• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis isu gender pada pejabat perempuan di instansi pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis isu gender pada pejabat perempuan di instansi pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ISU GENDER PADA PEJABAT PEREMPUAN DI INSTANSI PEMERINTAHAN KABUPATEN MANGGARAI,

FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh: Maria Endang Jamu

142222210

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

ANALISIS ISU GENDER PADA PEJABAT PEREMPUAN DI INSTANSI PEMERINTAHAN KABUPATEN MANGGARAI,

FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh: Maria Endang Jamu

142222210

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

IS'w'gs

LTAZ uwnle

t

lz'slrvtlB

iflsL

SISf,I

3l{IffitrflIttrd

Nf,SOO

NYOfOIflSUf,d

UY{r^tf,a

'CIlo und$B{nT

4-

'{I

*ffi;;.ffidrffffi-q&

fl],'

*sr"}

"*1t,i .

{

.'-,

't

';; o\Jl='

'".,.r,

tU

t.")

,

E-lt rfi , : tr

pa * , -r *'

el,-

#gqga*gg&wm,*,:--

E,

",tt

j.:

E\;'*-'',-='+{5*o'"'--

:"'f'! f'

\H

ry,

f

\tni'*lnm,P$Frcrtiritg

i\

;;

iH

.

,; t

*,.,.

,!

{

,r-i

l ir

,_\

'.'

-*;Sfu;,

-.*.J"

#

\h

"i

=,

,J+pS*

itf,

fk

"

t'''

,

ro'Eg)

,""'*61

*

*:'' ",#

q-'

,f.

lkn**ffinx,'Hdll#1H

rrv&ml

NYHYJ-W;mf,d rsNvrsNr r{t

.":h.*r.l-....

-".-_,i. t o"

,='or,

*=.".,{I_*r.*,'

* /lf

NYn{ruffiff{

IY{Yfgd

VOffi

UggNgf}

NSI

$SrIYNY

I

l'l'

i#i f-r

(4)

)e

I

rpqg

ruerEorg BrruBrlc sl€u€s sGlIsJsAr

ueuefuuu;tr1 rslsFutraq

LIAZ tr.rcW1'ePe4efSoa

ueur+[euu141roppery rele8 qeloredureu {ntm uulere,(sred n$s qBIBs p8eq*g

qEsJ,

f my

1[n8ue6

Bur.uellp{n]}J}"f

ps],l:,p.#

.Sh.. -rJ.lr

,-.--i: - x,' . ' '--:-r al:n I, !": f {l ','T,

\ .'a

!li l i:,

: ;i:

i.-i .,1,

1B i j-fI i i

r

"'{ jE

L

'\

.:"'

2ISZ rJenrqed FI lffifrylupud uu:luuqqrqdprfrlq lrq s$s1

-, .'- .. * -',*,:i

'"*-l;''r'rl

:

AWZZZZil

nutf

Buupug Brrutrill

:qalo

ufintrI

YuY]cNfI

YSftN .StrUOTf, TVUVCCNYT{ NflIVdNflV)T NYEYINTUtrIlItrd

ISHV&SNI rC NvndnlflUfld

rvflYffld

Y(IY{

Ufl{INtrS

Ofl

STSTTYNV

NVffNIf,SUUd

UVf,IAIflA

"v-'9,.

*l?

1rg,

v "Poo I .1.-.1

l. .!, ,/u,, '.\!l

rs6

!

(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “Analisis Isu Gender Pada Pejabat Perempuan Di

Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara

Timur”. Tesis ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan

studi pada Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama berproses menyelesaikan tesis ini, penulis bersyukur atas segala bentuk dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus yang selalu dengan cara-Nya mencintai dan membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak A. Yudi Yuniarto, SE., MBA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk belajar, berproses dan mengembangkan diri kepada penulis.

3. Bapak Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Dr. Lukas Purwoto, SE.,M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan kesungguhan hati.

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……… iii

HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN……… iv

HALAMAN PERNYATAAN……… v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……… vi

KATA PENGANTAR……… vii

DAFTAR ISI………... ix

DAFTAR TABEL………... xii

DAFTAR GAMBAR……….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN………... xiv

ABSTRAK………... xv

ABSTRACT……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 2

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Batasan Penelitian ... 12

(10)

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2. Pendahuluan ... 14

2.1. Manajemen ... 15

2.2. Manajer ... 16

2.3. Peran Manajer ... 18

2.4. Jabatan dan Pejabat Struktural ... 23

2.5. Gender ... 30

2.6. Teori-Teori Gender ... 31

2.7. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3. Pendahuluan ... 40

3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Unit Analisis ... 43

3.2.1. Partisipan Penelitian ... 43

3.2.2. Lokasi Penelitian ... 44

3.3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 46

3.4. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

4. Pendahuluan ... 57

4.1. Struktur Organisasi ... 62

4.2. Karakteristik Partisipan ... 63

(11)

xi

4.3.1. Definisi Jabatan Menurut Partisipan ... 72

4.3.2. Faktor-Faktor yang Mendukung Selama Bekerja ... 74

4.3.3. Tantangan-Tantangan Selama Bekerja dan Memiliki Jabatan ... 76

4.3.4. Masih Adakah Pengaruh Isu Gender Terhadap Partisipasi Perempuan di Instansi Pemerintahan? ... 81

4.3.5. Adakah diantara perempuan yang memiliki potensi untuk menduduki sebuah jabatan yang strategis? ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96

5.1.Kesimpulan ... 96

5.2.Keterbatasan ... 98

5.3.Implikasi ... 98

5.3.1. Implikasi Akademis ... 98

5.3.2. Implikasi Manajerial ... 98

5.4. Saran ... 99

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1. Jumlah Pejabat Pemerintahan Menurut Klasifikasi Jabatan dan

Jenis Kelamin, 2013………. 7

2.1. Peran Manajer……… 20

4.1. Proses Kegiatan Di Lapangan……… 58

4.2. Informasi Partisipan Penelitian……….. 60

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1.1. Segregasi Gender di Indonesia, Agustus (2014)……….

