viii ABSTRAK
Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.
Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.
ix ABSTRACT
Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.
Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.
JENIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA
PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
LULUSAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Nikolaus Subandi
091224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
JENIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA
PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
LULUSAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Nikolaus Subandi
091224029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati, penelitian ini peneliti atau Si Bungsu atau Dimas Nikolaus Subandi atau Mr. Bpersembahakan kepada:
Tri Tunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus
Keluarga Besar Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Si Bungsu kepada Keluarga:
Yth. Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Yth. Ibu Yosepha Calasantia Susanti; Yts. Kangmas Antonius Susanto, Yts. Kangmas Suryana, dan Yts. Mbakayu LidwinaWindaryani;
serta keluarga besar Mbah Kakung Frederikus Yusmin (Alm.) dan Mbah Kakung Petrus Yatimin (Alm.) serta Mbah PutriAlfonsa Alfatekah dan Mbah PutriSupini
Ytc. Kekasihku, Temanku, Sahabatku, Pelabuhan Hatiku, yang akan
menemaniku hingga akhir hayat: Martha Sovia Rosalina
Bapak dan/atau Ibu Kos:
Suradji (kos 1), Sulis (kos 2), Kos Wisma Al-Barokah, dan Kos Pelangi
Para Sahabat Karib di Yogyakarta:
Rm. Eduardus Sateng Tanis, Fernando Juliawan, Agustinus Datu Linggi’, Rinaldus Beatus Jo, Andreas Frengki Wijayanto, dan Marthina Omega Sriasa; juga Sr. Maria Fatima Kontesa, Ade Supiyanto, serta rekan-rekan CANA Community, Wisma Al-Barokah dan Kos Pelangi.
Teman-teman dan Sahabat dari Taman Kanak-kanak Hingga SMA:
v MOTTO
Dari Alkitab
Karena Dia yang melalui umatnya, memberiku petunjuk melalui tugas pertama untuk menjadi ‘Lektor’ saat Misa Hari Raya Natal Keluarga Kudus (Ketapang: Misa Kanak-kanak Tuhan Yesus Kristus)
Matius 5:13-16, Jadilah “Garam Dunia dan Terang Dunia”
Dari Catatan Peneliti
Refleksi penulis dari Sekolah Menengah Pertama,
“Hari Ini Harus Lebih Baik dari pada Hari Kemarin, Hari Esok Harus Lebih Baik dari pada Hari Ini”
Refleksi penulis usai mengikuti bedah buku “Menjadi Guru yang Cerdas dan Humanis” oleh pengarang Ignatia Esti Sumarah dan Eny Winarti pada tanggal 26 Mei 2015,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 1 September 2015
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Nikolaus Subandi
Nomor Induk Mahasiswa : 091224029
Demi membangun ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjududul:
JENIS KESALAHAN BERBAHASA
DALAM PENGGUNAAN IMBUHAN BAHASA INDONESIA PADA TUGAS AKHIR MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SANATA DHARMA LULUSAN TAHUN 2013
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal: 1 September 2015 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Subandi, Nikolaus. 2015. Jenis Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Lulusan Tahun 2013. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang terdapat pada tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lulusan tahun 2013. Sebelum mendeskripsikan temuan, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik dokumentasi. Kemudian peneliti menganalisis data yang terkumpul dengan teknik pengodean terbuka.
Melalui penelitian ini dan sesuai dengan rumusan masalah, peneliti menghasilkan temuan sebagai berikut. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia meliputi (1) kesalahan penggunaan prefiks, (2) kesalahan penggunaan sufiks, (3) kesalahan penggunaan simulfiks, dan (4) kesalahan penggunaan konfiks. Kesalahan-kesalahan tersebut ditandai oleh penambahan imbuhan, penghilangan imbuhan, salah susun imbuhan, dan salah formasi imbuhan. Prefiks memiliki jumlah kesalahan penggunaan terbanyak dibandingkan jumlah kesalahan penggunaan sufiks, jumlah kesalahan penggunaan konfiks, dan jumlah kesalahan penggunaan simulfiks. Kesalahan penggunaan prefiks meliputi (1) meng- ,(2) di-, (3)ke-, (4)peng-, dan (5)ter-. Kesalahan penggunaan sufiks – an; kesalahan penggunaan simulfiks meliputi (1) di-+-an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-kan, (4) meng-+-kan, (5) meng-+-an, dan (6) meng-+-i; dan kesalahan penggunaan konfiks meliputi (1) per-…-an,(2)peng-…-andan (3) ke-…-an.
ix ABSTRACT
Subandi, Nikolaus. 2015. Types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes in Electrical Engineering Student Final Project Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Thesis. Yogyakarta: Study Program of Language Education and Indonesian Literature, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
This qualitative descriptive study aimed to describe the types of Language Errors in the use of Indonesian Affixes contained in Electrical Engineering Students’ Final Assignment of Sanata Dharma University in Yogyakarta, Graduated in 2013. Before describing the findings, researchers collected data with documentation techniques. Then the researchers analyzed data collected with open coding techniques.
Through this research and in accordance with the formulation of the problem, researchers produced the findings as follows. Indoneisan affixes error types covers (1) misuse prefixs, (2) misuse suffixes, (3) misuse simulfixes, and (4) misuse konfix. The misuses marked by the addition of affixes, removal of affixes, stacking fault of affixes, and miss formation of affixes. Prefix is the highest number of errors compared to the number of errors the use of suffixes, the number of errors the use of konfiks, and the number of errors the use of simulfixes. Misuse of prefixes covers (1) meng- ,(2) di-, (3) ke-, (4) peng-, and (5) ter-. Misuse of suffixes covers -an, misuse of simulfixes covers (1) an, (2) di-+-kan, (3) peng-+-di-+-kan, (4) meng-+-di-+-kan, (5) meng-+-an, and (6) meng-+-i, misuse of konfiks covers (1) per-…-an,(2) peng-…-andan (3) ke-…-an.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah
memberikan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memeroleh
gelar sarjana.
Perolehan gelar yang harus dicapai sebagai tanda perjuangan yang luar biasa,
salah satu cita-cita, rasa syukur, tanggung jawab, bentuk kasih dari orangtua
kepada anaknya. Tidak sedikit tenaga, pikiran, biaya, motivasi, dan lain-lain yang
mereka curahkan kepada penulis. Tentu karya ini bukan satu-satunya yang ada
demikian, namun pengantar ini hanya sebatas ungkapan yang dapat peneliti
sampaikan pada bagian awal dari penulisan skripsi ini.
Penelitian yang peneliti lakukan merupakan seiota dari seluruh ilmu
pengetahuan dan cabang ilmu pengetahuan yang dapat disumbangkan melalui
penulisan skripsi ini. Berawal dari rasa keingintahuan peneliti serta pemenuhan
syarat untuk memeroleh gelar sarjana, peneliti sadar dan semakin terbuka
wawasan yang dimiliki. Namun ada hal yang lebih penting dan mendasar bahwa
pada hakikatnya, manusia diciptakan Tuhan, Allah, adalah untuk selalu berkarya
dalam hidupnya. Dengan penuh perjuangan pula, peneliti akhirnya dapat
menyelesaikan tugas pokok saat ini.
Bahasa Indonesia memberikan banyak peluang, kesempatan, dan harapan bagi
para pengguna dan pemelajarnya. Hal-hal tersebut menunjukan bahwa sebagai
pengguna dan pemelajar harus lebih aktif dan proaktif dalam berbahasa Indonesia.
Salah satu bentuk usaha yang berupa seiota inilah hasil persembahan peneliti
kepada pengguna dan pemelajar bahasa Indonesia.
