• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa indonesia pada tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa indonesia pada tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma lulusan tahun 2013."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.

Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.

(2)

ix ABSTRACT

Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.

Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.

(3)

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA

PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

LULUSAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Nikolaus Subandi

091224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA

PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

LULUSAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Nikolaus Subandi

091224029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, penelitian ini peneliti atau Si Bungsu atau Dimas Nikolaus Subandi atau Mr. Bpersembahakan kepada:

Tri Tunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus

Keluarga Besar Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Si Bungsu kepada Keluarga:

Yth. Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Yth. Ibu Yosepha Calasantia Susanti; Yts. Kangmas Antonius Susanto, Yts. Kangmas Suryana, dan Yts. Mbakayu LidwinaWindaryani;

serta keluarga besar Mbah Kakung Frederikus Yusmin (Alm.) dan Mbah Kakung Petrus Yatimin (Alm.) serta Mbah PutriAlfonsa Alfatekah dan Mbah PutriSupini

Ytc. Kekasihku, Temanku, Sahabatku, Pelabuhan Hatiku, yang akan

menemaniku hingga akhir hayat: Martha Sovia Rosalina

Bapak dan/atau Ibu Kos:

Suradji (kos 1), Sulis (kos 2), Kos Wisma Al-Barokah, dan Kos Pelangi

Para Sahabat Karib di Yogyakarta:

Rm. Eduardus Sateng Tanis, Fernando Juliawan, Agustinus Datu Linggi’, Rinaldus Beatus Jo, Andreas Frengki Wijayanto, dan Marthina Omega Sriasa; juga Sr. Maria Fatima Kontesa, Ade Supiyanto, serta rekan-rekan CANA Community, Wisma Al-Barokah dan Kos Pelangi.

Teman-teman dan Sahabat dari Taman Kanak-kanak Hingga SMA:

(8)

v MOTTO

Dari Alkitab

Karena Dia yang melalui umatnya, memberiku petunjuk melalui tugas pertama untuk menjadi ‘Lektor’ saat Misa Hari Raya Natal Keluarga Kudus (Ketapang: Misa Kanak-kanak Tuhan Yesus Kristus)

Matius 5:13-16, Jadilah “Garam Dunia dan Terang Dunia”

Dari Catatan Peneliti

Refleksi penulis dari Sekolah Menengah Pertama,

“Hari Ini Harus Lebih Baik dari pada Hari Kemarin, Hari Esok Harus Lebih Baik dari pada Hari Ini”

Refleksi penulis usai mengikuti bedah buku “Menjadi Guru yang Cerdas dan Humanis” oleh pengarang Ignatia Esti Sumarah dan Eny Winarti pada tanggal 26 Mei 2015,

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 September 2015

Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nikolaus Subandi

Nomor Induk Mahasiswa : 091224029

Demi membangun ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjududul:

JENIS KESALAHAN BERBAHASA

DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,

Pada tanggal: 1 September 2015 Yang menyatakan

(11)

viii ABSTRAK

Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.

Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.

(12)

ix ABSTRACT

Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.

This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.

Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah

memberikan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memeroleh

gelar sarjana.

Perolehan gelar yang harus dicapai sebagai tanda perjuangan yang luar biasa,

salah satu cita-cita, rasa syukur, tanggung jawab, bentuk kasih dari orangtua

kepada anaknya. Tidak sedikit tenaga, pikiran, biaya, motivasi, dan lain-lain yang

mereka curahkan kepada penulis. Tentu karya ini bukan satu-satunya yang ada

demikian, namun pengantar ini hanya sebatas ungkapan yang dapat peneliti

sampaikan pada bagian awal dari penulisan skripsi ini.

Penelitian yang peneliti lakukan merupakan seiota dari seluruh ilmu

pengetahuan dan cabang ilmu pengetahuan yang dapat disumbangkan melalui

penulisan skripsi ini. Berawal dari rasa keingintahuan peneliti serta pemenuhan

syarat untuk memeroleh gelar sarjana, peneliti sadar dan semakin terbuka

wawasan yang dimiliki. Namun ada hal yang lebih penting dan mendasar bahwa

pada hakikatnya, manusia diciptakan Tuhan, Allah, adalah untuk selalu berkarya

dalam hidupnya. Dengan penuh perjuangan pula, peneliti akhirnya dapat

menyelesaikan tugas pokok saat ini.

Bahasa Indonesia memberikan banyak peluang, kesempatan, dan harapan bagi

para pengguna dan pemelajarnya. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa sebagai

pengguna dan pemelajar harus lebih aktif dan proaktif dalam berbahasa Indonesia.

Salah satu bentuk usaha yang berupa seiota inilah hasil persembahan peneliti

kepada pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia.

Seberapa jauh yang peneliti buat harus ada masukan, pendapat, debat dan

diskusi, serta penelitian lain untuk melengkapi dan mengembangkan ilmu

pengetahuan yang ada. Dalam penelitian ini pula, peneliti masih memiliki rasa

ingin tahu bahwa seberapa jauh lagi peneliti sanggup untuk menyumbangkan

pendapat dan pikiran melalui penelitian selanjutnya yang tentunya masih

(14)

xi

peneliti lain—tidak menutup kemungkinan pengguna dan pemelajar bahasa

Indonesia—untuk berdiskusi demi kelanjutan pembahasan dan penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Melalui kata pengantar ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang

dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing,

mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun,

dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga

penyelesaian skripsi.

2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian

dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik,

mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi

perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti

selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.

3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sekalu Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen triangulasi

data penelitian yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,

membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang

membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan

penulisan hingga penyelesaian skripsi.

4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing

penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik,

mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi

perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti

(15)

xii

5. Para dosen yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,

membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang

membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi di Program

Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia.

6. Bapak R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, atas bantuan dan pelayanan kepada mahasiswa

dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

7. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Ibu

Yosepha Calasantia Susanti, yang tiada hentinya mendukung dalam bentuk

apa pun serta doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus; Juga

kepada saudari-saudaraku yang selalu mendukung dan mendoakanku;

Kepada kekasihku beserta keluarga, Martha Sovia Rosalina yang dengan setia

mendukung, mendoakan peneliti sepenuh hati, dan bersedia menantiku hingga

selesai studi.

8. Rekan penelitian payung, Renaldus Beatus Joe, Sr. Maria Felis Contesa, Ade

Supianto, Devi Pusawati, yang dengan luar biasa mendukung dan

memotivasiku serta kerja sama yang baik dalam penyelesaian penelitian dan

skripsi.

