniyah Di Pondok Pesantren Metal Moeslim Rejoso Pasuruan”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Malang, 2016).

10Novi Kusumasari, “Pola Pendidikan Di Pondok Pesantren Metal Moeslim Di Kecamatan Rejoso

Kabupaten Pasuruan”, (Artikel, Universitas Negeri Surabaya, Fakultas Ilmu Sosial, Surabaya, 2015).

11

(18)

9

Untuk menganalisis fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah penelitian, skripsi ini menggunakan teori gerak sejarah menurut Ibnu Khaldun, Ibnu Khaldun berpendapat maju mundurnya suatu masyarakat tidaklah dihasilkan oleh keberhasilan atau kegagalan sang penguasa atau akibat peristiwa kebetulan atau takdir. Bagi Ibnu Khaldun ia lebih mengandalkan masyarakat syar’iah yang akan mengalami perubahan sebaik

-baiknya. Perubahan sosial itu sendiri berlangsung secara global, bagi Ibnu Khaldun semua perubahan sosial menyusur rentang waktu sekitar 120 tahun yang dibagi menjadi atas tiga generasi yang masing-masing berusia 40 tahun. Teori ini merupakan aspirasi Ibnu Khaldun dari Al-qur’an.12

G. Metode Penelitian

Metode disini diartikan suatu cara atau teknis dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.13 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian sejarah dari Kuntowijoyo. Penelitian sejarah menurut Kuntowijoyo mempunyai lima tahapan yaitu :

1. Pemilihan Topik

12

Muflich, Hasbullah, Filsafat Sejarah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 261. 13

(19)

10

Menurut Kuntowijoyo, topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual. Dua syarat itu subyektif dan objektif, sangat penting karena orang hanya akan bekerja dengan baik kalau dia senang dan dapat.14

Karena penulis sangat tertarik tentang keunikan yang terjadi di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, dimana santri yang berada disana tidaklah santri normal yang biasanya mengabdi di pondok-pondok lainnya, maka dengan pendekatan emosional tersebut penulis tertarik untuk meneliti dan menulis sejarah serta perkembangan berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan. Sehingga penelitian ini berjudul Sejarah dan Perkembangan Berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan Tahun 1992-2016.

2. Heuristik (Mencari dan mengumpulkan sumber)

Kuntowijoyo mengatakan dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Sejarah bahwa sumber sejarah disebut juga data sejarah yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis. Dalam penelitian ini, penulis menulis tentang sejarah kontemporer yang tentunya harus menggunakan sumber lisan serta menggunakan sumber tertulis yang berupa dokumen, dan artefak.15 Sumber-sumber yang digunakan dalam

14

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya,2001), 90. 15

(20)

11

penelitian ini yaitu berupa sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yang diperoleh oleh penulis yaitu survey ke lokasi Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan dengan mewancarai langsung Bu nyai Luthfiyah (istri dari alm. KH. Abu Bakar Khalil) dan meneliti dokumen-dokumen yang terdapat di Kantor Pondok tersebut, sedangkan sumber sekunder diperoleh dari artikel-artikel, maupun dari internet.

a. Sumber primer antara lain : Dokumen tertulis yang berhasil penulis kumpulkan yakni berupa surat ketetapan pendirian Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah, data organisasi serta pengurus Pondok Pesantren tersebut, serta melakukan wawancara langsung kepada Pengasuh sekarang yakni Bu Nyai Luthfiyah istri dari alm. KH. Abu Bakar Khalil. Wawancara kepada pengurus Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah, dan wawancara kepada pengajar atau guru yang ikut serta mengajar di Pondok pesantren tersebut. Dokumen lain berupa foto bangunan pondok, kegiatan yang dilakukan oleh para santri.

(21)

12

Pesantren Metal Moeslim Al-hidyah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, Dan sebagainya.

3. Verifikasi Sumber

Setelah mengetahui secara persis topik dan sumber sudah dikumpulkan, tahap berikutnya adalah verifikasi atau kritik sejarah atau keabsahan sumber. Verifikasi itu ada dua macam, otentisitas atau keaslian sumber atau kritik ekstern dan kredibilitas atau kebiasaan dipercayai atau kritik intern.16

a. Kritik ekstern

Penulis menemukan sebuah surat ketetapan berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan. Jika dilihat dari kertasnya, masih tergolong kertas putih atau baru. Sumber lisan yang penulis peroleh merupakan hasil wawancara langsung dengan Bu nyai Luthfiyah selaku pengasuh Pondok Pesantren Metal Al-hidayah Pasuruan dan membicarakan tentang topic yang akan diteliti oleh penulis.

b. Kritik Intern

Berdasarkan sumber-sumber yang diperoleh oleh penulis, isi dari sumber-sumber tersebut dapat dipercaya, karena isi dengan fakta yang ada di masyarakat itu sama. Tidak ada unsur kebohongan, serta

16

(22)

13

surat ketetapan yang berada di Kantor Pondok pesantren tersebut juga asli, karena terdapat persetujuan dari pihak pemerintah dari kabupaten Pasuruan.

c. Interpretasi (penasiran sumber)

Interpretasi atau penafsiran sering disebut biang subjektivitas. Tanpa penafsiran sejarah data tidak bisa berbicara.17 Interpretasi adalah suatu kegiatan untuk menguraikan suatu bahan sumber yang diperoleh dan berhubungan dengan fakta-fakta yang ada yakni berasal dari dokumen atau arsip terutama dari hasil wawancara dengan Bu Nyai Luthfiyah dan Ibu Maryam (Pengurus Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan).

Pada penelitian ini penulis akan membahas asal-usul berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah d Desa Rejoso Pasuruan, yang dapat diketahui dari hasil pencarian akta melalui hasil sumber-sumber tertulis dan wawancara kepada Bu Nyai Luthfiyah selaku pengasuh Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah Pasuruan. Kemudian penulis akan menguraikan secara mendetail tentang perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan dengan wawancara dan sumber-ssumber buku beserta artikel-artikel yang ada.

17

(23)

14

d. Historiografi (penulisan sejarah)

Penulisan hasil penelitian skripsi ini menggunakan metode penulisan sinkronis, selain memanjang dalam waktu juga melebar dalam ruang. Dengan menguraikan peristiwa-peristiwa :

1). Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, tokoh-tokoh yang terlibat dalam berdirinya pondok tersebut.

2). Perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan tahun 1992-2016 dari berbagai aspek yakni aspek pendidikan, bangunan, santri, dan lain sebagainya. 3). Respon masyarakat tentang keberadaan Pondok Pesantren Metal

Moeslim Al-hidayah di Desa Rejsoo Lor Pasuruan. H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, penulis akan memberikan suatu sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Yang mana sistematika penulisan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh, sehingga dapat memudahkan bagi penulis sendiri dalam melakukan penulisan ini dan memberikan kemudahan bagi pembaca untuk lebih paham tulisan ini. Dibawah ini diuraikan tentang sistematika pembahasan dalam skripsi ini.