6

2.1. Tingkatan-Tingkatan Dalam Manajemen……… 23

2.2. Konsep Teori Nurture………... 32

2.3. Konsep Teori Nature……….. 33

2.4. Konsep Teori Equilibrium……….. 34

3.1. Model Analisis Interaktif: Miles and Huberman………... 53

4.1. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah... 62

4.2. Kelompok Umur Partisipan………. 63

4.3. Tingkat Pendidikan Partisipan……… 64

4.4. Lama Bekerja Partisipan………. 66

4.5. Jabatan Struktural Partisipan……… 68

4.6. Lama Menduduki Jabatan Struktural……… 69

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

I Perwakilan Partisipan dari Enam Lokasi Penelitian………. 105

II Panduan Pertanyaan Wawancara………. 106

III Lokasi Penelitian……… 108

IV Dokumentasi proses penelitian……… 110

V Transkip Wawancara Penelitian……….. 114

(15)

xv ABSTRAK

ANALISIS ISU GENDER PADA PEJABAT PEREMPUAN DI INSTANSI PEMERINTAHAN KABUPATEN MANGGARAI, FLORES, NUSA

TENGGARA TIMUR Maria Endang Jamu Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah isu gender di Instansi Pemerintahan kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur masih ada, dan bagaimana isu tersebut mempengaruhi posisi /jabatan perempuan yang ada di Instansi Pemerintahan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Dalam penelitian ini ada dua puluh (20) partisipan penelitian, mereka adalah para pejabat perempuan yang menduduki posisi sebagai Kepala Bidang (KABID), Kepala Sub Bidang (KASUBAG) dan Kepala Seksi (KASIE).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa isu gender di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur masih ada dan masih berpengaruh, akan tetapi pengaruh isu tersebut sudah semakin kecil dirasakan. Hal ini terlihat dari adanya partisipasi dan peran serta perempuan yang telah menduduki suatu jabatan struktural di Instansi Pemerintahan, yang sebelumnya didominasi oleh kaum laki-laki. Para pejabat perempuan di Instansi Pemerintahan tersebut sudah mampu menunjukkan kemampuan serta eksistensi mereka melalui prestasi kerja, disiplin serta bertanggung jawab akan tugas dan tanggung jawab yang diberikan pimpinan, yang membuat mereka layak menduduki suatu posisi/jabatan di Instansi Pemerintahan tersebut. Ini semua tidak terlepas dari dukungan yang begitu besar dari suami dan anak kepada mereka untuk bekerja di luar rumah. Komunikasi dan komitment adalah kunci bagi mereka untuk dapat menjalankan peran ganda sebagai istri dan wanita karir.

(16)

xvi ABSTRACT

AN ANALYSIS OF GENDER ISSUE AROUND FEMALE FUNCTIONARIES OF GOVERNMENTAL INSTITUTION IN MANGGARAI REGENCY, FLORES,

NUSA TENGGARA TIMUR

Maria Endang Jamu Sanata Dharma University

2017

This research aims to knowing whether gender issue in Governmental Institution of Manggarai Regency, Flores, Nusa Tenggara Timur still exists, and how that issue affects any female functionaries in the Governmental Institution. In this research, the methodology employed is qualitative method using case-study approach. Data collection was done through in-depth interview, observation, and library research. There were twenty (20) female research participants, female functionaries in charge as Kepala Bidang (Office Head), Kepala Sub Bidang (Sub Office Head), and Kepala Divisi (Head of Division).

The study shows that gender issue in Governmental Institution of Manggarai Regency, Flores, Nusa Tenggara Timur, still exists, and consequential, but with smaller effect. This can be seen from the increasing number of women participating in and in charge of structural role in the institution, which used to be highly male-oriented. The female functionaries of the Governmental Institution has been able to perform out their capabilities and existency by showing work achievement, discipline, and responsibility to the tasks and trust they are given, which, after all, made them eligible to sit in chairs in the Governmental Institution. The increasing trust to female worker also have been tightly knit with the support from their husband and kids to whom they work outside the house. Communication and commitment are also the keys to them in order to perform a double role of wifehood as well as career women.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1. Pendahuluan

Isu gender dalam hal akses serta partisipasi perempuan dalam dunia kerja adalah isu yang menjadi perhatian banyak pihak. Isu ini pun menjadi penting untuk diangkat, karena dampaknya pada ketidakadilan sosial yang menimpa perempuan. Isu ini dipengaruhi oleh adanya anggapan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah, pelengkap, pasif,

dependent dan inferior dari laki-laki. Selain dianggap lemah, adanya

stereotip terhadap kaum perempuan yang seringkali bersifat negatif dan memberatkan kaum perempuan. Selain itu, adanya subordinasi yaitu kaum perempuan dinomorduakan posisinya dari laki-laki. Oleh karena itu, secara global maupun regional isu gender ini terus menjadi perhatian banyak pihak.

Pada tingkat global maupun regional dalam dunia kerja, isu gender

ini terus diperbincangkan dan diperjuangkan oleh kaum perempuan. Isu

(18)

terlepas dari kualifikasi pendidikan. Kualifikasi pendidikan menjadi indikator yang penting untuk seseorang yang akan menduduki posisi atau jabatan tertentu.

Bab ini, membahas mengenai latar belakang masalah yang menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, adapun rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika dalam penulisan yang dipaparkan secara jelas oleh peneliti.

1.1. Latar Belakang Masalah

(19)

Hambatan dan masalah yang dihadapi oleh perempuan dalam dunia kerja salah satunya adalah adanya isu gender yaitu suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan perempuan dan laki-laki dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan (kontrol). Kesenjangan itu diakibatkan adanya anggapan bahwa perempuan adalah sosok yang lemah, pelengkap, pasif, dependen dan inferior dari laki-laki. Tidak hanya dianggap lemah, adanya stereotip yaitu pelabelan terhadap kaum perempuan yang seringkali bersifat negatif dan memberatkan kaum perempuan dan juga adanya subordinasi yaitu bahwa kaum perempuan dinomorduakan posisinya dibandingkan jenis kelamin laki-laki.

Adanya isu gender dan asumsi seperti diatas yang menjadikan perempuan dalam pekerjaannya jarang dilibatkan dan menduduki sebuah posisi yang tinggi. Selain itu, isu dan juga asumsi tentang perempuan menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam keluarga, berbangsa dan bernegara. Perempuan seringkali takut untuk berkarir karena tuntutan perannya sebagai ibu rumah tangga dan juga karena isu gender yang masih begitu melekat di masyarakat dan didunia kerja (Suhapti, 1995 www.kompasiana.com).

(20)

keputusan masih didominasi oleh laki-laki. Keikutsertaan perempuan dalam organisasi ada, tapi masih berdasar pada perspektif gender. Sehingga berpengaruh pada partisipasi mereka dalam organisasi dan yang lebih merasakan pengaruh tersebut adalah kaum perempuan. Tidak hanya di Bangladesh, di negara Asia Selatan berdasarkan temuan dari Pio, Edwina (2013) ditemukan bahwa akses perempuan pada dunia pendidikan dan pengembangan keterampilan masih terbatas, selain itu keterbatasan pada pekerjaan non-pertanian dan sumber daya ekonomi yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi pada laki-laki dan pembagian tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin. Selain isu gender yang masih terjadi di Bangladesh dan Negara Asia Selatan, Ingkapattanakul, dkk (2001) juga mengatakan bahwa:

“Diskriminasi kerja sebagai salah satu perhatian utama dalam lingkungan tempat kerja, termasuk di sektor publik. Kendati undang-undang terhadap karyawan ini sering diperlakukan secara tidak adil dan tidak merata. Perlakuan secara tidak adil itu seperti rekrutmen, promosi, imbalan kerja, kondisi kerja dan perawatan umum”.

Selain berdasarkan temuan di beberapa Negara Asia, Kaiser Family Foundation (2010) juga mengatakan bahwa:

“Nearly 100 million women across Asia have 'disappeared' because of a huge and growing gender gap that has fatally deprived them of access to health care and food and has led to widespread abortions of female fetuses, according to a U.N. report released Monday," the Associated Press reports.

