• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Berjuang di antara Peluang Studi pada Pedagang Mama-mama Asli Papua di Pasar Remu Kota Sorong T2 092011004 BAB VI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Enam

M engatasi Disinsentif

Kebijakan Pemerintah Daerah

Pengantar

Kegiatan pasar menjadi bagian penting dari kehidupan ekonomi masyarakat. Pasar menjadi pusat kegiatan jual beli antara konsumen dan penjual yang dilakukan oleh berbagai latar belakang etnis, dengan kemampuan dan peluang yang berbeda. Pedagang mama-mama asli Papua yang merupakan bagian dari pelaku kegiatan jual beli, berada di antara berbagai etnis tersebut. M engingat pedagang mama-mama asli Papua adalah penduduk asli (pribumi) yang sudah melalukan aktivitas ini bertahun-tahun, maka seharusnya pemerintah memberi perhatian lebih melalui kebijakan-kebijakan ekonomi rakyat agar mereka tetap bisa mempertahankan eksistensinya. Namun dalam kenyataannya prioritas yang diharapkan itu belum dirasakan secara maksimal oleh pedagang mama-mama asli Papua, sehingga dikhawatirkan hal ini akan mempengaruhi keberlanjutan eksistensi mereka di pasar. Bahkan bisa jadi mereka akan tersingkir dari tanah kelahirannya sendiri.

(2)

Strategi M endapatkan Barang Dagangan

Barang dagangan menjadi faktor penentu dan sekaligus ukuran utama bagi seorang pedagang dalam melakukan kegiatan jual beli, baik di pasar maupun di ruang-ruang kegiatan ekonomi yang lain. Setiap kegiatan dan ruang yang berbeda akan menuntut adaptasi kreatif dari masing-masing orang yang berkecimpung di dalamnya. Relasi menjadi bagian yang dominan dalam sebuah kegiatan ekonomi karena melalui relasi maka segala informasi, kerjasama, dan peluang mendapatkan barang dagangan dapat terpenuhi dengan baik. Kegiatan ekonomi pribumi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kondisi dan lingkungan yang berada di sekitarnya. Seperti pernyataan Spradley (1972) bahwa perwujudan model-model kognitif dipakai oleh manusia untuk menghadapi lingkungannya.

Perilaku kegiatan ekonomi pribumi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kegiatan ekonominya. Kegiatan ekonomi menjadi sebuah peradapan yang dimiliki oleh pedagang pribumi dalam mengatasi kondisi lingkungan itu sendiri. Kegiatan ekonomi memun-culkan sebuah relasi ketergantungan antara manusia, ekonomi dan lingkungannya. Liliweri (2003) mengatakan bahwa setiap kebudayaan dari anggota masyarakat mempunyai suatu keunikan yang dijadikan sebagai identitas sosial untuk menyatakan siapa mereka dan mengapa mereka ada, kemudian muncullah budaya material.

Relasi menegaskan sebuah interaksi antar individu dalam sebuah kehidupan bermasyarakat dan kegiatan ekonominya. Interaksi masya-rakat dan kegiatan ekonomi merupakan dua bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial mereka. Kondisi ini diperkuat oleh pandangan pakar sosiolog ekonomi Damsar (2009), yang menyatakan bahwa hubungan antara masyarakat yang di dalamnya terjadi interaksi sosial dengan ekonomi, maka inilah yang disebut dengan sosiologi ekonomi.

(3)

individu, baik pribumi maupun non pribumi yang mempunyai tujuan sama yaitu untuk mencapai perubahan-perubahan maupun perbaikan yang diinginkan.

Interaksi sosial bisa terbangun dari berbagai ruang kegiatan ekonomi dan mampu memberi peluang bagi individu baik dalam kelompok maupun di luar kelompok. Kekuatan relasi baik secara interen maupun eksteren menjadi modal utama dalam mendukung kelancaran kegiatan ekonomi yang ditekuni oleh pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) dan sekaligus sebagai tantangan dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan demikian mereka dituntut mampu beradaptasi dan bersaing dalam merebut peluang-peluang yang terjadi dalam perkembangan kegiatan ekonomi itu sendiri.