(24)

15

Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, serta perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan, Rumusan masalah, Tujuan peneltian, Manfaat penelitian, Penelitian terdahulu dan Metode penelitian, metode-metode yang digunakan untuk penelitian ini, yakni dengan menggunakan metode penelitian sejarah diantaranya, Pemilihan topik, Heuristik, kritik sumber, interpretasi, historiografi dan yang terakhir Sistematika pembahasan yaitu uraian yang menggambarkan tentang alur, logis yang digunakan dalam bahasan skripsi ini.

Bab kedua penulis membahas tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan. Penulis akan memaparkan tiga pokok pembahasan yaitu asal-usul nama dari pondok pesantren tersebut, membahas tentang proses berdirinya pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah, serta Tokoh-tokoh yang ikut serta membangun Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah beserta biografinya.

Bab ketiga membahas tentang Perkembangan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan dari tahun 1992-2016. Pada bab ini penulis akan membagi perkembangan pondok tersebut menjadi tiga periode, yang pembahasannya fokus pada perkembangan dalam aspek pendidikan, aspek pembangunan pondok pesantren, jumlah santri serta usaha pembinaan.

(25)

16

Lor Pasuruan. Mulai dari respon positif hingga yang negatif sekalipun. Dari kalangan dalam Pondok Pesantren juga luar pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah secara mendetail.

(26)

BAB II

PONDOK PESANTREN METAL MOESLIM AL-HIDAYAH

A. Sejarah Berdiri

1. Latar belakang berdiri pondok pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang dirintis, dikelola, dan dikembangkan oleh kyai. Pesantren lahir dari sesuatu yang sangat sederhana. Seseorang yang dikenal memiliki pengetahuan agama, yang kemudian dianggap sebagai ustadz, menyediakan diri untuk mengajar agama islam. Mulai dari hal yang sederhana mengenai dasar-dasar pengetahuan ajaran islam, seperti cara membaca al-qur’an,

sampai pada pengetahuan yang mendalam, seperti bagaimana memahami al-qur’an, tafsir, hadits, fiqh, tasawuf, dan pengetahuan lain sejenisnya. 1

Pondok pesantren metal moeslim adalah salah satu pondok pesantren yang menampung dan menangani para penyakit gangguan jiwa, penderita narkoba, anak jalanan, wanita hamil pra nikah serta anak yatim piatu. Pondok pesantren ini terletak di desa Rejoso Lor kecamatan Rejoso kabupaten Pasuruan. Tepatnya di lintas jalan raya arah ke kota Probolinggo.

1

Arief Am,Pondok Pesantren, Ciri Khas, Perkembangan dan Tokoh-tokoh,

(27)

Awal berdiri pondok pesantren metal dimulai dari majelis taklim yang didirikan serta diasuh sendiri oleh orang tua kandung KH.Abu Bakar Khalil yakni KH. Muhammad Kholil dan Hj. Ummi Kultsum. Setelah KH. Muhammad Kholil wafat, istrinya yang bernama Ummi Kultsum menyuruh anak-anak nya untuk meneruskan majelis taklim yang dibina oleh ayahnya. 2

Salah satu putra alm. KH. Muhammad Kholil yang bernama Muhammad Said yaitu anak kedua dari almarhum diminta membina majlis taklim tersebut dibantu dengan adiknya yang bernama KH Abu Bakar Khalil yaitu pendiri pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah sendiri. kebetulan KH Abu Bakar Khalil waktu itu sedang menimba ilmu di pondok pesantren Al-hidayah tepatnya di daerah Lasem Rembang Jawa tengah. Dimulai dari sini lah asal usul nama pondok pesantren metal moeslim al hidayah.

Namun akhirnya beliau memutuskan untuk pulang dikarenakan untuk meneruskan pengelolaan majelis taklim yang telah dibina oleh ayahnya sendiri karena beliau bisa dibilang sudah cukup mampu utuk mengelola majelis tersebut.

2

(28)

Menurut KH. Abu Bakar Khalil Majlis Ta’lim yang dibina beliau merupakan majlis ilmu, majlis dzikir apapun bentuknya asal ada guru dan murid serta ada ilmu yang dipelajari disebut Majlis Ta’lim.

Di desa Rejoso Lor sendiri para warga sangat kurang pengetahuan akan ilmu agama maka dari itu KH. Abu Bakar Khalil sangat berantusias dalam penyebaran agama di desa rejoso lor. Ditunjang juga para pemuda-pemuda di desa tersebut sangatlah akrab dengan KH. Abu bakar Khalil, karena beliau sangat pintar untuk membaur di kalangan masyarakat.

Dengan keakraban beliau terhadap para warga dan pemuda-pemuda di Desa Rejoso Lor, maka KH. Abu Bakar Khalil mengajak untuk sholat dan mengaji bersama, bertempat di mushola Al-hidayah, akhirnya para pemuda-pemuda tersebut menjadi santri dan dibina langsung oleh beliau. Perkembangannya pun sangat pesat sehingga yang mengaji sangat banyak maka beliau mendirikan pondok pesantren agar para santri yang berada diluar desa Rejoso bisa menetap di pondok.

(29)

diambil dari nama pondok pesantren yang pernah disinggahi oleh KH.Abu Bakar Khalil di Lasem Rembang Jawa tengah.3

2. Tujuan didirikan pondok pesantren

Pondok pesantren metal moeslim al-hidayah didirikan dengan tujuan agar bisa menangani para penderita penyakit gangguan jiwa, penderita narkoba, anak jalanan, wanita hamil pra nikah, serta anak yatim piatu. Dalam pembangunan pondok pesantren ini beliau juga termotivasi dari banyaknya pondok pesantren yang hanya mengkhususkan orang waras (sehat akalnya) atau normal.

Beliau berfikir bahwa orang sakit jiwa nya juga memiliki hak selayaknya orang normal pada umumnya, baik dalam segi ilmu ataupun penangannaya. Penanganan yang dilakukan oleh pengasuh sendiri di pondok pesantren tersebut berbeda yang dilakukan oleh para medis di rumah sakit pada umumnya.

Di rumah sakit lebih kepada obat-obatan, sedangkan di pondok pesantren menggunakan model spiritual, yaitu : “upaya penyembuhan

dengan menggunakan model dhohiriyah dan rohiniyah diantaranya menggunakan model membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur’an serta dengan dzikir, do’a, sholat dll.