9. Teman/sahabat kost Agustinus Datu Linggi’ dan Fernando Juliawan, serta

teman gendhengAndreas Frengky Wijayanto dalam memotivasi, mengkritik, mengingatkan, diskusi, dan memberi pendapat, serta canda tawa dan bergila

bersama yang membuat bergairah dan kembali bergairah peneliti dalam

melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.

10. Teman-teman seangkatan 2009 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, teman-teman seangkatan dari TK, SD, SMP, dan SMA di Ketapang

Kalimantan Barat yang walaupun jarang bertemu lagi yang dalam tegur sapa

melalui media elektronik selalu mendukung dan memotivasi.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan

(16)

xiii

Sekali lagi penulis/peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih mengalami kesulitan serta tidak lepas dari kekurangan dan/atau kesalahan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang

membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik; serta diskusi yang lebih

mendalam berkaitan dengan tema dan topik skripsi ini, besar harapan dan cita-cita

peneliti untuk membahas lebih jauh dan mendalam mengenai tema dan topik

penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya

serta sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, 1 September 2015

Penulis

(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 4

1.6 Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

2.1 Penelitian yang Relevan ... 7

(18)

xv

2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa ... 10

2.2.2 Imbuhan ... 13

2.2.2.1 Prefiks ... 15

2.2.2.2 Infiks ... 28

2.2.2.3 Sufiks ... 29

2.2.2.4 Konfiks ... 36

2.2.2.5 Simulfiks ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 43

3.3 Instrumen Penelitian ... 43

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

3.6 Triangulasi Data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1 Deskripsi Data ... 50

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 51

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 83

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sering dilakukan

oleh banyak orang terutama kaum terpelajar. Tulisan-tulisan yang dihasilkan

beragam, dari ragam tidak ilmiah sampai ragam ilmiah. Syair, lirik lagu, pantun,

surat pribadi, surat kabar, dan artikel bebas dapat diketegorikan ke tulisan yang

tidak ilmiah. Disertasi, tesis, skripsi dan tugas akhir adalah contoh dari hasil

kegiatan menulis melalui penelitian yang merupakan ragam ilmiah.

Pada kegiatan menulis, baik ragam ilmiah maupun tidak ilmiah, tidak

jarang ditemui terjadinya kesalahan. Kesalahan yang terjadi bentuknya pun

beragam. Kesalahan yang dilakukan ini merupakan bagian dari kesalahan

berbahasa. Menurut Pateda (1989:50), “kesalahan dalam berbahasa terjadi pada

(1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah

semantis”. Selain hal tersebut, Pateda (1989:50) mengemukakan penyebab

terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi 6 faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2)

bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.

Berdasarkan pendapat Pateda mengenai kemungkinan terjadinya kesalahan

berbahasa, peneliti menentukan untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi

di daerah morfologi bahasa dengan fokus penelitian pada kesalahan penggunaan

(20)

bahasa Indonesia juga mendapat perhatian dari ketiga peneliti terdahulu yang

peneliti temukan hasil penelitiannya.

Ketiga penelitian tersebut dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng

(2005) meneliti tentang kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater

Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata

berimbuhan me-, Enung Marlina (1989) meneliti tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia, dan Donata Simu

(1985) meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran -kan pada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia.

Peneliti akan meneliti jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan

imbuhan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah yang berupa tugas akhir

mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

lulusan tahun 2013. Peneliti akan mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa

dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang berupa awalan (prefiks),

sisipan (infiks), akhiran (sufiks), imbuhan gabung (simulfiks), dan imbuhan

terbelah (konfiks).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Jenis Kesalahan Berbahasa

dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik

Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013” dengan 2

dasar pemikiran. Kedua dasar pemikiran tersebut adalah (1) penggunaan imbuhan

bahasa Indonesia sangat penting dalam barbahasa Indonesia baik dalam bahasa

(21)

dalam penulisan karya ilmiah khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro dalam

menyusun tugas akhir.

Peneliti menentukan tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro sebagai subjek

penelitian karena tugas akhir tersebut dapat dijadikan indikator keterampilan

berbahasa mahasiswa teknik elektro. Di samping hal tersebut tugas akhir

merupakan wadah bagi para peneliti—mahasiswa Teknik Elektro—untuk

menunjukkan ide atau gagasan yang mereka miliki kepada orang lain.

Ketersampaian ide atau gagasan yang mereka miliki tergantung ketepatan

pemakaian bahasa yang digunakan. Mahasiswa Teknik Elektro fokus studinya

adalah ilmu yang berkaitan dengan keelektronikan bukan kebahasaan—bahasa

Indonesia. Istilah-istilah dalam bahasa keelektronikan yang terkadang sulit

dilekatkan ke imbuhan bahasa Indonesia yang mengakibatkan mereka cenderung

salah dalam menuliskannya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian

ini adalah apa saja jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat pada tugas

akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah

mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat di tugas

akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta lulusan tahun 2013.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, peneliti berharap adanya manfaat bagi para pihak

yang memerlukan.

1. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

penyusunan karya ilmiah seperti tugas akhir, terutama dalam penggunaan

imbuhan bahasa Indonesia.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, inspirasi dan

wawasan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing akan pentingnya imbuhan

bahasa Indonesia saat membimbing mahasiswa menyusun karya ilmiah seperti

tugas akhir.

3. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi

pengetahuan serta wawasan dalam berbahasa Indonesia terutama dalam

menggunakan imbuhan bahasa Indonesia.

1.5 Batasan Istilah

Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis tugas akhir mahasiswa

(23)

dengan fokus penelitian berupa jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan

imbuhan bahasa Indonesia. Adapun istilah-istilah yang menjadi pokok dalam

penelitian ini.

a. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada penelitian ini

bermaksud mendeskripsikan sebab kesalahan, penanda kesalahan, dan bentuk

kesalahan yang terjadi dalam proses menggunakan—dari penentuan imbuhan

pada sebuah dasar hingga akhirnya menuliskannya dalam bentuk kata

jadiannya—berdasarkan jenis imbuhan bahasa Indonesia yaitu prefiks

(awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan

simulfiks (imbuhan gabung). Kesalahan penggunaan imbuhan tersebut akan

dideskripsikan dari kesalahan yang terdapat pada tugas akhir-tugas akhir

mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta lulusan tahun 2013.

b. Jenis dapat diartikan sebagai kalisifikasi kesalahan penggunaan imbuhan

berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu.

c. Kesalahan berbahasa adalah tidak tepatnya pengguanaan kaidah-kaidah

berbahasa dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini adalah

kesalahan berbahasa dalam tulisan.

d. Imbuhan merupakan bubuhan pada kata dasar yang membentuk kata baru;

afiks. Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan

unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan

(24)

Imbuhan terbagi menjadi empat jenis imbuhan dan dari setiap jenis itu

memiliki bentuk, arti dan fungsi masing-masing.