Persaingan merupakan bagian dari aktivitas manusia, baik dalam kegiatan ekonomi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ekonomi menjadi ruang yang sarat dengan suasana persaingan karena setiap individu maupun kelompok pada ruang ini mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kesejahteraan. Dalam tataran ini pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) berada di antara suasana subsisten dalam kegiatan ekonomi pasar. W idjojo (2009) mengatakan bahwa, peningkatan tahap kegiatan ekonomi dari subsisten menuju ekonomi pasar diharapkan akan memperbaiki kesejahteraan masya-rakat, meningkatkan daya beli, dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi di perkotaan maupun di perkampungan.

(4)

Perkotaan menjadi pusat perubahan dan perkembangan semua aspek kehidupan masyarakat, namun wilayah pedesaan menjadi modal bagi pedagang pribumi dalam proses mendapatkan barang dagangan. Oleh sebab itu pedagang pribumi menggunakan tiga strategi dalam mempertahankan kegiatan ekonominya, yaitu (1) mengandalkan hasil kebun sendiri; (2) membeli dari pedagang lain; (3) menggunakan dua sumber, yaitu mengandalkan hasil kebun sendiri dan membeli dari pedagang lain. Dari ketiga strategi inilah pedagang mama-mama asli Papua mempertahankan eksistensinya di pasar.

Pasar menjadi pertemuan antara pembeli dan penjual sebagaima-na dijelaskan oleh Prianto (2008) bahwa, pasar sebagai kumpulan para penjual dan pembeli yang saling berinteraksi, saling tarik-menarik kemudian menciptakan harga barang di pasar. M elalui proses interaksi akan tercipta sebuah kerjasama yang saling menguntungkan dan melengkapi apa yang menjadi bagian dari proses kegiatan jual beli tersebut. Keuntungan merupakan perhatian utama para pedagang baik mama-mama asli Papua maupun pedagang pendatang. Sisi ketergan-tungan antara pembeli dan penjual menjadi bagian dari kegiatan ekonomi pasar.

Pertemuan antara pedagang dengan pedagang, maupun antara pembeli dengan pedagang memberi peluang terjadinya relasi atau hubungan sosial yang positif, yang berdampak langsung pada situasi kegiatan ekonomi. Hubungan sosial yang positif tentu akan memberi konstribusi pada kegiatan ekonomi masyarakat atau pedagang, teruta-ma pada kegiatan ekonomi teruta-masyarakat lokal. Relasi terbuka bagi para pedagang, baik pedagang lokal maupun pedagang pendatang yang berada pada lokasi yang sama. Diharapkan dari keterbukaan tersebut akan memberi manfaat pada posisi kegiatan ekonomi masing-masing. Skoufias et al. (2010) menyatakan: ...”hubungan sosial memberikan konstribusi dalam kegiatan ekonomi pada masyarakat lokal”...

(5)

antar sesama pedagang pribumi; antara pedagang pribumi dengan pedagang pendatang; maupun dengan pembeli atau pihak lain. Hubungan sosial di antara para pedagang mempunyai ketergantungan dari sisi jenis barang dagangan maupun kehidupan pribadi. Pedagang mama-mama asli Papua sebagai penduduk lokal memiliki posisi tawar yang lebih kuat dalam hal: (1) relasi; (2) kepemilikan; dan (3) jenis komoditi barang yang diperdagangkan. Ketiga aspek ini menjadikan pedagang pribumi cukup disegani di antara para pedagang yang lain, sehingga mereka memiliki peluang besar terhadap ruang-ruang pasar yang ada. Steward 1955 dan Force 1974 (Su Ritohardoyo 2006), mengungkapkan ...”adaptasi dalam arti luas yaitu sebagai aktivitas-aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan, dalam rangka memper-tahankan kehidupannya dengan tingkat budaya yang dimiliki”...

Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik secara kelompok maupun individu memerlukan adaptasi yang tinggi baik antara manusia dengan manusia maupun dengan lingkungan dimana sebuah aktivitas dilakukan. Dalam beradaptasi dibutuhkan kekuatan, keterampilan, maupun strategi. Dengan berbagai kesiapan tersebut akan mempermudah seseorang ataupun kelompok mempertahankan kehidupan dan aktivitasnya di lingkungan di mana mereka berada, sehingga mereka tetap survive.

Cara M enjual Barang Dagangan

Strategi Pintu Utama

(6)

dagangannya. Konsentrasi pada konsumen ini dirasa paling tepat karena memberi kepastian bagi pedagang mama-mama asli Papua untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik guna mendukung nafkah keluarga. Nafkah menjadi sebuah tuntutan untuk mencapai derajad pemenuhan kebutuhan yang berkelanjutan. Ellis F. (2000), mengatakan bahwa:

Pendekatan nafkah berkelanjutan berusaha mencapai kebu-tuhan sosial ekonomi dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajad kesejahteraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata nafkah.

Pandangan Ellis tersebut berhubungan dengan nafkah yang secara umum mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik maupun non fisik untuk menciptakan kesejahteraan. Ketergantungan pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang masih mengandalkan konstribusi lingkungan, termasuk dalam pemenuhan nafkah keluarganya, memposisikan mereka pada kondisi sosial eko-nomi yang tidak stabil, sehingga memunculkan pemikiran dan perilaku yang tidak responsif dalam kegiatan ekonomi pasar.

Strategi pintu utama merupakan pilihan sebagian besar pedagang pribumi (pedagang mama-mama asli Papua) yang menekuni kegiatan jual beli baik di dalam pasar maupun di luar pasar. Posisi dekat dan di tempat terbuka bertujuan untuk mempermudah konsumen mendapat-kan barang yang diinginmendapat-kan, sehingga dengan demikian proses jual beli dapat berjalan dengan cepat dan lancar. M enurut Berman dan Evans (M a’ruf, 2006) …”lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran eceran. Pemilihan lokasi yang tepat dan strategis pada sebuah gerai atau toko akan lebih sukses dibandingkan gerai yang berlokasi di tempat yang kurang strategis”...

(7)

ukuran utama dan pendukung pada sektor informal sebagaimana pernyataan Subangun (1991), bahwa sektor informal meliputi:

(a) mudah untuk dimasuki; (b) bersandar pada sumber daya lokal; (c) usaha milik sendiri; (d) operasinya dalam skala kecil; (e) padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; (f) ketrampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan (g) tidak terkenal langsung oleh regulasi dan dan pasarnya bersifat kompetitif.

Sementara Soegijono (2011) mengatakan bahwa pedagang kecil (petty trader) merupakan salah satu sektor informal. Sebagai sektor informal biasanya para pedagang tersebut hampir tidak memiliki aturan untuk berdagang.

Pedagang mama-mama asli Papua yang juga menjadi bagian dari pegiat sektor informal memanfaatkan sumber-sumber daya lokal sebagai sarana untuk mempertahankan eksistensinya di bidang perdagangan (jual beli). Namun sayangnya, mereka masih sangat kurang dalam hal keterampilan dan pengetahuan formal, sehingga mereka tidak mengalami perkembangan dalam kegiatan jual beli yang ditekuninya. Bahkan sebagian dari mereka tidak dapat meneruskan kegiatannya karena tidak mampu bersaing dengan pedagang pendatang dan tidak siap menghadapi modernisasi pasar.

