• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN DAN OPERASI SISTEM JARINGAN IRIGASI DI KABUPATEN DATI II GUNUNG KIDUL 0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN DAN OPERASI SISTEM JARINGAN IRIGASI DI KABUPATEN DATI II GUNUNG KIDUL 0"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

18 A. Deskripsi Peranan P3A

1. Deskripsi Daerah a. Letak Daerah

DI Simo terletak di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul. Jarak tempuh DI Simo ke pusat pemerintahan Kecamatan Ponjong menempuh jarak 1 km. Jarak tempuh DI Simo ke pusat pemerintahan kabupaten menempuh jarak ± 18 km. DI Simo terletak pada posisi 0706613911 LS dan 1100 411 411 BT dengan ketinggian rata-rata ± 180 m di atas permukaan laut.

b. Luas Daerah

Kecamatan Ponjong mempunyai luas wilayah 451,0000 Ha. Dari luas itu terdiri dari : 105,5000 Ha areal pemukiman, 34,6750 Ha areal bangunan umum, 163,3110 Ha areal persawahan, 100,2430 Ha areal ladang tegalan, 2,9210 Ha areal perkebunan rakyat, 4,5100 Ha areal padang rumput, 25,500 Ha areal hutan , 2,1400 Ha areal sarana dan prasarana olah raga, 7,6250 Ha areal perikanan air tawar dan 5,0000 Ha merupakan daerah tangkapan air (catchmant area).

c. Tata Guna Lahan

(2)

rumput 4,5100 Ha dan luas hutan rakyat 2,9210 Ha. Kecamatan Ponjong merupakan lumbung pangan di daerah Gunungkidul sebab sebagian besar dari Kecamatan Ponjong areal persawahan yang menghasilkan bahan pangan berupa beras. Sebagaian besar masyarakat Ponjong bermata pencaharian sebagai petani. Dari Monografi 2001 luas areal persawahan lebih luas dibandingkan luas lahan untuk kepentingan yang lain.

d. Kondisi Hidrologis

Sumber air Kecamatan Ponjong adalah air tanah dan air hujan atau air sungai. Untuk memenuhi kebutuhan air minum menggunakan sumber air tanah yang dibuat sumur-sumur pompa, sedangkan untuk keperluan irigasi menggunakan air sungai. Sungai yang dipakai untuk memenuhi keperluan irigasi adalah Sungai Umbulrejo melalui Bendung Simo. Untuk lebih jelas kondisi Bendung Simo dengan aliran irigasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Bend unga

n S imo

Kali Beto

n Salur

an In duk

Simo

A ra h S e la ta n Karang Mojo Ponjong Ngawis Ngunut 36 32 33 34 35 29 30 31 28 27 26 25 24 23 20 21 22 19 18 17 16 15 14 13 12 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N S E W Kontor Irigasi

(3)

2. Deskripsi Data Variabel Pengelolaan

Pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pengelolaan dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (tendency central). Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi penghitungan rerata (mean), Nilai tengah

(median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (SD), skor minimun, dan skor maksimum serta indentifikasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pengelolaan terdiri dari dua indikator variabel yang terdiri dari pengumpulan data irigasi dan pengelolaan lahan. Pendeskripsian data dilakukan per indikator kemudian dideskripsikan dalam satu variabel. Berikut deskripsi data hasil penelitian dengan variabel pengelolaan dengan indikator variabel.

a. Pengumpulan Data Irigasi

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 15,32, Median =13,71, Modus = 13,00, Simpangan Baku (SD) = 3,24, Nilai Minimum = 9 dan Nilai Maksimum = 20. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 (halaman 99).

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengumpulan Data Irigasi

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1. 8,5-11,5 21 12,57%

2. 11,5-14,5 85 50,90%

(4)

4. 17,5-20,5 48 28,74%

5. 20,5-23,5 0 0%

Distribusi frekuensi variabel Pengumpulan Data Irigasi disajikan pada grafik histogram berikut ini:

21

85

13

48

0 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

8,5 11,5 14,5 17,5 20,5 23,5

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Pengumpulan Data Irigasi Pada variabel Pengumpulan Data Irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 20 dan skor terendah ideal sebesar 5. Mean ideal yang diperoleh adalah 12,5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 2,5. Dengan demikian skor Pengumpulan Data Irigasi dapat digolongkan dalam tabel berikut :

Tabel 6. Penggolongan Skor Pengumpulan Data Irigasi

Kelas Interval Kategori

16,25 Ke atas Tinggi

12,5 - 16,25 Sedang

8,75 - 12,5 Kurang

(5)

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Pengumpulan Data Irigasi dari 167 responden cenderung sedang. Menurut ketentuan yang ditetapkan, data tingkat Pengumpulan Data Irigasi dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pengumpulan Data Irigasi Kelas Interval Kategori N Persentase

16,25 Keatas Tinggi 51 30,5%

12,5 - 16,25 Sedang 95 56,9%

8,75 - 12,5 Kurang 21 12,6%

Dibawah 8,75 Rendah 0 0%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 51 orang responden (30,5%) tergolong memiliki tingkat Pengumpulan Data Irigasi yang tinggi, 95 (56,9%) responden tergolong sedang, 21 (13,6%) responden tergolong kurang, dan 0 (0%) responden tergolong memiliki tingkat Pengumpulan Data Irigasi yang rendah. Untuk lebih jelas dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

51

95

21 0

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

(6)

b. Pengelolaan Lahan

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 13,79, Median =13,69, Modus = 13, Simpangan Baku (SD) =3,91, Nilai Minimum =6 dan Nilai Maksimum = 20. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 (halaman100).

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Pengelolaan Lahan

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1. 5,5-8,5 13 7,78%

2. 8,5-11,5 18 10,78%

3 11,5-14,5 72 43,11%

4. 14,5-17,5 22 13,17%

5. 17,5-20,5 42 25,15%

Jumlah 167 100%

Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel Pengelolaan Lahan disajikan pada grafik histogram berikut ini:

13 18

72

22

42

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

k

u

e

n

s

i

K las Interval

5,5 8,5 11,5 14,5 17,5 20,5

(7)

Pada variabel Pengelolaan Lahan diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 20 dan skor terendah ideal sebesar 5. Mean ideal yang diperoleh adalah 12,5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 2,5. Dengan demikian skor Pengelolaan Lahan dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 9. Penggolongan Skor Pengelolaan Lahan

Kelas Interval Kategori

16,25 Ke atas Tinggi

12,5 - 16,25 Sedang

8,75 - 12,5 Kurang

Di bawah 8,75 Rendah

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Pengelolaan lahan dari 167 responden cenderung kurang. Menurut ketentuan yang ditetapkan, data tingkat Pengelolaan responden lahan dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 10. Kategori Tingkat Pengelolaan Lahan

Kelas Interval Kategori N Persentase

16,25 Keatas Tinggi 46 27,5%

12,5 - 16,25 Sedang 27 16,2%

8,75 - 12,5 Kurang 81 48,5%

Dibawah 8,75 Rendah 13 7,8%

(8)

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 46 orang responden (27,5%) tergolong memiliki tingkat Pengelolaan Lahan yang tinggi, 27 (16,2%) responden tergolong sedang, 81 (48,5%) responden tergolong kurang, dan 13 (7,8%) responden tergolong memiliki tingkat Pengelolaan Lahan yang rendah. Untuk Lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

4 6

2 7 8 1

1 3

T in g g i S e d a n g Ku r a n g Re n d a h

Gambar 7. Digram Pie Kategori Tingkat Pengelolaan Lahan

c. Pengelolaan

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 29,11, Median =25,68, Modus = 23, Simpangan Baku (SD) =7,09, Nilai Minimum =15 dan Nilai Maksimum = 40. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 16 (halaman 101).