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi

pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori berisi

penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III adalah metodologi penelitian

berisi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik analisis data, triangulasi.

Pada bab IV dipaparkan hasil penelitian data, analisis data, dan

pembahasan. Hasil penelitian data ini diperoleh dari data penelitian, yaitu tugas

akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata

Dharma lulusan tahun 2013. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis. Hasil

analisis data tersebut kemudian dibahas untuk memecahkan masalah yang

terdapat di bab 1, yaitu di dalam rumusan masalah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang peneliti buat

berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan inilah yang menjadi

hasil dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga memaparkan beberapa saran yang

(25)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan

berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran

2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-. Donatus Doweng

Kumanireng menemukan ada tiga jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas

II SMA Frater Disamakan, Makasar. Ketiga jenis kesalahan itu meliputi

(1)kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-ada 50 kesalahan, (2) kesalahan

penggunaan fungsi dan makna afiks me- ada 69 kesalahan, dan (3) pemenggalan

kata berimbuhan me-ada 30 kesalahan.

Enung Marlina (1989), tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan

kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya Enung Marlina

membandingkan kata kerja berimbuhan pada bahasa Sunda dengan kata kerja

berimbuhan bahasa Indonesia. Enung Marlina menemukan adanya kemiripan kata

kerja berimbuhan bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia

yang menghasilkan ramalan kesukaran atau ramalan kesalahan bagi siswa Sunda

dalam belajar Bahasa Indonesia. Kesukaran yang terjadi karena siswa Sunda

cenderung untuk membentuk kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia dengan

memakai afiks pembentuk kata kerja bahasa Sunda.

Donata Simu (1985), meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran

(26)

Donata Simu menemukan keanehan atau kejanggalan dalam proses pelekatan

akhiran -kan dengan kata kerja intransitif yang terjadi pada, (1) terjadinya

peristiwa yang penyebabnya ada di luar kehendak atau kontrol subjek. (2)

terjadinya peristiwa pada diri subjek, ditujukan pada sekelilingnya baik pada

benda atau orang tertentu maupun umum, disebabkan oleh hal atau keadaan

tertentu, (3) terjadinya peristiwa karena dikehendaki subjek dan tidak dapat

diwakilkan pada orang lain. Dalam penelitiannya, Donata Simu juga menemukan

kata kerja-kata kerja intransitif yang dapat dilekati akhiran -kan yang

dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan arti yang timbul dalam konteksnya: (1)

kelompok data yang objeknya dikenai tidakan atau kegiatan yang tertera di

dalamnya, (2) kelompok data yang objeknya tertera dalam keadaan tertentu

(statif), (3) kelompok data yang objeknya aktif melakukan tindakan atau kegiatan

yang tertera di dalamnya.

Donata Simu menyimpulkan bahwa pelekatan akhiran -kanpada kata kerja

intransitif yang membutuhkan objek merupakan kebiasaan para pengguna asli

bahasa Indonesia. Kebiasaan ini sudah menjadi kaidah sehingga jika pelekatan itu

tidak diikuti akan dianggap salah atau janggal.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng

(2005), Enung Marlina (1989), dan Donata Simu (1985), menujukkan penggunaan

imbuhan bahasa Indonesia dari tahun yang berbeda terdapat adanya kesalahan.

Kesalahan terjadi karena pengguna memiliki konvensi berbahasa tersendiri yang

dianggap tidak sesuai dengan perkembangan teori yang ada, seperti yang

(27)

yang lebih dari satu (dwibahasawan), seperti penelitian yang dilakukan oleh

Enung Marlina; dan tidak pahamnya pengguna bahasa akan aturan berbahasanya

sehingga terjadi kesalahan berbahasa seperti penelitian yang dilakukan oleh

Donatus Doweng Kumanireng.

Dari ketiga penelitian tersebut, peneliti melihat bahwa setiap pengguna

memiliki latar belakang dan/atau pengalaman berbahasa yang berbeda-beda. Dari

ketiga penelitian terdahulu yang diperoleh peneliti, hal tersebut menunjukkan

bahwa kegiatan berbahasa yang dilakukan pengguna bahasa ternyata tidak lepas

dari kesalahan berbahasa karena tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia.

Demikianlah ketiga penelitian terdahulu yang peneliti jadikan landasan

dalam penelitian ini. Ketiga penelitian ini juga mendukung dan berkaitan

penelitian ini karena topik utama yang dibahas berkaitan dengan kesalahan

berbahasa dengan fokus penelitian imbuhan bahasa Indonesia. Dari kesamaan

topik dan fokus penelitian tersebut ada aspek yang belum dibahas dan menjadi

perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa

dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yang meliputi prefiks, infiks,

akhiran, dan gabungan imbuhan serta imbuhan terbelah. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui jenis-jenis dan penyebab kesalahan berbahasa khususnya

penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada subjek penelitian yaitu tugas akhir

(28)

2.2 Kajian Teori

Pada subbab ini, peneliti memaparkan teori-teori yang membahas

variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Dari judul “Jenis-jenis

Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa

Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan

Tahun 2013”, peneliti akan memaparkan variabel jenis-jenis kesalahan berbahasa,

variabel imbuhan serta jenis-jenisnya sebagai berikut.

2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan teori-teori yang berkaitan

dengan jenis-jenis kesalahan berbahasa. Hal tersebut meliputi pengertian dan

jenis-jenis kesalahan berbahasa itu sendiri.

Berkaitan dengan kesalahan berbahasa, Setyawati (2010:13-14)

berpendapat bahwa kesalahan memiliki nuansa kata dengan penyimpangan,

pelanggaran, dan kekhilafan. Setyawati (2010:13) menyatakan bahwa kata ‘salah’

dapat diantonimkan dengan kata ‘betul’, sehingga ‘salah’ dapat diartikan tidak

betul atau tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Setyawati

(2010:13) melanjutkan bahwa penyimpangan adalah menyimpang dari norma

yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa tahu norma yang benar, namun

menyimpang karena alasan tertentu sehingga tidak menggunakan norma yang ada.

Pelanggaran dalam hal berbahasa, Setyawati (2010:14) menyatakan bahwa

pengguna bahasa tahu akan adanya norma namun dengan penuh kesadaran tidak

(29)

kehilafan dalam hal berbahasa bahwa terjadinya proses psikologis pengguna

bahasa yang mengakibatkan kekhilafan menerapkan teori atau norma bahasa yang

ada pada dirinya. Akibatnya adalah kekhilafan tersebut memunculkan sikap

keliru.