3

(30)

Semua itu dilakukan bertujuan untuk mengembalikan jiwa manusia yang bersih dan sehat seperti manusia yang baru dilahirkan. Dengan begitu, mereka akan sadar dan bisa menghadapi permasalahan dan mengatasi permasalahan dikehidupannya. Jika mereka dekat sang khalik maka mereka akan merasakan ketenangan dalam hidupnya dan bisa tehindar dari penyakit yang mengganggu jiwa nya.4

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah

a. Visi

Visi utama pondok pesantren metal moeslim adalah menciptakan para santri agar memiliki jiwa iman, islam, ihsan. Pada awalnya pondok pesantren ini memiliki santriwan dan santriwati memiliki penyakit kejiwaan, pecandu narkoba, wanita hamil pranikah. Oleh karena itu, dalam mengupayakan 3 hal tersebut santriwan dan santriwati diberikan pembinaan secara langsung oleh Kyai Abu Bakar Khalil.

Setelah beliau wafat, digantikan oleh istrinya Bu nyai Luthfiyah. Sejak saat itu pondok pesantren metal moeslim al-hidayah tidak menampung atau menerima santriwan dan santriwati yang mempunyai penyakit kejiwaan dll. Namun bu nyai tetap

4

(31)

menerima anak-anak terlantar. Dan bu nyai menguapayakan memberikan pembelajaran agama sejak dini.

b. Misi

Misi pondok pesantren metal moeslim Al-hidayah adalah amar ma’ruf nahi munkar dan memperbaiki akhlaq. Yang

dimaksud Amar Ma’ruf Nahi Munkar yaitu mengajak dan

menganjurkan hal-hal yang baik serta mencegah hal-hal buruk bagi anak santri. Sedangkan memperbaiki akhlaq adalah suatu tindakan untuk membenahi tingkah laku anak-anak santri agar memahami dan menerapkan ajaran agama yang telah dibina sejak dini.5

4. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Metal

Adapun beberapa kegiatan yang telah dibuat oleh pengurus pondok pesantren metal muslim al-hidayah dipondok tersebut dan wajib diikuti oleh seluruh santri tanpa kecuali dengan pengasuh atau pengurus pondok tersebut, antara lain:

5

(32)

Waktu Kegiatan 03.00

Persiapan untuk sholat -sholat tahajjud

-sholat hajad -sholat shubuh

05.00 Baca Al-qur’an dan dzikir

07.00 Membersihkan seluruh kawasan pondok pesantren

09.00 Baca Al-qur’an/ bagi santri yang sekolah bersiap-siap sekolah

11.00 Persiapan sholat dhuhur

14.00 Dzikir/ bagi santri yang masih sekolah bersiap-siap untuk sekolah

15.00 Sholat Ashar

Baca Al-Qur’an 17.00 Persiapan Al-qur’an

Dzikir/ceramah

19.00 Sholat isya’

Baca Al-qur’an (ceramah/terapi)

(33)

dan warga satu desa saja namun banyak dari warga luar desa yang juga ikut serta dalam pengajian tersebut. Para jamaah memulai pengajian dengan bacaan surat-surat Al-qur’an. Adapun pengajian di pondok

pesantren Metal Moeslim Al-hidayah yaitu : a. Bacaan sholawat Nabi Muhammad Saw. b. Bacaan surat-surat Al-qur’an :

1). Surat yasin. 2). Surat Al-waqi’ah.

3). Surat Al-mulk. c. Bacaan surat Al-fatihah.

d. Diisi dengan pengajian yang dipimpin oleh ustadz. e. Bacaan tahlil.

f. Do’a (penutup).

5. Susunan kepengurusan di pondok pesantren

Untuk melaksanakan dalam mengurusi pengelolahan administrasi dan kegiatan rutinan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah Pasuruan, maka disusunlah struktur organisasi. Dalam pengelolahannya, pengasuh Pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah merupakan pimpinan yang tertinggi di pondok ini.

(34)

kepengurusan yang dimuat berfungsi untuk membantu pengasuh Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah. Seperti mengatur jadwal-jadal kegiatan para santri, melaksanakan kegiatan-kegiatan, serta membimbing para santri.

Adapun struktur kepengurusan Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah. Sebagai berikut :

6. Letak Geografis

PEMBINA

Abdul Basid riyad

WAKIL KETUA

Arikatul Azza KETUA

UMUM

Hj. Luthfiyah

ANGGOTA

Humaidi BENDAHARA

Lilik muasomah SEKRETARIS

(35)

Pondok pesantren metal moeslim al-hidayah berada di desa Rejoso lor, kecamatan Rejoso kabupaten Pasuruan. Tepatnya di lintas jalan raya Surabaya-Probolinggo. Pondok pesantren metal moeslim berdiri pada tahun 1992, diatas area seluas 9 ha, yang didirikan oleh KH. Abu Bakar Khalil yang berasal dari Pasuruan.

Pondok pesantren metal moeslim al-hidayah rejoso lor pasuruan terletak tidak jauh dari rel kereta api, tidak heran jika setiap hari nya terdengar suara kereta api melintas.

B. Asal-Usul Nama Dari Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah

(36)

Kata Metal bagi pondok pesantren tersebut bisa diartikan tergantung yang memandang pondok tersebut. Bisa dikatakan metal adalah membaca tulisan al-qur’an, setiap santri yang ingin menimba ilmu

di pondok pesantren metal al-hidayah harus atau diwajibkan bisa membaca tulisan al-qur’an. Dan almarhum pak kyai sendiri juga

menegaskan bahwa al-quran sendiri adalah pedoman bagi umat Islam, maka dari itu setiap muslim harus bisa memahami al-qur’an. Setelah bisa membaca al-quran dan memahami tajwid-tajwid dan makhrojjul huruf maka metal juga bisa diartikan menghafal al-qur’an karena almarhum sendiri juga penghafal al-qur’an.

Jika sudah memahami dan menghafal al-qur’an, maka metal juga bisa diartikan menghayati tulisan al-qur’an. Maka dari itu siapapun yang ingin menimba ilmu di Pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah minimal bisa membaca al-qur’an jadi yang dimaksud dengan Metal adalah Membaca, menghafal, dan menghayati tulisan Al-qur’an. Oleh karena itu,

tidak heran kalau hampir semua santri yang berada di pondok tersebut kebanyakan menghafal al-qur’an.6

6

(37)

C. Peran Tokoh-Tokoh Yang Terlibat Dalam Membangun Pondok

Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah

Dalam pembangunan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat jawa timur khususnya di Pasuruan tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh yang turut serta dalam membangun pondok serta memperkenalkan pondok pesantren dikalangan masyarakat. Tanpa bantuan dari tokoh-tokoh tersebut, pondok tersebut tidak akan pernah ada di tengah masyarakat. Berikut akan dijelaskan beberapa tokoh yang ikut andil dalam perkembangan pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah, serta peranannya dalam masyarakat:

1. KH. Abu Bakar Khalil

KH. Abu Bakar Khalil (1970) adalah pengasuh serta pendiri pondok pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah Pasuruan, merupakan alumni SDN Rejoso, kemudian melanjutkan ke Pondok Salafiyah yang diasuh oleh Kyai Abdul Hamid Bin Abdullah, kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren Al-Hidayah Lasem Rembang Jawa Tengah diasuh oleh KH. Ma’sum selama 5 tahun. Pada tahun 1987 beliau

pulang ke pasuruan untuk melanjutkan pembinaan agama islam yang dibina oleh ayahnya. Beliau wafat pada bulan Maret tahun 2015.7

7

(38)

KH. Abu bakar Khalil merupakan sosok yang cukup bersahaja dan sederhana. Keluasan ilmunya dalam bidang ilmu dakwah membuat beliau menjadi disegani di masyarakat desa Rejoso Lor Pasuruan. Beliau juga sangat sabar dalam mengajar santri-santri yang berada di pondok tersebut. Kesibukan beliau sebagai seorang ulama di masa hidupnya membuat beliau sulit untuk ditemui oleh para tamu yang ingin bersilaturrahmi.