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pengelolaan

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1. 14,5-20,5 17 10,18%

2. 20,5-26,5 77 46,11%

3 26,5-32,5 22 13,17%

4. 32,5-38,5 23 13,77%

5 38,5-44,5 28 16,77%

Jumlah 167 100,00%

(9)

17

77

22 23

28

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

14,5 20,5 26,5 32,5 38,5 44,5

Gambar 8. Histogram Distribusi Frekuensi Pengelolaan

Pada variabel Pengelolaan diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 40 dan skor terendah ideal sebesar 10. Mean ideal yang diperoleh adalah 25 dan Standar Deviasi Ideal adalah 5. Dengan demikian skor Pengelolaan dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 12. Penggolongan Skor Pengelolaan

Kelas Interval Kategori

32,5 Ke atas Tinggi

25 - 32,5 Sedang

17,5 - 25 Kurang

Di bawah 17,5 Rendah

(10)

yang ditetapkan, data tingkat pengelolaan dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 13. Kategori Tingkat Pengelolaan

Kelas Interval Kategori N Persentase

32,5 Keatas Tinggi 51 30,5%

25 - 32,5 Sedang 93 55,7%

17,5 - 25 Kurang 10 6%

Dibawah 17,5 Rendah 13 7,8%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 51 orang responden (30,5%) tergolong memiliki tingkat Pengelolaan yang tinggi, 93 (55,7%) responden tergolong sedang, 10 (6%) responden tergolong kurang, dan 13 (7,8%) responden tergolong memiliki tingkat Pengelolaan yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

51

93

10 13

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

(11)

3. Deskripsi Pengoperasian Jaringan Irigasi

Pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pengoperasian jaringan irigasi dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (tendency central). Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi penghitungan rerata

(mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (SD), skor minimun, dan skor maksimum serta indentifikasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pengoperasian jaringan irigasi terdiri dari 6 indikator variabel yang terdiri dari pembagian air, pola tanam, bangunan bendung, kantong lumpur, bangunan sadap bagi, bangunan pengukur debit. Pendeskripsian data dilakukan per indikator dan dideskripsikan dalam satu variabel. Berikut deskripsi data hasil penelitian variabel pengoperasian jaringan irigasi dengan indikator variabel.

a. Pembagian Air

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 12,83, Median =12,24, Modus = 12, Simpangan Baku (SD) =2,29, Nilai Minimum = 9 dan Nilai Maksimum = 16. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 102).

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Pembagian Air

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 8,5-9,5 18 10,78%

2 9,5-10,5 10 5,99%

(12)

4 11,5-12,5 71 42,51%

5 12,5-13,5 8 4,79%

6 13,5-14,5 0 0%

7 14,5-15,5 20 11,98%

8 15,5-16,5 37 22,16%

Jumlah 167 100%

Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel Pembagian Air dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

18

10 3

71

8

0 20

37

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5 14,5 15,5 16,5

Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Pembagian Air

(13)

Tabel 15. Penggolongan Skor Pembagian Air

Kelas Interval Kategori

13 Ke atas Tinggi

10 - 13 Sedang

7 - 10 Kurang

Di bawah 7 Rendah

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Pembagian Air dari 167 responden cenderung sedang. Menurut ketentuan yang ditetapkan, data pembagian air dikategorikan seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 16. Kategori Tingkat Pembagian Air

Kelas Interval Kategori N Persentase

13 Keatas Tinggi 65 38,9%

10 - 13 Sedang 84 50,3%

7 - 10 Kurang 18 10,8%

Dibawah 7 Rendah 0 0%

Jumlah 167 100,00%

(14)

65

84

18 0

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

Gambar 11. Diagram Pie Kategori Tingkat Pembagian Air

b. Pola Tanam

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 9,97, Median =8,13, Modus = 6, Simpangan Baku (SD) =4,87, Nilai Minimum = 5 dan Nilai Maksimum = 20. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 103).

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Pola Tanam

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 4,5-8,5 92 0%

2 8,5-12,5 28 13,77%

3 12,5-16,5 24 14,37%

4 16,5-20,5 23 16,77%

5 20,5-24,5 0 55,09%

Jumlah 167 100%

(15)

92

28

24 23

0 0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

4,5 8,5 12,5 16,5 20,5 24,5

Gambar 12. Histogram Distribusi Frekuensi Pola Tanam

Pada variabel Pola Tanam diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 20 dan skor terendah ideal sebesar 5. Mean ideal yang diperoleh adalah 12,5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 2,5. Dengan demikian skor Pola Tanam dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 18. Penggolongan Skor Pola Tanam

Kelas Interval Kategori

16,25 Ke atas Tinggi

12,5 - 16,25 Sedang

8,75 - 12,5 Kurang

Di bawah 8,75 Rendah

(16)

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Pola Tanam

Kelas Interval Kategori N Persentase

16,25 keatas Tinggi 23 13,8%

12,5 - 16,25 Sedang 24 14,4%

8,75 - 12,5 Kurang 28 16,8%

Dibawah 8,75 Rendah 92 55,1%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 23 (13,8%) orang responden tergolong memiliki tingkat pola tanam yang tinggi, 24 (14,4%) responden tergolong sedang, 28 (16,8%) responden tergolong kurang, dan 92 (55,1%) responden tergolong memiliki tingkat pola tanam yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

23

24

28 92

T in g g i Se d an g Ku r an g Re n d ah

Gambar 13. Diagram Pie Kategori Tingkat Pola Tanam

c. Bangunan Bendung

(17)

Nilai Maksimum = 16,00. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 104).

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Bangunan Bendung

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 6,5-8.5 13 7,78%

2 8,5-10,5 10 5,99%

3 10,5-12,5 17 10,18%

4 12,5-14,5 4 2,40%

5 14,5-16,5 123 73,65%

Jumlah 167 100%

Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel bangunan bendung dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

13 10 17

4

123

0 20 40 60 80 100 120 140

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

6,5 8,5 10,5 12,5 14,5 16,5

Gambar 14. Histogram Distribusi Frekuensi Bangunan Bendung

(18)

Standar Deviasi Ideal adalah 1. Dengan demikian skor Bangunan Bendung dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 21. Penggolongan Skor Bangunan Bendung

Kelas Interval Kategori

13 Ke atas Tinggi

10 - 13 Sedang

7 - 10 Kurang

Di bawah 7 Rendah

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Bangunan Bendung dari 167 responden cenderung tinggi. Menurut ketentuan yang ditetapkan, data tingkat bangunan bendung seperti pada tabel berikut ini : Tabel 22. Distribusi Frekuensi Bangunan Bendung

Kelas Interval Kategori N Persentase

13 Keatas Tinggi 127 76%

10 - 13 Sedang 19 11,4%

7 - 10 Kurang 21 12,6%

Dibawah 7 Rendah 0 0%

Jumlah 167 100,00%

(19)

127 19

21 0

Tinggi

Se dang

Kurang

Re ndah

Gambar 15. Diagram Pie Kategori Tingkat Bangunan Bendung

d. Kantong Lumpur

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 5,71, Median =5,96, Modus = 6, Simpangan Baku (SD) =1,42, Nilai Minimum = 3 dan Nilai Maksimum = 8. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 105).

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Kantong Lumpur

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2,5-3,5 18 10,78%

2 3,5-4,5 23 13,77%

3 4,5-5,5 6 3,59%

4 5,5-6,5 80 47,90%

5 6,5-7,5 23 13,77%

6 7,5-8,5 17 10,18%

(20)

Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel Kantong Lumpur dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

18

23

6

80

23

17

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

2,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5 8,5

Gambar 16. Histogram Distribusi Frekuensi Kantong Lumpur

Pada variabel Kantong Lumpur diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 8 dan skor terendah ideal sebesar 2. Mean ideal yang diperoleh adalah 5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 1. Dengan demikian skor Kantong Lumpur dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 24. Penggolongan Skor Kantong Lumpur

Kelas Interval Kategori

6,5 Ke atas Tinggi

5 - 6,5 Sedang

3,5 - 5 Kurang

Di bawah 3,5 Rendah

(21)

ditetapkan, data tingkat Kantong Lumpur dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Kantong Lumpur

Kelas Interval Kategori N Persentase

6,5 Keatas Tinggi 40 24%

5 - 6,5 Sedang 86 51,5%

3,5 - 5 Kurang 23 13,8%

Dibawah 3,5 Rendah 18 10,8%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 40 (24%) orang responden tergolong memiliki tingkat Kantong Lumpur yang tinggi, 86 (51,5%) responden tergolong sedang, 23 (13,8%) responden tergolong kurang, dan 18 (10,8%) responden tergolong memiliki tingkat Kantong Lumpur yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

40

86 23

18

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

(22)

e. Bangunan Sadap Bagi

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 6,59, Median = 6,34, Modus = 6, Simpangan Baku (SD) = 1,36, Nilai Minimum = 3 dan Nilai Maksimum = 8. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 106).