M odal Sosial

(8)

M odal sosial yang efektif akan memunculkan kondisi saling membutuhkan di antara para pedagang maupun dengan pihak lain, namun juga harus ditunjang oleh rasa percaya yang kuat dari masing-masing pihak sesuai kesepakatan yang sudah menjadi norma dalam hubungan sosialnya. Putnam (Field 2010) mengatakan, bahwa modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial yang meliputi kepercayaan, norma, dan jaringan dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan yang terkoordinasi. M enurut Tonkiss (Aloysius Gunadi Brata, 2004) modal sosial barulah bernilai ekonomis kalau dapat membantu individu atau kelompok, misalnya untuk mengakses sumber-sumber keuangan mendapatkan informasi, menemukan peker-jaan, merintis usaha, dan meminimalkan biaya transaksi.

M odal sosial tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, baik dalam bentuk formal maupun informal. Dalam kehidupan bermasya-rakat akan tercipta sebuah relasi yang akan melahirkan kerjasama di antara individu maupun kelompok. Di dalam relasi dan kerjasama dituntut perilaku saling percaya yang kuat dan terbuka. Agar kerjasama dapat berjalan dalam jangka waktu yang lama, maka kesepakatan harus ditaati untuk menjamin keharmonisan. M enurut Geertz (1989), dalam suatu organisasi kerja, hubungan-hubungan kerja yang stabil hanya terdapat pada unsur-unsur yang menyangkut individu tersebut dalam menjalin hubungan kerja sama. Kerjasama merupakan langkah strategis untuk mempertahankan dan melanggengkan usaha, dan juga penting untuk menjaga efektivitas kelompok dalam jangka panjang (Brodt dan Korsgaard, 2003).

Pintu utama menjadi strategi pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan eksistensi dagangnya. Strategi ini menjadi cara paling tepat bagi mereka karena didukung oleh kondisi pasar secara fisik yang masih luas dan berada pada posisi yang strategis. Dalam proses kegiatan jual belinya telah tercipta ruang relasi yang akrab di antara penjual maupun pembeli yang memungkinkan terjadinya tawar-menawar di antara mereka. Hal ini dikemukakan Yamato (2011)1

(9)

bahwa kelebihan dari pasar tradisional adalah memiliki lokasi yang strategis, area penjualan yang luas, keragaman barang yang lengkap, memiliki harga yang rendah, serta sistem tawar-menawar yang menun-jukkan sikap kearaban antara penjual dan pembeli.

Pasar tradisional memberi peluang bagi pedagang atau penjual lebih leluasa dalam kegiatan jual belinya. Pasar tradisional dengan karakteristiknya memberi kesempatan yang lebih menguntungkan bagi para pedagang terutama pada aspek lokasi yang memberi ruang gerak yang lebih leluasa untuk kegiatan jual belinya. Dalam proses kegiatan jual beli, pasar tradisional juga mempunyai sisi positif yang lain, yaitu keragaman jenis barang jualan, harga barang yang terjangkau, adanya sistem tawar-menawar, serta terjadinya keakraban antara penjual dan pembeli. Beberapa keunggulan pasar tradisional tersebut mampu mempengaruhi para konsumen untuk datang dan berbelanja. Basri (2012) mengatakan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi banyak-nya pembeli yang datang ke pasar tradisional di antarabanyak-nya adalah: faktor kenyamanan (fasilitas, kebersihan, keamanan, dan lain sebagai-nya); ketersediaan barang dengan berbagai macam variasinya, kualitas barang (kesegaran sayur-mayur, ikan, daging, dan lain sebagainya); harga yang relatif lebih murah; dan adanya kesempatan untuk tawar-menawar.

