BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Pendidikan
Pendidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk
mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup
pengetahuan, nilai dan sikap serta keterampilannya. Pendidikan mencakup
kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Istilah mendidik, menunjukkan
usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani,
semangat, kecintaan, rasa kesusilaan dan ketaqwaan,dan lain-lain. Istilah
mengajar menurut Prof.Sikun Pribadi, berarti memberi pelajaran tentang
berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan
intelektual manusia. Sedangkan istilah melatih, merupakan suatu usaha
untuk memberi suatu keterampilan tertentu, yang dilakukan secara
berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan dalam bertindak.
Seperti yang telah dikemukaan diatas pendidikan pada hakikatnya akan
mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Kagiatan tersebut
dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai.
Nilai-nilai yang ditransformasikan tersebut mencakup nilai-nilai religi,
nilai-nilai kebudayaan, nilai-nilai sains dan teknologi, nilai-nilai seni dan
rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah
kebudayaan yang dimiliki masyarakat (Uyoh Sadulloh, 2007:57)
2. Sistem pendidikan
Dalam pengertian umum, yang dimaksud dengan sistem adalah
jumlah keseluruhan dari bagian yang saling bekerjasama untuk mencapai
hasil yang diharapkan berdasarkan hasil yang telah ditentukan. Setiap
sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua
komponen-komponen atau bagian-bagiannya dari tujuan tersebut karena
itu pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut sistem pendidikan.
Sistem pendidikan terdiri terdiri dari komponen-komponen atau
bagian-bagian yang menjadi inti dari proses pendidikan (Hasbullah, 2005:
123-124). Komponen pendidikan adalah semua hal yang berkitan dengan
jalannya proses pendidikan. Jika salah satu komponen tidak ada, proses
pendidikan tidak akan bisa terlaksana (Wiji Suwarno, 2008:33).
Adapun komponen-komponen tersebut terdiri dari :
1. Tujuan
Tujuan yang dimaksud adalah cita-cita pendidikan yang berfungsi
untuk memberikan arah terhadap semua bagian dalam proses
pendidikan.
2. Peserta didik
Peserta didik berfungsi sebagai objek sekaligus sebagai subjek
penelitian. Sebagai objek, peserta didik menerima
pandangan pendidikan modern, peserta didik ditempatkan sebagai
subjek atau pelaksana pendidikan
3. Pendidik
Pendidik berfungsi sebagai pembimbing yang memberikan
pengaruh untuk menumbuhkan aktivitas peserta didik dan
sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan.
4. Alat pendidikan
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi untuk mempermudah
atau mempercepat tercapainya pendidikan.
5. Lingkungan
Lingkungan merupakan lingkungan sekitar yang digunakan sebagai
alat dalam proses pendidikan. Lingkungan berfungsi sebagai
tempat terlaksananya proses pendidikan (Hasbullah, 2005:
123-124)
3. Pendudukan Jepang di Indonesia
Serangan mendadak Angkatan Perang Jepang atas Pearl Harbor
yang dipimpin oleh Laksamana Isoroku Yamamoto (1884-1943) itu
membuka tabir peperangan baru di kawasan Asia Timur dan kawasan
Samudra Pasifik. Pada tanggal 8 Desember 1941 Gubernur Jendral
Belanda A.W.L Tjarda van Strarkenborgh Stachouwer memaklumkan
Seperti sudah diketahui salah satu faktor yang sangat kuat
mendorong Jepang melancarkan serangannya ke arah salatan ialah adanya
sumber minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan parangnya.
Wilayah selatan yang dimaksud terutama adalah Indonesia yang memiiki
sumber minyak potensial, buminya kaya dengan bahan tambang dan subur
serta penduduk yang banyak, penting sebagai obyek pasar hasil industri
Jepang (Moehkardi, 2012: 48). Maka dengan segera Angkatan Perang
Jepang menyerang untuk menguasai daerah-daerah sumber minyak
Indonesia. Pada tanggal 10 Januari 1942 mendaratlah mereka di Pulau
Tarakan, Kalimantan Timur. Keesokan harinya pimpinan pasukan Belanda
di Pulau Tarakan menyerah. Pada tanggal 23 Januari 1942, Balikpapan,
sebuah daerah sumber minyak di Kalimantan Timur lainnya diserang dan
berhasil diduduki. Selain itu juga Jepang juga berhasil menduduki
Pelembang dan Sumatra Selatan yang berarti Angkatan Perang Jepang
telah berhasil merebut dan menduduki daerah-daerah sumber minyak di
Indonesia yang potensial untuk memenuhi kebutuhan perangnya.