Tabel 26. Distribusi Frekuensi Bangunan Sadap Bagi

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2,5-3,5 3 1,8%

2 3,5-4,5 15 8,98%

3 4,5-5,5 3 1,80%

4 5,5-6,5 74 44,31%

5 6,5-7,5 4 2,40%

6 7,5-8,5 68 40,72%

Jumlah 167 100%

(23)

3

15

3

74

4

68

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

2,5 3,5 4,5 5,5 6,5 7,5 8,5

Gambar 18. Histogram Distribusi Frekuensi Bangunan Sadap Bagi

Pada variabel Bangunan Sadap Bagi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 8 dan skor terendah ideal sebesar 2. Mean ideal yang diperoleh adalah 5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 1. Dengan demikian skor Bangunan Sadap Bagi dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 27. Penggolongan Skor Bangunan Sadap Bagi

Kelas Interval Kategori

6,5 Ke atas Tinggi

5 - 6,5 Sedang

3,5 - 5 Kurang

Di bawah 3,5 Rendah

(24)

Tabel 28. Distribusi Frekuensi Sadap Bagi

Kelas Interval Kategori N Persentase

13 keatas Tinggi 72 43,1%

10 - 13 Sedang 77 46,1%

7 - 10 Kurang 15 9%

Dibawah 7 Rendah 3 1,8%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 28 di atas menunjukkan bahwa dari 167 responden, 72 (43,1%) orang responden tergolong memiliki tingkat Bangunan Sadap Bagi yang tinggi, 77 (46,1%) responden tergolong sedang, 15 (9%) responden tergolong kurang, dan 3 (1,8%) responden tergolong memiliki tingkat Bangunan Sadap Bagi yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

72

77

15 3

Tinggi

Sedang

Kurang

Rendah

Gambar 19. Diagram Pie Kategori Tingkat Bangunan Sadap Bagi f. Bangunan Pengukur Debit

(25)

Maksimum = 12. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 107).

Tabel 29. Distribusi Frekuensi Bangunan Pengukur Debit

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2,5-4,5 8 4,79%

2 4,5-6,5 83 49,70%

3 6,5-8,5 30 17,96%

4 8,5-10,5 23 13,77%

5 10,5-12,5 23 13,77%

Jumlah 167 100%

Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel Bangunan Pengukur Debit dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

8

83

30

23 23

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

2,5 4,5 6,5 8,5 10,5 12,5

Gambar 20. Histogram Distribusi Frekuensi Bangunan Pengukur Debit

(26)

7,5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 1,5. Dengan demikian skor Bangunan Pengukur Debit dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 30. Penggolongan Skor Bangunan Pengukur Debit

Kelas Interval Kategori

9,75 Ke atas Tinggi

7,5 - 9,75 Sedang

5,25 - 7,5 Kurang

Di bawah 5,25 Rendah

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Bangunan Pengukur Debit dari 167 responden cenderung kurang. Menurut ketentuan yang ditetapkan, data tingkat pengoperasian bangunan pengukur debit dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 31. Distribusi Frekuensi Pengukur Debit

Kelas Interval Kategori N Persentase

13 Keatas Tinggi 38 22,8%

10 - 13 Sedang 28 16,8%

7 - 10 Kurang 53 31,7%

Dibawah 7 Rendah 48 28,7%

Jumlah 167 100,00%

(27)

Pengukur Debit yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

38

28

53 48

Tinggi

Se dang

Kurang

Re ndah

Gambar 21. Diagram Pie Kategori Tingkat Bangunan Pengukur Debit g. Pengoperasian Jaringan Irigasi

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 56,60, Median = 56,57, Modus = 57, Simpangan Baku (SD) =13,72, Nilai Minimum = 30 dan Nilai Maksimum = 80. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 (halaman 108).

Tabel 32. Distribusi Frekuensi Pengoperasian Jaringan Irigasi

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 29,5-40,5 21 12,57%

2 40,5-51,5 33 19,76%

3 51,5-62,5 64 38,32%

4 62,5-73,5 26 15,57%

5 73,5-84,5 23 13,77%

Jumlah 167 100%

(28)

21

33

64

26

33

0 10 20 30 40 50 60 70

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

29,5 40,5 51,5 62,5 73,5 84,5

Gambar 22. Histogram Distribusi Frekuensi Pengoperasian Jaringan Irigasi

Pada variabel Pengoperasian Jaringan Irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 80 dan skor terendah ideal sebesar 20. Mean ideal yang diperoleh adalah 50 dan Standar Deviasi Ideal adalah 10. Dengan demikian skor Pengoperasian Jaringan Irigasi dapat digolongkan sebagai berikut :

Tabel 33. Penggolongan Skor Pengoperasian Jaringan Irigasi

Kelas Interval Kategori

65 Ke atas Tinggi

50 - 65 Sedang

35 - 50 Kurang

Di bawah 35 Rendah

(29)

Tabel 34. Distribusi Frekuensi Pengoperasian Jaringan Irigasi

Kelas Interval Kategori N Persentase

65 keatas Tinggi 48 28,7%

50 - 65 Sedang 72 43,1%

35 - 50 Kurang 39 23,4%

Dibawah 35 Rendah 8 4,8%

Jumlah 167 100,00%

Tabel 34 di atas menunjukan bahwa dari 167 responden, 48 (28,7%) responden tergolong memiliki tingkat Pengoperasian Jaringan Irigasi yang tinggi, 72 (43,1%) responden tergolong sedang, 39 (23,4%) responden tergolong kurang, dan 8 (4,8%) responden tergolong memiliki tingkat Pengoperasian Jaringan Irigasi yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan grafik pie sebagai berikut :

48

72 39

8

Tinggi

Se dang

Kurang

Re ndah

(30)

B. Deskripsi Tata cara Pemeliharaan 1. Deskripsi Daerah

a. Letak Daerah

Daerah Irigasi Simo terletak di Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya pada dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Daerah Irigasi Simo terletak pada posisi 0706613911 LS dan 1100411411 BT dengan ketinggian rata-rata ± 180 m di atas permukaan laut. Luas areal oncoran 967 Ha, dengan sumber air dari sungai Beton dengan Intake Kiri.

b. Luas Daerah

Luas areal D.I Simo berdasarkan data dari skema jaringan seluas 967,00 Ha (Dinas Pengairan Gunungkidul 2000)

c. Batas Wilayah

Berdasarkan batas administrasi, batas wilayah D.I Simo terhadap wilayah lain adalah sebagai berikut :

1. Batas utara berbatasan dengan Desa Umbulrejo , Kecamatan Ponjong. 2. Batas timur berbatasan dengan Desa Sumbergiri , Kecamatan Ponjong. 3. Batas selatan berbatasan dengan Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong. 4. Batas barat berbatasan dengan Desa Karangmojo, Kecamatan

Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul.

d. Kondisi Hidrologis

(31)

Bend unga

n Si mo Kali Beto n Salu ran Indu

[image:31.595.119.498.112.298.2]

k Si mo A ra h S e la ta n Karang Mojo Ponjong Ngawis Ngunut 36 32 33 34 35 29 30 31 28 27 26 25 24 23 20 21 22 19 18 17 16 15 14 13 12 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N S E W Kontor Irigasi

Gambar 3. Bendungan Simo dan Saluran irigasi (Sumber Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul 2000) 4. Deskripsi Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (tendency sentral).

Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi penghitungan Rerata (Mean),

Nilai tengah (Median), Nilai yang sering muncul (Modus), Simpangan Baku (SD), Skor Minimun dan Skor Maksimum serta indentifkasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pengelolaan terdiri dari dua indikator variabel yang terdiri dari pengumpulan data irigasi dan pengelolaan lahan. Untuk pendeskripsian data, dideskripsikan tiap indikator kemudian dideskripsikan dalam satu variabel. Berikut deskripsi data hasil penelitian dengan variabel pengelolaan dengan indikator variabel.

a. Pemeliharaan Rutin

(32)

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan rutin disajikan pada grafik histogram berikut ini:

14.46

0 1.81 0

36.75

6.63 7.23 7.23 25.9

0 5 10 15 20 25 30 35 40

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

7,5 8,5 9,5 10,5 11,5 12,5 13,5 14,5 15,5 16,5

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Rutin

Pada variabel pemeliharaan rutin diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 16 dan skor terendah ideal sebesar 4. Mean ideal yang diperoleh adalah 10 dan Standar Deviasi Ideal adalah 2. Dengan demikian skor pemeliharaan rutin dapat digolongkan sebagai berikut :

13 Ke atas sangat baik

10 - 13 cukup baik

7 - 10 kurang baik

Di bawah 7 sangat tidak baik

[image:32.595.221.402.193.316.2]

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel pemeliharaan rutin dari seluruh responden ialah sangat baik. Data tingkat pemeliharaan rutin dikategorikan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Rutin Kelas Interval Persentase

13 Ke atas 47,0%

10 - 12,9 38,6%

7 - 10,9 14,5%

(33)

Tabel 4 menunjukkan bahwa 47,0% tergolong memiliki tingkat pemeliharaan rutin yang sangat baik, 38,6% cukup baik, 14,5% kurang baik, dan 0% sangat tidak baik.

b. Pemeliharaan Berkala

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 11,13; Median =12,03; Modus = 15,50; SD = 1,85; Nilai Minimum = 6 dan Nilai Maksimum = 15. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel pemeliharaan berkala disajikan pada grafik histogram berikut ini:

0.6

22.89

9.64

63.25

3.61

0 10 20 30 40 50 60 70

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

[image:33.595.191.428.398.574.2]

5,5 7,5 9,5 11,5 13,5 15,5

Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Berkala

(34)

13 Ke atas sangat baik

10 - 12,9 cukup baik

7 - 9,9 kurang baik

Di bawah 6,9 sangat tidak baik

[image:34.595.201.423.306.381.2]

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel Pemeliharaan Berkala dari seluruh responden cukup baik.

Tabel 5. Kategori Tingkat Pemeliharaan Berkala Kelas Interval Persentase

13 Ke atas 10,8%

10 - 12,9 65,7%

7 - 9,9 22,9%

Di bawah 6,9 0,6%

Tabel 5 menunjukan bahwa dari seluruh responden, 10,8% memiliki tingkat pemeliharaan berkala yang sangat baik, 65,7% cukup baik, 22,9% kurang baik, dan 0,6% sangat tidak baik.

c. Pemeliharaan Tiba-tiba

(35)

16.87

2.41 26.51

38.55

15.66

0 5 10 15 20 25 30 35 40

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

[image:35.595.208.432.130.276.2]

3,5 4,5 5,5 6,5 7,5 8,5

Gambar 6. Histogram Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Tiba-tiba

Pada variabel pemeliharaan tiba-tiba diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 8 dan skor terendah ideal sebesar 2. Mean ideal yang diperoleh adalah 5 dan Standar Deviasi Ideal adalah 1.Dengan demikian skor pemeliharaan tiba-tiba dapat digolongkan sebagai berikut :

6 Ke atas Tinggi

5 - 5,9 Cukup

4 - 4,9 Kurang

Di bawah 3,9 Sedang

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator variabel Pemeliharaan Tiba-tiba dari seluruh responden sangat baik.

Tabel 6. Kategori Tingkat Pemeliharaan Tiba-tiba. Kelas Interval Persentase

6 Ke atas 54,2%

5 - 5,9 28,9%

4 - 4,9 16,9%

[image:35.595.194.407.440.497.2]
(36)

Tabel 6 di atas menunjukan bahwa dari seluruh responden, 54,2% sangat baik, 28,9% cukup baik, 16,9% kurang baik, dan 0% responden tergolong memiliki tingkat pemeliharaan tiba-tiba yang sangat tidak baik.

d. Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 30,32, Median = 30,44, Modus = 29,50, SD = 5,15, Nilai Minimum = 20 dan Nilai Maksimum = 39. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi dan persentase skor pemeliharaan jaringan irigasi dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

16.87

3.01

40.96 86.75

13.25

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

[image:36.595.201.437.413.566.2]

19,5 23,5 27,5 31,5 35,5 39,5

Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Jaringan Irigasi Pada variabel pemeliharaan jaringan irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 40 dan skor terendah ideal sebesar 10. Mean ideal yang diperoleh adalah 25 dan Standar Deviasi Ideal adalah 5.

32 Ke atas sangat baik

25 - 31,9 cukup baik

17 - 24,9 kurang baik

(37)
[image:37.595.193.432.223.298.2]

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator variabel pemeliharaan jaringan irigasi dari seluruh responden cenderung cukup baik.

Tabel 7. Kategori Tingkat Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Kelas Interval Persentase

32 keatas 34,9%

25 - 32,9 47,0%

17 - 24,9 18,1%

Dibawah 16,9 0%

Tabel 7 menunjukan bahwa dari seluruh responden, 34,9% memiliki tingkat pemeliharaan jaringan irigasi yang sangat baik, 47,0% cukup baik, 18,1% kurang baik, dan 0% sangat tidak baik.

5. Deskripsi Peran Serta Pengurus Persatuan Petani Pemakai Air (P3A) Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 28,33; Median = 30,76; Modus = 32; SD)= 4,47; Nilai Minimum = 20 dan Nilai Maksimum = 40. Penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel peran serta pengurus P3A:

21.69

13.86 57.23

6.63 0.6 0

10 20 30 40 50 60

F

re

k

u

e

n

s

i

K las Interval

[image:37.595.205.436.575.708.2]

19,5 24,5 29,5 34,5 39,5 44,5

(38)

Pada variabel peran serta pengurus P3A diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 40 dan skor terendah ideal sebesar 10. Mean ideal yang diperoleh adalah 25 dan Standar Deviasi Ideal adalah 5. Dengan demikian skor peran serta pengurus P3A dapat digolongkan sebagai berikut :

32 Ke atas sangat baik

25 - 31,9 cukup baik

17 - 24,9 kurang baik

Di bawah 16,9 sangat tidak baik

[image:38.595.160.507.357.454.2]

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator variabel peran serta pengurus P3A dari seluruh responden cukup baik.

Tabel 8. Kategori Tingkat Peran Serta Pengurus P3A. Kelas Interval Persentase

32 keatas 9,0%

25 - 31,9 69,3%

17 - 24,9 21,7%

Dibawah 16,9 0%

Tabel 8 menunjukan bahwa dari seluruh responden, 9,0% memiliki tingkat peran serta pengurus P3A sangat baik, 69,3% cukup baik, 21,7% kurang baik, dan 0% sangat tidak baik.

(39)

19.88

7.83 63.25

8.43 0.6 0

10 20 30 40 50 60 70

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

[image:39.595.208.432.131.276.2]

18,5 23,5 28,5 33,5 38,5 43,5

Gambar 9. Histogram Distribusi Frekuensi keterlibatan Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul dalam pemeliharaan irigasi

Pada variabel keterlibatan Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul dalam pemeliharaan irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 40 dan skor terendah ideal sebesar 10. Mean ideal yang diperoleh adalah 25 dan Standar Deviasi Ideal adalah 5. Dengan demikian skor dapat digolongkan sebagai berikut :

32 Ke atas sangat baik

25 - 31,9 cukup baik

17 - 24,9 kurang baik

Di bawah 16,9 sangat tidak baik

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator variabel keterlibatan Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul dalam pemeliharaan irigasi dari seluruh responden ialah cukup baik.