Setyawati (2010:15) menyimpulkan “kesalahan berbahasa adalah

penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari

faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma

kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.” Selain

Setyawati, Ekowardono (1989:1) berpendapat, “sebab mendasar (fundamental)

terjadinya kesalahan berbahasa ialah kurangnya penguasaan bahasa pada pemakai

bahasa. Penguasaan yang kurang itu dapat terjadi dalam aspek fonologis,

morfologis, sintaktis, leksikal (semantis) atau pun dalam aspek situasi

sosiolinguistis dan psikolingusistis yang mendukung penggunaan aspek-aspek

itu”.

Ekowardono (1989:1) melajutkan gagasannya sebagai berikut.

Bagi pemakai bahasa yang monolingual keadaan itu kerap terjadi pada masa awal usaha penguasaan bahasa ibunya, yakni pada masa kanak-kanak. Dalam masa perkembangannya secara berangsur-angsur kekurangan penguasaan aspek-aspek itu teratasi berkat bimbingan alamiah dari lingkungan bahasanya. Bagi pemakai bahasa dwilingual atau multilingual kurangnya penguasaan bahasa kedua menimbulkan gejala yang disebut interferansi, yakni gejala tercampurkannya fenomena bahasa pertama di dalam pemakaian bahasa kedua.

Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh pendapat Pateda (1989:50)

bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah

(30)

(1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi

enam faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4)

kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.

Seturut dari penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan seturut pendapat

Pateda, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa di

daerah morfologi, yaitu kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan/afiks.

Menurut Tarigan (1988:198), “kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai

bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah

menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata”.

Tarigan (1988) melanjutkan bahwa salah satu cara untuk meneliti

terjadinya kesalahan berbahasa adalah menggunakan perspektif taksonomi siasat

permukaan. Tarigan (1988:148) berpendapat bahwa taksonomi siasat permukaan

adalah suatu cara untuk menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur

permukaan berubah. Tarigan (1988:149) menambahkan bahwa secara garis besar

kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan adalah

penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun.

Tarigan (1988:149) berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan yang bersifat

penghilangan yang dimaksud taksonomi siasat permukaan adalah ketidakhadiran

suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan/tulisan yang baik dan benar.

Selanjutnya kesalahan bersifat penambahan. Menurut Tarigan (1988:151),

“kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang

(31)

Kemudian kesalahan yang berupa salah formasi, menurut Tarigan

(1988:154), “kesalahan yang berupa misformaton atau salah-formasi ini ditandai

oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah”. Kesalahan yang

keempat adalah salah susun; Tarigan (1988:157) menyatakan bahwa kesalahan

tersebut ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau

kelompok morfem dalam suatu ucapan atau tuturan—dalam penelitian ini berupa

tulisan.

2.2.2 Imbuhan

Di dalam morfologi bahasa, Arifin dan Junaiyah (2009) berpendapat

bahwa terdapat suatu proses yang disebut proses morfologis. Di dalam proses

morfologis terdapat suatu proses yang disebut afiksasi atau pengimbuhan.

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:10), “afiksasi adalah proses morfologis yang

mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks”. Menurut Arifin

dan Junaiyah (2009:2-3), afiks atau imbuhan adalah morfem terikat yang tidak

dan/atau memiliki alomorf .

Ramlan (2009:55) memberikan penjelasan bahwa imbuhan (afiks) ialah

suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang

bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada

satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Chaer (2011:197)

berpendapat, “dalam penggunaan imbuhan acapkali sebuah kata dasar atau bentuk

dasar perlu diberi imbuhan dahulu untuk dapat digunakan di dalam pertuturan”.

(32)

fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya

berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Chaer (2011:197)

menambahkan bahwa imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada

keperluan penggunaannya di dalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu

malah sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan

dibubuhi pula dengan imbuhan lain.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paparan teori Arifin dan

Junaiyah mengenai imbuhan yang digunakan sebagai acuan dalam analisis data

penelitian. Arifin dan Junaiyah (2009:5) berpendapat, “afiks atau imbuhan di

dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran

imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan

makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.” Peneliti mencontohkan sebuah dasar

yang dibubuhi konfiks peng-…-ansebagai berikut.

a. Bentuk hijau (kata dasar)

penghijauan (kata jadian) b. Kategori hijau (kata sifat)

penghijauan (nomina) c. Fungsi hijau (keterangan)

penghijauan (bisa subjek) d. Makna hijau

penghijauan (proses, perbuatan, atau cara menghijaukan)

Dari contoh tersebut sangat jelas bahwa imbuhan memiliki peran yang

sangat penting dalam kegiatan berbahasa. Kata ‘hijau’ dapat merupakan kata

dasar yang berkategori kata sifat, selain itu kata ‘hijau’ memiliki fungsi sebagai

keterangan. Ketika kata ‘hijau’ dibubuhi konfiks peng-…-an akan menjadi kata

(33)

tersebut berkategori nominayang memiliki fungsi tertentu dalam kalimat bisa saja

sebagai subjek, dan makna yang muncul adalah proses, perbuatan, atau cara

menghijaukan.

“Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan, yaitu prefiks (prefiks),

infiks (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks)” (Arifin dan

Junaiyah, 2009:4). Keempat jenis imbuhan tersebut dijabarkan sebagai berikut.

2.2.2.1 Prefiks

“Prefiks (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin

kata dasar, mungkin pula kata jadian). Bahasa Indonesia memiliki 8 prefiks

(prefiks), yaitu ber- dan per-, meng- dan di-, ter-, ke, dan se-”(Arifin dan

Junaiyah, 2009:6). Kedelapan prefiks tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh

Arifin dan Junaiyah (2009:22-57) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.

a. Prefiksber

-“Prefiks atau prefiks ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan mer

-yang sudah merupakan bentuk arkais)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:22). Adapun

contohnya sebagai berikut.

1) ber- + suku awal mengandung -er- be-, seperti bekerja, beternak; dan dasar yang berfonem awal /r/ seperti berawadan berencana. 2) ber- + {ajar} belajar

{unjur} belunjur

(34)

“Prefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Kalimat yang

predikatnya berupa kata kerja berprefiks ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat

memiliki pelengkap atau keterangan” (Arifin dan Junaiyah, 2009:23).