(21)

Isu gender yang berdampak pada adanya kesenjangan ini pun, masih terjadi di Negara Indonesia. Meskipun UUD 1945 khususnya dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapat pekerjaan dan penghidupan yang layak”. UUD 1945 telah menjamin bahwa setiap warga Negara mempunyai kesamaan hak dan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak, namun pada kenyataannya masih terdapat kesenjangan gender dalam hal kesamaan dan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Adanya kesenjangan dalam dunia kerja ini, ditunjukkan dalam ILO (2015: x-xi) disebutkan bahwa

“Dipasar tenaga kerja, segregasi pekerjaan untuk laki-laki dan perempuan masih terlihat jelas, dimana banyak perempuan melakukan pekerjaan dengan upah yang lebih rendah dan prospek pengembangan karir yang lebih terbatas. Tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih sangat rendah, dimana banyak perempuan dilaporkan melakukan kegiatan yang terkait dengan tanggung jawab keluarganya secara penuh”.

(22)

Gambar 1.1 Segregasi Gender di Indonesia, Agustus 2014 (juta jiwa)

“ Dari gambar diatas, diketahui bahwa di Indonesia, tingkat

partisipasi perempuan dalam angkatan kerja masih sangat rendah, yaitu berkisar antara 50 hingga 55 persen selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa ada banyak perempuan yang berada di luar dunia kerja. Banyaknya perempuan yang tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja diakibatkan tanggung jawab keluarga, dimana ada banyak perempuan yang mengatakan bahwa mereka sepenuhnya terlibat dalam kegiatan rumah tangga (seperti yang ada pada gambar diatas).Situasi ini menegaskan adanya perbedaan gender dalam hal pembagian tanggung jawab keluarga dan peningkatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja” ILO (2015:13-14)

(23)

“Di beberapa tempat kerja masih terlihat bahwa perempuan hanya sebatas sebagai pegawai administratif, sedangkan posisi pemimpin dan jajarannya masih banyak diduduki oleh kaum pria (Pater Simon, 2015) “

Pernyataan yang diungkapkan Pater Simon terlihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan jumlah pejabat pemerintahan berdasarkan klasifikasi jabatan dan jenis kelamin. Pada tabel tersebut terlihat adanya kesenjangan jumlah pejabat eselon perempuan dan laki-laki yang ada di Instansi Pemerintahan Kab.Manggarai.

Table 1. 1

Jumlah Pejabat Pemerintahan Menurut Klasifikasi Jabatan dan Jenis Kelamin, 2013

Sumber: BPS Kab. Manggarai 2013

Pada tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah perempuan yang menduduki posisi/ jabatan dengan Eselon II A, Eselon II B, III A dan III B masih kecil yaitu eselon II A belum ada perempuan yang menduduki posisi tersebut, untuk eselon II B (Perempuan hanya 1 orang sedangkan laki-laki

Jumlah Pegawai

Uraian Jumlah Jabatan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Instansi

Otonomi a. Badan/dinas/

kantor

- Eselon II A 1 0 1

- Eselon II B 29 1 30

- Eselon III A 53 3 56

- Eselon III B 81 18 99

- Eselon IV A 313 106 419

- Eselon IV B 87 31 118

(24)

29 orang), eselon III A (Perempuan hanya 3 orang sedangkan laki-laki 53 orang), eselon III B (Perempuan hanya 18 orang sedangkan laki-laki 81 orang). Dari tabel diatas, terlihat adanya kesenjangan yang sangat besar antara perempuan dan laki-laki. Kesenjangan yang terjadi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah masih adanya isu gender

yang dipengaruhi oleh budaya patrilineal yang masih kental dalam kehidupan masyarakat Manggarai. Dimana sistem Patrilineal adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan berasal dari pihak ayah (Hania,2013). Sistem dan anggapan tersebut terbawa dalam dunia kerja sehingga menyebabkan adanya kesenjangan dalam organisasi.

(25)

Berdasarkan isu-isu diatas maka saya tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Isu Gender Pada Pejabat Perempuan Di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur ”.

1.2. Rumusan Masalah

Meskipun terbilang kecil jumlah perempuan yang menduduki jabatan struktural seperti pada tabel 1.2, tetapi sudah ada perempuan yang mampu menunjukkan eksistensi diri mereka melalui kemampuan dan semangat kerja mereka, sehingga bisa menduduki sebuah jabatan yang strategis di Instansi Pemerintahan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah isu gender pada pejabat struktural masih ada? Dan bagaimana isu tersebut berpengaruh, maka rumusan masalahnya adalah :

“Bagaimana isu gender mempengaruhi posisi/jabatan perempuan di

Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur?”.

1.3. Tujuan Penelitian

(26)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis,

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis mengenai isu gender dalam dunia kerja. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi penelitian dalam bidang manajemen, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk berikutnya.

2. Manfaat Praktisi : a. Bagi Penulis,

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan mengenai pengaruh isu gender terhadap partisipasi perempuan dalam bekerja pada sebuah organisasi dalam memperdalam ilmu manajemen sumber daya manusia yang didapatkan selama proses perkuliahan di Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma.

b. Bagi Lembaga Pendidikan,

(27)

c. Bagi Ilmu Pengetahuan,

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat dalam hal menambah ilmu pengetahuan yang baru mengenai isu gender

terhadap partisipasi perempuan dalam dunia kerja. d. Bagi Peneliti Berikutnya,

Penulis berharap hasil penelitian tentang isu gender terhadap partisipasi perempuan dalam dunia kerja dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan acuan bagi mahasiswa, dalam melakukan penelitian selanjutnya.

e. Bagi Instansi Pemerintahan,

Penulis berharap, hasil penelitian ini akan memberikan manfaat di instansi pemerintahan Kab. Manggarai dalam menempatkan posisi seseorang tanpa dipengaruhi adanya isu

gender.

f. Bagi Kaum Perempuan.

Penulis berharap, hasil penelitian ini memberikan semangat bagi para kaum perempuan untuk semakin berani menunjukkan kemampuan diri mereka. Keberanian menujukkan dari melalui setiap prestasi dan semangat kerja yang tinggi, dan semoga kaum perempuan berani keluar dari

“zona nyaman” mereka yang selama ini masih terbelenggu

(28)

1.5. Batasan Penelitian

Untuk memfokuskan perhatian pada masalah yang akan diteliti, maka penulis perlu membatasi masalah agar tidak meluas, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menelusuri bagaimana isu gender

mempengaruhi posisi/jabatan perempuan di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur?

2. Perempuan yang dipilih sebagai partisipan dalam penelitian ini adalah perempuan yang memiliki posisi/jabatan sebagai kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala seksi di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibagi menjadi lima bagian utama, yaitu : BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka

(29)

BAB III Metode Penelitian

Bab ini membahas Jenis Penelitian, Unit Analisis, Teknik dan Alat Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan hasil dari analisis data yang telah dilakukan berdasarkan metode penelitian yang diuraikan pada bab III.