Tabel 9. Kategori keterlibatan Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul dalam pemeliharaan irigasi

Kelas Interval Persentase

32 keatas 14,5%

25 - 31,9 62,7%

17 - 24,9 22,9%

[image:39.595.194.431.649.723.2]
(40)

Tabel 9 di atas menunjukan bahwa dari seluruh responden, 14,5% memiliki tingkat keterlibatan Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul dalam pemeliharaan irigasi yang sangat baik, 62,7% cukup baik, 22,9% kurang baik, dan 0% sangat tidak baik.

5. Deskripsi Tata Cara Pemeliharaan

Dari penghitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 87,30; Median = 92,41; Modus = 94,50; Simpangan Baku (SD) = 13,25; Nilai Minimum = 60 dan Nilai Maksimum = 109. Distribusi frekuensi dan persentase skor variabel tata cara pemeliharaan dapat disajikan pada grafik histogram berikut ini:

19.28

4.22

11.45

51.81

13.25

0 10 20 30 40 50 60

F

re

k

u

e

n

s

i

Klas Interval

[image:40.595.195.444.403.551.2]

59,5 69,5 79,5 89,5 99,5 109,5

Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Tata Cara Pemeliharaan

Pada variabel tata cara pemeliharaan diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 120 dan skor terendah ideal sebesar 30. Mean ideal yang diperoleh adalah 85 dan Standar Deviasi Ideal adalah 15.

97 Ke atas Sangat baik

75 - 96,9 Cukup baik

52 - 74,9 Kurang baik

(41)

Berdasarkan ketentuan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator variabel tata cara pemeliharaan dari seluruh responden cukup baik.

Tabel 10. Kategori Tingkat Tata Cara Pemeliharaan. Kelas Interval Persentase

32 keatas 13,3%

25 - 31,9 64,5%

17 - 24,9 22,3%

Dibawah 16,9 0%

Tabel 10 di atas menunjukan bahwa dari seluruh responden, 13,3% memiliki tingkat tata cara pemeliharaan yang sangat baik, 64,5% cukup baik, 22,3% kurang baik, dan 0% sangat tidak baik.

C. Deskripsi Tata cara Pengoperasian 1. Kondisi Geologis Daerah Pertanian a. Letak

Daerah Irigasi Simo terletak di Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya pada dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Untuk mencapai daerah tersebut dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kondisi jalan beraspal, ke arah Timur ± 18 Km dari pusat kota Wonosari ke Ponjong.

Daerah Irigasi Simo terletak pada posisi 07 0 66′ 39″ LS dan 110 0 41′ 4″

BT dengan kondisi daerah jaringan irigasi ini berdasarkan Updating DI Simo pada ketinggian rata-rata ± 180 – 240 m di atas permukaan air laut.

b. Luas Oncoran

[image:41.595.200.450.195.274.2]
(42)
[image:42.595.114.514.280.758.2]

Beton dengan Intake Kiri. Luas areal oncoran untuk saluran induk sebesar 52.26 Ha dan saluran sekunder Karangmojo sebesar 293.56 Ha. Areal oncoran DI Simo terletak di Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Areal oncoran Saluran Induk tepatnya terletak di Desa Sumbergiri dan Desa Genjahan. Areal oncoran Saluran Sekunder Karangmojo terletak di Desa Karangmojo. Secara rinci nama petak dan luas areal dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.

Tabel 5. Petak-petak Tersier Pada Saluran Induk Simo

No Nama Bangunan Petak Tersier Luas Areal (Ha) Nomen Clatur Nomen Clatur

1 SALURAN INDUK SIMO

Cr.Sm.1 Cr.Sm.2 Cr.Sm.3 Cr.Sm.4 Cr.Sm.5 Cr.Sm.6 Cr.Sm.7 Cr.Sm.8 B.Sm.1 B.Sm.2 Cr.Sm.1 Ka Cr.Sm.2 Ka Cr.Sm.3 Ka Cr.Sm.4 Ka Cr.Sm.5 Ka Cr.Sm.5 Ki Cr.Sm.6 Ki Cr.Sm.7 Ka Cr.Sm.8 Ka

Sm.1 Ka -

0,10 0,23 6,0 4,95 5,00 0,25 7,23 3,00 2,40 22,30

Sub Total 52,26

Tabel 6. Petak-petak Tersier Pada Saluran Sekunder Karangmojo

No Nama Bangunan Petak Tersier Luas Areal (Ha) Nomen Clatur Nomen Clatur

2 SALURAN SEKUNDER KARANGMOJO

(43)

Cr.Kj.9 Cr.Kj.10 Cr.Kj.11 B.Kj.6 Cr.Kj.12

B.Kj.7 Cr.Kj.13 Cr.Kj.14 Cr.Kj.15 B.Kj.8 B.Kj.9

Cr.Kj.9 Ki Cr.Kj.10 Ka Cr.Kj.11 Ki Kj.6 Ka Cr.Kj.12 Ki Kj.7 Ka Kj.7 Ki Cr.Kj.13 Ka Cr.Kj.14 Ki Cr.Kj.15 Ka Kj.8 Ki

3,60 5,80 3,26 28,08 6,03 11,10 14,30 5,94 9,54 9,54 18,30

Sub Total 293,56

Total 345,82

Sumber : Dinas Pengairan Gunung Kidul. c. Kondisi Hidrologis

Secara umum kebutuhan air yang di konsumsi masyarakat Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo memiliki dua sumber air yang berasal dari air tanah dan air hujan. Untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman pangan di DI Simo, petani menggunakan sumber air dari sungai, dan air hujan. Kebutuhan air untuk pertanian di DI Simo khususnya di daerah penelitian dipenuhi dari sungai Beton melalui Bendung Simo yang terletak di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Pemanfaatan air tanah digunakan untuk keperluan sehari-hari, yaitu untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci dan lain sebagainya. Berikut ini gambar letak saluran irigasi, petak tersier beserta luas lahan persawahan yang diairi air irigasi.

2. Deskripsi Pemeliharaan Jaringan Irigasi

(44)

Penelitian terhadap jaringan irigasi yang dilakukan oleh petani meliputi : a. Pemeliharaan saluran ( rutin dan berkala)

b. Pemeliharaan Bangunan ( batu, kayu, besi dan beton) c. Pemeliharaan mendadak/tiba-tiba

Untuk pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan dengan menggunakan statistik diskriptif ( tendency sentral). Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi perhitungan rerata (mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (SD), skor minimum dan skor maksimum serta identifikasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari 3 indikator variabel yaitu, pemeliharaan saluran, pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan tiba-tiba/mendadak. Untuk mendiskripsikan per indikator kemudian di deskripsikan dalam satu variabel pemeliharaan jaringan irigasi dengan indikator variabel.

1) Pemeliharaan saluran

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 31,90, median = 32,70, modus = 37,50, simpangan baku (SD) = 7,33, nilai minimum = 16 dan nilai maksimum = 43,00. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Saluran

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7

16,00 – 19,86 19,87 – 23,73 23,74 – 27,60 27,61 – 31,47 31,48 – 35,34 35,35 – 39,21 39,22 – 43,08

5 23 25 24 20 46 23

3,01 13,83 15,06 14,46 12,05 27,71 13,86

(45)

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan saluran disajikan pada histogram berikut ini :

5

23 25 24

20 46 23 0 0 10 20 30 40 50 F re k u e n s i

16 19.9 23.7 27.6 31.5 35.4 39.2 43.1

[image:45.595.182.443.170.335.2]

Interval Histogram Pemeliharaan Saluran

Gambar VIII. Histogram Pemeliharaan Saluran

Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 44 dan skor terendah ideal sebesar 11. Mean ideal (Mi) yang diperoleh adalah 27,5 dan standar deviasi ideal (Sdi) adalah 5,5. Dengan demikian skor pemeliharaan saluran dapat digolongkan seperti pada Tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Saluran

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) sampai Mi

< (Mi – 1,5 Sdi)

> 35,75 27,5 – 35,75 19,25 – 27,5

< 19,25 Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 69 44 48 5 41,6 26,5 28,9 3,0

