1.
Puisi
2.
Drama
3.
Prosa
Karya sastra Prosa antara lain:
dongeng
cerita rakyat
novel
roman
biograf
cerpen
cerbung
Prosa (Inggris: prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain.
Prosa dalam pengertian kesastraan juga
disebut fksi (fction), teks naratif (narrative
texs) atau wacana naratif (narrative discource) (dalam pendekatan struktural atau semiotik). Menurut Altenbernd dan Lewis (1996: 14) fksi diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang
mendramatisasikan hubungan-hubungan anatramanusia.
Prosa Jawa pada masa transisi diawali
dengan terbitnya Leesboek voor de Javanen
di Haarlem oleh Gericke disusul oleh terbitnya
Raja Paringon di s’ Gravenhage karya Roorda
(1844) dan Gancaran Serat Bratayuda, Rama,
tuwin Arjunasasrabahu di Amsterdam tahun
1845.
Karya-karya prosa yaitu Durcarca Arja &
Trilaksita, oleh Quinn (1955: 21) dan
Karya kisah perjalanan model Barat:
Lampah-Lampahipun Raden Mas Arya Purwalelana
(Tjandranagara, 1865), Cariyos Nagari Batawi
(Sastradarma, 1867), Purwa Carita Bali
(Sastrawidjaja, 1875), Cariyos Nagari Walandi
(Abdoellah, 1876), Cariyos Nagari Padang
(Darmabrata, 1876), Cariyos Saradhadhu Jawi
(anonim, 1877), Cariyos Tanah Diyeng
(Prawirasoedirdja, 1912), Kekesahan saking
Tanah Jawi dhateng Nagari Walandi
Karya yang mirip dengan babad adalah roman sejarah, misalkan: Serat Anglingdarma dan Serat Damarwulan saduran C.F. Winter, Abdullah bin Ngabdulkadir Munsi saduran Djaka Marsoed (1883), Panji Kudawanengpati saduran Gunning (1896), Bok Rara Mendut karangan Ko Mo An (1898) dan Serat Jayaprana saduran
Nitisastra (1919).
Karya mite: Serat Cariyosipun Ulam Kutuk Ngrabeni Tiyang Estri (anonim, 1914)
Legenda: Cariyosipun Rara Kadreman (Koesnadiardja, 1916)
Novel: novel tebitan Balai Pustaka 1920 adalah serat Riyanta (R.B. Soelardi, 1920).
Selain itu “Mitra Musibat” (R.L. Djajengoetara, 1921), “Jarot” (Jasawidagda, 1922), “Supraba lan Suminten” (Kamsa, 1923), “Roman Arja” (M. Martajoewana,
1923), “Mitra arma” (Jasawidagda, 1923), “Kontrolir Sadiman” (Toebiran Jatawihardja, 1924), “Jejodhoan ingkang Siyal (Mw. Asmawinangoen, 1926), dan lain-lain.
Cerpen: cerpen yang dimuat dalam rubrik Panglipur Manah Jagading Wanita, dan Jampi: Jejodhoan
Wurung (Kejawen, 1 Maret 1930), Dhawahing
Novel Jawa modern terbitan Balai Pustaka
tahun 1917 hingga 1942 didominasi tema
tradisional berkaitan dengan moral dan sosial
kehidupan rumah tangga, perkawinan,
pemberantasan kejahatan, perjuangan hidup,
atau berhubungan dengan konsep hidup
masyarakat Jawa.
Karya sastra Jawa dan Indonesia pada awal
perkembangannya didominasi oleh tema
berkaitan dengan masalah perkawinan.
Hadirnya Azab dan Sengsara (Merari Siregar,
1921), Sti Nurbaya (Marah Rusli, 1922), dan
Salah Asuhan (abdul Muis, 1928), ketiganya
berkaitan dengan masalah perkawinan.
Karya sastra Jawa yang terbit:
Swarganing Budi Ayu (M. Ardjasapoetra, 1923),
Jejodhohan ingkang Siyal (Asmawinangoen,
1926)
Wisaning Agesang (Soeradi Wirjaharsana,
1928).
Tema perkawinan tersebut diabstraksikan dari
masalah kawin paksa, keretakan . Hubungan
suami isteri, cinta tak terbalas, dan
kisah-kisah percintaan atau perkawinan itu
sendiri.
Selain itu novel bertema perjuangan hidup
(laku), persoalan kerajaan, pandangan hidup
masyarakat Jawa mengenai sikap eling, aja
Prosa yang terbit pada masa Jepang yaitu:
1. Cerita Pendek (Cerpen)
Cerpen dimuat dalam majalah Panji Pustaka dan surat kabar Warta Syuu (tepatnya Madiun Syuu). Cerpen yang dimuat karangan:
Poerwadarminta : Kesengka
Poerwadhi Atmodihardjo: Begja kang
Mbegjakake; Tanggap lan Tandang ing Garis Wingking, Kebuka Atine, Ngeculake Peksi
Saking Kurungan, Ndadar Angga Nanggulangi Salwiring Bebaya, Srikandhi Jawa Enggal, Heiho Sadikun, Sumbangsih ingkang Tanpa Upami,dan Mujudaken Bekti
- Andaja : “Endog Sapetarangan, Pecah Siji
Pecah Kabeh”
Hawe: “Kenya Awatak Prajurit”
Soebagijo I.N.: “Katresnan Cawang Loro”,
“SSS”, dan “Nyuwun Pamit Kyai”, karya
saduran berjudul Mas Tiron
Tanpa nama pengarang/Anonim berjudul
“Insaf”, “Sangune Perang”, “Pakolehe
Bocah Narima”
2. Novel
Hanya ada satu novel: Trimurti karya Ki Loemboeng
1. Perkembangan Tema
Tema karya sastra Jawa pada masa Jepang: tema perjuangan berkaitan dengan masalah propaganda politik Jepang, penolakan terhadap gaya hidup
priyayi, kesadaran mengorbankan harta benda untuk kepentingan masyarakat dan negara,
Roman picisan= roman Nair= diminovel=
cerita picisan yaitu kisahan murah, penuh
sensasi mengenai kejahatan petualangan
cinta penulis ataupun kekejaman
Pengertian murahan disebabkan oleh
sesuatu yang berharga satu atau dua picis,
sepicis = 10 sen, 1 sen=1/100 rupiyah.
Harga roman bernilai picis.
Karya sastra roman picisan dalam sastra Jawa disebut sebagai roman nyeketipan
Roman picisan untuk menyebut novel saku
panglipur wuyung istilah ini pertama kali digunakan oleh Sikoet tahun 1960-an hingga 1970-an.
Dalam novelnya: Asmara Suci Jinanget Ibadah Haji Ciri karya sastra roman picisan:
1. Berukuran 11x14cm sekitar 40 halaman sehingga kecil dan tipis
2. Jenis kertas adalah kertas koran dengan kualitas rendah
3. Kualitas cetakannya termasuk jenis huruf yang dipergunakan jauh dari memuaskan
Contoh judul roman picisan tersebut:
Godhane Prawan Ayu
Godhane Prawan Indo
Gara-Garak Rok Mepet Rambut Sasake
Dawet Ayu
Kembang brayan Idan Ayu Rani, dan
Struktur Internal roman picisan Jawa:
Tema: Jagad percintaan
Tokoh dan Penokohan: bersifat Tipologis
memilliki ciri atau tipe yang seragam
Alur: berbentuk pola yang skeematis dan
serba
dilalah
Latar: antara fksi dan nonfksi