BAB V Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir penelitian yang mengemukakan kesimpulan dari hasil analisis, keterbatasan penelitian, implikasi manajerial serta saran dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2. Pendahuluan

Bab ini membahas tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Pada bagian ini dimulai dengan menjelaskan tentang pengertian manajemen, yang dimana manajemen menurut Daft dan Marcic (2007)

adalah “the art of getting things done through people”. (seni

menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain). Ada juga pendapat lain tentang pengertian manajemen

Management is the process of planning, organizing, eading, and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”. (Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan). (Stoner & Wankel, 1996:4 (dalam Sastrohadiwiryo, 2005:22)

(31)

“Eselon adalah penentuan tingkat jabatan. Tingkat jabatan menentukan setiap tugas dan tanggung jawab yang akan

dijalankan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil”(partisipan

penelitian)

Selain pengertian manajemen dan manajer, bagian ini juga membahas tentang gender dan jabatan struktural, serta penelitian terdahulu. Pada penelitian ini, pejabat strukturalnya adalah para perempuan yang memiliki posisi atau jabatan dalam instansi pemerintahan, yang diantaranya adalah kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala seksi.

2.1. Pengertian Manajemen

Menurut Wijayanto (2012:1-2) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dapat juga dikatakan bahwa Manajemen adalah ilmu dan seni, yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap kinerja organisasi dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan sasaran organisasi. Oleh karena itu, manajemen juga merupakan seni, yaitu seni pengambilan keputusan, seni pengelolaan sumber daya manusia (SDM), seni pemasaran, dan lainnya

(32)

harafiah, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Ada juga pendapat lain tentang manajemen menurut Daft dan Marcic (2007) dalam (Solihin, 2009: 3)

manajemen adalah “the art of getting things done through people” (seni

menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain).

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai definisi manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen adalah seni dan ilmu dalam proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading), pengendalian dan pengawasan (controlling) untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

2.2. Manajer

Pelaku manajemen adalah “manajer”. Manajer dalam arti luas

adalah setiap pimpinan dalam organisasi, antara lain mandor, supervisor, manajer maupun direktur. Manajer adalah pihak yang bertanggung jawab mengarahkan berbagai upaya untuk membantu organisasi mencapai tujuannya (Wijayanto, 2012:2).

(33)

Seorang manajer menjalankan aktivitas-aktivitas atau fungsi-fungsi tertentu untuk mengelola organisasi yang dipimpinnya. Tugas atau fungsi-fungsi tersebut adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengendalian (controlling).

1. Perencanaan (Planning)

Merupakan proses menentukan tujuan yang akan dicapai serta cara atau strategi yang harus diambil untuk mencapainya. Lewat perencanaan, seorang manajer mengidentifikasi hasil kerja yang diinginkan serta mengidentifikasi strategi atau cara-cara untuk mencapai hasil kerja yang ingin dicapai.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan proses pembagian pekerjaan atau tugas kepada individu maupun kelompok, mengoordinasi aktivitas mereka, dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki. Manajer harus mampu menentukan tugas-tugas yang harus diselesaikan beserta pelaksananya dan menentukan keputusan-keputusan yang harus diambil.

3. Kepemimpinan atau pengarahan (Leading)

(34)

4. Pengawasan (Controling)

Merupakan proses pengukuran kinerja, membandingkan antara kinerja dengan rencana serta pengambilan tindakan korektif yang diperlukan. Melalui pengendalian, manajer dapat melakukan aktivitas untuk memastikan segala sesuatunya selesai sesuai dengan rencana.

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Manajer adalah seseorang yang bekerja untuk menjalankan fungsi manajemen yaitu perencanaan(planning),pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengendalian (controlling) dalam sebuah organisasi dan bagaimana tujuan-tujuan organisasi tersebut dapat dicapai.

2.3. Peran Manajer

Menurut Mintzberg (1988) dalam (Solihin, 2009: 7), ada 3 peran yang dilakukan oleh manajer, diantaranya adalah:

1. Interpersonal roles, yang mencakup didalamnya figurehead role, leader role dan liaision role.

(35)

sambutan pada acara penghargaan kepada karyawan berprestasi, maka pada saat itu manajer sedang menjalankan perannya sebagai

figurehead role.

2. Informational roles yang mencakup didalamnya monitor role, disseminator role, dan spokesmen role.

Status dan wewenang formal yang dimiliki seorang manajer memungkinkan manajer memperoleh informasi yang lebih luas, antara lain karena adanya bawahan yang harus melaporkan berbagai perkembangan perusahaan kepada manajer terebut. Akibat kedudukannya ini maka manajer memiliki informasi lebih aktual dan dalam jumlah relatif lebih banyak dibandingkan dengan para bawahannya. Dari sinilah muncul peran manajer yang kedua yakni informational role, yang selanjutnya dijabarkan menjadi tiga peran yakni monitor role, disseminator role, dan spokesmen role.

(36)

3. Decisional roles.

Informasi yang dimiliki para manajer akan memiliki nilai guna apabila informasi tersebut digunakan pada saat para manajer mengambil keputusan. Oleh sebab itu, peran ketiga yang dilakukan para manajer adalah decisional roles yang mencakup

entrepreneurial role, disturbance handler role, resource allocator role dan negitiator role.

[image:36.595.85.555.195.686.2]

Menurut Mintzberg dalam (Aryanto, 2013:8) mengatakan bahwa tugas manajer sehari-hari mencakup beberapa peran yang harus dilakukan secara baik. Berikut ini adalah sepuluh peran yang dikelompokkan menjadi tiga kategori menurut yaitu, peran antar pribadi (interpersonal roles), peran informasional (informational roles) dan peran pengambil keputusan (decisional roles).

Table 2. 1 Peran Manajer

Interpersonal Roles Informational Roles Decisional Roles

Peran manajer yang terkait dengan hubungan/ relasi dengan orang lain:

 Panutan atau figur,  Pemimpin,

 Penghubung.

Peran manajer dalam hal saling menukar dan memproses informasi:

Pemantau informasi yang berkembang/ pengawas,

Penyebar informasi, Juru bicara.

Peran manajer dalam hal memanfaatkan dan mengelola informasi dalam pengambilan keputusan:

 Pengusaha,  Menangani

permasalahan,

 Pembagi alokasi sumber daya,

 Negosiator / perunding. Sumber : Aryanto, 2013.

(37)

dilakukan oleh Robert L. Katz pada tahun 1970-an, menunjukkan bahwa para manajer yang efektif harus memiliki tiga keahlian (skills) (Katz, 1974) dalam (Solihin, 2009: 9). Ketiga keahlian tersebut adalah :

1. Technical Skills,

yaitu keahlian dan pengetahuan para manajer yang berkaitan dengan suatu bidang pekerjaan atau ilmu. Seorang manajer yang memiliki

Technical Skills mampu untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang bersifat teknis atau spesialis. Misalnya seorang insinyur teknik sipil dikatakan memiliki keahlian teknis apabila dia dapat melakukan pembangunan jalan, jembatan atau bangunan. Demikian halnya seorang akuntan dikatakan memiliki keahlian teknis apabila mereka dapat menyusun laporan keuangan, melakukan analisis laporan keuangan atau melakukan audit.