Jumlah 166 100

[image:45.595.114.510.495.595.2]
(46)

2). Pemeliharaan Bangunan

[image:46.595.175.449.448.612.2]

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 24,64, median = 25,09, modus = 30,50, simpangan baku (SD) = 6,99, nilai minimum = 9 dan nilai maksimum = 36. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Bangunan

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7

9,00 – 12,86 12,87 – 16,73

16,74– 20,60 20,61– 24,47 24,48– 28,34 28,35– 32,21 32,22– 36,08 13 14 16 36 27 42 18 7,83 8,43 9,64 21,69 16,27 25,30 10,84

Total 166 100

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan bangunan disajikan pada histogram berikut ini :

13 14 16

36 27 42 18 0 0 10 20 30 40 50 F re k u e n s i

9 12.9 16.7 20.6 24.5 28.4 32.2 36.1

Interval

Histogram Pemeliharaan Bangunan

Gambar IX. Histogram Pemeliharaan bangunan

(47)

Tabel 10. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Bangunan

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) sampai Mi

< (Mi – 1,5 Sdi)

29,25 > 22,5 – 29,25 15,75 – 22,5

< 15,75

Baik Cukup baik Kurang baik

Tidak baik 51 64 27 24

30,7 38,6 16,3 14,5

[image:47.595.115.513.118.221.2]

Jumlah 166 100

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 51 petani (30,7 %) tergolong memiliki tingkat pemeliharaan bangunan yang baik, 64 (38,6%) petani tergolong cukup baik, 27 (16,3 %) petani tergolong kurang baik dan 24 (14,5 %) petani tergolong tidak baik.

3). Pemeliharaan mendadak/tiba-tiba

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 12,11, median = 12,92, modus = 14,00, simpangan baku (SD) = 2,97, nilai minimum = 4 dan nilai maksimum = 16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Mendadak/Tiba-Tiba

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5

4,00 – 6,40 6,40 – 8,90 9,00 – 12,30 11,40 – 15,80 13, 90 – 16,30

3 33 37 72 21

1,81 19,88 22,29 43,37 12,65

Total 166 100

(48)

3

33 37

72

21

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

ku

e

n

s

i

4 6.5 9 11.4 13.9

Interval

[image:48.595.171.450.115.291.2]

Histogram Pemeliharaan Mendadak

Gambar X. Histogram Pemeliharaan Mendadak

[image:48.595.113.516.445.546.2]

Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 16 dan skor terendah ideal sebesar 4. Mean ideal yang diperoleh adalah 10 dan standar deviasi ideal adalah 2. Dengan demikian skor pemeliharaan mendadak dapat digolongkan seperti pada Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Mendadak

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) asmpai Mi < (Mi – 1,5 Sdi)

13 > 10 – 13

7 – 10 < 7

Baik Cukup baik Kurang baik

Tidak baik 73 57 33 3

44 34,3 19,9 1,8

Jumlah 166 100

(49)

4). Pemeliharaan Jaringan Irigasi

[image:49.595.112.480.222.381.2]

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 68,65, median = 66,50, modus = 20; simpangan baku (SD) = 14,18, nilai minimum = 31 dan nilai maksimum = 92. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Jaringan Irigasi

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8

31,00 – 38,63 38,64– 46,27 46,28– 54,91 54,92– 62,55 63,56– 70,19 70,20– 78,63 78,64– 86,27 86,28 – 94,91

2 11 9 41 40 4 41 18 1,20 6,63 5,82 24,70 24,10 2,41 24,70 10,84

Total 166 100

[image:49.595.154.444.490.669.2]

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan jaringan irigasi disajikan pada grafik histogram berikut ini :

Gambar XI. Histogram Pemeliharaan Jaringan Irigasi

2 11 9 41 40 4 41 18 0 10 20 30 40 50 F re k u e n s i

31 38.6 46.3 53.9 61.6 70 78.6 86.3

Interval

(50)
[image:50.595.112.515.227.324.2]

Pada variabel pemeliharaan jaringan irigasi diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 96 dan skor terendah ideal sebesar 24. Mean ideal yang diperoleh adalah 60 dan standar deviasi ideal adalah 12. Dengan demikian skor pemeliharaan jaringan irigasi dapat digolongkan seperti pada Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14. Kategori tingkat pelaksanaan pemeliharaan jaringan irigasi

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) sampai Mi

< (Mi – 1,5 Sdi)

78 > 60 – 78 42 – 60 < 42

Baik Cukup baik Kurang baik

Tidak baik 60 69 31 6

36,1 41,6 18,7 3,6

Jumlah 166 100

Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 60 petani (36,1 %) tergolong memiliki tingkat pemeliharaan jaringan irigasi yang baik, 69 (41,6 %) petani tergolong cukup baik, 31 (18,7 %) petani tergolong kurang baik dan sebanyak 6 petani atau (3,6 %) tergolong tidak baik.

3. Kegiatan Pengamatan

Dalam melakukan pengamatan terhadap jaringan irigasi, observasi hanya dilakukan terhadap bangunan utama dan bangunan pelengkap.

a. Bangunan Utama

Untuk observasi pada bangunan utama di bagi menjadi : 1). Bangunan Bendung

2). Bangunan Pengambilan 3). Bangunan Penguras

4). Bangunan Ukur jenis Cippolleti

(51)

Observasi penilaian terhadap bangunan utama dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :

1. Bangunan utama dikatakan “Layak” bila masih berada dalam keadaan sesuai dengan bentuk, ukuran semula, lengkap, tidak mengalami kerusakan, terawat dan masih berfungsi maka diberi skor 1.

2. Bangunan utama dikatakan “Tidak Layak” bila sudah terjadi perubahan-perubahan bentuk, ukuran semula dan tidak lengkap, mengalami kerusakan, tidak terawat dan tidak berfungsi maka diberi skor 0.

1). Bangunan Bendung

[image:51.595.115.503.462.729.2]

Observasi dilakukan terhadap 1 bangunan bendung yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak. Hasil observasi dapat dilihat dalam tabel 15. berikut ini :

Tabel 15. Observasi Terhadap Bendung

No Kriteria

jumlah %

Layak Tidak layak

Layak Tidak layak

1 Badan bendung 1 0 100 0

2 Hulu bendung 0 1 0 100

3 Pas. Penahan tanggul 1 0 100 0

4 Koperan sayap 1 0 100 0

5 Kolam olak 1 0 100 0

6 Peil scala 1 0 100 0

7 Papan nama bendungan 1 0 100 0

8 Rumah jaga 1 0 100 0

9 Kebersihan terhadap sampah 1 0 100 0

(52)

2). Bangunan Pengambilan

[image:52.595.113.507.249.397.2]

Observasi dilakukan terhadap 1 bangunan pengambilan pada bendung yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 16. berikut ini :

Tabel 16. Observasi Terhadap Bangunan Pengambilan No

Kriteria

Jumlah %

Layak Tidak Layak

Layak Tidak Layak

1 Daun pintu sadap 1 0 100 0

2 Batang pengangkat pintu 1 0 100 0

3 Drat stang 1 0 100 0

4 Sponing pintu 1 0 100 0

5 Kebersihan terhadap sampah 0 1 0 100

6 Roda gigi 1 0 100 0

Rerata 83,3 16,7

3). Bangunan Penguras

Observasi dilakukan terhadap 1 bangunan penguras pada bendung yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 17. berikut ini

Tabel 17. Observasi Terhadap Bangunan Penguras No

Kriteria

Jumlah %

Layak Tidak layak

Layak Tidak Layak

1 Pintu pembilas 1 0 100 0

2 Batang pengangkat pintu 1 0 100 0

3 Drat stang 1 0 100 0

4 Sponing pintu 1 0 100 0

5 Kebersihan terhadap sampah 0 1 0 100

6 Roda gigi 1 0 100 0

[image:52.595.115.490.558.703.2]
(53)

4). Bangunan Ukur Jenis Cippolleti

[image:53.595.114.511.250.380.2]

Observasi dilakukan terhadap 2 bangunan ukur yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak Hasil observasi dapat dilihat ddalam Tabel 18. berikut ini :

Tabel 18. Observasi Terhadap Bangunan Ukur

No Kriteria

Bang Ukur

Jumlah %

1 2 Layak Tidak layak

Layak Tidak layak

1 Pas. Beton/batu kali 1 1 2 0 100 0

2 Plesteran 0 1 1 1 50 50

3 Peil Scala 1 1 2 0 100 0

4 Kebersihan terhadap sampah 1 0 1 1 50 50

Rerata 50 50

5). Bangunan Bagi dan Pintu Air

[image:53.595.110.513.523.732.2]

Observasi dilakukan terhadap 7 bangunan bagi dan pintu air yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak. Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 19. berikut ini :

Tabel 19. Observasi Terhadap Bangunan Bagi dan Pintu Air No

Kriteria Bagi dan Pintu Jumlah % 1 2 3 4 5 6 7 8 9 L T

L

Layak Tidak Layak 1 Pas. Batu kali/beton 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 0 100 0 2 Plesteran 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 0 100 0 3 Daun pintu air 1 0 1 0 0 1 1 1 1 5 4 55.6 44,4 4 Drat Stang 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 1 88,9 11,1 5 Batang ulir pintu 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 1 88,9 11,1 6 Sponing pintu 1 0 1 0 1 1 1 1 1 7 2 77,8 22,2 7 Kebersihan terhadap

sampah

1 0 1 1 1 0 0 0 1 5 4 55,6 44,4

(54)

B. Bangunan Pelengkap

Untuk observasi pada bangunan lengkap di bagi menjadi : 1). Bangunan Terjun

2). Bangunan Gorong-Gorong 3). Bangunan Talang

Observasi penilaian terhadap bangunan pelengkap dilakukan dalam 2 tingkatan yaitu :

1. Bangunan pelengkap dikatakan “Layak” bila masih berada dalam keadaan sesuai dengan bentuk, ukuran semula, lengkap, tidak mengalami kerusakan, terawat dan masih berfungsi maka diberi skor 1.

2. Bangunan pelengkap dikatakan “Tidak Layak” bila sudah terjadi perubahan-perubahan bentuk, ukuran semula dan tidak lengkap, mengalami kerusakan, tidak terawat dan tidak berfungsi maka diberi skor 0.

1). Bangunan Terjun

[image:54.595.112.512.585.740.2]

Observasi dilakukan terhadap 4 bangunan terjun yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak. Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 20. berikut ini :

Tabel 20. Observasi Terhadap Bangunan Terjun

No Kriteria

Terjunan jumlah %

1 2 3 4

Layak Tidak layak

Layak Tida k laya

k 1 Pas. Batu kali/beton 1 1 1 1 4 0 100 0

2 Plesteran 1 1 1 1 4 0 100 0

3 Koperan sayap 1 1 0 0 2 2 50 50

4 Dasar hulu 1 1 0 1 3 1 75 25

(55)

6 Kebersihan terhadap

sampah 1 0 0 1

2 2 50 50

Rerata 66,7 27,8

2). Bangunan Gorong-Gorong

Observasi dilakukan terhadap 3 bangunan gorong-gorong yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak. Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 21 berikut ini :

Tabel 21. Observasi Terhadap Bangunan Gorong-Gorong

No Kriteria

Gorong-Gorong

Jumlah %

1 2 3 Layak Tidak layak

Layak Tidak layak

1 Pas. Beton/batu kali 1 1 1 3 0 100 0

2 Sayap gantung 1 1 1 2 1 66,6 33,4

3 Boks Inlet 1 1 1 3 0 100 0

4 Kebersihan terhadap sampah

0 0 1 1 2 33,4 66,6

Rerata 75 75

3). Bangunan Talang

Observasi dilakukan terhadap 1 bangunan talang yang ada di wilayah penelitian menunjukan hasil masih dalam kondisi layak. Hasil observasi dapat dilihat dalam Tabel 22 berikut ini :

Tabel 22. Observasi Terhadap Bangunan Talang Air

No Kriteria

Jumlah %

Layak Tidak layak

Layak Tidak layak

1 Lantai talang 1 0 100 0

2 Plesteran 0 1 0 100

3 Sayap talang 1 0 100 0

4 Kebersihan terhadap sampah

1 0 100 0

(56)

D. Deskripsi Sistem Jaringan 1. Obyek Penelitian

Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya, dinamakan populasi. Sedangkan sebagian yang diambil dari populasi disebut sampel.

Untuk mengambil sampel memerlukan beberapa tahapan yaitu populasi yang berjumlah 13 unit P3A diambil dengan metode acak sederhana dengan mengundi tiap-tiap lokasi hulu, tengah dan hilir.

Dari pengundian itu didapatkan nama P3A yang mewakili hulu yaitu Sido Makmur dengan jumlah anggota (∑ L) 93 orang petani, tengah diwakili oleh Ngudi Makmur dengan jumlah anggota (∑ L) 76 orang petani, dan hilir diwakili oleh Tirto Raharjo yang berjumlah (∑ L) 120 orang anggota petani jadi jumlah total populasi (N) 289 orang petani. Dengan taraf kepercayaan sebesar 95% dan tingkat presisi 5%, diperoleh d = 0,05 serta Z = 1,96. Dari populasi sebesar 289 maka sampel yang didapatkan adalah :

289 * (1,96)2 * 0,25 n =

[(0,05) 2 * ( 289 - 1)] – [ (1,96) 2 * 0,25] n = 165, 2 dibulatkan menjadi 166 sampel

(57)

populasi (N) dikalikan jumlah total sampel (n), maka diperoleh hasil sebagai berikut :

a. Hulu mendapat 53,41 dibulatkan menjadi sampel 54 b. Tengah mendapat 43,65 dibulatkan menjadi sampel 44 c. Hilir mendapat 68,92 dibulatkan menjadi sampel 69

2. Kondisi Geologis Daerah Pertanian a. Letak

Daerah Irigasi Simo terletak di Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya pada dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo. Untuk mencapai daerah tersebut dapat ditempuh melalui jalan darat dengan kondisi jalan beraspal, ke arah Timur ± 18 Km dari pusat kota Wonosari ke Ponjong.

Daerah Irigasi Simo terletak pada posisi 07 0 66 39 LS dan 110 0 41 4 BT dengan kondisi daerah jaringan irigasi ini berdasarkan Updating DI Simo pada ketinggian rata-rata ± 180 – 240 m di atas permukaan air laut.

b. Luas Oncoran

(58)

oncoran Saluran Sekunder Karangmojo terletak di Desa Karangmojo. Secara rinci nama petak dan luas areal dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.

Tabel 5. Petak-petak Tersier Pada Saluran Induk Simo

No Nama Bangunan Petak Tersier Luas Areal (Ha) Nomen Clatur Nomen Clatur

1 SALURAN INDUK SIMO

Cr.Sm.1 Cr.Sm.2 Cr.Sm.3 Cr.Sm.4 Cr.Sm.5 Cr.Sm.6 Cr.Sm.7 Cr.Sm.8 B.Sm.1 B.Sm.2 Cr.Sm.1 Ka Cr.Sm.2 Ka Cr.Sm.3 Ka Cr.Sm.4 Ka Cr.Sm.5 Ka Cr.Sm.5 Ki Cr.Sm.6 Ki Cr.Sm.7 Ka Cr.Sm.8 Ka

Sm.1 Ka -

0,10 0,23 6,0 4,95 5,00 0,25 7,23 3,00 2,40 22,30

Sub Total 52,26

Tabel 6. Petak-petak Tersier Pada Saluran Sekunder Karangmojo

No Nama Bangunan Petak Tersier Luas Areal (Ha) Nomen Clatur Nomen Clatur

2 SALURAN SEKUNDER KARANGMOJO

(59)

Cr.Kj.14 Cr.Kj.15 B.Kj.8 B.Kj.9

Cr.Kj.14 Ki Cr.Kj.15 Ka Kj.8 Ki

9,54 9,54 18,30

Sub Total 293,56

Total 345,82

Sumber : Dinas Pengairan Gunung Kidul. c. Kondisi Hidrologis

Secara umum kebutuhan air yang di konsumsi masyarakat Kecamatan Ponjong dan Kecamatan Karangmojo memiliki dua sumber air yang berasal dari air tanah dan air hujan. Untuk memenuhi kebutuhan air pada tanaman pangan di DI Simo, petani menggunakan sumber air dari sungai, dan air hujan. Kebutuhan air untuk pertanian di DI Simo khususnya di daerah penelitian dipenuhi dari sungai Beton melalui Bendung Simo yang terletak di Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul. Pemanfaatan air tanah digunakan untuk keperluan sehari-hari, yaitu untuk kebutuhan air minum, mandi, cuci dan lain sebagainya. Berikut ini gambar letak saluran irigasi, petak tersier beserta luas lahan persawahan yang diairi air irigasi.

3. Deskripsi Pemeliharaan Jaringan Irigasi

Penelitian ini dilakukan terhadap 166 petani yang mewakili petani di daerah hulu, tengah dan hilir yang memanfaatkan saluran induk simo dan saluran sekunder Karangmojo.

Penelitian terhadap jaringan irigasi yang dilakukan oleh petani meliputi : d. Pemeliharaan saluran ( rutin dan berkala)

(60)

f. Pemeliharaan mendadak/tiba-tiba

Untuk pendiskripsian data hasil penelitian dengan ubahan pemeliharaan jaringan irigasi dilakukan dengan menggunakan statistik diskriptif ( tendency sentral). Statistik deskriptif dalam penelitian ini meliputi perhitungan rerata (mean), nilai tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (SD), skor minimum dan skor maksimum serta identifikasi kategori tiap-tiap variabel. Ubahan atau variabel pemeliharaan jaringan irigasi terdiri dari 3 indikator variabel yaitu, pemeliharaan saluran, pemeliharaan bangunan dan pemeliharaan tiba-tiba/mendadak. Untuk mendiskripsikan per indikator kemudian di deskripsikan dalam satu variabel pemeliharaan jaringan irigasi dengan indikator variabel.

1) Pemeliharaan saluran

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 31,90, median = 32,70, modus = 37,50, simpangan baku (SD) = 7,33, nilai minimum = 16 dan nilai maksimum = 43,00. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Saluran

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7

16,00 – 19,86 19,87 – 23,73 23,74 – 27,60 27,61 – 31,47 31,48 – 35,34 35,35 – 39,21 39,22 – 43,08

5 23 25 24 20 46 23

3,01 13,83 15,06 14,46 12,05 27,71 13,86

(61)

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan saluran disajikan pada histogram berikut ini :

5

23 25 24

20 46 23 0 0 10 20 30 40 50 F re k u e n s i

16 19.9 23.7 27.6 31.5 35.4 39.2 43.1

Interval Histogram Pemeliharaan Saluran

Gambar VIII. Histogram Pemeliharaan Saluran

Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 44 dan skor terendah ideal sebesar 11. Mean ideal (Mi) yang diperoleh adalah 27,5 dan standar deviasi ideal (Sdi) adalah 5,5. Dengan demikian skor pemeliharaan saluran dapat digolongkan seperti pada Tabel 8 sebagai berikut : Tabel 8. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Saluran

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) sampai Mi

< (Mi – 1,5 Sdi)

> 35,75 27,5 – 35,75 19,25 – 27,5

< 19,25 Baik Cukup baik Kurang baik Tidak baik 69 44 48 5 41,6 26,5 28,9 3,0

Jumlah 166 100

(62)

2). Pemeliharaan Bangunan

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 24,64, median = 25,09, modus = 30,50, simpangan baku (SD) = 6,99, nilai minimum = 9 dan nilai maksimum = 36. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Bangunan

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7

9,00 – 12,86 12,87 – 16,73

16,74– 20,60 20,61– 24,47 24,48– 28,34 28,35– 32,21 32,22– 36,08 13 14 16 36 27 42 18 7,83 8,43 9,64 21,69 16,27 25,30 10,84

Total 166 100

Distribusi frekuensi variabel pemeliharaan bangunan disajikan pada histogram berikut ini :

13 14 16

36 27 42 18 0 0 10 20 30 40 50 F re k u e n s i

9 12.9 16.7 20.6 24.5 28.4 32.2 36.1

Interval

Histogram Pemeliharaan Bangunan

Gambar IX. Histogram Pemeliharaan bangunan

(63)

Tabel 10. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Bangunan

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) sampai Mi

< (Mi – 1,5 Sdi)

29,25 > 22,5 – 29,25 15,75 – 22,5

< 15,75

Baik Cukup baik Kurang baik

Tidak baik 51 64 27 24

30,7 38,6 16,3 14,5

Jumlah 166 100

Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa dari 166 petani, 51 petani (30,7 %) tergolong memiliki tingkat pemeliharaan bangunan yang baik, 64 (38,6%) petani tergolong cukup baik, 27 (16,3 %) petani tergolong kurang baik dan 24 (14,5 %) petani tergolong tidak baik.

3). Pemeliharaan mendadak/tiba-tiba

Dari perhitungan statistik deskriptif diperoleh rerata = 12,11, median = 12,92, modus = 14,00, simpangan baku (SD) = 2,97, nilai minimum = 4 dan nilai maksimum = 16. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Mendadak/Tiba-Tiba

No Kelas Interval Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5

4,00 – 6,40 6,40 – 8,90 9,00 – 12,30 11,40 – 15,80 13, 90 – 16,30

3 33 37 72 21

1,81 19,88 22,29 43,37 12,65

Total 166 100

(64)

3

33 37

72

21

0 10 20 30 40 50 60 70 80

F

re

ku

e

n

s

i

4 6.5 9 11.4 13.9

Interval

Histogram Pemeliharaan Mendadak

Gambar X. Histogram Pemeliharaan Mendadak

Pada variabel pemeliharaan saluran diperoleh skor tertinggi ideal sebesar 16 dan skor terendah ideal sebesar 4. Mean ideal yang diperoleh adalah 10 dan standar deviasi ideal adalah 2. Dengan demikian skor pemeliharaan mendadak dapat digolongkan seperti pada Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Mendadak

Norma Kelas Interval Kategori N Persentase > (Mi + 1,5 Sdi)

Mi sampai (Mi + 1,5 Sdi) (Mi – 1,5 Sdi) asmpai Mi < (Mi – 1,5 Sdi)

13 > 10 – 13

7 – 10 < 7

Baik Cukup baik Kurang baik

Gambar

Gambar 3. Bendungan Simo  dan Saluran irigasi (Sumber Dinas Pengairan Kabupaten Gunungkidul 2000)
Tabel 4. Kategori Tingkat Pelaksanaan Pemeliharaan Rutin
Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Pemeliharaan Berkala
Tabel 5. Kategori Tingkat Pemeliharaan Berkala
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kasus-kasus hukum di Indonesia khususnya yang berhubungan dengan kecurangan perlu melibatkan akuntan forensik dalam penyelesaiannya, karena akuntan forensik dapat

Temuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyadi (2011), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan

Kajian ini penting untuk para pelajar untuk mengenalpasti tahap kebimbangan mereka dan bertindak untuk mengatasi agar mereka hidup dengan lebih selesa dan

Regulasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak awalnya disebutkan dalam pasal 14 UU Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat bahwa Zakat yang telah

7.5.3 Tim Pembuat Soal membuat soal ujian dan kunci jawaban paling lambat 2 (dua) minggu sebelum pelaksanaan ujian tulis, ditandatangani oleh dosen pembuat soal dan divalidasi

Secara kuantitatif sasaran yang akan dicapai dengan penerapan teknologi pengolahan air payau dengan sistem reverse omosis adalah adanya sarana penunjang utama, yaitu

• Pasien membaik dengan CBT dan terapi suara meskipun masih banyak yang lebih memilih terapi farmakologi. • Terapi molekuler

Berdasarkan hasil wawancara dari semua informan menemukan hasil mengenai adaptasi masyarakat lokal dengan masyarakat transmigran, Hubungan Sosial masyarakat lokal