Kata kerja berprefiksber- memiliki makna seperti berikut:

1) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, seperti

Kakak membeli televisi berwarna. ‘kakak membeli televisi yang memiliki warna’; televisi yang ada warna’

Adik latihan menulis di buku bergaris.‘adik latihan menulis di buku yang ada garisnya’; ‘ buku yang ada garis’

2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti

Saya berkakak kepadanya. ‘saya menyatakan kakak kepadanya’; ‘saya menyapanya kakak’

Andre bersaudara dengan Tina. ‘Andre menyatakan saudara dengan Tina’; ‘Andre menyapa Tina saudara/i’

3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti

Pohon itu berbuah mangga. ‘pohon itu menghasilkan mangga’

gunung berapi(arkais: gunung merapi) ‘gunung yang mengeluarkan api’

4) ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti

Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’

Kakekku bertukang di rumah tetangga. ‘kakek bekerja sebagai tukang di rumah tetangga’

5) ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri (resiprokal)’, seperti

Ia sedang bercukur.‘ia sedang mencukur dirinya sendiri’

Agus sedang bersikat gigi. ‘Agus sedang menyikat giginya sendiri’

6) ‘mendapat’, ‘dapat di-…’, atau ‘dikenai’, seperti

Kalimat itu berterima. ‘kalimat yang dapat diterima’

(35)

7) ‘memakai’ atau ‘mengenakan’, ‘menggunakan’; ‘mengendarai’ atau ‘naik’,

seperti

Didi bersepeda ke rumahku. ‘Didi mengendarai sepeda ke rumahku’

Dono berjam tangan Rolex. ‘Dono mengenakan jam tangan Rolex’

8) ‘menjadi kelompok’, seperti

Agar dapat menang kalian harus bersatu. ‘Agar dapat menang kalian harus menjadi satu (bekerja sama dalam satu kelompok)’

Mereka bertujuh adalah anggota Cherrybelle. ‘mereka tujuh orang yang menjadi satu kelompok adalah anggota Cherrybelle’

b. Prefiks meng

-Arifin dan Junaiyah (2009:29-34) memilih prefiks meng- sebagai salah satu

prefiks dalam bahasa Indonesia dan tidak memilih me- atau meN-. Menurut Arifin

dan Junaiyah variasi bentuk meng- (dibandingkan variasi bentuk lain, yaitu: mem-,

men-, meny-, me-, dan menge-) lebih banyak memberikan distribusi ketika

dilekatkan ke bentuk dasar.

Prefiks meng- mengalami proses morfologis yang menentukan penggunaan

variasi bentuk meng-. Penggunaan variasi bentuk tersebut berdasarkan kepada

fonem awal bentuk dasar yang akan dilekatinya. Proses morfologis dapat

digambarkan sebagai berikut.

meng- menjadi: meng- + {vokal, g, k, h, kh, x} mem- + {b, f, p, v}

men- + {t, d, sy, z} meny- + {s,c, j}

(36)

Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (transitif dan

taktransitif). Makna yang timbul dari prefiks meng- adalah sebagai berikut.

1) ‘melakukan’, ‘mengerjakan’, seperti

Anak itu rajin membaca buku. ‘anak itu rajin melakukan baca buku’

Penjahit itu sedang memotong kain. ‘penjahit itu sedang melakukan potong kain’

2) ‘menjadi’, seperti

Otot lengannya membesar. ‘otot lengannya menjadi besar’

Jangan berpikir mendua. ‘jangan berpikir menjadi dua cabang’

3) ‘melakukan peringatan’, seperti

Misa meniga hari kakek. ‘misa memperingati tiga hari kakek meninggal’

Kenduri menujuh bulan. ‘kenduri memperingati tujuh bulan kehamilan’

4) ‘menggunakan’ atau ‘memakai’, seperti

menggunting baju‘memotong baju menggunakan gunting’

mengapak pohon ‘memotong/menebang pohon menggunakan kapak’

5) ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’, seperti

menggambar pemandangan‘membuat gambar pemandangan’

orang itu sering membual ‘orang itu sering membuat bualan’

6) ‘mengeluarkan (suara)’, seperti

kambing mengembik ‘kambing mengeluarkan suara (bunyi) embik’ harimau mengaum ‘harimau mengeluarkan suara (bunyi) aum’

7) ‘memberi’ atau ‘melengkapi dengan’, seperti

mengecat mobil‘melengkapi mobil dengan cat’

memagari rumah‘memberi atau melengkapi rumah dengan pagar’

8) ‘menuju’, seperti

(37)

George Lorenso menepi karena motornya bermasalah. ‘George Lorenso menuju tepi lintasan balapan karena motornya bermasalah’

Awu melaut dengan selamat sampai Surabaya. ‘Awu menuju laut dengan selamat sampai Surabaya’

9) ‘mencari’, seperti

Ia mendamar ke hutan. ‘ia mencari damat ke hutan’

Darmana pergi merotan. ‘Darmana pergi mencari rotan’

10) Dalam ragam lisan terdapat beberapa kata yang sering diucapkan dengan

salah, seperti berikut.

(a) meng- + traktir “menraktir” (b) meng- + transfer “menransfer” (c) meng- + kritik “mengritik” (d) meng- + praktik(kan) “memraktikkan”

Keempat kata tersebut dalam ragam lisan diucapkan salah, seharusnya adalah

sebagai berikut.

(a) meng- + traktir mentraktir (b) meng- + transfer mentransfer (c) meng- + kritik mengkritik (d) meng- + praktik(kan) mempraktikkan

Jika prefiks meng- dilekatkan pada dasar yang dimulai dengan gugus

konsonan, seperti dr, gr, kl, pr, str, tr, gugus tersebut tidak luluh.

c. Prefiksdi

-Prefiks di- memiliki bentuk yang tetap atau tidak berubah (Arifin dan

Junaiyah, 2009:39). Arifin dan Junaiyah (2009:40) menyatakan bahwa prefiksdi

-berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif; prefiksdi- berkaitan dengan prefiks

(38)

Prefiksdi- memiliki makna sebagai berikut:

1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’, seperti

Ia dihukum karena korupsi. ‘ia dikenai hukuman/tindakan hukum karena korupsi’

Ayam itu dipotong menjadi beberapa bagian. ‘Ayam itu dikenai tindakan potong menjadi beberapa bagian’

2) ‘dikenai dengan’, seperti

Pohon itu diparang. ‘pohon itu dipotong /dikenai dengan parang’

Kain itu disiletnya. ‘kain itu dipotong nya dengan silet’

3) ‘dibuat atau ‘dijadikan’, seperti

Nangka itu digulai. ‘nangka itu itu dibuat/dijadikan gulai’

Daging sapi itu direndang. ‘daging sapi itu dibuat/dijadikan rendang’

4) ‘diberi’ atau ‘dilengkapi dengan’, seperti

Dinding kamarnya dicat biru langit. ‘dinding kamarnya diberi cat biru langit’

Cristiano Ronaldo disanksi tiga kali tidak bertanding. ‘Christiano Ronaldo diberi sanksi tiga kali tidak bertanding’

d. Prefikske

-“Prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada

dasar, seperti kepada dan ketua” (Arifin dan Junaiyah, 2009:40). Bahasa

Indonesia memiliki dua buah prefiks ke-, yaitu prefiks ke- yang berfungsi

sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan prefiks

ter-) dan prefikske- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan

(39)

Prefikske- memiliki makna sebagai berikut.

1) Prefikske- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut:

(a) (dalam ragam cakapan), prefikske- semakna dengan prefikster-, yang berarti

‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’, seperti

Yang dicari sudah ketemu. ‘yang dicari sudah tertemu’

Ita ketawa terbahak-bahak. ‘ia tertawa terbahak-bahak’

Bajumu kebawa saya.Bajumu terbawa saya’

Dia mati kelindas truk. ‘dia mati terlindas truk’

(b) ‘di urutan’ atau “pada urutan’, seperti

Ia menjadi juara ketiga. ‘ia menjadi juara di/pada urutan tiga’

Rusman menikahi anak ketiga Pak Bagong. ‘Rusman menikahi anak di/pada urutan tiga Pak Bagong’

2) Prefikske- pembentuk kata benda yang memiliki makna sebagai berikut:

(a) ‘yang memiliki sifat atau ciri’, seperti

ketua ‘yang memiliki sifat/ciri tua’

kekasih ‘yang memiliki sifat kasih’

kehendak ‘yang berciri hendak’

ketahu ‘yang memiliki ciri tahu’

(b) ‘kelompok kesatuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau

‘kumpulan’, seperti

Ketiga orang itu bekerja sama dengan baik.‘kumpulan tiga orang itu bekerja sama dengan baik’

Kedua produk itu kami beri diskon 25%. ‘kumpulan dua produk itu kami beri diskon 25%’

Bahasa Indonesia memiliki kata hendak dan tahu, disamping kata

kehendak dan ketahu. Hal itu juga sejalan ketika pengguna bahasa

menggunakan ragam cakap, seperti kemiri (miri), kemenyan (menyan),

(40)

itu, sering diucapkan tanpa prefikske-, tetapi maknanya tidak berubah (Arifin

dan Junaiyah, 2009:42).

e. Prefiksper

-Arifin dan Junaiyah (2009:42) berpendapat bahwa prefiks per- mengalami

perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar karena bentuk dan maknanya

berkaitan dengan imbuhan ber-. Perubahan bentuk prefiks per- seperti imbuhan

ber-.

1) per- pe- jika berarti ‘yang ber-…’, seperti pedagang,

perenang,peserta. 2) per- + {ajar} pelajar

+ {unjur} pelunjur

3) per- + per-, seperti perpanjangdan personal

“Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk

kata kerja (perfiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda

(prefiks nominal)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:43).

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:43), prefiksper- memiliki makna sebagai

berikut.

1) Prefiksper- yang membentuk kata kerja

(a) ‘(men)jadikan lebih’ (biasanya prefiksper- dilekatkan pada dasar yang berupa

kata sifat), seperti

Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’

Perbesar gambar itu. ‘jadikan lebih besar gambar itu’

(41)

(b) ‘membagi menjadi’, seperti

Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’

Seperdua gajinya utuh. ‘satu bagian dari du bagian gajinya utuh’

2) Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:45), prefiks per- (pe-, pel-) yang

membentuk kata benda adalah sebagai berikut.

(a) ‘yang memiliki’ atau ‘yang ber-…’, seperti

meja persegi‘meja yang memiliki segi’; ‘meja yang bersegi’

anak pemalu ‘anak yang memiliki rasa malu’

(b) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang mengeluarkan’, seperti

kambing pesusu‘kambing yang menghasilkan susu’

sapi peanak ‘sapi yang menghasilkan anak’

ayam pedaging ‘ayam yang menghasilkan daging’

(c) ‘yang biasa melakukan’ (sebagai profesi, kebiasaan, kegemaran) atau ‘yang

ber-…’, seperti

pertapa‘(orang) yang bertapa’

peladang‘(orang) bekerja di ladang’; ‘(orang) yang berladang’

(d) ‘yang melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti

peuji ‘yang beruji’

lelaki pedandan ‘lelaki yang (suka) berdandan’

(e) ‘yang dikenai laku’ atau ‘yang ber-…’, seperti

pesuruh‘yang bersuruh’; ‘yang disuruh’

petatar ‘yang bertatar’; ‘yang ditatar’

f. Prefikspeng

-“Prefiks peng- mengalami perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya

berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks meng-, perubahan bentuk prefiks

(42)

2009:47-48). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48), prefiks peng- berfungsi

untuk membentuk kata benda; dan bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks

meng-. Artinya, artinya setiap kata benda yang berprefiks peng- bertalian bentuk

dan maknanya dengan kata kerja berprefiksmeng-.

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48-49), prefiks peng- memiliki makna

sebagai berikut.

1) ‘yang melakukan’, seperti

Atlet pelempar lembing. ‘atlet yang melakukan lembar lembing’

Jonny adalah penghias ruangan yang dapat diandalkan. ‘Jonny adalah orang yang menghias (melakukan hias) ruangan yang dapat diandalkan’

2) ‘yang menjadi’ atau ‘yang menjadikan’, seperti

Ia memang amat peragu. ‘ia memang (orang) yang amat menjadi ragu’

Sabun mandi adalah cairan pembersih tubuh. ‘sabun mandi adalah cairan yang menjadikan bersih tubuh.

penghapus pensil. ‘yang menjadikan pensil hilang (di atas kertas) atau terhapus di atas kertas’

pemberat ‘yang menjadikan berat’

3) ‘yang menggunakan’ atau ‘yang memakai’, seperti

penyabit‘yang menggunakan sabit (untuk menyabit)’

penggergaji‘yang menggunakan gergaji (untuk menggergaji)’

4) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang membuat’, seperti

penenun kain songket ‘yang membuat kain songket’

penyambal teri‘yang membuat sambal teri’

5) ‘yang mengeluarkan (suara)’, seperti

pengembik‘yang mengeluarkan suara embik’

pengaum‘yang mengeluarkan suara aum(an)’

6) ‘yang memberi’ atau ‘yang melengkapi dengan’, seperti

(43)

dollar Amerika menjadi pematok harga barang elektronik ‘dollar Amerika menjadi (nilai) yang member patok(an) harga barang elektronik’

7) ‘yang menuju’, seperti

pendarat ‘yang menuju darat’; ‘yang mendarat’ penyelam ‘yang menuju air untuk menyelam’

8) ‘yang mencari’ atau ‘yang mengumpulkan’, seperti

perotan‘yang mencari/mengumpulkan rotan’

pendata ‘yang mengumpulkan data’

g. Prefiks se

-Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:52), bahasa Indonesia mempunyai dua

jenis se- sebagai prefiks, yaitu se- yang merupakan bentuk klitik (dari kata esa)

dan se- yang membentuk adverbia (keterangan/tambahan). Keduanya tidak

mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan kata yang lain.

Prefiksse- berfungsi untuk membentuk klitik dan membentuk adverbia (Arifin

dan Junaiyah, 2009:52). Fungsi prefiks se- dapat dijelaskan dengan contoh:

seirama (satu irama), sesekolah (satu sekolah), sekamar (satu kamar) yang

merupakan prefiks se- yang merupakan klitik. Prefiks se- yang merupakan

adverbia dapat dicontohkan dengan seenaknya, selambatnya, segirangnya, dan

semampunya.

Makna yang timbul dari prefiks se- antara lain sebagai berikut (Arifin dan

Junaiyah, 2009:53).

1) Se- yang berupa bentuk klitik

(44)

sedesa‘satu desa’

sekota‘satu kota’

seiman‘satu iman’

(b) ‘seluruh’, seperti

se-Indonesia‘seluruh Indonesia’

seisi kamar‘seluruh isi kamar’

(c) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti

sepandai ‘sama pandai’

dalamnya selutut ‘dalamnya sampai lutut (misal masuk kolam)’ tingginya sepinggang ‘tingginya sampai pinggang’

2) Prefiksse- sebagai pembentuk adverbia (prefiks adverbial)

(a) ‘dengan’, seperti

seizinku‘dengan izinku’

serestu orang tuanya‘degan restu orang tuanya’

(b) ‘seturut’ atau ‘menurut’, seperti

setahuku‘menurut yang aku tahu’

seingatku‘menurut yang aku ingat’

seenaknya ‘dengan enaknya’

(c) ‘setelah’, seperti

setibanya‘setelah tibanya’

sedatangnya‘setelah datangnya’

h. Prefiks ter

-Arifin dan Junaiyah (2009:54) menyatakan bahwa imbuhan ter- dibagi

menjadi dua. Kedua prefiks tersebut adalah prefiks ter- yang membentuk kata

(45)

membentuk kata sifat (prefiks adjektival). Makna kedua prefiks ter- dijabarkan

sebagai berikut.

1) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna sebagai berikut

(Arifin dan Junaiyah, 2009:54).

(a) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti

Kami datang ketika pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’

Ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang terjatuh di tepi lapangan. ‘ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang dalam keadaan jatuh di tepai lapangan’

(b) ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja

atau tiba-tiba’, seperti

Ia berlari terkencing-kencing karena ketakutan. ‘Ia berlari sampai tiba-tiba kencing karena ketakutan’

Pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan. ‘pintu mobil Mercedes itu telah mengalami goresan karena diparkir sembarangan’

Udara kotor yang terhirup akan mengakibatkan bersin. ‘udara yang kotor yang dengan tidak sengaja dihirup akan mengakibatkan bersin’

(c) ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran

-kan)

Alam yang indah tidak terperikan. ‘alam yang indah tidak dapat diperikan’

Harga mainan itu terjangkau oleh orang tuanya. ‘harga mainan itu dapat dijangkau oleh orang tuanya’

Imbuhan ter- yang bermakna ‘telah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai

dikerjakan’ baik dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar), seperti

pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan, merupakan kata

(46)

Di bidang hukum, khususnya hukum peradilan ada istilah seperti tersangka,

terdakwa, dan terpidana. Prefiks ter- yang digunakan pada istilah tersebut

memberikan arti ‘yang di…’. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan sebagai

padanan istilah bahasa Inggris yang menggunakan bentuk past participle

adjective, seperti ‘sun burned’ ‘terbakar matahari’ dan ‘related problem’ ‘masalah

yang terkait’.

2) Prefikster- yang membentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’, seperti

Aku adalah pemuda terganteng di kampung. ‘aku adalah pemuda paling ganteng di kampung’

Olahraga termurah adalah olahraga lari. ‘olahraga paling murah adalah olahraga lari’

2.2.2.2 Infiks

“Infiks (sisipan) adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar. Bahasa

Indonesia memiliki 4 infiks, yaitu -el, -em, -er, dan -in” (Arifin dan Junaiyah,

2009:6). Arifin dan Junaiyah (2009:57-58) menambahkan bahwa kata dengan

infiks dianggap sebuah kata bukan kata berimbuhan. Namun Arifin dan Junaiyah

(2009:11) memberi penjelasan bahwa infiks -el-mengandung makna ‘kumpulan’,

‘aneka’; infiks -em- bermakna ‘sifat’; infiks -er- mengandung makna

‘mengandung’; dan infiks -in- digunakan sebagai padanan akhiran asing -end,

(47)

Keempat infiks tersebut jika dibubuhkan ke dalam kata dapat dicontohkan

sebagai berikut.

a. Infiks -el, sepertitelunjuk, telapak, pelatuk, gelembung, dan geligi. b. Infiks -em, sepertikemuning, kemelut, kemilau, gemerlap, dan temali. c. Infiks -er, sepertiserabut, seruling, gerigi,

d. Infiks -in, sepertikinerja, sinambung, tinambah

2.2.2.3 Sufiks

“Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar” (Arifin dan

Junaiyah, 2009:6). Bahasa Indonesia memiliki setidaknya enam sufiks atau

akhiran dan beberapa sufiks atau akhiran bahasa asing yang juga digunakan

dalam bahasa Indonesia. Akhiran-akhiran tersebut dijabarkan dan dijelaskan

oleh Arifin dan Junaiyah (2009:58-75) dan diringkas oleh peneliti sebagai

berikut.

a. Sufiks -an

Sufiks -antidak mengalami perubahan bentuk ketika dibubuhkan pada sebuah

dasar. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) akhiran -an memiliki fungsi

sebagai berikut.

1) sebagai pembentuk kata benda, yang memiliki hubungan dengan verba meng-;

2) dalam ragam cakapan, sufiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata sifat dan

pembentuk kata kerja.

Makna yang hadir ketika suatu kata atau dasar dibubuhi oleh sufiks –an,

(48)

1) sebagai pembentuk kata benda, sufiks -an berarti, ‘hasil’, ‘perolehan’,

‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’, seperti

manisan buah‘hasil memaniskan buah’

pukulan‘hasil menggerakkan telapak tangan dalam keadaan tertutup’

benjolan ‘akibat yang timbul karena terkena benda tumpul (dengan tenaga yang besar)’

uang taruhan‘uang yang dipertatuhkan’

liburan‘yang dilakukan saat libur’

buaian ‘yang di buai’

sisipan‘yang disisipkan’

2) sufiks –anyang berarti ‘kumpulan’, ‘gugus’, seperti

lautan ‘kumpulan laut’ daratan ‘kumpulan darat’ puluhan ‘kumpulan puluh’

3) sufiks -anyang berarti ‘yang mempunyai atau yang mengandung’, seperti

buah durian ‘buah yang mempunyai duri’

anak jalanan ‘anak yang (ada) di jalan’; ‘anak jalan’ tepian sungai ‘bagian/sisi tepi sungai’

4) sebagai pembentuk kata sifat, sufiks -an (dalam ragam cakapan) berarti

‘terlampau’ atau ‘terlalu’, seperti

gedean ‘terlalu gede’

panasan ‘terlalu panas’, ‘lebih panas’

banyakan‘terlalu/terlampau banyak’

gantengan ‘lebih/terlalu ganteng’

5) sufiks -an yang berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’ tampaknya berasal dari

konfiks ke-…-antetapi ke- pada konfiks itu tidak diucapkan, seperti

kekecilan ‘terlalu/terlampau kecil’

kebesaran‘terlalu/terlampau besar’

kegendutan‘terlalu/terlampau gendut’

kepanasan‘terlalu/terlampau panas’

(49)

6) dalam ragam cakapan, sufiks -an (berasal dari konfiks pembentuk kata kerja:

ber-…-an), arti yang timbul ‘melakukan dengan pelaku atau laku yang

banyak’ atau ‘saling’, seperti

Dona dan Dono tabrakan di depan kelas. ‘Dona dan Dono saling tabrak di depan kelas’

Sudah banyak orang yang berjualan. ‘sudah banyak orang yang berjual’

b. Sufiks –anda

Sufiks -anda (-nda, atau -da) merupakan sufiks penghormat atau (sufiks

honorifik) pada sejumlah istilah kekerabatan, seperti anakanda, ananda, anaknda,

dan ibunda (Arifin dan Junaiyah, 2009:60).

c. Sufiks–i

Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:60) sufiks -i ada dua, yaitu sufiks -i

sebagai pembentuk kata kerja dan sufiks -i (-iah, -wi, -wiah) sebagai pembentuk

kata sifat.

Sebagai pembentuk kata kerja, sufiks -i memiliki makna sebagai berikut.

1) ‘… di’, seperti

Aku turuni tangga itu lambat-lamabat. ‘aku turun di tangga itu dengan lambat’

Dono menaiki pohon mangga. ‘Dono naik di pohon mangga’

‘… kepada’, seperti

Kami kunjungi dia di rumah sakit. ‘Kami berkunjung kepada dia di rumah sakit’

(50)

‘… ke’, seperti

Hadapi dia dengan tenang. ‘Hadap ke dia dengan tenang’

memasuki‘masuk ke’

Burung itu menghinggapi dahan pohon mangga. ‘Burung itu hinggap ke dahan pohon mangga’

‘… dari’, seperti

hindari bahaya‘menghindar dari bahaya’

saya memiliki tiga buku. ‘saya pemilik dari tiga buku’

2) ‘membuang dari’, seperti

menguliti sapi‘membuang kulit ayam (membuang kulit dari badan ayam)’

menyisiki ikan‘membuang sisik (dari badan) ikan’

3) ‘berulang-ulang’ atau ‘berkali-kali’, seperti

Adik melempari mangga. ‘Adik melempar mangga berkali-kali’

Kakek memolesi tembok dengan cat. ‘kakek memoles tembok berkali-kali dengan cat’

4) ‘memberikan … kepada’, seperti

menugasi saya‘memberikan tugas kepada saya’

memanasi nasi ‘memberikan panas kepada nasi’

‘memasangi … dengan’ atau ‘memasangkan … pada’, seperti

memagari taman‘ memasangi taman dengan pagar’

menghitami kuku‘memasangkan hitam pada kuku’

‘… untuk’, seperti

menagisinya‘menangis untuknya’

Nike menghadiahi Adidas sepeda baru ‘Nike memberi hadiah untuk Adidas sepeda baru’

Sufiks -i (-wi, -iah, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat memiliki arti

‘bersifat’ atau ‘berkenaan dengan’, seperti berikut.

1) alami ‘bersifat alam’; ‘berkenaan dengan alam’ 2) Badani ‘bersifat badan’; ‘berkenaan dengan badan’ 3) Jasmaniah ‘bersifat jasmani’; ‘berkenaan dengan jasmani’ 4) Akharwi ‘bersifat akhirat’; ‘berkenaan dengan akhirat’

(51)

Arifin dan Junaiyah (2009:61) menambahkan bahwa akhiran -i, -wi, -iah,

-wiah diserap dari bahasa Arab. Akhiran-akhiran tersebut digunakan untuk

penentuan penggunaan imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Akhiran -i atau -wi

termasuk kelompok maskulin dan akhiran -iah atau -wiah termasuk kelompok

Gambar

Tabel Data Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program
gambar 2.5[2].
Tabel 3.1.prefiks
Gambar 4.3 memperlihatkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Uji ANOVA Organoleptik Kekenyalan Mi Basah Beras Merah Berbagai Proporsi Terigu dengan Tepung Beras Merah ... Hasil Uji DMRT Organoleptik Kekenyalan Mi Basah Beras Merah 92

Apabila pada awal tahun polis ke-37 Bapak Riko meninggal dunia (pada usia 60 dan setelah memasuki Usia Mapan), maka Pemegang Polis/Penerima Manfaat akan menerima Manfaat

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh brand image terhadap keputusan konsumen menggunakan.. jasa promosi

Nilai amplitudo dan fase dari komponen pasang surut daerah perairan pelabuhan Kuala Tanjung dengan pengolahan metode admiralty untuk bulan Januari sampai Desember

Jumlah rata – rata penilaian pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran strategi elaborasi dari pertemuan pertama sampai. dengan pertemuan terakhir

Jika ditinjau dari keberhasilan Negara- negara yang telah menerapkan ITF sebagai kebijakan moneter bank sentral maka sudah sepatutnya untuk dapat diterapkan juga

Untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan data laporan keuangan pertahun dari 12 (dua belas) perusahaan pertambangan di Bursa Effek Indonesia yang memuat data return

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator persepsi (X1),pembelajaran (X2), keyakinan & sikap (X3) dan motivasi (X4) berpengaruh secara simultan dan secara parsial yaitu