(10)

Kerjasama

Strategi pintu utama bagi pedagang mama-mama asli Papua akan berjalan secara maksimal apabila ada kerjasama antara mama-mama dan anggota keluarga (suami atau anak). Kerjasama di antara anggota keluarga dalam proses kegiatan jual beli akan memperlancar kegiatan ekonomi yang dilakukan, karena di antara suami dan istri mempunyai peranan dan fungsi masing-masing baik menyangkut informasi, fasili-tas, maupun modal-modal lain yang lebih produktif (arisan, pelatihan, dan simpan pinjam) ke arah yang lebih efektif dan efisien. Kerjasama diantara anggota keluarga yang dimaksudkan antara lain: pembagian kerja antara suami, istri dan anak untuk mengurus kebun, mengambil hasil kebun dan membawanya sampai ke Pasar. Selain itu, mereka juga membagi kerja untuk mengurus rumah dan keluarga misalnya: pembagian tugas menyediakan makan keluarga, tugas bersih-bersih dan pembagian kerja lainnya di rumah. Namun harapan ini bagi pedagang mama-mama asli Papua khususnya di Pasar Remu dirasa kurang maksimal, karena sebagian dari anggota keluarga (terutama suami) belum berperan secara aktif dalam kegiatan jual beli yang dimaksud. Perilaku para suami ini dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan baik dari sisi tradisi maupun kemampuan akses terhadap faktor-faktor penunjang tersebut.

(11)

Ruang pasar dengan berbagai kegiatan dan perilaku dari para pedagang akan memberi peluang positif bagi para pedagang itu sendiri. Perilaku pedagang di berbagai kegiatan tersebut akan menciptakan transformasi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pedagang bukan hanya mencari manfaat keuntungan tetapi itu sebagai bagian dari momen menye-garkan pikiran dan semangat baru. M enurut M angkunegara (2003), perilaku konsumen adalah tindakan-tindaan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengam-bilan keputusan untuk mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan.

Keterlibatan Pemerintah

Pada bagian lain yang dirasa kurang oleh pedagang mama-mama asli Papua adalah keterlibatan pemerintah dalam hal permodalan dan sarana prasarana. Dibutuhkan sistem perbankan yang lebih sederhana agar pedagang pribumi (mama-mama asli Papua) lebih mudah meng-akses pinjaman modal usaha, sehingga usahanya cepat berkembang dan peningkatan pendapatan dapat tercapai secara maksimal. Di samping modal usaha, fasilitas tempat jualan dan alat transportasi juga menjadi hal penting dalam proses kegiatan jual beli yang dilakukan pedagang mama-mama asli Papua. Fasilitas atau sarana distribusi barang dari dan ke tempat jualan (pasar) yang belum lancar dan sulit secara tidak langsung menghambat pedagang mama-mama asli Papua untuk mem-pertahankan eksistensinya di bidang perdagangan. Kondisi ini menun-tut perhatian khusus pemerintah dalam menentukan kebijakan pasar sehingga pedagang mama-mama asli Papua mampu bertahan. Ife (2008) mengatakan bahwa, kebijakan-kebijakan aksi afirmatif2 atau

diskri-minasi positif mengakui keberadaan kelompok-kelompok yang dirugi-kan (kadang dinyatadirugi-kan secara spesifik dalam istilah-istilah struktural),

(12)

dan berupaya untuk memperbaiki keadaan ini dengan ‘mengubah aturan-aturan’ untuk menguntungkan kelompok yang dirugikan.

Kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua di ruang pasar menghadapi persaingan yang cukup tajam. Posisi kegiatan antara pedagang mama-mama asli Papua dengan pedagang pendatang mempu-nyai peluang dan kesempatan yang berbeda. Pedagang pendatang lebih berpeluang dan menguasai sebagian besar aset pasar baik secara fasilitas maupun posisi ruang pasar yang dianggap berpotensi untuk pengem-bangan kegiatan jual beli. Sementara pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) mempunyai peluang sangat sedikit terhadap fasilitas pasar yang layak dan memadai untuk pengembangan ekonomi atau kegiatan jual belinya. Pedagang mama-mama asli Papua (pribumi) merasa kurang diuntungkan, sehingga dalam aktivitas dagangnya mereka tidak mampu bersaing.