2. Muhammad said

Muhammad Said (1964) adalah kakak kandung dari KH. Abu Bakar Khalil, merupakan alumni dari pondok di Tebuireng Jombang selama 3 tahun, dan alumni Pondok pesantren Salafiyah Pasuruan yang diasuh oleh KH. Abdul Khamid. Beliau yang membantu alm. KH. Abu Bakar Khalil dari sebelum pendirian pondok yang sekarang, beliau juga membantu Bu nyai Luthfiyah (istri alm. KH. Abu Bakar Khalil) mengurus dan memantau kegiatan-kegiatan di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah.8

3. Luthfiyah

Luthfiyah adalah istri dari KH. Abu Bakar Khalil, beliau lahir pada 19 Mei 1976, beliau alumni dari Pondok Pesantren At-taqwa karang anyar pasuruan, beliau menimbah ilmu sekitar 6 tahun. Setelah itu dijodohkan dengan KH. Abu bakar Khalil pengasuh pondok

(39)

pesantren metal moeslim Al-hidayah Rejoso Lor Pasuruan. Setelah suaminya wafat, beliau lah yang menggantikan untuk mengasuh pondok pesantren tersebut sampai sekarang. Beliau sangat baik, sayang dan perhatian dengan anak-anak yatim, beliau menganggap mereka semua adalah anak kandungnya sendiri.9

9

(40)

BAB III

PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN METAL MOESLIM

AL-HIDAYAH PASURUAN 1992-2016

Perkembangan pendidikan islam di Indonesia antara lain munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yanga amat sederhana, sampai dengan tahap yang sudah terhitung modern dan lengkap. Salah satunya adalah pesantren.

KH. Abu Bakar Khalil merupakan pendiri Pondok Pesantren Moeslim Al-hidayah di Desa Rejoso Lor Pasuruan. Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Al-hidayah adalah sebuah pondok yang dibentuk untuk menampung dan menangani para penyakit jiwa, serta anak yatim piatu yang dibuang oleh orang tua nya, sehingga diangkat oleh pengasuh Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah.

(41)

A. Perkembangan Di Bidang Fisik

1. Bentuk bangunan

Bentuk bangunan yang dimiliki oleh pondok pesantren metal moeslim al-hidayah yang berdiri pada tahun 1992 hingga 2016, memiliki perubahaan tata letak berdirinya pondok pesantren. Dapat dikatakan bahwa bangunan pondok pesantren yang sekarang bukan bangunan awal berdiri.

Pada tahun 1992 awal dari pondok pesantren berada di tempat mushola bernama mushola Al-hidayah Rejoso Lor Pasuruan. Semua santri menimba ilmu di dalam rumah orang tua KH.Abu Bakar (sekarang ditempati Abah Said) para santri tersebut dan dibina langsung oleh pak kyai. Santri pada tahun 1992 sekitar 300 santri (150 santriwan dan 150 santriwati) Tempat tinggal para santri disebelah mushola Al-hidayah bernama “Cafe Metal”, cafe metal ini diberi nama oleh pak kyai sendiri. Cafe metal juga menyediakan kopi tetapi tidak untuk diperjual belikan, hanya diperuntukan kepada para tamu yang ingin berkunjung ke pondok tersebut. Para tamu biasanya ditempatkan di cafe metal. Akhirnya yang mengaji di pondok pesantren metal mulai bertambah banyak. Sehingga cafe metal tidak muat menampung santriwan-santriwati.1

Pada tahun 1995 KH Abu bakar Khalil membeli tanah seluas 9 ha yang awalnya sawah, bertempat tidak jauh dari mushola al-hidayah, beliau

1

(42)

membangun pondok pesantren ditanah tersebut, membangun masjid, aula, membangun tempat tinggal para santri, dan membangun tempat tinggal beliau. Pembangunan dilakukan selama 4 tahun dan yang bekerja santri sendiri selama 24 jam. Setelah jadi pondok tersebut, kemudian para santri dipindah ke pondok yang baru.

Di dalam pondok pesantren metal moeslim al-hidayah di dalam nya terdapat banyak binatang, hampir semua ada disitu pada waktu itu. Taman safari pun pernah menitipkan satu hewan dipondok tersebut yaitu harimau, karena hewan itu sangat ganas dan pernah memakan orang. Akhirnya pihak dari taman safari memberikan binatang harimau kepada beliau untuk dirawat. Anehnya setelah di bawa ke pondok, harimau tersebut jinak dengan pendiri Pondok Pesantren Metal. Sampai sekarang harimau masih ada di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah.2

2. Sarana dan prasarana

Pondok pesantren pada dasarnya adalah lembaga islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama. Dalam asrama yang ada di Pondok Pesantren harus ada sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang stabilitas yang ada di pondok pesantren.

Sarana dan prasarana merupakan kebutuhan yang sangat penting sebagai proses pembinaaan yang dimiliki suatu lembaga atau pondok

2

(43)

pesantren. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai maka suatu pembinaan tidak akan berhasil. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah sebagai berikut :

a. Masjid

Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, seperti digunakan untuk sholat berjam’ah, dan pengajian

kitab-kitab Islam.3

Masjid sebagai pusat pendidikan Islam sudah berlangsung sejak zaman Rasulullah dan para sahabat, tradisi itu tetap dipegang oleh para kiai pemimpin pondok pesantren untuk menjadikan masjid sebagai pusat pembelajaran tentang agama.

Masjid pondok pesantren metal moeslim al-hidayah terletak disamping kanan rumah Bu nyai Lutjfiyah selaku pengasuh pondok pesantren Metal Moeslim saat ini. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Februari 2016. Dan masjid ini bernama Masjid Abu Bakar Khalil, yang sekarang masih dalam proses pembangunan, namun masih bisa di fungsikan untuk para santri. Pada malam hari digunakan tempat mengaji bagi para santri ba’da sholat maghrib. Dan setiap hari minggu ada

3

(44)

pengajian umum yang dibimbing oleh ustadz Ali Ridho dari Pondok Pesantren Sidogiri.

b. Asrama

Pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan islam tradisional dimana peserta didikna/santri tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kiai”, asrama untuk para santri tersebut berada dalam

lingkungan kompleks pesantren.