Pada awal kedatangan tentara Jepang disambut dengan gembira
dan diterima dengan tangan terbuka oleh rakyat Indonesia yang memang
sudah merindukan kemerdekaan tanah airnya. Itu pula sebabnya tentara
Jepang dianggap sebagai pembebas rakyat Indonesia dari belenggu
penjajahan bangsa Belanda. Di samping itu, jumlah penduduk yang sangat
padat baik untuk pemasaran barang-barang hasil industri. Eksploitasi
makanan, dll dimaksudkan untuk menyokong kebutuhan industri dan
Angkatan Perangnya. Sebenarnya sejak awal Perang Dunia I Jepang sudah
tertarik kepada Indonesia setelah ia melihat bahwa Indonesia selain sangat
kaya bila dilihat dari segi ekonominya juga sangat penting dilihat dari segi
strategi dan politiknya. (Sagimun 1985: 16-26)
4. Pendudukan Jepang di Jawa
Dalam pergerakannya ke selatan, Jepang mengarah ke Indonesia.
Pada tanggal 10 Januari 1942 tentara Jepang telah sampai di Tarakan,
Kalimantan Timur. Kemudian pada tanggal 16 Februari 1942 Palembang
dan sekitarnya berhasil diduduki. Dengan jatuhnya Palembang, terbukalah
pulau Jawa bagi tentara Jepang. Kekuatan invasi Jepang di Jawa
seluruhnya berjumlah sekitar 6 sampai 8 divisi meliputi 100 sampai 120
ribu orang, sedangkan kekuatan Jepang yang khusus dipergunakan untuk
merebut pulau Jawa berada dibawah komando Tentara Keenambelas yang
dipimpin oleh Letnan Jendral Hitosyi Immamura, yangberhasil mendarat
di 3 tempat sekaligus, yakni di Teluk Banten, di Eretan Wetan (Jawa
Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). (Sartono Kartodirdjo, 1975: 2).
Pergerakan pasukan jepang semakin meluas, di Rembang pasukan
Jepang berhasil mendarat dengan kekuatan sekitar satu devisi di
Kecamatan Kragan kabupaten Rembang pada tanggal 1 Maret tahun 1942,
kemudian Cepu diduduki. Dengan menduduki Cepu berarti pasukan
jepang mulai memasuki kota-kota di Jawa Tengah. Jepang bergerak ke
seterusnya sebagian menuju daerah Purwodadi. Pada tempat ini balatentara
Jepang bergerak ke dua arah, yaitu ke Surakarta dan ke Boyolali, yang
keduanya lalu bertemu di kota Klaten. Dari daerah ini tentara Jepang
melanjutan perjalanannya menuju Jogyakarta, Magelang dan Semarang.
Setelah kota-kota penting tersebut diduduki oleh balatentara Jepang dari
pemerintahan Hindia Beland, maka wilyah Jawa Tengah jatuh ke tangan
balatentara Jepang. gerakan operasi tentara Jepang ini berlangsung amat
cepat dan hanya menjumpai perlaanan tentara KNIL Belanda yang tidak
berarti. Apalagi ditambah sikap rakyat Jawa Tengah yang enggan
membantunya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1980:158).
B. Penelitian yang relevan
Adapun beberapa tulisan yang relevan dengan judul penulis, antara lain,
Nasution dalam bukunya yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia yang
mengkaji tentang pendidikan pada masa pemerintahan Belanda mulai dari
tingkatan atau jenjang pendidikan yang dibedakan berdasarkan golongan atau
jabatan sampai sistem pendidikan dan pengajaran yang diterapkan pada
sekolah-sekolah masa pemerintahan Belanda. Perbedaan penelitian yang akan
penulis lakukan dengan penelitian yang relevan diatas ialah mengenai periode
waktu penelitian jika dalam penelitian Nasution yang mengkaji tentang sistem
pendidikan dan pengajaran yang diterapkan pada sekolah-sekolah di semua
jenjang pendidikan masa pemerintahan Belanda dalam periode 1892-1920
maka dalam penelitian yang berjudul Sistem Pendidikan Dan Pengajaran
dan pengajaran yang diterapkan pada disekolah-sekolah yang didirikan pada
masa pemerintahan Jepang di Ambarawa khususnya pada jenjang Sekolah
Rakyat (SR).