Gobay (2007) mengatakan bahwa, orang asli Papua selama ini tidak menguasai modal, tetapi hanya mengandalkan hidupnya dari usaha tradisional yang tidak mementingkan atau mengejar uang sebagai alat yang paling berpengaruh dalam urusan perekonomian. Karena itulah, sangat nampak adanya kesenjangan ekonomi antara orang pendatang dan orang asli Papua. Selain itu, kegiatan jual beli diantara para pedagang mempunyai cara masing-masing untuk mendapatkan bahan baku dalam berkegiatan jual beli. Pada bagian ini terjadi secara terbuka bagi para pedagang untuk berkreasi dan bekerja keras dalam memanfaatkan situasi dan peluang yang berkaitan dengan persediaan dan penggunaan bahan baku yang diperlukan oleh para pedagang dan konsumen. Pada posisi ini pun para pedagang mama-mama asli Papua sedikit mengalami kesulitan, dan kurang berakses secara luas terhadap peluang ekonomi yang lain.

(13)

sebab itu dengan berbagai kondisi yang kurang berpihak tersebut membuat para pedagang mama-mama asli Papua tidak dapat meman-faatkan peluang untuk pengembangan kegiatan ekonominya. Kenya-taan ini menimbulkan dua kelompok yang berbeda dalam ruang kegiatan ekonomi masyarakat, ada kelompok yang beruntung dan eksis pada ruang ekonomi tersebut, namun ada juga kelompok yang berada pada kondisi memprihatinkan. Kondisi ini seperti dikatakan oleh Kuba Nelson Victoria (Abraham, 1991), bahwa:

 M akin tinggi tingkat marginalitas individu atau kelas, makin besar dukungan gerakan-gerakan revolusioner oleh indi-vidu-individu atau kelompok-kelompok seperti itu;

 makin besar tingkat konflik terhadap sumber-sumber ekonomi dalam kelas-kelas sosial, makin besar dukungan mereka terhadap revolusi;

 makin rendah tingkat insititusionalisasi, makin besar dukungan gerakan-gerakan revolusioner.

Pernyataan Kuba Nelson Victoris merupakan sebuah peringatan dalam kehidupan bermasyarakat, baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Pada posisi ekonomi pedagang mama-mama asli Papua dan masyarakat pribumi pada umumnya mengalami kondisi yang sama. Sadar atau tidak, kenyataan ini terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan masyarakat pribumi. Kondisi ini cepat atau lambat akan menimbulkan kekuatan-kekuatan baru yang menuntut sebuah peru-bahan pada semua aspek kehidupan masyarakat. M enurut Gobay (2007), dominasi aset ekonomi di Papua berada di tangan para pendatang. Dominasi aset ekonomi tersebut dapat dilihat dalam tiga hal yaitu penguasaan modal, perampasan dan/atau penguasaan tanah dan penguasaan pasar. Dalam konteks ini, dapat dipahami bahwa ketika sebuah komunitas menguasai sumber ekonomi di wilayah tertentu, maka merekalah yang menguasai kehidupan orang di wilayah itu. Jadi, ketika orang pendatang menguasai atau mendominasi sumber ekonomi melalui ketiga indikator tersebut, maka mereka sesungguhnya mengu-asai hidup orang asli Papua.

(14)

peda-gang mama-mama asli Papua adalah motivasi untuk mempertahankan dan melakukan kegiatan ekonomi di pasar. Semangat dalam memperta-hankan kegiatan jual beli tentu didukung dengan cara-cara atau strategi yang tepat yang berkaitan dengan peluang-peluang yang ada, antara lain bagaimana cara mendapatkan barang dagangan dan bagaimana proses mendagangkan barang dagangannya. Namun per-saingan antara sesama pedagang pribumi tidak begitu nampak karena adanya tali persaudaraan yang masih sangat kuat. Daeng (2000) mengatakan bahwa, identitas tradisional ini dilingkari oleh batas primordial dalam wujud ikatan keluarga, desa, suku, dan agama.