Di pondok pesantren, seorang santri patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang diadakan, ada kegiatan pada waktu tertentu yang harus dilaksanakan oleh santri. Ada waktu belajar, sholat, makan, tidur, istirahat, dan sebagainya. 4Asrama di pondok pesantren metal moeslim ini dibangun pada tahun 1995 bersama dengan pemindahan pondok pesantren yang baru dengan model dan warna bangunan yang sama yakni dengan tulisan lafadz dibagian depan sisi kanan bertuliskan Allah dan bagian kiri bertuliskan Muhammad. Asrama putra terdiri dari 7 kamar dan asrama putri terdiri dari 3 kamar.

c. Kamar mandi

Kamar mandi untuk setiap asrama terdiri satu kamar mandi yang terletak tepat disamping asrama tempat tinggal para santri. Anak santri

4

(45)

dalam sehari mandi 2-3 kali dengan membudayakan antri. Di pondok pesantren metal ini anak santri sudah dibiasakan untuk mandiri, kecuali untuk anak santri yang masih berumur 0-3 tahun, masih di rawat oleh santri yang sudah dewasa.

d. Aula

Aula di pondok pesantren metal moeslim al-hidayah difungsikan untuk kegiatan belajar mengajar para santri. Pada pagi hari aula tersebut difungsikan sebagai tempat kegiatan belajar anak santri sekolah PAUD, TK, dan MI. Sedangkan pada sore hari difungsikan untuk kegiatan belajar para santri sekolah MADIN.

Kondisi lingkungan sekolah pun masih menempati di ruang aula yang terbuka dengan fasilitas seadanya seperti papan tulis yang masih menggunakan kapur tulis, buku bacaan masih terbatas, meja dan kursi juga masih terbatas. Karena memang baru selesai pembangunan pada tahun 2015 baru ini. Mereka juga belum mempunyai seragam sekolah seperti layaknya jadi masih menggunakan baju bebas.

e. Kantin

(46)

Dengan adanya sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh pondok pesantren metal moeslim tersebut, diharapkan dapat mempermudah bagi santri-santri untuk memenuhi kebutuhan yang di perlukan selama menimba ilmu di pondok tersebut.

3. Perkembangan Santri dari tahun 1997-2016

Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama. Menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri :

a. Santri mukim, adalah santri yang berasal dari daerang yang jauh kemudian bertempat tinggal di pesantren. Santri mukim yang paling lama menetap dipesantren, maka akan menjadi pengurus atau bertaggung jawab dalam mengurus santri yang ada dipesantren, dan juga mengajar santri-santri baru.

b. Santri kalong, adalah santri yang berasal dari desa-desa yang tidak jauh dari pondok pesantren yang tidak bertempat tinggal dipesantren hanya saja mereka ingin mempelajari kitab-kitab membahas islam lebih dalam yang dibina langsung oleh pak kyai, memperoleh pengalaman tersendiri di pesantren seperti keorganisasian atau dibidang pengajaran.5

5

(47)

Santri yang berada di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah memiliki perbedaan dengan santri-santri yang berada di pondok pesantren lainnya. Memasuki tahun 1997 KH. Abu bakar Khalil menerima santri yang bermasalah mengidap gangguan jiwa, santri tersebut anak dari anggota porles di Probolinggo. Beliau pun sangat antusias menerimanya. Setelah ditangani langsung oleh pak kyai selama kurang lebih tiga minggu, santri tersebut sembuh total. Dengan adanya kejadian tersebut, pondok pesantren Metal Moeslim Al-hidayah mulai terkenal dan pak kyai pun kebanjiran.6

Santri-santri yang bermasalah dari orang gila dan wanita hamil pranikah. Karena banyaknya santri yang bermasalah ditampung di Pondok Metal sehingga orang-orang menamakan pondok tersebut dengan sebutan pondoke orang rusak. Data terakhir pada tahun 2012 santri-santriwati pengidap gangguan jiwa di Pondok Metal Moeslim Al-hidayah berjumlah 348 orang.7 Ada juga yang meninggal di pondok pesantren tersebut namun cara pemakamannya sama dengan layaknya orang normal pada umumnya.

Ada berbagai macam terapi khusus untuk mengobati para penyandang cacat mental yang berjumlah ratusan tersebut bahkan ada cara yang diluar akal sehat manusia, semisal kiai abu bakar hanya memberi buah kelapa muda yang dibacakan doa lalu si penyandang cacat mental tersebut di suruh meminumnya dan dilakukan secara rutin sampai kurang lebih 2 minggu atau sampai

6

Muhammad Said, Wawancara, Pasuruan, 28 Februari 2017. 7

(48)

mengalami perubahan yang berangsur-angsur membaik yaitu sembuh secara total.

Dalam sisi lain kiai abu bakar Khalil sendiri tidak pernah menyebut mereka dengan sebutan orang gila atau penyandang cacat mental beliau selalu menyebut para santri penyandang cacat mental tersebut dengan sebutan wong gundul. Memang agak erotis sebutan tersebut bagi orang awam yang tidak tahu menahu tentang mengapa kiai menyebutnya sedemikian rupa. Menurut sumber terpercaya beliau memanggil mereka dengan sebutan wong gundul

karena saat pertama masuk pondok pesantren metal moeslim rambutnya harus di cukur habis atau Gundul.8

Pada tahun 1998 pondok pesantren tersebut menerima seorang bayi terlantar, karena kondisi orang tuanya yang tidak mampu untuk mengasuh sehingga bayi tersebut ditelantarkan. Menurut KH. Muhammad Said ada wanita yang hamil diluar nikah dari Pasuruan, ingin membuang bayi yang di kandungnya namun ada seorang Pastur yang menginginkan bayi tersebut maka tanpa fikir panjang kiai Abu Bakar Kholil langsung mendatangi wanita tersebut dan membicarakan tentang jalan keluar masalah tersebut, dan pada akhirnya saat kelahiran sang bayi itupun di ambil hak asuhnya oleh kiai Abu Bakar Kholil.9

8

Muhammad Said, Wawancara, Pasuruan, 28 Februari 2017. 9

(49)

Seiring berkembangnya tahun ke tahun jumlah tersebut semakin bertambah banyak. Adapun juga kiai abu bakar Khalil menampung para wanita yang hamil diluar nikah yang sebagian besar keluarganya meminta kepada pihak pondok pesantren untuk menampung anak perempuan tersebut karena dari pihak keluarga merasa malu dengan musibah yang telah menimpa anak perempuannya.