Seberapa jauh yang peneliti buat harus ada masukan, pendapat, debat dan
diskusi, serta penelitian lain untuk melengkapi dan mengembangkan ilmu
pengetahuan yang ada. Dalam penelitian ini pula, peneliti masih memiliki rasa
ingin tahu bahwa seberapa jauh lagi peneliti sanggup untuk menyumbangkan
pendapat dan pikiran melalui penelitian selanjutnya yang tentunya masih
xi
peneliti lain—tidak menutup kemungkinan pengguna dan pemelajar bahasa
Indonesia—untuk berdiskusi demi kelanjutan pembahasan dan penelitian
selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Melalui kata pengantar ini pula peneliti ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi yang
dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi, membimbing,
mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang membangun,
dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan penulisan hingga
penyelesaian skripsi.
2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian
dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik,
mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi
perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti
selama studi dan penulisan hingga penyelesaian skripsi.
3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., sekalu Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus sebagai dosen triangulasi
data penelitian yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,
membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang
membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi dan
penulisan hingga penyelesaian skripsi.
4. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku dosen pembimbing
penelitian dan penyusunan skripsi yang dengan ketulusan hati telah mendidik,
mendampingi, membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi
perhatian, kritik yang membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti
xii
5. Para dosen yang dengan ketulusan hati telah mendidik, mendampingi,
membimbing, mendukung, dan memotivasi, memberi perhatian, kritik yang
membangun, dan masukan serta mendoakan peneliti selama studi di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoensia.
6. Bapak R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, atas bantuan dan pelayanan kepada mahasiswa
dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.
7. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Hubertus Yohanes Suparja dan Ibu
Yosepha Calasantia Susanti, yang tiada hentinya mendukung dalam bentuk
apa pun serta doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus; Juga
kepada saudari-saudaraku yang selalu mendukung dan mendoakanku;
Kepada kekasihku beserta keluarga, Martha Sovia Rosalina yang dengan setia
mendukung, mendoakan peneliti sepenuh hati, dan bersedia menantiku hingga
selesai studi.
8. Rekan penelitian payung, Renaldus Beatus Joe, Sr. Maria Felis Contesa, Ade
Supianto, Devi Pusawati, yang dengan luar biasa mendukung dan
memotivasiku serta kerja sama yang baik dalam penyelesaian penelitian dan
skripsi.
9. Teman/sahabat kost Agustinus Datu Linggi’ dan Fernando Juliawan, serta
teman gendhengAndreas Frengky Wijayanto dalam memotivasi, mengkritik, mengingatkan, diskusi, dan memberi pendapat, serta canda tawa dan bergila
bersama yang membuat bergairah dan kembali bergairah peneliti dalam
melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi.
10. Teman-teman seangkatan 2009 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, teman-teman seangkatan dari TK, SD, SMP, dan SMA di Ketapang
Kalimantan Barat yang walaupun jarang bertemu lagi yang dalam tegur sapa
melalui media elektronik selalu mendukung dan memotivasi.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua dukungan
xiii
Sekali lagi penulis/peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih mengalami kesulitan serta tidak lepas dari kekurangan dan/atau kesalahan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik; serta diskusi yang lebih
mendalam berkaitan dengan tema dan topik skripsi ini, besar harapan dan cita-cita
peneliti untuk membahas lebih jauh dan mendalam mengenai tema dan topik
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya
serta sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 1 September 2015
Penulis
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Batasan Istilah ... 4
1.6 Sistematika Penyajian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
2.1 Penelitian yang Relevan ... 7
xv
2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa ... 10
2.2.2 Imbuhan ... 13
2.2.2.1 Prefiks ... 15
2.2.2.2 Infiks ... 28
2.2.2.3 Sufiks ... 29
2.2.2.4 Konfiks ... 36
2.2.2.5 Simulfiks ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42
3.1 Jenis Penelitian ... 42
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ... 43
3.3 Instrumen Penelitian ... 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.5 Teknik Analisis Data ... 44
3.6 Triangulasi Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Deskripsi Data ... 50
4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 51
BAB V PENUTUP ... 78
5.1 Kesimpulan ... 78
5.2 Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
LAMPIRAN ... 83
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini kegiatan menulis merupakan sesuatu yang sering dilakukan
oleh banyak orang terutama kaum terpelajar. Tulisan-tulisan yang dihasilkan
beragam, dari ragam tidak ilmiah sampai ragam ilmiah. Syair, lirik lagu, pantun,
surat pribadi, surat kabar, dan artikel bebas dapat diketegorikan ke tulisan yang
tidak ilmiah. Disertasi, tesis, skripsi dan tugas akhir adalah contoh dari hasil
kegiatan menulis melalui penelitian yang merupakan ragam ilmiah.
Pada kegiatan menulis, baik ragam ilmiah maupun tidak ilmiah, tidak
jarang ditemui terjadinya kesalahan. Kesalahan yang terjadi bentuknya pun
beragam. Kesalahan yang dilakukan ini merupakan bagian dari kesalahan
berbahasa. Menurut Pateda (1989:50), “kesalahan dalam berbahasa terjadi pada
(1) daerah fonologi, (2) daerah morfologi, (3) daerah sintaksis, dan (4) daerah
semantis”. Selain hal tersebut, Pateda (1989:50) mengemukakan penyebab
terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi 6 faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2)
bahasa ibu, (3) lingkungan, (4) kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.
Berdasarkan pendapat Pateda mengenai kemungkinan terjadinya kesalahan
berbahasa, peneliti menentukan untuk meneliti kesalahan berbahasa yang terjadi
di daerah morfologi bahasa dengan fokus penelitian pada kesalahan penggunaan
bahasa Indonesia juga mendapat perhatian dari ketiga peneliti terdahulu yang
peneliti temukan hasil penelitiannya.
Ketiga penelitian tersebut dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng
(2005) meneliti tentang kesalahan berbahasa siswa kelas II SMA Frater
Disamakan, Makasar, tahun ajaran 2004/2005 dalam menggunakan kata
berimbuhan me-, Enung Marlina (1989) meneliti tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia, dan Donata Simu
(1985) meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran -kan pada basis kata kerja intransitif dalam bahasa Indonesia.
Peneliti akan meneliti jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan
imbuhan bahasa Indonesia dalam penulisan karya ilmiah yang berupa tugas akhir
mahasiswa program studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
lulusan tahun 2013. Peneliti akan mendeskripsikan jenis kesalahan berbahasa
dalam penggunaan imbuhan bahasa Indonesia yang berupa awalan (prefiks),
sisipan (infiks), akhiran (sufiks), imbuhan gabung (simulfiks), dan imbuhan
terbelah (konfiks).
Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Jenis Kesalahan Berbahasa
dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa Program Studi Teknik
Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan Tahun 2013” dengan 2
dasar pemikiran. Kedua dasar pemikiran tersebut adalah (1) penggunaan imbuhan
bahasa Indonesia sangat penting dalam barbahasa Indonesia baik dalam bahasa
dalam penulisan karya ilmiah khususnya bagi mahasiswa Teknik Elektro dalam
menyusun tugas akhir.
Peneliti menentukan tugas akhir mahasiswa Teknik Elektro sebagai subjek
penelitian karena tugas akhir tersebut dapat dijadikan indikator keterampilan
berbahasa mahasiswa teknik elektro. Di samping hal tersebut tugas akhir
merupakan wadah bagi para peneliti—mahasiswa Teknik Elektro—untuk
menunjukkan ide atau gagasan yang mereka miliki kepada orang lain.
Ketersampaian ide atau gagasan yang mereka miliki tergantung ketepatan
pemakaian bahasa yang digunakan. Mahasiswa Teknik Elektro fokus studinya
adalah ilmu yang berkaitan dengan keelektronikan bukan kebahasaan—bahasa
Indonesia. Istilah-istilah dalam bahasa keelektronikan yang terkadang sulit
dilekatkan ke imbuhan bahasa Indonesia yang mengakibatkan mereka cenderung
salah dalam menuliskannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah penelitian
ini adalah apa saja jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat pada tugas
akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan imbuhan yang terdapat di tugas
akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta lulusan tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, peneliti berharap adanya manfaat bagi para pihak
yang memerlukan.
1. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam
penyusunan karya ilmiah seperti tugas akhir, terutama dalam penggunaan
imbuhan bahasa Indonesia.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan, inspirasi dan
wawasan kepada mahasiswa dan dosen pembimbing akan pentingnya imbuhan
bahasa Indonesia saat membimbing mahasiswa menyusun karya ilmiah seperti
tugas akhir.
3. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan serta wawasan dalam berbahasa Indonesia terutama dalam
menggunakan imbuhan bahasa Indonesia.
1.5 Batasan Istilah
Pada penelitian ini peneliti akan menganalisis tugas akhir mahasiswa
dengan fokus penelitian berupa jenis kesalahan berbahasa dalam penggunaan
imbuhan bahasa Indonesia. Adapun istilah-istilah yang menjadi pokok dalam
penelitian ini.
a. Jenis kesalahan penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada penelitian ini
bermaksud mendeskripsikan sebab kesalahan, penanda kesalahan, dan bentuk
kesalahan yang terjadi dalam proses menggunakan—dari penentuan imbuhan
pada sebuah dasar hingga akhirnya menuliskannya dalam bentuk kata
jadiannya—berdasarkan jenis imbuhan bahasa Indonesia yaitu prefiks
(awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan
simulfiks (imbuhan gabung). Kesalahan penggunaan imbuhan tersebut akan
dideskripsikan dari kesalahan yang terdapat pada tugas akhir-tugas akhir
mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta lulusan tahun 2013.
b. Jenis dapat diartikan sebagai kalisifikasi kesalahan penggunaan imbuhan
berdasarkan ciri-ciri atau kriteria tertentu.
c. Kesalahan berbahasa adalah tidak tepatnya pengguanaan kaidah-kaidah
berbahasa dalam bahasa lisan maupun tertulis. Dalam penelitian ini adalah
kesalahan berbahasa dalam tulisan.
d. Imbuhan merupakan bubuhan pada kata dasar yang membentuk kata baru;
afiks. Suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan
unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan
Imbuhan terbagi menjadi empat jenis imbuhan dan dari setiap jenis itu
memiliki bentuk, arti dan fungsi masing-masing.
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika pembahasan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I berisi
pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab II landasan teori berisi
penelitian yang relevan dan kajian teori. Bab III adalah metodologi penelitian
berisi jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, instrumen penelitian,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, triangulasi.
Pada bab IV dipaparkan hasil penelitian data, analisis data, dan
pembahasan. Hasil penelitian data ini diperoleh dari data penelitian, yaitu tugas
akhir-tugas akhir mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata
Dharma lulusan tahun 2013. Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis. Hasil
analisis data tersebut kemudian dibahas untuk memecahkan masalah yang
terdapat di bab 1, yaitu di dalam rumusan masalah.
Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang peneliti buat
berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan inilah yang menjadi
hasil dari penelitian ini. Selain itu, peneliti juga memaparkan beberapa saran yang
7 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian yang Relevan
Donatus Doweng Kumanireng (2005) meneliti tentang kesalahan
berbahasa siswa kelas II SMA Frater Disamakan, Makasar, tahun ajaran
2004/2005 dalam menggunakan kata berimbuhan me-. Donatus Doweng
Kumanireng menemukan ada tiga jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa kelas
II SMA Frater Disamakan, Makasar. Ketiga jenis kesalahan itu meliputi
(1)kesalahan penggunaan variasi bentuk afiks me-ada 50 kesalahan, (2) kesalahan
penggunaan fungsi dan makna afiks me- ada 69 kesalahan, dan (3) pemenggalan
kata berimbuhan me-ada 30 kesalahan.
Enung Marlina (1989), tentang kata kerja berimbuhan bahasa Sunda dan
kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya Enung Marlina
membandingkan kata kerja berimbuhan pada bahasa Sunda dengan kata kerja
berimbuhan bahasa Indonesia. Enung Marlina menemukan adanya kemiripan kata
kerja berimbuhan bahasa Sunda dengan kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia
yang menghasilkan ramalan kesukaran atau ramalan kesalahan bagi siswa Sunda
dalam belajar Bahasa Indonesia. Kesukaran yang terjadi karena siswa Sunda
cenderung untuk membentuk kata kerja berimbuhan bahasa Indonesia dengan
memakai afiks pembentuk kata kerja bahasa Sunda.
Donata Simu (1985), meneliti tentang kemampuan melekatnya akhiran
Donata Simu menemukan keanehan atau kejanggalan dalam proses pelekatan
akhiran -kan dengan kata kerja intransitif yang terjadi pada, (1) terjadinya
peristiwa yang penyebabnya ada di luar kehendak atau kontrol subjek. (2)
terjadinya peristiwa pada diri subjek, ditujukan pada sekelilingnya baik pada
benda atau orang tertentu maupun umum, disebabkan oleh hal atau keadaan
tertentu, (3) terjadinya peristiwa karena dikehendaki subjek dan tidak dapat
diwakilkan pada orang lain. Dalam penelitiannya, Donata Simu juga menemukan
kata kerja-kata kerja intransitif yang dapat dilekati akhiran -kan yang
dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan arti yang timbul dalam konteksnya: (1)
kelompok data yang objeknya dikenai tidakan atau kegiatan yang tertera di
dalamnya, (2) kelompok data yang objeknya tertera dalam keadaan tertentu
(statif), (3) kelompok data yang objeknya aktif melakukan tindakan atau kegiatan
yang tertera di dalamnya.
Donata Simu menyimpulkan bahwa pelekatan akhiran -kanpada kata kerja
intransitif yang membutuhkan objek merupakan kebiasaan para pengguna asli
bahasa Indonesia. Kebiasaan ini sudah menjadi kaidah sehingga jika pelekatan itu
tidak diikuti akan dianggap salah atau janggal.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Donatus Doweng Kumanireng
(2005), Enung Marlina (1989), dan Donata Simu (1985), menujukkan penggunaan
imbuhan bahasa Indonesia dari tahun yang berbeda terdapat adanya kesalahan.
Kesalahan terjadi karena pengguna memiliki konvensi berbahasa tersendiri yang
dianggap tidak sesuai dengan perkembangan teori yang ada, seperti yang
yang lebih dari satu (dwibahasawan), seperti penelitian yang dilakukan oleh
Enung Marlina; dan tidak pahamnya pengguna bahasa akan aturan berbahasanya
sehingga terjadi kesalahan berbahasa seperti penelitian yang dilakukan oleh
Donatus Doweng Kumanireng.
Dari ketiga penelitian tersebut, peneliti melihat bahwa setiap pengguna
memiliki latar belakang dan/atau pengalaman berbahasa yang berbeda-beda. Dari
ketiga penelitian terdahulu yang diperoleh peneliti, hal tersebut menunjukkan
bahwa kegiatan berbahasa yang dilakukan pengguna bahasa ternyata tidak lepas
dari kesalahan berbahasa karena tidak sesuai dengan kaidah berbahasa Indonesia.
Demikianlah ketiga penelitian terdahulu yang peneliti jadikan landasan
dalam penelitian ini. Ketiga penelitian ini juga mendukung dan berkaitan
penelitian ini karena topik utama yang dibahas berkaitan dengan kesalahan
berbahasa dengan fokus penelitian imbuhan bahasa Indonesia. Dari kesamaan
topik dan fokus penelitian tersebut ada aspek yang belum dibahas dan menjadi
perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa
dalam menggunakan imbuhan bahasa Indonesia yang meliputi prefiks, infiks,
akhiran, dan gabungan imbuhan serta imbuhan terbelah. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui jenis-jenis dan penyebab kesalahan berbahasa khususnya
penggunaan imbuhan bahasa Indonesia pada subjek penelitian yaitu tugas akhir
2.2 Kajian Teori
Pada subbab ini, peneliti memaparkan teori-teori yang membahas
variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Dari judul “Jenis-jenis
Kesalahan Berbahasa dalam Penggunaan Imbuhan pada Tugas Akhir Mahasiswa
Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Lulusan
Tahun 2013”, peneliti akan memaparkan variabel jenis-jenis kesalahan berbahasa,
variabel imbuhan serta jenis-jenisnya sebagai berikut.
2.2.1 Jenis-jenis Kesalahan Berbahasa
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan teori-teori yang berkaitan
dengan jenis-jenis kesalahan berbahasa. Hal tersebut meliputi pengertian dan
jenis-jenis kesalahan berbahasa itu sendiri.
Berkaitan dengan kesalahan berbahasa, Setyawati (2010:13-14)
berpendapat bahwa kesalahan memiliki nuansa kata dengan penyimpangan,
pelanggaran, dan kekhilafan. Setyawati (2010:13) menyatakan bahwa kata ‘salah’
dapat diantonimkan dengan kata ‘betul’, sehingga ‘salah’ dapat diartikan tidak
betul atau tidak menurut norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Setyawati
(2010:13) melanjutkan bahwa penyimpangan adalah menyimpang dari norma
yang telah ditetapkan. Pemakai bahasa tahu norma yang benar, namun
menyimpang karena alasan tertentu sehingga tidak menggunakan norma yang ada.
Pelanggaran dalam hal berbahasa, Setyawati (2010:14) menyatakan bahwa
pengguna bahasa tahu akan adanya norma namun dengan penuh kesadaran tidak
kehilafan dalam hal berbahasa bahwa terjadinya proses psikologis pengguna
bahasa yang mengakibatkan kekhilafan menerapkan teori atau norma bahasa yang
ada pada dirinya. Akibatnya adalah kekhilafan tersebut memunculkan sikap
keliru.
Setyawati (2010:15) menyimpulkan “kesalahan berbahasa adalah
penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari
faktor-faktor penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma
kemasyarakatan dan menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.” Selain
Setyawati, Ekowardono (1989:1) berpendapat, “sebab mendasar (fundamental)
terjadinya kesalahan berbahasa ialah kurangnya penguasaan bahasa pada pemakai
bahasa. Penguasaan yang kurang itu dapat terjadi dalam aspek fonologis,
morfologis, sintaktis, leksikal (semantis) atau pun dalam aspek situasi
sosiolinguistis dan psikolingusistis yang mendukung penggunaan aspek-aspek
itu”.
Ekowardono (1989:1) melajutkan gagasannya sebagai berikut.
Bagi pemakai bahasa yang monolingual keadaan itu kerap terjadi pada masa awal usaha penguasaan bahasa ibunya, yakni pada masa kanak-kanak. Dalam masa perkembangannya secara berangsur-angsur kekurangan penguasaan aspek-aspek itu teratasi berkat bimbingan alamiah dari lingkungan bahasanya. Bagi pemakai bahasa dwilingual atau multilingual kurangnya penguasaan bahasa kedua menimbulkan gejala yang disebut interferansi, yakni gejala tercampurkannya fenomena bahasa pertama di dalam pemakaian bahasa kedua.
Pendapat-pendapat tersebut didukung oleh pendapat Pateda (1989:50)
bahwa kesalahan dalam berbahasa terjadi pada (1) daerah fonologi, (2) daerah
(1989:50) mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan yang terjadi menjadi
enam faktor, yaitu (1) bahasa populer, (2) bahasa ibu, (3) lingkungan, (4)
kebiasaan, (5) interlingual, dan (6) interferansi.
Seturut dari penyebab terjadinya kesalahan berbahasa dan seturut pendapat
Pateda, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa di
daerah morfologi, yaitu kesalahan berbahasa dalam penggunaan imbuhan/afiks.
Menurut Tarigan (1988:198), “kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai
bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah
menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata”.
Tarigan (1988) melanjutkan bahwa salah satu cara untuk meneliti
terjadinya kesalahan berbahasa adalah menggunakan perspektif taksonomi siasat
permukaan. Tarigan (1988:148) berpendapat bahwa taksonomi siasat permukaan
adalah suatu cara untuk menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur
permukaan berubah. Tarigan (1988:149) menambahkan bahwa secara garis besar
kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan adalah
penghilangan, penambahan, salah formasi, dan salah susun.
Tarigan (1988:149) berpendapat bahwa kesalahan-kesalahan yang bersifat
penghilangan yang dimaksud taksonomi siasat permukaan adalah ketidakhadiran
suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan/tulisan yang baik dan benar.
Selanjutnya kesalahan bersifat penambahan. Menurut Tarigan (1988:151),
“kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang
Kemudian kesalahan yang berupa salah formasi, menurut Tarigan
(1988:154), “kesalahan yang berupa misformaton atau salah-formasi ini ditandai
oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah”. Kesalahan yang
keempat adalah salah susun; Tarigan (1988:157) menyatakan bahwa kesalahan
tersebut ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau
kelompok morfem dalam suatu ucapan atau tuturan—dalam penelitian ini berupa
tulisan.
2.2.2 Imbuhan
Di dalam morfologi bahasa, Arifin dan Junaiyah (2009) berpendapat
bahwa terdapat suatu proses yang disebut proses morfologis. Di dalam proses
morfologis terdapat suatu proses yang disebut afiksasi atau pengimbuhan.
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:10), “afiksasi adalah proses morfologis yang
mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks”. Menurut Arifin
dan Junaiyah (2009:2-3), afiks atau imbuhan adalah morfem terikat yang tidak
dan/atau memiliki alomorf .
Ramlan (2009:55) memberikan penjelasan bahwa imbuhan (afiks) ialah
suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang
bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada
satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Chaer (2011:197)
berpendapat, “dalam penggunaan imbuhan acapkali sebuah kata dasar atau bentuk
dasar perlu diberi imbuhan dahulu untuk dapat digunakan di dalam pertuturan”.
fungsi sebuah kata dasar atau bentuk dasar menjadi kata lain, yang fungsinya
berbeda dengan kata dasar atau bentuk dasarnya. Chaer (2011:197)
menambahkan bahwa imbuhan mana yang harus digunakan tergantung pada
keperluan penggunaannya di dalam pertuturan. Untuk keperluan pertuturan itu
malah sering pula sebuah kata dasar atau bentuk dasar yang sudah diberi imbuhan
dibubuhi pula dengan imbuhan lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paparan teori Arifin dan
Junaiyah mengenai imbuhan yang digunakan sebagai acuan dalam analisis data
penelitian. Arifin dan Junaiyah (2009:5) berpendapat, “afiks atau imbuhan di
dalam bahasa Indonesia mempunyai peran yang sangat penting sebab kehadiran
imbuhan pada sebuah dasar (kata) dapat mengubah bentuk, fungsi, kategori, dan
makna dasar atau kata yang dilekatinya itu.” Peneliti mencontohkan sebuah dasar
yang dibubuhi konfiks peng-…-ansebagai berikut.
a. Bentuk hijau (kata dasar)
penghijauan (kata jadian) b. Kategori hijau (kata sifat)
penghijauan (nomina) c. Fungsi hijau (keterangan)
penghijauan (bisa subjek) d. Makna hijau
penghijauan (proses, perbuatan, atau cara menghijaukan)
Dari contoh tersebut sangat jelas bahwa imbuhan memiliki peran yang
sangat penting dalam kegiatan berbahasa. Kata ‘hijau’ dapat merupakan kata
dasar yang berkategori kata sifat, selain itu kata ‘hijau’ memiliki fungsi sebagai
keterangan. Ketika kata ‘hijau’ dibubuhi konfiks peng-…-an akan menjadi kata
tersebut berkategori nominayang memiliki fungsi tertentu dalam kalimat bisa saja
sebagai subjek, dan makna yang muncul adalah proses, perbuatan, atau cara
menghijaukan.
“Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan, yaitu prefiks (prefiks),
infiks (infiks), akhiran (sufiks), dan imbuhan terbelah (konfiks)” (Arifin dan
Junaiyah, 2009:4). Keempat jenis imbuhan tersebut dijabarkan sebagai berikut.
2.2.2.1 Prefiks
“Prefiks (prefiks) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin
kata dasar, mungkin pula kata jadian). Bahasa Indonesia memiliki 8 prefiks
(prefiks), yaitu ber- dan per-, meng- dan di-, ter-, ke, dan se-”(Arifin dan
Junaiyah, 2009:6). Kedelapan prefiks tersebut dijabarkan dan dijelaskan oleh
Arifin dan Junaiyah (2009:22-57) dan diringkas oleh peneliti sebagai berikut.
a. Prefiksber
-“Prefiks atau prefiks ber- memiliki variasi bentuk ber-, be-, bel- (dan mer
-yang sudah merupakan bentuk arkais)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:22). Adapun
contohnya sebagai berikut.
1) ber- + suku awal mengandung -er- be-, seperti bekerja, beternak; dan dasar yang berfonem awal /r/ seperti berawadan berencana. 2) ber- + {ajar} belajar
{unjur} belunjur
“Prefiks ber- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Kalimat yang
predikatnya berupa kata kerja berprefiks ber- tidak memiliki objek, tetapi dapat
memiliki pelengkap atau keterangan” (Arifin dan Junaiyah, 2009:23).
Kata kerja berprefiksber- memiliki makna seperti berikut:
1) ‘memiliki’ atau ‘mempunyai’, seperti
Kakak membeli televisi berwarna. ‘kakak membeli televisi yang memiliki warna’; televisi yang ada warna’
Adik latihan menulis di buku bergaris.‘adik latihan menulis di buku yang ada garisnya’; ‘ buku yang ada garis’
2) ‘menyatakan’ atau ‘mengakui’, seperti
Saya berkakak kepadanya. ‘saya menyatakan kakak kepadanya’; ‘saya menyapanya kakak’
Andre bersaudara dengan Tina. ‘Andre menyatakan saudara dengan Tina’; ‘Andre menyapa Tina saudara/i’
3) ‘menghasilkan’ atau ‘mengeluarkan’, seperti
Pohon itu berbuah mangga. ‘pohon itu menghasilkan mangga’
gunung berapi(arkais: gunung merapi) ‘gunung yang mengeluarkan api’
4) ‘biasa melakukan’, ‘bertindak sebagai’, ‘bekerja sebagai’, seperti
Paman bertani. ‘paman melakukan pekerjaan tani’
Kakekku bertukang di rumah tetangga. ‘kakek bekerja sebagai tukang di rumah tetangga’
5) ‘melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri (resiprokal)’, seperti
Ia sedang bercukur.‘ia sedang mencukur dirinya sendiri’
Agus sedang bersikat gigi. ‘Agus sedang menyikat giginya sendiri’
6) ‘mendapat’, ‘dapat di-…’, atau ‘dikenai’, seperti
Kalimat itu berterima. ‘kalimat yang dapat diterima’
7) ‘memakai’ atau ‘mengenakan’, ‘menggunakan’; ‘mengendarai’ atau ‘naik’,
seperti
Didi bersepeda ke rumahku. ‘Didi mengendarai sepeda ke rumahku’
Dono berjam tangan Rolex. ‘Dono mengenakan jam tangan Rolex’
8) ‘menjadi kelompok’, seperti
Agar dapat menang kalian harus bersatu. ‘Agar dapat menang kalian harus menjadi satu (bekerja sama dalam satu kelompok)’
Mereka bertujuh adalah anggota Cherrybelle. ‘mereka tujuh orang yang menjadi satu kelompok adalah anggota Cherrybelle’
b. Prefiks meng
-Arifin dan Junaiyah (2009:29-34) memilih prefiks meng- sebagai salah satu
prefiks dalam bahasa Indonesia dan tidak memilih me- atau meN-. Menurut Arifin
dan Junaiyah variasi bentuk meng- (dibandingkan variasi bentuk lain, yaitu: mem-,
men-, meny-, me-, dan menge-) lebih banyak memberikan distribusi ketika
dilekatkan ke bentuk dasar.
Prefiks meng- mengalami proses morfologis yang menentukan penggunaan
variasi bentuk meng-. Penggunaan variasi bentuk tersebut berdasarkan kepada
fonem awal bentuk dasar yang akan dilekatinya. Proses morfologis dapat
digambarkan sebagai berikut.
meng- menjadi: meng- + {vokal, g, k, h, kh, x} mem- + {b, f, p, v}
men- + {t, d, sy, z} meny- + {s,c, j}
Prefiks meng- berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif (transitif dan
taktransitif). Makna yang timbul dari prefiks meng- adalah sebagai berikut.
1) ‘melakukan’, ‘mengerjakan’, seperti
Anak itu rajin membaca buku. ‘anak itu rajin melakukan baca buku’
Penjahit itu sedang memotong kain. ‘penjahit itu sedang melakukan potong kain’
2) ‘menjadi’, seperti
Otot lengannya membesar. ‘otot lengannya menjadi besar’
Jangan berpikir mendua. ‘jangan berpikir menjadi dua cabang’
3) ‘melakukan peringatan’, seperti
Misa meniga hari kakek. ‘misa memperingati tiga hari kakek meninggal’
Kenduri menujuh bulan. ‘kenduri memperingati tujuh bulan kehamilan’
4) ‘menggunakan’ atau ‘memakai’, seperti
menggunting baju‘memotong baju menggunakan gunting’
mengapak pohon ‘memotong/menebang pohon menggunakan kapak’
5) ‘membuat’ atau ‘menghasilkan’, seperti
menggambar pemandangan‘membuat gambar pemandangan’
orang itu sering membual ‘orang itu sering membuat bualan’
6) ‘mengeluarkan (suara)’, seperti
kambing mengembik ‘kambing mengeluarkan suara (bunyi) embik’ harimau mengaum ‘harimau mengeluarkan suara (bunyi) aum’
7) ‘memberi’ atau ‘melengkapi dengan’, seperti
mengecat mobil‘melengkapi mobil dengan cat’
memagari rumah‘memberi atau melengkapi rumah dengan pagar’
8) ‘menuju’, seperti
George Lorenso menepi karena motornya bermasalah. ‘George Lorenso menuju tepi lintasan balapan karena motornya bermasalah’
Awu melaut dengan selamat sampai Surabaya. ‘Awu menuju laut dengan selamat sampai Surabaya’
9) ‘mencari’, seperti
Ia mendamar ke hutan. ‘ia mencari damat ke hutan’
Darmana pergi merotan. ‘Darmana pergi mencari rotan’
10) Dalam ragam lisan terdapat beberapa kata yang sering diucapkan dengan
salah, seperti berikut.
(a) meng- + traktir “menraktir” (b) meng- + transfer “menransfer” (c) meng- + kritik “mengritik” (d) meng- + praktik(kan) “memraktikkan”
Keempat kata tersebut dalam ragam lisan diucapkan salah, seharusnya adalah
sebagai berikut.
(a) meng- + traktir mentraktir (b) meng- + transfer mentransfer (c) meng- + kritik mengkritik (d) meng- + praktik(kan) mempraktikkan
Jika prefiks meng- dilekatkan pada dasar yang dimulai dengan gugus
konsonan, seperti dr, gr, kl, pr, str, tr, gugus tersebut tidak luluh.
c. Prefiksdi
-Prefiks di- memiliki bentuk yang tetap atau tidak berubah (Arifin dan
Junaiyah, 2009:39). Arifin dan Junaiyah (2009:40) menyatakan bahwa prefiksdi
-berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif; prefiksdi- berkaitan dengan prefiks
Prefiksdi- memiliki makna sebagai berikut:
1) ‘dikenai laku’ atau ‘dikenai tindakan’, seperti
Ia dihukum karena korupsi. ‘ia dikenai hukuman/tindakan hukum karena korupsi’
Ayam itu dipotong menjadi beberapa bagian. ‘Ayam itu dikenai tindakan potong menjadi beberapa bagian’
2) ‘dikenai dengan’, seperti
Pohon itu diparang. ‘pohon itu dipotong /dikenai dengan parang’
Kain itu disiletnya. ‘kain itu dipotong nya dengan silet’
3) ‘dibuat atau ‘dijadikan’, seperti
Nangka itu digulai. ‘nangka itu itu dibuat/dijadikan gulai’
Daging sapi itu direndang. ‘daging sapi itu dibuat/dijadikan rendang’
4) ‘diberi’ atau ‘dilengkapi dengan’, seperti
Dinding kamarnya dicat biru langit. ‘dinding kamarnya diberi cat biru langit’
Cristiano Ronaldo disanksi tiga kali tidak bertanding. ‘Christiano Ronaldo diberi sanksi tiga kali tidak bertanding’
d. Prefikske
-“Prefiks ke- tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada
dasar, seperti kepada dan ketua” (Arifin dan Junaiyah, 2009:40). Bahasa
Indonesia memiliki dua buah prefiks ke-, yaitu prefiks ke- yang berfungsi
sebagai pembentuk kata kerja (prefiks verbal dan bertalian dengan prefiks
ter-) dan prefikske- yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda (Arifin dan
Prefikske- memiliki makna sebagai berikut.
1) Prefikske- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna seperti berikut:
(a) (dalam ragam cakapan), prefikske- semakna dengan prefikster-, yang berarti
‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan’, atau ‘menderita kejadian’, seperti
Yang dicari sudah ketemu. ‘yang dicari sudah tertemu’
Ita ketawa terbahak-bahak. ‘ia tertawa terbahak-bahak’
Bajumu kebawa saya.Bajumu terbawa saya’
Dia mati kelindas truk. ‘dia mati terlindas truk’
(b) ‘di urutan’ atau “pada urutan’, seperti
Ia menjadi juara ketiga. ‘ia menjadi juara di/pada urutan tiga’
Rusman menikahi anak ketiga Pak Bagong. ‘Rusman menikahi anak di/pada urutan tiga Pak Bagong’
2) Prefikske- pembentuk kata benda yang memiliki makna sebagai berikut:
(a) ‘yang memiliki sifat atau ciri’, seperti
ketua ‘yang memiliki sifat/ciri tua’
kekasih ‘yang memiliki sifat kasih’
kehendak ‘yang berciri hendak’
ketahu ‘yang memiliki ciri tahu’
(b) ‘kelompok kesatuan atau kelompok bilangan yang dianggap satu’ atau
‘kumpulan’, seperti
Ketiga orang itu bekerja sama dengan baik.‘kumpulan tiga orang itu bekerja sama dengan baik’
Kedua produk itu kami beri diskon 25%. ‘kumpulan dua produk itu kami beri diskon 25%’
Bahasa Indonesia memiliki kata hendak dan tahu, disamping kata
kehendak dan ketahu. Hal itu juga sejalan ketika pengguna bahasa
menggunakan ragam cakap, seperti kemiri (miri), kemenyan (menyan),
itu, sering diucapkan tanpa prefikske-, tetapi maknanya tidak berubah (Arifin
dan Junaiyah, 2009:42).
e. Prefiksper
-Arifin dan Junaiyah (2009:42) berpendapat bahwa prefiks per- mengalami
perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar karena bentuk dan maknanya
berkaitan dengan imbuhan ber-. Perubahan bentuk prefiks per- seperti imbuhan
ber-.
1) per- pe- jika berarti ‘yang ber-…’, seperti pedagang,
perenang,peserta. 2) per- + {ajar} pelajar
+ {unjur} pelunjur
3) per- + per-, seperti perpanjangdan personal
“Bahasa Indonesia memiliki dua buah prefiks per-, yaitu prefiks per- pembentuk
kata kerja (perfiks verbal) dan per- (pe-, pel-) sebagai pembentuk kata benda
(prefiks nominal)” (Arifin dan Junaiyah, 2009:43).
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:43), prefiksper- memiliki makna sebagai
berikut.
1) Prefiksper- yang membentuk kata kerja
(a) ‘(men)jadikan lebih’ (biasanya prefiksper- dilekatkan pada dasar yang berupa
kata sifat), seperti
Perindah rumahmu. ‘jadikan lebih indah rumahmu’
Perbesar gambar itu. ‘jadikan lebih besar gambar itu’
(b) ‘membagi menjadi’, seperti
Perdua roti itu. ‘bagi dua roti itu’
Seperdua gajinya utuh. ‘satu bagian dari du bagian gajinya utuh’
2) Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:45), prefiks per- (pe-, pel-) yang
membentuk kata benda adalah sebagai berikut.
(a) ‘yang memiliki’ atau ‘yang ber-…’, seperti
meja persegi‘meja yang memiliki segi’; ‘meja yang bersegi’
anak pemalu ‘anak yang memiliki rasa malu’
(b) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang mengeluarkan’, seperti
kambing pesusu‘kambing yang menghasilkan susu’
sapi peanak ‘sapi yang menghasilkan anak’
ayam pedaging ‘ayam yang menghasilkan daging’
(c) ‘yang biasa melakukan’ (sebagai profesi, kebiasaan, kegemaran) atau ‘yang
ber-…’, seperti
pertapa‘(orang) yang bertapa’
peladang‘(orang) bekerja di ladang’; ‘(orang) yang berladang’
(d) ‘yang melakukan pekerjaan mengenai diri sendiri’, seperti
peuji ‘yang beruji’
lelaki pedandan ‘lelaki yang (suka) berdandan’
(e) ‘yang dikenai laku’ atau ‘yang ber-…’, seperti
pesuruh‘yang bersuruh’; ‘yang disuruh’
petatar ‘yang bertatar’; ‘yang ditatar’
f. Prefikspeng
-“Prefiks peng- mengalami perubahan bentuk. Karena bentuk dan maknanya
berkaitan dengan bentuk dan makna prefiks meng-, perubahan bentuk prefiks
2009:47-48). Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48), prefiks peng- berfungsi
untuk membentuk kata benda; dan bertalian bentuk dan maknanya dengan prefiks
meng-. Artinya, artinya setiap kata benda yang berprefiks peng- bertalian bentuk
dan maknanya dengan kata kerja berprefiksmeng-.
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:48-49), prefiks peng- memiliki makna
sebagai berikut.
1) ‘yang melakukan’, seperti
Atlet pelempar lembing. ‘atlet yang melakukan lembar lembing’
Jonny adalah penghias ruangan yang dapat diandalkan. ‘Jonny adalah orang yang menghias (melakukan hias) ruangan yang dapat diandalkan’
2) ‘yang menjadi’ atau ‘yang menjadikan’, seperti
Ia memang amat peragu. ‘ia memang (orang) yang amat menjadi ragu’
Sabun mandi adalah cairan pembersih tubuh. ‘sabun mandi adalah cairan yang menjadikan bersih tubuh.
penghapus pensil. ‘yang menjadikan pensil hilang (di atas kertas) atau terhapus di atas kertas’
pemberat ‘yang menjadikan berat’
3) ‘yang menggunakan’ atau ‘yang memakai’, seperti
penyabit‘yang menggunakan sabit (untuk menyabit)’
penggergaji‘yang menggunakan gergaji (untuk menggergaji)’
4) ‘yang menghasilkan’ atau ‘yang membuat’, seperti
penenun kain songket ‘yang membuat kain songket’
penyambal teri‘yang membuat sambal teri’
5) ‘yang mengeluarkan (suara)’, seperti
pengembik‘yang mengeluarkan suara embik’
pengaum‘yang mengeluarkan suara aum(an)’
6) ‘yang memberi’ atau ‘yang melengkapi dengan’, seperti
dollar Amerika menjadi pematok harga barang elektronik ‘dollar Amerika menjadi (nilai) yang member patok(an) harga barang elektronik’
7) ‘yang menuju’, seperti
pendarat ‘yang menuju darat’; ‘yang mendarat’ penyelam ‘yang menuju air untuk menyelam’
8) ‘yang mencari’ atau ‘yang mengumpulkan’, seperti
perotan‘yang mencari/mengumpulkan rotan’
pendata ‘yang mengumpulkan data’
g. Prefiks se
-Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:52), bahasa Indonesia mempunyai dua
jenis se- sebagai prefiks, yaitu se- yang merupakan bentuk klitik (dari kata esa)
dan se- yang membentuk adverbia (keterangan/tambahan). Keduanya tidak
mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan kata yang lain.
Prefiksse- berfungsi untuk membentuk klitik dan membentuk adverbia (Arifin
dan Junaiyah, 2009:52). Fungsi prefiks se- dapat dijelaskan dengan contoh:
seirama (satu irama), sesekolah (satu sekolah), sekamar (satu kamar) yang
merupakan prefiks se- yang merupakan klitik. Prefiks se- yang merupakan
adverbia dapat dicontohkan dengan seenaknya, selambatnya, segirangnya, dan
semampunya.
Makna yang timbul dari prefiks se- antara lain sebagai berikut (Arifin dan
Junaiyah, 2009:53).
1) Se- yang berupa bentuk klitik
sedesa‘satu desa’
sekota‘satu kota’
seiman‘satu iman’
(b) ‘seluruh’, seperti
se-Indonesia‘seluruh Indonesia’
seisi kamar‘seluruh isi kamar’
(c) ‘sama’ atau ‘sampai’, seperti
sepandai ‘sama pandai’
dalamnya selutut ‘dalamnya sampai lutut (misal masuk kolam)’ tingginya sepinggang ‘tingginya sampai pinggang’
2) Prefiksse- sebagai pembentuk adverbia (prefiks adverbial)
(a) ‘dengan’, seperti
seizinku‘dengan izinku’
serestu orang tuanya‘degan restu orang tuanya’
(b) ‘seturut’ atau ‘menurut’, seperti
setahuku‘menurut yang aku tahu’
seingatku‘menurut yang aku ingat’
seenaknya ‘dengan enaknya’
(c) ‘setelah’, seperti
setibanya‘setelah tibanya’
sedatangnya‘setelah datangnya’
h. Prefiks ter
-Arifin dan Junaiyah (2009:54) menyatakan bahwa imbuhan ter- dibagi
menjadi dua. Kedua prefiks tersebut adalah prefiks ter- yang membentuk kata
membentuk kata sifat (prefiks adjektival). Makna kedua prefiks ter- dijabarkan
sebagai berikut.
1) Prefiks ter- sebagai pembentuk kata kerja memiliki makna sebagai berikut
(Arifin dan Junaiyah, 2009:54).
(a) ‘telah dilakukan’ atau ‘dalam keadaan’, seperti
Kami datang ketika pintu sudah terbuka. ‘kami datang ketika pintu sudah/dalam keadaan terbuka’
Ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang terjatuh di tepi lapangan. ‘ahli kamera mengambil gambar pesepak bola yang dalam keadaan jatuh di tepai lapangan’
(b) ‘telah mengalami’, ‘menderita keadaan atau kejadian (dengan tidak sengaja
atau tiba-tiba’, seperti
Ia berlari terkencing-kencing karena ketakutan. ‘Ia berlari sampai tiba-tiba kencing karena ketakutan’
Pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan. ‘pintu mobil Mercedes itu telah mengalami goresan karena diparkir sembarangan’
Udara kotor yang terhirup akan mengakibatkan bersin. ‘udara yang kotor yang dengan tidak sengaja dihirup akan mengakibatkan bersin’
(c) ‘dapat’ (biasanya didahului oleh kata tidak atau dilengkapi dengan akhiran
-kan)
Alam yang indah tidak terperikan. ‘alam yang indah tidak dapat diperikan’
Harga mainan itu terjangkau oleh orang tuanya. ‘harga mainan itu dapat dijangkau oleh orang tuanya’
Imbuhan ter- yang bermakna ‘telah selesai dilakukan’ atau ‘sudah selesai
dikerjakan’ baik dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar), seperti
pintu mobil Mercedes itu tergores karena diparkir sembarangan, merupakan kata
Di bidang hukum, khususnya hukum peradilan ada istilah seperti tersangka,
terdakwa, dan terpidana. Prefiks ter- yang digunakan pada istilah tersebut
memberikan arti ‘yang di…’. Istilah-istilah tersebut biasanya digunakan sebagai
padanan istilah bahasa Inggris yang menggunakan bentuk past participle
adjective, seperti ‘sun burned’ ‘terbakar matahari’ dan ‘related problem’ ‘masalah
yang terkait’.
2) Prefikster- yang membentuk kata sifat memiliki arti ‘paling’, seperti
Aku adalah pemuda terganteng di kampung. ‘aku adalah pemuda paling ganteng di kampung’
Olahraga termurah adalah olahraga lari. ‘olahraga paling murah adalah olahraga lari’
2.2.2.2 Infiks
“Infiks (sisipan) adalah imbuhan yang dilekatkan di tengah dasar. Bahasa
Indonesia memiliki 4 infiks, yaitu -el, -em, -er, dan -in” (Arifin dan Junaiyah,
2009:6). Arifin dan Junaiyah (2009:57-58) menambahkan bahwa kata dengan
infiks dianggap sebuah kata bukan kata berimbuhan. Namun Arifin dan Junaiyah
(2009:11) memberi penjelasan bahwa infiks -el-mengandung makna ‘kumpulan’,
‘aneka’; infiks -em- bermakna ‘sifat’; infiks -er- mengandung makna
‘mengandung’; dan infiks -in- digunakan sebagai padanan akhiran asing -end,
Keempat infiks tersebut jika dibubuhkan ke dalam kata dapat dicontohkan
sebagai berikut.
a. Infiks -el, sepertitelunjuk, telapak, pelatuk, gelembung, dan geligi. b. Infiks -em, sepertikemuning, kemelut, kemilau, gemerlap, dan temali. c. Infiks -er, sepertiserabut, seruling, gerigi,
d. Infiks -in, sepertikinerja, sinambung, tinambah
2.2.2.3 Sufiks
“Akhiran adalah imbuhan yang dilekatkan pada akhir dasar” (Arifin dan
Junaiyah, 2009:6). Bahasa Indonesia memiliki setidaknya enam sufiks atau
akhiran dan beberapa sufiks atau akhiran bahasa asing yang juga digunakan
dalam bahasa Indonesia. Akhiran-akhiran tersebut dijabarkan dan dijelaskan
oleh Arifin dan Junaiyah (2009:58-75) dan diringkas oleh peneliti sebagai
berikut.
a. Sufiks -an
Sufiks -antidak mengalami perubahan bentuk ketika dibubuhkan pada sebuah
dasar. Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:58) akhiran -an memiliki fungsi
sebagai berikut.
1) sebagai pembentuk kata benda, yang memiliki hubungan dengan verba meng-;
2) dalam ragam cakapan, sufiks –an berfungsi sebagai pembentuk kata sifat dan
pembentuk kata kerja.
Makna yang hadir ketika suatu kata atau dasar dibubuhi oleh sufiks –an,
1) sebagai pembentuk kata benda, sufiks -an berarti, ‘hasil’, ‘perolehan’,
‘akibat’, atau ‘yang dikenai laku’, seperti
manisan buah‘hasil memaniskan buah’
pukulan‘hasil menggerakkan telapak tangan dalam keadaan tertutup’
benjolan ‘akibat yang timbul karena terkena benda tumpul (dengan tenaga yang besar)’
uang taruhan‘uang yang dipertatuhkan’
liburan‘yang dilakukan saat libur’
buaian ‘yang di buai’
sisipan‘yang disisipkan’
2) sufiks –anyang berarti ‘kumpulan’, ‘gugus’, seperti
lautan ‘kumpulan laut’ daratan ‘kumpulan darat’ puluhan ‘kumpulan puluh’
3) sufiks -anyang berarti ‘yang mempunyai atau yang mengandung’, seperti
buah durian ‘buah yang mempunyai duri’
anak jalanan ‘anak yang (ada) di jalan’; ‘anak jalan’ tepian sungai ‘bagian/sisi tepi sungai’
4) sebagai pembentuk kata sifat, sufiks -an (dalam ragam cakapan) berarti
‘terlampau’ atau ‘terlalu’, seperti
gedean ‘terlalu gede’
panasan ‘terlalu panas’, ‘lebih panas’
banyakan‘terlalu/terlampau banyak’
gantengan ‘lebih/terlalu ganteng’
5) sufiks -an yang berarti ‘terlampau’ atau ‘terlalu’ tampaknya berasal dari
konfiks ke-…-antetapi ke- pada konfiks itu tidak diucapkan, seperti
kekecilan ‘terlalu/terlampau kecil’
kebesaran‘terlalu/terlampau besar’
kegendutan‘terlalu/terlampau gendut’
kepanasan‘terlalu/terlampau panas’
6) dalam ragam cakapan, sufiks -an (berasal dari konfiks pembentuk kata kerja:
ber-…-an), arti yang timbul ‘melakukan dengan pelaku atau laku yang
banyak’ atau ‘saling’, seperti
Dona dan Dono tabrakan di depan kelas. ‘Dona dan Dono saling tabrak di depan kelas’
Sudah banyak orang yang berjualan. ‘sudah banyak orang yang berjual’
b. Sufiks –anda
Sufiks -anda (-nda, atau -da) merupakan sufiks penghormat atau (sufiks
honorifik) pada sejumlah istilah kekerabatan, seperti anakanda, ananda, anaknda,
dan ibunda (Arifin dan Junaiyah, 2009:60).
c. Sufiks–i
Menurut Arifin dan Junaiyah (2009:60) sufiks -i ada dua, yaitu sufiks -i
sebagai pembentuk kata kerja dan sufiks -i (-iah, -wi, -wiah) sebagai pembentuk
kata sifat.
Sebagai pembentuk kata kerja, sufiks -i memiliki makna sebagai berikut.
1) ‘… di’, seperti
Aku turuni tangga itu lambat-lamabat. ‘aku turun di tangga itu dengan lambat’
Dono menaiki pohon mangga. ‘Dono naik di pohon mangga’
‘… kepada’, seperti
Kami kunjungi dia di rumah sakit. ‘Kami berkunjung kepada dia di rumah sakit’
‘… ke’, seperti
Hadapi dia dengan tenang. ‘Hadap ke dia dengan tenang’
memasuki‘masuk ke’
Burung itu menghinggapi dahan pohon mangga. ‘Burung itu hinggap ke dahan pohon mangga’
‘… dari’, seperti
hindari bahaya‘menghindar dari bahaya’
saya memiliki tiga buku. ‘saya pemilik dari tiga buku’
2) ‘membuang dari’, seperti
menguliti sapi‘membuang kulit ayam (membuang kulit dari badan ayam)’
menyisiki ikan‘membuang sisik (dari badan) ikan’
3) ‘berulang-ulang’ atau ‘berkali-kali’, seperti
Adik melempari mangga. ‘Adik melempar mangga berkali-kali’
Kakek memolesi tembok dengan cat. ‘kakek memoles tembok berkali-kali dengan cat’
4) ‘memberikan … kepada’, seperti
menugasi saya‘memberikan tugas kepada saya’
memanasi nasi ‘memberikan panas kepada nasi’
‘memasangi … dengan’ atau ‘memasangkan … pada’, seperti
memagari taman‘ memasangi taman dengan pagar’
menghitami kuku‘memasangkan hitam pada kuku’
‘… untuk’, seperti
menagisinya‘menangis untuknya’
Nike menghadiahi Adidas sepeda baru ‘Nike memberi hadiah untuk Adidas sepeda baru’
Sufiks -i (-wi, -iah, -wiah) sebagai pembentuk kata sifat memiliki arti
‘bersifat’ atau ‘berkenaan dengan’, seperti berikut.
1) alami ‘bersifat alam’; ‘berkenaan dengan alam’ 2) Badani ‘bersifat badan’; ‘berkenaan dengan badan’ 3) Jasmaniah ‘bersifat jasmani’; ‘berkenaan dengan jasmani’ 4) Akharwi ‘bersifat akhirat’; ‘berkenaan dengan akhirat’
Arifin dan Junaiyah (2009:61) menambahkan bahwa akhiran -i, -wi, -iah,
-wiah diserap dari bahasa Arab. Akhiran-akhiran tersebut digunakan untuk
penentuan penggunaan imbuhan berdasarkan jenis kelamin. Akhiran -i atau -wi
termasuk kelompok maskulin dan akhiran -iah atau -wiah termasuk kelompok