Sisi positif yang lain adalah, pedagang mama-mama asli Papua memiliki kemampuan menarik pembeli dengan cara menurunkan harga barang, membeli dalam jumlah banyak diberikan potongan harga, melayani pembeli dengan baik dan sabar, serta memberi bonus tambahan pada pembelian barang tertentu. M enurut Kotler dan Amstrong (2001), harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk produk atau jasa, sedangkan harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah, manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang dan jasa. Sementara M owen (2002) mengatakan, kualitas pelayanan merupakan evaluasi konsumen tentang kesempurnaan kinerja layanan. Kualitas pelayanan bersifat dinamis yaitu berusaha menurut tuntutan pelanggan. Beberapa cara ini merupakan perilaku pedagang mama-mama asli Papua dalam proses berjualan secara terbuka di pasar. Perilaku ini juga merupakan hasil dari proses persaingan secara tidak langsung pada kegiatan jual beli di pasar.

(15)

berdagang; kurangnya dukungan kebijakan pemerintah; tidak adanya kemampuan mengelola uang untuk tujuan produktif; jenis barang dagangan (komoditi) yang dijual hanya hasil alam; kurangnya relasi dengan pedagang pendatang, serta kurangnya modal yang cukup untuk pengembangan usahanya.

Sisi negatif yang lain adalah, sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua memiliki pemikiran bahwa jenis barang dagangan yang dijual masih dimanjakan oleh alam. Jenis barang dagangan itu dapat diperoleh dari hasil kebun sendiri atau membeli dari orang lain sehingga mereka hanya berpikir untuk laris terjual saja. Di sisi lain pedagang mama-mama asli Papua merasa bahwa sebagai orang asli Papua (pribumi), tentu tidak begitu sulit untuk memperoleh akses terhadap kebutuhan hidup. Oleh sebab itu kegiatan ekonomi yang dilakukan lebih berorientasi pada desakan kebutuhan hidup keluarga saja, bukan untuk pengembangan kegiatan ekonomi di pasar.

Strategi untuk M endapatkan M odal Jualan (M odal Usaha)

(16)

membayar angsuran, maka diberikan kesempatan pada hari berikutnya dengan tidak mengurangi jumlah pengembalian pada hari sebelumnya.

Secara administratif, koperasi simpan pinjam memiliki cara yang lebih sederhana dibandingkan lembaga perbankan formal. Namun pinjaman yang berbentuk kredit ini lebih mirip rentenir (pinjaman jangka pendek dengan bunga tinggi), sehingga hal ini mempengaruhi pengelolaan pendapatan hasil jualan. Antara pengeluaran dan pendapatan tidak seimbang, sehingga pedagang tidak memiliki modal untuk pengembangan usaha. Sebagaimana Pandu Suharto (1991), mengatakan bahwa, lebih mudah dan cepat, sumber keuangan yang paling sering dikunjungi adalah rentenir. Sedangkan menurut Eddy Priyono (1998) dan Adi Sasono (1999) bahwa, ada banyak lembaga finansial formal dan informal, namun karena operasinya bertumpu pada regulasi dan prosedur formal dengan menggunakan aplikasi yang hanya mampu diakses oleh masyarakat dengan pendidikan yang rendah, maka kredit-kredit semacam ini umumnya gagal memenuhi kebutuhan modal kerja usaha bakul (pedagang).

Sumber modal yang tidak sulit secara administrasi merupakan pilihan utama bagi sebagian besar pedagang kecil, karena pedagang kecil ingin memperoleh modal dengan cara mudah dan cepat. Secara umum pedagang kecil selalu mempunyai akses yang sangat kurang terhadap modal, hal ini dikatakan oleh Revrisond Baswir (1997), bahwa salah satu masalah besar yang umum dihadapi oleh usaha kecil dan mikro adalah keterbatasan akses sumber daya modal. Gunawan Sumodiningrat (1998) mengatakan bahwa masyarakat lapisan bawah pada umumnya dipandang oleh banyak pihak, tidak memenuhi kualifikasi perbankan.