Masuk pada tahun 1999 KH. Abu Bakar Kholil mulai menerima santri pecandu narkoba. Berawal dari santri pecandu narkoba yang Bernama Maulana. Dia berasal dari Yogyakarta merupakan putra dari abah Shafi. Maulana merupakan seorang pengusaha yang sukses di usia muda, akan tetapi dia terjerat oleh narkoba. Sehingga orang tuanya meminta bantuan kepada kiai abu bakar Khalil untuk mengobati putranya tersebut, di 3 hari pertama memang Maulana sering kambuh penyakitnya tersebut tapi bermodal kesabaran kiai abu bakar Khalil selalu memantaunya. Sampai pada yang terparah kejadiannya Maulana sampai menggigit dan menghisap darahnya sendiri akibat sakaw. Dalam masa penyembuhan maulana memang membutuhkan waktu satu bulan yang secara terus menerus di pantau oleh kiai Abu Bakar sendiri.

Dan pada akhirnya sembuh secara total dan di pulangkan pada pihak keluarga.10 Bermula situ Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah mulai

10

(50)

dikenal di seluruh jawa timur bahkan bisa jadi sepulau jawa. Dari tahun 1999 sampai tahun 2008 kurang lebih banyak santri pecandu narkoba yang keluar masuk Pondok tersebut sekitar 1000 orang.

Pada tahun 2009, tempat tinggal anak-anak mulai dipisahkan dengan santri yang sudah dewasa. Mulai umur 1-2 tahun berada didalam rumah pengasuh pondok pesantren metal. Mereka menganggap KH. Abu Bakar Khalil dan Bu Nyai Luthfiyah adalah orang tua mereka sendiri. Beliau tidak pernah merasa kerepotan atau mengeluh dalam mengurus dan merawat para bayi dan balita sebab dibantu oleh para santri yang sudah dewasa dan seorang wanita dari kalangan warga sekitar yang dengan ikhlas menjadi sukarelawan dalam merawat para bayi dan balita tersebut.

(51)

Ada juga anak warga sekitar Desa Rejoso Lor yang sempat mau dibunuh oleh orang tua kandungnya karena tidak sanggup lagi menanggung penyakit yang diderita anaknya tersebut. Sungguh tidak ada sifat yang bisa dibilang berperi kemanusiaan mengapa tega hal yang sangat keji tersebut dilakukan oleh orang tua yang telah membesarkan anaknya. Anak-anak yang masih balita diasuh oleh santri-santri yang sudah dewasa yang telah lama bertempat tinggal di Pondok Metal. Meskipun banyak juga dari para santri dewasa tidak mengenal siapa ibu dan bapaknya tapi mereka sangat mengerti bagaimana menyayangi adik-adik mereka tanpa kasar sedikitpun.

Pemberian makanan atau lainnya berasal dari donator-donatur yang ingin menyumbangkan ke Pondok Metal Moeslim Al-hidayah. Kebanyakan donator yang diterima berasal dari teman-teman dekat alm. KH. Abu Bakar Kholil semasa beliau belum wafat.11

Semasa kiai Abu Bakar Kholil belum wafat beliau mengalami beban yang tak bisa terduga, karena seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, pendidikan para anak asuhnya mulai di pertanyakan. Yaitu tidak bisa bersekolah di sekolah formal di luar pondok karena pihak sekolah tidak menerima siswa yang tidak mempunyai identitas yang belum di akui Negara secara Sah.

11

(52)

Persoalan itu pernah di urus oleh beliau semasa hidupnya kepada pemerintahan kabupaten pasuruan dan pengadilan namun hasilnya nihil. Mereka menolak menerbitkan akta kelahiran untuk anak yang orang tuanya tidak jelas. Beliau berharap ada pihak lain yang bisa membantu membantu persolan tersebut.12

Tepat pada 13 oktober 2015 secara Sah Pondok Metal Moeslim Al-Hidayah menjadi Yayasan Lembaga Kesejahteraan Sosial Pondok Metal Moeslim Al-hidayah. Karena tanpa adanya di akui oleh pemerintah, akta kelahiran santri tidak bisa keluar atau diterbitkan secara sah menurut undang-undang yang berlaku.13. Begitulah alasan mengapa dirubahnya menjadi yayasan dikarenakan anak-anak butuh akta kelahiran agar bisa melanjutkan pendidikan yang layak, dan pak camat di desa Rejoso Lor meminta supaya yang memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuah pondok pesantren. Pendidikan saat itu masih sederhana sekali yaitu hanya mengaji kitab di rumah orang tua kiai Abu Bakar Khalil.

12

Muhammad Hulal, Wawancara, Pasuruan, 19 Februari 2017. 13

(53)

Setelah pergeseran waktu, pengajian yang semula hanya di ikuti hanya segelintir pemuda yang bisa di sebut teman-teman kiai abu bakar sendiri ,beliau senantiasa bersabar menuntun teman-teman hingga semakin hari semakin bertambah banyak. lambat tahun bertambah kira-kira 300 orang yang terdiri dari 150 putra dan 150 putri memang jumlah yang tidak sedikit dalam kurun waktu 3 tahun dari tahun 1992 sampai dengan 1995. dan kemudian beliau mendirikan semacam pemondokan yaitu pondok pesantren metal moeslim tersebut. 14

Kelompok pengajian yang mulanya di adakan pada sore hari ba’da ashar, sistem ini biasanya di sebut sistem langgaran yaitu dimana

para murid dan santri duduk bersila di atas tikar dengan seorang guru yang duduk di hadapan para santri dan mereka belajar pada seorang guru dan belum berkelas seperti sekarang.

Dulu awal pelajaran adalah huruf hijaiyah barulah di ajarkan membaca Al- Qur‟an, juga diajarkan syari’at Islam serta cerita akhlak para Nabi-nabi dan orang-orang sholeh sehingga di harapkan para santri mampu meneladaninya.

Sistem pengajaran juga mengalami perubahan dengan bertambahnya santri yang semakin banyak yaitu di gunakan sistem pengajaran seperti yang di gunakan di pesantren sesungguhnya yaitu

14

(54)

wetonan yang di mana seorang Kiai membacakan suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama, kemudian menyimak dan mendengarkan bacaan Kiai, jika ada yag kurang paham maka langsung saja bertanya kepada Kiai. Dengan sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren ini mampu meningkatkan daya tarik dan sangat di minati banyak calon santri. 15

Pondok Pesantren Metal Moeslim Al Hidayah Pasuruan mengalami kemajuan dan perkembangan yang pesat sehingga dengan di tuntut menyediakan fasilitas untuk para santri yang berjumlah kira-kira ratusan orang, bahkan saat itu terdapat santri yang menjadi penghafal Al-qur’an sebab pak kiai sendiri merupakan seorang yang mengafal Al-qur’an. Mengajarkan sistem wetonan di laksanakan setelah shalat Mahgrib

dan Shubuh, di ikuti oleh semua santri, dalam arti para santri baik pemula maupun yang lebih dulu masuk mendapatkan pemahaman ajaran Islam yang setara. Jadi jelasnya bahwa tidak ada pembeda yang di dasarkan pada kemampuan para santri di dalam pemahaman kitab-kitab, yang di ajarkan pak kiai Abu Bakar Khalil.