2. Human Skills,

(38)

3. Conceptual Skills,

yaitu kemampuan yang harus dimiliki manajer untuk mengkonseptualisasikan situasi yang abstrak dan kompleks. Dalam hal ini manajer harus dapat memandang organisasi secara keseluruhan dan memahami hubungan diantara unit-unit organisasi. Manajer juga harus dapat memvisualisasikan bagaiamana organisasi secara keseluruhan dapat menyesuaikan diri terhadap perkembangan lingkungan yang terjadi.

Pada prinsipnya, ketiga jenis skills tersebut diperlukan oleh setiap manajer. Namun proporsi antarlevel manajer relatif berbeda. Semakin tinggi level manajer maka semakin dibutuhkan kemampuan konseptual

(conceptual skill). Sedangkan semakin rendah level manajer semakin besar kemampuan teknis (technical skill) yang dibutuhkan.

Menurut Nuraida (2013:8), manajer pada setiap level harus menjalankan semua fungsi manajemen. Fungsi manajemen itu diantaranya adalah perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating) dan pengendalian (controlling) atas berbagai aktivitas dalam organisasi tersebut. Pada gambar 2.1 tampak bahwa tugas-tugas top manager antara lain adalah membuat keputusan-keputusan dan perencanaan jangka panjang, meliputi kebijaksanaan menyeleksi dan mengevaluasi kinerja organisasi secara keseluruhan dan mengawasi middle manager. Middle manager membantu top manager

(39)
[image:39.595.86.511.182.625.2]

keputusan-keputusan jangka menengah, serta mengawasi first line supervisor. Sementara, first line supervisor membuat keputusan-keputusan jangka pendek dan sering kali berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.

Gambar 2.1Tingkatan-tingkatan dalam manajemen Sumber : Nuraida (2013)

2.4. Jabatan dan Pejabat Struktural

(40)

kerjanya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengangkatan dalam jabatan didasarkan atas prestasi kerja, disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, dapat dipercaya, serta syarat-syarat objektif lainnya. Pengangkatan dalam jabatan suatu jabatan adalah merupakan kepercayaan yang diberikan oleh pejabat yang berwewenang kepada seorang Pegawai Negeri Sipil, yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang objektif.

Menurut Undang-undang No 43 tahun 1999 jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka susunan satuan organisasi. Pengertian jabatan ditinjau dari 2 (dua) sudut yaitu sudut struktural dan sudut fungsional. sudut struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, seperti sekertaris jenderal, direktur, kepala bidang, kepala seksi dan lainnya. Sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang ditinjau dari sudut fungsinya dalam suatu satuan organisasi, seperti peneliti, dokter ahli dan lainnya.

(41)

Pada pasal 68 ayat 1 dan 2 Undang-undang dasar nomor 5 tahun 2014 mengatakan bahwa PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada instansi pemerintahan, dan pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi dan persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.

Undang-undang nomor 23 tahun 2014 menguraikan bahwa perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas: sekretariat daerah, sekretariat DPRD, inspektorat, dinas, badan dan kecamatan. Inspektorat dalam undang-undang ini berarti yang menjalankan fungsi pengawasan. Sedangkan dinas adalah unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Pimpinan dalam dinas ini adalah kepala dinas. Sementara badan adalah untuk melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintah yang menjadi wewenang daerah, meliputi : perencanaan, keuangan, kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(42)

Maka, jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Sedangkan Eselon adalah tingkat jabatan struktural. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Berstatus Pegawai Negeri Sipil,

Jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil.

2. Serendah-rendahnya memiliki pangkat 1 (satu) tingkat di bawah jenjang pangkat yang ditentukan,

Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki pangkat satu tinglat lebih rendah dari jenjang pangkat untuk jabatan struktural tertentu, dipandang telah mempunyai pengalaman dan kemampuan yang dibutuhkan untu melaksanakan jabatannya. 3. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan,

Kualifikasi dan tingkat pendidikan pada dasarnya akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatannya secara profesional, khususnya dalam upaya penerapan kerangka teori, analisis maupun metodologi pelaksanaan tugas dalam jabatannya.

(43)

Penilaian prestasi kerja pada dasarnya adalah penilaian dari atasan langsungnya terhadap pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk dapat diangkat ke dalam jabatan yang lebih tinggi. Dalam penilaian prestasi kerja memuat unsur-unsur yang dinilai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab,ketaatan, kejujuran,kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Jika penilaian prestasi kerja positif, maka pegawai yang bersangkutan memenuhi salah satu syarat untuk dapat dipertimbangkan diangkat dalam jabatan struktural. 5. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan,

Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien.

6. Sehat jasmani dan rohani,

(44)

Pegawai Negeri Sipil tidak dalam terganggu mental atau jiwanya, sehingga mampu berpikir baik dan rasional.

Selain persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang Pegawai Negeri Sipil, ada beberapa faktor yang juga menjadi pertimbangan dalam proses pengangkatan tersebut, diantaranya adalah:

1. Senioritas dalam kepangkatan,

Senioritas dalam kepangkatan hanya akan digunakan apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai masa kerja yang paling lama dalam pangkat tersebut diprioritaskan. 2. Faktor usia,

Dalam menentukan prioritas dari aspek usia harus mempertimbangkan faktor pengembangan dan kesempatan yang lebih luas bagi Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan suatu jabatan struktural. Dengan semikian yang bersangkutan memiliki cukup waktu untuk menyusun dan melaksanakan rencana kerja, serta mengevaluasi hasil kerjanya.

3. Pendidikan dan pelatihan (diklat) jabatan,

(45)

4. Pengalaman,

Pengalaman jabatan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengangkatan pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural.

Untuk menjamin kualitas dan obyektivitas pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon II kebawah, dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan kepangkatan (BAPERJAKAT). Salah satu tugas utama dari Baperjakat adalah memberikan pertimbangan kepada pejabat pembiana kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II kebawah. Ketua Baperjakat instansi daerah kabupaten/kota adalah sekertaris daerah kabupaten/kota dengan anggota para pejabat eselon II, dan sekretaris dijabat oleh eselon III yang membidangi kepegawaian.

(46)

kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka memimpin suatu organisasi.

2.5. Gender

Menurut Pulu, dkk (2006:8) konsep gender (jenis kelamin sosial) adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal sifat, peran, fungsi dan posisi berdasarkan jenis kelaminnya, yang dipengaruhi oleh budaya, penafsiran agama, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik, hukum dan lain-lain. Gender dapat berubah dan sangat tergantung pada konteks waktu dan tempat.

Sasongko (2009:7) mengatakan bahwa gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan Heroe (2011:3) mengartikan gender

sebagai pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan mendapat dukungan masyarakat itu sendiri, yang berbeda disetiap tempat dan waktu.

(47)

tidak pantas, etis atau tidak etis, dan senonoh atau tidak senonoh. Pembagian peran gender ini kemudian melahirkan yang dinamakan identitas gender (feminin dan maskulin), peran gender atau gender roles

(domestik dan publik), relasi gender atau gender relations (hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh norma-norma dan ekspetasi masyarakat), dan divisi pembagian kerja berdasarkan gender

atau gender division of labour (pembagian status sosial dan eknomi pekerjaan berdasarkan status gender yang berbeda). Oleh karenanya, konsep gender tidak bergantung pada jenis kelamin. Justru, bergantung pada kondisi sosial dan adat budaya setempat.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah perbedaan peran, fungsi, posisi dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh budaya, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik dan lain-lain dan dapat berubah sesuai dengan tempat dan waktu.

2.6. Teori-Teori Gender

Sasongko, (2009:17) menjelaskan ada tiga teori tentang gender yaitu teori

nurture, nature dan equilibrum. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan isu gender, bermunculan teori-teori lain.

1. Teori Nurture,

(48)

menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang-orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cendrung mengejar “ kesamaan” atau

[image:48.595.86.514.236.672.2]

fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas (perfect equality). Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik karena nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajerial, menteri, militer, DPR, partai politik dan bidang lainnya.

Gambar 2. 2 Konsep Teori Nurture

(49)

2. Teori Nature,

Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing.

[image:49.595.84.513.244.697.2]

Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas (division of labour), begitu pula dalam kehidupan keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandai oleh dua nahkoda. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang, menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan (komitmen) antara suami istri dalam keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan dalam kehidupan masyarakat.

Gambar 2.3 Konsep Teori Nature

(50)

3. Teori Equilibrium,

[image:50.595.84.523.200.631.2]

Disamping kedua teori tersebut, terdapat paham kompromistis yang dikenal dengan keseimbangan (equilibrium) yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan antara perempuan dan laki-laki. Pandangan ini tidak mempertentangkan antara kaum perempuan dan laki-laki karena keduanya harus bekerjasama dalam kemitraan dan keharmonisan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa. Karena itu, penerapan kesetaraan gender dan keadilan gender harus memperhatikan masalah kontekstual (yang ada pada tempat dan waktu tertentu) dan situasional (sesuai situasi/keadaan), bukan berdasarkan perhitungan secara matematis (jumlah/quota) dan tidak bersifat universal.

Gambar 2.4 Konsep Teori Equilibrium

(51)

2.7. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Isu Gender

Penelitian yang dilakukan oleh McIntosh, B dkk (2015), dengan pendekatan kualitatif dimana narasumber dalam penelitian ini adalah perawat yang memiliki anak dan yang tidak memiliki anak dengan jumlah narasumber ada 32 orang. Narasumber yang dipilih adalah karyawan

„acute‟ nursing dengan umur diantara 26-50 tahun dan yang bekerja di

bagian administrasi „D‟ sampai „senior manajer perawat‟. Penelitian ini

bermaksud untuk mengidentifikasi dan menggambarkan organisasi, situasi dan faktor-faktor individu yang berkaitan dengan wanita dan hambatan yang mempengaruhi karir mereka. Adapun hasil dari penelitian ini bahwa pekerjaan ini masih didominasi oleh wanita, dan ditemukan juga para perawat wanita ini menolak adanya upaya untuk memberikan kemudahan bagi mereka yang memiliki anak. Progress karir untuk wanita yang telah memiliki anak terhambat dan mendorong sebagian besar dari mereka

untuk mempertahankan praktek kerja „tradisonal‟. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa karir bagi yang sudah memiliki anak bukanlah menjadi tujuan bagi mereka, tetapi yang menjadi penting bagi mereka adalah memprioritaskan anak-anak mereka. Wanita yang sudah memiliki anak, walaupun anak adalah prioritas mereka, tetapi dalam pekerjaan tidak mengesampingkan pekerjaan mereka sebagai perawat yang juga dibutuhkan pasien.

(52)

digunakan adalah coding analysis. Narasumber dalam penelitian ini adalah direktur senior wanita yang berjumlah 33 orang yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun di perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana kelompok senior direktur wanita di bank menunjukkan dam menggambarkan pemahaman dan pengalaman mereka tentang peran dari

meritocracy, dalam konteks pada karir mereka.

Meritocracy is a system of government or organization where in appointments are made and responsibilities given based on demonstrated talent and ability (merit), rathen than wealth, family connections, class privilege, friends, seniority, popularity or other historical determinants of social position or political power

(wilkpedia, 2009).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Meritocracy adalah sebuah sistem yang dalam pemerintahan dan organisasi yang merupakan petunjuk yang dibuat dan memberikan tanggungjawab berupa bakat dan kemampuan dari pada kekayaan, koneksi dengan keluarga, hak istimewa, teman, senioritas, popularitas dan sejarah lainnya atau kekuatan politik.

Adapun hasil dari penelitian ini bahwa karir yang diperoleh mereka adalah dalam dua penilaian yaitu pertama penghargaan yang diperoleh organisasi dan yang kedua adalah atas usaha dan prestasi yang diakui atau

personal levels dalam hal ini adalah bagaimana pengaruh dari kesadaran individual (individual’s cognitions), emosional (emotions) dan kepercayaan diri (self-belief) yang dimiliki wanita-wanita karir tersebut.

(53)

perusahaan maupun organisasi pemerintahan secara kuantitatif mengalami kenaikan (Limerick et al., 1995). Seperti yang dikatakan oleh Randy Albedha (1997) dalam tulisannya di Industrial Relations Journal tentang Peningkatan peran perempuan dalam organisasi bahwa :

“Selain secara kuantitatif mengalami peningkatan, perempuan yang bekerja dalam organisasi juga mampu menembus posisi manajerial (sekalipun dalam jumlah yang sangat terbatas) yang selama ini didominasi oleh kaum laki-laki”.

Keterlibatan dan peningkatan karir perempuan dalam organisasi tidak hanya terjadi di negara-negara benua Amerika terutama di Amerika Serikat dan Kanada serta negara lainnya di Eropa, namun juga terjadi di negara-negara benua Asia seperti Jepang, China, Hong Kong, Singapura, Taiwa, India, Korea Selatan, Thailand dan bahkan Indonesia. Jumlah manajer perempuan di negara-negara tersebut terus bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara konstan serta rata-rata tingkat pendidikan kaum perempuan yang juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendidikan diyakini mampu membangun martabat dan kapasitas individu sehingga pada akhirnya kaum perempuan memiliki kemampuan untuk terlibat dalam proses keorganisasian.

(54)

Perubahan dan perkembangan itu semakin menarik untuk diperhatikan, yakni semakin banyaknya tenaga kerja usia muda / produktif yang memasuki dunia kerja, dan terutama adanya peningkatan jumlah tenaga kerja perempuan yang masuk ke dunia kerja profesional. Kondisi ini pada satu sisi menunjukkan semakin besarnya akses bagi kaum perempuan untuk masuk dalam dunia kerja dan semakin terbukanya kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengembangkan diri dalam dunia kerja. Akan tetapi, disisi lain peningkatan jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja akan dihadapi dengan banyaknya hambatan yang menghambat kenaikan karir bagi kaum perempuan tersebut. masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan yang bekerja salah satunya adalah adanya isu-isu gender

yang menganggap kaum perempuan adalah kaum yang lemah dan dependent, selain itu adanya stereotip pada salah satu jenis kelamin yang seringnya memberatkan kaum perempuan.

(55)
(56)

BAB III

METODE PENELITIAN 3. Pendahuluan

Bab ini membahas metodologi penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan kegiatan penelitian dan untuk menganalisis hasil temuan di lapangan. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Dalam proses pengumpulan data tersebut, hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah membangun kepercayaan antara peneliti dengan partisipan penelitian, dan juga dengan pihak-pihak yang ada di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Hal tersebut dirasa penting bagi peneliti, mengingat proses yang akan melibatkan banyak pihak dalam penelitian ini.

Wawancara mendalam dilakukan pada dua puluh (20) partisipan perempuan yang memiliki posisi / jabatan di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Kab. Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Posisi / jabatan itu diantaranya adalah sebagai kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala seksi. Dengan menggunakan pedoman pertanyaan wawancara yang sudah disediakan oleh peneliti untuk ditanyakan kepada partisipan, maka proses wawancara akan menjadi semakin mengalir dan tetap tidak menutup kemungkinan akan adanya pengembangan pertanyaan dari setiap pernyataan atau jawaban yang diberikan partisipan.

(57)

lama membuat peneliti mampu menggali informasi yang lebih banyak sehingga mendapatkan banyak informasi yang menarik. Selain wawancara mendalam, observasi dan telah dokumen juga dilakukan oleh peneliti selama di lapangan, hal tersebut dirasa penting bagi peneliti sebagai penguat atas setiap jawaban yang diberikan partisipan dalam proses wawancara atau pun untuk menemukan jawaban lain yang belum terjawab dalam proses wawancara. Maka untuk memperoleh jawaban ataupun informasi tersebut peneliti juga melakukan triangulasi sumber informasi yang salah satunya adalah dengan Kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) yang merupakan salah satu team BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) di Kab. Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.

(58)

sehingga semuanya berjalan normal, tetapi tetap saja ada beberapa kendala yang harus peneliti lewati. Hal tersebut dinilai masih dalam taraf wajar ketika peneliti berada di lapangan.

Secara khusus pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Salah satu jenis pendekatan kualitatif adalah studi kasus. Dimana menurut Yin (2009:8) penelitian studi kasus adalah sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber.

3.1. Jenis Penelitian

(59)

melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan menggunakan data dari berbagai sumber. Dalam pendekatan studi kasus fokus utama adalah menjawab permasalahan penelitian yang dimulai dengan kata tanya bagaimana atau mengapa.

3.2. Unit Analisis

3.2.1 Partisipan Penelitian

Menurut Sarwono (2006:205) dalam penelitian kualitatif teknik pemilihan sampel atau partisipan menggunakan teknik non probablitas, yaitu suatu teknik pengambilan sampel atau informan yang tidak didasarkan pada rumusan statistik tetapi lebih pada pertimbangan subjektif peneliti dengan didasarkan pada jangkauan dan kedalaman masalah yang ditelitinya. Dalam pemilihan partisipan atau sampel disesuaikan dengan latarbelakang fenomena yang diangkat dan tujuan penelitian. Salah satu teknik sampel non-probabilitas dalam penelitian kualitatif menurut Herdiansyah (2010:106) adalah purposefulsampling

(60)

Maka, unit analisis dalam penelitian ini adalah para pejabat perempuan yang menduduki sebuah posisi / jabatan di Instansi Pemerintahan Kab. Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Jabatan / posisi tersebut diantaranya adalah sebagai Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 20 partisipan, dan kepala BKD (Badan Kepegawaian Daerah) yang merupakan salah satu tim BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan) sebagai triangulasi informasi untuk validitas data. Jumlah partisipan sudah dirasa cukup bagi peneliti, dengan alasan akan dilakukan wawancara mendalam terhadap partisipan tersebut sehingga mendapatkan informasi yang lengkap dan mendalam serta komplit.

3.2.2 Lokasi Peneltian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur. Kabupaten Manggarai merupakan kabupaten induk yang telah mengalami dua kali pemekaran wilayah yaitu Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai mempunyai luas wilayah 1 669,42 km persegi yang terdiri dari daratan Pulau Flores dan sebuah pulau kecil yaitu Pulau Mules. Secara geografis wilayah Kabupaten Manggarai berbatasan dengan :

(61)

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Manggarai Barat, - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores,

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu.

Sebelum mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Manggarai Barat dan Kabupaten Manggarai Timur, sebagai Kabupaten induk seluruh urusan administrasi pemerintahan berpusat di Kabupaten Manggarai, sehingga ditemukan banyak SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang ada di Kabupaten Manggarai. Dalam penelitian ini, peneliti tidak mengambil data diseluruh SKPD yang ada di Kabupaten Manggarai, tetapi memilih beberapa SKPD yang masuk dalam kriteria penelitian, yaitu di SKPD yang terdapat tenaga PNS perempuan yang menduduki posisi / jabatan sebagai kepala bidang, kepala sub bagian dan kepala seksi. SKPD-SKPD yang menjadi lokasi penelitian diantaranya adalah Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Kepegawaian Daerah (BKD) , Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga (PPO) , Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (PPKAD), Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan (BKP-PP) dan Inspektorat.

(62)

atau isu gender ini masih begitu terlihat jelas di Instansi Pemerintahan seperti yang sudah dibahas dibab sebelumnya berdasarkan data dari bps kab. Manggarai, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mendalami lebih jauh tentang isu tersebut.

3.3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Menurut Sarosa (2012:43) secara umum, dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi dan telaah dokumen. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara,

Dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama. Wawancara memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang beragam dari para partisipan dalam berbagai situasi dan konteks, sehingga sebagian besar data akan diperoleh melalui wawancara. Menurut Myres (2009)

wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang “kaya” dan

(63)

Tipe wawancara dalam penelitian kualitatif menurut Myers & Newman (2007) dapat digolongkan berdasarkan seberapa tingkat formalitas dan terstrukturnya wawancara tersebut diantaranya adalah Wawancara terstruktur, Wawancara tidak terstruktur dan Wawancara semi terstruktur. Dalam penelitian ini, tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam dengan tipe wawancaranya adalah semi terstruktur yaitu kompromi antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.

(64)

isu gender pada pejabat perempuan yang menduduki posisi tertentu di Instansi Pemerintahan Kabupaten Manggarai.

Berikut adalah beberapa pertanyaan awal yang akan diajukan oleh peneliti kepada partisipan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajaukan diantaranya adalah :

Personal

1. Sudah berapa lama Ibu bekerja di Instansi Pemerintahan ini?

2. Posisi/ jabatan yang sedang Ibu jalani sebagai apa? 3. Ada berapa banyak staf yang Ibu miliki?

4. Sudah berapa tahun menduduki posisi strategis tersebut? 5. Apa yang memotivasi Ibu untuk bekerja pada awalnya? 6. Bagaimana perasaan Ibu selama bekerja di Instansi

Pemerintahan ini? (lebih khusus dengan posisi strategis yang dimiliki?)

7. Adakah hal yang masih kurang di Instansi Pemerintahan ini? (jika ada)

8. Menurut Ibu, adakah dampak yang Ibu rasakan dengan Ibu bekerja? (dampak positif dan negatif)

9. Menurut Ibu, apakah wanita karir itu? 10.Menurut Ibu, apakah jabatan itu?

(65)

12.Apakah Ibu sudah berkeluarga? (jika ia, bagaimana Ibu membagi waktu antara karir dan keluarga)

13.Adakah Hambatan yang Ibu alami saat bekerja?

14.Adakah tantangan yang dialami saat Ibu menduduki sebuah jabatan? (jika Ya, lanjut pertanyaan 14)

15.Bagaimana Ibu menyelesaikan tantangan yang ada?

Lingkungan kerja dan pendapat mengenai anggapan akan perempuan

1. Menurut Ibu, bagaimana partisipasi perempuan di Instansi Pemerintahan ini?

2. Menurut Ibu, apakah sudah ada kesamaan dan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam hal partisipasi dan peran serta perempuan di Instansi Pemerintahan ini?

3. Menurut Ibu, selama bekerja di Instansi Pemerintahan ini adakah diantara perempuan yang ada di Instansi Pemerintahan ini yang menurut Ibu mereka mampu dan memiliki potensi untuk menduduki sebuah jabatan strategis?

(66)

5. Ada pendapat bahwa perempuan seringkali takut untuk berkarir karen tuntutan perannya sebagai seorang Ibu rumah tangga yang dimana pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan seorang perempuan. Bagaimana pendapat Ibu mengenai hal tersebut? setuju kah Ibu akan pendapat tersebut (Jika setuju karena apa, dan jika tidak setuju karena apa?)

6. Menurut Ibu, masih adakah pengaruh isu gender terhadap partisipasi perempuan di Instansi Pemerintahan?

Selama proses wawancara akan direkam dan dicatat transkip wawancaranya. Selain mendapatkan informasi yang berkaitan dengan topik yang diangkat oleh peneliti, dalam wawancara ini juga, peneliti bisa mengetahui deksripsi tentang responden tentang umur, status, pendidikan dari narasumber tersebut.

2. Observasi

Menurut Cartwright & Cartwright (1984) observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati serta

“merekam” perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.

(67)

obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

Menurut Sarosa (2012:57), secara umum pengamatan mengandung arti bahwa peneliti mengamati partisipan sebagai pihak luar. Peneliti dapat saja hadir dalam keseharian para partisipan tetapi tidak megambil peran apapun dalam kegiatan para partisipan.

Observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang belum terjawab di wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan partisipan. Kegiatan observasi ini dilakukan selama kegiatan penelitian, dan mengikuti kegiatan ke dua desa dengan dinas Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan dan juga melakukan observasi di rumah partisipan.

3. Telaah Dokumen.

(68)

diteliti. Telaah dokumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melihat SK (surat kepusan) saat menjabati suatu posisi terterntu di Instansi Pemerintahan tersebut.

Alat yang digunakan untuk menunjang proses pengumpulan data di lapangan adalah seperti tape recorder, kamera, alat tulis dan perlengkapan lainnya.

(69)

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan (Herdiansyah, 2012:164).

Gambar 3.1. Komponen-komponen Analisis Data Model interaktif Miles& Huberman

Sumber : Herdiansyah, 2012.

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan menurut Miles & Huberman adalah sebagai berikut. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data dan tahapan keempat adalah tahap

Pengumpulan Data

Display Data Reduksi Data

[image:69.595.82.559.218.644.2]
(70)

penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi. Keempat tahapan menurut Miles & Huberman akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Pada awal penelitian kualitatif, umumnya peneliti melakukan studi pre-elimenary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti itu benar-benar ada. Studi pre-elimenary tersebut sudah termasuk dalam prose pengumpulan data. Pada studi pre-elimenary, peneliti sudah melakukan wawancara, observasi dan hasil dari aktivitas tersebut adalah data (Herdiansyah, 2012: 164).

Proses pengumpulan data untuk awal penelitian ini, sudah peneliti lakukan atau dengan kata lain peneliti sudah melakukan

pre-elimenary melalui wawancara via telephone dengan seorang pastor di Manggarai dan juga melakukan observasi mengenai jumlah pejabat di Instansi Pemerintahan Kab. Manggarai melalui website resmi BPS kab. Manggarai, yang dimana ada kesenjangan jumlah pejabat laki-laki dan perempuan di Instansi Pemerintahan tersebut.

2. Reduksi Data

(71)

observasi dan telaah dokumen diubah menjadi bentuk (script) sesuai dengan formatnya masing-masing (Herdiansyah, 2012: 165).

Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi, dirangkum dan memilah hal yang pokok, memfokuskan hal yang penting kemudian dicari tema (melalui proses penyuntingan, pembelian kode dan pelabelan).

3. Display Data

Setelah semua data telah diformat berdasarkan instrument pengumpulan data dan telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah melakukan display data.

(72)

4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi

Kesimpulan/verifikasi merupakan tahapan terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan oleh Miles & Huberman. Kesimpulan dalam analisis kualitatif menjurus kepada jawaban dari pertanyaan penelitian yang

diajukan sebelumnya dan mengungkap”what” dan “how” dari

temuan penelitian tersebut.

Selain menggunakan teknik analsis data model interaktif menurut Miles & Huberman, peneliti juga akan menggunakan narrative analysis

sebagai teknik analisis data kualitatif yang dapat digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data untuk analisis naratif sering melalui wawancara. Menurut Sekaran & Bougie (2013:352)

Narrative analysis is an approach that aims to elicit and scrutinize the stories we tell about ourselves and their implications for our lives

“Analisis Naratif adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memper

Gambar

Tabel          Judul
Gambar          Judul
Gambar 1.1 Segregasi Gender di Indonesia, Agustus 2014
Table 1. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam screen saver ini penulis menggunakan beberapa obyek yang terdapat pada bahasa pemograman Visual Basic 6.0 seperti Form, Label, Timer, dan Image screen saver yang terdiri

[r]

Orkes Simfoni Jakarta mulanya berasal dari “Orkes Radio Djakarta” (ORD) dan “Orkes Studio Djakarta” (OSD), yang dibentuk pada tahun 1950-an di Jakarta. Kedua nama ini

Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa dalam penyelesaian skripsi ini..

Puji syukur ke Hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Profil Protein Ekstrak Biji

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MSE ini didapatkan saat jaringan mempelajari data prediksi pada bulan januari di tahun 2010 sampai tahun 2013 dengan menggunakan

Apapun media pembelajaran yang diperlukan, syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada media

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya upaya pembiasaan karakter cinta tanah air oleh siswa melalui program sekolah yang bertujuan untuk menguatkan dentitas bangsa. Bentuk