(17)

keluarga atau kenalan; pinjaman dari pensuplai bahan baku dalam bentuk pembayaran belakangan; uang dalam bentuk pembayaran di muka (sebagian atau seluruhnya) dari pembeli; pinjaman dari peda-gang; sampai dengan bagian keuntungan yang diinvestasikan. Dua sumber modal usaha inilah yang digunakan oleh sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua untuk mempertahankan kegiatan ekonomi di pasar dan untuk pendapatan keluarganya.

(18)

mudah dimasuki oleh mereka yang berpendidikan rendah dan tidak memiliki keterampilan cukup. Ketiga, besar kecilnya resiko usaha. Bidang pertanian yang menjadi andalan penduduk pedesaan sangat tergantung pada musim yang dapat berubah-ubah dan gangguan lain seperti hama penyakit, bencana alam dan lain sebagainya. Usaha bakulan di pasar tradisional selain dapat dijagake (diandalkan) dan ajeg (teratur), dari segi resiko juga relatif kecil karena bisa berdagang hampir tanpa modal. Keempat, tekanan struktural yang berasal dari lingkungan mereka. Karena tidak memiliki tanah yang memberi daya dukung bagi keberlangsuangan kehidupan keluarga, menyebabkan perempuan cenderung bekerja di sektor perdagangan daripada sektor pertanian sebagai buruh atau petani gurem misalnya. Lagipula dengan adanya revolusi hijau yang mendorong mekanisasi dalam bidang pertanian mulai dari menyiapkan tanah sampai memetik hasilnya telah menggeser sejumlah besar tenaga kerja perempuan dari sektor pertani-an di pedesapertani-an. Tenaga kerja menyipertani-angi rumput di sawah (matun) atau panen padi dengan ani-ani telah digantikan dengan cara-cara yang lebih modern. Demikian juga pengolahan padi menjadi beras yang di masa lalu dilakukan dengan ditumbuk di lesung digantikan oleh mesin huller. Kelima, berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan pribadi perempuan. Alasan untuk berusaha di sektor perdagangan ini adalah keinginan kaum perempuan sendiri untuk meningkatkan bargaining position-nya, baik dihadapan suami, anak-anaknya, ataupun sesama perempuan.

Kesimpulan

(19)

konsumen dan kondisi pasar. Di samping itu sebagian besar pedagang mama-mama asli Papua dalam mempertahankan hidup dan kegiatan ekonominya di pasar dilakukan secara mandiri tanpa ada keterlibatan pemerintah, utamanya pada modal dan informasi pembinaan keteram-pilan yang berkaitan dengan perdagangan.

(20)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan jadwal yang tertera dalam SPSE dan sehubungan dengan akan dilaksanakannya pembuktian kualifikasi kepada peserta seleksi umum paket pekerjaan Jasa

melakukan seks pranikah adalah: kurang mampu mengontrol dorongan yang ada dalam diri, self esteem yang rendah, self concept yang negatif, mudah dipengaruhi lingkungan, tertutup,

Pada w indow Direct ories, klik t om bol dan brow se alam at penyim panan folder Com Port Anda... Pada w indow Direct ories, akan berubah sepert

Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini... Penulis menyadari tiada satupun

Memori kerja yang semula tidak bekerja, subyek tidak mengingat akan hal-hal yang terjadi pada dirinya, sering mengamuk, sering berbicara sendiri, bicara ngelantur, tertawa

Pada buah-buahan atau bahan pangan asam yang dikemas dalam kaleng yang telah rusak atau cacat, atau jenis kalengnya tidak cocok dengan produk yang dikalengkan.

Penyedia yang mendaftar untuk mengikuti Pelelangan sederhana sebanyak 13 (tiga

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah tanggal 27 juni 2014 terhadap pengumuman pemenang seleksi umum untuk paket pekerjaan Pengadaan Inventarisasi dan Revaluasi/