Pengajaran kitab-kitab islam, merupakan satu-satunya pengajaran normal yang dilakukan dipondok pesantren. Tujuan pengajaran adalah

15

(55)

untuk mendidik santri-santri dalam menjawab persoalan yang menyangkut persoalan keagamaan.

Setiap santri yang ingin menimbah ilmu di pondok pesantren metal al-hidayah harus diwajibkan bisa membaca tulisan al-qur’an. Dan almarhum kyai sendiri juga menegaskan bahwa al-quran sendiri adalah pedoman bagi umat islam, maka dari itu setiap muslim harus bisa memahami al-qur’an. Setelah bisa membaca al-quran dan memahami tajwid-tajwid dan makhorijul huruf. Jika sudah memahami dan menghafal al-qur’an. Maka siapapun yang ingin menimba ilmu di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah minimal bisa membaca al-qur’an. Hampir

semua santri yang berada di pondok tersebut kebanyakan menghafal al-qur’an.16

Pada saat KH. Abu Bakar Khalil masih hidup, beliau sendiri yang membimbing para santri semua. Setelah wafat digantikan oleh bu nyai Luthfiyah dan para pengurus-pengurus yang ada di pondok pesantren. Tidak hanya belajar Al-qur’an santriwan-santriwati juga dibekali dengan kitab-kitab klasik seperti ilmu fiqih dan ilmu tafsir.17

2. Usaha pembinaan

Dalam rangka memberikan kelangsungan hidup suatu pesantren memang membutuhkan upaya-upaya komprehensif dan produktif serta

16

Jazuli, Wawancara, Pasuruan, 19 Februari 2017. 17

(56)

progresif dalam menciptakan kondisi dinamis akan kehidupan pesantren itu sendiri. Sebuah pesantren dapat dikatakan hidup apabila sosok pesantren tersebut menimbulkan eksistensinya yang baik. Dan pemunculan sosok pesantren yang mempengaruhi terhadap pasang surutnya minat santri yang belajar di pondok pesantren. Seorang santri yang ingin belajar dipondok pesantren biasanya memandang seluk beluk dari pondok pesantren yang ingin ditempati, kualitas Kiai termasuk kharismatiknya inilah yang mesti di perhatikan oleh seorang Kiai dan para pengasuh pondok lainnya untuk menumbuhkan dan mempertahankan eksistensi sebuah pesantren.18

Realita diatas dalam konteks Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah berupaya untuk mempertahankan dan membangun suatu lembaga kepesantrenan yang berorientasi untuk mewujudkan manusia muslim yang berkepribadian positif. Oleh sebab itu, pembinaan kepada para santri pondok pesantren senantiasa di arahkan kepada tujuan yang telah di tetapkan dengan memberikan perhatian khusus serta adanya keahlian yang mendukung dalam kehidupan sehari-hari bagi para santri di Pondok Pesantren.

18

(57)

Oleh sebab itu, pembinaan dan kesejahteraan pondok pesantren senantiasa di arahkan kepada tujuan yang telah di tetapkan dengan memberikan perhatian khusus mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Bahwa di dalam pembinaan umat di perlukan tenaga ahli dalam berbagai bidang. Dengan demikian intensifikasi pendidikan kejuruan lingkungan dan pengembangan masyarakat sangat di perlukan guna menopangnya.

b. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren di harapkan mampu memberikan bekal untuk hidup layak bagi alumni yang hidup di era modernisasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta mampu hidup dalam kepesatan bertambahnya penduduk dewasa ini.

c. Selain pondok pesantren yang mengajar ilmu keagamaan, pondok pesantren ini juga sebagai salah satu tempat rehabilitasi untuk menyembuhkan para pecandu narkoba, menolong perempuan pra nikah, menampun para pengidap gangguan jiwa serta anak yang ditelantarkan.19

19

(58)

Denah Tata Letak Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-hidayah Pasuruan Tahun 1995 Hingga Sekarang

Masjid

Aula

Kamar santriwati

Kamar santriwan

dewasa

Rumah Pengasuh ponpes

Kantin/k operasi

gerbang

HALAMAN PONDOK PESANTREN

Kamar santri

KM

gerbang Kamar santriwati

(59)

BAB IV

RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN METAL

MOESLIM AL-HIDAYAH REJOSO LOR PASURUAN

Respon adalah berbagai perilaku maupun perkataan yang muncul disebabkan adanya perilaku disekitar lingkungan. Respon seseorang juga ada yang bersifat baik ada juga yang buruk. Jika seseorang memiliki respon yang positif, maka cenderung orang tersebut menyukai hal yang bersangkutan, sedangkan respon yang negatif cenderung untuk menghindari bahkan melecehkan hal yang bersangkutan tersebut.

Sebagai pondok pesantren yang tergolong pondok satu-satu nya di pasuruan yang menampung santri yang bermasalah dan berbeda dari pondok lainnya pondok pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah Tentunya sangat banyak respon dari masyarakat luas. Mulai dari yang Negatif Sampai dengan yang Positif. Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan berbagai respon masyarakat, baik yang ada di dalam pondok pesantren maupun diluar sekitar pondok pesantren.

A. Respon Dari Kalangan Pondok Pesantren

Di pondok pesantren Metal perilaku anak santri selalu dikontrol dengan baik oleh pengurus, para guru bahkan pengasuh, yang secara lansung turun tangan dalam menanganinya. Hubungan yang dijalinan oleh para santri juga sangat baik dengan pihak-pihak yang berada di pondok. Seperti halnya hubungan anak santri dengan pengasuh sangat dekat sekali seperti anak dan orang tua kandungnya.

(60)

sehingga bu nyai Lutfiyah selaku pengasuh selalu menyempatkan diri berada ditengah-tengah santri untuk mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh anak santri. Beliau senantiasa menumpahkan semua rasa sayangnya kepada para anak asuhnya tersebut secara merata dan tanpa pilih kasih satu sama lain.