Penelitian yang dilakukan oleh Suwarti dalam skripsinya yang berjudul
Pendudukan Militer Jepang dalam Meningkatkan Militansi Pemuda Salatiga
1942-1945 mengemukakan bahwa pendudukan Jepang di Indonesia
dilatarbelakangi oleh berbagai macam faktor diantaranya yaitu untuk
memenuhi kebutuhan akan tenaga perang yang difungsikan untuk menambah
kekuatan Jepang di Asia Pasifik. Tenaga perang yang murah itu banyak
didapatkan di Jawa salah satunya adalah para pemuda di Salatiga. Penanaman
nilai-nilai kultural dilakukan oleh pemerintahan Jepang malalui pendidikan
dan organisasi-organisasi semi militer maupun militer yang dibentuk, dari
sinilah para pemuda belajar dan berlatih sehingga mampu meningkatkan
militansi dalam jiwa pemuda. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah pendekatan. Jika dalam penelitian Suwarti
menggunakan pendekatan sosial politik, maka dalam penelitian berjudul
Sistem Pendidikan Dan Pengajaran Masa Pendudukan Jepang di Ambarawa
menggunakan pendekatan ilmu pendidikan hal ini dikarenakan pendidikan
tidak bisa dilepaskan dari pengaruh-pengaruh kekuatan politik, sosial,
C. Kerangka berpikir
Pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942-1945
Pendudukan Jepang di Ambarawa tahun 1942-1945
Pengaruh pendudukan Jepang di Ambarawa tahun 1942-1945
Kebudayaan Ekonomi
Pendidikan Sosial
Politik
Pendidikan Formal
Sekolah Menengah Tinggi (SMT) atau Koto Chu Gakko Sekolah Menengah
Tingkat Pertama (SMTP) atau Shoto
Chu Gakko Sekolah Dasar/Sekolah
Rakyat (SR) atau Kokumin Gakko
1. Sistem Pendidikan 2. Kurikulum Pendidikan
Keterangan :
Tanggal 10 Januari 1942 Indonesia mendapat serangan dari Jepang.
Dimulai ketika tentara Jepang mendarat di Pulau Tarakan, Kalimantan Timur.
Keesokan harinya pimpinan pasukan Belanda di Pulau Tarakan menyerah. Dalam
pergerakannya ke Indonesia, pada tanggal 14 Februari 1942 diturunkan pasukan
payung dipalembang. Dua hari kemudian, yakni pada tanggal 16 Februari 1942
Palembang dan sekitarnya berhasil diduduki. Dengan jatuhnya Palembang,
terbukalah pulau Jawa bagi tentara Jepang.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Devisi ke-48 yang mendarat di Kranggan Jawa
Tengah dan menduduki Jawa Timur berhasil merebut Surabaya, setelah itu
bergerak melalui 3 rute yaitu utara, tengah dan selatan. Brigade Sakaguchi
bergerak ke bagian selatan Jawa Tengah dengan 2 koloni, melewati dua rute, salah
satunya melewati rute
Blora-Purwadadi-Salatiga-Ambarawa-Purwodadi-Wonosobo-Banyumas. Pendudukan Jepang di Ambarawa membawa pengaruh
yang sangat besar di berbagai bidang salah satunya pendidikan. Pemerintahan
Jepang mulai membuka kembali sekolah-sekolah yang sebelumnya telah ada pada
masa kolonial belanda dengan sistem pendidikan yang baru. Sistem pendidikan
baru yang dimaksud adalah dihapuskannya sisitem diskriminasi (penghapusan
sistem sekolah menurut golongan penduduk sebagai pembeda dalam pendidikan)
sehingga semua jenjang pendidikan yang telah ada sebelumnya diseragamkan
menjadi satu macam pendidikan berdasarkan tingkatannya. Dalam penelitian ini,
penulis akan membahas tentang sistem pendidikan dan pengajaran sekolah rakyat