Hubungan sosial yang terjalin sangat dekat tidak hanya dengan pengasuh dan pengurus saja, seperti juga dengan ustadz dan ustadzah sangat akrab layaknya keluarga. Menurut ustadz Salman Hubungan beliau dengan santri dekat sekali karena hamper setiap hari beliau berjumpa dan selalu mendidik aklhak para anak asuh. Tidak heran jika dari kalangan seperti ustadz salman memberikan perhatian lebih sebab mereka memang sangat membutuhkan kasih sayang yang selama ini hilang dan bahkan sangat kurang dari orang tua kandung mereka. 1

Selain itu hubungan dengan ustadzah juga sangat erat layaknya teman sendiri. ustadzah Riza Husniah mengaku sangat kasihan melihat anak santri yang masih kecil senantiasa membutuhkan banyak perhatian dan kasih sayang. Anak santri menganggap ustadzah sebagai orang tua mereka sendiri. Mereka selalu mengatakan keluh kesahnya kepada beliau. Tak jarang juga para anak asuh bertanya tentang orang tua mereka, Tukas beliau.

Setiap kali guru yang datang untuk membimbing mereka, mereka selalu saling berebut mencium tangan para gurunya dan apabila bertemu dengan para guru disaat tidak dalam waktu belajar para anak asuh selalu mengucapkan salam kepada

1

(61)

gurunya dan senantiasa mencium tangannya sebagai tanda rasa hormat yang dilakukan anak pada ibu dan bapaknya jika bertemu dijalan. Sungguh perilaku yang sangat terpuji jika dibandingkan dengan anak yang pada zaman sekarang hanya segelintir yang bisa di bilang mempunyai aklhakul karimah. Anak santri menganggap semua pihak yang berada di pondok pesantren Metal sebagai keluarga besar mereka. Tidak pernah terjadi perkelahian akibat berebut sesuatu seperti makanan dan mainan, semua menjalani aktifitas sehari –hari secara rukun tanpa ada perselisihan.

Kasih sayang yang mereka dapatkan adalah dari orang-orang yang mereka temui setiap harinya mulai dari para Donatur yang tak lupa membelikan jajan pasar dan es sampai para pengunjung yang bermain dengan mereka. Setiap guru pengajar di pondok pesantren metal moeslim sudah dianggap sebagai teman curhat anak santri dan setiap guru bisa menggapinya dengan bijaksana .

Sikap anak santri di Pondok Pesantren Metal memang sangat lembut dengan ciri khas menggunakan bahasa krama inggil, yakni bahasa halus orang jawa tulen yang diajarkan oleh pengasuh. Apabila melakukan interaksi dengan anak santri lainnya mereka menggunakan bahasa Jawa layaknya seorang teman sepermainan. Bahkan ketika berinteraksi dengan masyarakat sekitar pondok pesantren Metal, perilaku anak santri selalu mereka kontrol dengan sendirinya tanpa di beritahu oleh pengasuh, pengurus, ustadz ataupun ustadzah.

(62)

santri dengan pengasuh. Bu Luthfiyah sangat memperhatikan dan memberikan kasih sayang yang cukup agar mereka merasa nyaman berada di pondok pesantren ini. Mereka juga diajarkan membiasakan membaca do’a, mengucapkan salam, dan

berkata dengan sopan santun.

Menurut Muhammad Said, pondok pesantren metal moeslim Al-hidayah sangatlah bagus, apabila mereka semua diberikan pendidikan yang layak dan pengajaran tentang agama tidak kurang sedikitpun. Beliau juga ikut berpatisipasi dalam mengembangkan pondok pesantren metal tersebut. Banyak dari kalangan remaja dari warga desa Rejoso Lor yang ingin mengikuti pengajian umum di pondok pesantren metal moeslim Al-hidayah.2

Abdul Basid selaku pembimbing pondok pesantren metal moeslim Al-hidayah juga berpendapat, sangatlah baik karena apapun kenyataannya mereka adalah generasi masa depan sehina dan seburuk apapun perilakunya tetap masih bisa diperbaiki, mereka punya masa depan. Mereka juga anak negeri yang masih bisa diperbaiki, selagi mereka punya kemauan, keinginan, dan harapan. Dan jangan memberikan hukuman yang kejam untuk mereka.3 Mari di ingat bersama bahwa anak-anak yang masih dini dan belum baligh tidak punya Dosa sehingga mereka Sangatlah Suci dan tidak ada yang bisa merubah Hal itu. Bahkan orang tua mereka sendiri.

2

Muhammad Said, Wawancara, Pasuruan, 28 Februari 2017. 3

(63)

Hubungan sosial yang lain terjadi pada anak santri dengan pengurus. Sebut saja namanya Nur Jazilah sebagai pengurus, mengatakan bahwa anak santri telah menganggap beliau sebagai kakaknya. Semua hal apapun itu, jika ada kekurangan dari anak santri selalu disampaikan kepada beliau.4

Menurut Hulal yang di sebut sebagai Anak asuh Pertama yatim piatu di Pondok Pesantren Metal Moeslim Al-Hidayah mengungkapkan, bahwa dari awal mereka tidak pernah melihat orang tua kandung mereka, mereka hanya menganggap alm. KH. Abu bakar Khalil dan bu nyai luthfiyah lah orang tua mereka. Di pondok pesantren inilah mereka dibina, dididik, dapat kasih sayang dan perhatian yang layak.

Sikap santri di pondok ini selalu dibimbing dengan nasehat-nasehat positif agar bisa membiasakan diri dengan perilaku yang baik. Dengan mempunyai sikap baik dan sopan yang ditanamkan mereka sejak masih usia dini sehingga dapat dihargai dengan baik oleh masyarakat sekitar. Hulal termasuk yang lebih dewasa di pondok pesantren tersebut, maka dia yang merawat santri-santri yang masih dini, layaknya adiknya sendiri.5

Di pondok pesantren metal juga diajarkan tata karma yang baik, dan harus dilakukan mulai dari kecil. Anak pada usia dini sudah mulai belajar berinteraksi dengan orang lain yaitu dengan orang yang lebih tua. Apabila melakukan hal-hal

4

Nur Jazilah, Wawancara, Pasuruan, 11 Desember 2016. 5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data tabel di atas dapat disimpukan bahwa telah terjadi perubahan positif atau dampak positif terhadap kompetensi keterampilan siswa sebagai berikut: a)

Implementasi Cool Japan Strategy yang telah dilaksanakan oleh pemerintah serta aktor Cool Japan Strategy lainnya yang berupa penyebaran produk budaya populer

Hasil identifikasi faktor strategis lingkungan internal dan eksternal yang telah dibedakan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dimasukkan kedalam

Berdasarkan identifikasi masalah pada penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat bagaimana perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis

Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dilakukan penelitian mengenai sintesis nanopartikel emas dengan memanfaatkan senyawa fraksi etil asetat daun ketapang

Ada 3 (tiga) indikator yang akan diteliti untuk perawatan ibu hamil dan imunisasi anak yaitu jumlah kunjungan pemeriksaan kehamilan, pemakaian suplemen zat

Adapun implikasinya adalah 1)Agar pemerintahan kabupaten Sinjai mensosialisasikan kembali mengenai peran penting Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan